OPTIMALISASI PENDAPATAN USAHATANI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Sofya A. Rasyid1 dan Abubakar M. Lahjie2 1
Faperta Universitas Muhammadiyah, Palu. 2Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan, Fahutan Unmul, Samarinda
ABSTRACT. Income Optimization of Community Forest Farm in Parigi Moutong District of Central Sulawesi Province. The research purposes were to determine the optimum benefit on the commodity forests, how extensive (field capacity), the rest of the optimum production inputs (capacity) on optimum revenue, the earnings per hectare sensitivity value and input production in commodity forest. The research was conducted in Suli, Balinggi, Parigi Moutong, Central Sulawesi from March to June 2011 on the community forest. The results showed that the net income optimum of community forest was Rp1,299,555,000,- or per month amounted to Rp5,000,000,- in 20 years cycle and 7 ha. The earning optimum of community forest was reached by combination of farming system of nyatoh 2.5 ha, nyatoh and cacao in agroforestry system 1.5 ha, palapi 0.5 ha, agroforestry palapi and cacao 1.5 ha and cacao 1 ha. The optimum earning reached at the time when all existing production facilities were used completely. The optimum income would not change if nyatoh farming income was Rp286,900,000,- increased to Rp326,899,996,- or decreased to Rp.246,072,500,-. The nyatoh and cacao agroforestry system income was Rp326,900,000,- increased to Rp392,224,003,- or decreased to Rp286,900,004,-. The palapi monoculture farming income was Rp 227,700,000,increased to Rp286,900,000,-. The palapi and cacao agroforestry system income was Rp251,700,000,increased to Rp326,900,000,-. The cocao monoculture system income was Rp111,360,000,increased to Rp1,222,473,335,-. The changes of increase or decrease in revenue were influenced by the price of timber in the market and the potential outcome of stands per hectare during the cycle. The sensitivity value indicated that the increase in 1 unit of production facilities for seeds, cacao seeds, making holes, planters, manure, insecticides, maintenance 3x a year, NPK, Urea, KCL, TSP, cacao harvesting and harvesting did not change the optimum value of income due to the addition of 1 unit production of any means of production would only be a residual value stock. It is suggested that the farmers should use the existing production facilities of stock remaining value as optimum as possible according to the land capacity and better use agroforestry to manage their land than monoculture system and pay attention to the standing crops selection and plant combination, so it can increase the revenue. Kata kunci: pendapatan optimum, agroforestri, kakao, palapi, nyatoh
Hutan rakyat mempunyai peran positif baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Secara ekonomi hutan rakyat dapat meningkatkan pendapatan, penyediaan lapangan kerja dan memacu pembangunan daerah, sedangkan dari aspek ekologi, hutan rakyat mampu berperan positip dalam mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, 173
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011
174
memperbaiki kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan tata air. Lahan kritis di Sulawesi Tengah seluruhnya seluas 625.302,80 ha. Dari luas tersebut ±220.333,33 ha terletak di dalam kawasan hutan dan ±404.969,47 ha berada di luar kawasan hutan. Di Kabupaten Parigi Moutong, lahan kritis seluruhnya seluas 99.997,31 ha, dengan rincian seluas 24.292.,97 ha terletak di dalam kawasan hutan dan seluas 75.704,34 ha terletak di luar kawasan hutan. Berdasarkan data tersebut lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan atau kawasan budidaya Areal Penggunaan Lain (APL) mencapai 33,36% dari seluruh kawasan budidaya APL seluas 226.949 ha (Anonim, 2009). Salah satu pola rehabilitasi lahan adalah dengan membangun hutan rakyat. Melalui pembangunan hutan rakyat akan terjadi peningkatan produktivitas lahan serta menunjang konservasi tanah dan air (Andayani, 1995). Pada lahan yang sempit tersebut petani harus mendapatkan bahan-bahan untuk pemenuhan kebutuhan seharihari. Kendala lain yang dihadapi petani ialah rendahnya tingkat pendidikan petani terutama dalam penguasaan teknologi budidaya hutan. Pengetahuan yang dimiliki petani hutan rakyat adalah hasil budaya turun temurun, akibatnya pengelolaan lahan dilakukan secara sederhana, baik dari segi pengaturan pola tanam maupun teknologi konservasi (Sudiana, 2006). Pengembangan hutan rakyat pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kekurangan kayu yang tidak dapat dipenuhi dari hutan alam sebagai akibat lebih besarnya permintaan dibandingkan dengan penawaran kayu. Selain itu juga untuk penghijauan, membantu masyarakat desa memenuhi kebutuhan kayu bangunan, kayu bakar, kebutuhan bahan baku industri, peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan (Anonim, 1990). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pendapatan optimum (Z) usahatani hutan rakyat, mengetahui berapa luas (kapasitas lahan) pada saat pendapatan optimum, mengetahui berapa nilai sisa penggunaan sarana produksi pada saat pendapatan optimum, mengetahui nilai sensitivitas pendapatan per hektar usahatani hutan rakyat dan mengetahui nilai sensitivitas sarana produksi usahatani hutan rakyat. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menjadi informasi bagi petani hutan rakyat untuk mengetahui performa usahatani hutan rakyat sekarang, apakah kondisi sekarang sudah mencapai kondisi produksi yang optimal atau belum berproduksi optimal, sehingga petani dapat menentukan alternatif kombinasi usahatani yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Suli Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yakni bulan Maret sampai dengan Juni 2011 yang meliputi persiapan penelitian, pengambilan data primer dan sekunder. Objek utama yang ditelaah dalam penelitian ini adalah petani pemilik hutan hutan rakyat di Desa Suli yang mengusahakan tanaman agroforestri nyatoh, palapi dan kakao, dengan meliputi input sarana produksi dan optimalisasi pendapatan yang
175
Rasyid dan Lahjie (2011). Optimalisasi Pendapatan Usahatani
diterima dari usahatani hutan rakyat tersebut. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, kuesioner dan format isian, global positioning system (GPS), kamera foto dan video untuk merekam kegiatan dan objek observasi, terutama objek-objek penting yang diseleksi dan ditampilkan dalam hasil penelitian ini serta software LINDO (linear interactive and discrete optimizer) adalah suatu bahasa program yang digunakan dalam suatu persamaan linear dengan n variabel. Jenis data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer yang dihasilkan dari penelitian dan wawancara langsung dengan objek penelitian meliputi, pelaksanaan pengelolaan lahan, input sarana produksi meliputi bibit, pupuk, tenaga kerja dan besarnya produksi masing-masing jenis tanaman. Data sekunder yaitu data atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan atau dokumentasi berupa data statistik maupun hasil penelitian yang diperoleh dari dinas/instansi atau lembaga yang terkait dalam keperluan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Input Sarana Produksi Berdasarkan Persediaan dan Jangka Waktu 1. Tahapan kegiatan penggunaan sarana produksi nyatoh, palapi, kakao, berdasarkan persediaan dan jangka waktu dengan pola tanam monokultur Tahapan dalam kegiatan penggunaan sarana produksi dalam pengusahaan nyatoh, palapi dan kakao berdasarkan persediaan dan jangka waktu selama daur 20 tahun adalah sebagai berikut: Nyatoh (Palaquium sp.) Sarana produksi yang digunakan dalam pengusahaan hutan rakyat jenis nyatoh selama daur 20 tahun dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sarana Produksi dan Jangka Waktu Pengolahan Nyatoh Sarana produksi Bibit Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun NPK Penebangan Pemanenan
Jangka waktu (tahun) 1 1 1 1 s/d 4 1 s/d 8 1 s/d 5 1 s/d 3 10 dan 15 20
Persediaan (ha) 400 4 6 3000 8 500 300 5 15
Unit Batang HOK HOK Kg Liter HOK Kg HOK HOK
Palapi (Heritiera sp.) Sarana produksi yang digunakan dalam pengusahaan hutan rakyat jenis palapi selama daur 20 tahun dapat dilihat pada Tabel 2.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011
176
Tabel 2. Sarana Produksi dan Jangka Waktu Pengolahan Palapi Sarana produksi Bibit Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun NPK Penebangan Pemanenan
Jangka waktu (tahun) 1 1 1 1 s.d 4 1 s.d 8 1 s.d 5 1 s.d 3 10 dan 15 20
Persediaan (ha) 400 4 6 3000 8 500 300 5 15
Unit Batang HOK HOK Kg Liter HOK Kg HOK HOK
Kakao (Theobroma cacao L.) Sarana produksi yang digunakan dalam pengusahaan hutan rakyat jenis kakao selama daur 15 tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sarana Produksi dan Jangka Waktu Pengolahan Kakao Sarana produksi Bibit Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun Urea KCL TSP Pemanenan
Jangka waktu (tahun) 1 1 1 1 s.d 4 1 s.d 10 1 s.d 10 1 s.d 10 1 s.d 10 1 s.d 10 4 s.d 15
Persediaan (ha) 1000 4 6 5000 10 750 500 300 300 1200
Unit Batang HOK HOK Kg Liter HOK Kg Kg Kg HOK
2. Tahapan kegiatan penggunaan input produksi nyatoh, palapi, kakao berdasarkan persediaan dan jangka waktu dengan pola agroforestri Tahapan dalam kegiatan penggunaan input sarana produksi agroforestri nyatoh, palapi dan kakao berdasarkan persediaan dan jangka waktu selama daur 20 tahun adalah sebagai berikut: Agroforestri Nyatoh dan Kakao Sarana produksi yang di gunakan dalam pengusahaan hutan rakyat jenis agroforestri nyatoh dan kakao selama daur 20 tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi dan Jangka Waktu Pengolahan Agroforestri Nyatoh dan Kakao Sarana produksi Bibit nyatoh Bibit kakao Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun NPK
Jangka waktu (tahun) 1 1 1 1 1 s/d 4 1 s/d 10 1 s/d 10 1 s/d 10
Persediaan (ha) 300 500 8 12 5000 10 700 500
Unit Batang Batang HOK HOK Kg Liter HOK Kg
177
Rasyid dan Lahjie (2011). Optimalisasi Pendapatan Usahatani Tabel 4 (lanjutan) Urea KCL TSP Penebangan Pemanenan kakao Pemanenan nyatoh
1 s/d 10 1 s/d 10 1 s/d 10 10 dan 15 4 s/d 15 20
400 200 300 8 1000 75
Kg Kg Kg HOK HOK HOK
Agroforestri Palapi dan Kakao Sarana produksi yang digunakan dalam pengusahaan hutan rakyat jenis agroforestri palapi dan kakao selama daur 20 tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sarana Produksi dan Jangka Waktu Pengolahan Agroforestri Palapi dan Kakao Sarana produksi Bibit palapi Bibit kakao Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun NPK Urea KCL TSP Penebangan Pemanenan kakao Pemanenan
Jangka waktu (tahun) 1 1 1 1 1 s/d 4 1 s/d 10 1 s/d 10 1 s/d 3 1 s/d 10 1 s/d 10 1 s/d 10 10 dan 15 4 s/d 15 20
Persediaan (ha) 300 500 8 12 5000 10 700 500 400 200 300 8 1000 75
Unit Batang Batang HOK HOK Kg Liter HOK Kg Kg Kg Kg HOK HOK HOK
B. Analisis Program Linear (LP) Perumusan model Perumusan model program linear untuk perencanaan yang ditampilkan memiliki variabel-variabel keputusan dan kendala-kendala, dalam hal ini sumberdaya yang tersedia untuk menghasilkan seluruh jenis produksi pada masingmasing industri dengan satu fungsi tujuan yaitu memaksimumkan pendapatan. Pendapatan dan biaya usahatani hutan rakyat Pendapatan usahatani hutan rakyat diperoleh dari penjualan kayu hasil tebangan dan penebangan hasil hutan rakyat serta hasil panen kakao. Besarnya pendapatan usahatani hutan rakyat dapat dihitung berdasarkan kepada banyaknya rata-rata panen dari bentuk produk pohon berdiri per satuan luas dikalikan dengan nilai uang yang berlaku sekarang. Jenis pendapatan usahatani hutan rakyat ditampilkan pada Tabel 6. Pada tabel tersebut diketahui bahwa pendapatan total untuk 5 jenis usahatani rakyat adalah sebesar Rp1.203.560.000,-/ha selama daur 20 tahun, untuk usahatani agroforestri nyatoh dan kakao pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani rakyat monokultur. Hal ini membuktikan bahwa usahatani dengan sistem agroforestri mempunyai prospek yang baik dalam
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011
178
pengembangan usahatani hutan rakyat, namun lebih besar dalam menggunakan biaya. Tabel 6. Pendapatan Usahatani Hutan Rakyat Per Hektar (Daur 20 Tahun) Jenis Unit Nyatoh Penebangan I 3 m3 Penebangan II 4 m3 Pemanenan 236 m3 Pendapatan A Agroforestri Nyatoh dan Kakao Penebangan I 3 m3 Penebangan II 4 m3 Pemanenan 203 m3 Pemanenan kakao 3.980 kg Pendapatan B Palapi Penebangan I 4 m3 Penebangan II 5 m3 Pemanenan 185 m3 Pendapatan C Agroforestri Palapi dan Kakao Penebangan I 3 m3 Penebangan II 4 m3 Pemanenan 145 m3 Pemanenan kakao 3.700 kg Pendapatan D Kakao Pemanenan kakao 5.568 kg Pendapatan A+B+C+D+E
Pendapatan (Rp/ha)
Nilai (Rp)
300.000 700.000 1.200.000
900.000 2.800.000 283.200.000 286.900.000
300.000 700.000 1.200.000 20.000
900.000 2.800.000 243.600.000 79.600.000 326.900.000
300.000 700.000 1.200.000
1.200.000 3.500.000 222.000.000 226.700.000
300.000 700.000 1.200.000 20.000
900.000 2.800.000 174.000.000 74.000.000 251.700.000
20.000
111.360.000 1.203.560.000
Total pendapatan dengan kombinasi usahatani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pendapatan dan Kombinasi Jenis Usahatani Hutan Rakyat Selama Daur 20 Tahun Jenis usahatani Nyatoh Agroforestri nyatoh dan kakao Palapi Agroforetri palapi dan kakao Kakao Jumlah
Luas (ha) 2,5 1,5 0,5 1,5 1 7
Pendapatan (Rp/ha) 286.900.000 326.900.000 226.700.000 251.700.000 111.360.000 1.205.800.000
Pendapatan total (Rp) 717.250.000 490.350.000 113.350.000 377.550.000 111.360.000 1.809.860.000
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pendapatan optimum usahatani hutan rakyat sebesar Rp1.809.860.000,- dengan menghasilkan 5 jenis usahatani selama daur 20 tahun adalah 7 ha. Biaya adalah input yang digunakan untuk menghasilkan output. Penggunaan biaya-biaya dalam usahatani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 8.
179
Rasyid dan Lahjie (2011). Optimalisasi Pendapatan Usahatani Tabel 8. Biaya Usahatani Hutan Rakyat Per Hektar (Daur 20 Tahun) Jenis Nyatoh Bibit (batang) Pembuatan lubang(HOK) Penanaman (HOK) Pupuk kandang(kg) Insektisida (liter) Pemeliharaan 3x setahun (HOK) NPK(kg) Penebangan (HOK) Pemanenan (HOK) Biaya A Agroforestri Nyatoh dan Kakao Bibit (batang) Pembuatan lubang(HOK) Penanaman (HOK) Pupuk kandang(kg) Insektisida (liter) Pemeliharaan 3x setahun (HOK) NPK(kg) Urea (kg) KCL (kg) TSP (kg) Penebangan (HOK) Pemanenan kakao (HOK) Pemanenan (HOK) Biaya B Palapi Bibit (batang) Pembuatan lubang(HOK) Penanaman (HOK) Pupuk kandang(kg) Insektisida (liter) Pemeliharaan 3x setahun (HOK) NPK(kg) Penebangan (HOK) Pemanenan (HOK Biaya C Agroforestri Palapi dan Kakao Bibit (batang) Pembuatan lubang(HOK) Penanaman (HOK) Pupuk kandang(kg) Insektisida (liter) Pemeliharaan 3x setahun (HOK) NPK(kg) Urea (kg) KCL (kg) TSP (kg) Penebangan (HOK) Pemanenan kakao (HOK) Pemanenan (HOK) Biaya D
Unit
Harga (Rp)
NiIai (Rp)
400 4 6 3000 8 500 300 5 15
3.000 40.000 40.000 2.000 110.000 40.000 7.000 50.000 75.000
1.200.000 160.000 240.000 6.000.000 880.000 20.000.000 2.100.000 250.000 1.125.000 31.955.000
800 8 12 5000 10 700 500 400 200 300 8 1000 75
2.500 40.000 40.000 2.000 110.000 40.000 7.000 1.500 7.600 2.000 50.000 50.000 50.000
2.000.000 320.000 480.000 10.000.000 1.100.000 28.000.000 3.500.000 600.000 1.520.000 600.000 400.000 50.000.000 3.750.000 102.270.000
400 4 6 3000 8 500 300 5 15
3.000 40.000 40.000 2.000 110.000 40.000 7.000 50.000 75.000
1.200.000 160.000 240.000 6.000.000 880.000 20.000.000 2.100.000 250.000 1.125.000 31.955.000
800 8 12 5000 10 700 500 400 200 300 8 1000 75
2.500 40.000 40.000 2.000 110.000 40.000 7.000 1.500 7.600 2.000 50.000 50.000 50.000
2.000.000 320.000 480.000 10.000.000 1.100.000 28.000.000 3.500.000 600.000 1.520.000 600.000 400.000 50.000.000 3.750.000 102.270.000
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011
180
Tabel 8 (lanjutan) Jenis Kakao Bibit kakao (batang) Pembuatan lubang(HOK) Penanaman (HOK) Pupuk kandang(kg) Insektisida (liter) Pemeliharaan 3x setahun (HOK) Urea (kg) KCL (kg) TSP (kg) Pemanenan kakao (HOK) Biaya E Biaya A+B+C+D+E
Unit
Harga (Rp)
1000 4 6 5000 10 750 500 300 300 1200
NiIai (Rp)
2.500 40.000 40.000 2.000 110.000 40.000 1500 7.600 2.000 50.000
2.500.000 160.000 240.000 10.000.000 1.100.000 30.000.000 750.000 2.280.000 600.000 60.000.000 107.630.000 376.080.000
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa total biaya 5 jenis usahatani hutan rakyat adalah sebesar Rp376.080.000,-/ha selama daur 20 tahun. Pada usahatani kakao biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari usahatani hutan rakyat sistem agroforestri nyatoh dan kakao, hal ini dikarenakan banyaknya penggunaan sarana produksi selama proses produksi. Total biaya produksi usahatani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Produksi Usahatani Hutan Rakyat Setelah Pendapatan Optimum Selama Daur 20 Tahun Jenis usahatani Nyatoh Agroforestri nyatoh dan kakao Palapi Agroforetri palapi dan kakao Kakao Jumlah
Luas (ha) 2,5 1,5 0,5 1,5 1 7
Biaya (Rp/ha) 31.955.000 102.270.000 31.955.000 102.270.000 107.630.000 376.080.000
Biaya total (Rp) 79.887.500 153.405.000 15.977.500 153.405.000 107.630.000 510.305.000
Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa biaya optimum usahatani hutan rakyat sebesar Rp.510.305.000,- dengan menghasilkan 5 jenis usahatani selama daur 20 tahun adalah 7 ha. Pendapatan bersih merupakan pengurangan dari total pendapatan dan total biaya. Pendapatan bersih usahatani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Pendapatan Usahatani Hutan Rakyat Setelah Optimum Selama Daur 20 Tahun Jenis usahatani
Luas (ha) Nyatoh 2,5 Agroforestri nyatoh dan kakao 1,5 Palapi 0,5 Agroforetri palapi dan kakao 1,5 Kakao 1 Jumlah 7
Pendapatan total (Rp) 717.250.000 490.350.000 113.350.000 377.550.000 111.360.000 1.809.860.000
Biaya total (Rp) 79.887.500 153.405.000 15.977.500 153.405.000 107.630.000 510.305.000
Pendapatan bersih (Rp) 637.362.500 336.945.000 97.372.500 224.145.000 3.730.000 1.299.555.000
181
Rasyid dan Lahjie (2011). Optimalisasi Pendapatan Usahatani
Tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan bersih dari 5 jenis usahatani rakyat adalah sebesar Rp1.299.555.000,-. Artinya jika kepala keluarga memiliki lahan seluas 7 ha, maka pendapatan per bulan adalah Rp5.000.000,-. Hal ini membuktikan bahwa usahatani dengan sistem kombinasi mempunyai prospek yang baik dalam pengembangan usahatani hutan rakyat. Nilai sisa sarana produksi saat pendapatan optimum Sarana yang digunakan petani dalam penelitian ini berbentuk bahan baku fisik. Pada saat usahatani mencapai pendapatan optimum, sarana produksi yang digunakan belum semua terpakai jadi masih terdapat nilai sisa, namun jika sarana produksi tersebut habis terpakai, maka terdapat nilai penambahan pendapatan optimum setiap 1 unit (Tabel 11). Tabel 11. Rekapitulasi Sarana Produksi Usahatani Hutan Rakyat Selama Daur 20 tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sarana produksi Luas lahan Bibit Bibit kakao Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun NPK Urea KCL TSP Penebangan Pemanenan kakao Pemanenan
Sisa persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kenaikan pendapatan (Rp) 220.233.328 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13.333.333 0 0
Pada Tabel 11 terlihat, bahwa pada saat petani mencapai pendapatan yang optimum semua bahan baku habis, tetapi untuk luas lahan jika ditambahkan 1 ha maka pendapatan optimum naik menjadi Rp220.233.328,- dan untuk penebangan jika ditambahkan 1 HOK maka pendapatan optimum naik menjadi Rp13.333.333,Analisis sensitivitas nilai fungsi tujuan Analisis sensitivitas menjelaskan sampai sejauh mana parameter-parameter program linier, yaitu koefisien fungsi tujuan boleh berubah tanpa harus mempengaruhi jawaban optimal atau penyelesaian optimal. Dinamakan demikian karena analisis ini dikembangkan dari penyelesaian optimal, dalam penelitian ini fungsi tujuan yaitu pendapatan usahatani hutan rakyat dan jawaban optimalnya adalah pendapatan optimum. Dari nilai sensitivitas ini petani dapat mengetahui sampai di mana pendapatan dapat diturunkan atau dinaikkan seperti terlihat pada Tabel 12.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011
182
Tabel 12. Analisis Sensitivitas Fungsi Tujuan Usahatani Hutan Rakyat Selama Daur 20 Tahun No 1 2 3 4 5
Jenis usahatani Nyatoh Agroforestri nyatoh dan kakao Palapi Agroforestri palapi dan kakao Kakao
Pendapatan (Rp/ha) 286.900.000 326.900.000 226.700.000 251.700.000 111.360.000
Batas kenaikan pendapatan (Rp) 39.999.996 65.324.003 60.200.000 75.200.000 108.873.335
Batas penurunan pendapatan (Rp) 40.827.500 39.999.996 0 0 0
Pada Tabel 12 terlihat, bahwa pendapatan optimal tidak akan berubah jika nyatoh dengan pendapatan Rp286.900.000,- dinaikkan menjadi Rp326.899.996,atau diturunkan menjadi Rp246.072.500,-. Agroforestri nyatoh dan kakao dengan pendapatan Rp326.900.000,- dinaikkan menjadi Rp392.224.003,- atau diturunkan menjadi Rp286.900.004,-. Palapi dengan pendapatan Rp226.700.000,- dinaikkan menjadi Rp286.900.000,-. Agroforestri palapi dan kakao dengan pendapatan Rp251.700.000,- dinaikkan menjadi Rp326.900.000,-. Kakao dengan pendapatan Rp111.360.000,- dinaikkan menjadi Rp1.222.473.335,-. Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas nilai fungsi tujuan adalah: a. Harga kayu di pasaran. Jika harga kayu per m3 tiap jenis pohon diasumsikan naik atau turun maka akan mempengaruhi pendapatan per hektar naik ataupun turun. Perubahan harga kayu tiap jenis pohon di pasaran juga mempengaruhi pendapatan per hektar. b. Potensi tegakan per hektar selama daur. Jika potensi tegakan per hektar (m3) yang didapat pada saat tebang antara (penebangan pertama dan kedua) serta pemanenan di akhir daur meningkat, maka akan meningkat pula pendapatan per hektar, begitu pula jika potensi tegakan menurun maka menurun pula pendapatan per hektar selama daur. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan (persediaan) Analisis sensitivitas menjelaskan sampai sejauh mana parameter-parameter program linier, yaitu nilai ruas kanan (persediaan) tanpa harus mempengaruhi nilai keuntungan setiap penambahan 1 unit sarana produksi atau dinamakan demikian karena analisis ini dikembangkan dari penyelesaian optimal, dalam penelitian ini nilai ruas kanan adalah persediaan. Dari nilai sensitivitas ini petani dapat mengetahui sampai di mana persediaan sarana produksi dapat dinaikkan atau dapat diturunkan tanpa harus mengalami kerugian seperti terlihat pada Tabel 13. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai persediaan luas lahan sebesar 7 ha, jika dinaikkan atau diturunkan akan mengubah nilai optimum, yang mana setiap kenaikan persediaan luas lahan 1 ha maka pendapatan optimum bertambah sebesar Rp220.233.328,- dan jika diturunkan, maka pendapatan akan turun. Untuk bibit, bibit kakao, pembuatan lubang, penanam, pupuk kandang, insektisida, pemeliharaan 3x setahun, NPK, Urea, KCL, TSP, pemanenan kakao dan pemanenan, jika dinaikkan sebesar tidak terbatas maka tidak akan mempengaruhi nilai pendapatan optimum karena setiap penambahan persediaan akan menjadi nilai sisa persediaan. Untuk penebangan, nilai tidak dapat dinaikkan ataupun diturunkan.
183
Rasyid dan Lahjie (2011). Optimalisasi Pendapatan Usahatani
Tabel 13. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan (Persediaan) Usahatani Hutan Rakyat Selama 20 Tahun (Daur) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sarana produksi Luas lahan Bibit Bibit kakao Pembuat lubang Penanam Pupuk kandang Insektisida Pemeliharaan 3x setahun NPK Urea KCL TSP Penebangan Pemanenan kakao Pemanenan
Jumlah persediaan 7 3.600 1.000 40 60 29.000 64 4.350 2.400 1.700 900 1.200 39 4.200 270
Batas kenaikan persediaan 0 Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity Infinity 0 Infinity Infinity
Batas penurunan persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pendapatan bersih optimum (Z) usahatani hutan rakyat adalah sebesar Rp1.299.555.000,- atau per bulan sebesar Rp5.000.000,- dengan luas lahan 7 ha selama daur 20 tahun. Pendapatan optimum usahatani hutan rakyat selama daur dicapai dengan kombinasi model usahatani nyatoh dengan luas lahan sebesar 2,5 ha, agroforestri nyatoh kakao dengan luas lahan sebesar 1,5 ha, palapi dengan luas lahan sebesar 0,5 ha, agroforestri palapi kakao dengan luas lahan sebesar 1,5 ha dan kakao dengan luas lahan sebesar 1 ha. Pendapatan optimum tidak akan berubah, jika pendapatan usahatani nyatoh sebesar Rp286.900.000,- naik menjadi Rp326.899.996,- atau turun menjadi Rp246.072.500,-. Agroforestri nyatoh dan kakao dengan pendapatan sebesar Rp326.900.000,- naik menjadi Rp392.224.003,- atau turun menjadi Rp286.900.004,. Palapi dengan pendapatan sebesar Rp227.700.000,- naik menjadi Rp286.900.000,-. Agroforestri palapi dan kakao dengan pendapatan Rp251.700.000,- naik menjadi Rp326.900.000,-. Kakao dengan pendapatan sebesar Rp111.360.000,- naik Rp1.222.473.335,-. Perubahan kenaikan atau penurunan pendapatan dipengaruhi oleh harga kayu di pasaran serta hasil potensi tegakan per hektar selama daur. Nilai sensitivitas menunjukan bahwa kenaikan 1 unit sarana produksi untuk bibit, bibit kakao, pembuatan lubang, penanam, pupuk kandang, insektisida, pemeliharaan 3x setahun, NPK, Urea, KCL, TSP, pemanenan kakao dan pemanenan tidak mengubah nilai pendapatan optimum karena penambahan 1 unit produksi setiap sarana produksi hanya akan menjadi nilai sisa persediaan.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011
184
Saran Petani dalam mengkombinasikan usahatani sebaiknya nilai sisa persediaan sarana produksi yang ada digunakan seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas lahan, selanjutnya sebaiknya petani dalam mengelola lahannya menggunakan sistem agroforestri dari pada sistem monokultur dan sebaiknya perlu memperhatikan pemilihan tegakan pokok dan kombinasi tanaman agar dapat meningkatkan pendapatan misalnya memilih sistem agroforestri lain dengan tanaman jati, jabon, jati putih. DAFTAR PUSTAKA Andayani. 1995. Hutan Rakyat dan Peranannya dalam Pembangunan Daerah. Majalah Kehutanan Indonesia. Anonim. 1990. Manual Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat. Dephut, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta. Anonim. 2009. Statistik Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 2008. Palu. Sudiana, E. 2006. Identifikasi Kelompok Tani dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kabupaten Ciamis. Prosiding Dialog Stakeholders: Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis. Proyek ITTO PD.271/04.REV.3(F).