OUKUP, RAMUAN TRADISIONAL SUKU KARO UNTUK KESEHATAN PASCA MELAHIRKAN : SUATU ANALISIS BIOPROSPEKSI TUMBUH-TUMBUHAN TROPIKA INDONESIA
JAMILAH NASUTION
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Oukup, Ramuan Tradisional Suku Karo Untuk Kesehatan Pasca Melahirkan: Suatu Analisis Bioprospeksi Tumbuh-Tumbuhan Tropika Indonesia” adalah benar hasil karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Desember 2008 Jamilah Nasution NRP.G351060381
ABSTRACT JAMILAH NASUTION. Oukup, Traditional Ingredient of Karo Ethnique for Postnatal Medicine: The Bioprospection Analysis of Indonesian Tropical Plants. Under supervision of SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO and EKO BAROTO WALUJO. Oukup, a steam bath prepared with various plants, is traditional method used in Karo ethnique. Oukup can be used for recuperation after childbirth. The research was conducted to obtain information and to identify various medicinal plants that known have ability as oukup ingredient in Karo community. Oukup ingredient contain bioactive compound so that it can be used as medicine. Method in this research is descriptive qualitative with emic and ethic approach. Semistructured interviews were conducted with oukup costumer, medicine man, businessman oukup, and seller of medical plants for oukup at markets. The result of this research is among 16 species plants that can be the primary component of oukup ingredient consist of Zingiber purpureum, Nicolaia speciosa, Zingiber officinale, Citrus hystrix, Citrus medica, Citrus nobilis, Ocimum basilicum, Kaempferia galanga, Piper nigrum, Alpinia sp., Zingiber americanus, Alpinia galanga, Pandanus amaryllifolius, Gaultheria leucocarpa, Andropogon citratus dan Boesenbergia pandurata. From these various plants, family Zingiberaceae and Rutaceae were most family that found in oukup ingredient. The part of plants that used are leave, fruits, seed and rhizome. Bioactive compound of plants implied consist of atsiri oil, flavonoid, saponin, tannin, polifenol, alkaloid and steroid. Based on the study, the function of these bioactive compounds were not only for postnatal mothers health but also for medical treatment of various disease. This is show that oukup is potential for business that all the ingridients are come from medicinal plants. Keyword : Oukup, medicinal plants, bioactive compound, postnatal medicine
RINGKASAN JAMILAH NASUTION. Oukup, Ramuan Tradisional Suku Karo Untuk Kesehatan Pasca Melahirkan: Suatu Analisis Bioprospeksi Tumbuh-Tumbuhan Tropika Indonesia. Dibimbing oleh SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO dan EKO BAROTO WALUJO.
Oukup, sauna tradisional suku Karo yang memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai ramuannya untuk kesehatan pasca melahirkan dan pengobatan berbagai jenis penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis tumbuhan yang dikenal atau dipercaya masyarakat Karo mempunyai khasiat sebagai bahan ramuan oukup dan mengetahui bahwa jenis tumbuhan yang dikenali tersebut secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat obat atau kosmetika. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif, melalui pendekatan emik dan pendekatan etik. Pendekatan emik yang dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai pengetahuan masyarakat tentang oukup menurut kacamata dan bahasa mereka, tanpa harus menguji kebenarannya. Sedangkan pendekatan etik, digunakan dalam menganalisi data dari pengetahuan masyarakat tersebut secara ilmiah, sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh peneliti yaitu taksonomi. Pendekatan umumnya menggunakan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) dan PRA (Participatory Rural Appraisal) serta wawancara. Wawancara bersifat semi struktur terdiri atas pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan pasar. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data primer dilakukan dengan wawancara mencakup : keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan dalam ramuan oukup, pemanfaatan oukup, dan cara memanfaatkan oukup. Data primer juga termasuk menginventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup. Jenis data sekunder diambil dengan cara studi pustaka yaitu mempelajari laporanlaporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan keadaan fisik daerah tersebut. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian ini diketahui bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan di masing-masing pusat sumber informasi (pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan penjual ramuan oukup di pasar) berbeda-beda. Secara kumulatif dari seluruh informasi dicatat ada 69 jenis tumbuhan yang terdiri atas 42 marga dan 28 suku yang digunakan sebagai ramuan oukup. Diantara jenis-jenis itu, yang terbanyak adalah jenis yang termasuk ke dalam suku Zingiberaceae (15 jenis), kemudian berturut-turut Rutaceae (11 jenis), Arecaceae (8 jenis), dan selebihnya kurang dari 3 jenis, bahkan hanya diwakili oleh 1 jenis. Berdasarkan hasil analisis data dari keempat pusat sumber informasi (pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan pasar), tercatat sebanyak 16 jenis, 11 marga dan 7 suku tumbuhan yang dikenali oleh seluruh responden. Hal ini menunjukkan bahwa ke 16 jenis tersebut merupakan komponen utama dalam ramuan oukup, ramuan tersebut terdiri atas Zingiber purpureum, Nicolaia speciosa, Zingiber officinale, Citrus hystrix, Citrus medica, Citrus nobilis, Ocimum basilicum, Kaempferia galanga, Piper nigrum, Alpinia sp., Zingiber americanus, Alpinia galanga, Pandanus amaryllifolius, Gaultheria leucocarpa,
Andropogon citratus dan Boesenbergia pandurata. Dari jenis-jenis tersebut Zingiberaceae dan Rutaceae tetap menjadi komponen utama dalam ramuan oukup. Pemanfaatan oukup yang terkait dengan kesehatan pasca melahirkan, oukup merupakan salah satu cara perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan, artinya membuat si ibu berkeringat dengan cara memasak air disertai dengan ramuan-ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat dan diletakkan di bawah kursi duduk sambil dibungkus dengan selimut. Dan menyebabkan uap air panas itu memaksa si ibu berkeringat, maksudnya supaya si ibu sehat karena sisa kotoran di dalam tubuhnya keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Terkait dengan senyawa bioaktif yang terkandung dalam 16 jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup menunjukkan bahwa senyawa minyak atsiri, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, alkaloid dan steroid adalah senyawa yang terkandung dalam bagian-bagian tumbuhan tersebut yang terdiri atas daun, batang, buah, biji dan rimpang. Begitu juga halnya peluang pengembangan potensi oukup sebagai suatu usaha yang saat ini berkembang menjadi lahan bisnis, yang semua bahan ramuannya berasal dari tumbuhan obat. Kalau ditinjau dari segi ekonomi, ramuan oukup mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, baik di pasaran maupun untuk industri tumbuhan obat.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
OUKUP, RAMUAN TRADISIONAL SUKU KARO UNTUK KESEHATAN PASCA MELAHIRKAN : SUATU ANALISIS BIOPROSPEKSI TUMBUH-TUMBUHAN TROPIKA INDONESIA
JAMILAH NASUTION
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis : Oukup, Ramuan Tradisional Suku Karo Untuk Kesehatan Pasca Melahirkan: Suatu Analisis Bioprospeksi Tumbuh-Tumbuhan Tropika Indonesia. Nama
: Jamilah Nasution
NRP
: G351060381
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, M.Sc Prof. Dr. Eko Baroto Walujo, M.Sc Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Biologi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian : 18 Desember 2008
Tanggal Lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si
PRAKATA Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan karena atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul “Oukup, Ramuan Tradisional Suku Karo Untuk Kesehatan Pasca Melahirkan: Suatu Analisis Bioprospeksi Tumbuh-Tumbuhan Tropika Indonesia”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada Dr. Ir. Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, M.Sc dan Prof. Dr. Eko Baroto Walujo, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi Pembimbing, berkat bimbingan inilah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dan ucapan terima kasih kepada beliau yang telah banyak memberikan petunjuk, nasehat dan membimbing dengan sabar dan bijaksana. Serta ucapan terima kasih kepada Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si. selaku penguji luar komisi yang telah memberikan masukan sehingga tesis ini bisa menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Taksonomi 2006 (mas Ibnu, ibu Endang, ibu Susi, mbak Ida, mbak Himmah), semua adik-adikku di Maharlika Depan Crew, Keluarga besar LIPI bidang Botani dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan dan motivasi dalam proses penyelesaian tesis ini. Penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda H. Drs. Syamsir Nasution, M.Pd dan Ibunda Hj. Darwati S. yang tercinta, serta adikadikku tersayang Julisda Nasution dan Fadhilah Syam Nasution atas segala dukungan, bantuan, pengorbanan, do’a, keikhlasan dan kesabaran yang diberikan dengan tulus selama penulis menempuh pendidikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Desember 2008 Jamilah Nasution
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 08 Juni 1983 dari ayah Drs. H. Syamsir Nasution, M.Pd dan ibu Hj. Darwati.S. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 2 Medan dan pada tahun yang sama melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Strata Dua di Program Studi Biologi Subprogram studi Taksonomi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI
..........................................................................
x
DAFTAR TABEL
………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR
..............................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN
..............................................................
xiii
Latar Belakang
..............................................................
1
Tujuan Penelitian
..............................................................
3
Manfaat Penelitian
..............................................................
3
..............................................................
4
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi
Potensi Tumbuhan Obat
..................................................
5
Pengobatan Tradisional
..................................................
7
Pengetahuan Botani Tradisional
......................................
8
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .................................................
11
Bahan Dan Alat
11
.............................................................
Teknik Pengumpula Data
..................................................
11
Analisis Data ..........................................................................
12
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….
14
………………………………………..
15
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup ………………………………………..
17
Bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dalam ramuan oukup ………………………………………..
33
Kandungan senyawa bioaktif dalam ramuan oukup ………..
33
Status keberadaan tumbuhan bahan ramuan oukup di alam ..
37
……………………………..…
40
Pengertian tentang oukup Manfaat oukup
Prospek ke depan
SIMPULAN DAN SARAN ..........…………………………………
42
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................
44
..........................................................................
48
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL halaman 1
Data perolehan keanekaragaman jenis tumbuhan di masing-masing pusat sumber informasi …………………………………………
18
Jenis-jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup …………………………………………………
19
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang diketahui dan dikenali responden berdasarkan kelompok etnis dan jenis kelamin ………..
21
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang diketahui dan dikenali responden berdasarkan usia dan jenis kelamin …………………
22
Pengetahuan keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan oleh masing-masing tabib …………………………………………
23
Indeks kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis tumbuhan yang digunakan tabib …………………………………
25
Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis tumbuhan yang digunakan pengusaha oukup …………………
27
Jumlah jenis, marga dan suku tumbuhan untuk oukup dari pusat sumber informasi pasar ………………………………...
29
Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis tumbuhan yang ada di pasar ………………………………...
31
10 Jenis-jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup ………………………………………………...
34
2
3
4
5
6
7
8
9
DAFTAR GAMBAR halaman 1 Suku tumbuhan yang terdapat di dalam ramuan oukup
…………
18
2 Jumlah jenis, marga dan suku tumbuhan yang digunakan oleh pengusaha oukup ………………………………………..
26
3 Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan di dalam oukup menurut sumber informasi dari pedagang di pasar …………
30
4 Persentase berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup ……………………………..………………….
33
5 Persentase status tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup …………………………………………………
38
6 Persentase kemudahan memperoleh bahan ramuan berdasarkan jenisnya ………………………………………………………..
39
7 Persentase jenis tumbuhan berdasarkan habitat
……………….
39
8 Persentase jenis tumbuhan berdasarkan habitus
……………….
40
DAFTAR LAMPIRAN halaman 1 Peta Lokasi Penelitian
……………………………………….
48
2 Keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup beserta data persebarannya ….................................
49
3 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup .... ..
52
………..
54
……………………………….
55
………………………………………..
56
4 Jenis-jenis ramuan yang diperjualbelikan di pasar 5 Cara meramu ramuan oukup 6 Ruang oukup dan sauna
PENDAHULUAN Latar Belakang Alam pada hakekatnya menyediakan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan oleh penghuninya untuk kelangsungan hidup. Manusia, sebagai salah satu bagian dari penghuni alam diketahui paling mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dimana ia tinggal dibandingkan dengan makhluk lainnya. Hubungan keterkaitan dan saling ketergantungan ini lebih disebabkan karena manusia memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Melalui daya-daya tersebut dan kemudian atas dasar pengalamannya yang di uji selama bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad lamanya, maka manusia mengalami perkembangannya (Walujo 1992). Sejarah pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk obat-obatan dan kosmetika merupakan salah satu contoh begitu panjang dan rumitnya tumbuh-tumbuhan serta hasilnya demikian penting bagi kehidupan manusia. Sejak pertama kali tumbuh-tumbuhan
dikenali
memiliki
tanda-tanda
atau
petunjuk
bagi
kemanfaatannya hingga munculnya kelompok herbalis yang mengkompilasi khasiat tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat-zat khusus didalamnya dan diduga mempunyai pengaruh fisiologis tertentu terhadap tubuh manusia. Di Indonesia, pengetahuan tentang obat-obatan tradisional yang berasal dari tumbuhan sudah sejak lama diperkenalkan oleh nenek moyang kita. Secara turun temurun pengetahuan ini diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan untuk setiap daerah atau suku mempunyai kekhasan tradisi sendiri-sendiri. Kekhasan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan falsafah budaya yang melatarbelakangi serta perbedaan kondisi alam terutama vegetasi di masing-masing wilayahnya (Ajijah & Iskandar 1995). Phanerogamae misalnya, merupakan kelompok tumbuh-tumbuhan yang diyakini sebagai sumber obat dan kosmetika. Khusus yang bermanfaat untuk kosmetika sudah lama dipertelakan karena mengandung minyak atsiri sehingga memiliki rasa dan bau yang sangat menyenangkan karena aromanya yang tajam. Sifat kimianya kompleks tapi cenderung mudah dipisahkan dengan cara
penyulingan. Contohnya air sulingan Mawar (Rosa hybrida), Kenanga (Cananga odorata) hampir selalu muncul sebagai produk komersial kosmetika wewangian. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari ujung ke ujung Pulau Sumatera. Wilayah ini memiliki sumber daya alam yang beranekaragam dan sebagian besar memiliki nilai guna yang tinggi. Kehidupan sosial dan kemasyarakatannya masih sangat kental dengan budaya dan sistem kekerabatan yang dipertahankan sampai sekarang. Potensi itu tentunya merupakan salah satu modal dasar yang sangat tinggi nilainya bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Karo dalam mengelola potensi alam dan wilayah serta potensi masyarakat untuk membangun daerah ini, guna kemajuan bangsa dan negara, khususnya bagi Kabupaten Tanah Karo sendiri (Bukit 2005). Seperti umumnya masyarakat tradisional di Indonesia, masyarakat Karo mengatur kehidupan sehari-harinya berpegang pada keselarasan hidup yang terpranatakan dalam adat istiadatnya. Masyarakat Karo sangat mempercayai bahwa manusia, sejak lahir sampai pada kematiannya tidak lepas dari fungsifungsi sosialnya. Menggunakan dan memanfaatkan sumber daya alam tumbuhtumbuhan adalah salah satu bentuk pemahaman bagaimana orang Karo mengelola sumber daya alamnya. Pola yang demikian memperkuat dugaan bahwa orang Karo mengenali sistem pemilahan dan pengelompokkan sumber daya tumbuhtumbuhan tersebut untuk berbagai keperluan hidup. Meskipun dunia pengobatan dan kosmetika makin berkembang dengan pesat bukan berarti pengobatan dan penggunaan kosmetika tradisional di tanah Karo telah menghilang. Secara turun temurun dapat dipastikan mereka telah mampu mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dikenal dan dimanfaatkan untuk bahan obat dan kosmetika. Oukup adalah salah satu contoh bagaimana orang Karo memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk kebugaran dan kesehatan, terutama pada pasca kelahiran. Menurut tradisi, pada pasca melahirkan secara berkala ibu baru ini harus menjalani i-akar-i-okup artinya air dimasak dalam periuk besar sampai mendidih, kemudian diletakkan di bawah kursi duduk lalu dibungkus dengan tikar dan selimut sehingga uap air panas tadi mengenai
badannya, menyebabkan ia berkeringat. Setelah selesai dan sebelum berpakaian lebih dahulu isurungi dengan sekapur sirih agar badan tetap hangat. Sayangnya belum ada penelitian khusus yang mengungkapkan oukup, sebagai ramuan tradisional suku Karo untuk kesehatan ini. Padahal oukup sampai sekarang masih banyak digunakan dan dipraktekkan bahkan berkembang menjadi lahan komersial. Oleh karena itu, terbuka peluang untuk mengembangkan potensi oukup, baik dari segi pengetahuan maupun keanekaragaman jenis tumbuhtumbuhan serta fungsinya untuk kebugaran dan kesehatan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui dan mengidentifikasi keanekaragaman jenis tumbuhan yang dikenal atau dipercaya masyarakat Karo mempunyai khasiat sebagai bahan ramuan oukup. 2. Mengetahui bahwa jenis tumbuhan yang dikenali tersebut secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat obat atau kosmetika.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Mengungkapkan bahwa terdapat sediaan obat tradisional, dalam hal ini Oukup, yang digunakan masyarakat Karo yang dapat dikategorikan sebagai Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu diketahui untuk kemudian diteliti dan dikembangkan lebih lanjut. 2. Mengungkapkan kearifan masyarakat Karo dalam melestarikan warisan nilainilai budaya leluhur melalui pengetahuannya dalam mengenali dan memanfaatkan sumber daya tumbuhan untuk keperluan obat-obatan, terutama untuk oukup. 3. Mendokumentasikan pengetahuan masyarakat Karo dalam memanfaatkan tetumbuhan untuk menjaga kesehatannya.
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi Kabupaten Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten di propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 2.127,25 km2 atau 3,01% dari luas propinsi Sumatera Utara dan berpenduduk sebanyak lebih kurang 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari Kabupaten ini, memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 170 C. Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nimati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo (Anonim 2007). Secara geografis, Kabupaten Karo terletak pada koordinat 20 5’ Lintang Utara sampai 30 19’ Lintang Utara dan 970 55’ Bujur Timur sampai 980 38’ Bujur Timur. Kabupaten Karo berbatasan dengan : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Tapanuli Utara
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Nanggroe Aceh Darussalam)
Potensi Tumbuhan Obat Indonesia memiliki luas daratan sekitar 1,3% dari luas daratan bumi. Wilayah tersebut menjadi tempat hidup bagi sekitar 17% ragam jenis dunia sehingga menjadi negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil dan tersebar pertama jika biota lautnya ikut diperhitungkan. Dengan demikian Indonesia menjadi salah satu megacenter bagi keanekaragaman hayati dunia dengan memiliki jumlah jenis tumbuhan sekitar 30.000 jenis (Sampurno 1999). Diantara puluhan ribu jenis tersebut lebih kurang 7.000 jenis diketahui berkhasiat obat (90% jenis tumbuhan obat di kawasan Asia) dan lebih kurang 283 jenis telah digunakan dalam ramuan obat tradisional Indonesia. Sementara itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya yang ditunjukkan oleh keanekaragaman suku bangsa yang mendiaminya. Jika kemudian keanekaragaman suku ini dikaitkan dengan kekayaan sumber daya hayati, ekosistem dan lingkungan fisiknya maka setiap kelompok suku akan memiliki seperangkat pengetahuan yang khas tentang bagaimana mereka mengelola keanekaragaman hayati dan lingkungan di sekitarnya (Tim Ekspedisi Biota Medika 1998). Salah satu pengetahuan yang sudah diketahui sejak lama dipraktekkan olehnya adalah pengetahuan tentang obat tradisional. Obat tradisional menurut SK Menkes No. 246/2000 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional yang telah dapat dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji klinik dikelompokkan sebagai fitofarmaka (Sampurno 1999). Pengobatan tradisional yaitu keseluruhan pengetahuan, keahlian dan praktek yang berdasarkan teori, kepercayaan dan pengalaman asli, baik yang dapat dijelaskan maupun tidak, digunakan untuk menjaga kesehatan, misalnya untuk pencegahan, diagnosa, perbaikan atau perlakuan terhadap penyakit fisik dan mental (Setyowati 2001). Tumbuhan obat tradisional adalah tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (Zuhud et al. 1994). Tumbuhan obat telah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Pengalaman nenek moyang
kita dalam meramu tumbuhan untuk pengobatan tradisional telah diwariskan dari generasi ke generasi. Penggunaan tumbuhan secara tradisional untuk pengobatan di Indonesia kembali ke zaman prasejarah. Seni dan pengetahuan penggunaan tumbuhan sebagai obat diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi (De Padua et al. 1999). Salah satu contoh dalam hal ini adalah kosmetika tradisional yang digunakan sebagai perawatan untuk kecantikan dari luar, dengan menggunakan bahan tumbuh-tumbuhan atau binatang, mineral dan sebagainya yang dikeringkan disebut simplisia. Begitu juga halnya menjaga kebugaran tubuh yang merupakan salah satu rangkaian yang terdiri dari beberapa proses dan memerlukan satu sinergi untuk memberi hasil maksimal, salah satunya adalah mandi sauna yang biasa dilakukan setelah berolahraga yang berfungsi untuk membantu mengeluarkan racun dan kotoran dari dalam tubuh (Agoes 1992). Tumbuhan obat merupakan seluruh jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) Tumbuhan obat modern, yaitu jenis yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis, (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional perlu ditelusuri (Zuhud et al. 1994). Akhir-akhir ini penggunaan tumbuhan obat di Indonesia semakin meningkat, sedangkan budidaya tumbuhan obat masih sangat terbatas. Banyak pula jenis tumbuhan berpotensi obat yang tumbuh di kawasan tropis ini belum dimanfaatkan secara optimal. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) memperkirakan sekitar 80% masyarakat dunia yang tinggal di pedesaan masih menggantungkan dirinya terhadap tumbuhan obat untuk menjaga kesehatannya (Anonim 2001) dan lebih dari 21.000 jenis tumbuhan di dunia dipakai dalam perawatan kesehatan dan kecantikan (Barwa 2004). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai bahan ramuan obat tradisional dan perawatan tubuh bagi masyarakat pedesaan
terutama di negara-negara berkembang. Peran tumbuhan obat bagi masyarakat tradisional hampir tidak tergantikan oleh obat-obatan modern kimiawi.
Pengobatan Tradisional UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggungjawabkan maknanya. Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut sebagai Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 Tahun 1992, Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan memerlukan satusatunya alternatif pengobatan. Pengobatan tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal dari masa Hindu atau pengaruh India dan Cina. Secara garis besar Agoes (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis bahwa pengobatan tradisional dengan ramuan obat terdiri dari : Pengobatan
Tradisional dengan ramuan asli Indonesia, Pengobatan Tradisional dengan ramuan Cina, Pengobatan Tradisional dengan ramuan obat India.
Pengetahuan Botani Tradisional Pada umumnya terdapat banyak pengetahuan dari penduduk lokal yang berkaitan dengan tumbuhan di sekitarnya sebagai obat-obatan. Pengetahuan ini akan dicatat dan contoh-contoh tumbuhannya akan diambil untuk analisis bioaktif kimia (Shea et al.1997). Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan langsung manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatan secara tradisional, yang didalamnya terdapat etnofarmakologi yang khusus mempelajari tumbuhan obat (Soekarman & Riswan 1992). Etnobotani diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi masyarakat lokal dengan tumbuhan di sekitarnya (Martin 1995). Menghadapi pendapat yang kelihatannya tidak menentu maka sebaiknya, di Indonesia yang masyarakatnya sangat beraneka ragam, menganut sikap untuk mengembangkan etnobotani sebagai cabang ilmu yang mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati di sekitarnya. Dengan demikian tidak perlu terperangkap oleh masalah keprimitifan atau klasifikasi kesukuan suatu masyarakat, sebab yang dipentingkan dalam upaya penguasaan ilmu ini adalah keadaan dan tanggapan budaya kelompok masyarakat yang dipelajari dalam mengatur sistem pengetahuan anggotanya menghadapi tumbuh-tumbuhan dalam lingkungannya, yang digunakan tidak saja untuk keperluan ekonomi semata tetapi juga untuk kepentingan spiritual dan nilai-nilai lainnya. Dilain pihak definisi etnobotani yang dianut ini akan memberi suatu katub pengaman sebab kehomogenan kelompok budaya yang dijadikan objek suatu penelitian yang tentunya menghuni seperangkat ekosistem berbatasan jelas akan dapat dijaga dan dipertegas demi kesahihan simpulan dan perampatan yang harus dicetuskan nantinya (Rifai & Walujo 1992). Di Indonesia banyak terdapat jenis obat tradisional. Keberadaan obatobatan ini selalu terkait (dengan derajat keterkaitan yang beragam) dengan jenis kelompok etnis yang ada dan proses sejarah yang membentuk negara kepulauan
ini. Obat tradisional yang tertua, paling banyak tersebar dan salah satu yang sudah dimengerti dengan baik adalah jamu. Penduduk lokal menurut Community Intellectual Rights Act (1994) dalam Posey (1996) adalah kelompok orang yang memiliki organisasi sosial yang mengikat kehidupan mereka bersama, yang berada pada suatu tempat tertentu dan dapat mencakup penduduk asli maupun pendatang. Menurut Sardjono (2004), penduduk lokal adalah sekelompok orang, baik masyarakat adat maupun pendatang yang telah turun temurun bertempat tinggal di suatu tempat tertentu sehingga memiliki keterikatan kehidupan (termasuk teknologi dan norma budaya) serta penghidupan (meliputi subsistensi dan pendapatan) bersama. Penekanan pada kata “lokal” menegaskan bahwa asal usul penduduk tidak lagi dipedulikan. Ditinjau dari sudut pandang Antropologi, sistem pengetahuan masyarakat muncul dari pengalaman-pengalaman individu maupun kolektif yang disebabkan oleh adanya interaksi di antara mereka dalam menanggapi lingkungannya. Pengalaman itu diabstraksikan menjadi konsep-konsep, pendirian-pendirian atau pedoman-pedoman
tingkah
laku
bermasyarakat.
Disamping
itu,
sistem
pengetahuan sebagai salah satu pedoman hidup manusia diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya melalui sistem sosialisasi. Dengan sistem sosialisasi tersebut, pedoman hidup itu dikokohkan dan berkembang menyesuaikan diri dengan irama hidup dan sifat-sifat lingkungannya, meskipun pemahaman sifatsifat lingkungannya itu sangat terbatas pada wilayahnya. Setiap masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu cenderung akan memiliki seperangkat sistem pengetahuan tradisional yang spesifik di wilayah itu (Wibowo 1995). Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan ramuan obat tradisional oleh sebagian besar masyarakat adalah salah satu tradisi dan kepercayaan yang sudah dilakukan secara turun temurun. Tradisi pemanfaatan tersebut sebagian sudah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, namun masih banyak lagi pemanfaatan yang sifatnya tradisional belum diungkapkan (Setyowati & Wardah 1993). Seperti halnya di alam pikiran orang Karo peranan guru (dukun) sangat penting salah satunya dalam perselihi artinya upacara pengobatan suatu penyakit atau diri seseorang, dimana untuk menghindarkan penyakit menjadi lebih berbahaya, dibuatkan suatu gambar manusia di kulit pisang dan setelah upacara
ritual oleh guru (dukun) dibawa ke suatu tempat. Maksudnya agar manusia yang sakit itu jadi hilang penyakitnya dan ditimpakan kepada kulit pisang yang sudah diukir dengan segala macam bahan-bahan didalamnya. Begitu juga halnya tradisi orang Karo, pada pasca kelahiran ibu bersama anaknya tidur di tepi dapur rumah didiangi kayu keras yang dibakar terus menerus untuk menghangatkan badan mereka selama 10 hari atau lebih, dan mereka juga diberi sejenis obat pengeratahi guna memperkuat daya tahan. Dan secara berkala ibu baru ini i-akar-i-okup artinya air dimasak dalam periuk besar sampai mendidih, kemudian diletakkan di bawah kursi duduk lalu dibungkus dengan tikar dan selimut sehingga uap air panas tadi mengenai badannya, menyebabkan ia berkeringat. Setelah selesai dan sebelum berpakaian lebih dahulu isurungi dengan sekapur sirih agar badan tetap hangat (Bangun 1986).
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai dengan April 2008. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Tanah Karo Propinsi Sumatera Utara (Lampiran 1), yang hampir seluruhnya terdiri atas kelompok etnis Karo Gunung dan Karo Dusun.
Bahan Dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian antara lain peta lokasi penelitian, daftar kuesioner, literatur sebagai bahan pendukung pustaka, alat perekam suara, alat tulis dan buku lapangan, kamera serta perlengkapan untuk pembuatan herbarium.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metodologi seperti yang digunakan dalam penelitian etnobotani yang dikemukakan oleh Cotton (1996) dan Martin (1995). Pelaksanaan penelitian ini meliputi studi tentang sistem pengetahuan lokal meliputi persepsi, konsepsi dan pandangan masyarakat Karo terhadap oukup dan studi tentang pemanfaatan oukup bagi masyarakat Karo khususnya dan masyarakat non-Karo umumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif, melalui pendekatan emik dan pendekatan etik. Pendekatan emik dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai pengetahuan masyarakat tentang oukup menurut kacamata dan bahasa mereka, tanpa harus kita menguji kebenarannya. Sedangkan pendekatan etik, digunakan dalam menganalisis data dari pengetahuan masyarakat tersebut secara ilmiah, sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh peneliti yaitu taksonomi. Pendekatan umumnya menggunakan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) dan PRA (Participatory Rural Appraisal) serta wawancara (Walujo 1998). Wawancara bersifat semi struktural yang berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner sederhana) sebagai pemandu bagi peneliti untuk
mengajukan pertanyaan kepada nara sumber sebagai informan kunci, dan dilakukan secara terbuka (open-ended). Wawancara dilakukan kepada masyarakat Karo maupun masyarakat non Karo baik secara individu maupun kelompok. Untuk wawancara dipilih nara sumber yang dianggap memiliki pengetahuan lebih luas tentang tradisi oukup bagi masyarakat Karo. Nara sumber yang menjadi informan kunci terdiri atas pengguna oukup, pengobat tradisional (dukun/tabib), pengusaha oukup dan pasar. Seluruh informasi yang diperoleh dari informan dicatat, direkam dengan menggunakan tape recorder dan kemudian ditabulasi. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data primer dilakukan dengan wawancara mencakup : keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan dalam ramuan oukup, pemanfaatan Oukup, dan cara memanfaatkan
oukup.
Data
primer
juga
termasuk
menginventarisasi
keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup. Jenis data sekunder diambil dengan cara studi pustaka yaitu mempelajari laporanlaporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan keadaan fisik daerah tersebut, seperti peta lokasi penelitian.
Analisis Data Data penelitian meliputi data primer yang bersumber dari hasil wawancara dengan masyarakat, terutama data yang mengungkapkan pandangan dan persepsi masyarakat tentang oukup dan pemanfaatannya serta keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup. Hasil tabulasi dari data primer kemudian dianalisis dengan menggunakan cara deskriptif dan komparatif dilihat dari sudut pandang masyarakat Karo, dan selanjutnya data tersebut dianalisis secara ilmiah. Sedangkan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terkandung serta data ekologi dan persebaran masing-masing jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dilakukan melalui sumber sekunder berupa studi pustaka. Untuk mengetahui Indeks Kesamaan Jenis dihitung berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Jaccard (Mueller-Dombois & Ellenberg 1974).
ISj =
a
c b
c
x100%
ISj
= Indeks Kesamaan Jenis menurut Jaccard
a
= Jumlah jenis pada responden pertama yang diperbandingkan
b
= Jumlah jenis pada responden kedua yang diperbandingkan
c
= Jumlah jenis yang sama pada responden-responden yang diperbandingkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian tentang oukup Oukup adalah sejenis mandi uap tradisional suku Karo. Menurut sejarah, oukup bertujuan untuk menjaga kesehatan bagi ibu-ibu pasca melahirkan dengan cara mandi uap atau disebut dengan oukup dalam bahasa Karo. Secara tradisi, seseorang atau ibu-ibu dibungkus dengan kain selimut dan kemudian diuap melalui sebuah wadah yang dipanasi dan diberi ramuan tumbuh-tumbuhan. Melalui ramuan yang diuapkan ini ibu yang habis melahirkan menurut tradisi Karo dipercaya akan segera memulihkan kembali kesehatan, stamina dan peredaran darahnya. Oukup juga dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Karo sangat baik untuk membersihkan darah kotor setelah proses melahirkan serta memudakan kembali kulit dari kerut-kerut setelah proses kehamilan. Menurut penuturan orang Karo, oukup ini baru bisa dilakukan dua pekan setelah persalinan, karena selama kurun waktu tersebut kemungkinan pendarahan tidak akan terjadi. Cara perawatan ini kemudian dipraktekkan secara turun-temurun dan menjadi tradisi yang khas bagi orang Karo. Sesuai dengan perkembangan jaman, tradisi ini terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Bentuk-bentuk perubahan ini dapat ditemui disekitar kota Medan. Walaupun perubahan yang ditemui itu adalah cara penggodogan dan teknik penguapannya, namun ramuan utama tidak banyak mengalami perubahan yang mendasar. Seandainya terdapat perkembangan jumlah jenis ramuan hanya sebatas pada ramuan alternatif dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan, terutama struktur dan komposisi vegetasi di masing-masing wilayah, serta falsafah budaya yang melatarbelakanginya (Walujo 2002). Modernisasi oukup ternyata merubah pandangan masyarakat bahwa tidak hanya ibu yang habis persalinan akan tetapi berkembang untuk semua kalangan, tidak mengenal jenis kelamin maupun kelas usia. Secara perlahan fungsi oukup yang awalnya hanya untuk ibu pasca melahirkan, sekarang fungsi utama tersebut bergeser ke: (1) Kesehatan, (2) Pengobatan, (3) Kebugaran, dan (4) Kecantikan.
Beberapa tahun terakhir ini oukup dikenali sebagai SPA (solid per aqua) tradisional yang kegunaannya lebih kepada perawatan tubuh, kebugaran dan rileksasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa pusat sumber informasi yaitu pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup dan pasar, oukup memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Menghilangkan sakit pinggang secara perlahan-lahan 2. Menetralkan kadar gula dalam tubuh 3. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ancaman penyakit 4. Memperindah bentuk tubuh serta menghaluskan kulit 5. Menyegarkan jasmani 6. Mengendurkan saraf yang tegang 7. Memperlancar peredaran darah 8. Mengeluarkan angin yang tidak signifikan di dalam tubuh 9. Mengantisifasi ancaman hipertensi atau reumatik 10. Menurunkan kadar kolesterol secara perlahan-lahan 11. Menurunkan kadar lemak 12. Menyehatkan paru-paru dan jantung 13. Membangkitkan nafsu makan 14. Meringankan kepala yang pusing/flu 15. Menetralisir kesehatan ibu seusai bersalin Masing-masing usaha menawarkan keistimewaan tersendiri, mulai dari kualitas ramuan, kenyamanan tempat, dan harga yang bersaing. Begitu juga ruang untuk oukup, masing-masing usaha memiliki disain sendiri dengan luas ruangannya hampir semua sama yaitu 1 x 1,5 meter. Tarif yang dikenakan bervariasi mulai dari Rp.10.000 sampai Rp.50.000. Belum pernah ada laporan atau penelitian yang mengungkapkan keanekaragaman jenis yang digunakan sebagai ramuan oukup. Begitu pula tentang standarisasi ramuan, baik yang dijual di pasar, yang digunakan ditempat-tempat praktek oukup bahkan pengetahuan masyarakat tentang ramuan pun berbeda-beda.
Manfaat oukup
Persalinan merupakan peristiwa alamiah yang dapat terjadi secara normal atau dengan gangguan. Meskipun persalinan berlangsung normal (keluar dari rahim melalui jalan lahir tanpa bantuan peralatan) dan lancar, tetap menyebabkan kelelahan bagi ibu. Kelelahan fisik akibat menyangga beban bayi dalam perut ditambah proses persalinan telah menguras tenaga ibu. Untuk memulihkan kondisi tubuhnya, ibu yang baru melahirkan sebaiknya beristirahat atau tidur. Kehamilan dan pasca persalinan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh ibu. Kulit dan otot perut akan meregang, karena adanya janin dalam perut. Perubahan tubuh yang lain biasanya berupa kegemukan, kulit meregang, kulit kotor, dan rambut rontok. Perawatan tubuh yang baik akan memulihkan kesehatan dan kecantikan ibu seperti keadaan semula (Handayani 2003). Perawatan tubuh bagi ibu pasca melahirkan juga menjadi perhatian yang sangat besar bagi orang Karo. Oukup merupakan salah satu cara perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan, artinya membuat ibu si bayi berkeringat dengan cara memasak air disertai ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat dan didekatkan kepadanya sambil dibungkus dengan selimut. Uap air panas itu memaksa si ibu berkeringat, maksudnya supaya si ibu sehat karena sisa kotoran di dalam tubuhnya telah keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Oukup bukan hanya dari suku Karo saja, suku lain juga ada hanya namanya saja yang berbeda. Untuk suku Jawa dinamakan ungkep, suku Minang dinamakan batangi, suku Batak dinamakan martup, sedangkan suku Minahasa disebut bakera. Ditinjau dari segi kegunaannya sama yaitu menyegarkan kembali stamina dan memulihkan kesehatan bagi ibu pasca melahirkan, hanya saja ramuan yang digunakan pastinya berbeda-beda. Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang dianggap berada dalam kondisi panas (Foster & Anderson 2005). Maka dalam kondisi dingin setelah melahirkan, sang ibu dan juga bayinya dianggap memerlukan pemanasan. Di lingkungan masyarakat Karo misalnya, wanita yang baru melahirkan diharuskan tidur bersama bayinya di dekat tungku dapur selama
sekitar 10 hari sambil didiangi kayu keras yang dibakar secara terus menerus untuk menghangatkan badan mereka (Bangun 1986). Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara umum dilihat dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk kelangsungan umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok etnis, terdapat bermacam-macam titikberat perhatian dan sikap, khususnya dalam menanggapi proses ini. Sebagian etnis lebih mementingkan aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran, dan sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya. Banyak etnis di dunia mempercayai bahwa tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan, baik yang bersifat nyata maupun bersifat gaib. Untuk itu dilakukan upacara-upacara adat yang disebut crisis rite (upacara waktu krisis) atau rites de passage (upacara peralihan) untuk menolak bahaya gaib yang mengancam individu dan lingkungannya (Koentjaraningrat 1990). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami perawatan ibu pasca melahirkan. Sebagian pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup Keanekaragaman jenis yang dimaksudkan adalah untuk menggambarkan jumlah seluruh jenis yang diketahui dan didaftar dari hasil wawancara keseluruh responden, baik para pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, maupun penjual ramuan oukup di pasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan di masing-masing pusat sumber informasi (pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan penjual ramuan oukup di pasar) berbeda-beda (Tabel 1). Secara kumulatif dari seluruh informasi dicatat ada 69 jenis tumbuhan yang terdiri atas 42 marga dan 28 suku yang digunakan sebagai ramuan oukup (Lampiran 2). Diantara jenis-jenis itu, yang terbanyak adalah jenis yang termasuk ke dalam suku Zingiberaceae (15 jenis), kemudian berturut-turut Rutaceae (11 jenis), Arecaceae (8 jenis), dan selebihnya kurang dari 3 jenis, bahkan hanya diwakili oleh 1 jenis (Gambar 1).
Gambar 1 Suku tumbuhan yang terdapat di dalam ramuan oukup Tabel 1 Data perolehan keanekaragaman jenis tumbuhan di masing-masing pusat sumber informasi. Jumlah No Pusat Sumber Informasi Jenis Tumbuhan Suku Tumbuhan 1 Pengguna oukup 25 12 2 Tabib 40 21 3 Pengusaha oukup 54 18 4 Pasar 49 20
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari hasil analisis keempat pusat sumber informasi yaitu pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup dan pasar tercatat bahwa pengusaha oukup lebih banyak mengenali dan menggunakan jenis ramuan yang beranekaragam dibandingan dengan pusat sumber informasi lainnya. Wajar bagi seorang pengusaha harus mampu melayani kepada pelanggan sebaik-baiknya. Sementara itu, masing-masing pengusaha untuk menarik perhatian pelanggannya
harus berupaya untuk menampilkan kekhasan ramuannya. Dengan demikian secara kumulatif berdasarkan 5 responden paling banyak memiliki jumlah jenis tumbuhan sebagai ramuan bahan oukup. Tidak jauh berbeda dengan para penjual ramuan oukup di pasar-pasar, dan para tabib. Berdasarkan hasil analisis data dari keempat pusat sumber informasi (pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan pasar), tercatat sebanyak 16 jenis, 11 marga dan 7 suku, yang dikenali oleh seluruh responden. Hal ini menunjukkan bahwa ke 16 jenis tersebut merupakan komponen utama dalam ramuan oukup (Tabel 2). Tabel 2 Jenis-jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup Jenis Tumbuhan
No
Suku
1
Nama Lokal Bangle
Nama Ilmiah Zingiber purpureum
Zingiberaceae
2
Cekala
Nicolaia speciosa
Zingiberaceae
3
Jahe
Zingiber officinale
Zingiberaceae
4
Kencur
Kaempferia galanga
Zingiberaceae
5
Laja
Alpinia sp.
Zingiberaceae
6
Lempuyang
Zingiber americanus
Zingiberaceae
7
Lengkuas
Alpinia galanga
Zingiberaceae
8
Temu Kunci
Boesenbergia pandurata
Zingiberaceae
9
Jeruk purut
Citrus hystrix
Rutaceae
10
Jeruk Pagar
Citrus medica
Rutaceae
11
Jeruk Puraga
Citrus nobilis
Rutaceae
12
Lada
Piper nigrum
Piperaceae
13
Pandan
Pandanus amaryllifolius
14
Kemangi
Ocimum basilicum
Lamiaceae
15
Sere wangi
Andropogon citratus
Gramineae
16
Salin sayo
Gaultheria leucocarpa
Ericaceae
Pandanaceae
Secara tradisi, menurut para responden mengatakan, bahwa jenis-jenis tersebut merupakan sumber bahan ramuan utama oukup untuk kesehatan ibu pasca melahirkan. Sedangkan jenis-jenis lain hanya merupakan jenis ramuan pelengkap atau jenis-jenis alternatif yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Tabel 2 juga memperlihatkan bahwa Zingiberaceae dan Rutaceae tetap menjadi komponen utama dalam ramuan oukup. Sesuai dengan kandungannya, kedua-duanya (Zingiberaceae dan Rutaceae) banyak menghasilkan minyak atsiri yang bermanfaat untuk antiseptik, aromaterapi, anti oksidan dan anti mikroba sehingga berguna untuk memulihkan kesehatan ibu pasca melahirkan.
1. Pengetahuan pengguna oukup tentang jenis tumbuhan dalam ramuan oukup Pengguna adalah orang yang mampu memberikan informasi tentang jenis tumbuhan yang mereka ketahui berdasarkan atas pengalaman. Hasil analisis dengan melibatkan 20 orang responden dicatat tidak kurang dari 25 jenis tumbuhan yang terdiri atas 17 marga, 12 suku diketahui sebagai ramuan dalam membuat oukup. Hasil analisis keanekaragaman jenis tumbuhan dengan memasukkan variabel, kelompok etnis dan jenis kelamin (Tabel 3), menunjukkan bahwa : Sebagai pengguna, orang Karo yang dalam hal ini diketahui sebagai pemilik tradisi tentang oukup, hanya dengan melibatkan 4 responden (3 laki-laki, 1 perempuan) telah dicatat sebanyak 18 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk ramuan oukup. Dari jenis-jenis tumbuhan itu, pada umumnya komponen ramuan tersebut berasal dari rimpang (23 jenis), daun (16 jenis), batang (6 jenis), buah (5 jenis) dan biji (1 jenis). Tidak jauh berbeda dengan orang Batak yang secara geografis sangat berdekatan dengan tradisi oukup ini, dengan melibatkan 6 responden (4 laki-laki, 2 perempuan), mereka mengenali sebanyak 17 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup. Sedikit berbeda dengan orang Karo, pengetahuan orang Batak yang berasal dari pengguna menyatakan bahwa bagian tumbuhan yang banyak dimananfaatkan untuk ramuan oukup: daun (16 jenis), rimpang (13 jenis), batang dan buah (masing-masing 3 jenis), biji (1 jenis). Karena oukup telah menjadi komoditas yang secara umum membudaya diseluruh kalangan, maka orang Jawa yang berdomisili di Medan, dengan melibatkan 4 responden pengguna oukup (3 laki-laki, 1 perempuan), mengenali bahwa ramuan oukup terdiri atas 10 jenis tumbuhan. Dari jumlah tersebut daun (13 jenis) merupakan bagian yang banyak dimanfaatkan sebagai ramuan. Selanjutnya bagian rimpang (10 jenis), batang (3 jenis) dan buah (1 jenis), merupakan bagian-bagian tumbuhan yang dikenali juga sebagai ramuan oukup. Hal yang sama juga terjadi bagi orang Mandailing yang bermukim dikota Medan. Dengan hanya melibatkan 2 responden pengguna oukup (1 laki-laki, 1 perempuan), mereka mengenali jenis
tumbuhan sebagai ramuan oukup sebanyak 10 jenis, terdiri atas daun (6 jenis), rimpang (4 jenis), batang dan buah (masing-masing 3 jenis). Begitu pula dengan orang Padang yang juga berdomisili dikota Medan, dengan melibatkan 3 responden pengguna oukup (2 laki-laki, 1 perempuan), mereka mengenali jenis tumbuhan sebagai ramuan oukup sebanyak 7 jenis, terdiri atas daun (10 jenis), bunga dan rimpang (masing-masing 2 jenis), buah (1 jenis). Jauh berbeda dengan orang Aceh, yang kebetulan menjadi responden sebagai pengguna, walaupun hanya diwakili 1 responden (1 lakilaki), paling tidak mereka mengenali 5 jenis tumbuhan sebagai ramuan oukup. Dari jumlah tersebut bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup diketahui terdiri atas daun (3 jenis), batang, buah dan rimpang (masing-masing 1 jenis). Berdasarkan uraian di atas, dari segi pengguna, oukup memang dikenali terdiri atas berbagai macam ramuan dari berbagai jenis tumbuhan. Pada umumnya bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk ramuan tersebut berasal dari unsur daun, batang dan rimpang adalah unsur utama dalam ramuan tersebut. Sedangkan buah, bunga dan biji adalah bagian pelengkapnya. Tabel 3 Keanekaragaman jenis tumbuhan yang diketahui dan dikenali responden berdasarkan kelompok etnis dan jenis kelamin Etnis
Karo
Batak
Jawa
Mandailing
Padang
Aceh
4
6
4
2
3
1
L = 3; P = 1
L = 4; P = 2
L = 3; P = 1
L = 1; P = 1
L = 2; P = 1
L=1
18 jenis
17 jenis
10 jenis
10 jenis
7 jenis
5 jenis
Daun
16
16
13
6
10
3
Batang
6
3
3
3
-
1
Bunga
-
1
-
-
2
-
Buah
5
3
1
3
1
1
Biji
1
-
-
-
-
-
Rimpang
23
13
10
4
2
1
bahan
oukup
Jumlah Responden Jenis Kelamin Jumlah Jenis Tumbuhan Bagian tumbuhan yang digunakan :
Pengetahuan
tentang
keanekaragaman
jenis
untuk
berdasarkan usia dan jenis kelamin seperti yang terlihat pada Tabel 4. Berdasarkan 20 responden yang terdiri atas 14 laki-laki dan 6 perempuan dengan kisaran usia antara 17 sampai 48 tahun dapat dikelompokkan
menjadi usia dewasa dengan kisaran 17 – 32 tahun (jumlah responden 13 terdiri atas 8 laki-laki, 5 perempuan) dan usia tua dengan kisaran 33 - 48 tahun (jumlah responden 7 terdiri atas 6 laki-laki, 1 perempuan) menunjukkan variasi pengetahuannya tentang keanekaragaman jenis tumbuhan untuk ramuan oukup. Dari total 14 responden laki-laki, 8 responden diantaranya berusia antara 17 - 32 tahun (dewasa), menyebutkan mereka mengenali 4 – 12 jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai ramuan oukup. Kemudian usia 33 – 48 tahun (tua) berjumlah 6 responden mengenali 5 – 13 jenis. Berbeda dengan kelompok responden perempuan, yang berjumlah 6 responden, menyebutkan antara 3 – 12 jenis tumbuhan yang dikenali merupakan ramuan oukup. Dari jumlah tersebut, 5 responden berusia 17 – 32 tahun (dewasa) mengenali 3 – 12 jenis tumbuhan bahan ramuan oukup. Sedangkan 1 responden lainnya yang berusia 35 tahun termasuk dalam kategori tua (33 – 48 tahun), hanya mampu menyebutkan 3 jenis tumbuhan saja. Berdasarkan kategori usia dan jenis kelamin ini tidak banyak memperlihatkan perbedaan yang mencolok mengenai pengetahuan jenis tumbuhan untuk ramuan oukup. Jika angka-angka ini dikaitkan antara jenis dengan bagian tumbuhan, maka daun, batang dan rimpang tetap menjadi unsur utama ramuan oukup.
Tabel 4 Keanekaragaman jenis tumbuhan yang diketahui dan dikenali responden berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia
17 - 32 tahun (Dewasa)
33 - 48 tahun (Tua)
Jenis Kelamin
L
P
L
P
Jumlah Responden
8
5
6
1
4 - 12 jenis
3 - 13 jenis
5 - 13 jenis
3 jenis
Daun
7
5
5
3
Batang
2
2
2
-
Bunga
1
-
1
-
Buah
2
2
3
-
Biji
1
-
-
-
Rimpang
9
8
8
-
Jumlah jenis tumbuhan yang dikenali Bagian tumbuhan yang digunakan :
Dari hasil pengumpulan informasi dari seluruh responden yang berkategori pengguna dapat dicatat bahwa Zingiber officinale, Alpinia galanga, Citrus hystrix, Ocimum basilicum, Pandanus amarylifolius dan Andropogon citratus, merupakan jenis yang penting dalam ramuan oukup. 2. Pengetahuan tabib tentang jenis tumbuhan dalam ramuan oukup Tabib juga termasuk orang yang mampu memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis yang digunakan sebagai ramuan oukup. Berdasarkan 5 responden tabib, terkait dengan pengetahuan tabib dengan pemanfaatan ramuan oukup, ditemui lima tabib yang berada di Sumatera Utara yaitu : tabib di Sibolangit, tabib di Brastagi, tabib di Deli Tua, tabib di Deleng Lancuk dan tabib di Tangkahan. Hasilnya, tidak kurang dari 40 jenis tumbuhan yang terdiri atas 28 marga, 21 suku tercatat sebagai ramuan yang digunakan oleh kelima tabib tersebut di atas. Berbeda halnya dengan ramuan yang dikenali oleh para pengguna oukup, ramuan yang dikenali oleh tabib terdiri atas bagian-bagian tumbuhan yaitu daun, batang, buah, biji, rimpang, akar, umbi dan kulit. Jika kemudian jumlah jenis tumbuhan ini dibandingkan dengan jumlah jenis tumbuhan yang dikenali oleh pengguna oukup maka terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing tabib memiliki pengetahuan yang sangat berbeda berdasarkan pengalamannya. Lebih rinci, pada Tabel 5 memperlihatkan masing-masing tabib memiliki ciri pengetahuan yang sangat berbeda berdasarkan pengalamannya. Tabel 5 Pengetahuan keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan oleh masingmasing tabib Tabib
Responden Sibolangit
Brastagi
Deli Tua
Deleng Lancuk
Tangkahan
5
7
13
24
13
Daun
4
6
4
18
3
Batang
1
1
2
2
1
Buah
0
1
4
5
1
Biji
0
0
1
0
1
Rimpang
0
0
1
4
7
Akar
0
0
0
0
1
Umbi
0
0
2
0
1
Kulit
0
1
0
1
0
Jumlah jenis Bagian tumbuhan yang digunakan :
Gambaran pada Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa tabib di Deleng Lancuk memiliki pengetahuan lebih banyak dalam memanfaatkan jenis tumbuhan sebagai ramuan di dalam oukupnya (24 jenis), dibandingkan dengan tabib di Deli Tua dan Tangkahan, masing-masing 13 jenis, tabib di Brastagi (7 jenis), dan tabib di Sibolangit (5 jenis). Berdasarkan pengalaman dari masing-masing tabib, hasil analisis tercatat bahwa tabib di Deleng Lancuk lebih banyak mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup dibanding dengan tabib lainnya. Hal ini disebabkan tabib di Deleng Lancuk merupakan tabib yang sudah memiliki banyak pengalaman baik dalam pengobatan maupun meramu ramuan obat yang digunakannya untuk mengobati orang sakit. Tabib ini juga sering memodifikasi sendiri ramuan untuk oukup, sehingga banyak jenis-jenis tumbuhan yang menjadi bahan alternatif dalam ramuan oukup berdasarkan fungsi dan tujuannya. Berbeda dengan tabib di Brastagi yang merupakan tabib yang hanya memberikan informasi tentang bahan dasar dari ramuan oukup untuk kebugaran/rileksasi, sedangkan tabib di Deli Tua dan tabib di Tangkahan merupakan tabib yang lebih banyak menangani pengobatan pasien patah tulang, sehingga kedua tabib ini lebih banyak mengetahui ramuan oukup untuk pengobatan. Berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan unsur daun, buah dan rimpang masih mendominasi ramuannya, sama halnya dengan pengetahuan responden sebagai pengguna. Pada Tabel 5 ini juga menunjukkan bahwa banyaknya jenis yang digunakan tidak sama dengan banyaknya bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk bahan ramuan seperti halnya tabib di Tangkahan merupakan tabib yang hanya 13 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan ramuan tetapi untuk bagian tumbuhan yang digunakan hampir seluruh bagian yaitu daun, batang, buah, biji, rimpang, akar dan umbi, kecuali kulit. Dibandingkan dengan tabib lainnya yaitu tabib di Deli Tua (6 bagian : daun, batang, buah, biji, rimpang dan umbi), tabib di Deleng Lancuk (5 bagian : daun, batang, buah, rimpang dan umbi), tabib di Brastagi (4 bagian : daun, batang, buah dan kulit) dan tabib di Sibolangit (2 bagian : daun dan batang).
Dengan demikian berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup menurut informasi ke 5 tabib, bagian daun, batang dan buah merupakan komponen utama yang menjadi bahan dasar dalam ramuan oukup. Dari uraian di atas terlihat bahwa tingkat perbedaan pengetahuan tentang jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup sangat signifikan. Maka untuk melihat tingginya tingkat perbedaan jenis tersebut dapat diketahui berdasarkan Indeks Kesamaan (IS) dengan menggunakan metode Jaccard, seperti yang tertera pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis tumbuhan yang digunakan tabib Tabib Sibolangit -
Tabib Brastagi 2
Tabib Deli Tua 5.76
Tabib Deleng Lancuk 5.76
Tabib Tangkahan 0
Tabib Brastagi
98
-
7.54
5.76
2
Tabib Deli Tua
94.24
92.46
-
10.9
5.76
Tabib Deleng Lancuk
94.24
94.24
89.1
-
7.54
100
98
94.24
92.46
-
IS (%) IKS (%) Tabib Sibolangit
Tabib Tangkahan
Tabel 6 diatas menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan metode Jaccard, untuk melihat Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis yang digunakan di lima tabib. Secara umum dapat dikatakan bahwa masing-masing tabib memiliki spesifikasi jenis-jenis yang digunakan. Contohnya tabib di Tangkahan dengan menggunakan seluruh bagian tumbuhan Eleusine indica sebagai bagian dari ramuan khasnya. Begitu pula tabib di Deli Tua, memasukkan Allium cepa sebagai bagian yang khas di dalam ramuannya. Hal ini juga dibuktikan berdasarkan atas analisis nilai IS dan IKS masingmasing tabib, yang secara umum nilai IS nya jauh dibawah 20% atau IKS nya >80%. Antara tabib Sibolangit dengan tabib Brastagi ISnya hanya 2%, IS antara tabib Sibolangit dengan tabib Deli Tua dan tabib Deleng Lancuk masing-masing hanya 5,76%. Berbeda jauh antara tabib Sibolangit dengan tabib Tangkahan ISnya 0%, sedangkan tabib Brastagi dengan tabib Deli Tua ISnya 7,54%, antara tabib Brastagi dengan tabib Deleng Lancuk ISnya 5,76%, tabib Brastagi dengan tabib Tangkahan ISnya hanya 2%, tabib Deli Tua dengan tabib Deleng Lancuk ISnya lebih besar yaitu 10,9%, sedangkan tabib Deli Tua dengan tabib Tangkahan ISnya 5,76%. Dan antara tabib Deleng Lancuk dengan
tabib Tangkahan ISnya 7,54%. Walaupun jenis tumbuhan yang digunakan oleh kelima tabib ini memiliki ketidaksamaan yang sangat tinggi akan tetapi ada 5 jenis tumbuhan yang tercatat merupakan jenis yang selalu digunakan oleh semua tabib. Jenis-jenis itu adalah Pandanus amaryllifolius, Citrus hystrix, Ocimum basilicum, Nicolaia speciosa dan Andropogon citratus. Hal ini dapat menunjukkan bahwa 5 jenis tumbuhan tersebut merupakan komponen utama yang wajib digunakan sebagai ramuan di dalam oukup.
3. Pengetahuan pengusaha oukup tentang jenis tumbuhan dalam ramuan oukup Pengusaha juga termasuk orang yang banyak memberikan informasi tentang pemanfaatan keanekaragaman jenis yang digunakan sebagai ramuan di dalam oukup berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Terkait dengan pengetahuan pengusaha oukup tentang keanekaragaman jenis untuk ramuan oukup, telah dilibatkan lima pengusaha yang tersebar di Sumatera Utara masing-masing: usaha di Pancur Batu, usaha di Simalingkar, usaha BOSS, usaha di Kabanjahe, dan usaha Sembiring. Hasilnya, tidak kurang dari 54 jenis tumbuhan yang terdiri atas 29 marga, 18 suku tercatat sebagai ramuan yang digunakan di lima usaha tersebut di atas.
Gambar 2 Jumlah jenis, marga dan suku tumbuhan yang digunakan oleh pengusaha oukup
Gambar 2 menunjukkan bahwa pengusaha oukup di Simalingkar lebih banyak memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai ramuan di dalam oukupnya (47 jenis), dibandingkan dengan pengusaha di Pancur Batu (25 jenis), Kabanjahe (24 jenis), Sembiring (21 jenis), dan BOSS (16 jenis). Hal ini menyatakan bahwa usaha Simalingkar lebih banyak memodifikasi ramuannya untuk pengobatan bukan untuk kebugaran/rileksasi . Ini yang menyebabkan usaha Simalingkar lebih banyak memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan dibanding dengan usaha oukup lainnya, sehingga ramuan yang digunakan untuk oukup lebih bervariasi sesuai dengan fungsinya. Berbeda dengan ke 4 usaha lainnya yang fungsinya hanya untuk kebugaran/rileksasi saja, sehingga bahan ramuannya lebih sederhana dan lebih mengutamakan jenis-jenis yang mengandung aromaterapi. Walaupun antara kelima usaha ini memiliki pola pengetahuan yang berbeda-beda tentang ramuan oukup akan tetapi ada 7 jenis tumbuhan yang tercatat merupakan jenis yang selalu digunakan di lima usaha. Jenis-jenis itu adalah
Alpinia galanga, Kaempferia galanga, Boesenbergia pandurata,
Alpinia sp., Ocimum basilicum, Citrus hystrix dan Zingiber americanus. Tingginya tingkat perbedaan antara pengusaha satu dengan lainnya dalam meramu oukup dapat dibuktikan melalui perhitungan nilai Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) menurut cara Jaccard. Hasilnya tertera pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis tumbuhan yang digunakan pengusaha oukup Usaha Pancur Batu
Usaha Pancur Batu -
Usaha Simalingkar 17.03
Usaha Simalingkar
82.97
-
Usaha BOSS
91.81
Usaha Kabanjahe
88.19
Usaha Sembiring
86.16
IS (%) IKS (%)
8.19
Usaha Kabanjahe 11.81
Usaha Sembiring 13.84
9.67
15.15
13.17
90.33
-
8.19
8.94
84.85
91.81
-
11.11
86.83
91.06
88.89
-
Usaha BOSS
Tabel 7 menunjukkan sebaran nilai IS dan IKS dari masing-masing pengusaha. Berdasarkan nilai tersebut nilai indeks kesamaan (IS) masih dibawah 17.03%, atau indeks ketidaksamaan (IKS) mencapai 91.81% dengan demikian maka secara umum masing-masing pengusaha memiliki spesifikasi
jenis-jenis yang digunakan. Setelah dilakukan analisi lebih rinci tentang jenis ramuannya maka, pengusaha di Simalingkar dengan menggunakan Laportea decumana, Allium sativum dan 8 jenis akar-akaran (Bambusa vulgaris, Arenga pinnata, Areca catechu, Calamus sp.1, Calamus sp.2, Calamus sp.3, Metroxylon sp., dan Laportea decumana) sebagai bagian ramuan khasnya, hal ini jelas bahwa pengusaha di Simalingkar mempunyai ramuan khusus yang tidak dimiliki oleh pengusaha lainnya. Begitu pula pengusaha di BOSS, memasukkan Ananas comosus sebagai bagian yang khas di dalam ramuan oukupnya. Tidak jarang pula para pengusaha oukup menambahkan satu bahkan lebih jenis tumbuhan di dalam ramuan tersebut, tergantung situasi dan kondisi si pengguna pada saat datang. Contohnya adalah penambahan potongan batang Nicolaia speciosa untuk mereka yang habis melahirkan. Begitu pula untuk mereka yang mengidap penyakit reumatik dengan menambahkan seluruh bagian tumbuhan Laportea decumana. Karena masing-masing pengusaha memiliki kekhasan tersendiri dalam ramuannya, tidak mengerankan jika hasil analisis Indeks Ketidaksamaannya (IKS) mencapai diatas 80%. Antara usaha Pancur Batu dengan usaha Simalingkar ISnya lebih besar yaitu 17,03%, dibanding IS antara usaha Pancur Batu dengan usaha BOSS dan usaha BOSS dengan usaha Kabanjahe masingmasing hanya 8,19%. Antara usaha Pancur Batu dengan usaha Kabanjahe ISnya 11,81%, usaha Pancur Batu dengan usaha Sembiring ISnya 13,84%, sedangkan antara usaha Simalingkar dengan usaha BOSS ISnya hanya 9,67%, usaha Simalingkar dengan usaha Kabanjahe ISnya 15,15%, usaha Simalingkar dengan usaha Sembiring ISnya 13,17%. Berbeda jauh antara usaha BOSS dengan usaha Sembiring ISnya hanya 8,94%, dan antara usaha Kabanjahe dengan usaha Sembiring ISnya 11,11%. Berdasarkan informasi dari pengusaha juga diperoleh keterangan bahwa mereka lebih senang memanfaatkan ramuan yang telah dikeringkan dari pada yang segar. Seandainya mereka membelinya bahan-bahan yang segar, tetap mereka akan mengeringkannya terlebih dahulu. Bahan-bahan yang kering ini menurutnya akan menghasilkan aroma yang sangat tajam, sehingga berfungsi sangat kuat sebagai aromaterapi yang manfaatnya akan dinikmati oleh
pengguna untuk kesehatan, kebugaran bahkan pengobatan. Untuk mendapatkan jenis tumbuhan yang kering, mereka mengeringkan di bawah sinar matahari dengan meletakkannya di atas lantai dengan beralaskan koran atau plastik. Secara umum untuk mendapatkan hasil pengeringan yang baik ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu : suhu, kelembaban udara, jenis alat pengering, kondisi pengeringan dan bahan-bahan pembantu pengeringan (Suryatenggara 1989). Tujuan pengeringan ini adalah untuk mempertahankan masa simpan dan memperpanjang komponen yang ada di dalam masingmasing jenis tumbuhan sebagai ramuan dengan menurunkan kadar air tetapi tidak mempengaruhi aroma yang akan dikeluarkan.
4. Pengetahuan penjual ramuan oukup di pasar tentang jenis tumbuhan dalam ramuan oukup Pasar merupakan salah satu pusat sumber informasi yang memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan, termasuk jenis-jenis yang diperjual belikan sebagai ramuan oukup. Hasil penelitian di tiga pasar di Sumatera Utara, masing-masing di Pasar Pancur Batu, Pasar Brastagi dan Pasar Kabanjahe, memberi informasi yang sangat menarik dari sisi keanekaragaman dan kekhasan untuk masing-masing pasar (Tabel 8).
Tabel 8 Jumlah jenis, marga dan suku tumbuhan untuk oukup dari pusat sumber informasi pasar Nama Pasar Pasar Pancur Batu Pasar Brastagi Pasar Kabanjahe
Jenis 34 15 33
Jumlah Marga 19 7 21
Suku 11 6 16
Gambar 3 Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan di dalam oukup menurut sumber informasi dari pedagang di pasar
Tabel 8 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa di pasar Pancur Batu (P.PB), bahan oukup yang diperjual belikan terdiri atas 34 jenis tumbuhan berupa daun (7 jenis), buah (9 jenis), rimpang (10 jenis), akar (7 jenis), dan bagian lain berupa batang, bunga, biji, umbi, dan kulit, masing-masing hanya diwakili 1 jenis. Jauh berbeda dengan yang diperjual belikan di pasar Brastagi (P.Br), yang hanya tercatat 15 jenis saja. Dari jumlah tersebut 4 jenis diantaranya berupa daun, 7 jenis berupa buah, 4 jenis berupa rimpang, 1 jenis berupa biji, dan sisanya berupa batang, bunga, akar dan umbi. Keunikan di pasar Brastagi, penjual tidak menyediakan bahan oukup yang berasal dari kulit kayu sebagai bagian dari ramuan. Dari segi jumlah, yang hampir mirip dengan pasar Pancur Batu adalah pasar Kabanjahe. Di pasar Kabanjahe (P.Kb) ini bahan oukup yang diperjual belikan tercatat 33 jenis tumbuhan yang 14 jenis diantaranya berupa daun, 8 jenis berupa buah, 8 jenis berupa rimpang, 2 jenis berupa biji, 2 jenis berupa umbi, 1 jenis berupa bunga, 1 jenis berupa kulit. Di pasar ini batang dan akar ternyata tidak diperjual belikan sebagai bagian ramuan di dalam oukup. Di pasar Pancur Batu dari 34 jenis yang diperjual belikan, terdapat 8 jenis yang spesifik hanya dijual di pasar ini, yaitu Andropogon citratus, Bambusa vulgaris, Arenga pinnata, Calamus sp.1, Calamus sp.2, Calamus sp.3, dan Metroxylon sp.. Kemudian di pasar Kabanjahe hanya terdapat 1 jenis saja yaitu Cinnamomum burmanii yang tercatat dan tidak dijumpai diperjualbelikan sebagai ramuan oukup di dua pasar lainnya. Sedangkan di pasar Brastagi seluruh ramuan yang diperjualbelikan dijumpai di dua pasar lainnya. Akan
tetapi secara keseluruhan dicatat tidak kurang dari 49 jenis tumbuhan yang terdiri atas 29 marga, 20 suku sebagai ramuan yang diperjual belikan di tiga pasar tersebut. Diantara jenis-jenis tersebut, 8 jenis umumnya merupakan bahan ramuan yang diperjualbelikan di tiga pasar. Jenis-jenis itu adalah Citrus hystrix, Citrus medica, Citrus nobilis, Zingiber purpureum, Zingiber americanus,
Boesenbergia
pandurata,
Piper
nigrum
dan
Gaultheria
leucocarpa. Untuk memperlihatkan kekhasan, kemiripan dan keanekaragaman jenis di masing-masing pasar dilakukan dengan menggunakan metode Jaccard untuk menilai tingkat kesamaan (IS) dan ketidaksamaan (IKS) keanekaragaman jenis yang diperjualbelikan di tiga pasar. Hasilnya seperti yang tertera pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Indeks Kesamaan (IS) dan Indeks Ketidaksamaan (IKS) jenis tumbuhan yang ada di pasar IS (%) IKS (%) Pasar Pancur Batu
Pasar Pancur Batu
Pasar Brastagi
Pasar Kabanjahe
-
20.96
25.75
Pasar Brastagi
79.04
-
16.94
Pasar Kabanjahe
74.25
83.06
-
Tingkat kesamaan (IS) komponen dasar yang menjadi ramuan oukup yang diperjualbelikan dimasing-masing pasar hanya berkisar <26% saja. Ini menunjukkan bahwa nilai Ketidaksamaannya (IKS) mencapai >74%. Antara pasar Pancur Batu dengan pasar Brastagi nilai IS nya hanya 20,76%, sedangkan IS antara pasar Pancur Batu dengan pasar Kabanjahe lebih besar yaitu 25,75%, antara pasar Brastagi dengan pasar Kabanjahe IS nya yaitu 16,94%. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis komponen ramuan oukup yang diperjualbelikan di pasar Pancur Batu dengan pasar Brastagi ketidaksamaannya mencapai 79,04%, antara pasar Pancur Batu dengan pasar Kabanjahe 74,25%, dan antara pasar Brastagi dengan pasar Kabanjahe tingkat perbedaannya
mencapai
83,06%.
Besarnya
perbedaan
jenis
yang
diperjualbelikan sebagai ramuan oukup ini menunjukkan bahwa belum adanya standarisasi ramuan oukup itu sendiri.
Sebagai bagian komoditi yang diperjual belikan, ramuan yang dijual dapat berupa bagian yang berbentuk segar dan telah dikeringkan. Hanya di pasar Pancur Batu saja yang beberapa ramuannya dijual dalam bentuk segar. Walaupun demikian, menurut beberapa responden yang ditemui, memang tidak ada perbedaan khasiat antara ramuan segar dan bentuk yang kering. Hanya khusus untuk ramuan berbahan dasar kering, umumnya ditambahkan jerukjerukan, seperti Citrus hystrix, Citrus medica, Citrus nobilis dan lain-lain agar menghasilkan aromaterapi yang khas. Sumber bahan yang diperjual belikan dapat diperoleh dari masyarakat yang langsung membawanya dari kampung, atau dapat juga diperoleh dari pedagang pengumpul. Perbedaannya adalah bahan yang diperoleh dari masyarakat, umumnya sangat spesifik yaitu bagian-bagian tertentu dari tumbuhan itu, misalnya bagian daun saja, buah saja, rimpang saja. Sangat jarang dan hampir tidak ada masyarakat yang menjualnya secara lengkap sebagai ramuan oukup, hal seperti ini ditemui di pasar Pancur Batu. Secara umum pedagang di pasar yang khusus menjual ramuan oukup dapat pula memesan kepada pedagang pengumpul. Pada pedagang pengumpul inilah mereka mendapat bahan yang beranekaragam. Para pedagang biasanya telah memiliki jaringan khusus yang mampu menyediakan bahan yang diminta. Khusus di pasar Pancur Batu, untuk mendapatkan bahan-bahan ramuan oukup tadi biasanya harus menunggu setiap datangnya pekan yang jatuh pada hari sabtu. Berbeda halnya dengan kedua pasar yang lain yaitu pasar Brastagi dan pasar Kabanjahe, karena keduanya merupakan pusat pasar tradisional yang setiap saat para pedagang di pasar tersebut tidak harus menunggu waktu pekan tiba, untuk mendapat bahan pasokan baik dari masyarakat maupun pedagang pengumpul. Meskipun kedua pasar ini berada di lingkungan yang mayoritas penduduknya adalah suku Karo, akan tetapi pengetahuan mereka tentang ramuan oukup berbeda-beda. Dalam hal ini yang perlu diketahui bahwa ketiga pasar tersebut merupakan pusat pasar tradisional yang tidak hanya menjual bahan-bahan ramuan untuk oukup saja tetapi juga menjual semua perlengkapan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, hanya saja ketiga pasar ini memiliki
keistimewaan tersendiri dibanding dengan pasar tradisional lainnya yaitu dengan menjual bahan ramuan untuk oukup. Kemkem adalah kios di pasar tempat menjual berbagai jenis tumbuhtumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan jamu. Umumnya produk yang dijual berupa simplisia termasuk bahan-bahan dasar yang akan dipergunakan untuk membuat oukup.
Bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dalam ramuan oukup Bila ditinjau dari bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan di dalam oukup, terdapat 9 (sembilan) macam bagian tumbuhan yang digunakan yaitu daun, batang, bunga, buah, biji, rimpang, umbi, akar, kulit dan seluruh bagian tumbuhan. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan, yaitu 35,2% atau 25 jenis, menyusul buah dan rimpang masing-masing 19,7% atau 14 jenis, dan bagian tumbuhan lainnya dibawah 10%, seperti yang tertera pada Gambar 4.
Gambar 4 Persentase berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup
Dengan demikian bagian daun, buah dan rimpang merupakan bagian yang paling utama dalam ramuan oukup, sedangkan bagian tumbuhan yang lain hanya merupakan bagian pelengkap dari ramuan tersebut.
Kandungan senyawa bioaktif dalam ramuan oukup
Terkait dengan jumlah jenis tumbuhan yang merupakan komponen utama dalam ramuan oukup maka studi terhadap kenakeragaman jenis tersebut lebih diperdalam dengan pengumpulan data kualitatif berdasarkan studi pustaka tentang senyawa biokatif yang terkandung didalamnya, seperti yang tertera pada Tabel 10. Tabel 10 Jenis-jenis tumbuhan dan senyawa bioaktif yang terkandung didalamnya Jenis Tumbuhan
No
Senyawa Bioaktif
1
Nama Lokal Bangle
Nama Ilmiah Zingiber purpureum
Saponin, flavonoid dan minyak atsiri
2
Lada
Piper nigrum
Saponin, flavonoid dan minyak atsiri
3
Lempuyang
Zingiber americans
Saponin, flavonoid dan minyak atsiri
4
Temu kunci
Boesenbergia pandurata
Saponin, flavonoid dan minyak atsiri
5
Cekala
Nicolaia speciosa
Saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
6
Kencur
Kaempferia galanga
Saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
7
Laja
Alpinia sp.
Saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
8
Lengkuas
Alpinia galanga
Saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
9
Pandan
Pandanus amaryllifolius
Saponin, flavonoid, polifenol dan alkoloid
10
Salinsayo
Gaultheria leucocarpa
Saponin, flavonoid dan polifenol
11
Jeruk purut
Citrus hystrix
Saponin, tannin, steroid dan minyak atsiri
12
Jeruk pagar
Citrus medica
Saponin, tannin, steroid dan minyak atsiri
13
Jeruk puraga
Citrus nobilis
Saponin, tannin, steroid dan minyak atsiri
14
Jahe
Zingiber officinale
Polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri
15
Sere wangi
Andropogon citratus
Euganol, flavonoid, galangol dan minyak atsiri
16
Kemangi
Ocimum basilicum
Eugenol, sineol dan minyak atsiri
Minyak Atsiri Jenis-jenis tumbuhan yang mengandung unsur minyak atsiri cukup merata. Dari 16 jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup ini, hanya 2 jenis yang tidak mengandung minyak atsiri di dalamnya yaitu Pandanus amaryllifolius dan Gaultheria leucocarpa, bagian yang digunakan berupa daun. Minyak atsiri merupakan senyawa bioaktif yang terdapat hampir di seluruh bagian tumbuhan di atas yaitu daun, batang, buah, biji dan rimpang yang berfungsi sebagai aromaterapi dengan efek menenangkan dan menyegarkan untuk kesehatan tubuh. Selain itu minyak atsiri banyak digunakan dalam bidang kesehatan dan kegunaan lain. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai enzimatik, sebagai sedatif, stimulan
untuk obat sakit perut, dll. Selain memiliki aroma yang harum, minyak atsiri dapat pula membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi. Minyak atsiri dapat menetralisir bau yang tidak enak dari suatu bahan, misalnya bau dari bahan sintetis (Husna 2008). Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan tumbuhan penghasilnya, umumnya larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya (Buchbauer 1993). Saat ini, komponen minyak atsiri yang memilliki kontribusi besar pada suatu aroma minyak atsiri telah disintesa. Komponen aromanya telah dikembangkan lebih lanjut untuk pengobatan atau terapi yang kemudian disebut aromaterapi (Buchbauer 2000). Saponin Jenis-jenis tumbuhan yang mengandung unsur saponin juga termasuk cukup merata. Dari 16 jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup ini, hanya 3 jenis yang tidak mengandung saponin di dalamnya yaitu Zingiber officinale (bagian yang digunakan rimpang), Ocimum basilicum (bagian yang digunakan daun) dan Adropogon citratus (bagian yang digunakan batang). Senyawa saponin juga terdapat hampir di seluruh bagian tumbuhan kecuali batang. Senyawa saponin dalam ilmu pengobatan dapat digunakan sebagai bahan antimikroba, dapat pula digunakan sebagai bahan racun, dan dalam industri sabun, sedangkan kegunaan saponin sendiri bagi tumbuh-tumbuhan adalah sebagai pertahanan yaitu perlindungan dari berbagai pengaruh biologi. Sumber utama saponin adalah biji-bijian. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal (Sianturi 2002). Bagian tumbuhan digunakan sebagai ramuan oukup yang banyak
mengandung
senyawa
saponin
adalah
Zingiber
purpureum,
Kaempferia galanga, Alpinia sp., Zingiber americanus, Alpinia galanga dan Boesenbergia pandurata (rimpang), Nicolaia speciosa (batang), Citrus hystrix, Citrus medica dan Citrus nobilis (buah), Piper nigrum (biji) dan Pandanus amaryllifolius (daun).
Flavonoid Jenis-jenis tumbuhan yang mengandung unsur flavonoid juga cukup merata. Dari 16 jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup ini, hanya 4 jenis yang tidak mengandung flavonoid di dalamnya yaitu Citrus hystrix, Citrus medica, Citrus nobilis (bagian yang digunakan adalah buah) dan Ocimum basilicum (bagian yang digunakan adalah daun). Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungi sampai angiospermae. Senyawa flavonoid juga terdapat hampir di seluruh bagian tumbuhan kecuali buah. Senyawa
flavonoid
ini
dapat
bekerja
sebagai
antioksidan
untuk
mengendalikan radikal bebas yang dapat menyebabkan tumor, dapat berfungsi sebagai antivirus dan antimikroorganisme. Selain itu dapat juga mengobati gangguan fungsi hati, menurunkan agregat platelet (mengurangi pembekuan darah), anti hipertensi dan merangsang pembentukan estrogen (Vickery & Vickery 1981). Tannin Jenis-jenis tumbuhan yang mengandung unsur tannin hanya terdapat pada 3 jenis tumbuhan saja yaitu Citrus hystrix, Citrus medica dan Citrus nobilis, masing-masing yang digunakan adalah buah. Secara umum tannin dapat diekstrak dari berbagai tumbuhan seperti daun, kulit, buah, biji, kulit batang dan bagian lainnya. Fungsi tannin bagi tumbuhan adalah untuk melindungi dirinya. Tannin berguna sebagai punurun panas dan dikenal sebagai produk hemorrhoidal, digunakan sebagai perawatan akibat tersengat serangga dan perawatan gigi. Polifenol Jenis-jenis tumbuhan yang tidak mengandung unsur polifenol hanya terdapat pada 8 jenis tumbuhan saja yaitu Citrus hystrix, Citrus medica dan Citrus nobilis (buah), Ocimum basilicum (daun), Piper nigrum (biji), Zingiber americanus dan Boesenbergia pandurata (rimpang), dan Andropogon citratus (batang).
Senyawa bioaktif polifenol merupakan asam fenolik dan flavonoid yang bersifat antioksidan aktif. Senyawa polifenol yang terkandung dalam tumbuhan sebagai ramuan oukup ini dapat mencegah oksidasi LDL (low density lipoprotein) dan kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kronis, selain itu juga polifenol berperan sebagai antimikroba dan dapat menurunkan kadar gula dalam darah (Sianturi 2002). Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup yang banyak mengandung senyawa polifenol adalah berupa batang (Nicolaia speciosa dan Andropogon citratus), rimpang (Zingiber officinale, Kaempferia galanga, Alpinia sp. dan Alpinia galanga), dan daun (Pandanus amaryllifolius). Alkaloid Satu jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid pada komponen utama ramuan oukup yaitu Pandanus amaryllifolius (bagian yang digunakan daun). Alkaloid merupakan golongan senyawa zat tumbuhan sekunder yang terbesar, saat ini telah diketahui sebanyak 5.500 alkaloid. Seringkali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne 1987). Menurut Murningsih (1998) mengemukakan bahwa manfaat lain senyawa alkaloid adalah sebagai penghambat kanker. Menurut Vickery & Vickery (1981) menyatakan bahwa dalam pengobatan, alkaloid memberikan efek fisiologis umumnya pada susunan syaraf pusat, misalnya sebagai obat antirasa sakit dan obat tidur. Steroid Jenis-jenis tumbuhan yang mengandung unsur steroid hanya terdapat 3 jenis tumbuhan saja yaitu Citrus hystrix, Citrus medica dan Citrus nobilis yang masing-masing bagian yang digunakan adalah buah. Steroid pada umumnya digunakan dalam berbagai aktivitas biologi, antara lain yaitu untuk pengembangan dan kontrol reproduksi pada manusia. Steroid dalam aplikasi pengobatan digunakan sebagai kardotonik, prekursor vitamin D, antiinflamantori, agen kontrasepsi oral, dan agen anabolik (Anonim 2002).
Status keberadaan tumbuhan bahan ramuan oukup di alam Persebaran Hasil
wawancara,
pengamatan
di
lapangan
dan
studi
literatur
memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis tumbuhan yang dicatat sebagai ramuan atau bagian ramuan oukup seperti yang terlihat pada Gambar 5, dikelompokkan ke dalam: (1) tumbuhan liar, yaitu jenis yang secara alamiah tumbuh tanpa ada campur tangan manusia, (2) tanaman budidaya, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang ditanam dan dirawat dengan baik. Secara garis besar untuk memenuhi kebutuhan ramuan oukup jenis-jenis yang telah dibudidayakan hampir sama banyaknya dengan jenis yang dipungut dari hutan atau yang berstatus liar. Jenis-jenis yang sudah dibudidayakan, pada umumnya adalah jenis-jenis yang tidak hanya bermanfaat untuk ramuan oukup akan tetapi memiliki kegunaan lain seperti bumbu masak
dan rempah-rempah. Jenis-jenis itu antara lain dari suku
Zingiberaceae (Nicolaia speciosa, Zingiber officinale, Kaempferia galanga, Alpinia galanga, Curcuma domestica, Curcuma xanthorhiza, Boesenbergia pandurata), Rutaceae (Citrus hystrix, Citrus aurantifolia, Citrus medica).
Gambar 5 Persentase status tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup
Berbeda dengan jenis-jenis liar yang banyak dimanfaatkan diantaranya adalah pirawas (Cinnamomum porrectum), sundur langit (Emilia sonchifolia), salinsayo (Gaultheria leucocarpa), senduduk (Melastoma sp.), jelatang (Laportea decumana). Jenis-jenis tersebut tersebar secara luas di hutan-hutan yang kisaran ketinggiannya 1000 – 1200 m dpl Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Berdasarkan mudah atau tidaknya bahan-bahan ramuan oukup tersebut diperoleh, dapat dilakukan melalui wawancara. Hasilnya tercatat 57% (39 jenis) tumbuhan dinyatakan mudah diperoleh dan 43% ( 30 jenis ) dinyatakan agak sulit memperolehnya (Gambar 6).
Gambar 6 Persentase kemudahan memperoleh bahan ramuan berdasarkan jenisnya
Habitat dan Habitus Tumbuhan Untuk memperoleh gambaran tentang tempat tumbuh, berkenaan dengan mudah atau tidaknya memperoleh bahan ramuan ini maka, 42% atau 29 jenis dapat dijumpai di lading, menyusul 36% atau 25 jenis dijumpai di hutan dan sisanya 22% atau 15 jenis dengan mudah dapat dijumpai di pekarangan (Gambar. 7).
Gambar 7 Persentase jenis tumbuhan berdasarkan habitat
Kemudian berdasarkan
habitusnya yaitu tumbuhan merambat, herba,
liana, parasit, perdu, pohon, rumpun dan semak. Seperti disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Persentase jenis tumbuhan berdasarkan habitus
Hampir 30% atau 21 jenis berupa herba, 31% atau 22 jenis berupa perdu, 20% atau 14 jenis berupa pohon dan sisanya <19% atau 12 jenis berupa semak, merambat, rumpun, liana dan parasit.
Prospek ke depan WHO telah mengumpulkan daftar kurang lebih 21.000 jenis tumbuhan yang digunakan di seluruh dunia dalam pengobatan. Diperkirakan 2.000 – 3.000 jenis digunakan untuk pengobatan di Asia Tenggara. Jumlah tumbuhan obat di Indonesia diperkirakan 1.000 jenis (Soepadmo 1991). Hasil penelitian ini terungkap bahwa keseluruhan bahan dari ramuan oukup sebanyak 69 jenis berasal dari tumbuhan yang berkhasiat obat, namun pengembangan potensi tumbuhan obat ini belum mendapat banyak perhatian dari pemerintah daerah. Di sisi lain masyarakat masih tetap memanfaatkan tumbuhan obat tersebut baik yang berasal dari habitat sekitar tempat tinggal mereka maupun yang berasal dari hutan, namun dikhawatirkan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat dan etnofarmakologi masyarakat lokal akan terus menurun akibat adanya tekanan yang terus menerus seperti eksplorasi sumberdaya alam, tekanan ekonomi, pertambahan jumlah penduduk, keterbatasan lahan, dan lain-lain. Dari aspek pelestarian dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat sebagai ramuan di dalam oukup masih belum mengkhawatirkan. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar tumbuhan yang
digunakan sebagai ramuan oukup diperoleh dari ladang (42% atau 29 jenis); hutan (36% atau 25 jenis) dan pekarangan sebanyak 22% atau 15 jenis. Habitus yang terbanyak adalah perdu (31,9% atau 22 jenis), sedangkan bagian tumbuhan yang terbanyak digunakan adalah daun (35,2% atau 25 jenis), disusul buah dan rimpang masing-masing sebanyak 19,7% atau 14 jenis. Melalui studi pustaka khasiat dari 16 jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup ditentukan oleh senyawa bioaktif yang terdapat dalam bagian tumbuhan tersebut. Senyawa bioaktif yang mempunyai efek farmakologis umumnya termasuk golongan metabolit sekunder, misalnya minyak atsiri, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, alkaloid dan steroid. Berdasarkan pengetahuan masyarakat ternyata masih banyak yang belum mengetahui secara pasti manfaat dan khasiat dari ramuan yang digunakan. Sesuai dengan perkembangannya pelestarian plasma nutfah khususnya tumbuhan obat merupakan suatu aspek yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam penyediaan bahan baku yang kelak dimanfaatkan penggunaannya di masa kini dan mendatang. Peluang pengembangan obat alami/tradisional masih sangat besar, indikator besarnya peluang tersebut dapat dilihat dari masih kecilnya pangsa pasar obat alami, sehingga masih terbuka lebar untuk dikembangkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar, adanya perubahan pola hidup konsumen back to nature, dan obat alami merupakan warisan budidaya leluhur bangsa Indonesia. Semakin besarnya peluang pengembangan obat alam ini signifikan dengan pengembangan komoditi biofarmaka (Darusman et al. 2003). Begitu juga halnya untuk peluang pengembangan potensi oukup sebagai suatu usaha yang saat ini berkembang menjadi lahan bisnis, yang semua bahan ramuannya berasal dari tumbuhan obat. Kalau ditinjau dari segi potensi ekonomi, jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai ramuan oukup mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, baik di pasaran maupun untuk industri tumbuhan obat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian ini tercatat 69 jenis, 42 marga dan 28 suku tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan di dalam oukup. Dari jumlah tersebut 16 jenis, 11 marga dan 7 suku diantaranya merupakan komponen utama di dalam ramuan oukup. Ramuannya terdiri atas Zingiber purpureum, Nicolaia speciosa, Zingiber officinale, Citrus hystrix, Citrus medica, Citrus nobilis, Ocimum basilicum, Kaempferia galanga, Piper nigrum, Alpinia sp., Zingiber americanus, Alpinia galanga, Pandanus amaryllifolius, Gaultheria leucocarpa, Andropogon citratus dan Boesenbergia pandurata. Diantara jenis-jenis itu, yang terbanyak adalah jenis yang termasuk ke dalam suku Zingiberaceae (8 jenis) dan suku Rutaceae (3 jenis), selebihnya hanya diwakili oleh 1 jenis. Terkait dengan jumlah jenis tumbuhan tersebut jika ditinjau dari pemanfaatannya, bagian tumbuhan yang selalu digunakan adalah daun, buah dan rimpang, sedangkan bagian tumbuhan lainnya merupakan pelengkap dalam ramuan tersebut. Berdasarkan pemanfaatannya yang terkait dengan kesehatan pasca melahirkan, oukup merupakan salah satu cara perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan, artinya membuat si ibu berkeringat dengan cara memasak air disertai dengan ramuan-ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat dan diletakkan di bawah kursi duduk sambil dibungkus dengan selimut. Dan menyebabkan uap air panas itu memaksa si ibu berkeringat, maksudnya supaya si ibu sehat karena sisa kotoran di dalam tubuhnya keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Terkait dengan senyawa bioaktif yang terkandung dalam 16 jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dalam ramuan oukup menunjukkan bahwa senyawa minyak atsiri, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, alkaloid dan steroid adalah senyawa yang terkandung dalam bagian-bagian tumbuhan tersebut yang terdiri atas daun, batang, buah, biji dan rimpang. Begitu juga halnya peluang pengembangan potensi oukup sebagai suatu usaha yang saat ini berkembang menjadi lahan bisnis. Kalau ditinjau dari segi
ekonomi, ramuan oukup mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, baik di pasaran maupun untuk industri tumbuhan obat.
Saran Perlu adanya standarisasi kualitas bahan ramuan oukup yang maksimum baik dilihat dari kehigienisan, kenyamanan maupun kandungan senyawa bioaktif yang
terdapat
di
setiap
bahan
ramuan
tersebut.
Dan
perlu
adanya
takaran/komposisi bahan ramuan yang tepat sehingga kualitas ramuan bisa lebih baik. Dalam hal ini karena oukup sangat bermanfaat maka ramuan dengan kualitas yang baik perlu dipatenkan.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2001. Rancangan Strategi Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL dan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [Anonim]. 2002. Studi etnobotani masyarakat kamoro tentang tumbuhan obat di dataran rendah PT. Freeport Indonesia, Kabupaten Mimika, Papua. Freeport Indonesia dan Hatfindo Prima. Bogor. [Anonim]. 2007. Kabupaten Karo. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karo. [06 Mei 2007]. Agoes, Azwar H. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jilid I, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ajijah, N., M. Iskandar. 1995. Menggali budaya orang tua tempo doeloe memanfaatkan tumbuhan obat di pedesaan di Jawa Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II. Puslitbang Biologi-LIPI, Fakultas Biologi UGM dan Ikatan Pustakawan Indonesia, Yogyakarta I: 61 – 70. Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Inti Idayu Press. Jakarta. Barwa, N.S. 2004. Cara pemanenan liar yang baik. Makalah pada Seminar Tumbuhan Obat, Kosmetika, dan Aromatik. Pusat Biologi LIPI, Bogor. Buchbauer, G. 1993. Biological effects of fragrances and essential oils. Perf. Flav 18 :19-24. Buchbauer, G. 2000. The detailed analysis of essential oils leds to the understanding of their properties. Perf. flav 25 : 64-67. Bukit, Basita. 2005. Seni & Budaya – Tirai, Menguak Gairah Pariwisata Karo. http://www.waspada.co.id. [4 April 2007]. Cotton C.M. 1996. Ethnobotany : Principles and Applications. England : John Wiley & Sons. Darusman, L.K., E. Djauhari, E.I.K. Putri, E.A.M. Zuhud, M. Ghulammahdi, Siswoyo, D. Iswantini. 2003. Biofarmaka dari hulu hingga hilir (Kompilasi dari beberapa hasil penelitian). dalam: Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor. De Padua, L.S., N. Bunyapraphatsara dan R.H.M.J. Lemmens, editor. 1999. Plant Resources of South-East Asia. No.12 (1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA. Bogor – Indonesia.
Foster, G.M. dan Anderson, B.G. 2005. Antropologi Kesehatan. UI-Press. Jakarta. Handayani, Lestari. 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & PascaMelahirkan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan kedua ITB. Bandung Husna, D.Z. 2008. Kandungan kimia minyak atsiri tumbuhan Pandanus amaryllifolius Roxb. Artikel Kimia Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. Martin, J.G. 1995. Etnobotany: A Method Manual. Chapman & Hall. Lodon England. Mueller, D. Dombois & H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Sonc Inc, New York: xx = 547 hlm. Murningsih, T. 1998. Indole alkaloid senyawa aktif pada cemprit (Ervatamia spaerocarpa Burk.). Berita Biologi 4 : 141-144. Posey, D. 1996. Traditional resource rights : International instruments for protection and compensation for indigenous and local communities. Gland – Swizerland – Cambridge : IUCN. The Worl Conservation Union. Rifai, M.A. dan Walujo, E.B. 1992. Etnobotani dan pengembangan tetumbuhan pewarna indonesia : ulasan suatu pengamatan di Madura. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Cisarua 19 – 20 Februari 1992. Sampurno. 1999. Pengembangan dan pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Tropika Indonesia. 1999. Bogor : Himakora Fakultas Kehutanan IPB. Sardjono, M.A. 2004. Mosaik Sosiologis Kehutanan : Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya. Yogyakarta. Setyowati, F.M. dan Wardah. 1993. Berbagai jenis tumbuhan d lahan gambut dan pemanfaatannya oleh suku Melayu di Kecamatan Sambes, Kalimantan Barat. Hal. 286 – 298 dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hayati. Puslitbang Biologi – LIPI. Bogor, 14 Juni 1993. LIPI. Bogor. Setyowati, K. 2001. Potensi hak kekayaan intelektual. Di dalam : Prosiding Forum Koordinasi Kelembagaan Produksi Aneka Tanaman. 2002.
Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta. Shea, G.A., D. Martindale, P. Puradyatmika, A.K. Mandessy. 1997. Vegetation of the lowland zone in PT Freeport Indonesia contract of work mining and project area, Irian Jaya, Indonesia. Vol 3. Sianturi, G. 2002. Fito-kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker. http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0208/08/gizi.htm. [14 Agustus 2008]. Soekarman dan S. Riswan. 1992. Status pengetahuan etnobotani di Indonesia. dalam Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan Nasional. Bogor 19-20 Februari 1992. Soepadmo. 1991 dalam L.S. de Padua, N. Bunyapraphatsara dan R.H.M.J. Lemmens, editor. 1999. Plant Resources of South – East Asia No. 12 (1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA. Bogor – Indonesia. Suryatenggara, A. 1989. Memperlajari bahan pencelup dan tingkat kematangan terhadap mutu cabe rawit Capsicum frustescens L. kering. Fateta IPB, Bogor. Tim Ekspedisi Biota Media. 1998. Kembali ke alam. Manfaat obat asli Indonesia. Laporan Ekspedisi Biota Medika di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan Cagar Biosfer Bukit Tiga Belas, Propinsi Riau dan Jambi. Kerjasama Depkes – IPB – UI – LIPI. Tidak diterbitkan. Vickery, M.L. and B. Vickery. 1981. Secondary Plant Metabolism. The Memillan Press Ltd. London. Walujo, E.B. 1992. Tumbuhan dalam kehidupan tradisional masyarakat dawan di Timor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnoboani I. Cisarua, 19 – 20 Februari 1992. Walujo, E.B. 2002. Pengembangan dan penerapan penelitian etnobotani dan herbal medicine. Makalah dalam forum kegiatan lapangan International Post Graduate Programme in Medical Anthropology and Ethnobotany Universiteit Leiden-Universitas Padjajaran. Bandung. Walujo, E.B. 1998. Etnobotani, metode penelitian baru penggabungan antara konsep ilmu-ilmu sosial dan ilmu biologi. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III 5-6 Mei 1998.
Wibowo. 1995. Sistem pengetahuan tradisional dalam bidang mata pencaharian di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zuhud, E.A.M., Ekarelawan, S. Riswan. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Kenekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. dalam : Zuhud, E.A.M. dan Haryanto, editor. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB-Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 2. Keanekargaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan Oukup beserta data persebarannya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Jenis Nama Lokal Daun paris Rengas Seledri Pegagan Nira Pinang Rotan Rotan rambung Rotan runtih Rumbia Ketang Enau Sundur langit Nenas Salinsayo kemiri Sapot-sapot Bambu Rumput parang tegoh Sere wangi Asam glugur Bunga lawang Jintan hitam/Terbangun Nilam Kemangi Pirawas Kulit manis
Nama Ilmiah Justicia sp. Gluta renghas L. Apium graveolens L. Centella asiatica (L.) Urban Arenga pinnata Merr. Areca catechu L. Calamus sp.1 Calamus sp.2 Calamus sp.3 Metroxylon sp. Calamus sp.4 Arenga pinnata Merr. Emilia sonchifolia (L.) DC. Ananas comosus (L.) Merr. Gaultheria leucocarpa Blume Aleurites moluccana Willd. Desmodium dasylobum Miq. Bambusa vulgaris Schrad. Eleusine indica (L.) Gaertn Andropogon citratus DC. Garcinia atroviridis Griff. Illicium verum Hook. Coleus amboinicus.Lour. Pogostemon cablin (Blaanco) Bth. Ocimum basilicum L. Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterm. Cinnamomum burmanii Blume
Suku Acanthaceae Anacardiaceae Apiaceae Apiaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Asteraceae Bromeliaceae Ericaceae Euphorbiaceae Fabaceae Gramineae Gramineae Gramineae Guttiferae Illiciaceae Labiatae Labiatae Lamiaceae Lauraceae Lauraceae
Bagian tumbuhan yang digunakan Daun Daun Daun Daun Akar Akar Akar Akar Akar Akar Daun Buah Daun Buah Daun Biji Daun Akar Seluruh bagian Batang Daun Bunga Daun Daun Daun Daun Daun
Habitat
Habitus
Status
ladang Liar pekarangan ladang Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar ladang Liar ladang Liar Liar pekarangan pekarangan Liar Liar pekarangan pekarangan pekarangan ladang ladang
perdu pohon herba semak pohon pohon rotan rotan rotan pohon rotan pohon pohon herba herba pohon perdu bambu semak herba pohon pohon perdu perdu perdu pohon pohon
Budidaya Liar Budidaya Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Budidaya Liar Budidaya Liar Liar Liar Budidaya Budidaya Liar Budidaya Budidaya Budidaya Liar Budidaya
Ketersediaan di alam banyak kurang banyak banyak kurang banyak kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang banyak kurang banyak kurang banyak banyak kurang banyak banyak banyak kurang banyak
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Bawang merah Bawang putih Gundera Benalu kopi/surindan kopi Senduduk / Senggani Pala Cengkeh Kayu putih Pandan wangi Lada Sirih Liar Ciak-ciak Jeruk hantu Jeruk kayu Jeruk kejaren Jeruk kelele Jeruk kersik Jeruk kuku harimau Jeruk malem Jeruk mungkur / purut Jeruk nipis Jeruk pagar / jeruk gawang Jeruk puraga Daun besan Daun ikan-ikan Jelatang Salagundi Bungle Cekala Jahe Jahe merah
Allium cepa L. Allium sativum L. Allium schoenoprasum L. Serurulla ferrugia (Jack) Danser Melastoma sp. L. Myristica fragrans Houtt. Syzygium aromaticum L. Merr. Eucalyptus alba Reinw. Pandanus amaryllifolius Roxb. Piper nigrum L. Piper caducibracteum Polygonium chinense L. Citrus sp.1 Citrus sp.2 Citrus sp.3 Citrus sp.4 Citrus sp.5 Citrus medica "Sarcodactylis" Citrus sp.6 Citrus hystrix DC. Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle Citrus medica L. Citrus nobilis Lour. Eurycoma longifolia Jack Maoutia aspera Wedd. Laportea decumana Wedd. Vitex trifolia L. Zingiber purpureum Roxb. Nicolaia speciosa (Blume) Horan Zingiber officinale Roscoe Zingiber officinale var. rabrum Theilade
Liliaceae Liliaceae Liliaceae Loranthaceae Melastomaceae Myristicaceae Myrtaceae Myrtaceae Pandanaceae Piperaceae Piperaceae Polygonaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Simaroubaceae Urticaceae Urticaceae Verbenaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae
Umbi Umbi Daun Daun Daun Buah Bunga Daun Daun Biji Daun Daun Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Daun Daun Seluruh bagian Daun Rimpang Batang Rimpang Rimpang
ladang ladang Liar Liar Liar ladang ladang Liar pekarangan ladang Liar Liar ladang ladang ladang ladang ladang ladang ladang ladang ladang ladang ladang Liar Liar Liar Liar ladang ladang pekarangan pekarangan
herba herba semak parasit semak pohon pohon pohon perdu herba liana perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu perdu herba herba herba herba
Budidaya Budidaya Budidaya Liar Liar Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Liar Liar Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Liar Liar Liar Liar Budidaya Liar Budidaya Budidaya
banyak banyak kurang kurang banyak banyak banyak banyak banyak banyak banyak kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang banyak banyak banyak banyak kurang kurang banyak kurang banyak banyak banyak banyak
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Jahe peracis Kencur Kuning gajah/kunyit Laja Lempuyang Lengkuas Temu giring Temu ireng Temu kunci Temu mangga Temulawak
Zingiber sp. Kaempferia galanga L. Curcuma domestica Val. Alpinia sp. Zingiber americans Blume Alpinia galanga (L.) Willd. Curcuma heyneana Val. & Zyp. Curcuma aeroginosa Roxb. Boesenbergia pandurata Roxb. Curcuma mangga Val. & Zyp. Curcuma xanthorhiza Roxb.
Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae
Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang
ladang pekarangan pekarangan ladang pekarangan pekarangan ladang ladang pekarangan ladang pekarangan
herba herba herba herba semak herba herba herba herba herba herba
Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya Budidaya
banyak banyak banyak banyak banyak banyak kurang kurang banyak banyak banyak
Lampiran 3 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan oukup
Keterangan Gambar 1 : Bungle (Zingiber purpureum) (a) tumbuhan, (b) rimpang; Kencur (Kaempferia galanga) (c) tumbuhan, (d) rimpang; (e) rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata); Lempuyang (Zingiber americanus) (f) tumbuhan, (g) rimpang; (h) rimpang laja (Alpinia sp.); (i) rimpang lengkuas (Alpinia galanga) ; (j) rimpang jahe (Zingiber officinale); dan (k) daun pandan (Pandanus amaryllifolius).
Keterangan Gambar : (l) tumbuhan sere wangi (Andropogon citratus); (m) daun kemangi (Ocimum basilicum); (n) buah jeruk pagar (Citrus medica); (o) tumbuhan cekala/kecombrang (Nicolaia speciosa); (p) daun salinsayo (Gaultheria leucocarpa); (q) buah jeruk puraga (Citrus nobilis); (r) daun dan buah jeruk purut (Citrus hystrix); dan (s) daun dan biji lada (Piper nigrum).
Lampiran 4 Jenis-jenis ramuan yang diperjualbelikan di pasar
(a)
b
(b)
b Keterangan Gambar 3: (a) Jenis-jenis tumbuhan segar yang digunakan sebagai ramuan oukup; (b) Jenis-jenis tumbuhan kering yang digunakan sebagai ramuan oukup
Lampiran 5 Cara meramu ramuan oukup
(a)
(b)
Keterangan Gambar 4:b(a) Tempat/wadah untuk memasak ramuanb oukup; (b) Ramuan oukup yang sudah direbus.
Lampiran 6 Ruang oukup dan sauna
(a)
b
(b)
(c)
b b Keterangan Gambar 5: (a) Ruangan tempat beroukup yang diuapkan melalui pipa kecil; (b) Tempat untuk sauna modern (tampak luar); dan (c) Tempat untuk sauna modern (tampak dalam) dengan menggunakan alat pemanas (steam).