Kearifan Lokal dalam... (Tri Hartutik)
39
KEARIFAN LOKAL DALAM KUMPULAN DONGENG ISLAMI MENAKJUBKAN KARYA BEBY HARYANTI DEWI oleh Tri Hartutik* ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Kearifan Lokal dalam Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan karya Beby Haryanti Dewi” ini mengangkat masalah bagaimanakah wujud dan fungsi kearifan lokal yang ada dalam karya Beby Haryanti Dewi yang berjudul Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud dan fungsi kearifan lokal dalam Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan karya Beby Haryanti Dewi. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal dalam Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan berbentuk (1) nilai-nilai moral dan etika, (2) sistem kemasyarakatan, (3) pemertahanan adat dan tradisi, (4) pemilihan jodoh, (5) peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, (6) gelar kehormatan, (7) sistem religi, (8) kepercayaan/ mitos, (9) nama tempat, (10) penggunaan istilah, (11) makanan, (12) tanaman, (13) Pahlawan, (14) tanda-tanda alam. Adapun fungsi kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) bermakna moral dan etika, (2) mempertahankan sistem musyawarah, nilai keadilan, tolong menolong, dan kerja keras, (3) mempertahankan nilai tradisi dan adat istiadat, (4) mewujudkan keluarga yang baik, (5) mempertahankan peralatan dan perlengkapan tradisional, (6) mempertahankan penggunaan gelar kehormatan, (7) mempertahakan nilai-nilai religious, (8) mempertahankan nilai tradisi dan mitos, (9) memperkenalkan tempat-tempat wisata, (10) mempertahankan penggunaan istilah dan sapaan Islami, (11) memperkenalkan makanan tradisi, (12) memperkenalkan tanaman khas daerah tertentu, (13) melestarikan sejarah perjuangan dan menghargai jasa pahlawan, (14) menguatkan kepercayaan akan tanda-tanda alam. Kata kunci : kearifan lokal, wujud kearifan lokal, fungsi kearifan lokal, dongeng
ABSTRACT This study, on the title ”Local Wisdom Reflected on The Collection of Amazing Islamic Tales” by Beby Haryanti Dewi,, discussed about form of function of local wisdom on several books of Beby Haryanti Dewi. The aims of this research was to describe the form and function of local wisdom within those books. Furthermore, descriptive-qualitative approach was attempted in this study. The result showed the form of local wisdom on those books were (1) moral and *Mahasiswa MPBSI PPs Unsyiah
40 Master Bahasa Vol. 4 No. 1; Januari 2016:39−47 ethical values (2) preserve deliberation system and appreciate the results, social system, (3) maintain prosperous family, preserve traditions and customs, (4) maintain prosperous family, (5) daily tools, (6) maintain local terms of addressee, and forms of addressee, (7) religion system, (8) believes/ myths, (9) name of place, (10) terms usage, (11) traditional cuisines (12) plantations, (13) heroes, (14) geographical apperarances. Meanwhile, local wisdom was used to preserve moral and ethical values, (2) preserve deliberation system and appreciate the results, (3) preserve traditions and customs,(4) maintain prosperous family, (5) maintain the local daily tools, (6) maintain local forms of addressee, (7) to sustain religious values, (8) preserve local believes and myths, (9) introduce names of historical and tourism place, (10) maintain local terms usage, (11) ) introduce traditional delicacies, (12) introduce several local plants, (13) preserve historical hassle and heroic act, and (14) maintain traditional arts, (21) reinforce local believe on geographical appearances. Keywords: local wisdom, the form of local wisdom, local wisdom purpose, fairy tale
Pendahuluan Penelitian ini mengkaji tentang kearifan lokal dalam karya sastra. Ruang lingkup dalam kajian ini adalah wujud dan fungsi kearifan lokal dalam cerita “Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan” karya Beby Haryanti Dewi. Penelitian ini didasari oleh hal-hal sebagai berikut. Pertama, kesadaran akan kaya dan berartinya kearifan lokal cenderung terlambat. Selama ini, kearifan lokal tiarap bersama kepentingan pembangunan yang bersifat sentralistik dan top down (Ridwan, 2007). Kedua, penelitian ini juga didasari pemikiran bahwa kajian tentang kearifan lokal dilakukan untuk mencari sesuatu yang telah berkembang dan bertahan lama serta bermanfaat sepanjang masa, terutama kearifan lokal yang tergambar dalam karya sastra, khususnya cerita anak. Hal ini sesuai dengan fungsi kearifan lokal dalam masyarakat, yaitu untuk pelestarian sumber daya alam dan manusia, revitalisasi adat dan budaya, dan bermanfaat untuk kehidupan bersama (Permana, dkk. 2011:68). Ketiga, penelitian ini dilakukan karena adanya sebuah kenyataan bahwa kearifan lokal belum banyak diangkat oleh penulispenulis Aceh (Rusjdi, 2012:10), terutama kearifan lokal yang terkandung dalam sebuah karya sastra mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang nilai-nilai kearifan lokal pada cerita anak karya Beby Haryanti Dewi. Keempat, penelitian ini dilakukan dengan alasan kearifan lokal sangat banyak di berbagai belahan dunia, salah satunya juga terdapat di berbagai daerah di seluruh Nusantara, yang merupakan kekayaan budaya yang perlu diangkat ke permukaan sebagai bentuk jati diri sebuah
bangsa. Lebih dari itu, kearifan lokal juga dapat dijadikan rujukan penyelesaian masalah bagi negara-negara di dunia. Sehingga, kearifan lokal yang terdapat di berbagai negara, seharusnya diangkat dan dihargai sebagai salah satu acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi saat ini. Kelima, penelitian ini merupakan penelitian yang sama dari penelitian terdahulu tentang kearifan lokal yang dilakukan oleh Wildan (2013) yang berjudul Kearifan Lokal dalam novel Seulusoh karya D. Keumalawati. Dalam Wildan (2013: 33) terdapat 8 (delapan) macam bentuk kearifan lokal. Pertama adalah kearifan tentang penanda alam yang dituliskan secara implisit kepada pembaca. Kedua, kearifan lokal tentang mata pencaharian orang Aceh. Ketiga, adalah kebiasaan menghormati hari suci. Keempat, adalah kearifan lokal berupa pewarisan nilai-nilai sastra lisan leluhur atau dari orang terdahulu. Kelima, tradisi pewarisan nilai kearifan lokal. Keenam, bentuk kearifan mematuhi pantangan-pantangan yang telah disepakati dalam kehidupan masyarakat. Ketujuh, kebiasaan masyarakat tentang solusi “nikah gantung’ yang menjadi solusi dalam pemecahan suatu masalah bagi orang Aceh. Kedelapan, keyakinan masyarakat Aceh terhadap mantra. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Wildan (2013) dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang kearifan lokal. Perbedaannya, dalam Wildan (2013) yang dikaji adalah novel Seulusoh karya D. Keumalawati, sedangkan pada penelitian ini mengkaji tentang cerita anak karya Beby Haryanti Dewi. Keenam, penulis memilih buku Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan karya Beby
Kearifan Lokal dalam... (Tri Hartutik) Haryanti Dewi, karena buku ini berisi berbagai cerita anak yang berasal dari berbagai negara yang berbeda. Penulis ingin mengetahui berbagai kearifan lokal dari negara asal dongeng melalui cerita anak yang ada dalam buku tersebut. Meskipun buku ini berjudul Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan, namun di dalam buku ini bukan hanya berisi dongeng, tetapi juga berisi beberapa legenda dan mitos dari 34 negara di dunia, yaitu Brunei Darussalam, Kazakstan, Maroko, Bangladesh, Kirghizia, Mali, Sudan, Nigeria, Uzbekistan, Pakistan, Cad, Turkmenistan, Maladewa, Irak, Libia, Niger, Palestina, Tajikistan, Turki, Indonesia, Mesir, Kamerun, Senegal, Suriah, Albania, Togo, Gambia, Somalia, Afghanistan, Iran, Arab Saudi, dan Malaysia. Kehidupan masyarakat yang melatar belakangi lahirnya sebuah karya sastra, sangat memungkinkan sebuah karya sastra dihasilkan dengan menyuguhkan nilai-nilai kearifan lokal didalamnya. Kearifan lokal dalam setiap komunitas merupakan pencerminan dari falsafah hidup terintegrasi yang dalam sejarahnya berhasil mewujudkan harmoni manusia dengan sesama dan lingkungan. Persoalannya adalah bagaimanakah wujud kearifan lokal yang ada dalam cerita “Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan” karya Beby Haryanti Dewi? Kearifan lokal mempunyai banyak manfaat dan fungsi dalam masyarakat, yaitu untuk pelestarian sumber daya alam dan manusia, revitalisasi adat dan budaya, dan bermanfaat untuk kehidupan bersama (Permana, dkk. 2011:68). Kearifan lokal yang digali, dipoles, dikemas dan dipelihara dan dilaksanakan dengan baik bisa berfungsi sebagai alternatif pedoman hidup manusia dewasa ini. Bagaimanakah fungsi kearifan lokal yang ada dalam cerita “Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan” karya Beby Haryati Dewi? Kajian Pustaka Berdasarkan pendapat Warren (dalam Muntasir, 2010: 3), menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama, sebagai hasil proses hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungannya. Kearifan lokal (local wisdom) dalam disiplin antropologi dikenal juga dengan istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh
41
Quaritch Wales (Ayatrohaedi, 1986). Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local geinius ini. Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas atau kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Menurut Sibarani (2012: 112-113) juga dijelaskan bahwa kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Kearifan lokal dapat berwujud dalam berbagai bentuk. Ranah kearifan lokal Indonesia sangat luas, dari yang kasat mata maupun yang tidak. Wujud kearifan lokal juga dapat dikategorikan lebih kompleks dikemukakan Wagiran (2010) yang meliputi pertanian, kerajinan tangan, pengobatan herbal, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, perdagangan, seni budaya, bahasa daerah, philosophi, agama dan budaya serta makanan tradisional. Terdapat tujuh macam unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat disebut sebagai isi pokok kebudayaan di dunia ini, yang merupakan bagian dari kearifan lokal (Koentjaraningrat dalam Prasetya, 2009) yaitu sebagai berikut. 1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, yaitu sebagai berikut (1) Pakaian: kebaya, batik, blangkon, jarek (kain jarit), dan sebagainya (2) Perumahan : Joglo, rumah Aceh, rumah gadang, dan sebagainya (3) Alat rumah tangga : ceting (tempat nasi dari bambu), tampah, dan sebagainya. (4) Senjata : bambu runcing, keris, rencong, dan sebagainya. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi: misalnya sistem pertanian, peternakan dan sistem produksi. Sistem pertanian, peternakan, dan sistem produksi di satu daerah dengan daerah lainnya hampir sama. Tidak ada perbedaan khusus antara sistem di daerah satu dengan daerah lain.
42
Master Bahasa Vol. 4 No. 1; Januari 2016:39−47
2) Sistem kemasyarakatan, yaitu sebagai berikut. (1) Kekerabatan : musyawarah mufakat, gotong royong, tolong menolong dan sebagainya (2) Sistem perkawinan : misalnya tradisi siraman dalam rangkaian acara perkawinan, memecah telur, mencuci kaki mempelai pria, dan lainnya. (3) Sistem warisan : dalam sistem waris Jawa ada istilah sepikul segendongan. Sepikul itu untuk lakilaki, dan segendongan itu untuk perempuan. 3) Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis. 4) Ilmu pengetahuan. 5) Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak. (1) Seni suara (musik) : campursari, dangdut Jawa, keroncong, dan sebagainya (2) Seni rupa : wayang, gunungan, dan sebagainya (3) Seni gerak (tari) : tari golek, tari srimpi, tari jaepong, tari saman, tari seudati, dan sebagainya. 6) Sistem religi, yaitu berupa pesanpesan keagamaan disampaikan melalui berbagai cara, baik dalam agama Islam maupun non Islam. Cara-cara tersebut diantaranya adalah ceramah, dialog, pengajaran formal seperti di sekolah-sekolah. Keberadaan kearifan lokal dalam masyarakat memegang peran penting karena kehadirannya dalam masyarakat sangat banyak fungsinya. Sartini (2004: 112– 113) menjelaskan tentang fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut. 1) Bermakna etika dan moral. 2) Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. 3) Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia. 4) Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 5) Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan. 6) Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat. 7) Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian. 8) Bermakna politik.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (Nazir, 1988: 63). Pendekatan kualitatif deskriptif artinya yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan variable. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata, bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi (Aminuddin, 1990:16). Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul “Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan”. Buku ini ditulis oleh Beby Haryanti Dewi dengan tebal 121 halaman, diterbitkan oleh DAR! Mizan pada tahun 2014. Data dalam penelitian ini adalah teks-teks yang mengandung kearifan lokal yang terdapat dalam buku Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan. Meskipun buku ini ditulis oleh Beby Haryanti Dewi, namun penulis menggunakan nama lain, yaitu Jauzah Maulana. Buku ini berisi 34 dongeng dari negara-negara Islam di tiga benua, yaitu 1) “Legenda Putri Santubong dan Putri Sejenjang” (Brunei Darussalam), 2) “Kebun Ajaib” (Kazaktan), 3) “Lagu Ajaib” (Maroko), 4) “Tislet dan Isli” (Maroko), 5) “Kisah Dua Orang Perempuan Tua” (Bangladesh), 6) “Legenda Batu Naga” (Kirghizia), 7) “Kone” (Mali), 8) “Syekh Butana yang Cerdik” (Sudan), 9) “Putra Kembar“ (Nigeria), 10) “Ziyba yang Cerdik” (Uzbekistan), 11) “Hadiah-Hadiah Wali Dad” (Pakistan), 12) ”Seruling Ajaib” (Cad), 13) ”Gulnar-Dshan” (Turkmenistan), 14) ”Legenda Koimala Kalou” (Maladewa), 15) ”Ikan Merah dan Terompah Emas” (Irak), 16) ”Pangeran Hadiar dan Lima Puluh Istri Raja” (Libia), 17) ”Putri Labu” (Niger), 18) ”Ataba dan Zarief E-ttool” (Palestina), 19) ”Putri Raja dan Budak Muda” (Tajikistan), 20) ”Ali dan Sang Raja” (Turki), 21) ”Neslihan dan Panci Ajaib” (Turki), 22) ”Putri Hijau” (Indonesia), 23) ”Biji Wijen dan Pohon Kurma” (Mesir), 24) ”Gadis dalam Genderang” (Kamerun), 25) ”Putra Kahyangan” (Senegal), 26) ”Harta Terpendam” (Suriah), 27) ”Sang Ular” (Albania), 28) ”Lubang Besar” (Togo), 29) ”Bouki, Leuk, dan Kebakaran Hutan” (Gambia), 30) ”Putri Sang Raja” (Somalia), 31) ”Pedang Kayu” (Afghanistan), 32) ”Empat Puluh Keberuntungan” (Iran), 33) ”Tiga
Kearifan Lokal dalam... (Tri Hartutik) Orang Pangeran” (Arab Saudi), 34) ”Perawan Tujuh Beradik” (Malaysia) Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library Research). Library Research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah data penelitiannya. Penelitian ini merupakan sutau penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya (Margono, 2010). Pengumpulan data merupakan langkah yang berpengaruh pada langkahlangkah berikutnya sampai pada tahap penarikan simpulan. Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran, keakuratan, maupun relevansinya maka diperlukan teknik yang tepat. Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap se bagai berikut. 1) Membaca cerita anak yang berjudul Kumpulan Dongeng Islam Menakjubkan (2014), karya Beby Haryanti Dewi secara berulang-ulang untuk memahami isi cerita. Memberi tanda dengan cara menggarisbawahi teks yang menunjukkan kearifan lokal. Memasukkan teks yang telah digaris bawahi ke dalam tabel. Data-data yang telah digaris bawahi dimasukkan dalam tabel yang terdiri dari lima kolom, yaitu kolom ke-1 diisi nomor urut dongeng, kolom ke-2 diisi judul dongeng, kolom ke-3 diisi teks yang telah digaris bawahi. Pada kolom ke-4 dan kolom ke-5 penulis juga langsung mengklasifikasikan data atas wujud dan fungsi kearifan lokal. 2) Data yang terkumpul seperti pada tabel 1 “Data Kearifan Lokal Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan karya Beby Haryanti Dewi” (terlampir). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis kearifan lokal “Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan” karya Beby Haryanti Dewi adalah teknik deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif adalah suatu teknik yang digunakan untuk menggambarkan atau menguraikan suatu hasil penelitian. Teknik kualitatif, yaitu suatu teknik penelitian yang menghasilkan data
43
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dari suatu objek penelitian. Jadi, Teknik deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diteliti. Dari hasil analisis deskriptif pada penelitian ini, selanjutnya hasil uraian tersebut difokuskan pada kearifan lokal dalam sastra anak karya Beby Haryanti Dewi. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan data yang ada dalam tabel 1 dengan cara memilah-milah dan mengelompokkan berdasarkan wujud kearifan lokal yang sama ke dalam tabel 2. 2) Melakukan analisis dengan cara memberikan penjelasan dan alasan mengapa teks tersebut diyakini menunjukkan wujud kearifan lokal dari daerah asal cerita, disertai dengan menuliskan kembali kutipan teks yang sudah ada dalam tabel 1. 3) Mendeskripsikan data yang ada dalam tabel 1 dengan cara memilah-milah dan mengelompokkan berdasarkan fungsi kearifan lokal yang sama ke dalam tabel. 4) Melakukan analisis dengan cara memberikan penjelasan dan alasan tentang fungsi kearifan lokal yang ada dalam cerita. 5) Penyimpulan hasil analisis. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari hasil analisis dalam penelitian ini terdapat banyak kearifan lokal yang ditemukan. Wujud kearifan lokal yang ditemukan meliputi: (1) nilai-nilai moral dan etika, (2) sistem kemasyarakatan, (3) pemertahanan adat dan tradisi, (4) pemilihan jodoh, (5) peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, (6) gelar kehormatan, (7) sistem religi, (8) kepercayaan/ mitos, (9) nama tempat, (10) penggunaan istilah, (11) makanan, (12) tanaman, (13) Pahlawan, (14) tanda-tanda alam. Kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini mempunyai banyak fungsi tertentu. Diantara fungsi tersebut meliputi: Pertama, bermakna moral dan etika. Kedua, mempertahankan sistem musyawarah, nilai keadilan, tolong menolong, dan kerja keras. Ketiga, mempertahankan nilai tradisi dan adat istiadat. Keempat, mewu-
44 Master Bahasa Vol. 4 No. 1; Januari 2016:39−47 judkan keluarga yang baik. Kelima, mempertahankan peralatan dan perlengkapan tradisional. Keenam, mempertahankan penggunaan gelar kehormatan. Ketujuh, mempertahakan nilai-nilai religious. Kedelapan, mempertahankan nilai tradisi dan mitos. Kesembilan, memperkenalkan tempat-tempat wisata. Kesepuluh, mempertahankan penggunaan istilah dan sapaan Islami. Kesebelas, memperkenalkan makanan tradisi. Keduabelas, memperkenalkan tanaman khas daerah tertentu. Ketigabelas, melestarikan sejarah perjuangan dan menghargai jasa pahlawan. Keempatbelas, menguatkan kepercayaan akan tanda-tanda alam. Dalam “Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan” karya Beby Haryanti Dewi menyuguhkan kearifan lokal dari daerah asal dongeng. Pengarang memperlihatkan dan memperkenalkan bahwa di daerah-daerah asal dongeng terdapat berbagai kearifan lokal daerah tersebut kepada pembaca. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal. Kearifan lokal adalah bagian dari budaya. Kearifan lokal Jawa tentu bagian dari budaya Jawa, begitu juga kearifan lokal Aceh tentu bagian dari budaya Aceh, yang memiliki pandangan hidup tertentu. Berbagai hal tentang hidup manusia, akan memancarkan ratusan dan bahkan ribuan kearifan lokal. Pengertian demikian, mirip pula dengan gagasan Geertz (dalam Taprianto, 2013): Local wisdom is part of culture. Local wisdom is traditional culture element that deeply rooted in human life and community that related with human resources, source of culture, economic, security and laws. lokal wisdom can be viewed as a tradition that related with farming activities, livestock, build house etc. Berdasarkan gagasan Geertz (dalam Taprianto, 2013) menunjukkan bahwa kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan kearifan lokal yang terdapat
di daerah asal dongeng. Salah satu kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini berupa nilai-nilai moral dan etika terdapat dalam 7 (tujuh) buah dongeng, yaitu “Legenda Putri Santubong dan Sejenjang” dari Brunei Darussalam, “Kebun Ajaib” dari Kazakstan, “Hadiah-Hadiah dari Wali Dad” yang berasal dari Pakistan, “Putri Labu” dari Niger, “Ali dan Sang Raja” yang berasal dari Turki, “Gadis dalam Genderang” dari Kamerun, “Tiga Orang Pangeran” dari Arab Saudi. Dari dongeng-dongeng tersebut terkandung nilai-nilai moral yang berupa rasa kasih sayang, kesederhanaan, kedermawanan, keikhlasan, kesetiaan, kesabaran, menepati janji, dan kebijaksanaan. Nilai-nilai moral tersebut adalah gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan bernilai baik. Nilai-nilai moral dan etika tersebut merupakan budaya amasa lalu, dan dapata dijadikan sebagai pegangan hidup dan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012: 112-113). Sistem kemasyarakatan yang terdiri dari berbagai bentuk ditemukan dalam tujuh dongeng. Pertama dalam dongeng “Kebun Ajaib” dari Kazakstan, menggambarkan sistem kemasyarakatan yang berupa musyawarah mufakat. Kedua, dalam dongeng “Lagu Ajaib” dari Maroko ditemukan juga sistem kemasyarakatan berupa adanya perbedaan kasta dan golongan di masyarakat. Ketiga, dalam dongeng “Tislet dan Isli” dari maroko terdapat pulan kearifan lokal sistem kemasyarakatan yang berwujud pemertahanan tradisi dalam upacara pernikahan. Keempat, dalam dongeng “Kisah Dua Orang Perempuan Tua” dari Bangladesh ditemukan sistem musyawarah dan juga nilai-nilai keadilan dalam menyelesaikan masalah. Kelima, dalam dongeng “Ataba dan Zaref Ettool” dari Palestina juga tergambar kearifan berupa pemertahanan tradisi dalam acara pernikahan. Keenam, dalam dongeng “Neslihan dan Panci Ajaib” dari Turki ditemukan kearifan serupa, yaitu upacara pernikahan. Ketujuh dalam dongeng “Pedang Kayu” dari Afghanistan tergambar sistem kemasyarakatan berupa tolong menolong dan kerja keras. Dalam delapan dongeng terdapat kearifan lokal berupa pemertahanan adat dan tradisi yang bermacam-macam. Pertama, pemertahanan adat dan tradisi berupa pantangan menolak pemberian orang. Kedua, berupa pemberian jamuan makan untuk tamu. Ketiga, berupa pemisahan anak kem-
Kearifan Lokal dalam... (Tri Hartutik) bar. Keempat, berupa pewariasan tahta terhadap keturunan raja. Kelima, adanya ijab qabul saat jual beli. Ketujuh, kegiatan menabuh gendang untuk mengumpulkan penduduk. Kedelapan, penyelesaian masalah kepada hakim. Kesembilan, pemakaian henna saat upacaran pernikahan. Kesepuluh, penggunaan obat tradisional. Kehati-hatian dalam pemilihan jodoh juga ditemukan sebagai salah satu kearifan lokal yang terdapat dalam dongeng (1) “Tislet dan Isli” dari Maroko, (2) “Ataba dan Zarief Ettool” dari Palestina, (3) “Putri Raja dan Budak Muda” dari Tajikistan. Contoh lain, kearifan lokal berupa peralatan dan perlengkapan sehari-hari ditemukan dalam tujuh dongeng. Pertama, dalam dongeng “Kebun Ajaib” dari Kazakstan berupa alat menyimpan uang, yaitu ketel dan alat transportasi, yaitu karavan. Kedua, dalam dongeng “Syekh Butana yang Cerdik” dari Sudan terdapat kearifan berupa tempat tinggal, yaitu tenda, dan minyak dihn. Ketiga, dalam dongeng “Hadiah-Hadiah Wali Dad” dari Pakistan berupa bahan pakaian, yaitu sutra dan alat transportasi, yaitu karavan. Keempat, dalam dongeng “Ikan Merah dan Terompah Emas” dari Irak berupa terompah dan tandu. Kelima, dalam dongeng “Putri Labu” dari Niger berupa senjata, yaitu berupa pedang. Keenam, dalam dongeng “Tiga Orang Pangeran” dari Arab Saudi berupa permadani. Ketujuh, dalam dongeng “Perawan Tujuh Beradik”, dari Malaysia berupa penggunaan kendi. Kearifan lokal yang berupa gelar kehormatan ditemukan peneliti dalam dua dongeng, yaitu “Legenda Putri Santubong dan Putri Sejenjang” dari Brunei Darussalam dan “Putri Hijau” yang berasal dari Indonesia, yaitu penggunaan sapaan “putri”, “pangeran”, “sultan” yang diberikan kepada keturunan raja. Kearifan lokal berwujud sistem religi ditemukan dalam tiga dongeng, yaitu (1) “Lagu Ajaib” dari Maroko, (2) “Putri Labu” dari Niger, (3) “Pedang Kayu” dari Afghanistan. Upaya pengenalan dan pemertahanan terhadap kepercayaan atau mitos pada peramal dan hal-hal mistis. Pertama, kepercayaan terhadap seorang peramal dan hasil ramalan yang ditemukan dalam dongeng “Tislet dan Isli” dari Maroko, “Putri Raja dan Budak Muda” dari Tajikistan, dan “Empat Puluh Keberuntungan” dari Iran. Kedua, kepercayaan atau mitos terhadap hal-hal mistis yang ditemukan dalam dongeng “Kone” dari Mali dan
45
“Putri Labu” dari Niger. Salah satu contoh kearifan lokal yang diperkenalkan penulis berupa pengenalan nama tempat bersejarah dari daerah asal dongeng yang terdapat dalam dongeng “Legenda Batu Naga” dari Kirghizia terdapat kearifan lokal sebuah tempat di Kirghizia, yaitu “Ajidar Tash”, sebuah tempat yang diyakini sebagai tempat jejak kaki naga yang tertimpa batu besar. Dalam dongeng “Legenda Koimala Kalou” dari Maladewa terdapat kearifan lokal berupa tempat, yaitu Pulau Ragethem, Pulau Agolhitheem, Pulau Doonidu, dan Pulau Male yang terdapat di Maladewa. Kearifan lokal berupa penggunaan istilah Islami, yaitu sebutan Syekh, sufi, dan musafir juga ditemukan dalam penelitian ini. Penggunaan istilah Islami tersebut ditemukan dalam tiga dongeng, yaitu “Syekh Butana yang Cerdik” dari Sudan, “Gulnar-Dshan” dari Turkimenistan, “Putri Sang Raja” dari Somalia. Pengenalan terhadap makanan khas daerah asal dongeng sebagai salah satu kearifan lokal yang ditemukan dalam dongeng “Seruling Ajaib” dari Gad, yaitu berupa gandum. Selain itu juga ditemukan dalam dongeng “ Neslihan dan Panci Ajaib” dari Turki, yaitu makanan yang bernama dolma. Kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini berupa tanaman. Pertama, dalam dongeng “Biji Wijen dan Pohon Kurma” (Mesir) terdapat tanaman kurma dan wijen. Kedua, dalam dongeng “Putra Kahyangan” (Senegal) terdapat tanaman pohon nira. Ketiga, dalam dongeng “Harta Terpenndam” (Suriah) terdapat pohon jojoba. Keempat, dalam dongeng “Bouki, Leuk, dan Kebakaran Hutan” (Gambia) terdapat pohon jojoba. Kelima, dalam dongeng “Empat Puluh Keberuntungan” (Iran) terdapat tanaman kurma. Pemertahanan dan penghargaan terhadap pahlawan menjadi salah satu kearifan lokal yang terkandung dalam dua dongeng, yaitu “Kone” dari Mali dengan pahlawan dari Mali yang bernama Kone, dan “Legenda Koimala Kalou” dari Maladewa dengan pahlawan dari Maladewa yang benama Koimala. Bentuk kearifan lokal dapat dalam berbagai bentuk dan merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari hal yang bersifat sakral sampai pada yang profan (Wildan, 2014). Dalam setiap jengkal hidup manusia se-
46 Master Bahasa Vol. 4 No. 1; Januari 2016:39−47 lalu ada kearifan lokal. Kearifan lokal dapat muncul pada: (1) pemikiran, (2) sikap, dan (3) perilaku (Wagiran, 2012: 331). Ketiganya hampir tidak dapat dipisahkan. Jika ketiganya ada yang timpang, maka kearifan lokal tersebut semakin pudar. Dalam pemikiran, sering terdapat akhlak mulia, berbudi luhur, tetapi kalau mobah mosik, solah bawa, tidak baik juga dianggap tidak arif, apalagi kalau tindakannya serba tidak terpuji. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai wujud dan fungsi kearifan lokal dalam cerita anak karya Beby Haryanti Dewi sebagai berikut. 1) Kearifan lokal yang banyak ditemukan dalam buku Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan karya Beby Haryanti Dewi adalah berwujud nilai-nilai moral dan etika serta pemertahanan adat dan tradisi. 2) Terdapat sejumlah kearifan lokal yang sama dari beberapa negara yang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kesamaan kondisi geografis, persamaan ideologi, dan persamaan yang dikarenakan negara yang serumpun. 3) Ada sejumlah kearifan lokal yang terdapat di beberapa negara yang mempunyai kesamaan dengan kearifan lokal di Aceh, khususnya, dan di Indonesia pada umumnya, yaitu berupa nilai-nilai moral dan etika seperti musyawarah mufakat, tolong menolong, kerja keras, memuliakan tamu, dan kasih sayang. 4) Sejumlah kearifan lokal dari beberapa negara semestinya dihilangkan dalam kehidupan masyarakat karena dapat merusak nilai spiritual keagamaan, mengingat negara tersebut adalah negara Islam, seperti kepercayaan terhadap peramal. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1) Beberapa wujud kearifan lokal yang ditemukan dan mempunyai kesaamaan dengan kearifan lokal di Aceh pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya dapat dipertahankan dalam kehidupan masyarakat. 2) Untuk mengetahui kearifan lokal dalam sebuah karya sastra dibutuhkan kej-
elian dalam mencermati makna yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya, maka pembaca harus benar-benar memahami teks yang terkandung di dalamnya. 3) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi perkembangan penelitian berikutnya yang hendak mengkaji tentang kearifan lokal. 4) Bagi para penulis yang hendak menulis sastra diharapkan memuat unsur kea ri fan lokal dari daerahnya kedalam karya sastranya. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan. 2008. Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global (Ibnu Mujib, M. Iqbal, Ed). Pustaka Pelajar & Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Aminuddin, (ed). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya Bangsa (local Genius), Jakarta: Pustaka Jaya. Dewi,
Beby Haryanti. 2014. Kumpulan Dongeng Islami Menakjubkan. Jakarta: DAR! Mizan.
Margono, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhammad, Rusjdi Ali dan Dedy Sumardi. 2012. Kearifan Tradisional Lokal: Penyerapan Syariat Islam dalam Hukum Adat Aceh. Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Aceh. Munthasir, Azhar, 2010. Kearifan Lokal pada Masyarakat Simeulue. Banda Aceh: Pemerintah Aceh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Permana, T.S. 2011. “Makanan Tradisional sebagai Daya Tarik Wisat Kuliner di Kota Medan”. Kertas Karya D-III Pariwisata: FIB USU.
Kearifan Lokal dalam... (Tri Hartutik) Prasetya, Joko Tri, dkk. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ridwan, N. A. 2007. “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. Jurnal Ibda’–Jurnal Studi Islam dan Budaya, 2(1):35-56. Sartini, 2004. “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Jurnal Filsafat. Jilid 37, Nomor 2, Agustus 2004. 111 – 120. http:// jurnal.filsafat. ugm.ac.id/index.php/ jf/article/viewPDFInterstitial/.../41. Diunduh tanggal 24 September 2014. Sibarani, Robert 2013. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan.Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
47
Wagiran, 2012. “Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana (Identifikasi NilaiNilai Karakter Berbasis Budaya)”. Jurnal Pendidikan Karakter Tahun II Nomor 3 Oktober 2012: 329 – 339. http:// diunduh 08 Agustus 2014. Wildan. 2013. Kearifan lokal dalam Novel Seulusoh Karya D. Kemalawati. Bahasa dan Seni, tahun 41, Nomor 1, Februari 2013: 30 – 39. http:// diunduh 26 Oktober 2014.