Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
Judul Penelitian:
Hubungan Antara Pengetahuan, Pendidikan Dan Persepsi Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
The Relationship Between Husband’s Knowledge, Education, And Husband Perception About Family Planning With The Participation Of Husbands Become Acceptors Of Family Planning In Indonesia
Judul Publikasi: Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
Penulis: Adhitya Mardhika Saputra*) *) PNS pada Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah. Saat ini sedang menempuh pendidikan S-2 pada Program Studi Kependudukan, Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.
Alamat korespondensi: Adhitya Mardhika Saputra (e-mail :
[email protected]) Program Studi Kependudukan, Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang, Jalan Padang Selasa 534, Telepon (0711) 352132, 354222, Faksimili (0711) 317202, 320310, Bukit Besar Palembang, Sumatera Selatan 30139.
0
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN PERSEPSI SUAMI TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA
Adhitya Mardhika Saputra*) *) PNS pada Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah. Saat ini sedang menempuh pendidikan S-2 pada Program Studi Kependudukan, Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.
ABSTRAK Latar Belakang: Peningkatan pemberdayaan pria dalam kesertaan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi sangat diperlukan, salah satu caranya dengan memperdalam pemahaman faktor-faktor yang mendorong keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan persepsi suami tentang keluarga berencana dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Indonesia. Metode: Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data dasar SDKI 2012 dengan sampel sebesar 3.751 responden. Penelitian menggunakan analisis univariabel dan bivariabel dengan uji Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pendidikan dan persepsi suami tentang keluarga berencana memiliki hubungan yang bermakna dengan masing-masing p-value=0,000 lebih kecil dari =0,05. Kesimpulan: Rendahnya persentase partisipasi suami dalam keluarga berencana menunjukkan bahwa usaha untuk terus meningkatkan angka partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana harus terus digalakkan.
Kata Kunci: Partisipasi Suami, Program Keluarga Berencana, Akseptor
1
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
ABSTRACT Background : Increased empowerment participation of men in family planning and reproductive health is necessary, one way is to deepen understanding of the factors that encourage the participation of the husband's family planning acceptors. This study aims to determine the relationship between knowledge, education and husband's perception about family planning with husband participation become acceptors of family planning in Indonesia. Methods: Cross sectional study using baseline data IDHS 2012 with a 3,751 respondents sample. Research using univariable and bivariate analysis with the Chi-square test. Results : The results showed that the variables of knowledge, education and husband's perception of family planning have a meaningful relationship with each p - value = 0.000 is less than
= 0.05 .
Conclusion : The low percentage of husband 's participation in family planning shows that the effort to continue to improve enrollment husband became acceptors of family planning should continue to be encouraged .
Keywords : Husband’s Participation, Family Planning, Acceptors
2
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
ideal, mengatur jumlah, jarak dan usia
A. LATAR BELAKANG Penduduk Indonesia berdasarkan
ideal melahirkan anak, serta pengaturan
data sensus tahun 2010, berjumlah 237,6
kehamilan dan pembinaan ketahanan
juta jiwa dan bila tanpa pengendalian
kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2008).
dengan
Program KB terus berputar secara
pertumbuhan penduduk 1,49 persen per
dinamis. Dalam perjalanannya, program
tahun, maka jumlah tersebut akan terus
KB
bertambah. Berdasarkan buku tentang
signifikan sejak tahun 1994. Penyesuaian
Proyeksi Kependudukan Indonesia tahun
ini sejalan dengan rekomendasi dari
2010-2035
jumlah
Konferensi Internasional Kependudukan
penduduk Indonesia diperkirakan akan
dan Pembangunan atau International
terus tumbuh menjadi 271,1 juta jiwa
Conference on Population Development
pada tahun 2020 dan 305,6 juta jiwa pada
(ICPD)
2035 (antaranews.com, 12/02/2014).
Convention on the Elimination of all
yang
berarti
atau
tetap
diketahui
bahwa
mengalami
penyesuaian
tahun 1994
di
secara
Kairo
dan
Dari peningkatan jumlah penduduk
Forms of Discrimination Against Women
yang cukup pesat pemerintah menyadari
(CEDAW), saat ini Indonesia telah mulai
pentingnya penduduk yang berkualitas
melaksanakan
sebagai modal utama dalam mempercepat
berorientasi pada keadilan dan kesetaraan
pembangunan yang pada akhirnya akan
gender dalam program KB dan Kesehatan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Reproduksi (KR) (BKKBN, 2003).
Pemerintah melakukan berbagai program
pembangunan
Partisipasi
pria
KB
pembangunan Sumber Daya Manusia,
merupakan
salah satunya adalah dilaksanakannya
gender. Ketidaksetaraan gender dalam
program
(KB).
bidang KB dan kesehatan reproduksi
Secara makro, Keluarga Berencana (KB)
sangat berpengaruh pada keberhasilan
berfungsi
mengendalikan
program KB. Sebagian besar masyarakat
sedangkan
dalam
Keluarga
Berencana
kelahiran,
manifestasi
dalam
yang
kesetaraan
mikro
dan provider serta penentu kebijakan
bertujuan untuk membantu keluarga dan
masih menganggap bahwa penggunaan
individu dalam mewujudkan hak-hak
kontrasepsi adalah urusan perempuan
reproduksi, penyelenggaraan pelayanan,
(Arief, 2007).
perspektif
untuk
Jika dibandingkan dengan akseptor
membentuk keluarga dengan usia kawin
wanita jumlah akseptor pria relatif masih
pengaturan,
dan
dukungan
3
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
kecil. Menurut hasil Survei Demografi
pendidikan dan persepsi suami tentang
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
keluarga berencana dengan partisipasi
2012 jumlah akseptor pil sebesar 13,6
suami
persen, IUD 3,9 persen, suntik 31,9
berencana di Indonesia.
menjadi
akseptor
keluarga
persen, implant 3,3 persen dan medis operasi wanita (MOW) sebesar 3,2 persen,
sedangkan
pada
pria
yaitu
B. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian
akseptor kontrasepsi kondom 1,8 persen, dan vasektomi hanya sebesar 0,2 persen. Partisipasi pria dalam program KB
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian
dengan
cross
pendekatan
sectional kuantitatif
berdasarkan hasil SDKI 2012 hanya naik
terhadap data dasar sekunder dari
0,2 persen per tahunnya. Dilihat dari
Survei Demografi dan Kesehatan
angka pencapaian peningkatan partisipasi
(SDKI)
pria pada tahun 1991 sebesar 0,8 persen
menggunakan analisis univariabel dan
(SDKI 1991). Pada tahun 2003 sebesar
bivariabel dengan uji Chi-square,
1,3 persen (SDKI 2002-2003), sedangkan
dengan tingkat kemaknaan sebesar
pada tahun 2007 sebesar 1,5 persen
tahun
2012.
Penelitian
=0,05.
(SDKI 2007). Berdasarkan RPJMN 20102014, dalam meningkatkan kesertaan KB
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Pria diharapkan tahun 2010 sebesar 3,6
a. Populasi
persen tahun 2011 sebesar 4 persen,
Survei
Demografi
dan
tahun 2012 sebesar 4,3 persen, tahun
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
2013 sebesar 4,6 persen, dan 2014
mewawancarai sebanyak 43.852
sebesar 5 persen. Namun, jika melihat
rumah tangga, Angka tersebut
pada hasil SDKI 2012 tingkat kesertaan
dipilih dari 1.840 blok sensus,
KB pria hanya 2 persen saja yang terdiri
874
dari kondom (1,8 persen) dan vasektomi
perkotaan dan 966 blok sensus di
(0,2 persen), ini artinya tidak tercapainya
daerah perdesaan yang didapat
target
dengan menggunakan sampling
RPJMN
(wartakota.tribunnews.com, 13/02/2014). Berdasarkan latar belakang di atas
blok
beberapa
sensus
tahap
di
(multi
daerah
stage
stratified sampling).
penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan
antara
pengetahuan,
b. Sampel 1
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
dalam
variabel dependen yaitu partisipasi
penelitian ini dilakukan dalam
menjadi akseptor keluarga berencana
tiga tahapan, pertama menyeleksi
dan
data pria dengan mengeluarkan
pengetahuan, pendidikan dan persepsi
responden wanita sebesar 8.225
suami tentang keluarga berencana.
Proses
seleksi
responden.
data
Tahap
mengeluarkan
variabel
independen
yaitu
kedua,
responden
pria
a. Distribusi
Responden
Berdasarkan
dengan status living with partner
Partisipasi Menjadi Akseptor Keluarga
(kumpul
Berencana (KB)
kebo)
sebesar
46
Berdasarkan
responden.
partisipasi
menjadi
Terakhir, mengeluarkan jenis
akseptor keluarga berencana, sebanyak
kontrasepsi yang digunakan oleh
3.751 responden dibagi menjadi 2 kategori
wanita sebesar 5.085 responden,
yaitu tidak berpartisipasi (tidak) dan
sehingga menghasilkan sampel
berpartisipasi (ya). Untuk lebih jelasnya
penelitian
dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
sebesar
4.175
responden. 424 dari 4.175 adalah data yang tidak lengkap (missing)
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
sehingga
Berdasarkan Partisipasi Menjadi Akseptor
jumlah
dianalisis
akhir
sebesar
yang 3.751
responden pria menikah.
Keluarga Berencana Partisipasi Menjadi
3. Lokasi Penelitian Survei
Akseptor Demografi
Kesehatan
(SDKI)
dilakukan
di
tahun
seluruh
dan
Keluarga
2012
Berencana
propinsi
Indonesia selama kurun waktu 7 Mei sampai dengan 31 Juli 2012.
C. HASIL 1. Analisis Univariat Data disajikan dalam bentuk tabel dan teks ditujukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase
Jumlah
Tidak Ya Total
Persen
3301
88.0
450
12.0
3751
100.0
Pada tabel 1. dapat diketahui bahwa responden yang tidak berpartisipasi berjumlah 88.0 persen dan responden yang berpartisipasi berjumlah 12.0 persen.
2
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua): 1. b. Distribusi
Responden
Berdasarkan
Pendidikan rendah jika dibawah 10 (sepuluh)
Pengetahuan
tahun atau sampai setara
Variabel pengetahuan yang digunakan
Sekolah Menengah Pertama (SMP); 2.
pada penelitian ini yaitu pengetahuan
Pendidikan tinggi jika diatas 10 (sepuluh)
responden mengenai metode kontrasepsi.
tahun atau telah menempuh pendidikan
Dibedakan menjadi 2 (dua) kategori: 1.
setara Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kategori kurang yaitu responden hanya
ataupun diatasnya, untuk lebih jelasnya
mengetahui
satu
dapat dilihat pada tabel 3.
mengetahui
metode
metode
atau
tidak
kontrasepsi;
2.
Kategori baik yaitu responden mengetahui
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
metode kontrasepsi modern dan metode
Berdasarkan Pendidikan
lainnya.
Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan
Jumlah
Kurang
3.6
Baik
3615
96.4
Total
3751
100.0
Persen
Rendah
1879
50.1
Tinggi
1872
49.9
Total
3751
100.0
Persen
136
Jumlah
Dari tabel 3, terlihat bahwa responden dengan pendidikan rendah sedikit
lebih
banyak diatas responden dengan pendidikan tinggi, dengan perbedaan hanya sebesar 0,2
Dari tabel 2 terlihat bahwa dari 3.751 responden,
sebagian
besar
persen.
responden
memiliki pengetahuan yang baik mengenai
d. Distribusi
Responden
Berdasarkan
metode kontrasepsi dengan persentase 96,4
Persepsi Suami Tentang Keluarga
persen, lebih besar dari 3,6 persen responden
Berencana
yang pengetahuannya kurang.
Variabel ini dibedakan menjadi 2 (dua) kategori; 1. Persepsi negatif jika
c.
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Pendidikan Dengan
responden
menganggap
bahwa
KB
hanyalah urusan wanita; 2. Persepsi memakai
variabel
lama
sekolah dalam tahun pada data dasar
positif
jika
responden
mengganggap
bahwa KB tidak semata-mata urusan
SDKI 2012, variabel pendidikan pada 3
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
wanita, pria juga berperan. Untuk lebih
independen. Namun, jika
jelasnya ditunjukkan dalam tabel 4.
artinya tidak berbeda signifikan antara kedua
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
variabel
Berdasarkan
karakteristik suami dengan keikutsertaan
Persepsi
Suami
Tentang
tersebut.
-value =0,05
Hubungan
antara
Keluarga Berencana
suami menjadi akseptor keluarga berencana
Persepsi
dianalisis dengan metode tabulasi silang
Suami Tentang Keluarga
Jumlah
Persen
Berencana
(cross tab).
a. Hubungan antara pengetahuan dengan
Negatif
1361
36.3
partisipasi menjadi akseptor keluarga
Positif
2390
63.7
berencana
Total
3751
100.0
Hasil pengolahan data hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi menjadi
Tabel 4 menunjukkan responden yang memiliki persepsi positif tentang keluarga
akseptor keluarga berencana diperoleh tabulasi sebagai berikut:
berencana (KB) persentasenya lebih tinggi (63,7 persen) dibandingkan dengan responden
Tabel
5.
Tabulasi
silang
antara
yang memiliki persepsi negatif (36,3 persen).
pengetahuan dengan partisipasi menjadi akseptor keluarga berencana
2.
Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemaknaan hubungan antara variabel dependen variabel dependen yaitu partisipasi menjadi akseptor keluarga berencana dengan variabel
independen
yaitu
pendidikan dan persepsi
pengetahuan, suami
tentang
Partisipasi Penge-
Tidak
tahuan
N
Ya
%
N
Kurang 133 97.8
3
Baik 3168 87.6
Total
Value
% 2.2
1127 12.4
Jumlah 3301 88.0
P
450
136 3615 0,000
12.0 3751
keluarga berencana. Menggunakan uji statistic Chi-Square dengan batas kemaknaan =0,05 (C. 1 = 95 %), dan hasil analisis bila -value <0,05 artinya ada hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen, tetapi jika -value >0,05 artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dan
Hasil pengetahuan
analisis dengan
hubungan partisipasi
antara menjadi
akseptor keluarga berencana diperoleh bahwa semakin kurangnya pengetahuan suami maka kecendrungan
untuk
tidak
berpartisipasi
menjadi akseptor keluarga berencana akan 4
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
semakin tinggi (97,8 persen dibanding 87,6
memiliki
persen)
berpartisipasi
dan
sebaliknya
semakin
baik
kecenderungan menjadi
untuk
akseptor
tidak keluarga
pengetahuan maka semakin tinggi partisipasi
berencana
untuk menjadi akseptor keluarga berencana
berpendidikan tinggi (93.0 persen > 83.0
(12,4 persen dibanding 2,2 persen). Hasil uji
persen) dan juga sebaliknya. Hasil uji statistik
statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat
diperoleh
disimpulkan ada hubungan yang signifikan
disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara
antara pendidikan dengan partisipasi menjadi
pengetahuan
dengan
partisipasi
dibandingkan responden
nilai
p=0,000
menjadi akseptor keluarga berencana.
akseptor keluarga berencana.
b.
c.
Hubungan antara pendidikan dengan
maka
yang
dapat
Hubungan antara persepsi suami
partisipasi menjadi akseptor keluarga
tentang keluarga berencana dengan
berencana
partisipasi menjadi akseptor keluarga
Hasil pengolahan data hubungan antara
berencana
pendidikan dengan partisipasi menjadi
Hasil pengolahan data hubungan antara
akseptor keluarga berencana diperoleh
persepsi suami tentang keluarga berencana
tabulasi sebagai berikut:
dengan keluarga
Tabel 6. Tabulasi silang antara pendidikan dengan
partipasi
menjadi
akseptor
berencana diperoleh tabulasi
sebagai berikut:
Tabel 7. Tabulasi silang antara persepsi suami tentang keluarga berencana dengan
Partisipasi PenTidak N
menjadi
akseptor
keluarga berencana
didikan
partisipasi
Total
Ya
%
N
P
partisipasi
Value
berencana
%
Rendah 1747 93.0 132
7.0
Persepsi 1879
Suami 0,000
Tinggi 1554 83.0 318
17.0 1872
Jumlah 3301 88.0
12.0 3751
450
menjadi
akseptor
Partisipasi Tidak
Ya
Tentang Keluarga
keluarga
Total N
%
N
P Value
%
Berencana
Hasil pendidikan
analisis dengan
hubungan partisipasi
antara menjadi
akseptor keluarga berencana diperoleh bahwa, responden
yang
berpendidikan
Negatif 1268 93.2 93
6.8
1361
Positif 2033 85.1 357
14.9 2390
Jumlah 3301 88.0
12.0 3751
450
0,000
rendah 5
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
antara
utama sosialisasi program KB dengan harapan
persepsi suami tentang keluarga berencana
istri yang akan mengomunikasikan dan
dengan partisipasi menjadi akseptor keluarga
menegosiasikan pemakaian alat kontrasepsi
berencana diperoleh bahwa responden yang
kepada suaminya. Hal ini menunjukkan
memiliki persepsi negatif tentang keluarga
bahwa promosi KB pada pria masih belum
berencana memiliki kecenderungan untuk
optimal (antarajatim.com, 24/02/2012).
Hasil
analisis
hubungan
Menurut hasil studi yang dilakukan oleh
tidak berpartisipasi menjadi akseptor keluarga yang
tim peneliti BKKBN (2003), banyak faktor
memiliki persepsi positif (93.2 persen > 85.1
yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria
persen) dan juga sebaliknya bahwa responden
dalam KB yang dilihat dari berbagai aspek,
yang berpersepsi positif tentang keluarga
yaitu
berencana memilki kecenderungan untuk
(pengetahuan, sikap, dan praktek hubungan
berpartisipasi
keluarga
yang diinginkan), faktor lingkungan (sosial-
berencana (14.9 persen > 6.8 persen). Hasil
budaya yang ada di masyarakat, dan keluarga
uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka
khususnya isteri, keterbatasan informasi dan
dapat
yang
aksesibilitas terhadap pelayanan KB pria, dan
signifikan antara persepsi suami tentang
keterbatasan jenis kontrasepsi pria sementara
keluarga
persepsi yang ada di masyarakat masih
berencana
dibandingkan responden
menjadi
disimpulkan
akseptor
ada
berencana
hubungan
dengan
partisipasi
menjadi akseptor keluarga berencana.
dari
sisi
klien
pria
itu
sendiri
kurang menguntungkan). Pengetahuan suami yang tinggi tentang
PEMBAHASAN
KB dalam penelitian ini memiliki persentase
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
lebih besar daripada yang berpengetahuan
bahwa masih banyak suami yang tidak
rendah yaitu 96,4 persen berbanding 3,6
berpartisipasi dalam keluarga berencana, dari
persen,
jumlah total 3.751 responden hanya terdapat
mendongkrak
450 responden atau 12,0 persen responden
keluarga
yang berpartisipasi menjadi akseptor keluarga
diperoleh signifikansi p=0,000 yang berarti
berencana.
ada hubungan bermakna antara pengetahuan
D.
Rendahnya praktek KB dikalangan pria ini salah satunya disebabkan oleh kebijakan
sehingga angka
berencana.
diharapkan
dapat
partisipasi
akseptor
Hasil
statistik
uji
suami tentang KB dengan dengan partisipasi menjadi akseptor keluarga berencana.
KB di Indonesia yang masih berfokus pada
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian
pencapaian target peserta KB perempuan.
yang dilakukan oleh Andrianty Istiqomah dan
Perempuan masih tetap menjadi sasaran
Siti Novianti dan Nurlina (2012) di Kelurahan 6
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
Sukamanah
Kecamatan
Cipedes
Purwoko
Kota
(2000)
mengemukakan
Tasikmalaya, bahwa ada hubungan yang
pendidikan merupakan salah satu faktor yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap
partisipasi pria dalam KB. Persentase tingkat
tentang metode kontrasepsi. Orang yang
pengetahuan responden terhadap partisipasi
berpendidikan
pria dalam KB yaitu untuk pria tidak ber-KB
respon yang lebih rasional daripada mereka
memiliki proporsi terkecil dengan kategori
yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan
baik dalam tingkat pengetahuan terhadap
lebih
partisipasi pria dalam KB yaitu hanya 36,4
pembaharuan.
Ia
juga
persen,
menyesuaikan
diri
terhadap
sedangkan
untuk
pria
ber-KB
mempunyai proporsi terbesar dengan kategori
tinggi
terbuka
akan
memberikan
terhadap
usaha-usaha lebih
dapat
perubahan-
perubahan sosial. Persepsi seseorang mengenai keluarga
baik untuk tingkat pengetahuan terhadap partisipasi pria dalam KB yaitu 63,6 persen.
berencana
juga
Pendidikan yang tinggi juga diharapkan dapat
partisipasi
menjadi
mendongkrak
berencana,
dalam
akseptor keluarga berencana. Hasil bivariat
penelitian
ini
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
berpersepsi positif tentang keluarga berencana
responden yang berpendidikan tinggi memilki
memilki kecenderungan untuk berpartisipasi
kecenderungan lebih besar untuk menjadi
menjadi
akseptor keluarga berencana (17.0 persen >
dibandingkan
7.0 persen). Hasil uji statistik diperoleh nilai
memiliki persepsi negatif yaitu 14.9 persen
p=0,000
berbanding 6.8 persen. Hasil uji statistik
angka
maka
dapat
partisipasi
menjadi
disimpulkan
ada
berpengaruh akseptor hasil
bahwa
akseptor
keluarga
bivariat
dalam
responden
yang
keluarga
dengan
berencana
responden
diperoleh
dengan partisipasi menjadi akseptor keluarga
disimpulkan ada hubungan yang signifikan
berencana.
antara
dan Jones (1996) menggunakan variabel
persepsi
berencana
p=0,000
suami
dengan
maka
yang
hubungan yang signifikan antara pendidikan
Beberapa studi seperti Romer (1989)
nilai
terhadap
dapat
tentang
keluarga
partisipasi
menjadi
akseptor keluarga berencana.
jumlah tahun sekolah untuk mewakili human
Hasil penelitian ini juga sejalan
capital. Semakin lama seseorang mengenyam
dengan hasil penelitian Suprihastuti pada
pendidikan,
untuk
tahun 2000, yang menyatakan bahwa salah
mengolah ide atau memanfaatkan teknologi
satu alasan mengapa kontrasepsi pria tidak
dipandang akan semakin tinggi pula.
berkembang di dalam masyarakat, terutama
maka
kemampuannya
dikarenakan oleh pria/suami itu sendiri, 7
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
dimana keinginan atau kesadaran suami untuk menggunakan kontrasepsi masih rendah. Vasra
(2009)
juga
menemukan
F.
SARAN
hubungan yang bermakna antara responden
Bagi
yang
keluarga
pengetahuan dan kesadaran mengenai
berencana terhadap partisipasi dalam program
keikutsertaan suami menjadi akseptor
keluarga berencana. Dari hasil penelitiannya
KB;
didapatkan proporsi responden sikap positif
Kesehatan:
dan berperan serta dalam program KB
pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan
berjumlah 66,7 persen Sedangkan proporsi
keluarga
responden sikap negatif dan berperan serta
khususnya dalam fasilitas pelayanan
dalam program KB berjumlah 2,6 persen.
kesehatan yang masih belum memadai,
bersikap
positif
tentang
Masyarakat:
Bagi
Meningkatkan
Instansi Dapat
berencana
Pelayanan meningkatkan
bagi
pria,
serta meningkatkan konseling mengenai KESIMPULAN
pentingnya menjadi akseptor keluarga
Rendahnya persentase partisipasi suami
berencana; Bagi Peneliti Selanjutnya:
menjadi akseptor keluarga berencana yang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai
ditemukan dalam penelitian, yaitu dari jumlah
acuan penelitian lebih lanjut yang
total 3.751 responden hanya terdapat 450
sejenis
responden atau 12,0 persen responden yang
karakeristik suami dilihat dari faktor
berpartisipasi
eksternal,
E.
menjadi
akseptor
keluarga
dengan
mencari
ataupun
hubungan
melanjutkan
berencana, menunjukkan bahwa peningkatan
penelitian ini dengan tempat yang
angka partisipasi suami menjadi akseptor
berbeda dan varibel yang belum diteliti
keluarga berencana harus terus digalakkan.
seperti sosial ekonomi, sosial budaya
Berdasarkan hasil dari uji statistik yang dilakukan variabel
terhadap penelitian
hubungan yaitu
dan efek samping.
beberapa
pengetahuan,
UCAPAN TERIMA KASIH
tentang
Ucapan terima kasih disampaikan
keluarga berencana terhadap hubungannya
kepada pihak-pihak yang telah membantu
dengan partisipasi suami menjadi akseptor
terlaksananya penulisan artikel ini yaitu
keluarga berencana di Indonesia didapatkan
Tatang A. M. Sariman, M.A., Ph.D. dan Dr.
hasil yang signifikan dengan masing-masing
Lili Erina, M.Si. selaku dosen pembimbing.
pendidikan dan persepsi
suami
hasil analisis menunjukkan angka -value = 0,000 lebih kecil dari
0,05. 8
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
Cornelius,
E.S.
Penggunaan
Kontrasepsi
Minim KB Alami Stagnasi. Diposting tanggal 25 September 2013, diakses
DAFTAR PUSTAKA
tanggal Adhyani, A.R. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan
8
Januari
2014
di
http://www.metrotvnews.com/.
Pemilihan
Kontrasepsi Non IUD Pada Akseptor
Direvisi,
Target
Kependudukan,
diakses
KB Wanita Usia 20-39 Tahun. Program
tanggal
Pendidikan
http://wartakota.tribunnews.com/2014/0
Sarjana
Fakultas
Kedokteran,
Kedokteran, Universitas
21
Maret
2014
dari
2/13/direvisi-target-kependudukan
Diponegoro. Semarang. Istiqomah, A., S. Novianti dan Nurlina. 2012. Arief. 2007. Faktor Penyebab Suami Memilih
Partisipasi
Pria
dalam
Keluarga
Alat Kontrasepsi Kondom dan Tidak
Berencana di Kelurahan Sukamanah
Memilih Alat Kontrasepsi Kondom
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
diakses tanggal 21 Maret 2014 di
Jurnal
http://www.bascommetro.com/2011/03/
Tasikmalaya.
Universitas
Siliwangi.
faktor-penyebab-suami-memilihMaharyani, H.W., dan S. Handayani. 2010.
kondom.html
Hubungan Karakteristik Suami Dengan BKKBN. 2003. Advokasi
Buku Untuk Sumber Keluarga
Berencana,
Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Desa
Kesehatan Reproduksi, Gender, dan
Karangduwur
Pembangunan Kependudukan. Jakarta :
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah,
Direktorat Advokasi dan KIE, BKKBN,
Jurnal Kes Mas UAD, Vol. 4, No. 1,
UNFPA,
September.
Bank
Dunia,
ADB,
dan
Kecamatan
Petanahan
STARH. Omandhi-Odhiambo. BKKBN.
2008.
Pembangunan
Participation
in
1997.
Men's
Family
Planning
Kependudukan dan Keluarga Kecil
Decision in Kenya. Population Studies,
Berkualitas. Jakarta: BKKBN
51 (1997), 29-40. Printed in Great Britain.
9
Partisipasi Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Indonesia
Prabowo, A., D.K. Sari, 2011. Hubungan
Vasra,
Elita.
2009.
Hubungan
antara
Pengetahuan Dan Sikap Pria Tentang
pengetahuan dan sikap suami Dengan
Keluarga Berencana Dengan Perilaku
keikutsertaan ber-kb di rt 27 dan rt 45
Pria
Rw
Dalam
Menggunakan
Berpartisipasi
Metode
10
kelurahan
kebun
bunga
Kontrasepsi
kecamatan Sukarami palembang Tahun
Keluarga Berencana Di Desa Larangan
2009. Jurusan Kebidanan, Politeknik
Kecamatan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Larangan
Kabupaten
Brebes, GASTER, Vol. 8, No. 1 (633 646) Februari.
www.bkkbn.go.id diakses tanggal 2 Januari 2014
Purwoko. 2000. Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba. Fakultas Kedokteran Undip. Semarang. 2000.
diakses
tanggal 2
Januari 2014
Puspitasari, W. Menkokesra Sebut Laju Pertumbuhan Penduduk Sudah "Lampu merah"
www.measuredhs.com
diakses
www.bps.go.id diakses tanggal 3 Januari 2014
dari
http://www.antaranews.com/berita/4185 89/menkokesra-sebut-lajupertumbuhan-penduduk-sudah-lampumerah tanggal 21 Maret 2014.
Romer, Paul. “Endogenous Technological Change”, Journal of Political Economy. 1990.
Suprihastuti,
D.R.
Keputusan
2000.
Pengambilan
Penggunaan
Alat
Kontrasepsi Pria di Indonesia; Analisis Hasil SDKI 1997, Ilmu-Ilmu Kesehatan UGM, Yogyakarta.
10