Kerjasama Teknik Indonesia-Jerman Departemen Kehutanan dan Perkebunan Bekerjasama dengan Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
Yosep Ruslim Alexander Hinrichs Rolf Ulbricht SFMP Document No. 10b (1999) ISBN 979-606-050-7
Proyek Pengembangan Sistem Pengelolaan Hutan Lestari Promotion of Sustainable Forest Management Systems In East Kalimantan (SFMP) 1999
SFMP Document No 10b (1999)
KATA PENGANTAR Pengelolaan hutan lestari tidak hanya upaya melestarikan hutan melalui keseimbangan tebangan dan riap tegakan, tetapi juga terkait dengan teknik pemanenan yang hemat dan ramah terhadap lingkungan. Kenyataan di lapangan saat ini selain kerusakan yang terjadi terhadap tegakan tinggal dan permukaan tanah, juga masih cukup banyak limbah yang tertinggal di hutan. Oleh karena itu penerapan pemanenan yang ramah lingkungan atau Reduced Impact Logging (RIL) oleh para pelaksana pembalakan menjadi kegiatan yang seharusnya dilakukan setiap saat. Kerjasama Teknik Indonesia-Jerman antara Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan Deutsche Gesellschaft fûr Technische Zusammenarbeit (GTZ), dalam rangka mendukung salah satu indikator standar LEI/FSC, telah menyusun panduan teknis pelaksanaan pembalakan ramah lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging). Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh anggota tim yang terlibat dalam penyusunan panduan teknis ini, yang telah mencurahkan tenaga dan pemikiran dalam penyempurnaan teknik yang sebelumnya sudah ada. Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pelaksana pembalakan dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari.
Kepala Kantor Wilayah Kehutanan Tk I Kaltim
Ir. H. Uuh Aliyuddin, MM
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
i
SFMP Document No 10b (1999)
DAFTAR ISI Halaman i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan 1 1.3. Tahapan dan Waktu Kerja dari Reduced Impact Logging (RIL) 2 3 II. LANGKAH DASAR UNTUK BIDANG PERENCANAAN 2.1. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dan Survey Topografi 3 2.1.1. Teknis Pelaksanaan Di lapangan 3 2.1.2. Penyiapan Peta Posisi Pohon dan Peta Topografi 4 2.2. Perencanaan Jalan Sarad dan TPn 5 2.3. Penandaan Jalan Sarad dan TPn Sebelum Penebangan 5 2.3.1. Pelaksanaan penandaan jalan sarad/TPn di lapangan 5 2.4. Pembagian Petak Kerja dan Peta Kerja untuk Operator Chainsaw dan Traktor 6 7 III. LANGKAH DASAR UNTUK BIDANG PRODUKSI 3.1. Pembukaan Jalan Sarad dan TPn Sebelum Penebangan 7 3.2. Penebangan Terarah Sesuai dengan Jalan Sarad dan Pembagian Batang 8 3.3. Penyaradan dengan menggunakan "Winching" 11 3.4. Kegiatan Pembuatan Sudetan dan Parit (Closing up) 14 15 IV. KEGIATAN TIM PERENCANAAN DAN PRODUKSI 4.1. Pengontrolan Hasil Pekerjaan Penebangan dan Penyaradan 15 4.2. Tim Pengawasan 15 4.3. Sistem Pengupahan dan Premie 15 4.4. Contoh Penentuan Premie Dasar 16 19 DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1 20 Lampiran 2 22 Lampiran 3 24 Lampiran 4 25
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
ii
SFMP Document No 10b (1999)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peraturan pengelolaan hutan di Indonesia telah banyak dikeluarkan dengan tujuan untuk mendapatkan teknik pengelolaan hutan yang berkesinambungan dan ramah terhadap lingkungan. Dalam praktek kegiatan pemanenan di lapangan masih banyak masalah yang dihadapi yaitu kerusakan terhadap tegakan tinggal maupun kerusakan lingkungan. Aturanaturan yang ada belum dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga terjadi kerusakan terhadap tegakan tinggal, tanah dan masih cukup banyak limbah yang tertinggal di hutan. Penerapan pemanenan yang ramah lingkungan (RIL) di hutan tropis merupakan salah indikator kunci dalam standard LEI/FSC untuk mendapatkan sertifikasi. Teknik operasional yang berkaitan dengan pengelolaan hutan yang lestari telah dicoba dibeberapa unit pengusahaan hutan. Teknik pembalakan yang ramah lingkungan dengan menggunakan traktor dapat diterapkan secara sederhana dan dapat lebih mengefisienkan sistem kinerjanya, khususnya pada daerah yang bertopografi datar sampai sedang. Teknik penerapan pembalakan yang ramah lingkungan memberikan hasil yang positif terhadap lingkungan tanpa mengeluarkan biaya tambahan yang besar dan tidak terlalu sulit bagi operator Chainsaw dan Traktor (Ruslim et al., 2000).
1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan panduan teknis pelaksanaan pembalakan ini adalah untuk memberikan panduan teknis kepada unit-unit pengusahaan hutan, alam kegiatan pengusahaan hutan yang ingin melakukan pembalakan ramah lingkungan. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan alam tropis yang berkesinambungan tersebut diperlukan penerapan teknik RIL dengan tujuan: 1. Mengurangi kerusakan tegakan tinggal dan kerusakan tanah (pemadatan dan erosi) 2. Menciptakan kondisi lingkungan yang ditinggalkan agar mempunyai kualitas yang baik. 3. Pemanfaatan potensi kayu yang lebih baik dengan mengurangi limbah di hutan . 4. Mengurangi biaya rehabilitasi.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
1
SFMP Document No 10b (1999)
Et-2
ITSP DAN SURVEY TOPOGRAFI
Et-1
PENYIAPAN PETA POHON DAN PETA TOPOGRAFI
Et-0.6
PERENCANAAN TOPOGRAFI
JALAN SARAD DAN TPN DI PETA
PENANDAAN JALAN SARAD DAN TPN DI LAPANGAN
Et-0.3
BIDANG PERENCANAAN
1.3. Tahapan dan Waktu Kerja dari Reduced Impact Logging (RIL)
PEMBAGIAN PETAK KERJA DAN PETA KERJA UNTUK OPERATOR CHAINSAW DAN TRAKTOR
PENEBANGAN TERARAH SESUAI DENGAN JALAN SARAD YANG TELAH DIBUAT (DIRECTIONAL FELLING) PENYARADAN DENGAN MENGGUNAKAN "WINCHING" KEGIATAN PEMBUATAN SUDETAN DAN PARIT (CLOSING UP)
EVALUASI HASIL PENEBANGAN DAN PENYARADAN (BLOCK INSPECTION) DAN PENGONTROLAN KUALITAS KERJA (QUALITY CONTROL) DAN PELAPORAN. PENGUPAHAN BERDASARKAN KUALITAS KERJA
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
BIDANG PERENCANAAN DAN PRODUKSI
Et-0
BIDANG PRODUKSI
PEMBUKAAN JALAN SARAD DAN TPN SEBELUM PENEBANGAN
2
SFMP Document No 10b (1999)
II. LANGKAH DASAR UNTUK BIDANG PERENCANAAN 2.1. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Dan Survey Topografi Kegiatan ITSP dilakukan pada saat Et-2, dimana data yang diambil adalah data diameter, spesies dan posisi pohon untuk menghasilkan peta pohon serta data topografi untuk menghasilkan peta kontur. Dengan data yang diperoleh dari kegiatan tersebut diatas, kita dapat sekaligus menghasilkan dua buah peta dasar. Peta dasar tersebut sangat penting artinya untuk kegiatan berikutnya, yaitu perencanaan trase jalan sarad1). 2.1.1. Teknis Pelaksanaan Di Lapangan A. Sasaran Peta pohon dan peta topografi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan perencanaan pemanenan. Peta topografi diperlukan dalam menentukan trase jalan utama, cabang maupun jalan sarad. Sedangkan peta pohon diperlukan dalam menentukan potensi yang dipanen, juga arah perencanaan jalan sarad. B. Kelompok Sasaran Asisten perencanaan beserta mandor perencanaan membuat rencana kegiatan di peta kerja (peta PAK) dengan skala 1:10.000. Regu kerja Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan ITSP sebanyak 11 orang pada kondisi topografi yang berat atau potensi kayu yang padat, sedangkan pada kondisi topografi yang ringan sampai sedang dan potensi sedang cukup menggunakan tenaga kerja sebanyak 9 orang (Lihat Tabel 1). Tabel 1. Pembagian regu kerja untuk survey topografi dan ITSP No.
Untuk Regu Survey Topografi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No.
Ketua regu (pencatat) Kompass-man (mengukur azimuth) Helling-man (mengukur slope) Pemasang patok Penarik meteran Pelebar perintisan Pembantu umum Untuk Regu Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Ketua regu (pencatat) Pengenal jenis pohon, posisi pohon, pengukuran diameter dan tinggi TOTAL
1. 2.
1 1 1 1 1 1(*) 1
1 3 (**) 11
Keterangan: (*) Untuk topografi yang ringan sampai sedang boleh dihilangkan (**) Untuk topografi yang ringan sampai sedang cukup 2 orang
1)
Lihat laporan “Petunjuk Dasar Dalam Timber Cruising dan Survei Topografi” (Ruslim, 1998).
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
3
SFMP Document No 10b (1999)
2.1.2. Penyiapan Peta Posisi Pohon dan Peta Topografi Untuk perencanaan operasional diperlukan peta kerja yaitu peta kontur dengan skala 1:2.000 - 1:5.000 dengan interval garis kontur 5-10 m. Jalan sarad ditandai di atas peta kontur yaitu dengan mengambil pada posisi pematang (punggung). Selain itu peta kontur dioverlaykan dengan peta pohon, sehingga memudahkan perencanaan jalan sarad dalam satu petak dengan luas 100 ha. Untuk mendapatkan peta kontur dapat dibuat secara manual atau menggunakan fasilitas Sistem Informasi Geografi (Arcview) atau software GIS lainnya seperti pada Gambar 1. Pekerjaan pembuatan peta topografi dan penandaan jalan sarad di peta selain dapat dikerjakan oleh perusahaan sendiri ataupun konsultan.
1000
900
800
B
C
700
600
500
400
300
200
0
D
A
100
100
200
300
400
Jalan Jalan Utama, Jalan Cabang Utam a Jalan Rencana Sarad Rencana jalan
500
600
700
800
900
1000
Singke Sinker r Floater Floate
Gambar 1. Hasil overlay antara peta kontur, peta pohon dan perencanaan jalan sarad.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
4
SFMP Document No 10b (1999)
2.2. Perencanaan Jalan Sarad dan TPn A. Sasaran Untuk mempermudah regu survey menerapan rencana jalan sarad di lapangan, maka rencana jalan sarad terlebih dahulu dibuat di peta topografi. Perencanaan jalan sarad di peta topografi dibuat oleh tim perencanaan di kantor ± 6 bulan sebelum penebangan dilakukan. B. Kelompok sasaran Kepala bidang, kepala bagian dan regu survey. C. Bahan dan peralatan Peta pohon dan peta topografi (skala 1:2.000 - 1:5.000) Pensil dan spidol warna D. Prinsip perencanaan jalan sarad di peta 1. Peletakan trase jalan sarad pada kondisi topografi sedang sebaiknya dilakukan pada daerah pematang (punggung), agar tingkat erosi lebih kecil. 2. Panjang jalan sarad disesuaikan dengan penyebaran posisi pohon dan hanya direncanakan sesuai dengan keperluan. 3. Mencapai sebanyak mungkin pohon yang akan ditebang dengan sesedikit dan sependek mungkin 4. Panjang jalan sarad sebaiknya tidak lebih dari 500 m. 5. Posisi jalan sarad pada sisi lereng (searah garis kontur) terletak di daerah yang tidak curam (< 20 %; penggalian /dorongan maksimum < 1 m). 6. Sebaiknya TPn direncanakan di atas (uphill skidding). 7. Jangan merencanakan jalan sarad diatas dasar lembah. 8. Hindari (jika mungkin) jalan sarad melintasi sungai, anak sungai dan daerah berbatu. 9. Jangan merencanakan jalan sarad dengan kecuraman lebih dari 40 %. 10. Rencanakan jalan sarad sedemikian rupa sehingga penggunaan winch tidak melebihi 30 m.
2.3. Penandaan Jalan Sarad dan TPn sebelum Penebangan 2.3.1. Pelaksanaan penandaan jalan sarad/TPn di lapangan Pelaksanaan jalan sarad dari peta kerja ke lapangan tanpa melakukan kegiatan pengukuran tambahan, tetapi cukup dengan mencari nomor pohon yang berlabel merah/kuning yang terdapat di kiri kanan trase jalan sarad. Bila perlu dilakukan perbaikan rencana jalan sarad yang ada, apabila informasi tambahan tidak didapatkan pada peta kontur (seperti daerah rawa, batuan, lereng terjal, daerah yang tidak sesuai dan pohon yang dilindungi). Perubahan segera ditandai pada peta rencana kerja. Tanda jalan sarad dibuat dengan cat pada pohon-pohon yang terletak dikiri-kanan jalan sarad, supaya memudahkan pengontrolan jalan sarad setelah dilakukan pendorongan. Untuk menandai tempat TPn cukup dengan garis vertikal pada pohon yang tinggal.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
5
SFMP Document No 10b (1999)
A. Sasaran Perencanaan jalan sarad dan TPn direalisasikan berdasarkan penyaradan dengan menggunakan traktor dan jumlah kayu yang disarad yaitu: Dengan mengurangi kerusakan terhadap tegakan tinggal dan tanah Dengan mengurangi biaya penyaradan Mempermudah operator Chainsaw untuk melakukan orientasi di lapangan B. Kelompok Sasaran Regu perencanaan dan regu lapangan merealisasikan rencana jalan sarad dan Tempat Penumpukan Sementara (TPn) di lapangan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan di lapangan untuk penandaan jalan sarad dan TPn sebanyak 3 orang yaitu ketua regu (peta kerja, kompass) dan dua orang untuk penandaan dengan cat. Jika lokasi kerja cukup jauh dari basecamp, maka diperlukan 1 orang tukang masak. C. Bahan dan Peralatan Peta pohon/peta topografi (peta kerja dengan skala 1:2.000 - 1:5.000) Kompas Meteran Kuas dan cat merah D. Prinsip pembuatan jalan sarad dan TPn Buatlah TPn sekecil mungkin (misalnya 20 m x 40 m); jika hanya beberapa log, gunakan sisi jalan tanpa perlu persiapan. Buatlah TPn pada daerah di pinggir jalan yang kering dan datar (kelerengan < 5%). Jalan sarad diusahakan tidak melewati areal yang banyak terdapat pohon-pohon bermanfaat (sumber pangan masyarakat) dan dilindungi. Penandaan cat miring ke dalam yaitu menunjukkan posisi sumbu jalan sarad (Gambar 2). Pengecekan pembuatan jalan sarad di lapangan dengan rencana di peta. Buat koreksi di peta berdasarkan realisasi pembuatan jalan sarad di lapangan.
2.4. Pembagian Petak Kerja dan Pemberian Peta Kerja untuk Operator Chainsaw dan Traktor Pembagian petak menjadi anak petak sebanyak 3 atau 4 bagian (A, B, C, D) dan pada masing-masing anak petak satu pasang operator Chainsaw dan Traktor (Gambar 1). Sebelum kegiatan penebangan peta kerja sebaiknya diberikan kepada masing-masing operator untuk kelancaran kegiatan penebangan dan penyaradan.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
6
SFMP Document No 10b (1999)
III. LANGKAH DASAR UNTUK BIDANG PRODUKSI 3.1. Pembukaan Jalan Sarad dan TPn Sebelum Penebangan A. Sasaran Pembukaan jalan sarad dilakukan oleh operator traktor sebelum penebangan dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah operator Chainsaw menuju pohon yang akan ditebang dan mempermudah pengarahan arah rebah ke jalan sarad. Selain itu jalan sarad yang sudah terbuka, akan mempermudah operator Chainsaw keluar hutan apabila ada angin kencang. B. Kelompok sasaran Operator traktor dan operator Chainsaw, helper dan mandor tebang C. Peralatan dan bahan Traktor Chainsaw D. Prinsip pembukaan jalan sarad dan TPn Pendorongan trase jalan sarad dan TPn dilakukan pada saat pembagian petak kerja telah diketahui oleh operator Chainsaw dan Traktor. Pendorongan hanya boleh dilakukan sampai dengan tanda stop yang telah ditentukan oleh team perencanaan. Apabila ada pohonpohon yang tidak terjangkau dan harus dibuat jalan sarad tambahan, maka operator traktor wajib melaporkan ke bagian perencanaan. Adapun beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan adalah: 1. Gunakan peta kerja (peta pohon dan peta topografi) untuk perencanaan kerja setiap hari. 2. Jalan sarad direalisasikan sesuai dengan perencanaan di peta dan seperti yang ditandai di lapangan. 3. Buatlah jalan sarad sekecil mungkin (tidak melebihi lebar blade traktor, mis: tidak lebih dari 4,5 m); hindari kerusakan pohon-pohon di sepanjang jalan sarad (Gambar 2). 4. Jangan melakukan pengupasan tanah (blading) hanya jika perlu. 5. Jangan medorong pohon-pohon di kiri kanan jalan sarad yang bercat merah
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
7
SFMP Document No 10b (1999)
Gambar 2. Trase jalan sarad sebelum kegiatan penebangan.
3.2. Penebangan Terarah Sesuai dengan Jalan Sarad dan Pembagian Batang A. Sasaran Tebang terarah adalah penebangan pohon-pohon secara tepat ke arah/tempat jatuhnya pohon yang telah direncanakan sebelumnya2) Tujuan tebang terarah adalah: 1. Mengurangi kerusakan terhadap tegakan tinggal, permudaan dan keterbukaan tanah melalui proses penyaradan. 2. Pemanfaatan kayu yang maksimal dengan mengurangi limbah 3. Mengurangi jarak sarad 4. Mengurangi tingkat kecelakaan pada saat pemanenan dan mengurangi biaya operasional lainnya. B. Kelompok Sasaran Operator Chainsaw dan pembantunya.
2)
Direncanakan sebelumnya: Penentuan pada saat perencanaan opersional pada peta kerja.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
8
SFMP Document No 10b (1999)
C. Peralatan, bahan Chainsaw, Parang, Baji untuk penebangan dan pembagian batang, Spare parts (rantai dan bar cadangan) Alat (kikir, kunci busi, busi) Petrol, oli bekas, gemuk Peta kerja (peta pohon dengan rencana jalan sarad) Kertas dan ballpoint Pakaian pengaman (sarung tangan, helm, sepatu kerja), Pita diameter Air minum, makanan. D. Prinsip penebangan terarah 1. Persiapan Pengontrolan kelengkapan peralatan dan bahan bakar (peralatan kerja, spare parts, solar, pelumas, dll.) Rencana harian dengan bantuan peta rencana kerja (peta pohon dan peta kontur dengan jalan sarad) Mempelajari posisi jalan sarad yang telah dibuat dan Tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) 2. Definisi tebang terarah Menentukan arah rebah dengan mempertimbangkan keadaan pohon yaitu: bentuk tajuk dan batang yang tidak silindris, arah angin, cacat pada batang, keadaan liana yang terkait dengan pohon lain. Arah rebah sedapat mungkin ke jalan sarad atau sedekat mungkin ke jalan sarad yang memudahkan penyaradan, sehingga membentuk sudut ±45o; jika arah rebah tidak memungkinkan menuju jalan sarad, maka tebanglah dengan arah yang berlawanan. Menghindari kerusakan penebangan terhadap pohon inti. Menghindari arah rebah ke tempat yang banyak permudaan. Jangan menebang pohon ke daerah yang dilindungi (kiri-kanan sungai). Jangan menebang pohon ke arah anak sungai, batu, tunggak, selokan agar kayu tidak pecah. Tebanglah semua pohon ke daerah yang sudah terbuka, tetapi jangan menebang lebih dari 2 pohon dalam satu tempat yang terbuka. Usahakan menebang menuju pematang untuk memudahkan proses penyaradan.
Penentuan arah rebah ditentukan sebelumnya oleh operator Chainsaw sesuai dengan kondisi pohon terakhir di lapangan. Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
9
SFMP Document No 10b (1999)
3. Penebangan Utamakan keselamatan kerja, jangan menebang pohon jika merasa ragu akan timbulnya bahaya, misalnya terhadap liana, pohon yang condong. Jangan menebang pada saat angin kencang, khususnya pada blok tebang penyelamatan. Bersihkan pangkal pohon dan sekitarnya dengan radius yang cukup. Amankan semua peralatan sebelum penebangan dilakukan. Yakinkan pada saat penebangan tidak ada orang lain disekitarnya (dengan radius sebesar dua kali dari pohon yang akan ditebang). Usahakan takik rebah serendah mungkin untuk memperoleh volume kayu yang lebih besar (Gambar 3-kiri); jika pohon berbanir, letakkanlah takik rebah secukupnya. Buat takik rebah kurang lebih 1/3 diameter pohon yang akan ditebang. Jika takik rebah sudah terbuka, maka nampak mulut takik rebah membentuk sudut 45o (Gambar 3-kanan). Peletakan takik balas berkisar antara 5-10 cm terhadap takik rebah. Potonglah pada kedua sisi sedalam 5-10 cm agar kayu tidak pecah. Gunakan baji dari kayu untuk menjamin keselamatan penebang dan menjamin arah rebah pohon seperti apa yang telah direncanakan. Berhati-hatilah untuk menebang pohon yang kering. Memberikan isyarat pada saat membuat takik balas. Pasanglah potongan label pertama pada tunggak untuk kontrol dan label kedua pada batang yang disarad serta yang ketiga dilaporkan oleh Chainsaw operator pada mandor tebang.
Gambar 3. Peletakan takik rebah yang cukup rendah (kiri) dan pembuatan takik rebah ± 45o. 4. Kegiatan setelah penebangan Manfaatkan semua kayu yang komersil yang telah ditebang – juga jika kayu yang ditebang mempunyai kualitas rendah dan masih dapat digunakan, seperti kayu yang berlobang jika besarnya lobang tidak lebih dari 1/3 dari besarnya diameter. Jika kayu yang ditebang berbanir, potonglah bagian banir tersebut sampai terlihat silindris. Jika kualitas kayu di atas cabang pertama mempunyai kualitas kayu cukup baik (panjang 2 m atau lebih), potonglah log tersebut sampai di atas cabang pertama yang masih bisa dimanfaatkan. Potonglah panjang log sesuai dengan aturan/kebutuhan dari pabrik. Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
10
SFMP Document No 10b (1999)
Catatlah jumlah kayu yang dipotong pada peta kerja dan tandai pada log. Bila ditemukan halangan untuk proses winching (mis: batang besar yang melintang), sebaiknya dibersihkan oleh operator chainsaw.
5. Laporan harian Setiap sore hari operator Chainsaw memberikan laporan rutin penebangan kepada Mandor blok berdasarkan label yang ada seperti contoh berikut: Tabel 2. Laporan Harian Jumlah Batang yang Ditebang oleh Operator Chainsaw Kepada Mandor Tebang Nama operator Chainsaw: Petak/anak petak: Tanggal: Nomor Nomor Jenis urut pohon 1. MM 217 2. KR 242 3. BK 220 . . . . . . . .
Jumlah batang 1 2 1
Nomor urut
Jenis
Nomor pohon
Jumlah batang
3.3. Penyaradan dengan Menggunakan "Winching" A. Sasaran Tujuan utama dari penyaradan dengan menggunakan traktor dalam teknik RIL adalah: Untuk mengeluarkan kayu dari lokasi penebangan sampai ke TPn, dengan mengurangi kerusakan terhadap tegakan tinggal dan keterbukaan tanah yang sekecil mungkin yaitu dengan perencanaan atau penandaan jalan sarad dan TPn sebelum penebangan. Mengurangi biaya penyaradan B. Kelompok sasaran Operator traktor dan pembantunya (Hookman) C. Bahan dan peralatan Traktor dengan kabel pada drum sepanjang 45 m. Peta kerja (peta pohon dan peta topografi dengan rencana jalan sarad) Blangko untuk laporan D. Prinsip penyaradan 1. Teknik penyaradan
1. Hindari pengupasan tanah – pengupasan dilakukan pada kelerengan yang lebih kecil dari 26% (15o). 2. Hindari penyaradan jika kondisi tanah basah dan waktu hujan deras. Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
11
SFMP Document No 10b (1999)
3. Gunakan peta rencana kerja untuk mengontrol kayu yang disarad dan laporan dari penebang. 4. Gunakanlah winching secara konsekuen dari pangkal pohon sampai ke jalan sarad utama yang disarad sampai dengan panjang 15-30 m (Gambar 4). 5. Bila arah rebah melintang terhadap jalan sarad maka dilakukan penyaradan bertahap. 6. Susunlah batang kayu cukup dikiri kanan jalan utama/cabang, TPn dibuat jika sangat diperlukan, ukuran yang disesuaikan dengan jumlah kayu yang disarad. 7. Lebih optimal bila dalam penyaradan dimanfaatkan "Choker" (Gambar 5) 8. Apabila penyaradan harus menyeberangi anak sungai, buatlah gorong-gorong sementara dari batang kayu lubang dan setelah kegiatan penyaradan selesai dibongkar kembali agar saluran air tidak tersumbat (Gambar 6).
Gambar 4. Kegiatan penyaradan dengan "Winching". Untuk mempermudah helper dalam proses penyaradan pada saat memasang hook kebatang yang akan disarad dan memperlambat kerusakan kabel winch, maka sebaiknya digunakan "Choker".
Gambar 5. Penggunaan "Choker" dalam kegiatan penyaradan. Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
12
SFMP Document No 10b (1999)
Gambar 6. Pembuatan jembatan sementara untuk penyaradan. 2. Laporan harian
Setiap sore hari operator traktor memberikan laporan rutin penebangan kepada mandor blok yaitu: Tabel 3. Laporan Harian Jumlah Batang yang Disarad Operator Traktor Kepada Mandor Tebang Nama operator Traktor: Petak/anak petak: Tanggal: Nomor Jenis urut 1. MM 2. KR 3. BK . . . . . . . .
Nomor pohon 217 242 220
Jumlah batang 1 2 1
Nomor urut
Jenis
Nomor pohon
Jumlah batang
Mandor blok diperlukan untuk mengontrol semua kayu yang telah ditebang dan disarad untuk dicocokkan dengan peta pohon.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
13
SFMP Document No 10b (1999)
3.4. Kegiatan Pembuatan Sudetan dan Parit (Closing up) A. Sasaran Closing up adalah pembuatan parit dan sudetan pada jalan sarad untuk mengurangi erosi tanah setelah kegiatan penyaradan. Kegiatan pembuatan sudetan dan parit dilakukan langsung setelah kegiatan penyaradan selesai yaitu pada saat operator traktor akan meninggalkan jalan sarad. Closing up dibuat lebih banyak jika: 1. Tingkat erosi tanah lebih besar 2. Pemanenan dilakukan pada musim penghujan 3. Kemiringan jalan sarad semakin terjal. B. Kelompok sasaran Operator traktor dan helper. C. Prinsip pembuatan sudetan dan parit Pembuatan sudetan dan parit dibuat pada daerah yang menurun dan tempat aliran air. Pembuatan sudetan dan parit dilakukan pada saat tidak ada hujan. Posisi sudetan membentuk sudut ± 45o terhadap jalan sarad dan dibuat pintu pembuangan air. Hal ini diperlukan untuk mengurangi laju dan jumlah aliran air hujan dipermukaan jalan sarad (Gambar 7). JALAN SARAD
PENAMPANG MELINTANG
PARIT
Gambar 7. Perspektif sudetan dan parit pada jalan sarad (FAO, 1999).
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
14
SFMP Document No 10b (1999)
IV. KEGIATAN TIM PERENCANAAN DAN PRODUKSI 4.1. Pengontrolan Hasil Pekerjaan Penebangan dan Penyaradan Kegiatan pengontrolan oleh mandor blok dilakukan rutin. Setiap mandor blok bertugas mengawasi dan memberikan pengarahan maksimal untuk 3 orang penebang serta 3 orang penyarad secara bergantian. Untuk menentukan kualitas pekerjaan dari masing-masing operator berdasarkan tabel yang telah dipersiapkan (Lampiran 3-4). Untuk menyamakan persepsi dari masing-masing penilai dilampirkan pengertian dari masing-masing indikator (Lampiran 1-2). Hasil penilaian lapangan dapat digunakan sebagai dasar penentuan premie.
4.2. Tim Pengawasan Kegiatan evaluasi oleh tim gabungan dari bidang perencanaan dan produksi dilakukan satu kali dalam sebulan, untuk mengevaluasi hasil penilaian mandor blok terhadap operator chainsaw ataupun operator traktor. Pengontrolan terhadap kualitas penebangan dan penyaradan dilakukan secara acak dengan jumlah sampel yang mewakili hasil penilaian. Dalam penilaian diperlukan pengalaman atau keahlian khusus (profesional judgement).
4.3. Sistem Pengupahan dan Premie Untuk memberikan motivasi dan mencapai kualitas kerja yang baik dalam kegiatan pemanenan, maka perlu diberikan premie/bonus sesuai kualitas pekerjaan dari masing-masing operator (bonus untuk pekerjaan yang sesuai prosedur RIL dan sangsi apabila melanggar prosedur RIL). Pengupahan pembantu operator (helper) umumnya dibayar oleh operator. Setiap perusahaan dapat menentukan sistem bonus dan sangsinya masing-masing. Untuk mengevaluasi kinerja darti operator chainsaw dan traktor, maka kita harus memfokuskan pada beberapa hal yang sangat penting yaitu: 1. Kegiatan Penebangan
Arah rebah: pohon yang ditebang sesuai dengan arah yang direncanakan yaitu membentuk sudut ± 45o (sirip ikan) terhadap jalan sarad. Pembagian batang: pemotongan batang tepat dengan memanfaatkan batang secara maksimal. Ketuntasan penebangan: penebangan semua pohon-pohon yang komersil dan yang dapat dimanfaatkan (berlabel merah). Tinggi tunggak: tinggi takik balas di atas tanah untuk pohon yang tidak berbanir kurang dari 30 cm. Kerusakan pohon inti: dalam penebangan sebaiknya menghindari kerusakan pohon inti.
2. Kegiatan Penyaradan:
Penyaradan pada jalur: penyaradan hanya melalui jalan sarad yang telah direncanakan dan tidak keluar dari jalur. Lebar jalur penyaradan: lebar jalur penyaradan tidak melebihi pisau traktor ( =< 4,5 m). Jarak "Winching": penyaradan dengan menggunakan winching dengan jarak antara 15 30 m terhadap batang-batang yang rebahnya menjauhi jalan sarad.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
15
SFMP Document No 10b (1999)
Ketuntasan penyaradan: menyarad semua kayu yang telah ditebang. Penutupan jalur penyaradan (closing up): setelah penyaradan dilakukan closing up pada jalur sarad yang menurun.
4.4. Contoh Penentuan Premie Dasar Berdasarkan Lampiran 3 dan 4, maka kita akan memperoleh hasil evaluasi dari mandor blok dan telah dikontrol oleh tim gabungan dari bidang perencanaan dan produksi. Dari kolom yang ada maka kita dapat menjumlahkan berapa jumlah nilai yang baik, sedang dan jelek. Dari hasil penilaian dihitung berdasarkan jumlah point yang diperoleh masingmasing operator yaitu: Setiap nilai BAIK mendapat nilai 2 Setiap nilai SEDANG mendapat nilai 1 Setiap nilai KURANG mendapat nilai 0 Untuk mendapatkan Premie sebesar: 15% dari upah dasar maka operator harus mempunyai nilai di atas 15 10% dari upah dasar maka operator harus mempunyai nilai minimum 10 0% dari upah dasar maka operator traktor tidak mendapatkan premie. Surat peringatan ini dibuat secara bertahap yaitu peringatan pertama, kedua dan ketiga (pemecatan), dalam jangka waktu satu tahun. Tabel 4. Usulan Persentase Premie Berdasarkan Upah Dasar untuk Operator Chainsaw dan Operator Traktor Jumlah Point Premie yang Diperoleh yang dari Upah Dasar Diperlukan UNTUK OPERATOR CHAINSAW No.
1.
> 15 Point
15 % x Upah Dasar
2.
10-14 Point
10 % x Upah Dasar
3.
< 10 Point
Tidak mendapat premie
Keterangan
Apabila penebang pada point 3 (Pembuatan takik rebah) 4 (Pembuatan engsel dan takik balas) 5 (Tinggi tunggak) mendapatkan nilai min. SEDANG --Mendapat surat peringatan (maksimal 3 x dalam 1 tahun)
UNTUK OPERATOR TRAKTOR 1. 2. 3.
Apabila penebang pada point > 15 Point 15 % x Upah Dasar 4 (Penggunaan Winch 10-15 m) mendapatkan nilai minimum SEDANG 10-14 Point 10 % x Upah Dasar --Mendapat surat peringatan < 10 Point Tidak mendapat premie (maksimal 3 x dalam 1 tahun) NB: Persentase penambahan premie ditentukan sendiri oleh perusahaan
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
16
SFMP Document No 10b (1999)
Untuk memudahkan perhitungan premie berdasarkan Tabel 5, maka kita ambil contoh perhitungan: 1. Kegiatan Penebangan Sebagai contoh, upah dasar untuk penebang adalah Rp. 1.750,-/m3, sedangkan produksi penebangan sebanyak 1.500 m3/bulan. Pada Tabel 6 diperoleh hasil penilaian mandor tebang sbb: Tabel 5. Contoh Perhitungan Premie Berdasarkan Upah Dasar untuk Penebang (Chainsaw milik operator) Kriteria
Jumlah Nilai
Hasil Perhitungan
Baik
8
8 x 2 P = 16 Point
Sedang Kurang TOTAL
1 2 11
1 x 1 P = 1 Point 2 x 0 P = 0 Point 17 Point
Upah Dasar
Premie
1500 x Rp.1.750= RP. 2.625.000,-----
Rp. 2.625.000 x 15% = Rp.393.750,-----
Tabel 6. Hasil Penilaian Kegiatan Penebangan Penebang : ………………….Petak/Anak Petak: LL10 No.
Teknik Penebangan Uraian
1.
Penggunaan peta kontur/ pohon
2. 3. 4.
Pembersihan jalan lari Pembuatan takik rebah Pembuatan engsel dan takik balas Tinggi tunggak pada pohon yang tidak berbanir
5. 6.
Penggunaan baji
7. 8.
Arah rebah terhadap jalan sarad Kerusakan Pohon Inti
9.
Pengurangan limbah kayu
Bulan : Agustus 1999
Hasil yang Diperoleh Baik Sedang Kurang
Keterangan Peta kontur/pohon tidak dibawa
Kadang-kadang menggunakan baji
Limbah bebas cukup banyak
cabang
Meninggalkan pohon baik tanpa alasan 11. Cara pemasangan label pohon Jumlah kayu yang ditebang/bln 12. Volume (m3) 1500 Jumlah batang (N) 300 Kondisi Lapangan (Tegakan, 13. Rapat, sedang, liat Topografi, Tanah) Jumlah pohon yang diuji 14. 30 (Tulis nomor pohon yang diuji) Evaluasi hasil pekerjaan penebangan secara keseluruhan: Teknik penebangan baik sehingga limbah di hutan berkurang dan masih perlu pemanfaatan baji untuk memastikan arah rebah serta pemanfaatan peta pohon lebih sering digunakan. 10.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
17
SFMP Document No 10b (1999)
2. Kegiatan Penyaradan
Sebagai contoh upah dasar untuk penyarad adalah Rp. 1.500,-/m3, sedangkan produksi penyaradan sebanyak 1.500 m3/bulan. Pada Tabel 8 diperoleh hasil penilaian mandor tebang sbb: Tabel 7. Contoh Perhitungan Premie Berdasarkan Upah Dasar untuk Penyarad Jumlah Nilai 2
2 x 2 P = 4 Point
Sedang
7
7 x 1 P = 7 Point
Kurang TOTAL
2 11
2 x 0 P = 0 Point 11 Point
Kriteria Baik
Hasil Perhitungan
Upah Dasar
----1500 x Rp.1500 = Rp. 2.250.000 x 10% = Rp. 2.250.000,Rp.225.000,-----
Tabel 8. Hasil Penilaian Kegiatan Penyaradan Penyarad : ………………Petak /Anak petak: KK12 No. 1. 2.
Teknik Penyaradan Uraian
Penyaradan melewati anak sungai, rawa, mata air
4.
Penggunaan winch
5. 6. 7. 8. 9.
Lebar jalan sarad Kerusakan tegakan tinggal Kerusakan Pohon Inti Keterbukaan tanah Pembuatan TPn Teknik penyaradan pada posisi kayu yang jelek Pembuatan sudetan dan parit (closing up) Jumlah kayu yang disarad/bln Volume (m3) Jumlah batang (N)
10. 11. 12.
Bulan : September 1999
Hasil Yang Diperoleh Sedang Kurang
Baik
Penggunaan peta kontur/pohon dan skets jalan sarad Pembuatan jalan sarad sebelum penebangan
3.
Premie
Keterangan Peta kontur/pohon tidak dibawa
> 15 m
10-15 m
< 10 m
Penyaradan bertahap tidak dilakukan
1500 300
Kondisi Lapangan (Tegakan, Sedang, sedang, liat berpasir Topografi, Tanah) Jumlah pohon yang diuji 14. 30 (Tulis nomor pohon yang diuji) Evaluasi hasil pekerjaan penyaradan secara keseluruhan: Teknik penyaradan cukup baik, penggunaan winching lebih ditingkatkan, penyaradan bertahap harus lebih sering dilakukan 13.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
18
SFMP Document No 10b (1999)
DAFTAR PUSTAKA Anonymous (1998): Panduan Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan. Departemen Kehutanan Dan Perkebunan. Jakarta. Anonymous (1999): Penebangan Pohon Di Hutan Tropis. Berau Forest Management Project (BFMP). Elias, Ulbricht, R. dan Setyapranarko, A. (1997): Pedoman "Reduced Impact Tractor Logging" Untuk Kalimantan Timur (Draft). Promotion of Sustainable Forest Management Systems (SFMP) In East Kalimantan. FA0 (1999): Code of Practice for Forest Harvesting in Asia-Pacific. FAO. RAP Publication: 1999/12. Hardiansyah, G. (1998): Teknik Praktis RIL (Reduced Impact Logging) Untuk Pembuatan Jalan Sarad dan Penyaradan. Divisi Penelitian dan Pengembangan Hutan PT. Suka Jaya Makmur. Hentschel, S. (1997): About the Methodology of Computer Aided Planning of - Forest Roads within the Scope of the SFMP Case Study - Forest Demonstration Project. Working Paper. Promotion of Sustainable Forest Management Systems (SFMP) In East Kalimantan (Unpublished). Ruslim, Y. (1998): Petunjuk Dasar Dalam Timber Cruising dan Survei Topografi. SFMP Document No. 16 (1998). Promotion of Sustainable Forest Management Systems (SFMP) In East Kalimantan. Ruslim, Y., Hinrichs, A., Sulistioadi, B. dan PT. Limbang Ganeca (2000): Studi Implementasi Reduced Impact Tractor Logging. SFMP Document No. 1 (2000). Promotion of Sustainable Forest Management Systems (SFMP) In East Kalimantan. Sist, P., Dykstra, D. and Fimbel, R. (1998): Reduced-Impact Logging Guidelines for Lowland and Hill Dipterocarp Forest in Indonesia. Bulungan Research Report Series No. 1. Center for International Forestry Research. Ulbricht, R. dan Elias (1996): Reduced Impact Logging (Penebangan Tearah di Hutan yang Dikelola Secara Selektif di Kalimantan). SFMP Document No. 18 (1996). Promotion of Sustainable Forest Management Systems (SFMP) In East Kalimantan. Ulbricht, R., Hinrichs, A. and Ruslim, Y. (1999): Technical Guideline for Salvage Felling in Rehabilitation Areas After Forest Fire. SFMP Document No. 1 (1999). Promotion of Sustainable Forest Management Systems (SFMP) In East Kalimantan.
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
19
SFMP Document No 10b (1999) Lampiran 1. Indikator, Pengertian, Derajat dan Deskripsi untuk Kegiatan Penebangan Dalam Evaluasi Internal Perusahaan No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
INDIKATOR
PENGERTIAN
Peta kontur sangat berguna Penggunaan peta kontur/pohon untuk kelancaran penebangan dan penentuan arah rebah Keselamatan penebang dan Pembersihan jalan lari Helper merupakan hal yang paling diutamakan Takik rebah berguna untuk mengendalikan arah rebah ke Pembuatan takik rebah jalan sarad yang telah direncanakan Engsel dan takik balas berguna Pembuatan engsel dan takik balas untuk mengendalikan arah rebah dan mencegah pecahnya batang Tunggak yang ditinggal terlalu Tinggi tunggak pada pohon yang tinggi di hutan, akan metidak berbanir ngurangi volume produksi dan menambah limbah di hutan Untuk mengendalikan arah Penggunaan baji rebah ke jalan sarad yang telah direncanakan Untuk mengurangi kerusakan Arah rebah terhadap jalan sarad tegakan tinggal pada saat penyaradan Pohon inti merupakan pohon Menghindari kerusakan pohon inti yang diperlukan untuk generasi yang akan datang
DERAJAT
DESKRIPSI
Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang
Peta kontur digunakan setiap hari Peta kontur hanya digunakan sewaktu-waktu Peta kontur tidak pernah digunakan Jalan lari selalu dipersiapkan oleh Helper Jalan lari kadang-kadang dipersiapkan oleh Helper Jalan lari tidak dipersiapkan oleh Helper
Baik Sedang Kurang
Sudut takik rebah 45o Sudut takik rebah 15o - 45o Sudut takik rebah <15o
Baik Sedang Kurang
Lebar 5-10 cm; tinggi takik balas 5-10 cm Lebar 3-5 cm; tinggi takik balas 3-5 cm Lebar < 3 cm; tinggi takik balas < 3 cm
Baik Sedang Kurang
Maksimal 30 cm Antara 31 - 50 cm > 50 cm
Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang
Selalu menggunakan baji pada kondisi yang sulit Kadang-kadaang menggunakan baji Tidak pernah menggunakan baji Arah rebah < 45o Arah rebah 45 - 60o Arah rebah > 60o Pohon inti hanya mengalami cacat batang Pohon inti cukup banyak yang mati Pohon inti sangat banyak yang mati
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
20
SFMP Document No 10b (1999)
9.
10.
11.
Sisa batang yang ditinggal terlalu banyak di hutan, akan Pengurangan limbah mengurangi volume produksi dan menambah limbah Pemanfaatan secara maksimal Meninggalkan pohon yang baik semua pohon yang komersil > tanpa alasan 50/60 cm
Cara pemasangan label pohon
Diperlukan dalam kegiatan lacak balak (TUK)
Baik Sedang Kurang
Pemanfaatan seluruh batang yang ditebang secara optimal Limbah pangkal dan ujung cukup banyak tertinggal Banyak limbah pangkal dan ujung yang tinggal
Baik Sedang Kurang Baik Sedang
Semua pohon dimanfaatkan secara maksimal Ada sebagian pohon komersil tertinggal di hutan Banyak pohon komersil yang tertinggal di hutan Label selalu terpasang pada bontos batang dan tunggak Label terpasang pada bontos sebagian pada tunggak tidak ada atau sebaliknya Label tidak terpasang pada bontos batang dan tunggak
Kurang 12.
Jumlah kayu yang ditebang/bln
13.
Kondisi Lapangan
Tegakan (Padat, sedang, ringan) Topografi (Berat, sedang, ringan) Tanah (Liat, rawa, berbatu)
14.
Jumlah pohon yang diuji
Tuliskan jumlah pohon yang diuji
NB: Point 1, 2, 6, 11 diuji pada saat kegiatan penebangan dilakukan langsung oleh operator Chainsaw dan helper Diperlukan profesional judgement bagi masing-masing penilai
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
21
SFMP Document No 10b (1999) Lampiran 2. Indikator, Pengertian, Derajat dan Deskripsi untuk Kegiatan Penyaradan Dalam Evaluasi Internal Perusahaan No .
1.
INDIKATOR
PENGERTIAN
Peta kontur sangat berguna untuk Penggunaan peta kontur/pohon dan penentuan posisi jalan sarad di skets jalan sarad pematang Pada cuaca yang jelek, jalan sarad diperlukan untuk jalan lari penebang dan Helper
2.
Pembuatan jalan sarad sebelum penebangan
3.
Menghindari penyaradan melewati Untuk menghindari terjadinya anak sungai, rawa, mata air genangan air dan erosi pada sungai
4.
Penggunaan winch
Untuk menghindari jumlah keterbukaan tanah (erosi) dan kerusakan tegakan tinggal
5.
Lebar jalan sarad
Untuk menghindari erosi setelah penyaradan selesai
Kerusakan tegakan tinggal
Untuk mempertahankan jumlah jenis (Biodiversity) setelah pemanenan
6.
7.
Kerusakan Pohon Inti
Merupakan pohon yang akan dipanen pada rotasi kedua
DERAJAT
DESKRIPSI
Baik
Peta kontur & peta jln sarad digunakan pada saat pembuatan jalan sarad Peta kontur & peta jln sarad tidak digunakan pada saat pembuatan jalan sarad
Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
Jalan sarad selalu dipersiapkan sebelum penebangan Jln sarad kadang-kadang dipersiapkan sebelum penebangan Jalan sarad tidak dipersiapkan sebelum penebangan Penyaradan melewati anak sungai selalu dihindari Penyaradan melewati anak sungai kadang-kadang dihindari Penyaradan selalu melewati anak sungai Kabel winch ditarik > 15 m Kabel winch ditarik 10 - 15 m Kabel winch ditarik < 10 m Lebar jalan sarad < 4,5 m Lebar jalan sarad 4,6 - 5 m Lebar jalan sarad > 5 m Tidak terjadi pendorongan pohon dikiri kanan jalan sarad pada tingkat tiang Cukup banyak pendorongan pohon dikiri kanan jalan sarad pada tingkat tiang Terlalu banyak pendorongan pohon dikiri kanan jalan sarad pada tingkat tiang Tidak terjadi pendorongan pohon inti dikiri kanan jalan sarad Cukup banyak pendorongan pohon inti dikiri kanan jalan
22
SFMP Document No 10b (1999)
Kurang
8.
Keterbukaan tanah
Untuk menghindari terjadinya erosi dan meningkatkan efisiensi penyaradan
9.
Pembuatan TPn
Untuk menghindari terjadi erosi dan mengurangi biaya rehabiilitasi
10.
Teknik penyaradan pada posisi kayu yang jelek
Untuk mengurangi kerusakan tegakan tinggal dan mencegah patahnya kayu yang disarad
Pembuatan sudetan dan parit (closing up)
Untuk mencegah erosi setelah kegiatan pemanenan selesai
11.
Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Kurang Baik Sedang Kurang
12.
13.
14.
Jumlah kayu yang disarad/bln Tegakan (Padat, sedang, ringan) Kondisi Lapangan Topografi (Berat, sedang, ringan) Tanah (Liat, rawa, berbatu) Jumlah tunggak dan batang yang Tuliskan jumlah tunggak dan batang yang diuji diuji NB: Diperlukan profesional judgement bagi masing-masing penilai
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
sarad Terlalu banyak pendorongan pohon inti dikiri kanan jalan sarad Tidak melakukan manuver & membuat winching Melakukan manuver sewaktu-waktu Selalu melakukan manuver TPn sesuai dengan potensi (20x40 m) TPn tidak sesuai dengan potensi (melebihi 20x40 m) TPn terlalu besar dan tidak sesuai dengan potensi Melakukan proses penyaradan secara bertahap Tidak melakukan proses penyaradan secara bertahap Selalu dilakukan pembuatan parit dan guludan pada turunan jalan sarad yang miring (> 10%) Kadang-kadang dilakukan pembuatan parit dan guludan pada turunan jalan sarad yang miring (> 10%) Tidak pernah membuat parit dan guludan pada turunan jalan sarad yang miring (> 10%)
SFMP Document No. 10b (1999) Lampiran 3. Laporan Evaluasi Kemajuan Penerapan Reduced Impact Logging (RIL)
I. KEGIATAN PENEBANGAN Penebang : ………………….Petak/Anak Petak: …………..
Teknik Penebangan
Bulan :
……………
Hasil yang Diperoleh
No.
Keterangan
Baik
Uraian 1.
Penggunaan peta kontur/pohon
2.
Pembersihan jalan lari
3.
Pembuatan takik rebah
4.
Pembuatan engsel dan takik balas
5.
Tinggi tunggak pada pohon yang tidak berbanir
6.
Penggunaan baji
7.
Arah rebah terhadap jalan sarad
8.
Kerusakan Pohon Inti
9.
Pengurangan limbah
10.
Meninggalkan pohon baik tanpa alasan
11.
Cara pemasangan label pohon
12.
Jumlah kayu yang ditebang/bln - Volume (m3) - Jumlah batang (N)
13.
Kondisi Lapangan (Tegakan, Topografi, Tanah)
14.
Sedang
Kurang
Jumlah pohon yang diuji (Tulis nomor pohon yang diuji)
Evaluasi hasil pekerjaan penebangan secara keseluruhan:
…………………………… …………………… Ketua Team Evaluasi
…………………… Mandor Tebang
Penyarad
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
24
SFMP Document No. 10b (1999) Lampiran 4. Laporan Evaluasi Kemajuan Penerapan Reduced Impact Logging (RIL)
II. KEGIATAN PENYARADAN Penyarad : ………………….
Petak /Anak petak: …………….
Teknik Penyaradan
Bulan : ………………
Hasil Yang Diperoleh
No.
Keterangan Uraian
1.
Penggunaan peta kontur/pohon
2.
Pembuatan jalan sarad sebelum penebangan
3.
Menghindari penyaradan melewati anak sungai, rawa, mata air
4.
Penggunaan winch
5.
Lebar jalan sarad
6.
Kerusakan tegakan tinggal
7.
Menghindari kerusakan Pohon Inti
8.
Keterbukaan tanah
9.
Pembuatan TPn
10.
Teknik penyaradan pada posisi kayu yang jelek
11.
Pembuatan sudetan dan parit
12.
Jumlah kayu yang disarad/bln - Volume (m3) - Jumlah batang (N)
13.
Baik
Sedang
Kurang
> 15 m
10-15 m
< 10 m
Kondisi Lapangan (Tegakan, Topografi, Tanah)
14.
Jumlah tunggak dan batang yang diuji (Tulis nomor batang yang diuji)
Evaluasi hasil pekerjaan penyaradan secara keseluruhan:
…………………………… ……………………
Ketua Team Evaluasi
……………………
Mandor Tebang
Penyarad
Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)
25