perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orang Tua Dan Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta )
Disusun Oleh : ALIEF PANDU WIRAWAN NIM D 0306019
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO v Belajar dari masa lalu hidup untuk masa sekarang, mencoba dari masa lalu lakukan di masa sekarang. Jangan sampai masa lalumu menjadi suram dimasa depanmu. ( Mario Teguh )
v Sukses sering datang pada orang yang berani bertindak. Ia jarang mendatangi orang yang malu-malu yang selalu takut pada konsekuensi-konsekuensi ( Jawaharlal Nehru )
v Meraih
sukses
itu
mudah,
yang
paling
sulit
adalah
mempertahankannya. ( Dedy Corbuzier )
v Jujur dan Ikhlas dalam menjalankan suatu hal ( Alief Pandu W )
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Karya Sederhana Ini Saya Persembahkan untuk :
· !
˜
· B@lL @e
˜
· •
˜
· •
˜
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
AssalamualikumWr. Wb Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa memberikan petunjuk, bimbingan dan innayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul : Orang Tua Dan Program Kartu Insentif Anak ( Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta ). Masalah-masalah sosial tentang orang tua dan anak saat ini membuat saya tertarik untuk mendalaminya lagi. Apalagi masalah orang tua dan anak yang ada di kota Surakarta ini, melihat mereka yang suka mengemis di pinggir jalan pasti ada sebabnya mengapa mereka harus melakukan
hal tersebut. Selain itu melihat anak kecil atau remaja yang sudah
mempunyai pekerjaan meskpiun mengamen itu pun pasti ada sebabnya juga. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua sehingga membuat masa kecil dan masa remaja mereka jadi tidak seperti seharusnya, yang dimana seharusnya mereka itu mendapatkan apa itu pendidikan, hiburan, kesehatan, dan hak sipil lainnya yang seharusnya didapatkan mereka. Dalam laporan penelitian tentang Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta ini terdiri dari empat bagian. Di mana bagian yang pertama merupakan bagian pendahuluan tentang latar belakang kenapa saya memilih untuk permasalahan orang tua yang dilihatdari peran serta mereka terhadap program dari pemerintah. Tujuan dan manfaat dari penelitian juga ikut dicantumkan dalam bagian pertama. Selain itu diuraikan juga mengenai tinjauan pustaka yang berisi tentang landasan teori serta konsep apa saja yang digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian juga dimasukkan dalam bagian pertama dalam penelitian. Bagian ini menyajikan inti dari kegiatan penelitian userbagiamana teknik pengumpulan data yang berisi tentang metode apa yang akancommit dipakaitoserta 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperti sampel, observasi, wawancara maupun studi pustaka yang diambil dari buku maupun internet. Pada bagian kedua berisi tentang deskripsi dari lokasi penelitian, dan segala sesuatu tentang lokasi penelitian mulai dari visi, misi, tugas, pokok, fungsi, dan pastinya pada bagian ini di deskripsikan juga mengenai Kartu Insentif Anak itu sendiri. Pada bagian ketiga berisi tentang analisis dan pembahasan dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan bahwa peran orang tua dalam pemanfaatan kartu insentif anak ini, orang tua memanfaatkannya di beberapa aspek, ada aspek pendidikan, kesehatan, olahraga, dan hiburan. Dalam penelitian ini saya ingin menyatakan dan membuktikan bahwa anak itu perlu mendapatkan hak sipil yang mereka perlukan dalam kehidupan sehari-harinya, supaya anak tersebut bisa tumbuh dan berkembang menjadi baik seperti yang diharapkan oleh orang tua dimana saja, dan pihak orang tua juga harus ikut membantu anak supaya bisa mendapatkan hak-hak tersebut, tidak malah membiarkan saja kelakuan anak seperti apa kalau diluar, kontrol dari pihak orang tua terhadap anak sangatlah dibutuhkan sekali. Kepada semua pihak yang sudah membantu menyelesaikan tulisan ini, kepada Drs. Jefta Leibo SU yang tidak pernah capek untuk membimbing dan memberikan semangat supaya tulisan ini bisa cepat selesai, meskipun sampai pada akhirnya sudah bosan dengan saya karena tidak selesai-selesai. Meskipun begitu saya mengucapkan terima kasih sekali. Kepada teman-teman sosiologi Esha, Yemima, Afi, Ema, Riza terima kasih semangatnya, terima kasih bantuan-bantuannya selama ini. Teman-teman Teater SOPO, Nopek, Gemphil, Retno, Arini, Awan, Budi, Intan, Cecak, Juminten, dan teman-teman yang lain terima kasih atas proses yang sudah kalian berikan kepada saya, terima kasih juga doanya dan semangatnya. Yang paling penting terima kasih buat keluarga saya Bapak Tri Sugiri, Ibu Tatik commit to user Alim Pratiwi. Karya ini saya Setyaningsih, dan Almh adik saya tercinta Nurina 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persembahkan untuk kalian yang selalu memberikan nasehat, doa, dan kesabarannya selama menyelesaikan tulisan ini. Akhirnya berbagai kesalahan bahasa, ejaan dan pengetikan serta masalah teknis lain yang ditemukan perlu dikoreksi. Saya menyadari bahwa sepenuhnya penulisan yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran perbaikan dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini menjadi pendorong saya untuk mendalami dan lebih mempelajari masalah anak dan orang tua agar bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Wassalamu’alaikum wr wb
Surakarta, Oktober 2012 Penulis
Alief Pandu Wirawan
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….
iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………......
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………... v KATA PENGANTAR……………………………………………………….....
vi
DAFTAR ISI..................................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………...
xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………
xiii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………
xiv
DAFTAR MATRIK…………………………………………………………….
xv
ABSTRAK………………………………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….
9
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………..
10
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………
10
E. Tinjauan Pustaka & Landasan Teori…………………………………
10
1. Konsep Yang Digunakan…………………………………………
10
1.1 Peran…………………………………………………………… 1.2 Orang Tua……………………………………………………… 1.3 Hak Sipil Anak………………………………………………… 1.4 Kartu Insentif Anak…………………………………………....
10 12 13 15
2. Landasan Teori…………………………………………………….
16
F. Definisi Konsep……………………………………………………….
24
1 Peran………………………………………………………………… 24 2 Orang Tua…………………………………………………………... commit to user 3 Hak Sipil Anak……………………………………………………... 9
24 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Kartu Insentif Anak…………………………………………………
25
G. Penelitian Terdahulu………………………………………………….
25
H. Kerangka Pemikiran…………………………………………………..
27
I. Metode Penelitian……………………………………………………
29
1 Lokasi Penenlitian…………………………………………………..
29
2 Jenis Penenlitian…………………………………………………….
29
3 Sumber Data………………………………………………………… 30 4 Teknik Pengumpulan Data………………………………………….
30
5 Validitas Data………………………………………………………..
33
6 Teknik Analisis Data………………………………………………… 33 BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta.
36
1. Sejarah Berdirinya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta……………………………………. 2
36
Visi dan Misi……………………………………………………….. 40 2.1 Visi……………………………………………………………... 40 2.2 Misi…………………………………………………………….. 40
3
Tugas Pokok dan Fungsi…………………………………………… 42 3.1 Tugas Pokok……………………………………………………. 42 3.2 Fungsi…………………………………………………………… 42
4 Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk…………………………….
43
5 Struktur Organisasi……………………………………………………. 44 6 Sumber Daya Manusia dan Personil…………………………………. 45 7 Landasan Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta……………………………………… 48 B. Gambaran Mengenai Program Kartu Insentif Anak………………….. commit to user 10
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III ANANALISI DAN PEMBAHASAN A. Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta…………………………………………………….. 57 1 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang pendidikan…….
57
2 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang Hiburan………..
63
3 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang Olahraga………. 68 4 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang Kesehatan…….. B. Stake Holder Pendukung Kartu Insentif Anak....................................
75 95
C. Analisis Teori Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta……………………………………………………………….. 103 BAB IV PENUTUP A. Simpulan……………………………………………………………..
110
B. Rekomendasi…………………………………………………………
111
1 Bagi Orang Tua……………………………………………………… 111 2 Bagi Pemerintah……………………………………………………… 112 3 Bagi Stake Holder KIA……………………………………………… 112
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 1.1
Bagan Kerangkan Pemikiran…………………………………..
28
Bagan 1.2
Model Analisis Interaktif………………………………………
34
Bagan 2.1
Struktur Organisasi…………………………………………….
45
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Peta Lokasi Penilitian…………………………………………..
Gambar 2.1
Alur Proses Permohonan dan Penyelesaian Pembuatan KIA Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta….. 53
commit to user 13
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Golongan………………………………… 46
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………………….
Kota 47
Tabel 2.3
Daftar Mitra Kerja Pendukung KIA Sesuai Bidang Usaha……..
51
Tabel 2.4
Susunan Tim Program Kartu Insentif Anak…………………….
55
Tabel 3.1
Rincian Penggunaan Dana Program KIA………………………..
89
Table 3.2
Daftar Pengguna KIA…………………………………………….
92
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR MATRIK Matrik 3.1
Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatkan KIA Bidang Pendidikan ....... 63
Matrik 3.2
Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Bidang Hiburan..............
67
Matrik 3.3
Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Bidang Olahraga............
75
Matrik 3.4
Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Bidang Kesehatan.........
78
Matrik 3.5
Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak.....................
93
Matrik 3.6
Hasil Wawancara dengan Stake Holder KIA....................................
100
Matrik 3.7
Hasil Wawancara dengan Instansi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta……………. ……………………………...
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Abstrak Alief Pandu Wirawan D0306019, Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatn Program Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta. Skripsi jurusan Sosiologi. Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana peran serta orang tua di kota Surakarta untuk memanfaatkan Kartu Insentif Anak. Teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah teori Tindakan Sosial yang dikemukakan oleh Max Weber. Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan data dengan kata-kata atau uraian dan penjelasan tentang suatu permasalahan dimana penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta. Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Puposive Sampling. Informan diambil 8 orang tua, 8 stake holder pendukung KIA, dan 2 pihak dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, orang tua sudah berperan dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak. Orang tua sudah memenuhi keempat aspek yang dibutuhkan anak, akan tetapi dari keempat aspek yang sudah dipenuhi orang tua, aspek pendidikan lah yang menjadi pilihan utama dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak. Orang tua menganggap aspek pendidikan itu sangat penting bagi perkembangan anak, dan pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Selain itu dari pihak stake holder pun juga sudah membantu program dari pemerintah ini, sudah memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat kota solo yang ingin memanfaatkan KIA meskipun dari pihak pemerintah mengalami kendala dalam pelaksanaan KIA, yaitu masalah dana dan juga masalah sumber daya manusia.
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Alief Pandu Wirawan D0306019. The Role of Parents For Using Insentive Card Programme in Surakarta Town. Sociology Thesis. Social and Political Science Faculty. Sebelas Maret University. 2012. This research has a purpose to find out about how the role of parents in Surakarta using the child intensive card. In this reserach, the writer use theory social activity from Max Weber. According to the aims of this research, the writer use descriptive kualitatif research that aims to ilustrate the data with the words or explanation about a problem, in this research the writer choose the location in Surakarta town. Validity data technic which is used in this research is trianggulacy data technicwith collecting one kind of data from some different soources. This research use purposive sampling technic to choose the sampel. The informan are 8 parents, 8 stake holder suporting KIA, 2 people from Dinas kependudukan dan pencatatan sipil Surakarta. Collecting data technic in this research is indeepth interview, thelibrary studying, and documentation. And analysis data technic is collecting data, data reduction, data serving, and decision. The result of research show that the parents have had a role on using the intensive card for child. The parents have fulfilled the four aspects which is needed by child, however from that four aspects, education aspect is become the main option to use the child intensive card. The parents consider that the education aspect is very important for childern, and education is the responsibility of family, society, and government.In addition, from the stake holders had also been helping the program of this government, has been providing excellent service to the people of the city who want to utilize KIA solo despitethe difficulty of the government tin the implementation of KIA, the problem of fundsand human resources issues.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( Dispendukcapil ) adalah suatu dinas yang sengaja diadakan oleh pemerintah yang bertugas untuk mencatat atau mendaftarkan setiap peristiwa penting yang dialami warga masyarakat, setelah ada laporan yang dimulai sejak lahir sampai meninggal, seperti misalnya kelahiran, perkawinan, perceraian, pengakuan, kematian dan lain sebagainya. Pencatatan atau pendaftaran ini merupakan suatu bukti otentik, baik yang bersangkutan maupun bagi orang lain atau pihak ketiga yang berkepentingan. Suatu sistem dan cara pendaftaran Pencatatan Sipil yang baik dan tertib pelaksanaannya akan memberikan data-data tentang kependudukan yang lengkap dan terpercaya, di samping berbagai pendaftaran penduduk,sensus penduduk dan lain sebagainya. Pencatatan Sipil yang dalam bahasa asing disebut Burgerlijke Stand mempunyai arti penting untuk menentukan kedudukan seseorang. Pengertian Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa, yang bermaksud membukukan selengkap mungkin dan karena itu memberikan kepastian sebesar-besarnya tentang semua peristiwa yang penting bagi status keperdataan seseorang, kelahiran, pengakuan, perkawinan, perceraian dan kematian. Peristiwa-peristiwa yang mempunyai arti penting bagi seseorang seperti kelahiran, perkawinan, kematian, perceraian dan lain-lain, itu semua dicatat atau tertulis agar bagi pihak yang bersangkutan atau orang lain setiap waktu ada buktinya.
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pengertian diatas dikehendaki agar peristiwa-peristiwa bagi status keperdataan tersebut dicatat, agar dapat dilihat baik oleh pihak yang berkepentingan maupun oleh pihak ketiga. Dan dapat pula disimpulkan bahwa pencatatan sipil tersebut bersifat terbuka, artinya dapat dilihat oleh siapa saja. Salah satu pelayanan dari Pencatatan Sipil ini adalah, pelayanan Akta kelahiran. Dan terkait dengan Akta Kelahiran ini, Akta Kelahiran sangat berguna bagi anak yang baru saja dilahirkan. Karena ini digunakan sebagai bukti kelahiran dari anak tersebut. dan Akta Kelahiran juga dapat digunakan untuk kepentingan yang lainnya juga. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dimana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak juga merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita hidup keluarga khususnya, dan masyarakat pada umumnya serta memiliki peran strategis dalam menjamin kelangsungan kehidupan di masyarakat. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik maupun mental. Penting juga adanya perlindungan untuk anak serta memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya yang jauh dari segala bentuk diskriminasi. Salah satu bentuk pemenuhan hak anak ialah pemenuhan hak sipil anak. Dalam Konvensi Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 Nopember 1989, disebutkan bahwa hak sipil dan kebebasan anak terdiri dari beberapa hak yang diatur dalam pasal-pasal terpisah yakni
Nama dan
Kewarganegaraan, Mempertahankan Identitas, Kebebasan Berpendapat, Kebebasan Berpikir, Berkesadaran (Berhati Nurani) dan Beragama, Kebebasan Berserikat dan berkumpul secara damai. Perlindungan Terhadap commit to userKehidupan Pribadi (Privasi), Akses 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada Informasi yang Layak, Perlindungan dari Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi KHA tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990, dan sesuai ketentuan pasal 49 (2) KHA, maka Konvensi tersebut dinyatakan berlaku di Indonesia sejak 5 Oktober 1990. (Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Hak Sipil dan Kebebasan Anak, 2007). Menurut UNICEF dalam jurnalnya yang berjudul THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD Participation rights: having an active voice article 4 (Protection of rights) : Governments have a responsibility to take all available measures to make sure children’s rights are respected, protected and fulfilled. When countries ratify the Convention, they agree to review their laws relating to children. This involves assessing their social services, legal, health and educational systems, as well as levels of funding for these services. Governments are then obliged to take all necessary steps to ensure that the minimum standards set by the Convention in these areas are being met. They must help families protect children’s rights and create an environment where they can grow and reach their potential. In some instances, this may involve changing existing laws or creating new ones. Such legislative changes are not imposed, but come about through the same process by which any law is created or reformed within a country. Article 41 of the Convention points out the when a country already has higher legal standards than those seen in the Convention, the higher standards always prevail. ( terjemahan : Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengambil semua langkah yang tersedia untuk membuat hak-hak anak yakin itu dihormati, dilindungi dan dipenuhi. Ketika negara-negara meratifikasi Konvensi, mereka setuju untuk meninjau hukum mereka yang berkaitan dengan anak-anak. Ini melibatkan menilai pelayanan sosial mereka, sistem hukum, kesehatan dan pendidikan, serta tingkat pendanaan untuk layanan ini. Pemerintah kemudian diwajibkan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa standar minimum yang ditetapkan oleh Konvensi di daerah ini terpenuhi. Mereka harus membantu keluarga melindungi hak-hak anak dan menciptakan lingkungan di mana mereka dapat tumbuh dan mencapai potensi mereka. Dalam beberapa kasus, ini mungkin melibatkan mengubah hukum yang ada atau membuat yang baru. Perubahan legislatif tersebut tidak dipaksakan, tapi muncul melalui proses yang sama dimana hukum apapun yang dibuat atau direformasi dalam suatu negara. Pasal 41 dari Konvensi poin keluar ketika suatu negara sudah memiliki standar hukum yang lebih tinggi daripada yang terlihat dalam Konvensi, standar yang lebih tinggi selalu menang ). Dalam rangka pemenuhan hak sipil anak yang sejalan dengan prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak Anak, Pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri kemudian commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat rencana strategis agar tahun 2011 semua anak Indonesia tercatat kelahirannya. Rencana strategis ini berisi program-program strategis dan program-program pendukung. Salah satu program pendukung yang dicanangkan ialah Penerbitan Kartu Tanda Anak (KTA) sebagai Entry Point Instrumen Penerapan Sistem Insentif kepada anak. Penerbitan Kartu Tanda Anak ini dikarenakan rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengurus akta kelahiran. Sasaran KTA adalah anak-anak usia 0-18 tahun yang belum memiliki KTP dan belum menikah. Diharapkan setelah diberikannya insentif maka akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencatatan kelahiran. Ketakutan apabila anak tidak mendapatkan perhatian khusus adalah, anak itu menjadi selayaknya bukan anakanak, misalnya saja, tidak bisa menikmati pentingnya pendidikan, anak tersebut jadi tertinggal mentalnya dibandingkan dengan usia anak yang lainnnya. Atau kemungkinan bisa anak-anak tersebut berperilaku diluar usia anak-anak. Karena menurut fenomena yang terjadi sekarang ini adalah, banyaknya anak yang tidak mendapat perhatian dari orang tua nya, maka banyak terlihat anak-anak yang mengemis, menjadi pengamen jalanan. Itu membuktikan bahwa hak sipil anak belum bisa terpenuhi. Penerbitan Kartu Tanda Anak telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia seperti Yogyakarta, Padang, Surakarta, Denpasar, Makassar, dan Batam dengan nama Kartu Identitas Anak (KIA). Prosedur pembuatan KIA membutuhkan dokumen-dokumen kependudukan seperti akta kelahiran dan Kartu Keluarga (KK). Dengan dikeluarkannya kebijakan KIA maka orang tua dituntut agar mencatatakan anaknya dan mencarikan dokumen kependudukan anak seperti akta kelahiran dan juga Kartu Keluarga (KK). Secara tidak langsung, kebijakan KIA merupakan suatu bentuk strategi untuk meningkatkan kepemilikan akta kelahiran serta pencatatan anak di dalam Kartu Keluarga (KK).
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerbitan KIA di beberapa kota di Indonesia juga dimaksudkan agar anak mendapatkan insentif berupa kemudahan akses informasi, kemudahan pemberian pelayanan publik, dan kemudahan pemberian bantuan sosial. Seperti yang telah dilansir di http://mediainfokota.jogjakota.go.id, Pemilik KIA di Yogyakarta mendapatkan akses atau kemudahan untuk pendaftaran sekolah, melakukan transaksi keuangan di dunia perbankan dan PT Pos Indonesia, pelayanan kesehatan di puskesmas dan RSUD, sebagai tanda pengenal dan bukti diri yang sah, Mengurus SIM dan STNK bagi yang telah berusia 16 tahun, pembuatan dokumen keimigrasian, serta pewarisan atau peralihan hak atas tanah dan bangunan. Sementara itu
di Padang, Denpasar, Makassar, dan Batam,
Pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang pemberian insentif berupa santunan kematian bagi pemilik Kartu Identitas Anak (KIA). Kota lain di Indonesia yang menerapkan program Kartu Tanda Anak adalah Surakarta. Di Surakarta, program Kartu Tanda Anak lebih dikenal dengan nama Kartu Insentif Anak (KIA). Penerbitan Kartu Insentif Anak di Surakarta merupakan tindakan nyata pemerintah kota Surakarta untuk mewujudkan kesejahteraan dalam rangka pemenuhan hak-hak anak sebagaimana dituliskan dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2009 tentang Kartu Insentif Anak. Program KIA di Surakarta didasari oleh penunjukan kota Surakarta sebagai pilot project Kota Layak Anak. Pemerintah Kota Surakarta telah menandatangani MOU (Memorandum Of Understanding) dengan 31 stakeholders untuk bekerja sama dalam program ini. Hasilnya ialah stakeholders yang telah bekerja sama dengan pemerintah bersedia memberikan insentif berupa potongan harga khusus (diskon) kepada anak yang memiliki KIA. Dengan adanya KIA di Surakarta, diharapkan anak memperoleh akses lebih luas terhadap haknya di bidang rekreasi, transportasi, olahraga, kesehatan, pendidikan, informasi, dan sebagainya. commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerbitan KIA diharapkan mampu meningkatkan kepemilikan akte kelahiran karena persyaratan pembuatan KIA di Surakarta harus menyertakan fotocopy akta kelahiran. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Bidang Data dan Statistik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surakarta, Said Romadhon, “Keberadaan
KIA sebenarnya mendorong tingkat kesadaran orang tua untuk menerbitkan dan melakukan pencatatan akta kelahiran. Sebab di Solo cakupan Akta Kelahiran bagi balita masih 80 persen saja.” (Harian Joglosemar, Kamis 10 Juni 2010)Peluncuran (launching) KIA pertama kali dilakukan pada tanggal 19 Desember 2009 di Taman Cerdas, Sumber, Kecamatan Banjarsari.’’ Banjarsari merupakan kecamatan pertama yang ditunjuk sebagai daerah yang memulai program KIA. Di kecamatan ini mula-mula diterbitkan 10.000 KIA dari total 35.000 anak usia 0-18 tahun. Proses pembuatan KIA di Surakarta dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Proses Pendaftaran bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Namun pendaftar KIA pada saat awal program dikenalkan hanya sekitar 700-800 orang saja. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil juga melakukan sosialisasi dan workshop yang melibatkan empat kecamatan lain di Surakarta, yakni Serengan, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Jebres. Pada tanggal 26 Juli 2010, launching KIA tingkat kota dilakukan di Taman Balaikambang bertepatan dengan hari anak nasional. Tehnis dari KIA ini adalah berupa pemberian potongan harga atau diskon kepada anakanak untuk bisa menikmati fasilitas umum yang ada di kota Surakarta ini. Misalnya saja adalah, PT Gramedia, Pusat Buku Sekawan, TB Togamas, The Sunan Hotel, THR Sriwedari, PT Askes, PT Batik Danar Hadi, Elfa’s Music School, Toko Mardi Rahayu, Risc Komputer, English Language Course, Optik Pranoto, Anak tidak terlepas dari yang namanya orang tua, dimana orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua selalu mempunyai peran yang besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan si anak baik dalam apapun. Orang tua juga harus bisa menjamin dan memberikan pemenuhan-pemenuhan hak atas anak, misalnya hak pendidikan, rekreasi, hiburan dan sabagainya. Menurut Robert J. Doman, Jr dalam
jurnalnya yang berjudul A Child’s
Education Begins with Educating the Parents, Volume 19 No. 6, 2006 (dalam http://nacd.org/journal/parenting101_educate_parents.php) : Parents are children's first teachers and most important. If you have questions role of parents as educators, they need only look at the fact that most children will learn more when they are five years than they will for the rest of their lives. Although the involvement of parents in the first few years of a child's life are very important for the development, parents can give individual attention continues to be very important throughout the child's education. Good school and great teachers is important, but good parents and great care is important. Who is the greatest world expert on the individual child? This is not a teacher or a school psychologist or pediatrician - the parents! In most cases, however, parents are the greatest experts on each child was not an expert in children in general, and they require specialized knowledge and experience to help their children develop to their fullest potential.( terjemahaan Orangtua adalah guru anak-anak pertama dan paling penting. Jika ada pertanyaan peran orang tua sebagai pendidik, mereka hanya perlu melihat kenyataan bahwa kebanyakan anak akan belajar lebih banyak pada saat mereka berusia lima tahun daripada mereka akan selama sisa seluruh hidup mereka. Meskipun keterlibatan orang tua dalam beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting untuk perkembangan, orang tua dapat memberikan perhatian individu terus menjadi sangat penting seluruh pendidikan anak. Sekolah yang baik dan guru besar adalah penting, tetapi orang tua yang baik dan pengasuhan besar adalah penting. Siapa ahli dunia terbesar pada anak individu? Ini bukan guru maupun psikolog sekolah atau dokter anak - itu orangtua! Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, orang tua yang ahli terbesar pada anak masing-masing bukanlah seorang ahli anak pada umumnya, dan mereka membutuhkan pengetahuan khusus dan pengalaman untuk membantu anakanak mereka mengembangkan potensi mereka sepenuhnya.) Dengan adanya program pemerintah ini, melalui Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, diterbitkannya KIA tersebut yang berfungsi untuk pemenuhan hak sipil anak, dimana hak sipil anak itu yang terkait dengan KIA ini adalah hak sipil anak untuk Berpendapat, Kebebasan Berkesadaran (Berhati Nurani) commit to Berpikir, user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Beragama, Kebebasan Berserikat dan berkumpul, dan Akses kepada Informasi yang Layak. Dengan adanya hak sipil anak tersebut maka, diharapkan para orang tua di Kota Surakarta itu bisa menunjang hak anak sekaligus bisa memenuhi hak –hak anak, sehingga bisa membantu program KIA tersebut. Dan nantinya bisa diketahui seberapa jauh orang tua mengakses program KIA tersebut. Maka penulis konsen mengambil penelitian tentang “Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta’’. B. RUMUSAN MASALAH ·
Bagaimana Peran Orang Tua Dalam Memanfaatkan Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN ·
Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana peran serta orang tua di kota Surakarta untuk memanfaatkan Kartu Insentif Anak.
D. MANFAAT PENELITIAN ·
Bagi Peneliti : - Hasil penelitian ini bisa memperkaya pengetahuan dan memberi sumbangan pemikiran, serta menjadi syarat untuk menyelesaikan studi di jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
·
Bagi Orang Tua : - Adanya Kartu Insentif Anak ini, para orang tua di kota Surakarta bisa lebih memberikan pemenuhan hak sipil bagi anak-anaknya. commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Orang Tua bisa lebih paham akan kebutuhan yang dibutuhkan anak-anaknya, dalam menunjang perkembangan anak-anaknya. E. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1. Konsep Yang Digunakan 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran adalah perilaku normatif yang melekat pada status, sedangkan status adalah kedudukan dalam sistem sosial. Sedangkan peranan adalah fungsi sosial yang didapatkan oleh individu dalam perkembangannya dengan belajar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja (Sumadi Suryabarata, 2000). Soerjono Soekanto (1982) memberikan definisi mengenai peranan yaitu ”Peranan atau peran merupakan perilaku yang berkaitan dengan status atau kedudukan”. Artinya peranan yang dimaksud tersebut terletak pada status atau kedudukan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Sebagai pola perilaku, maka peranan mempunyai beberapa unsur yakni antara lain: a. Peranan ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharap-harapkan oleh masyarakat terhadap status-status tertentu. Peranan ideal merupakan hak dan kewajiban yang terkait pada status tertentu. b. Peranan yang diharapkan sendiri. Peranan ini merupakan hal yang oleh individu harus dilakukan pada situasi tertentu. Artinya seseorang individu menganggap bahwa dalam situasi tertentu dirumuskan dia harus melaksankan peranan situasi tertentu. c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kenyataan, mungkin saja berbeda dengan peranan ideal maupun peranan-peranan yang dianggap oleh diri sendiri, peranan yang dilaksanakan
secara
aktual senantiasa dipengaruhi oleh
sistem
kepercayaan, harapan-harapan atau kepribadian individu yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 1982”30-31). commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Hendropuspito (1984), peran adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi tugas seseorang dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata dilakukan seseorang. Peran sebagai konsep menunjukkan apa yang dilakukan oleh seseorang. Dari pengertian-pengertian di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan mengenai peran, yaitu suatu tugas yang dilakukan dengan sengaja atau tidak yang berkaitan dengan status dan kedudukan yang melekat pada perilaku seseorang dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah menjalankan perannya. Peran orang tua di sini berkaitan dengan kekuasaan dalam rangka melaksanakan tugas sebagai orang tua, karena kedudukannya dapat memberi pengaruh dan perubahan. 1.2 Orang Tua Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua adalah yang pertama-tama dan terutama bertanggung jawab untu mengatur, mengkoordinasikan serta memberikan rangsangan-rangsangan kepada anak. Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan Ibu-Bapak. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya, yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak, dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Untuk lebih memperjelas mengenai pengertian orang tua, makacommit penulistojuga usermengutip pengertian orang tua dari 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UU RI No.20 tahun 2003 pasal 7 yaitu: (1) ”Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya”. (2) ”Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anak”. Selain itu PP No.27 tahun 1990 pasal 1 ayat 4 menjelaskan ”Orang tua adalah ayah dan/atau ibu atau wali anak didik yang bersangkutan”. Dapat disimpulkan bahwa pengertian orang tua dalam penelitian ini adalah suami istri yang sudah disebut sebagai bapak dan ibu dan dianggap dewasa atas dasar ikatan pernikahannya dan sudah dikaruniai anak serta bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Sedangkan bagi pasangan suami istri yang sudah dianggap dewasa namun belum mempunyai anak maka belum dapat digolongkan sebagai orang tua, kecuali mereka berdasarkan atas hukum telah mengangkat seseorang sebagai anaknya dan segala hal kebutuhan anak adalah tanggung jawabnya. 1.3 Hak Sipil Anak Merupakan bagian tidak terpisahkan dari Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia bersifat Umum, berlaku untuk semua manusia di mana saja. Utuh tidak boleh dirampas siapapun dan tidak boleh diserahkan walaupun secara sukarela. Setara tidak ada tingkatan antara satu hak dan hak lainnya. Ada beberapa macam hak sipil anak itu, antara lain : 1. Hak atas lingkungan keluarga : merupakan hak asasi khusus untuk anak. Orang dewasa tidak mempunyai hak ini, berarti bahwa anak mempunyai hak untuk diasuh oleh orangtuanya. Jika orangtua tidak ada atau tidak mampu mengasuh, anak berhak mendapatkan keluarga/pengasuh pengganti. Hak atas lingkungan keluarga meliputi juga hak anak untuk dilindungi dari segala bentuk tindak kekerasan (fisik, mental, seksual, dan penelantaran/pengabaian) oleh orangtua atau wali anak. Jika anak mengalami tindak kekerasan dan pengabaian, maka Negara wajib memberikan commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlindungan kepada anak, kalau perlu dengan mencabut kuasa asuh orangtua/wali, dan pada tingkat yang serius, menghukum orangtua/ wali. 2. Hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar : Anak mempunyai hak atas standar kesehatan tertinggi yang bisa diberikan, misalnya: Pencegahan penyakit, kurang gizi dan pengurangan angka kematian bayi. Dalam hak kesehatan ada juga layanan kesehatan yang diberikan kepada anak, misalnya saja seperti asuransi kesehatan. 3. Hak atas pendidikan : hak pendidikan yang diberikan anak itu bisa berbagai macam, berupa pendidikan formal ataupun pendidikan nonformalnya. Pendidikan formal seperti sekolah, sedangakan pendidikan nonformal seperti bimbingan belajar ataupun bimbingan-bimbingan lain yang bisa menunjang perkembangan pendidikan anak. Tidak hanya itu saja hak pendidikan anak juga meliputi faktor penunjang untuk pendidikan, misalnya buku-buku pelajaran dan keperluan-keperluan yang sekirannya dibutuhkan dalam suatu aspek pendidikan. 4. Hak atas hiburan : merupakan salah satu bagian dari hak sipil anak yang dibutuhkan anak untuk mendapatkan hiburan dan sebagai media untuk mengisi waktu luang, beristirahat, dan juga media untuk berekreasi. 5. Hak atas perlindungan khusus : merupakan hak anak untuk mendapatkan sebuah perlindungan khusus, dimana antara lain perlindungan dari situasi perang/sengketa bersenjata, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, perlindungan dari penyalahgunaan narkoba, perlindungan dari
eksploitasi dan kekerasan seksual, perlindungan dari
penjualan, penculikan dan perdagangan anak, dan perlindungan dari eksploitasi dalam bentuk lainnya. (https://docs.google.com/pemenuhan hak sipil anak- 310712 ). 1.4 KIA ( Kartu Insentif Anak ) Kartu Insentif Anak, selanjutnya disingkat KIA, adalah kartu yang diterbitkan oleh commit to anak user yang berdomisili di Kota Surakarta, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bagi 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah. Sasaran penerbitan KIA adalah anak yang berdomisili di kota Surakarta dan berusia 0 sampai 18 tahun, belum menikah dan orangtua anak mempunyai KTP Surakarta. Masa berlaku KIA adalah 3 tahun dan dapat diperpanjang sebatas usia anak sampai dia mendapatkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) (Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2009 tentang Kartu Insentif Anak). Pada Pasal 2 Peraturan Walikota tersebut dituliskan mengenai maksud dan tujuan penerbitan KIA yaitu : a. Maksud penerbitan KIA adalah : 1. Mendukung peningkatan kesejahteraan anak sebagai tatanan kehidupan dan penghidupan
anak
yang
dapat
menjamin
pertumbuhan
dan
perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. 2. Terpenuhinya sebagian hak anak dalam terciptanya kesejahteraan anak. b. Tujuan penerbitan KIA adalah : 1. Sebagai kartu identitas bagi anak yang berdomisili di kota Surakarta. 2. Sebagai kartu yang memberi fasilitas tertentu oleh stakeholder yang telah melakukan penandatanganan MOU dengan pemerintah kota Surakarta. Pasal 3 Peraturan Walikota tersebut menuliskan mengenai ruang lingkup pemanfaatan KIA yaitu pemberian keringanan fasilitas kepada anak meliputi pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan, dan olahraga. Sedangkan pada pasal 5 dijelaskan mengenai persyaratan penerbitan KIA antara lain : a. Mengisi formulir permohonan KIA b. Fotokopi akta kelahiran anak commit to user c. Pas photo anak ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk orang tua anak e. Fotocopi Kartu Keluarga Orang Tua 2. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial sebagai acuannya. Weber sebagai pengemuka dari paradigma ini mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal mengenai arah dan konsekuensi tindakan sosial itu. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasar, yakni konsep tidakan sosial dan konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber adalah tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain, dapat berupa tindakan yang bersifat ”membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau merupakan tindakan pengulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (George Ritzer, 1985). Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial tersebut, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yakni: 1.
Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya, dan bersifat subyektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau beberapa orang. 5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain (George Ritzer, 1985). Weber membedakan tindakan dari tingkah laku pada umumnya dengan mengatakan bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan kalau gerakan itu tidak commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki makna subjektif untuk orang yang bersangkutan. Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain. Dalam mempelajari tindakan sosial Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman (interpretative understanding) atau menurut terminologi Weber disebut verstehen. Verstehen merupakan kunci bagi individu untuk menangkap arti tindakan sosial itu. Tidak hanya perilaku (behavior) saja yang dipelajari tetapi motif dari tindakan tersebut. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan non rasional. Singkatnya, tindakan rasional (menurut Weber) berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakan kedalam empat tipe, yaitu: 1.
Rasional Instrumental (Zwerk Rational) Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Ia juga dapat menjadi cara dari tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional, maka akan mudah untuk memahami tindakan itu.
2.
Rasional yang berorientasi nilai (Werk Rational Action) Dalam tipe ini, aktor tidak dapat menentukan apakah cara-cara yang ia pakai merupakan cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan ataukah merupakan tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini memang antar tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional dan dapat dipertanggung jawabkan karena dapat dipahami. commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id 3.
digilib.uns.ac.id
Tindakan Afektif (Affectual Action) Tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepurapuraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional.
4.
Tindakan Tradisional (Traditional Action) Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesutau di masa lalu saja (George Ritzer, 1985).
Selanjutnya Ritzer mengemukakan tiga macam teori yang termasuk paradigma definisi sosial, yaitu teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Ketiga teori ini mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya, manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Kecocokannya yang lain adalah bahwa ketiga teori ini sama berpendirian bahwa realitas sosial bukan merupakan alat statis daripada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh normanorma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup dalam konsep fakta sosial (George Ritzer, 1985). Dalam penelitian ini menggunakan Teori Aksi. Hinkle mengemukakan asumsi dasar dari teori ini merujuk pada karya Mac Iver, Znanieeki dan Parsons (dalam George Ritzer, 1985) sebagai berikut: 1.
Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya.
2.
Sebagai manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuannya.
3.
Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4.
Kelangsungan hidup manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya.
5.
Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan.
6.
Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan akan timbul pada saat pengambilan keputusan.
7.
Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, to user mengalami sendiri. sympathetic, reconstructioncommit atau seakan-akan 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Parsons (dalam George Ritzer, 1985) menjelaskan bahwa teori aksi memang ideal dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Parsons sebagai pengikut teori aksi menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut: 1.
Adanya individu selaku aktor.
2.
Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
3.
Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.
4.
Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.
5.
Aktor di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala kebudayaan.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi di mana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai Voluntarisme yaitu kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya (George Ritzer, 1985). Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke dalam paradigma definisi sosial. Aktor menurut konsep voluntarisme adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan meniliai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak memiliki kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor. Tetapi di sebelah itu aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa tindakan sosial merupakan commit to user suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Di dalam menghadapi situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu di dalam dirinya berupa kemauan bebas. Orang tua termasuk kedalam institusi keluarga, yang dimana keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab itu kita selalu berada dibawah pengawasan saudara-saudara kita, yang merasakan bebas untuk mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji atau mengancam agar kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan kepada kita. Dalam masyarakat industry dan kota, dimana diperkirakan bahwa setiap orang hidup tanpa ikatan apapun atau tak dikenal, ternyata sering juga berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga yang lainnya. Laki-laki yang telah mencapai kedudukan tinggi biasanya menyadari bahwa sekalipun mereka pernah tetap tunduk pada kriktik orang tua, tetapi akan tetap marah dan terluka jika dihina saudaranya. Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, disamping agama yang secara resmi telah berkembang di semua masyarakat. Istilah struktur sosial dalam ilmu antropologi sering kali dipergunakan dalam pengertian struktur keluarga dan kekeluargaan. Sebaliknya, ada yang membantah bahwa dalam masyarakat tertentu system hukum tidak ada karena memang tidak ada suatu badan legislative atau hukum resmi, tetapi kedudukan pribadi dalam keluarga dan tanggungjawabnya merupakan perhatian baik secara resmi maupun tidak pada masyarakat dalam tingkat teknologi tinggi maupun rendah. Tugastugas kekeluargaan merupakan tanggungjawab langsung setiap pribadi dalam masyarakat, commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan satu dua pengecualian. Hampir setiap orang dilahirkan dalam keluarga dan juga membentuk keluarganya sendiri. Keikutsertaan dalam aktivitas keluarga mempunyai segi menarik lainnya, ialah bahwa meskipun tidak didukung oleh hukuman resmi yang biasanya mendukung banyak kewajiban lainnya tetapi semua orang tetap mengambil bagian. Disamping itu keluarga itu merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinnya. Peran tingkah laku yang dipelajari di dalam keluarga merupakan contoh atau prototif peran tingkah laku yang diperlukan pada segi-segi lainnya dalam masyarakat. Ciri utama lain dari sebuah keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi tidak demikian halnya pada semua system keluarga yang diketahui. Keluarga itu menyumbangkan halhal berikut ini kepada masyarakat : kelahiran, pemeliharaan fisik anggota keluarga, penempatan anak dalam masyarakat, pemasyarakatan, dan control sosial. ( William J Goode : 4-8 ) Didalam keluarga bisa dijumpai Teori Sosialisasi, dimana sosialisasi disini adalah suatu proses interaksi sosial melalui mana calon anggota masyarakat mengenal cara-cara berpikir, berperasaan, dan beperilaku, sehingga dapat berperan secara efektif didalam mayarakat. Teori sosialisasi dalam keluarga ada tiga macam, antara lain : ·
Sosialisasi Pasif, sesuatu yang terjadi pada manusia, nilai-nilai diinternalisasikan, perilaku diubah sementara anak memberi respons kepada tekanan-tekanan terhadap dirinya. Anak tidak diberi kesempatan untuk menciptakan dunianya sendiri demikian pula pengaruh anak terhadap tindakan orang tua atau guru-gurunya tidak merupakan ciri central dari pandangan pasif. Anak menerima perannya dalam masyarakat.
·
Sosialisasi Aktif, orang tidak sekedar memberi respons kepada perannya, kepada oriental nilai atau kepada substruktur ekonomi,melainkan secara aktif menciptakan perannya dalam kondisi-kondisi material dimana ia hidup. Bahaya dari sosialisasi aktif adalah bahwa di dalamnya tersirat individu mempunyai kebebasan untuk mengekang kegiatan orang lain. Perilaku setiap orang ada batasnya. commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Sosialisasi Radikal, sosialisasi radikal ini dipandang sebagai aspek yang paling penting, yakni bahwa sosialsisasi berlangsung dalam suatu masyarakat yang berlapis-lapis. ( Bagus Haryono : 70-71 )
F. DEFINISI KONSEP 1. Peran Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. 2. Orang Tua
Komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Hak Sipil Anak Bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak sipil anak bisa berupa hak atas lingkungan keluarga, hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar, hak atas pendidikan, hak atas hiburan, dan hak atas perlindungan khusus.
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id 4.
digilib.uns.ac.id
Kartu Insentif Anak Merupakan sebuah usaha untuk menjamin dan melindungi hak – hak anak agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan menuju solo sebagai Kota Layak Anak. G. PENELITIAN TERDAHULU Dalam sub bab bagian ini, penulis berlandaskan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti negeri ini diantaranya yang berkaitan dengan masalah Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta adalah penelitian yang dilakukan oleh Ariyati Kartika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan Administrasi Negara tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA). Dimana hasil penenlitiannya adalah responden orang tua yang anaknya memiliki KIA menyatakan bahwa sosialisasi program KIA masih memberikan dampak yang sempit bagi mereka. Responden menyatakan bahwa KIA masih kurang penting dimiliki oleh anak-anak di Surakarta. Setelah mendapatkan sosialisasi mengenai program KIA mereka juga tidak langsung tertarik untuk membuatkan KIA. Responden juga tidak mensosialisasikan kembali mengenai program KIA kepada orang lain setelah mendapatkan informasi mengenai program tersebut. Responden yang sudah memiliki KIA juga menyatakan bahwa mereka jarang menggunakan KIA sebagai kartu diskon walaupun telah memiliki KIA. Alasan tidak menggunakan KIA sebagai kartu diskon adalah karena responden beranggapan bahwa penggunaan KIA sebagai kartu diskon masih sulit. Selain itu responden juga menyatakan bahwa diskon (insentif) yang commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diberikan mitra kerja (stakeholder) program KIA masih kurang berpengaruh terhadap anak-anak mereka. Dalam penelitian yang berjudul PERAN ORANG TUA DALAM PROGRAM KARTU INSENTIF DI KOTA SURAKARTA, didapatkan hasil penelitian bahwa, orang tua di kota Solo ini sudah berperan dalam memanfaatkan kartu insentif anak tersebut. Baik berperan secara aktif maupun secara pasif, ada yang berperan berdasarkan dengan keinginannya sendiri ( Tipe Tindakan Sosial Murni ), dan juga ada yang berperan bukan karena keinginannya sendiri, ( Tipe Tindakan Afektif ). Di dalam penelitian ini diketahui kalau orang tua sudah berperan memanfaatkan kartu insentif anak, tetapi belum maksimal, masih belum bisa memanfaatkan untuk semua aspek yang sudah disediakan. Ini terbukti dari hasil wawancara, kalau orang tua di kota Solo ini memanfaatkan kartu insentif anak ini terpusat pada aspek pendidikan saja. Orang tua menganggap pendidikan itu sangat penting bagi perkembangan otak anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah, sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab dari sekolah. Itulah mengapa orang tua banyak yang memanfaatkan Kartu Insentif Anak di aspek pendidikan.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam pemenuhan hak sipil untuk anaknya, yang dimana ada empat hak sipil anak yang perlu dipenuhi yaitu hak pendidikan, hak kesehatan, hak hiburan, dan hak olahraga. Keempat hak sipil anak tersebut bisa terpenuhi melalui Kartu Insentif Anak menggunakan, memanfaatkan KIA tersebut.
( KIA ) dan orang tua
KIA diterbitkan oleh Pemerintah Kota
Surakarta dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta yang bekerja commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sama dengan beberapa stake holder yang sudah ditunjuk untuk menunjang program KIA. Stake holdenya antara lain ada Elti, PT Gramedia, TB Togamas, Pusat Buku Sekawan, Optik Kunanti, Optik Pranoto, THR Sriwedari, dan juga Kolam Renang Tirtomoyo.
Setelah orang tua dapat memanfaatkan KIA, berarti orang tua sudah ikut berperan dalam program pemerintah yaitu Kartu Insentif Anak. Seperti digambarkan dalam bagan dibawah ini,
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. METODE PENELITIAN
1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta yang berlokasi di Jalan Bhayangkara no. 3, Surakarta dengan pertimbangan bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan instansi pemerintah yang berwenang dalam mensosialisasikan program KIA. Sementara pemilihan lokasi di kota Surakarta mengambil pertimbangan bahwa program KIA di Surakarta akan menjadi percontohan di Indonesia sebagai salah satu upaya dalam mensukseskan program Kota Layak Anak (KLA).
2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis. Yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya.
3 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah :
a. Sumber Data Primer
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data diperoleh secara langsung dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta mengenai informan yang sudah mempunyai KIA. Dalam penelitian ini, informannya adalah orang tua yang sudah mempunyai KIA di Kota Surakarta. Jumlah orang tua tidak dibatasi jumlahnya sampai dirasa sudah cukup untuk menjawab permasalahan yang terjadi. b. Sumber Data Sekunder Data diperoleh dari arsip dan dokumen Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta yang berhubungan dengan penelitian. Akses internet pun juga menjadi pelengkap dari sumber data sekunder ini. 4 Tehnik Pengumpulan Data a. Wawancara Secara Mendalam Wawancara kali ini dilakukan di kantor Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta karena salah satu informan ada yang bekerja disitu. Wawancara juga bisa dilakukan di rumah agar lebih santai seperti ngobrol biasa. Peneliti juga bisa secara bebas mendatangi rumah informan kalau dirasa jawaban yang diberikan informan itu masih kurang dengan memberikan konfirmasi dahulu sebelumnya.
b. Studi Kepustakaan Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan misalnya, arsip, dokumen yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dan juga buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. c. Proses Pengambilan Sampel commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini bersifat purposive sampling. Dalam hal ini peneliti memilih informan dari keseluruhan masyarakat yang ada, yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti memperoleh data ( Sutopo, 2002:56 ). Sampel yang dijadikan informan dalam penelitian ini, adalah orang tua di kota Surakarta, stake holder pendukung KIA, dan pihak dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Surakarta. Jumlah sample orang tua tidak ditentukan jumlahnya, yang penting sudah memenuhi maksud dan tujuan dari penelitian ini. Data pengguna KIA didapatkan dari Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, dan didapatkan ada 8 nama orang tua yang tersebar di 6 kelurahan, antara lain Mojosongo, Kadipiro, Mangkunegaran, Ngemplak, Kratonan, dan Dawung. Seperti digambarkan dalam peta dibawah ini.
Gambar 1.1 ( Peta Lokasi Penelitian )
2
Kadipir o
Mojoso ngo
1
KECAMATAN JE BRE S 5
6
3
Krato nan
4
Keterangan: Warna hijau merupakan daerah atau wilayah penenitian, dengan rincian : No 1 : Mojosongo
commit to user No 3 : Kratonan No 5 : Ngemplak 43
perpustakaan.uns.ac.id No 2: Kadipiro
digilib.uns.ac.id No 4 : Dawung
No 6 : Mangkunegaran
Untuk mendapatkan data orang tua tersebut, penulis menjalin relasi dengan salah satu karyawan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil supaya bisa mempermudah pencarian responden untuk penelitian ini. Yang dimaksud disini, petugas tersebut juga mempunyai teman yang menggunakan KIA, dan kebetulan termasuk di dalam daerah penelitian. Sehingga di dapatkan 8 orang tua, dengan rincian : Mojosongo
: 3 Responden
Mangkunegaran
: 1 Responden
Kratonan
: 1 Responden
Dawung
: 1 Responden
Kadipiro
: 1 Responden
Ngemplak
: 1 Responden
Selain responden orang tua yang bejumlah 8 orang, ada juga responden lainnya, yaitu 8 stake holder pendukung KIA, yang terdiri dari ELTI Gramedia, Pusat Buku Sekawan, PT Gramedia, Toko Buku Togamas, Optik Kunanti, Optik Pranoto, THR Sriwedari, dan Kolam Renang Tirtomoyo, selain itu ada 2 responden dari pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. 5 Validitas Data Dalam penelitian ini untuk mencari validitas data, digunakan metode triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan data dan sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi data yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber lain ( Moleong, 1991 :178 ). Dalam hal ini metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data dengan menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data yang sama yaitu melakukan kroscek dengan beberapa sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejeniks maupun sumber yang berbeda jenis( Sutopo, 2002 :79 ).
6 Teknik Analisis Data Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan model analisa interaktif. Empat komponen yang digunakan dalam analisa interaktif adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hal ini dapat diterangkan melalui bagan berikut ini : Bagan 1.2 Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan (H.B. Sutopo, 2002:96) a. Pengumpulan Data Merupakan suatu proses pengumpulan data yang ada dilapangan yang dilakukan oleh peneliti. b. Reduksi data Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote. Proses ini yang berjalan terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Reduksi data commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data berupa membuat singkatan, koding, memusatkan tema, membuat batas permasalahan dan menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung sampai penelitian selesai ditulis. c. Penyajian Data Ada suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain yang berdasar penelitian tersebut. Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya, akan banyak menolong peneliti sendiri. d. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan yang perlu diverivikasikan dapat berupa pengulangan yang meluncur cepat, sehingga penelitian kedua timbul melintas dalam pikiran peneliti pada waktu menulis dengan melihat kembali sebentar pada fieldnote.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta 1. Sejarah Berdirinya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta Menurut sejarah lembaga yang dulunya hanya bernama “Burgerlijk Stand” atau disingkat “BS” yang artinya Catatan Kependudukan/ Lembaga Catatan Sipil. Catatan Sipil ini berasal dari Negara Belanda, sedangkan Negara Belanda sendiri mengambilnya dari Negara Perancis pada waktu terjadi pergerakan revolusi Perancis. Lembaga Catatan Sipil yang ada di Indonesia merupakan peninggalan dari pemerintah Kolonial Belanda. Sebab pada waktu dahulu Negara Indonesia adalah negara jajahan Belanda. Hal ini juga tidak terbatas pada lembaganya saja, namun juga hampir seluruh peraturan-peraturan di segala bidang kehidupan. Pengaruh yang terjadi dari semua itu adalah bahwa kepribadian bangsa kita seolah-olah tertutup oleh ketentuan atau kepribadian bangsa penjajah, dalam hal ini adalah Belanda. Dimana peraturan yang dibuatnya disesuaikan dengan kepribadian masyarakat negara tersebut. Pada zaman Hindia Belanda, peraturan perundang-undangan mengenai Catatan Sipil adalah bersifat Pluralistis dan masih membeda-bedakan penduduk ke dalam beberapa golongan. Golongan-golongan tersebut adalah : (1) Penduduk golongan Eropa dan mereka yang tunduk pada hukum Eropa. (2) Penduduk golongan Timur Asing. Golongan ini masih terbagi lagi menjadi dua golongan, yaitu : a. Golongan Tionghoa. b. Golongan Non Tionghoa. commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Penduduk golongan Indonesia. Penduduk golongan ini masih terbagi lagi menjadi dua golongan, yaitu : a. Golongan Indonesia Asli. b. Golongan Indonesia Kristen. Keadaan ini berakhir pada tahun 1967 berdasarkan Instruksi Presiden Kabinet Ampera No. 31/U/In/12/1966 tanggal 27 Desember 1966 yang menyampaikan bahwa sejak itu Catatan Sipil “terbuka” untuk umum, khususnya untuk mengenai akta kelahiran dan kematian. Menurut perkembangannya Pencatatan Sipil dapat kita lihat sebagai berikut : (1) Periode tahun 1820. Pelaksanaan catatan sipil sudah ada di Indonesia, peraturan yang berlaku merupakan peralihan / warisan dari pemerintah kolonial Belanda yang kemudian di terapkan di Indonesia. Fungsinya mencatat / membukukan selengkap mungkin atas peristiwaperistiwa penting untuk orang Eropa yang berada di Indonesia seperti kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, serta pengakuan dan pengesahan anak. (2) Periode tahun 1849. Pada tanggal 10 Mei 1849 berlaku peraturan Catatan Sipil untuk orang Eropa dan orang Indonesia Asli yang menurut hukumnya dipersamakan dengan hukum yang berlaku bagi golongan Eropa (Staatblad tahun 1849 No.25). (3) Periode tahun 1919. Penyelenggaraan daftar-daftar catatan sipil untuk orang Tionghoa diatur dalam ordonansi tanggal 19 Maret 1917 Nomor 130 yang diubah dengan commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Staatblat 1918 Nomor 356 dan setelah pembaharuan maka di tetapkan berlaku mulai tanggal 1 Mei 1919 dengan staatblad Nomor 81. (4) Periode tahun 1928 Ordonansi tanggal 15 Oktober 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 No. 564 dan setelah dirubah pada tahun 1927 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1928 adalah ordonansi yang berlaku untuk beberapa golongan penduduk Indonesia di jawa dan Madura, yang tidak termasuk rakyat Swapraja diberikan pelayanan Catatan Sipil dengan pembatasan sebagai berikut : (a) Bangsawan. (b) Pegawai negeri dengan gaji minimal F.100 (seratus golden). (c) Opsir-opsir tentara dan pensiunannya. (d) Semua orang yang pada sebagian hukum privat golongan Eropa. (e) Turunan laki-laki dari tersebut di atas. (5) Periode tahun 1945 sampai tahun 1966. Pada masa ini ternyata walaupun telah merdeka, tetapi tetap berlaku penggolongan penduduk. (6) Periode tahun 1967. Berdasarkan Instruksi Presiden Kabinet Ampera Nomor 31/6/In/12/1966 tanggal 27 Desember 1966 yang menyatakan bahwa sejak saat itu Catatan Sipil “terbuka” untuk umum, khususnya akta kelahiran dan akta kematian (Buku Saku Petunjuk Praktis Akta-Akta Catatan Sipil.2000 :1-4). Pada mulanya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta berbentuk kantor yang bernama Kantor Catatan Sipil Surakarta. Kantor Catatan Sipil ini commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya membidangi satu tugas saja, yaitu tugas dibidang Pencatatan Sipil. Sedangkan fungsi Kantor Catatan Sipil adalah sebagai berikut : a) Mengeluarkan produk yang berupa dokumen negara antara lain akta kelahiran, akta kematian, akta perkawinan, akta perceraian, serta akta pengakuan dan pengesahan anak. b) Pemeliharaan akta catatan sipil. c) Pengukuhan kepada masyarakat tentang Catatan Sipil. d) Penyediaan data atau informasi catatan sipil dalam rangka perumusan kebijaksanaan pembangunan. Sejalan dengan diterapkannya asas Desentralisasi, Otonomi Daerah di Surakarta diawali dengan diterapkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Surakarta yag terdiri dari 15 Dinas, lima Badan, empat Bagian, dan Delapan Kantor. Setelah dikeluarkannya Perda tersebut maka Kantor Catatan Sipil Surakarta berubah menjadi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dengan dasar pelaksanaan tugas diatur dalam Keputusan Walikota Surakarta Nomor 26 Tahun 2001 tentang Pedoman Uraian Tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota tersebut, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak hanya bertugas di bidang catatan sipil saja, namun juga melaksanakan kebijakan di bidang kependudukan. 2. Visi dan Misi 2.1 Visi Terwujudnya tertib Administrasi Kependudukan dan Semua Anak Tercatat Kelahirannya dengan pelayanan prima menuju penduduk berkualitas. 2.2 Misi
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Mengembangkan kebijakan dan sistem serta menyelenggarakan pencatatan sipil semua anak di Surakarta tercatat kelahirannya. ·
Mengembangkan
kebijakan
dan
Sistem
Informasi
Administrasi
Kependudukan (SIAK). ·
Mengembangkan dan memadukan kebijakan serta menjalankan sistem informasi, serta mampu menyediakan data dan informasi kependudukan secara lengkap, akurat, dan memenuhi kepentingan publik dan pembangunan.
·
Mengembangkan kebijakan dan Sistem serta menyelenggarakan dokumentasi register akta-akta catatan sipil dan kependudukan serta memberikan pelayanan informasi di bidang pendaftaran penduduk dan catatan sipil.
· Menyusun data-data kependudukan sebagai dasar perencanaan dan perumusan pembangunan nasional dan daerah yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan penduduk. · Mengembangkan pranata hukum, kelembagaan serta peran serta masyarakat untuk pelaksanaan dan pendayagunaan manfaat administrasi kependudukan guna perlindungan sosial dan penegakan hak-hak penduduk. Guna tercapainya visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menetapkan strategi-strategi sebagai berikut : ·
Memaksimalkan Sosialisasi dalam rangka tertib administrasi kependudukan.
·
Penambahan Sumber Daya Manusia melalui usulan ke Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta dan mengikutsertakan pegawai untuk mengikuti berbagai pelatihan teknis.
·
Mengusulkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id ·
Meningkatkan
digilib.uns.ac.id kegiatan
sosialisasi
kesadaran
tertib
administrasi
kependudukan bagi masyarakat. Memanfaatkan dokumentasi dan informasi yang dapat diakses masyarakat (penyediaan leaflet pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil). 3
Tugas Pokok dan Fungsi 3.1 Tugas Pokok : Tugas pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil. 3.2 Fungsi : Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan Kesekretariatan b. Penyusunan Rencana Program Evaluasi dan Pelaporan c. Pengelolaan Administrasi Kependudukan d. Pencatatan dan Penerbitan Akta-akta kependudukan dan Pencatatan Sipil e. Pengelolaan dan Pelayanan dokumen f. Penyelenggaraan sosialisasi kependudukan 4 Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil meliputi : a. Kartu Keluarga ( KK ). b. Kartu Tanda Penduduk ( KTP ). c. Pindah Datang. d. Perubahan KK dan KTP. commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Kartu Identitas Anak ( KIA ). f. Kartu Identitas Tamu ( KIT ). g. Penduduk Sementara. Sementara itu penyelenggaraan akta pencatatan sipil oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil meliputi : a. Akta Kelahiran. b. Akta Kematian. c. Akta Perkawinan non Islam. d. Akta Perceraian non Islam. e. Akta Pengakuan AnakPenerbitan Kutipan Kedua dan seterusnya. f. Perubahan Akta. g. Surat Keterangan.
5
Struktur Organisasi Susunan organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat. i. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. ii. Sub Bagian Keuangan. iii. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 3. Bidang Data dan Statistik. commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Seksi Pengolahan Data dan Statistik. ii. Seksi Sistem Teknologi dan Informasi. 4. Bidang Pendaftaran Penduduk. i. Seksi Identitas Penduduk. ii. Seksi Perpindahan dan Pendataan Penduduk Rentan. 5. Bidang Pencatatan Sipil. i. Seksi Perkawinan dan Perceraian. ii. Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan, dan Pengesahan Anak. 6. Bidang Dokumentasi dan Informasi. i. Seksi Pengelolaan Dokumentasi. ii. Seksi Penyuluhan dan Pelayanan. 7. Kelompok Jabatan Fungsional. Untuk lebih jelasnya mengenai susunan organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta berikut ini akan disajikan dalam bentuk bagan struktur oganisasi : Bagan 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAGAN ORGANISASI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA
LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA NOMOR 15 TAHUN 2008
KEPALA SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Sub Bag Perencanaan, Eval dan Pelaporan
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
BIDANG DATA DAN STATISTIK
BIDANG PENDAFTARAN PENDUDUK
BIDANG PENCATATAN SIPIL
BIDANG DOKUMENTASI INFORMASI
Seksi Pengolahan Data Dan Statistik
Seksi Identitas Penduduk
Seksi Perkawinan Dan Perceraian
Seksi Pengelolaan Dokumentasi
Seksi Sistem Teknologi Informasi
Seksi Perpindahan Dan Pendataan Penduduk Rentan
Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan Dan Pengesahan Anak
Seksi Penyuluhan Dan Pelayanan
Sumber : Sub Bag. Umum dan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 6
Sumber Daya Manusia dan Personil Sumber Daya Manusia/ Personil yang ada pada organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dari segi kualitas belum memadai khususnya segi profesionalisme, terutama yang memiliki jenjang strata 2 sangat terbatas sehingga perlu adanya peningkatan jenjang pendidikan teknis dari strata 1 ditingkatkan ke strata 2 dan strata 2 ditingkatkan ke strata 3. Organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta yaitu jumlah Pegawai: 64 orang, dengan rincian Laki-Laki: 39 orang, perempuan 25 orang. Berikut pembagian pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta berdasarkan golongan. Tabel to 2.1user commit 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Golongan No
Gol./ Ruang Kepangkatan
PNS
CPNS
L
P
L
Jml P
1
IV c
1
1
2
IV b
3
1
-
-
4
3
IV a
2
-
-
-
2
3
III d
3
5
-
-
8
4
III c
4
1
-
-
5
5
III b
15
11
-
-
26
6
III a
4
2
-
-
6
7
II d
4
1
-
-
5
8
II c
-
-
-
-
0
9
II b
-
1
-
-
1
10
II a
0
2
-
-
2
11
Id
-
-
-
-
0
12
Ic
-
-
-
-
0
13
Ia
-
-
-
-
0
14
Honorer
1
-
-
-
1
37
25
0
0
62
Jumlah
1
Sumber : SKPD : Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Keadaan pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id No
Tk Pendidikan
digilib.uns.ac.id PNS
CPNS
Jumlah
L
P
L
P
1
S2
5
2
-
-
7
2
S1
12
10
-
-
22
3
D4
1
-
-
-
1
4
Sarj. Muda
2
1
-
-
3
5
D3
-
-
-
-
-
6
D2
-
-
-
-
-
7
SMA
17
12
-
-
29
8
SMP
-
-
-
-
-
9
SD
-
-
-
-
-
37
25
0
0
62
Jumlah
Sumber : SKPD : Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Surakarta 7
Landasan Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Landasan hukum pelaksanaan tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Tahun 1950 No.41). 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinin (Lembaran Negara RI tahun 1974 Nomor 1, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3019). 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4235). commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indaonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 6.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
7.
Undang- Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
8.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
9.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
10. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. 11. Undang-Undang No 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 13. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. 14. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010 tentang Penerapan KTP berbasis NIK secara nasional. 15. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16. Peraturan Walikota Nomor 6B Tahun 2008, tentang Rencana Kerja Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2009. 17. Peraturan Walikota Nomor 19-H Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. B. Gambaran Mengenai Program Kartu Insentif Anak Program Kartu Insentif Anak (KIA) adalah suatu program yang dibuat oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta demi mewujudkan visi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Surakarta yaitu “Tertib Administrasi Kependudukan Serta Semua Anak Surakarta Tercatat Kelahirannya”. Program ini dibuat sebagai suatu insentif bagi anak-anak kota Surakarta yang telah mempunyai akta kelahiran. Oleh karena itu sasaran dari program KIA adalah anak-anak yang telah tercatat kelahirannya atau memiliki akta kelahiran, berdomisili dan mempunyai dokumen kependudukan di kota Surakarta, dan berusia 0 sampai 18 tahun atau yang belum pernah menikah. Tujuan dibuatnya Kartu Insentif Anak (KIA) adalah sebagai kartu identitas bagi anak yang berdomisili di Kota Surakarta serta sebagai kartu yang member fasilitas tertentu oleh stakeholder (mitra kerja) yang telah melakukan penandatanganan MOU dengan Pemerintah Kota Surakarta. Dasar hukum program KIA adalah sebagai berikut : a. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 tahun 2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Kartu Insentif Anak b. Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kota Surakarta dengan stakeholders tentang Penggunaan
Kartu
Insentif Anak (KIA) Dalam
Pelayanan
Kependudukan (Memorandum Of Understanding (MOU) c. Perjanjian Bersama antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta dengan stakeholders tentang Penggunaan Kartu Insentif Anak (KIA) commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk fasilitasi Pelayanan, Pendidikan, Kesehatan, Olah Raga, Hiburan, dan lainnya (Memorandum Of Agreement atau MOA ). Adapun stakeholder (mitra kerja) berupa toko-toko dan lembaga
yang ikut
berperan serta dalam mensukseskan program KIA dengan memberikan insentif (potongan harga) antara lain. Tabel 2.3 Daftar Mitra Kerja (stakeholders) Pendukung KIA Sesuai Bidang Usaha No 1
Nama Stakeholders
Uraian Fasilitas Keringanan
Pendidikan a. Politeknik Indonusa Surakarta
potongan 25 % untuk semua prodi, pot 25 % untuk prodi d3, dan pot SPP 3 bln b. LKP Magistra Utama potongan 50% biaya kursus, 13% biaya pendidikan 1 tahun c. English Language Course (ELC) potongan 15 % biaya kursus d. Lembaga Pendidikan Alfabank potongan 10 % biaya pendaftaran dan 5 % biaya pendidikan e. LKP Imka potongan uang muka Rp 500.000 dan potongan 50 % untuk operator windows f. ELTI potongan 10 % biaya kursus untuk siswa SLTP h. PT Gramedia Potongan 10 % untuk buku pelajaran dan buku bacaan i. Pusat Buku Sekawan Diskon 5% untuk pembelian peralatan sekolah dan 10% untuk buku pelajaran j. TB Togamas Diskon 5% untuk pembelian peralatan sekolah dan 10% untuk buku pelajaran k. Gilang Ramadhan studio Potongan 10% biaya pendaftaran cashback drummer Rp 20.000 l. Elfa's Music School Potongan 50% biaya pendaftaran kursus m. Wisma Musik Kurnia Potongan 30% biaya pendaftaran, 10 % biaya kursus 2
Kesehatan a. PT Askes
b. PT Sentra Diagnostika Budi Sehat
Fasilitas keringanan kepada anak yang memiliki KIA untuk pelayanan asuransi kesehatan selama belum diterbitkan kartu askes anak Diskon sebesar 20% utk pemeriksaan commit to userklinik dan 10% pemeriksaan laboratorium 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id non Klinik Diskon 35% untuk pembelian frame, 20% pembelian lensa, 10% pembelian softlens diskon 35% utk pembelian frame, 20% pembelian lensa
c. Optik Pranoto d. Optik Kunanti 3
Hiburan dan Olahraga a. The Sunan Hotel
Harga khusus untuk tiket renang sebesar RPp 20.000 dan diskon 50% di Narenda Indo Asia Dining Diskon 20% untuk kegiatan olahraga renang Diskon 15% untuk kegiatan olaharaga renang Diskon 10% tiket masuk ke kolam renang Tirtomoyo Jebres dan Manahan Diskon 25% untuk tiket masuk anak Diskon 30% untuk tiket masuk anak dan 20% utk anak SD, SMP, SMA Diskon 50% untuk penggunaan fasilitas grup/kelompok
b. Kusuma Sahid Prince Hotel c. Sahid Jaya Solo d. PDAM e. Taman Hiburan Sriwedari f. TSTJ Jurug g. Yayasan Gelora Surakarta
4
Restoran a. Restoran Pringsewu
Diskon 10% untuk paket ultah dan 10% untuk menu alcate Diskon 10% untuk pembelian minimal Rp 50.000 Diskon 10% untuk makan di tempat Diskon 10% untuk makan di tempat
b. Mie Gajah Mas c. Che Es Resto d. Erigo Resto 5
Lain-lain a. Toko Mardi Rahayu
Diskon 5% untuk pembelian seragam sekolah b. Risc Computer Diskon 5% utk pembelian asesoris, 10% utk servis computer c. PT Batik Danar Hadi Diskon 10% untuk pakaian batik anak d. Batik Gunawan Setiawan Diskon 10% utk belajar membatik dan 10% utk belanja batik anak Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Prosedur Permohonan
Kartu
Insentif Anak digambarkan
dalam
Alur
Permohonandan Penyelesaian Pembuatan KIA pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Sebagai Berikut: commit to user Gambar 2.1 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alur Proses Permohonan dan Penyelesaian Pembuatan KIA Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Sumber : Leaflet KIA Keterangan : 1. Pemohon bisa datang sendiri atau dapat didampingi orang tua dan bila dikuasakan orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa dari yang memberikan kuasa. 2. Pemohon kemudian mengisi formulir permohonan yang telah disediakan dan melengkapi persyaratan yang telah ditentukan yaitu : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Orang Tua (KTP) sebanyak 1 lembar b. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) 1 lembar c. Fotokopi akta kelahiran anak yang bersangkutan 1 lembar d. Pas foto berwarna ukuran 2x3 cm sebanyak 2 lembar. e. Pemohon kemudian bisa datang ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk mendapatkan pelayanan permohonan KIA. 3. Pemohon kemudian bisa datang ke Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Surakarta untuk mendapatkan pelayanan permohonan KIA commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Syarat-syarat permohonan KIA kemudian diserahkan kepada Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta untuk selanjutnya diverifikasi dan divalidasi oleh Kasie kelahiran 5. Apabila syarat-syarat yang diberikan oleh pemohon telah memenuhi ketentuan maka KIA akan diproses. Waktu penyelesaian KIA biasanya berlangsung antara 7 hari kerja untuk pemohon individu dan 14 hari kerja untuk pemohon kolektif. 6. Sedangkan apabila tidak memenuhi syarat maka formulir permohonan akan dikembalikan kepada pemohon yang bersangkutan untu selanjutnya diperbaiki atau dilengkapi kembali. 7. Apabila KIA telah selesai dibuat maka pengambilan harus dilaksanakan oleh pemohon yang bersangkutan/ yang mewakili dengan membawa dan menunjukkan surat kuasa serta mengisi surat tanda bukti penerimaan. Dalam menangani Program KIA, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah membentuk tim KIA sesuai surat keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil No : 800/046/2011 tentang pembentukan Tim Pengelolaan KIA. Namun pembentukan tim KIA tersebut baru dilaksanakan tahun 2011 padahal program KIA sendiri telah berjalan sejak tahun 2009. Berikut adalah susunan Tim KIA sejumlah 6 orang yang terdiri dari pegawai Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Surakarta menurut jabatan dan golongan : Tabel 2.4 Susunan Tim Program Kartu Insentif Anak No
Nama
Golongan
Jabatan dalam Tim KIA
1
Drs. M. Said Romadlon
IV C
Ketua Tim KIA
2
Subandi, SH.MH
III C
Sekretaris
3
Dra. Rita Margareta K.
III D Anggota commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Abdul Hakim
III B
Anggota
5
Tungga Dewi, S.Si
III A
Anggota
6
Bambang Wijanarko, AMD
II D
Staf Teknis
Sumber : Bidang Data dan Statistik Dnas kependudukan dan Pencatatan Sipil 2011 Sementara itu tugas Tim KIA menurut Surat Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil No: 800/046/2011 tentang Pembentukan Tim Pengelola KIA tahun 2011 antara lain : 1. Mengkoordinir kegiatan/pengelolaan/pelayanan KIA 2. Mengkoordinasikan para mitra pendukung KIA atas pemberian pelayanan kepada pemilik KIA 3. Menerima dan memberikan solusi atas keluhan/aduan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan KIA 4. Memberikan arahan, supervisi, dan evaluasi atas keluhan terhadap petugas operator KIA dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 5. Melaksanakan tugas lainnnya yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung atas pengelolaan/pelayanan KIA 6. Melaporkan
hasil
kegiatan
pengelolaan/pelayanan
Dispendukcapil Kota Surakarta.
commit to user 64
KIA
kepada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta 1. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Pendidikan Pendidikan adalah, usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersipakan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. Pendidikan disini sangat bermanfaat sekali untuk perkembangan dari anak. Dan secara dini pun sudah harus ditanamkan apa itu pendidikan. Bicara soal pendidikan, tidak hanya pendidikan formal, misalnya sekolah yang bisa diberikan kepada anak. Tetapi pendidikan non formal pun juga bisa diberikan kepada anak, misalnya saja les diluar jam sekolah. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan jalur formal merupakan bagian dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing. Sedangkan Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap, seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan non formal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan non formal dilakukan diluar sekolah, maka dari itu program pendidikan non formal harus dibuat sedermikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan. Apapun pendidikannya asalkan ada dukungan dari pihak orang tua pasti bisa membuat anak akan lebih maju lagi. Selain itu orang tua juga harus bisa memahami pendidikan apa saja yang dibutuhkan dari anak. Misalnya saja sang anak membutuhkan buku-buku pelajaran untuk mendukung kegiatan belajar dari sang anak, hal semacam itulah yang seharusnya di sadari oleh orang tua, sehingga nantinya bisa terpenuhi hak sipil anak itu, terutama di bidang pendidikannya. commit Berkaitan to user dengan hak sipil anak, orang tua 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bisa memenuhi hak sipil anak tersebut dengan memanfaatkan KIA ( Kartu Insentif Anak ) yang dimilikinya. KIA bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama dalam hal ini adalah masalah pendidikan. Dari seluruh responden yang diwawancarai yang dimintai konfirmasinya mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan KIA di bidang pendidikan ini, hampir semua responden memanfaatkan KIA di bidang pendidikan ini untuk membeli buku-buku pelajaran. Seperti wawancara saya dengan salah satu responden yang bernama ibu Novi, seorang penjual Rambak yang berusia 35 tahun yang beralamatkan di Bibis Kulon, Surakarta, yang dijadikan responden dalam penelitian ini menyatakan : “Saya sering mas menggunakan KIA ini untuk keperluan pendidikan anak saya. Saya biasanya memanfaatkan KIA ini untuk beli buku di Toko Buku Sekawan. Disana saya membeli buku untuk anak saya yang masih kecil mas. anak saya kan masih kecil usianya 2 tahun, jadi saya suka membeli buku-buku tentang warna-warna gitu. Dan saya suka sekali memperkenalkan warna untuk anak saya, misalnya ( ini warna merah, ini biru, ini hijau ) begitu mas. ya saya kepengen mas, anak saya bisa mendapat pendidikan sejak dini. Dengan adanya KIA ini saya merasa senang sekali dan sangat terbantu sekali. Meskipun diskon yang diberikan tidak begitu banyak, tapi ya lumayanlah mas bisa untuk meringankan perekonimian keluarga saya. Dan yang pasti bisa meningkatkan pendidikan anak saya yang masih kecil.’’( wawancara 15 Oktober 2011 ) Berbeda halnya dengan komentar yang diberikan oleh Ibu Helena ini, seorang Ibu Rumah Tangga berusia 44 tahun yang beralamatkan di Mojosongo RT 2 RW 22 ini memberikan komentar, bahwa dia sering memanfaatkan KIA ini untuk belanja keperluan sekolah buat anak di pusat buku sekawan, selain itu dia juga memasukkan anaknya untuk ikut les bahasa inggris di Elti Gramedia. Menurut Ibu Helena, pendidikan di sekolah sangat penting, tetapi kalau cuma pendidikan formal saja, anak tidak akan bisa berkembang. Maka dari itu Ibu Helena menambah pendidikan untuk memasukkan anaknya ikut les-les diluar sekolah. Biar seimbang antara pendidikan formal dan juga pendidikan non formalnya. “disini saya membebaskan anak saya mas, maunya dia itu apa. Saya itu kepengen commit to user pendidikan anak saya gak Cuma di sekolahan aja, tapi luar sekolah juga ada. 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dan anak saya memilih les bahasa inggris di Elti, ya sudah saya masukin dia kesana. Apalagi saya punya KIA, bisa dapat diskon gitu mas. meskipun diskonnya Cuma 10% aja, tapi gak papa lah mas. saya tetep mendukung KIA ini seterusnya. Ini semua juga buat anak-anak, kemajuan anak-anak juga mas.’’(wawancara 15 Oktober 2011) Dari keseluruhan responden yang dimintai konfirmasinya mengenai peran orang tua dalam pemanfaan KIA di bidang pendidikan ini, ada salah seorang responden yang menemui kendala ketika memanfaatkan KIA ini. Beliau bernama ibu Sri Sumikem, Seorang Pegawai Negeri Sipil berusia 48 tahun yang beralamtkan di Panti Putra Mangkunegaran. Belia mengaku mengalami kendala ketika akan menggunakan KIA yang dimilikinya. Beliau merasa tidak bisa memanfaatkan KIA yang dimilikinya secara utuh. Berikut hasil wawancara saya : “ketika itu ya mas, saya pengen membelikan anak saya buku pelajaran di Toko Buku Sekawan, setelah sampai sana, saya melihat kalau buku yang ingin anak saya beli ini mendapat diskon 20 %. Wah menurut pikiran saya, berarti saya akan mendapat tambahan potongan harga 20%, karena kalau pakai KIA di Toko Buku Sekawan untuk beli buku dapat potongan harga 10 %. Jadi diskon buku tersebut bisa 30 %. Eh ternyata mas, setelah saya konfirmasi ke petugasnya, kalau pakai KIA buku tersebut kena potongan 10 % saja tanpa ada tambahan potongan yang sudah tertera ( maksudnya 20% ).Saya jelas ndak mau mas, karena kalau pakai KIA potongan Cuma 10%, terus yang 20% tadi hangus. Sama saja to mas punya KIA tapi masih belum merasa ada kepuasan saya dalam pemakaian KIA ini. Semenjak hal itu saya belum pernah pakai KIA untuk keperluan anak saya yang lain mas.”(wawancara 16 Oktober 2011) Dari penjelasan responden diatas kemungkinan belum ada kejelasan mengenai prosedur diskon yang diberikan kepada pengguna KIA, sehingga para orang tua kurang bisa memanfaatkan KIA itu untuk anaknya. Atau kemungkinan pihak orang tua juga belum mengerti benar-benar sebagaimana KIA itu digunakan dan sebagaimana KIA itu dimanfaatkan. Berbeda lagi dengan salah seorang responden yang bernama Bapak Agus Maryono, beliau seorang karyawan swasta berusia 37 tahun, yang beralamat di jalan commit to userKIA untuk anaknya hampir sering Jayawijaya Mojosongo. Beliau ini memanfaatkan 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekali. Beliau sering menggunakan KIA ini di Toko Buku Togamas. Selain itu beliau menggunakan KIA untuk fasilitas yang lain juga, tetapi lebih seringnya untuk masalah pendidikan. Beliau menganggap di Toko Buku Togamas diskonnya berlaku tidak untuk pembelian buku saja, tetapi untuk pembelian alat-alat tulis juga. Di Toko Buku Togamas memberikan diskon 5% untuk pembelian alat tulis, selain itu 10% untuk pembelian berbagai macam buku. Meskipun buku yang mendapat diskon segala macam jenis buku, tapi Bapak Agus tetap memprioritaskan buku-buku pelajaran untuk anaknya yang sedang duduk di bangku SD. “kalau saya ya mas, saya itu hampir sering sekali ke Toko Buku Togamas, bukan karena saya banyak duit atau apa. Tetapi anak saya suka sekali kalau pergi ke toko buku. entah nanti yang dibeli buku atau alat-alat tulis. Saya sering memanfaatkan KIA itu mas. ya untuk sementara ini saya menggunakan KIA untuk pendidikan anak saya dan juga hiburan anak saya mas. ya mumpung ada KIA mas kenapa gak dimanfaatkan begitu. Percuma mas punya KIA gak dimanfaatkan, eman-eman lah istilahnya. Meskipun diskonnya juga tidak terlalu besar tapi lumayan mas, bisa nyenengin anak dan juga bisa memenuhi kebutuhan anak saya, dalam hal ini KIA mas. dan saya sangat mendukung program pemerintah ini.’’( wawancara 16 Oktober 2011 ) Senada dengan Bapak Agus, ada juga salah satu responden yang bernama Ibu Arum, dimana beliau suka sekali membeli peralatan sekolah untuk anaknya. Ibu Arum ini Ibu Rumah Tangga berusia 46 tahun yang beralamat di Kratonan, Surakarta. Beliau mengaku suka sekali membeli peralatan sekolah untuk kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP. Beliau sering membeli peralatan sekolah anaknya di PT Gramedia. Hanya peralatan sekolah saja yang dibeli di toko tersebut. Kalau masalah buku-buku pelajaran sudah disediakan di sekolah. Seperti hasil wawancara saya berikut ini : “saya suka sekali pergi ke toko Gramedia sama anak saya mas. saya sering membeli alat-alat sekolah yang dibutuhkan kedua anak saya, lumayan mas diskon 10% daripada gak ada diskon sama sekali. Ya saya sebatas itu sieh mas kalau memanfaatkan KIA. Hanya alat-alat sekolah saja. Kalau buku-buku pelajaran kan sudah disediakan dari sekolah. Senang pastinya bisa mendapat fasilitas semacam KIA ini. Harapan saya sieh, saya bisa menggunakan atau commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memanfaatkan KIA ini untuk keperluan yang lainnya.’’( wawancara 17 Oktober 2011 ) Dari penjelasan responden diatas mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan KIA di bidang pendidikan, hampir semua orang tua sangat mendukung dan sangat memanfaatkan sekali KIA ini. Karena ini sangat bisa membantu untuk memenuhi hak sipil anak, terutama dalam hal ini adalah hak sipil di bidang pendidikan. Karena menurut para orang tua pendidikan itu sangat penting untuk kemajuan anak-anaknya. Kebebasan yang diberikan orang tua kepada anak untuk mengakses fasilitas-fasilitas pendidikan, juga bisa mempengaruhi hak sipil dari anak. Karena anak-anak jaman sekarang ini tidak bisa yang harus benar-benar nurut apa kata orang tua. Maka dari itu orang tua memberikan kebebasan untuk anaknya. Tetapi orang tua juga tidak akan tinggal diam begitu saja. Orang tua akan tetap memberikan batasan-batasan yang sewajarnya, yang dilakukan anak-anak. Selain itu melalui pendidikan, anak juga bisa terbentuk karakternya, karena pendidikan karakter itu sekarang sangat dibutuhkan sekali. Tidak hanya pendidikan karakter di sekolah, tetapi pendidikan karakter diluar sekolah juga sangat diperlukan. Melalui karakter ini, anak bisa terlihat dia mampu dalam hal apa. Dukungan dari orang tua pun juga harus besar untuk membentuk karakter dari sang anak. Matrik 3.1 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Pendidikan No 1.
Nama Ibu Novi
Keterangan Cara saya memanfaatkan KIA ini itu, saya manfaatkan untuk keperluan anak saya yang masih kecil. Saya memanfaatkan KIA ini untuk membeli buku-buku di toko buku sekawan. Buku yang saya beli itu tentang pelajaran warna gitu mas. Disini saya memperkenalkan kepada anak saya tentang warna, dan saya sering memanfaatkan KIA ini mas, meskipun hanya masalah pendidikan yang saya akses.commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Ibu Helena
saya memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke toko buku sekawan beli alat tulis atau buku pelajaran anak saya, selain itu saya memanfaatkan KIA untuk memasukkan anak saya ikut les Bahasa Inggris di Elti gramedia.
3.
Ibu Sri Sumikem
Belum pernah memanfaatkan KIA lagi setelah ada kesalah pahaman mengenai penggunaan KIA untuk buku yang sudah ada ada diskonnya dari toko tersebut.
4.
Bp. Agus Maryono
Memanfaatkan KIA untuk membeli buku pelajaran atau alat tulis di toko buku Togamas.
5.
Ibu Arum
Memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke gramedia dengan anaknya, dan membelikan anaknya alat-alat sekolah, kalau buku pelajaran sudah disediakan dari sekolah.
2. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Hiburan Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama, ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikategorikan sebagai hiburan. Bagi orang tertentu yang memiliki sifat workaholic, bekerja adalah hiburan dibandingkan dengan berdiam diri. Selain itu terdapat tempat-tempat hiburan atau klab malam (night club) sebagai tempat-tempat untuk melepas lelah, umumnya berupa rumah makan atau restoran yang dilengkapi hotel serta sarana hiburan seperti musik, karaoke, opera. Kalau berkaitan dengan Kartu Insentif Anak ini, hiburan yang dimaksudkan akses anak ke Restoran, Toko Pakaian Batik, dan Tempat –Tempat wisata seperti Taman Satwa Taru Jurug ( TSTJ ) dan juga Taman Hiburan Rakyat ( THR ) Sriwedari. Ini salah satu hal commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang bisa juga untuk memenuhi pemenuhan Hak Sipil dari anak dan juga mendukung Hak Sipil Anak. Dari keseluruhan responden yang di wawancarai mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan KIA di bidang hiburan, orang tua memanfaatkan KIA tersebut untuk refresing sang anak setelah seminggu sekolah, dan sebagai upaya untuk berkumpul dengan keluarga ketika weekend atau ketika hari-hari libur. Seperti hasil wawancara salah satu responden bernama Ibu Helena, dimana Ibu Helena itu selain menggunakan fasilitas KIA di bidang pendidikan, beliau juga memanfaatkan KIA di bidang hiburan. Menurutnya hiburan juga dibutuhkan oleh anak, supaya anak tidak merasa stress dengan pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah. Seperti hasil wawancara berikut ini : “selain fasilitas KIA di bidang pendidikan mas, saya juga sering lho memanfaatkan KIA di bidang hiburan mas. saya sering mengajak anak saya jalan-jalan. Tapi gak sering-sering juga mas. paling sering itu ngajak anak saya makan di tempat-tempat yang ada diskonnya dengan memakai KIA. Tapi mas, kalau hari libur gitu saya ajak anak saya untuk pergi ke THR Sriwedari. Dengan mengajak anak-anak saya pergi jalan-jalan refersing, ini salah satu upaya juga untuk meningkatkan hak sipil anak. Dan pastinya bisa menghindarkan anak saya dari stress mas, karena setiap harinya kan sekolah.”( wawancara 15 Oktober 2011 ) Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Helena mengenai pemanfaatan KIA di bidang hiburan, salah satu responden yang lain juga memanfaatkan KIA ini di bidang hiburan juga, disamping memanfaatkan KIA di bidang pendidikan. Beliau adalah Bapak Agus Maryono. Beliau mengaku memanfaatkan KIA di bidang hiburan ini kalau pada saat hari-hari libur saja. Karena kesibukan dari beliau juga yang tidak memungkinkan harus selalu berkumpul dengan keluarga, terutama dengan anaknya. Tapi sebisa mungkin beliau meluangkan waktu untuk anaknya. Karena hak sipil anak tidak akan bisa terpenuhi, tanpa ada dukungan atau pendampingan dari sang orang tua. Berikut hasil wawancaranya : “selain fasilitas pendidikan, fasilitas hiburan yang diberikan KIA ini saya juga sering memanfaatkannya lho mas. tapi ya tidak terlalu sering juga sieh, paling commit to Karena user saya sendiri kan juga sibuk mas. ya kalau ada waktu libur – libur saja. 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saya seringnya memanfaatkan KIA di bidang hiburan ini untuk pergi sama anak-anak saya di THR sriwedari mas. nyeneng-nyenengin anak saya mas. kalau hiburan di rumah makan gitu, saya jarang makai karena kalau mau makan kemana gitu saya gak pernah matok tempat khusus gitu mas, ya Cuma itu mas ke THR aja, semoga saja nanti kedepannya saya bisa memanfaatkan untuk hal-hal yang lain. Dan pastinya saya sangat mendukung sekali dengan adanya program KIA ini. Biar bagaimanapun juga gak munafik ya mas, orang mana gak mau sama diskonan.”( wawancara 16 oktober 2011) Menurut penjelasan dari beberapa responden diatas mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan KIA di bidang hiburan, mereka mendukung kalau aspek hiburan dijadikan sebagai salah satu upaya untuk pemenuhan hak sipil anak, meskipun tidak terlalu sering mengakses aspek hiburan ini. Selain hak sipil anak untuk menerima pendidikan, menerima hiburan pun juga diperlukan. Hak sipil dari anak pun juga bisa seimbang, anak-anak menerima pendidikan, selain itu anak-anak pun juga menerima hiburan dari tempat-tempat hiburan yang memang sengaja disediakan khusus untuk anak. Dalam hal ini pun tindakan dari orang tua untuk pemenuhan hak sipil anak di bidang hiburan perlu dibutuhkan juga. Orang tua juga harus bisa seimbang dengan hak sipil anak tersebut, jadi tidak hanya pendidikan saja yang diberikan untuk si anak. Biasanya ada orang tua yang menuntut anaknya itu harus pintar, harus selalu juara, makanya orang tua memberikan tuntutan kepada anak harus belajar terus, tidak boleh bermain. Hal semacam itu memang perlu, tetapi tetap ada porsi-porsinya, jangan terlalu berlebihan juga, karena takutnya sang anak akan terganggu jiwanya karena tidak kuat menahan tuntutan dari orang tuanya. Maka dari itu orang tua harus bisa menyeimbangkan antara pendidikan dengan hiburan. Hiburan sangat dibutuhkan sekali untuk anak-anak. Apalagi melihat anak-anak itu jiwanya masih labil, masih suka bermain-main. Jangan pernah biarkan masa muda anak-anak, masa kesenangan anak-anak itu terenggut, sehingga pada akhirnya nanti ketika anak beranjak remaja atau dewasa, mereka menjadi anak yang tidak bisa diatur commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau seenaknya sendiri. Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk memberikan hiburan kepada anak. Misalnya saja mengajak anak pergi ke suatu tempat yang memang tempat tersebut di desain khusus untuk kebutuhan anak, atau mengajak anak makan di restoran, atau kalau perlu mengajak anak pergi berbelanja. Disini peran orang tua sangat dibutuhkan sekali, karena sebagai upaya untuk memenuhi hak sipil anak, orang tua harus berperan serta. Karena hanya orang tualah yang bisa mengawasi apa saja yang dilakukan anak-anak, apa saja yang dibutuhkan anak-anak untuk memenuhi hak sipilnya. Yang pasti hiburan-hiburan positif yang perlu sekali ditanamkan untuk sang anak, sehingga nantiya hak sipil anak itu bisa terpenuhi dan bisa seimbang dengan hak sipil anak yang lainnya. Karena disini hak sipil anak tidak hanya hak untuk mendpatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan hiburan, tetapi masih ada hak-hak sipil lainnya yang notabene memang dibutuhkan untuk sang anak. Dan lewat KIA ( Kartu Insentif Anak ) iniliah hak sipil anak bisa terbantu. Apa saja yang dibutuhkan anak, yang bisa membuat anak itu semakin maju ada semua disini. Tinggal dari sang orang tuanya saja membantu anak untuk mewujudkan hal tersebut, tercapainya hak sipil anak, terutama dalam hal ini adalah hak sipil anak di bidang hiburan.
No
Matrik 3.2 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA di Bidang Hiburan Nama Keterangan
1.
Ibu Helena
2.
Bp.Agus Maryono
Memanfaatkan KIA dengan mengajak anak saya jalan-jalan. Tapi gak sering-sering juga mas. paling sering itu ngajak anak saya makan di tempat-tempat yang ada diskonnya dengan memakai KIA. Tapi mas, kalau hari libur gitu saya ajak anak saya untuk pergi ke THR Sriwedari. Dengan mengajak anak-anak saya pergi jalan-jalan refersing, ini salah satu upaya juga untuk meningkatkan hak sipil anak. Dan pastinya bisa menghindarkan anak saya dari stress mas, karena setiap harinya kan sekolah. Fasilitas hiburan yang diberikan KIA ini saya juga sering commit tolho user memanfaatkannya mas. tapi ya tidak terlalu sering juga 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id sieh, paling ya kalau ada waktu libur – libur saja. Karena saya sendiri kan juga sibuk mas. saya seringnya memanfaatkan KIA di bidang hiburan ini untuk pergi sama anak-anak saya di THR sriwedari mas. nyeneng-nyenengin anak saya mas.
3. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Olahraga Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson : Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992). Olahraga tidak hanya penting untuk orang dewasa, anak-anak pun perlu aktivitas fisik agar pertumbuhannya optimal. Anak yang berolahraga secara teratur dipercaya akan lebih commit to usermudah berteman, dan menyesuaikan sehat, gembira, juga dipercaya diri sehingga lebih 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diri. Melakukan olahraga sejak dini, tidak hanya menjadikan anak tumbuh sehat dan kuat, tapi juga bisa mencegah obesitas pada anak. Secara alamiah, anak-anak memang kerap aktif bergerak. Namun, ketika anak sedang asyik dengan olahraga yang dilakukannya, kadang-kadang orang tua itu kurang sukarela membebaskan anaknya melakukan kegiatan olahraga di luar rumah. Faktor keamanan sering menjadi alasan orangtua untuk melarang anak pergi keluar rumah. Sementara di dalam rumah tak ada ruang terbuka untuk anak berolahraga. Padahal, olahraga diluar ruangan itu sangat penting sekali, dan sangat dibutuhkan oleh anak. Apalagi ketika pagi atau sore hari. Saat pagi hari, matahari pagi sangat baik untuk pertumbuhan tulang si anak, karena matahari pagi membantu pembentukan vitamin D. Dengan berolahraga secara rutin, anak-anak akan memiliki kondisi tubuh yang bugar dan akan membantu untuk mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik. Anak-anak dengan kondisi yang bugar juga cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi rintangan fisik dan emosi. Selain itu, tubuh bugar memperluas peluang anak untuk melalukan berbagai kegiatan fisik maupun non-fisik. Dengan melakukan olahraga rutin, menurut Tanya, kekuatan fisik juga akan meningkat. Namun jenis-jenis olahraga yang ditunjukkan untuk anak-anak sebaiknya tidak diarahkan untuk kekuatan motorik dan fisik. Sangat dianjurkan agar anak tidak melakukan program olahraga yang secara khusus ditunjukkan untuk menghasilkan otot-otot tubuh yang kuat, seperti push-up, pull-up, angkat beban, dan sebagainya. ”Dengan hanya memanjat atau melompat, anak juga akan mendapatkan manfaat yang kurang lebih sama dengan olahraga tersebut. Olahraga yang dilakukan anak adalah olahraga yang dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, dan membuat otot-otot sendi mudah bergerak secara penuh. Dari sekian banyak jenis olahraga, sebisa mungkin anak-anak dibiasakan untuk melakukan olahraga ketahanan commit to user diri, seperti berlari, melompat, bersepeda, hingga berenang. Jenis olahraga semacam itu 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan olahraga wajib yang harus dikuasai oleh anak, karena itu merupakan langkah awal pembentukan fondasi untuk mendapatkan kebugaran fisik dan ketahanan otot-otot anak. Sehingga nantinya pertumbuhan fisik anak dan pun akan lebih baik. Berbicara soal olahraga, KIA ini juga memberikan fasilitas untuk anak-anak di bidang olahraga. Dari daftar mitra kerja pendukung KIA, ada beberapa fasilitas yang menyediakan khusus untuk olahraga anak. Tapi disini lebih di utamakan untuk akses olahraga berenang. Ada akses olahraga berenang di The Sunan Hotel, Kusuma Sahid Prince Hotel, Sahid Jaya Solo, dan juga Kolam Renang Tirtomoyo. Fasilitas-fasilitas olahraga berenang bisa di akses dengan menggunakan KIA ( Kartu Insentif Anak ). Dari beberapa responden yang dimintai konfirmasinya mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan KIA di bidang Olahraga, mereka mengaku tidak terlalu sering mengakses KIA ini, terutama untuk pergi berenang. Karena mereka menganggap berenang tidak perlu dilakukan setiap hari atau setiap miggunya. Sebulan sekali itu sudah cukup. Selain itu ada salah satu responden juga yang mereka merupakan keluarga yang biasa-biasa saja, jadi mereka sedikit sungkan kalau ingin menggunakan akses berenang itu di hotel-hotel. Seperti salah satu responden yang bernama Ibu Agam, Ibu Rumah Tangga yang berusia 46 tahun bertempat tinggal di Mojosongo RW 22 ini mengaku sedikit sungkan kalau akan berenang di kelas-kelas hotel. Berikut hasil wawancaranya : “Saya jarang sekali mas memanfaatkan KIA ini untuk mengajak anak saya pergi berenang. Kadang-kadang 2 bulan sekali. Padahal saya punya KIA ini uda dari Januari 2011 mas, tapi ya itu jarang banget memanfaatkan KIA. gak hanya fasilitas renang mas, fasilitas KIA yang lain pun saya juga jarang sekali pakai. Kalau saya pernah pakai KIA ini di Tirtomoyo Manahan mas, itupun Cuma beberapa kali, gak ada 5 kali. Saya gak pernah pakai KIA untuk renang di Hotel mas, karena saya malu, sungkan, saya kan orang biasa aja mas, mau ke hotel tu sungkan. Tapi biar gimanapun saya udah pernah manfaatin KIA itu lah mas. dan saya mendukung program ini.”( wawancara 19 Oktober 2011 ) Masalah kehidupan dari orang tua pun juga mempengaruhi pemanfaatan KIA, commit to user terbukti dari salah satu responden diatas, karena beliau berasal dari keluarga yang biasa77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biasa saja, beliau tidak bisa memanfaatkan fasilitas olahraga renang ini di hotel – hotel yang menjadi mitra kerja pendukung dari KIA. Padahal diskon yang diberikan cukup lumayan juga. Itu bisa menyebabkan menghambat perkembangan dari sang anak, terutama menghambat hak sipil dari anak yang ingin mengakses fasilitas ini. Karena bagaimanapun juga, anak-anak perlu mendapatkan haknya untuk berenang di lokasi mana saja. Sebenarnya Ibu Agam tidak perlu malu atau sungkan, karena itu semua untuk perkembangan dari sang anak, percuma saja ketika sudah ada fasilitas yang cukup enak tapi tidak bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Ini semua berbeda halnya dengan responden yang lainnya, yaitu Bapak Budi Prihantoro, warga di kelurahan Kadipiro yang bekerja sebagai wiraswasta ini memiliki 2 orang anak. Beliau berusia 51 tahun dan suka mengajak anaknya untuk pergi berenang. Kalau tidak, anaknya yang meminta ayahnya untuk pergi berenang. Bapak Budi mengaku sangat senang ketika bisa mengantar anaknya untuk berenang, karena notabene beliau ini mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggal setiap harinya. Jadi ketika ada waktu luang atau libur langsung dimanfaatkan beliau untuk bisa berkumpul dengan keluarga, terutama dengan anak-anaknya. Tirtomoyo Manahan yang sering mereka tuju untuk pergi berenang, Seperti hasil wawancara berikut ini : “ jadi begini mas, saya itu sibuk punya toko kelontong di daerah jamus. Jadi tidak bisa setiap hari berkumpul dengan keluarga saya. Maka dari itu ketika saya ada waktu luang atau libur, langsung saya manfaatkan berkumpul dengan keluarga saya, terutama anak-anak saya. Dan biasanya saya memanfaatkan waktu dengan anak saya, dengan mengajak anak saya pergi berenang. Anak saya suka banget renang mas, maka dari itu ini bisa dibilang sangat pas sekali. KIA ada diskon untuk renang di tirtomoyo manahan, ya udah mas, langsung saja saya memanfaatkan KIA tersebut untuk mendapatkan potongan harga renang. Ya 10% cukuplah mas, lumayan kalau menurut saya. Asal anak saya seneng, saya juga seneng mas. tapi ya itu mas, tidak bisa setiap minggunya saya dan anak saya pergi berenang.”( wawancara, 19 Oktober 2011 ) Bapak Budi hanya terhambat di masalah waktu. Beliau yang memiliki usaha toko commit to user kelontong, tidak bisa setiap hari atau setiap minggunya menemani anaknya untuk 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memanfaatkan KIA ini, untuk pergi berenang. Tapi sekali ada waktu mereka lagsung pergi berdua. Beliau kepengen anaknya itu bisa menyalurkan hobi dan baakatnya. Karena menurut kabar ketika wawancara dengan Bapak Budi, anaknya yang nomer 2 sangat suka sekali berenang, dan berbakat di bidang tersebut. Jadi selaku orang tua, Bapak Budi harus mendukung apa yang menjadi bakat dan hobi dari sang anak. Karena tipe dari Bapak Budi ini, bukan tipe orang tua yang terlalu mengekang keinginan anak. Beliau malah lebih membebaskan apa saja yang menjadi keinginan anak. Karena keinginan yang dipilih anak sendiri, hasilnya pun nanti akan lebih maksimal. Tinggal dari peran orang tua saja yang bisa mendukung dari bakat sang anak. Karena tanpa dukungan dari orang tua, apa yang dikerjakan anak tidak akan bisa maksimal. Pemanfaatan KIA di bidang olahraga ini, lebih mengacu pada akses fasilitas berenang. Fasilitas berenang juga sering diakses oleh salah satu responden, beliau adalah Ibu Ovi. Ibu rumah tangga berusia 27 tahun. Tetapi yang menarik adalah, beliau memiliki KIA karena dipengaruhi oleh temannya. Jadi tidak ada perencanaan khusus dari Ibu Ovi untuk membuat KIA, tetapi setelah beliau memiliki KIA beliau merasa senang . Ibu Ovi tinggal di Dawung Serengan Surakarta. Beliau adalah ibu rumah tangga, jadi dia lebih banyak memiliki waktu dengan anaknya. Anaknya yang masih berusia 5 tahun suka sekali kalau diajak pergi berenang. Berikut hasil wawancaranya : “sebenarnya itu mas, saya gak ada rencana sama sekali untuk buat KIA. saya itu buat KIA karena ada pengaruh dari teman saya, yang katanya dengan KIA bisa mendapat diskon di berbagai tempat. Ya sudah akirnya saya mencoba membuat KIA itu mas. setelah punya saya masih males untuk memanfaatkan itu mas. tapi suatu saat saya ingin mencoba pakai KIA. ya udah akirnya saya pakai KIA untuk renang sama anak saya mas. Tapi ya saat ini saya baru bisa memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke Titomoyo Manahan bersama anak saya. Sebenarnya saya sudah tau KIA sudah lama , tapi baru bisa buat baru beberapa bulan kemarin mas. KIA ini sangat berguna banget mas buat saya, saya kan biasanya kalau renang di Tirtomoyo sekarang ini bayar Rp. 6.000,-, tapi karna saya punya KIA, dikasih diskon 10%. Ya meskipun diskonnya cuma 10%, tapi gak papa mas. kedepannya saya akan memanfaatkan KIA untuk fasilitas yang lain.’’ ( wawancara, 19 Oktober 2011)commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil wawancara dengan beberapa responden diatas, memang berbeda-beda jawaban yang diberikan. Memang tidak begitu sering sekali para responden memanfaatkan KIA untuk anaknya. Tapi paling tidak mereka sudah bisa memanfaatkan KIA dengan sebaik-baiknya untuk perkembangan dari sang anak. Selain itu, meskipun berasal dari kalangan keluarga apapun, mereka mempunyai hak untuk mengakses fasilitas KIA dimana saja. jadi tidak perlu ada rasa malu atau sungkan. Jangan sampai anak itu tidak bisa menikmati fasilitas yang sudah diberikan pemerintah kota , hanya karena orang tuanya malu untuk mengakses fasilitas tersebut.Melihat dari penjelasan diatas, seharunya orang tua itu bisa menambah intensitasnya mengajak anak untuk memanfaatkan KIA untuk kebutuhan olahraga.
Matrik 3.3 Peran Orang Tua Dalam Program KIA Di Bidang Olahraga
No 1.
Nama Ibu Agam
Keterangan Saya jarang sekali mas memanfaatkan KIA ini untuk mengajak anak saya pergi berenang. Kadang-kadang 2 bulan sekali. Padahal saya punya KIA ini uda dari Januari 2011 mas, tapi ya itu jarang banget memanfaatkan KIA. gak hanya fasilitas renang mas, fasilitas KIA yang lain pun saya juga jarang sekali pakai. Kalau saya pernah pakai KIA ini di Tirtomoyo Manahan mas, itupun Cuma beberapa kali, gak ada 5 kali. Saya gak pernah pakai KIA untuk renang di Hotel mas, karena saya malu, sungkan, saya kan orang biasa aja mas, mau ke hotel tu sungkan. commit to user Tapi biar gimanapun saya udah pernah manfaatin KIA itu 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id lah mas. dan saya mendukung program ini.
2.
Bp. Budi P
Cara memnafaatkan KIA ketika saya ada waktu luang atau libur, langsung saya manfaatkan berkumpul dengan keluarga saya, terutama anak-anak saya. Dan biasanya saya memanfaatkan waktu dengan anak saya, dengan mengajak anak saya pergi berenang.
3.
Ibu Ovi
Sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk buat KIA. saya itu buat KIA karena ada pengaruh dari teman saya, yang katanya dengan KIA bisa mendapat diskon di berbagai tempat. Ya sudah akirnya saya mencoba membuat KIA itu mas. setelah punya saya masih males untuk memanfaatkan itu mas. tapi suatu saat saya ingin mencoba pakai KIA. ya udah akirnya saya pakai KIA untuk renang sama anak saya mas. Tapi ya saat ini saya baru bisa memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke Titomoyo Manahan bersama anak saya.
4. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Kesehatan Menanggapi masalah kesehatan untuk anak, KIA memberikan berbagai fasilitas untuk anak-anak yang berusia antara 0-18 tahun. Dimana ada beberapa macam fasilitas kesehatan yang bisa diakses oleh anak-anak tersebut dengan menggunakan KIA tersebut. Misalnya saja, P.T Askes, P.T Sentra Diagnostika Budi Sehat, Optik Pranoto, dan juga Optik Kunanti. Anak-anak yang sudah terdaftar dalam KIA bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas-fasilitas tersebut. Seperti beberapa responden yang sudah penulis wawancarai, mereka menggunakan KIA ini untuk menunjang kesehatan anaknya. Tetapi mereka memilih fasilitas kesehatan yang sekirannya dibutuhkan saja oleh anaknya.
Seperti salah satu responden yang bernama Agus Maryono, Dia menuturkan, fasilitas KIA di bidang kesehatan memang ada beberapa. Tetapi beliau biasanya menggunakan KIA ini untuk mengakses ke fasilitas optic. Berikut hasil wawancaranya : commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“jadi mas, sejak saya punya KIA, saya memanfaatinnya untuk pergi ke optic mas. toko kacamata. Biasanya saya ke optik pranoto sieh mas. anak saya yang pertama kan dia pakai kacamata. Nah suatu saat pernah kacamata anak saya itu framenya patah. Untung banget mas anak saya punya KIA, ya sudah saya manfaatin aja mas KIA itu. Seneng banget mas, ada diskon kalau beli frame 35% lagi. Frame kan juga gak murah to mas. apalagi, frame yang bagus mas. saya sangat terbantu mas, dengan KIA ini, terutama untuk kebutuhan-kebutuhan anak saya. Dilanjutkan aja KIA nya, bagi saya itu sangat penting mas buat pemenuhan kebutuhan/hak anak saya, dan pastinya untuk kebutuhan anak-anak yang lainnya juga.”( wawancara, 23 Oktober 2011 ) Tanggapan dari bapak Agus ini, hampir sama dengan tanggapan dari Bapak Budi Prihantoro. Beliau menjelaskan, pemanfaatan KIA nya untuk pergi ke optik juga. Tapi beliau menggunakan KIA untuk ke optik Kunanti. Beliau lebih memilih optik kunanti, karena di optik tersebut ada pemeriksaan mata gratis juga per 6 bulan. Bapak Budi memanfaatkan KIA ketika kondisi mata dari anaknya sudah mulai tidak sehat, maka dari itu beliau sangat bisa terbantu dengan adanya KIA, apalagi KIA bisa digunakan untuk akses kesehatan juga. Karena beliau menganggap kesehatan anak itu sangat penting, dan beliau tidak ingin melihat anaknya tidak bisa melihat dengan jelas karena minus yang didera oleh mata anak dari bapak budi. Berikut hasil wawancaranya : “saya seneng sekali mas bisa mempunyai KIA ini. Karena KIA ini bisa untuk digunakan mengakses fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan pemerintah. Terutama fasilitas di bidang kesehatan. Saya dulu memanfaatkan KIA ini ketika mata anak saya minus mas. saya pergi ke optik kunanti, dan disana mendapat pemeriksaan mata gratis per 6 bulan. Selain itu disana juga bisa mendapat diskon. Pada saat itu saya membelikan anak saya kacamata. Saya gak mau mas, anak saya gak bisa melihat dengan jelas. Maka dari itu saya langsung saja membelikan anak saya kacamata dengan memakai KIA tersebut. Alhamdulliah mas diskonyya lumayan. Karena ya saya tau,gak murah kalau beli kacamata gitu. Pokoknya saya sangat terbantu dengan KIA ini, itung-itung ngirit perekonomian juga. Dan saya manfaatin KIA ini hanya untuk kebutuhan anak saya yang memang benar-benar mepet mas. yang benar-benar anak saya butuhkan.”( wawancara, 23 Oktober 2011 ) Dari penjelasan responden diatas, sangat jelas sekali kalau orang tua itu sangat mengedepankan kesehatan anaknya. Karena mereka tidak ingin melihat anaknya sakit. Seperti yang diutarakan bapak Agus dengan Bapak Budi. Optik atau toko kacamata yang commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi incaran kedua orang tua tersebut. Adanya diskon atau potongan harga inilah yang mentyebabkan kedua orang tua tersebut memanfaatkan KIA. Pastinya bukan hanya iming-iming diskon, tetapi itu merupakan kesadaran dari orang tua untuk memenuhi kebutuhan atau hak sipil dari sang anak, yang dimana salah satu hak sipil anak itu adalah hak mendapat kesehatan. Tak ada salahnya ketika orang tua sangat bersemangat sekali untuk memanfaatkan KIA ini yang notabene salah satu maksud dari KIA ini adalah, untuk pemenuhan hak sipil anak. Matrik 3.4 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Kesehatan No
Nama
Keterangan
1.
Bp. Agus M
Memanfaatinnya untuk pergi ke optic mas. toko kacamata. Biasanya saya ke optik pranoto sieh mas. anak saya yang pertama kan dia pakai kacamata. Nah suatu saat pernah kacamata anak saya itu framenya patah. Untung banget mas anak saya punya KIA, ya sudah saya manfaatin aja mas KIA itu. Seneng banget mas, ada diskon kalau beli frame 35% lagi. Frame kan juga gak murah to mas. apalagi, frame yang bagus mas. saya sangat terbantu mas, dengan KIA ini, terutama untuk kebutuhan-kebutuhan anak saya.
2.
Bp. Budi P
Memanfaatkan KIA ini ketika mata anak saya minus mas. saya pergi ke optik kunanti, dan disana mendapat pemeriksaan mata gratis per 6 bulan. Selain itu disana juga bisa mendapat diskon. Pada saat itu saya membelikan anak saya kacamata. Saya gak mau mas, anak saya gak bisa melihat dengan jelas. Maka dari itu saya langsung saja membelikan anak saya kacamata dengan memakai KIA tersebut. Alhamdulliah mas diskonyya lumayan. Karena ya saya tau,gak murah kalau beli kacamata gitu. Pokoknya saya sangat terbantu dengan KIA ini, itung-itung ngirit perekonomian juga. Dan saya manfaatin KIA ini hanya untuk kebutuhan anak saya yang memang benar-benar mepet mas. yang benar-benar anak saya butuhkan. commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai orang tua harus memberikan penjelasan maupun panduan langsung kepada anak mengenai kesehatan. Kesehatan anak terjaga karena peran orang tua dan tanggung jawab anak sendiri terhadap kesehatannya. Memberikan pengetahuan kesehatan kepada anak adalah hal yang penting. Orang tua bisa memanfaatkan buku, majalah bahkan internet untuk mencari referensi. Kesehatan anak memang menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua yang bijak akan lebih memperhatikan pencegahan dibandingkan pengobatan untuk kesehatan buah hati mereka. Orang tua yang benar-benar memahami makna sehat mengetahui betul bahwa obat-obatan bukanlah pilihan yang paling tepat untuk menjadi sehat disebabkan efek samping yang dimiliki. Oleh karena itu, kesehatan penting sekali untuk dijaga dan dipelihara sebelum sakit itu datang. Setelah penulis menjelaskan tentang peran orang tua dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak di berbagai bidang ini, penulis bisa menyimpulkan bahwa orang tua sudah banyak yang memanfaatkan Kartu Insentif Anak untuk berbagai kebutuhan yang pastinya dibutuhkan oleh anak. Dan dari sinilah maksud dari penerbitan Kartu Insentif Anak ini sudah sedikit banyak terpenuhi. Yang dimana maksud dari penerbitan Kartu Insentif Anak adalah untuk pemenuhan hak sipil anak. Melalui Kartu Insentif Anak, orang tua bisa menemukan cara yang mudah untuk memenuhi kebutuhan atau hak apa saja yang sebenarnya dibutuhkan oleh sang anak. Dan melihat peran dari orang tua yang ikut aktif memanfaatkan Kartu Insentif Anak ini, berarti orang tua sudah bisa dibilang membantu suksesnya program dari pemerintah kota. Tetapi dari sekian pemanfaatan Kartu Insentif Anak, orang tua itu lebih banyak memanfaatkan atau mengakses KIA
di bidang
pendidikan. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang menjadi tujuan utama orang tua untuk anaknya. commit user penting sekali bagi perkembangan Karena mereka menganggap pendidikan ini to sangat 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Dalam
dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa
keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah. Fungsi orang tua dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah: ·
sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
·
menjamin kehidupan emosional anak
·
menanamkan dasar pendidikan moral anak
·
memberikan dasar pendidikan social
·
meletakan dasar-dasar pendidikan agama
·
bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupan kelak
sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri. ·
menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
·
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai
tujuan akhir
manusia. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Antara orang tua dan anak ini memilik hubungan yang sangat erat, proses transmisi pengaruh sosial ke dalam diri individu melalui dua cara, yaitu cara formal, dan informal. Pengetahuan dan ketrampilan dipelajari oleh individu melalui proses belajar formal atau belajar yang sistematik. Hasil belajar formal itu menampak dalam tingkah commit to user laku verbal tercermin pada apa yang dipikirkannya. Nilai-nilai dan pola-pola tingkah laku 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipelajari oleh individu melalui proses belajar informal, yaitu proses imitasi ( yang sebagian tidak disadarinya ) dalam kontaknya dengan norma-norma yang berkewibawaan. Kerapkali terdapat jarak antara apa yang dipelajari individu secara formal dengan apa yang dipelajarinya secara informal. Misalnya, orang tua mengajarkan agar anak hidup hemat, tetapi orangtua itu sendiri dalam kehidupan sehari-harinya serba boros. Orangtua sehari-harinya bermalas-malasan. Apa yang dipelajari oleh anak secara verbal bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam bentuk tingkah laku. Situasi ini menimbulkkan konflik-konflik dalam batin anak. Konflik-konflik tersebut, menurut Karen Horney, merupakan sumber neurotisme dan kekacauan pada diri individu. Para ahli sepakat, bahwa cara hidup masyarakat itu meresapnya ke dalam diri individu terjadi dalam awal perkembangan kepribadiannya melalui hubungannya dengan orang-orang dewasa, khususnya orangtuanya. Nilai-nilai dan pola-pola tingkah laku dari kebudayaan itu diinternalisasi ke dalam diri anak dan secara tidak sadar menjadi bagian dirinya. Proses internalisasi itu kadang-kadang disebut juga dengan istilah akulturasi, introjeksi, atau sosialisasi. Corak hubungan orangua dengan anak sangat menentukan proses sosialisasi anak. Corak hubungan orangtua dengan anak ini, berdasarkan penelitian yang dilakuaan oleh Fels Research Institiute, dapat dibedakan menjadi tiga pola : 1. Pola menerima-menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orangtua terhadap anak. 2. Pola memiliki-melepaskan, pola ini didasarkan atas berapa besar sikap protektif orangtua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orangtua yang overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali. commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pola demokrasi-otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-kegatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orangtua bertindak sebagai dictator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisipasi dalam keputusan-keputusan keluarga. Fromm berpendapat bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana demokratik, perkembangannya lebih luwes yang dibesarkan dalam suasana keluarga otoriter, memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang harus ditakuti dan bersifat magis. Ini mungkin menimbuklkan sikap tunduk secara membuta kepada kekuasaan, atau justru sikap menantang kekuasaan Selain itu ada anggapan pula kalau, banyak anak nakal yang berasal dari keluarga yang bersikap menolak dari keluarga yang bersikap menolak ini umunya mempunyai sifat curiga terhadap orang lain dan suka menentang kekuasaan. Mereka tidak lagi terkesan oleh hukumnya, karena sudah terlalu banyak mengalami hukuman dari orangtuanya. Untuk David Levy mengemukakan tentang overproteksi ibu terhadap anak. Overproteksi ibu terhadap anak itu mempunyai dua bentuk yaitu : (1) ibu mendominasi anak, dan (2) ibu memanjakan anak. Anak yang dimanjakan cenderung berwatak tidak patuh, tidak dapat menahan emosi kemarahan, dan menuntut orang lain secara berlebihan. Dia tidak dapat bergaul, sehingga akan terasing. Anak yang didominasi oleh oranngtuanya cenderung memiliki watak patuh, tunduk kepada kekuasaan, pemalu, dan ketinggalan dalam pergaulannya denga teman-teman sebayanya. Dia memiliki sifat cemas dan ragu-ragu. Penjelasan diatas adalah merupakan beberapa contoh akibat pola-pola hubungan orangtua dengan anak dan pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Oelh karena itu commit to user selaku orangtua diharapkan benar-benar memperhatiakn hubungannya dengan sang anak. 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anak tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan dari orangtua atau keluarga. Dukungan dari orangtua juga merupakan salah satu cara yang sangat cocok sekali untuk menjaga hubungan baik orangtua dengan anak. Dan pastinya apabila diakitkan dengan tema penelitian ini adalah Kartu Insentif Anak, KIA ini juga merupakan cara yang tepat untuk membentuk kepribadian dari sang anak, dan pastinya orantua bisa memenuhi kebutuhan akan hak sipil dari anak. Kaitannya dengan KIA yang bersinggungan dengan hak sipil anak adalah, hak untuk akses kepada informasi yang layak. Meskipun sebenarnya semua hak sipil anak bersinggungan dengan KIA, tetapi ada salah satu hak yang sangat tepat. Karena disini KIA menyediakan fasilitas-fasilitas yang sekiranya dibutuhakan oleh anak. Dimana hak untuk akses kepada informasi yang layak adalah, Bagi negara atau pemerintah, selain menjadi dasar bagi perlunya disusun instrumen peraturan atau kelembagaan yang bisa menjamin akses informasi kepada warga negara juga memberikan perlindungan khususnya kepada kelompok anak dari informasi-informasi yang berdampak negatif pada anak. Arti penting bagi anak adalah menambah pengetahuan umum, memperluas wawasan dan juga terhindar dari dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari keterbukaan informasi. Sedangkan bagi masyarakat, keterbukaan akses tersebut selain di satu sisi akan mempercepat kemajuan suatu masyarakat tapi di sisi lain juga menumbuhkan kekawatiran akan dampak negatif, sehingga mendorong ditumbuhkan dan diperkuatnya kembali norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dapat membendung dampak negatif keterbukaan informasi. Kartu Insentif Anak merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perkembangan anak. Yang dimana di dalam fasilitas yang disediakan oleh KIA banyak sekali fasilitas-fasilitas yang bisa membuat anak itu semakin berkembang. Tetapi commit to user untuk mengukur tumbuh kembang sebelumnya ada beberapa indicator yang digunakan 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari anak, yaitu aspek fisik, psikologis, dan aspek akademis. Indicator fisik menjadi ukuran tumbuh kembang anak yang sering digunakan. Disini fisik berkaitan dengan kesehatan anak. Ada beberapa program untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, mencegah terkena berbagai penyakit, dan mengupayakan pengobatan bagi anak-anak dan keluarga. Secara preventif usaha-usaha yang dilakukan adalah perbaikan rumah, pembangunan penampungan air hujan untuk mendapatkan air bersih, penyediaan jamban keluarga, tanaman obat keluarga, dan upaya-upaya penerangan untuk hidup sehat. Selai itu ada pula program-program yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesehatan anak, yaitu bantuan untuk pengembangan ekonomi dan pendidikan keluarga. Cukup banyak bentuk dari program ini, antara lain pemberian modal usaha kecil dan modal kerja bahan baku semipabrikan, ternak lele, ayam dan burung puyuh, pelatihan ketrampilan untuk membuka usaha, dan pelatihan pengelolaan usaha dan manajemen keuangan. Program-program ini berpengaruh tidak langsung karena tujuan utama kegiatan ini adalah tercukupinya kebutuhan keluarga. Dengan demikian, keluarga dapat memperhatikan anak dan memnuhi kebutuhannya secara lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang tingkat kesejahteraannya lebih rendah. Tidak hanya aspek fisik yang bisa memepengaruhi tumbuh kembang anak, tetapi ada aspek psikis juga. Salah satu aspek penting dari perkembangan psikis anak adalah perkembangan kognitif atau penalarannya. Perkembangan aspek ini sejalan dengan perkembangan fisik, terutama perkembangan otaknya yang akan terdeteksi dari perkembangan
kognitifnya. Dengan
demikina,
intervensi atau
program
untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang fisik akan berdampak pula terhadap perkembangan kognitif anak. Ada beberapa cara atau program untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak ini antara lain, program rekreasi anak, taman kanak-kanak dan sekolah commit toProgram user dasar, sanggar belajar, dan festival dolanan. ini sekaligus diupayakan untuk 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengembangkan kesehatan psikologis ( mental ) anak-anak yang merupakan aspek lain dari perkembangan psikis. Perkembangan psikis anak tidak cukup dilihat dari aspek kogniti, tetapi juga dari kesehatan mental. Aspek berikunya adalah aspek pendidikan. Pendidikan merupakan upaya paling strategis dalam pengembangan kualitas manusia, khususnya bagi generasi muda. Untuk menghadapi kemajuan dan tantangan masa depan, generasi muda harus memiliki pendidikan yang baik. Program pendidikan ini harus didukung oleh berbagai pihak yang memang benar-benar sadar akan pendidikan anak. Ada beberapa program untuk mendukung aspek pendidikan ini. Misalnya saja, bantuan biaya sekolah dan sanggar belajar, selain itu penyediaan fasilitas pendidikan seperti alat peraga di sekolah. Di dalam pelaksanaan KIA, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta sempat menemukan hambatan. Dimana hambatannya itu pada saat melaksanakan sosialisasi program KIA. Hal tersebut bisa dilihat dari masih banyaknya orang tua terutama yang anaknya belum memiliki KIA yang belum paham mengenai adanya program tersebut, Selain itu orang tua juga masih kesulitan dalam memahami dan mendapatkan informasi program KIA. Dari segi dampak, Kartu Insentif Anak masih dirasa kurang penting untuk dimiliki anak-anak di kota Surakarta karena diskon yang diberikan dirasa masih kurang berpengaruh terhadap anak-anak. Dengan adanya permasalahan tersebut menunjukkan bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih menemui hambatan-hambatan dalam Sosialisasi Program KIA. Dalam Sosialisasi Program KIA, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memiliki beberapa hambatan di antaranya : 1. Keterbatasan Dana Sehingga Sosialisasi Tidak Bisa Dilakukan Secara menerus commit to user 91
Terus-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber dana yang digunakan dalam Program KIA yang terbanyak berasal dari UNICEF selaku lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang khusus menangani masalah anak-anak. UNICEF mengeluarkan dana sebesar Rp 133.050.000,00. Sementara itu dana KIA yang berasal dari Anggaran yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil hanya berkisar Rp 670.000,00. Total dana yang dikeluarkan untuk Program KIA sebesar Rp 133.720.000,00. Berikut adalah rincian penggunaan dana program KIA Tabel 3.1 Rincian Penggunaan Dana Program KIA No 1
Rincian Penggunaan Dana
Jumlah
Penyusunan Peraturan Walikota, Rp 64.425.000 MOU, dan MOA
2
Lokakarya
KIA
(Pertemuan Rp 26.300.000
dengan stakeholder) 3
Workshop KIA pertama (sosialisasi Rp 9.375.000 secara
langsung
pembuatan
dan
termasuk penyebaran
spanduk dan leaflet) 4
Workshop KIA kedua (sosialisasi Rp 33.620.000 secara
langsung
pembuatan
dan
termasuk penyebaran
spanduk dan leaflet) Jumlah
Rp 133.720.000
Sumber : Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil 2011 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan dana program KIA terbesar adalah pada penyusunan peraturan walikota serta pembuatan MOU (Memorandum of Understanding), serta MOA (Memorandum of Agreement) kepada stakeholder (mitra kerja) KIA sebesar Rpto 64.425.000,00. Sementara itu sosialisasi commit user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara langsung berupa workshop KIA yang sekiranya mengundang tokoh-tokoh masyarakat, PKK, Disdikpora, dan tokoh kecamatan/kelurahan serta penyebaran leaflet kepada masyarakat baru dilakukan sebanyak 2 kali. Terbatasnya dana yang dikeluarkan oleh Dispendukcapil membuat sosialisasi secara langsung kepada masyarakat hanya dilakukan sebanyak 2 kali. Padahal sosialisasi sebaiknya dilakukan secara terus-menerus kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa memahami mengenai program KIA secara keseluruhan. Hambatan sosialisasi berupa terbatasnya dana juga diungkapkan oleh Ketua TIM KIA, Bapak Said Romadlon “Salah satu hambatan sosialisasi KIA memang dananya yang terbatas. Dana yang disediakan untuk sosialisasi memang bukan merupakan monopoli dari dispendukcapil sendiri. Jadi dana-dana tersebut memang harus dianggarkan juga di Bappermas, Bappeda, dan Dispora juga karena mereka juga berperan dalam sosialisasi KIA.” (Wawancara 18 Oktober 2011) 2. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Menangani Program KIA Kurangnya Sumber Daya Manusia merupakan salah satu hambatan dari sosialisasi program KIA mengingat jumlah Tim KIA yang dibentuk oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil hanya berjumlah 6 orang saja. Padahal seharusnya dibutuhkan jumlah tenaga ahli lebih banyak yang khusus menangani tentang sosialisasi suatu program. Hal ini dikarenakan suatu sosialisasi harus dilakukan secara intens atau terus menerus. Sementara petugas yang termasuk dalam tim KIA tidak hanya menangani masalah sosialisasi KIA saja tetapi juga menangani tugas pokok dan program-program lain di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Tungga Dewi selaku anggota Tim KIA “Salah satu hambatannya ya orangnya itu-itu saja mas. Yang ngurusi KIA ya paling anggota TIM KIA saja yang cuma 6 orang. Apalagi sekarang ada tugas sosialisasi yang baru lagi seperti sosialisasi e-KTP (elektronik KTP) yang memang sedang gencar-gencarnya dan juga ada tugas-tugas dinas lainnya yang mesti dikerjakan” (Wawancara 18 Oktober 2011). commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masalah keterbatasan sumber daya manusia juga diutarakan oleh Bapak Said Romadlon selaku Ketua Tim KIA dalam wawancara berikut ini : “SDM yang tersedia disini memang masih kurang dalam sosialisasi program KIA begitu juga dalam pelayanan yang diberikan juga terbatas sekali. Idealnya kan kalau pelayanan setiap orang mendaftar, maka KIA langsung bisa dimanfaatkan dan langsung dikerjakan. Namun pelayanan dalam program KIA sendiri bisa membutuhkan waktu 3 hari, 4 hari atau bahkan seminggu.” ( wawancara 18 Oktober 2011 ) Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sosialisasi program maupun pelayanan program KIA sendiri, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani juga merupakan kendala terbesar bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Tabel 3.2 Daftar Pengguna KIA commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NO
NAMA
ALAMAT
PEMANFAATAN KIA
1.
Ibu Novi
Bibis Kulon, Surakarta
Bidang Pendidikan ( Toko buku Sekawan )
2.
Ibu Helena
Mojosongo, RT 02 RW 22
Bidang Pendidikan ( les bahasa inggris, Elti), Bidang Hiburan ( THR Sriwedari )
3.
Ibu Sri Sumikem
Pantiputra Mangkunegaran
Bidang Pendidikan (toko buku sekawan )
4.
Bp. Agus Maryono
Jayawijaya Mojosongo
Bidang Pendidikan ( toko buku togamas), Bidang Hiburan ( THR Sriwedari ), Bidang Kesehatan ( Optik pranoto )
5.
Ibu Arum
Kratonan, Surakarta
Bidang Pendidikan ( toko buku gramedia)
6.
Ibu Agam
Jayawijaya, Mojosongo
Bidang Olahraga ( Renang di Tirtomoyo )
7.
Bp. Budi P
Kadipiro
Bidang Olahraga ( Renang di Tirtomoyo ), Bidang Kesehatan ( Optik Kunanti )
Ibu Ovi
Dawung, Serengan
Bidang Olahraga ( Renang di Tirtomoyo )
Sumber : Hasil Wawancara
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Stake Holder Pendukung Kartu Insentif Anak Stake Holder adalah kelompok atau individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi. Clarkson membagi stakeholder menjadi dua: stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah pihak di mana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat bertahan. Contohnya adalah pemegang saham, investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem stakeholder primer – yang commit to user merupakan rangkaian kompleks hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang berbeda. Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contohnya adalah media dan berbagai kelompok kepentingan tertentu. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan. Clarkson (dalam artikel tahun 1994) juga telah memberikan definisi yang bahkan lebih sempit lagi di mana stakeholder didefinisikan sebagai suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis risiko baik karena mereka telah melakukan investasi (material ataupun manusia) di perusahaan tersebut (‘stakeholder sukarela’), ataupun karena mereka menghadapi risiko akibat kegiatan perusahaan tersebut (‘stakeholder non-sukarela’). Karena itu, stakeholder adalah pihak yang akan dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan. Dalam kaitannya dengan Kartu Insentif Anak ( KIA ), stake holder mempunyai peran untuk membantu suksesnya program dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Disini ada 32 stake holder yang berperan untuk mensukseskan program KIA, tetapi hanya ada 8 stake holder saja yang dibahas dalam penelitian ini. Antara lain, Toko Buku Gramedia, Toko Buku Togamas, Elti Gramedia, Toko Buku Sekawan, optik Kuananti, Optik Pranoto, THR Sriwedari, Kolam Renang Tirtomoyo. Kedelapan stake holder tersebut memberikan potongan harga yang berbeda-beda. 8 stake holder tersebut memberikan tanggapannya mengenai perannya dalam membantu program KIA. Seperti stake holder yang bergerak di bidang pendidikan ini. Pusat buku Sekawan memang menjadi salah satu pilihan pemanfaatan KIA di bidang pendidikan. Pihak toko commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merasa sangat senang ketika menjadi bagian dari KIA. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Eko selaku Manager Pusat Buku Sekawan, “Tanggapan kami yang pertama itu, kami membantu program dari pemerintah, yang kedua bisa digunakan sebagai media promosi sehingga bisa menambah jumlah customer kami.”(wawancara 17 Oktober 2011) Selain Pusat Buku Sekawan, Toko Buku Togamas yang diwakili oleh Bapak Arief selaku Store Manager mencoba memberikan pendapatnya mengenai tanggapannya dalam keiuktsertaannya di program KIA, berikut wawancaranya, “Sebenarnya kita terima dengan positif program KIA ini, karena sangat berguna untuk anak, selain itu tidak bisa dipungkiri kalau KIA kita jadikan branding juga.”( wawancara 18 Oktober 2011 ) Sedangkan menurut pendapat dari Customer Service Toko Buku Gramedia Ibu Martini, “ini sesuai dengan misi kita mencerdaskan anak di bidang pendidikan, maka dari itu kita mendukung program KIA.”( wawancara 19 Oktober 2011 ) Selain toko buku yang menjadi stake holder KIA di bidang Pendidikan, ada juga bimbingan belajar yang membantu program KIA, yaitu bimbingan bahasa inggris Elti Gramedia. Bapak Gigih Satriyo mengutarakan pendapatnya dalam wawancara berikut ini, “kami sebetulnya melihat dari 2 sisi, dimana dari sisi sosial pendidikan dan sisi bisnisnya. Untuk sisi sosial mendukung sekali program KIA, anak-anak bisa mendapatkan dengan mudah pendidikan bahasa inggris non formal. Kalau dari sisi bisnis, sebagai advice aja karena ketika kami sudah membantu program ini, kami mengharapkan ada timbal baliknya, tapi sampai sekarang belum ada.”(wawancara 17Oktober 2011 ). Tidak hanya stake holder di bidang pendidikan saja yang membantu program KIA, stake holder di bidang hiburan pun juga turut berperan disini. Tempat hiburan yang dikunjungi adalah THR Sriwedari, pihak THR Sriwedari sangat mendukung KIA, seperti commit to user wawancara dengan Bapak Putu Sukiadi manager THR Sriwedari berikut ini, 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Pihak THR Sriwedeari sendiri mendukung, bisa dijadikan media refresing untuk anak, tetapi entah kenapa jarang sekali yang memanfaatkan KIA ini”( wawancara 21Oktober 2011) Stake holder dari aspek olahraga pun juga memberikan pendapatnya sendiri mengenai keikutsertaannya dalam program KIA. Olahraga memberikan fasilitas untuk berenang di berbagai tempat, salah satunya adalah kolam renang Tirtomoyo Manahan. Menurut Bapak Ratmoko selakui Kasie Kolam Renang Tirtomoyo, “Sebetulnya kami memberikan respon yang positif untuk program KIA, tetapi memang kondisi nya itu kurang bisa dimanfaatkan dengan baik.”( wawancara 19 Oktober 2011) Selain stake holder di bidang pendidikan, hiburan, dan olahraga, bidang kesehatan juga merupakan salah satu stake holder yang bekerja sama dalam program KIA. Ada Optik Pranoto, dan Optik Kunanti. Kedua optik tersebut memberikan pendapat yang berbeda mengenai tanggapannya bekerja sama dalam program KIA. Seperti pendapat dari Mbak Ari selaku Marketing dan Kasir di Optik Pranoto, “Pihak dari Optik Pranoto mendukung program KIA, karena selain sebagai media untuk promosi toko pranoto sendiri, bisa juga untuk media sosial. Dalam artian, membantu kesehatan anak-anak di kota solo.” (wawancara 23 juni 2012). Lain halnya dengan pendapat Bapak sugiyanto selaku pemilik Optik Kunanti, beliau mempunyai pendapat, “Tanggapan dari kami Optik Kunanti, mendukung KIA, karena bisa meringankan beban orang tua dengan diskon yang disediakan. Anak-anak di kota solo juga bisa terangkat martabatnya..”( wawancara 23 Juni 2012). Keseluruhan stake holder tersebut mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai tanggapannya bekerja sama dengan pemerintah dalam program KIA, tetapi intinya stake holder tersebut sangat berperan dan bisa diajak bekerja sama demi mensukseskan program Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta. commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MATRIK 3.7 HASIL WAWANCARA DENGAN INSTANSI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id NO 1.
digilib.uns.ac.id
NAMA Bapak
KETERANGAN Said Salah satu hambatan sosialisasi KIA memang dananya yang
Romadlon
terbatas. Dana yang disediakan untuk sosialisasi memang bukan merupakan monopoli dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sendiri. Jadi dana-dana tersebut memang harus dianggarkan di Bappermas, Bappeda, dan Dispora juga karena mereka juga berperan dalam sosialisasi KIA, selain itu SDM yang tersedia disini memang masih kurang dalam sosialisasi program KIA begitu juga dalam pelayanan yang diberikan juga terbatas sekali. Idealnya kan kalau pelayanan setiap orang mendaftar, maka KIA langsung bisa dimanfaatkan dan langsung dikerjakan. Namun pelayanan dalam program KIA sendiri bisa membutuhkan waktu 3-4 hari bahkan seminggu.
2.
Ibu Tungga Dewi
Salah satu hambatannya ya orang-orangnya itu-itu saja. Yang ngurusi KIA ya palinag anggota Tim KIA saja yang Cuma 6 orang. Apalagi sekarang ada tugas sosialisasi baru lagi seperti e-KTP ( elektronik KTP ) yang memang sedang gencar-gencarnya dan juga ada tugas-tugas dinas lainnya yang mesti dikerjakan.
C. Analisis Teori Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak Di Kota Surakarta Secara definitif Weber merumuskan Sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami ( interpretative understanding ) tindakan social serta hubungan social untuk sampai kepadacommit penjelasan kausal. Dalam definisi ini terkandung to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan social dan yang kedua adalah konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep terakhir ini menyangkut metode untuk menerangkan yang pertama. Tindakan social adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang. Disini peran orang tua dapat dikatakan sebagai tindakan social, dimana tindakan orang tua yang berupa pemenuhan hak sipil anak mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya yaitu untuk ikut terlibat dalam program pemerintah ini dan ambil bagian serta menjalankan perannya sebagai agent of change dalam upaya pemenuhan hak sipil anak. Dan tindakan orang tua tersebut diarahkan kepada orang lain yang dalam hal ini adalah anak-anak. Atas dasar rasionalitas tindakan social tersebut, Weber membedakannya kedalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan social tersebut maka semakin mudah untuk dipahami. Dan keemat tipe itu antara lain adalah zwerkrational, werkrational action, affectual action, dan traditional action. Dalam memahami tindakan yang dilakukan orang tua dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini dapatlah dikatakan bahwa orang tua yang berperan atas dasar kesadaran pribadi ( sukarela ) sebagai tindakan zwerkrational yaitu tindakan social murni. Dalam tindakan ini orang tua sebagai actor tidak hanya sekedar menilai cara terbaik untuk mencapai tujuannya. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut, ia dapat juga menjadi cara dan tujuan lain berikutnya. Tujuan orang tua untuk berperan dalam pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini bukanlah menjadi sesuatu yang absolut. Tujuan tersebut ( pemenuhan hak sipil anak ) dapat juga menjadi cara dari tujuan yang lainnya yaitu untuk membantu suksesnya program pemerintah ini. Sedangkan pada orang tua yang ikut berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA tetapi bukan karena kesadaran pribadi ( tidak sukarela ) atau karena commit to userdikatakan sebagai tindakan afektual ( terpaksa atau ada yang mempengaruhinya dapatlah 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
affectual action ). Dimana dalam tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan tersebut tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideology atau kriteria rasionalitas lainnya. Tindakan yang dilakukan oleh orang tua tersebut lebih didorong oleh perasaan emosional misalnya merasa sungkan ketika harus berkumpul dengan teman-temannya yang sudah memiliki KIA untuk anaknya. Konsep kedua dari Weber adalah konsep tentang antar hubungan sosial ( social relationship ). Didefinisikan sebagai tindakan yang beberapa actor yang berbeda-beda sejauh tindakan itu mengandung makna dan dihubungkan serta diarahkan kepada orang lain. Tidak semua kehidupan kolektif memenuhi syarat sebagai antar hubungan sosial, dimana tidak ada saling penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lainnya maka disitu tidak ada antar hubungan sosial. Meskipun ada sekumpulan orang yang diketemukan bersamaan. Dalam konsep kedua ini, tindakan orang tua yang mengandung makna berupaya untuk melakukan pemenuhan hak sipil anak melalui KIA dan diarahkan kepada orang lain yang dalam hal ini adalah anak-anak dan pemerintah setempat. Disini memenuhi syarat sebagai antar hubungan sosial, karena disini terjadi penyesuaian dari orang yang dituju dari tindakan tersebut. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan dari anak-anak dan pemerintah setempat menanggapi dengan serius apa yang diharapkan dan dikehendaki oleh orang tua. Terdapat tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi sosial yaitu teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Sesuai dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian ini adalah dengan menggunakan teori aksi. commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk kepada karya Mac Iver, Znanicki, dan Parsons adalah sebagai berikut : 1. Tindakan orang tua untuk berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek ( motivasi dalam diri ) yang tidak semua orang tua dapat berperan aktif dalam upaya pemenuhan hak sipil anak, dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek yang dalam hal ini disebabkan karena masalah yang dihadapi anak yaitu tidak ada kesejahteraan dari anak. 2. Sebagai subyek orang tua bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuantujuan tertentu yaitu untuk mencapai pemenuhan hak sipil anak melalui, dengan mengupayakan Kartu Insentif Anak, karena mustahil tercapai pemenuhan hak sipil anak tidak ada media untuk mendukungnya. Jadi tindakan yang dilakukan orang tua bukan tanpa tujuan. 3. Dalam menjalankan perannya dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA, orang tua menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut yang dalam hal ini adalah dengan membantu dan memanfaatkan program pemerintah ini, dalam hal ini adala Kartu Insentif Anak ( KIA ). 4. Kelangsungan tindakan orang tua dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. Misalnya saja dalam melakukan aksi pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini, jangan memanfaatkan KIA untuk kepentingan yang tidak berguna untuk si anak, lakukan pemanfaatan yang benar-benar dibutuhkan oleh anak. 5. Orang tua memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, commit to user sedang, dan telah dilakukannya. Disini dari beberapa evaluasi orang tua maka 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agar berhasil dalam melaksanakan perannya, orang tua berpartisipasi aktif terhadap program pemerintah ini. Hak sipil anak bisa terpenuhi, program dari pemerintah pun juga bisa berjalan dengan sukses. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan. Keputusan orang tua berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA sudah berdasarkan hati nurani dan prinsip dari orang tua untuk membuat anak itu bisa berkembang setelah hak sipilnya bisa terpenuhi. 7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakian teknik penemuan yang bersifat sunyektif seperti metode verstehen, imajinasi, symphatetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri ( vicarious experience ). Sedangkan Parsons yang merupakan salah satu pengikut Weber yang cukup setia dan utama, juga turut berperan dalam mengembangkan teori aksi. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Adanya individu sebagai actor, yang dalam hal ini adalah orang tua sebagai pelaku. 2. Orang tua dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu yang dalam hal ini adalah dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA. 3. Orang tua mempunyai alternative, cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuannya. Orang tua dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA menggunakan cara memanfaatkan KIA, dan ikut berpartisipasi aktif dalam program pemerintah, dalam hal ini adalah Kartu Insentif Anak. 4. Orang tua berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat commit to usertujuannya tersebut. Kendala tersebut membatasi tindakannya dalam mencapai 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berupa situasi dan kondisi ketika memanfaatkan KIA tersebut di fasilitasfasilitas umum yang sudah disediakan, dan tidak bisa dikendalikan oleh individu atau orang tua. 5. Orang tua berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menetukan tujuan serta tindakan alternatinf untuk mencapai tujuan. Apabila dilihat melalui konsep voluntarisme Parsons dapat dijelaskan sebagai orang tua mengejar tujuan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternative cara dan alat untuk mencapai tujuan, disini adalah norma yang mengatur bagaimana cara mengungkapkan pendapat dan tujuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat tetapi ditentukan oleh kemampuan orang tua dalam memilih cara dan alat yang dipergunakannya dalam mencapai tujuannya tersebut Orang tua menurut konsep voluntarimse ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative tindakan, walaupun orang tua, tidak memiliki kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternative tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan actor ( orang tua ). Tetapi disebelah itu actor / orang tua adalah manusia yang aktif, kreatif, dan evaluatif.
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak, ditemukan 2 peran atau tindakan yang dilakukan orang tua. Bentuk tindakan orangtua dalam pemenuhan KIA, ada tindakan kesadaran pribadi ( sukarela ) sebagai tindakan zwerkrational yaitu tindakan social murni. Dalam tindakan ini orang tua sebagai actor tidak hanya sekedar menilai cara terbaik untuk mencapai tujuannya. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut, ia dapat juga menjadi cara dan tujuan lain berikutnya. Tujuan orang tua untuk berperan dalam pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini bukanlah menjadi sesuatu yang absolut. Tujuan tersebut ( pemenuhan hak sipil anak ) dapat juga menjadi cara dari tujuan yang lainnya yaitu untuk membantu suksesnya program pemerintah ini, dan orang tua itu mempunyai kesadaran sendiri untuk membuat dan memanfaatkan Kartu Insentif Anak tersebut. Sedangkan pada orang tua yang ikut berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA tetapi bukan karenacommit kesadaran pribadi ( tidak sukarela ) atau karena to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terpaksa atau ada yang mempengaruhinya dapatlah dikatakan sebagai tindakan afektual ( affectual action ). Dimana dalam tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan tersebut tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideology atau kriteria rasionalitas lainnya. Tindakan yang dilakukan oleh orang tua tersebut lebih didorong oleh perasaan emosional misalnya merasa sungkan ketika harus berkumpul dengan teman-temannya yang sudah memiliki KIA untuk anaknya. Dalam hal pemenuhan hak anak ini, otrang tua lebih banyak mengakses aspek pendidikannya melalui KIA. Orangtua menganggap pendidikan itu sangat penting bagi perkembangan otak anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah, sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab dari sekolah. Itulah mengapa orang tua banyak yang memanfaatkan Kartu Insentif Anak di aspek pendidikan. B. REKOMENDASI 1. Bagi Orang Tua Dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak, diharapkan orang tua bisa lebih intens lagi memanfaatkan KIA tersebut. Menambah frekuensi pemanfaatan KIA, karena fasilitas yang disediakan semuanya berguna bagi perkembangan anak. Tidak hanya berhenti pada fasilitas pendidikan saja, fasilitas yang lain juga dibutuhkan oleh anak, tetapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan anak. Bagi orang tua yang belum memanfaatkan KIA secara maksimal, harus segera mencoba memanfaatkan fasilitas ini. Anak sangat membutuhkan hak sipilnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, hiburan, dan olahraga. Jangan pernah membiarkan hak sipil anak tidak bisa terpenuhi, karena itu sama saja commit to user dengan menghambat proses pertumbuhan, perkambangan, dan kesejahteraan anak. 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Bagi Pemerintah Pemerintah seharusnya lebih memberikan kejelasan mengenai tata cara penggunaan Kartu Insentif Anak dan mengenai potongan harga yang sudah disediakan oleh fasilitas fasilitas pendukung KIA tersebut, supaya para warga di kota surakarta yang memanfaatkan KIA bisa menikmati secara maksimal. Tidak ada salah paham ataupun kekecewaan dari orang tua dalam pemnafaatan Kartu Insentif Anak ini. Selain itu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta alangkah lebih baiknya untuk menambah jumlah personil tim KIA, mungkin bisa diambilkan Sumber Daya Manusia dari bagian lain yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. 3. Bagi Stake Holder KIA Stake Holder harus bisa mendukung program pemerintah ini dengan baik, misalnya saja dengan membantu mensosialisasikan program KIA, jadi semua anak di kota solo bisa memanfaatkan dengan baik, selain itu selalu memonitoring terus program KIA.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, Drs. H. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Bagus Haryono Msi, Drs. 2003. Sosiologi Keluarga. Jurusan Sosiologi FISIP UNS. D,Hendropuspito.1984.Sosiologi Sistematik,Yogyakarta: Kanisius. Faturochman, dkk. 2002. Lingkungan Keluarga dan Anak. Yogyakarta : Pusat Studi commit toIndonesia. user Kependudukan dan Kebijakan UGM dengan PLAN 110