TANTANGAN PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PASCA UU GURU DAN DOSEN DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: SUCI NURHAYATI NIM: 208011000050
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M
ABSTRAK Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca Undang-Undang Guru dan Dosen di MTs Islamiyah Ciputat. Kata Kunci: Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru, Pasca UndangUndang Guru Dan Dosen. Profesionalisme guru merupakan keahlian serta pengalaman dalam mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata pencaharian. Berdasarkan pemberlakuan undangundang guru dan dosen pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan kualitas profesional guru diantaranya mempertegas kualifikasi, meningkatkan kompetensi dan sertifikasi. Hal ini akan menjadi sebuah tantangan bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya sebagai guru. Terkait dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang tantangan peningkatan profesionalisme guru pasca undang-undang guru dan dosen di MTs Islamiyah Ciputat. Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan metode studi lapangan (Field Research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan, dokumentasi, melakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan guru bidang studi Agama, untuk mengetahui kesiapan guru dalam menghadapi tantangan profesionalisme guru pasca undang-undang guru dan dosen. Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif analisis, yakni mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisis serta menarasikan untuk mengambil kesimpulan. Diperkuat dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan tantangan peningkatan profesionalisme guru pasca undang-undang guru dan dosen adalah sudah berjalan dengan baik, yaitu guru MTs Islamiyah Ciputat mampu menghadapi tantangan tersebut diantaranya; sebagian besar guru sudah disertifikasi, sebagian besar kualifikasi guru sesuai dengan bidang studi dan guru sudah memenuhi standar empat kompetensi. Hanya saja masih kurang maksimal dalam hal guru mengajar dan mendidik kepada peserta didik karena terdapat profesi guru yang berbeda-beda. Namun itu semua bisa teratasi dengan kepala sekolah yang selalu melakukan supervisi setiap dua kali dalam satu bulan dan meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan kependidikan.
SUCI NURHAYATI (PAI) 208011000050
i
KATA PENGANTAR
Al-Hamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas karuniaNYA yang tidak terhingga, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Semoga terlimpah pula pada keluarganya, para sahabatnya dan kita sebagai umatnya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Karya tulis yang berjudul “Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca Undang-Undang Guru Dan Dosen Di MTs Islamiyah Ciputat”, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Selama proses penulisan skripsi penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membantu, melancarkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Bahrissalim, M.Ag dan Sekretaris Jurusan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag dan seluruh staf Jurusan Pendidikan Agama Islam.
ii
3. Ibu Dr. Sururin M.Ag. dosen Pembimbing Skripsi, yang telah sabar membimbing penulis, memberikan motivasi, saran dan arahan serta meluangkan waktu dan tenaga serta pemikiran di sela-sela kesibukannya. 4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi kami semua. 5. Kepala Sekolah MTs Islamiyah Ciputat beserta Wakil dan jajarannya, serta seluruh dewan guru khususnya guru bidang studi Agama yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya dalam berbagi informasi, dan data-data, juga telah meluangkan waktunya kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Kepada ayahanda tercinta Dasuki Abdullah dan ibunda tercinta Juju Hariyah
yang telah memberikan doa yang tak pernah putus, perhatian
yang tak pernah surut dan kasih sayang yang setulus-tulusnya kepada penulis yang lemah ini. Semoga Allah memberikan rahmat dan ampunan kepada keduanya dan semoga mendapatkan kehormatan yang agung di sisi Allah SWT. 7. Kepada segenap keluarga besarku, yang telah memberikan dukungan moral dan material, doa dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi. 8. Kepada kekasihku, Saiful Bahri yang telah memberikan motivasi, doa dan kontribusi lainnya yang selalu mengingatkanku untuk menyelesaikan tugas-tugas hingga skripsi ini selesai. 9. Kepada teman-teman PAI B Non Reguler angkatan 2008, yang telah memberikan semangat, dukungan, serta menghiasi dengan kebersamaan, semoga persaudaraan kita tetap terjaga. 10.
Kepada sahabat-sahabatku di kosan; Onie, Umie, Najiah, Ika dari
tahun 2008 hingga tahun 2013, yang selalu menghiasi hari-hari penulis dengan kebersamaan, keceriaan dan kebahagiaan yang begitu besar. Semoga ukhuwah kita tetap terjaga dan dirahmati oleh Allah SWT.
iii
Akhirnya penulis hanya berdo’a semoga bantuan mereka semua menjadi amal ibadah yang mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah Penulis berusaha dan berdo’a, penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin...
Jakarta, 10 Januari 2013
Suci Nurhayati
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Identifikasi Masalah ............................................................
5
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .................................
6
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...........................................
7
KAJIAN TEORI A. Guru Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 1.
Pengertian Guru ............................................................
8
2.
Kedudukan, tugas dan funsgi guru ............................... 10
B. Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca UU Guru Dan Dosen 1.
Pengertian profesionalisme .......................................... 14
2.
Profesionalisasi Guru ................................................... 16 a.
Standar Kualifikasi Pendidikan ............................. 16
b.
Kompetensi Guru .................................................. 18
c.
Sertifikasi Guru ..................................................... 22
C. Upaya Terwujudnya Undang-Undang Guru dan Dosen ...... 25 D. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan .......................... 35
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................ 37 B. Metode Penelitian ................................................................ 37 C. Sumber Data ........................................................................ 38 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 38 E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 39 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................. 43
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah 1.
Sejarah Berdirinya MTs Islamiyah Ciputat .................. 46
2.
Visi, Misi Dan Tujuan MTs Islamiyah Ciputat ............ 47
3.
Program Non Kurikuler ................................................ 49
4.
Struktur Organisasi MTs Islamiyah Ciputat2012-2013 49
5.
Tenaga Pengajar ........................................................... 50
6.
Siswa ............................................................................ 52
7.
Sarana dan Prasarana
53
B. Deskripsi dan Analisa Data 1.
Profesionalisme Guru ................................................... 54
2.
Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca UU Guru Dan Dosen .................................................... 62
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 65 B. Saran .................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepsek Mts Islamiyah Ciputat ... 38
Tabel 2
: Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru Bidang Studi Agama.......... 38
Tabel 3
: Kisi-Kisi Instrumen Observasi Guru Bidang Studi Agama ............ 39
Tabel 4
: Tenaga Pengajar Mts Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013 ............ 49
Tabel 5
: Data Sisiwa Mts Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013 .................... 51
Tabel 6
: Sarana Dan Prasarana Mts Ciputat Tahun 2012-2013 ..................... 51
Tabel 7
: Kompetensi Pedagogik Guru ........................................................... 53
Tabel 8
: Kompetensi Profesional Guru .......................................................... 56
Tabel 9
: Kompetensi Kepribadian Guru ......................................................... 57
Tabel 10
: Kompetensi Sosial Guru ................................................................... 58
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
: Uji Referensi
Lampiran 3
: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4
: Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5
: Pedoman Wawancara Kepsek MTs Islamiyah Ciputat
Lampiran 6
: Hasil Wawancara Kepsek MTs Islamiyah Ciputat
Lampiran 7
: Pedoman Observasi Guru Bidang Studi Agama
Lampiran 8
: Hasil Observasi Guru Bidang Studi Agama
Lampiran 9
: Pedoman Wawancara Untuk Guru Bidang Studi Agama
Lampiran 10 : Hasil Wawancara Guru Bidang Studi Agama Lampiran 11 : Daftar Nama Guru Mts Islamiyah Ciputat Lampiran 12 : Data Sertifikasi Guru Mts Islamiyah Ciputat Lampiran 13 : Data Kesesuaian Guru Mengajar Dengan Ijazah Lampiran 14 : Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar Mts Islamiyah Ciputat
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. 1 Dalam rangka mempersiapkan guru-guru profesional, lembaga pendidikan guru memegang peranan yang penting. Melalui program pendidikan selama 4 dan 5 tahun para calon guru dipersiapkan sedemikian rupa sehingga mereka memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai sesuai dengan tugas jabatan yang akan diberikan kepada mereka kelak.
1
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 40.
1
2
Tugas yang dibebankan kepada lembaga pendidikan ini dinilai sebagai pekerjaan yang berat, sebabnya lembaga ini bukan saja bertujuan mendidik agar para calon menjadi pribadi yang terdidik, tetapi juga memberikan kemampuan agar mereka sanggup melaksanakan pendidikan kepada peserta didik, dalam hal mana yang menjadi garapan mereka kelak bukanlah benda mati melainkan manusia hidup yang bersifat unik. Itu sebabnya mereka harus belajar tentang keahlian profesional, yang meliputi: pendidikan umum dan pendidikan keguruan, dan di balik itu belajar dalam rangka pemupukan pribadi yang bulat dan mental yang sehat. 2 Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan belajar sering dipersepsikan
sebagai
suatu
lingkungan
yang
membosankan,
kurang
merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga anak-anak belajar secara terpaksa dan kurang bergairah. Di lain pihak para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan seringkali terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma (pola pikir) guru, dari pola pikir tradisional menuju pola pikir profesional. Apalagi lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen menuntut sosok guru yang berkualifikasi, berkompetensi, dan bersetifikasi. 3 Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, diperlukan pendidikan yang berkualitas pula. Sedangkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas tidak dapat dipisahkan peran tenaga pendidik dan kependidikan. Kenyataan-kenyataan inilah yang akhirnya membuka mata hati pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pembaharuan mengenai tenaga pendidik yang merupakan bagian dari reform in education yang mulai bergulir sejak tahun 1997. Upaya pemerintah bersama segenap komponen masyarakat dan organisasi profesi telah membuahkan hasil yang tertuang dalam Undang-undang Republik 2
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta: 2005), h. 70. Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 42. 3
3
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana
menyikapi
Undang-undang ini.
Apakah
pemberlakuan Undang-undang Guru dan Dosen akan menjadi “ancaman” ataukah akan menjadi “tantangan”....? ini semua tergantung bagaimana menyikapi dan memaknainya. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru dan dosen mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan
bahwa
pendidik
merupakan
tenaga
profesional.
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.4 Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dari sisi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Di samping itu, lahirnya Undangundang tentang Guru dan Dosen ini juga dilandasi oleh keinginan untuk memperjelas kedudukan dan fungsi tenaga pendidik, mempertegas prinsip profesionalisme, mempertegas kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi, dan halhal yang terkait dengan hak dan kewajiban tenaga pendidik, termasuk pengangkatan dan perlindungan tenaga pendidik. Sepintas Undang-undang tentang Guru dan Dosen ini memberikan angin segar bagi guru dan dosen karena memberikan landasan yang jelas mengenai profesi guru dan dosen yang terkait dengan kedudukan, hak dan kewajiban, tanggung jawab, dan perlindungan. Namun di sisi lain, untuk memperoleh hakhak yang telah tertuang dalam undang-undang tersebut, guru dan dosen juga 4
Undang-Undang Guru Dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. II, h. 51.
4
mempunyai kewajiban, yaitu harus memenuhi persyaratan sebagaimana tertuang di dalam undang-undang tersebut. Persyaratan yang sangat vital dan fundamental antara lain adalah persyaratan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. 5 Jika kita melihat dan menyikapi Undang-undang tentang Guru dan Dosen dari sudut pandang hak semata (yaitu apa yang diperoleh atau diterima), barangkali kita akan lebih banyak menuntut dan memandang bahwa kewajiban atau persyaratan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Guru dan Dosen tersebut sebagai ancaman dan merupakan sesuatu yang memberatkan. Kelompok ini akan merasa keberatan dan terancam keberadaannya sebagai tenaga pendidik karena merasa takut serta pesimis untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut. Kelompok ini barangkali akan merasa berat untuk meningkatkan kualifikasi akademik sesuai yang dipersyaratkan. Persyaratan yang mewajibkan guru harus kompeten juga dapat menjadi ancaman bagi guru yang tidak memiliki komitmen dan motivasi untuk maju dan berkembang. Persyaratan kompetensi guru
yang meliputi;
kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi bisa jadi menjadi ancaman yang cukup berarti bagi guru yang belum/tidak memilki kompetensi tersebut, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki guru yang tidak berlatarbelakang pendidikan kependidikan. Demikian pula dengan persyaratan sertifikasi, banyak guru yang merasa terancam dan tidak tenang dengan adanya sertifikasi. Masih hangat dalam ingatan kita ketika beberapa tahun yang lalu diadakan tes kompetensi guru. Banyak guru yang merasa kesulitan menyelesaikan tes kompetensi tersebut. Merekapun merasa terancam jika tes ini benar-benar diberlakukan, hingga akhirnya hasil/sertifikat tes kompetensi pun tak kunjung dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. 6 5
Baedhowi, Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undangundang Guru dan Dosen, dalamJurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta: DEPDIKNAS, 2006 ) edisi khusus, Desember, h. 120-122. 6 Ibid., h. 123-124
5
Meskipun
ada
kelompok
(kelompok
pesimis)
yang
menganggap
diberlakukannya Undang-undang No. 14 Tahun 2005 sebagai suatu ancaman, namun ada pula kelompok guru/dosen yang menganggap undang-undang ini sebagai suatu tantangan. Kelompok ini merasa optimis untuk dapat memenuhi persyaratan yang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi hak yang mereka peroleh. Mereka merasa tertantang untuk maju dan mampu memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki tanggung jawab moral untuk memajukan atau meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. Terlebih lagi pada era global ini, kelompok optimis ini menganggap bahwa menjadi guru yang profesional dan berkompeten merupakan suatu keharusan. Semua ini akhirnya kembali pada bagaimana menyikapinya. Diberlakukannya Undang-undang No. 14 Tahun 2005 dapat menjadi ancaman, tetapi dapat pula menjadi tantangan. 7 Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah penelitian dengan judul “Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca UU Guru Dan Dosen di MTs Islamiyah Ciputat”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang dapat dirumuskan penulis antara lain: 1. Sebagian guru, menganggap ketentuan kompetensi, kualifikasi, dan sertifikasi guru agak memberatkan dalam meningkatkan profesionalismenya pasca adanya UU guru dan dosen nomor 14 tahun 2005. 2. Masih ada beberapa guru yang mengajar belum sesuai dengan kualifikasi akademik yaitu tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. 3. Sebagian besar guru belum mengikuti sertifikasi keguruan. 4. Kurangnya pemahaman guru tentang program sertifikasi.
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 7
Ibid., h. 124-125
6
1. Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak melebar, maka pada penelitian ini dibatasi hanya pada peningkatan profesionalisme guru bidang studi Agama pasca UU guru dan dosen. Peningkatan Profesionalisme disini mencakup; kompetensi, kualifikasi, sertifikasi. Yang dimaksud kompetensi disini yaitu empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional. Sedangkan kualifikasi yaitu penjelesan tentang guru yang mengajar harus sesuai dengan kualifikasi latar belakang pendidikan. Dan sertifikasi yaitu penjelasan secara umum tentang pelaksanaan sertifikasi guru.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana kesiapan guru bidang studi Agama dalam meningkatkan profesionalismenya pasca UU guru dan dosen di MTs Islamiyah Ciputat?”.
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui kesiapan bagi guru bidang studi Agama dalam menghadapi uji profesionalismenya yang tertera dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen di MTs Islamiyah Ciputat. 2) Untuk mengetahui upaya guru bidang studi Agama dalam meningkatkan profesionalismenya yang dianggap sebagai tantangan masa depan di MTs Islamiyah Ciputat.
7
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1) Bagi guru Memberi informasi bagi guru tentang ketentuan kompetensi, kualifikasi dan sertifikasi sesuai apa yang disyaratkan dalam UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005. 2) Bagi sekolah Menambah wawasan bagi mereka bahwa peningkatan mutu pendidikan juga bergantung pada profesionalisme seorang guru. 3) Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan informasi liku-liku pendidikan di sekolah.
Khususnya,
profesionalisme guru.
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
BAB II KAJIAN TEORI A. Guru Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 1. Pengertian Guru Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke Sekolah, sekaligus pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/ekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.1 Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah:11 dan sabda Nabi, yaitu:
“. . . . Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat“. (Q.S. Al-Mujaadilah: 11 1
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet ke-10, h. 39.
8
9
ٍ هَنْ عَلَنَ عِلْوًا فَكَتَوَ ُه الْجَوَ ُه اهللُ يَوْمَ الْقِيَاهَةِ بِلِجَام: َل اهللِ صَلَى اهللُ عَلَيْهِ وَسَلَن ُ ْسو ُ َقَالَ ر )هِنْ نَارِ(الحديث “Barang siapa ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya (tidak mau mengajarkan, maka Allah akan mengekang dengan kekangan api neraka pada hari kiamat.”2 Dengan demikian dapat terlihat bahwa Islam sangat menghargai orangorang yang berilmu pengetahuan seperti ulama atau guru yang berada pada derajat dan kedudukan yang tinggi. Dengan ilmu yang dimilikinya, guru dapat memberi petunjuk pada kebaikan yang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, bumi akan gelap dan rusak tanpa adanya guru sebagai orang yang memberikan petunjuk pada kebaikan. Ada beberapa pengertian guru yang dirumuskan para ahli pendidik, antara lain sebagai berikut: a. Ahmad D. Marimba mengartikan guru sebagai orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya tentang pendidikan si terdidik.3 b. Selanjutnya, Uzer Utsman mengatakan bahwa “guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru”. 4 Oleh karena itu, guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidkan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Hal ini sesuai dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan 2
Ibid., h. 40. Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. I, h. 81. 4 Moh. Uzer Utsman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 3
5.
10
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 5 Dari pengertian di atas, bahwa guru dituntut harus menjadi profesional dalam arti pekerjaan atau kegiatan guru tersebut harus memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu pendidikan. Adapaun tugas utama guru tidak hanya mengajar dan mendidik, akan tetapi juga membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik secara terus-menerus. Maka dari itu, dalam perspektif profesionalisme tidak semua orang menjadi guru.
2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Guru 1) Kedudukan Guru Undang-undang guru dan dosen no. 14 tahun 2005 pasal 2 ayat (1) dan (2) secara tegas menyebutkan bahwa, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan perundang-undangan. Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.6 Berkaitan dengan hal di atas, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Karenanya setiap kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. 7 Oleh karena itu, guru sebagai salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang.
5
Mohamad Surya dkk, Landasan Pemdidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 77. 6 Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI NO 14 Tahun 2000, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),Cet.II, h. 6. 7 A. M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. XIII, h.125.
11
2) Tugas dan Fungsi Guru Sebagai Tenaga Pendidik Kedudukan
tenaga
pendidik
sebagai
tenaga
profesional
untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut: a. Informator Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. c. Motivator Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menunmbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. d. Pengarah/direktor Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.
12
f. Transmitter Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. g. Fasilitator Guru dalam hal ini, akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif. h. Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. i. Evaluator Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.8 Tugas, peran dan fungsi guru sebenarnya suatu kesatuan utuh. Hanya saja terkadang tugas dan fungsi disejajarkan sebagai penjabaran dari peran. Untuk lebih jelasnya, mari perhatikan bebarapa pendapat tentang peran dan fungsi guru di bawah ini. Sedangkan di dalam buku lain, yaitu “Profesi Keguruan” oleh Yunus Abu Bakar dkk bahwa guru dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal sebagai EMASLIMDEF (edukator, manager, administrator, leader, inovator, motivator, dinamisator, evaluator, dan facilitator).9 Adapun penjelasan tugas guru sebagai EMASLIMDEF adalah sebagai berikut:
8
Ibid., h. 144-146. Yunus Abu Bakar dkk., Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 2 Tugas Dan Fungsi Guru Profesional, h. 9-10. 9
13
Akronim Tugas
Fungsi
E
Mengembangkan kepribadian
Edukator
Membimbing Membina budi pekerti Memberikan pengarahan M
Manager
Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi tugas berdasrkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
A
Administrator
Membuat daftar presensi Membuat daftar penilaian Melaksanakan teknis administrasi sekolah
S
Supervisor
Memantau Menilai Memberikan bimbingan teknis
L
Leader
Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
I
Inovator
Melakukan kegiatan kreatif Menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep
yang
baru
dalam
konsep
pengajaran M
Motivator
Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
D
Dinamisator
Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan
lingkungan
pembelajaran
kondusif E
Evaluator
Menyusun instrumen penilaian
yang
14
Melaksankan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian Menilai pekerjaan siswa F
Fasilitator
Memberikan
bantuan
teknis,
arahan,
atau
petunjuk kepada peserta didik.
Demikian bebarapa tugas dan fungsi guru pada umumnya, yang harus dilakukan guru sebagai pekerja profesional.
B. Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca UU Guru Dan Dosen 1) Arti Profesionalisme Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Profesionalisme berasal dari dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dsb) tertentu. Dan kata profesional yang artinya yaitu 1) bersangkutan dengan profesi; 2) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya;
3)
mengharuskan
adanya
pembayaran
untuk
melakukannya. Sedangkan kata profesionalisme yang artinya yaitu mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.10 Dalam bukunya Kunandar, Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.11 Menurut Mohammad Surya, Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai 10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), edisi kedua, h. 789. 11 Kunandar,Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 45.
15
dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan “profesional” ini telah mendapat pengakuan, baik secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai misalnya, sebutan “Guru Profesional” adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. 12 Sementara itu, yang dimaksud Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi
untuk
senantiasa
mewujudkan
dan
meningkatkan
kualitas
profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tgercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional. 13 Dengan Profesionalisme Guru, maka Guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (Teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (Coach), pembimbing (Counselor), dan manager belajar (Learning Manager). Sebagai pelatih,
seorang guru akan berperan seperti
pelatih olahraga. Ia mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing, guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. 12
Mohamad Surya dkk, Landasan Pemdidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 76. 13 Ibid., h. 77.
16
Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing, mengembangkan kreatifitas, dan mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global. 14
2) Profesionalisasi Guru Profesionalisasi adalah suatu usaha untuk mencapai tingkat profesional. Menurut Sahertian sebagaimana dikutip oleh Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Usaha profesionalisasi ini bisa timbul dari dua segi: Pertama, dari segi eksternal yaitu pimpinan yang mendorong guru untuk mengikuti kegiatan akademik atau penataran, atau adanya lembaga-lembaga pendidikan yang memberi kesempatan bagi guru untuk belajar lagi. Kedua, dari segi internal yaitu guru dapat berusaha belajar sendiri untuk bertumbuh dalam jabatan.15 Berkaitan dengan proses profesionalisasi tersebut, UU Guru dan Dosen Pasal 8 menentukan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini profesionalisasi guru adalah suatu usaha untuk mencapai tingkat profesionalnya yaitu melalui proses pendidikan yang sudah terprogram serta diakui secara akademik. Sedangkan guru yang sudah layak dikatakan profesional, guru tersebut harus sudah mempunyai standar kualifikasi pendidikan, empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, dan guru tersebut lulus dari sertifikasi. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan proses profesionalisasi guru sebagai berikut: a. Standar Kualifikasi Pendidikan Kualifikasi sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kualifikasi akademik, yaitu ijazah 14
Kunandar,op. Cit., h. 50-51. Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),Cet.I,h. 46-47. 15
17
jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat penugasan. Yang dimaksud kualifikasi akademik guru yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik program sarjana (S-1) atau Diploma empat (D-IV) yang diperoleh melalui pendidikan tinggi. Sedangkan bagi dosen, diwajibkan memiliki kualifikasi akademik program pasca sarjana yang diperoleh melalui pendidikan tinggi yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. Dosen diwajibkan memiliki kualifikasi akademik minimum; (a) lulusan program magister (S-2) untuk program mengajar program diploma atau program sarjana, dan (b) lulusan program doktor untuk mengajar pada program pascasarjana. 16 Selanjutnya dalam bukunya Martinis Yamin yang berjudul “Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia”, yaitu dipertegaskan kualifikasi guru untuk masing-masing jenjang, sebagai berikut: 1. Pendidik Pada Anak Usia Dini memiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1). b) Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi, dan c) Sertifikat profesi guru untuk PAUD. 2. Pendidik Pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1). b) Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi, dan c) Sertifikat profesi guru untuk SD/MI. 3. Pendidik Pada SMP/MTS atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1).
16
Baedhowi, Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undangundang Guru dan Dosen, Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 122-123.
18
b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan c) Sertifikat profesi guru untuk SMP/MTS. 4. Pendidik Pada SMA/MA, atau bentuk lain sederajat meiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1). b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan c) Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA. 5. Pendidik Pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain sederajat memiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1). b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan c) Sertifikat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB. 6. Pendidikan Pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1). b) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan c) Sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK. 17 Dengan demikian, dalam UU Guru dan Dosen, kualifikasi minimum pendidik guru ditingkatkan. Kualifikasi pendidikan guru di jenjang pendidikan Usia Dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah minimal D-4 atau S-1. Artinya, kelayakan profesi seorang guru baru dapat diakui apabila ia telah berlatar belakang pendidikan yang setingkat dengan D-4 atau S-1.
17
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. II, h. 97-98.
19
b. Kompetensi Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.18 Dari definisi di atas, dapat dirumusan bahwa kompetensi dapat dikatakan sebagai kecakapan atau kemampuan seseorang dalam melakukan suatu hal secara benar dan bertanggung jawab. Adapun yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah “ kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”.19 Dengan kata lain, kompetensi guru juga dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Di
dalam
bukunya
“Menjadi
Guru
Profesional”
Uzer
Usman
mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya”. 20 Artinya bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan profesional. Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang seharusnya demikian setiap guru dalam melaksanakan tugastugasnya dan kewajiban secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efesien. Guru dikatakan berkompeten menurut UU Guru dan Dosen, apabila ia telah menguasai empat kompetensi dasar; yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dan dosen dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Seorang guru dan dosen dikatakan
18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), edisi kedua, h. 516. 19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:Rosdakarya, 1997), h. 230. 20 Moh. Uzer Usmani, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:Rosdakarya 2000), h. 14.
20
mempunyai kompetensi pedagogik minimal apabila telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukan dalam kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.21 Adapun kompetensi pedagogik ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Pemahaman terhadap peserta didik. b. Perencanaan pembelajaran. c. Pelaksanaan pembelajaran. d. Mengevaluasi hasil belajar. e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.22
2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Filosofi mendasar dari sosok guru maupun dosen adalah digugu dan ditiru. Digugu setiap tutur kata yang disampaikan dan ditiru setiap tingkah laku dan tindak-tanduknya. Dualisme pribadi yang ideal yaitu keseimbangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan guru merupakan konsekuensi logis bagi yang telah mengambil guru dan dosen sebagai profesinya. Merujuk pada ketentuan filosofi tersebut, guru dan dosen dituntut memiliki kepribadian yang baik, karena di samping mengajarkan ilmu, guru dan dosen juga harus membimbing dan membina anak didiknya. Perbuatan dan tingkah lakunya harus dapat dijadikan sebagai teladan artinya seorang guru dan dosen harus berbudi pekerti yang luhur. Dengan kata lain guru dan dosen harus bersikap yang terbaik dan konsekuen terhadap perkataan dan perbuatannya, karena guru dan dosen adalah figur sentral yang akan dicontoh dan diteladani anak didik.23 21
Ibid., h. 63-64. Yunus Abu Bakar dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 4 Kompetensi Guru Proesional, h. 11. 23 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, op. cit.,h. 65-66. 22
21
Dengan demikian, kompetensi kepribadian dapat disimpulkan yaitu kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, berakhlak mulia, dewasa, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.24
3. Kompetensi Sosial Kompetensi
sosial
adalah
kemampuan
guru
dan
dosen
untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesiensi dengan peserta didik, guru lain, orang tua, dan masyarakat sekitar. Sebagai pendidik, kehadiaran guru dan dosen di masyarakat maupun secara langsung sebagai anggota masyarakat maupun secara tidak langsung yaitu melalui perannya membimbing dan mengarahkan anak didik. Karena peda kenyataannya di mata masyarakat, guru dan dosen merupakan panutan yang layak diteladani.25 Dengan kata lain, kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dan kompetensi sosial lain yang penting dikembangkan adalah menanamkan jiwa untuk menyadari dan menghargai perbedaan.26
4. Kompetensi Professional Kompetensi
professional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pengajaran secara luas dan mendalam. Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, sistem pendidikan harus ditata dan dirancang oleh orang-orang yang ahli di bidangnya yang ditandai dengan kompetensi sebagai persyaratannya. Guru dan dosen harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Merujuk pada hal tersebut, diperlukan guru yang efektif, yaitu guru dan dosen yang dalam tugasnya memiliki khazanah kompetensi yang banyak 24
Yunus Abu Bakar dkk, loc. cit. Trianto, dan Titik Triwulan Tutik, op. cit., h. 67. 26 Yunus Abu Bakar dkk, op. cit., h. 12-13. 25
22
(pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan) yang memberi sumbangan sehingga dapat mengajar secara efektif. Memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan merupakan perangkat kompetensi persyaratan bagi profesionalitas guru dan dosen dalam mengelola KBM. Juga merupakan sumber serta suara pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.27 Dengan kata lain, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam, yang mencakup penguasaan materi, kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. 28
c. Sertifikasi Guru Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu adalah benar adanya. Sertifikasi adalah proses pembuatan dan pemberian dokumen tersebut. Guru yang telah mendapat sertifikat berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan di dalam sertifikat itu. 29 Sertifikasi guru mempunyai dasar hukum seperti halnya yang tertera dalamUndang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 8 menyatakan: .....guru wajib memiliki kualifikasi akedemik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dilanjutkan lagi pada pasal 11 ayat(1) menyatakan: .....sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.30 Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang
27
Trianto, dan Titik Triwulan Tutik, op. cit., h. 71. Yunus Abu Bakar dkk, loc. cit., 29 Suyatno, Panduan Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 2. 30 Undang-Undang Guru Dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. II, h.8-9. 28
23
untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.31 Dalam hal ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik dikalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Oleh karena itu, sertifikasi guru mempunyai tujuan dan manfaat. Tujuan utama sertifikasi guru ialah: 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agen pembelajaran berarti pelaku proses pembelajaran, bukan broker pembelajaran. Bila belum layakk, guru perlu mengikuti pendidikan formal tambahan atau pelatihan profesional tertentu. 2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. Mutu siswa sebagai hasil proses pendidikan akan sangat ditentukan oleh kecerdasan, minat, dan upaya siswa bersangkutan. Mutu siswa juga ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran, baik proses pembelajaran di lingkup sekolah maupun lingkup nasional. 3. Meningkatkan martabat guru. Dengan segala pendidikan formal dan pelatihan yang telah diikuti, diharapkan guru mampu “memberi” lebih banyak kepada kemajuan siswa. dengan memberi lebih banyak, martabat sebagai guru akan meningkat. 4. Meningkatkan profesionalitas guru. Mutu profesionalitas guru banyak ditentukan oleh pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri lain oleh guru bersangkutan. Sertifiasi guru hendaknya dapat dijadikan sebagai langkah awal menuju guru yang profersional.
31
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007), h. 34.
24
Adapun manfaat sertifikasi guru yang utama adalah: 1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru. Saat ini guru dituntut menerapkan teori dan praktik kependidikan yang telah teruji ke dalam pembelajaran di kelas. Misalnya, untuk mendisiplinkan siswa, guru lebih memilih cara-cara pendisiplinan menurut teori kependidikan dan psikologi utama, bukan dengan memukul siswa atau mengancam. 2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. Mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran di kelas. Melalui sertifikasi, masyarakat akan menilai sekolah tertentu berrdasakan mutu kedua faktor ini, bukan berdasar promosi yang gencar yang dilakukan oleh sekolah bersangkutan. 3. Meningkatkan kesejahteraan guru. Hasil sertifikasi guru dapat dengan mudah digunakan untuk menentukan besarnya imbalan yang pantas diberikan kepada masing-masing guru. Dengan sertifikasi guru, dapat terhindar dari guru hebat ternyata hanya mendapat imbalan kecil. Sebaliknya, dapat pula terhindar guru ecek-ecek mencapai imbalan besar.32 Menurut Kunandar, sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikat dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan sertifikasi profesi guru meliputi peningkatan kualifikasi dengan uji kompetensi. Uji kompetensi dilakukan melalui tes tertulis untuk menguji kompetensi profesional dan pedagogik dan penilaian kinerja untuk menguji kompetensi sosial dan kepribadian. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningakatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan 32
Suyatno, op. cit., h. 2-3.
25
guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikasi pendidik.33
C. Upaya Terwujudnya Lahirnya Undang-Undang Guru Dan Dosen Setelah adanya pernyataan mengenai Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, dari Presiden Republik Indonesia, menimbang: a. Bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masayarakat yang maju, adil makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan esuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global perlu dilkukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan; c. Bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada huruf a, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c perlu dibentuk Undang-Undang tentang Guru dan Dosen.34 Selanjutnya, Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa: (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; 33
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 79. 34 Undang-undang Guru dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),Cet. II, h. 1-2.
26
(2)Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang; (4)Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; (5)Dan pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Salah satu amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
menyatakan
bahwa
pendidik
merupakan
tenaga
profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.
27
Berdasarkan uraian di atas, pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan tujuan Undang-Undang ini sebagai berikut: 1. Mengangkat martabat guru dan dosen; 2. Menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen; 3. Meningkatkan kompetensi guru dan dosen; 4. Memajukan profesi serta karier guru dan dosen; 5. Meningkatkan mutu pembelajaran; 6. Meningkatkan mutu pendidikan nasional; 7. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi; 8. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan 9. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Berdasarkan visi dan misi tersebut, kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, sedangkan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dosen serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sejalan dengan fungsi tersebut, kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk meningkatkan penghargaan terhadap tugas guru dan dosen, kedudukan guru dan dosen pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi perlu dikukuhkan dengan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikat tersebut merupakan pengakuan atas kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesioanl. Dalam melaksanakan tugasnya, guru dan dosen harus memperoleh
28
pengahasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Selain itu, perlu juga diperhatikan upaya-upaya memaksimalkan fungsi dan peran strategis guru dan dosen yang meliputi penegakan hak dan kewajiban guru dan dosen sebagai tenaga profesional, pembinaan dan pengembangan profesi guru dan dosen, perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.35 Setelah melalui perjuangan panjang selama lima tahun sejak 1999, saat ini RUU Guru telah disahkan menjadi Undang-Undang Guru dan Dosen dalam rapat paripurna DPR-RI tanggal 6 Desember 2005, diundangkan tanggal 30 Desember 2005 sebagai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Adapun hal-hal yang diatur dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen ini mencakup 15 Bab yang terdiri atas: a. Bab I tentang ketentuan Umum; b. Bab II tentang Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan; c. Bab III tentang Prinsip Profesional; d. Bab IV tentang kualifikasi dan Kompetensi; e. BabV tentang Tugas, Hak, dan Kewajiban; f. Bab VI tentang Kewajiban dan Hak Pemerintah dan Pemerintah Daerah; g. Bab VII tentang Wajib Kerja dan Ikatan Dinas; h. Bab VIII tentang Pengangkatan, Penetapan, Pemindahan dan Pemberhentian; i. Bab IX tentang Pembinaan dan Pengembangan; j. Bab X tentang Penghargaan; k. Bab XI tentang Perlindungan; l. Bab XII tentang Organisasi Profesi, Kode Etik dan Dewan Kehormatan; m. Bab XIII tentang Sanksi; n. Bab XIV tentang Ketentuan Peralihan;
35
Ibid., h. 50-53.
29
o. Bab XV tentang Ketentuan Penutup.36 Kelahiran undang-undang guru ini merupakan dambaan bagi semua guru dalam upaya mendapatkan perlindungan hukum yang memberikan jaminan akan hak-hak azasi dan profesinya memberikan payung dan landasan hukum bagi terwujudnya guru profesional, guru sejahtera, dan guru yang terlindungi. Pada gilirannya akan terwujud kinerja guru yang profesional dan sejahtera demi terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Indonesia.37 Jika dilihat dari aspek reformatif dalam Undang-Undang Guru dan Dosen, banyak sekali hal-hal yang harus diperbincangkan yang diantaranya; (1) Meneguhkan Status Profesi Guru Dan Dosen; (2) Meretas Dikotomi Antara Guru “Negeri” Dan Guru “Swasta”; (3) Menjamin Peningkatan Mutu; (4) Meningkatkan Kesejahteraan; (5) Memperkuat Organisasi Profesi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: (1) Meneguhkan Status Profesi Guru Dan Dosen Di tengah dorongan untuk meneguhkan status guru sebagai profesi yang diikuti oleh tuntutan kompetensi dan pemberian kesejahteraan. UU ini memberikan perimbangan dan antisipasi agar tidak menyeret pada sikap pragmatisme matrealistik dengan memagarinya pada prinsip-prinsip profesionalitas
yang
menyeimbangkan
antara
tuntutan
perbaikan
kesejahteraan dengan perlu ditumbuhkan semangat idealisme, pengabdian, dan keterpanggilan jiwa, serta panggilan kewajiban sebagai manifestasi “ibadah”. Dalam rangka menjamin profesionalitas guru dan dosen sebagai bidang pekerjaan khusus, UU Guru dan Dosen menetapkan prinsip-prinsip profesionalitas yang meliputi: a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
36
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I, h. 32. 37 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan Terlindungi, (Bandung: Pustaka Bani Quraiys, 2006), h. 171.
30
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksankan tugas keprofesionalan; dan i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dengan prinsip ini, guru akan menjadi sebuah profesi yang memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi keilmuan serta mempunyai keikhlasan dan keterpanggilan jiwa. Semangat keikhlasan dan keterpanggilan jiwa akan mendorong guru untuk memberikan contoh terbaik dalam setiap proses pembelajaran (uswah hasanah). Tanpa itu, proses pendidikan akan kering dan hanya akan menghasilkan transfer of knowledge tanpa transfer of value. Pada dua aspek di atas inilah guru seharusnya memainkan fungsinya dalam rangka membina akhlak mulia, budi pekerti, dan kepribadian peserta didik. Dalam konteks ini, di samping pembelajaran formal di kelas juga nilai-nilai kekeluargaan hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan. Persoalan penting lainnya adalah asas belajar sepanjang hayat (long life education) juga harus menjadi landasan utama dalam
mewujudkan
pendidikan
perkembangan zaman.38
38
Asrorun Ni’am Sholeh, op. cit., h. 104-106.
untuk
mengimbangi
tantangan
31
(2) Meretas Dikotomi Antara Guru “Negeri” Dan Guru “Swasta” UU Guru dan Dosen juga mengatur bahwa besar gaji guru dan dosen yang diangkat oleh penyelenggara satuan pendidikan atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sedapat mungkin mengacu pada gaji pokok dan tunjangan profesi guru dan dosen yang diangkat Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikat profesi guru dan dosen yang sama. Untuk memberikan perlindungan terhadap eksistensi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atas beban pemberian kesejahteraan yang pantas dan memadai bagi pendidiknya, sementara ia tidak mampu memenuhi ketentuan tersebut. Maka UU ini mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pengabdian dan profesionalisme mereka
dengan
memberikan
tunjangan
dan/kesejaheraan
lainnya.
Sementara, tunjangan profesi dan dosen dialokasikan dalam APBN dan APBD tanpa membedakan antara guru “negeri” dan “swasta”.39 (3) Menjamin Peningkatan Mutu Seperti telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Di sisi lain, salah satu hal yang menyebabkan rendahnya mutu guru adalah karena rendahnya tingkat kompetensi profesional guru. Maka melalui UU Guru dan Dosen, kegelisahan tersebut dijawab dengan penentuan kriteria dan prasyarat untuk menjamin profesionalitas guru, melalui ketentuan kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi bagi guru dan dosen.40 Untuk lebih detailnya, ketentuan mengenai jaminan profesionalitas guru dan dosen ini bisa dilihat dalam bagan berikut:
39 40
Ibid., h. 106-107. Ibid., h. 116
32
GURU KUALIFIKASI AKADEMIK (4) Pasal 9
KOMPETENSI Pasal 10
AKA PT Program
Pedagogik
Sarjana/ Diploma IV
Kepribadian Sosial Profesional
SERTIFIKAT PENDIDIK Pasal 11 Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu
Pendidikan Profesi
DOSEN KUALIFIKASI AKADEMIK
Lulusan Program Magister....>Program Diploma/Sarjana
Pasal 46
SERTIFIKAT PENDIDIK Pasal 47
PT program pascasarjana yang terakakreditasi sesuai bidang keahlian
Lulusan Program Magister..> Pascasarjana
Pengalaman menjadi Dosen min. 2 Tahun
Jabatan Akademik Min. Asisten Ahli
Lulus Sertifikasi..> Program Pengadaan Tenaga Kependidikan di PT Terakreditasi
(4) Meningkatkan Kesejahteraan Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh pengahasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta pengasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan
33
yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Ikhtiar untuk membangun kesetaraan penghasilan bagi guru, baik negeri maupun swasta, agaknya terbentur dengan realitas prosedur pengangkatan, yang berimplikasi terhadap perbedaan penggajian. Atas dasar realitas tersebut maka Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3) mengakomodasi perbedaan tersebut. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.41
(5) Memperkuat Organisasi Profesi Organisasi
profesi
ini
berfungsi
untuk
memajukan
profesi,
meningkatkan kompetensi, karir, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Meski organisasi ini bersifat independen, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Untuk itu, seluruh guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Pasal 42 UU Guru dan Dosen menjelaskan kewenangan organisasi profesi guru sebagai berikut:
Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
Memberikan bantuan hukum kepada guru;
Memberikan perlindungan profesi guru;
Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan
Memajukan pendidikan nasional. Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik 41
Ibid.,h. 119-120.
34
yang penegakkannya dilakukan oleh Dewan kehormatan guru. Sedangkan Dewan kehormatan guru dibentuk untuk mengawasi pelaksaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Organisasi profesi wajib melaksanakan rekomendasi Dewan kehormatan guru.42 Muhammad Surya mengatakan bahwa: kelahiran UU tersebut memberikan secercah harapan bagi guru dengan pesan-pesan yang tersurat dan tersirat di dalamnya berupa landasan kepastian hukum yang menjanjikan satu harapan perbaikan bagi guru di masa depan khususnya yang berkenaan dengan profesi, kesejahteraan, jaminan sosial, hak dan kewajiban serta perlindungan. Dan undang-undang ini akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi guru dan berbagai pihak terkait khususnya pemerintah, penyelenggara pendidikan, organisasi guru, orang tua dan masyarkat pada umumnya.43 Dengan demikian, Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diharapkan dapat memberikan dorongan pada peningkatan martabat guru sebagai sebuah profesi, martabat dari sisi pengakuan atas profesi baik secara formal maupun pengakuan dari masyarakat sebagai pengguna jasa profesi. Martabat dari sisi keterdukungan perubahan sisi ekonomis karena ketercukupan materi yang meningkatkan kedudukan tidak hanya pada social level tapi juga economic level yang memberikan jaminan rasa aman sehingga dapat bekerja dan berkarya. Optimistik dengan kesungguhan dalam penataan ketenagaan merupakan bekal bahwa pemenuhan kualifikasi ketenagaan guru dapat dipenuhi dengan peningkatan kualifikasi guru melalui berbagai program yang mengarah ke sana. Oleh karena itu, tidak usah kawatir dan menganggap bahwa guru memiliki asa dan harapan dengan keluarnya Undang-Undang guru dan dosen tersebut. Karena memang diimbangi dengan berbagai program dan proyek yang mengarahkan peningkatan kualifikasi guru.44 42
Ibid., h. 122-123. Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera Dan Terlindung, (Bandung: Pustaka Bani Quraiys, 2006), h. 172. 44 http://infopendidikankita.blogspot.com/2009/11/profesionalisme-guru-pasca-undang.html 43
35
D. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan Adapun penelitian ini beranjak dari hasil penelitian terdahulu yang relevan, diantaranya adalah: Supriyanto, dalam skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Tentang Peningkatan Profesionalisme Guru di SMA Negeri 87 Jakarta Melalui Program Sertifikasi”. Yang ditulis pada tahun 2010 di UIN Jakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa: Persepsi guru tentang peningkatan profesionalisme guru di SMA Negeri 87 Jakarta melalui program sertifikasi sebagian besar telah memahami persoalan sertifikasi guru. Dengan memiliki sertifikasi profesi, merupakan bukti bahwa guru yang bersangkutan mempunyai profesionalitas dalam mengajar. Guru-guru di sekolah tersebut memiliki kualifikasi akademik dan profesionalitas yang cukup baik, karena sebagian besar guru berijazah S-1 dan berasal dari latar belakang kependidikan serta mengajar sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing hal ini sesuai dengan hasil observasi tentang profil guru di sekolah tersebut. Selanjutnya, Dodi Setiawan, yang berjudul “Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta”. Yang ditulis pada tahun 2010 di UIN Jakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa secara umum kondisi profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta adalah baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan angket dan wawancara kepala Sekolah yang penulis lakukan bahwa guru SMA Negeri 7 Jakarta telah sesuai dengan nilai-nilai profesionalisme dan melaksanakan kompetensinya
yaitu
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi sosial. Kemudian, Mir’atul Hayat, yang berjudul “Kesiapan Guru Dalam Mengikuti Program Sertifikasi (Studi Kasus: MTsN Ciganjur, Jakarta Selatan)”. Yang ditulis pada tahun 2009 di UIN Jakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam mengikuti program sertifikasi pendidik itu meliputi: 1) Kesiapan Kualifikasi Akademik. Dalam hal ini, guru MTsN 2 Ciganjur ini sangat siap dalam mengikuti sertifikasi pendidik dari sisi kualifikasi akademik. 2) Kesiapan Mengumpulkan Portofolio. Yaitu guru MTsN 2 Ciganjur sebagian besar, mereka sangat siap jika sudah dipanggil untuk dinilai oleh assesor. 3) Kesiapan
36
Mengikuti Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru. Yaitu guru MTsN 2 Ciganjur siap mengikuti pendidikan dan pelatihan walaupun dengan biaya sendiri. 4) Kesiapan Mengikuti Tes Tulis Dan Kinerja. Guru MTsN 2 Ciganjur siap mengikuti tes tulis dan tes kinerja. 5) Kesiapan Pindah Profesi. Yaitu guru MTsN 2 Ciganjur siap pindah profesi jika semua ujian telah ditempuh dan tidak lulus.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di MTs Islamiyah Ciputat. Selain dipandang cocok dengan objek penelitian, juga merupakan tempat penulis pernah melaksanakan PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) pada tahun 2012. Data yang diambil lebih banyak, karena penulis mengikuti proses PPKT di sekolah tersebut selama empat bulan dimulai dari bulan Februari sampai bulan Mei. Sedangkan waktu penelitian yaitu dimulai pada tanggal 3 Oktober – 10 November 2012.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode Deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.1 Yaitu tentang Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca Undang-Undang Guru dan Dosen di MTs Islamiyah Ciputat.
1
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 100.
37
38
b. Metode Study Lapangan (Field Reseacrh) yaitu penelitian yang mengumpulkan data dengan cara langsung turun kelapangan, 2 dalam hal ini yaitu MTs Islamiyah Ciputat.
C. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari observasi, dokumentasi dan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi Agama yang ada di Sekolah tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam
penelitian ini
penulis menggunakan
tiga
macam
teknik
pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi
atau
pengamatan
merupakan
suatu
teknik
atau
cara
mengmpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.3 Maksud dari observasi ini adalah peneliti ingin melihat secara langsung kegiatan pengajaran itu sendiri, apakah dilakukan secara profesional atau tidak.
2. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen.4 Hal ini penulis menelusuri dokumen-dokumen yang ada di lembaga tersebut yang diperlukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Data yang diperoleh dari dokumentasi akan penulis uraikan kedalam Bab IV gambaran hasil penelitian. Antara lain, tentang gambaran umum MTs Islamiyah Ciputat, sejarah singkat berdirinya, visi dan misi sekolah, keadaan status guru yang sudah sertifikasi maupun yang belum sertifikasi dan kesesuaian kualifikasi guru dalam mengajar.
2
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 151. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdkarya, 2010), h. 220. 4 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 183. 3
39
3. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawabanjawaban responden.5 Caranya adalah dengan mengemukakan sejumlah pertanyaan yang tidak tersetruktur kepada objek yang diteliti, yaitu kepada seseorang yang mempunyai otoritas untuk menilai profesionalisme guru pada lembaga pendidikan tersebut, yaitu Kepala Sekolah. Dan kepada Guru Bidang Studi Agama yang berjumlah empat orang, untuk mengetahui dan
mendapatkan
informasi
mengenai
Tantangan
Peningkatan
Profesionalisme Guru Pasca Undang-Undang Guru dan Dosen.
E. Instrumen Pengumpulan Data 1. Pedoman observasi, yaitu daftar (list) hal-hal yang harus diamati ketika observasi. 2. Dokumentasi yaitu berupa pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen untuk melengkapi keterangan-keterangan, informasi data-data serta bukti-bukti yang konkrit atau sebuah dokumen-dokumen yang diperiksa tentunya halhal yang terkait dengan penelitian. 3. Pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk KepSek yang telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Yaitu,
Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru pasca
Undang-Undang Guru dan Dosen. Yang meliputi standar empat Kompetensi, Kualifikasi Akademik, dan Sertifikasi.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah Dimensi a. Tugas Guru Dan Fungsinya
Indikator
No. Item
Jumlh Item
- Memahami arti guru
1,3
2
- Melaksanakan tugas
2
1
dan fungsinya
5
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 173.
40
b.
- Memenuhi standar paya Peningkatan Profesionalisme Guru
4
U1
empat kompetensi
5,6
2
- Memenuhi kualifikasi
7
1
akademik - Mempunyai sertifikasi pendidik
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Guru Bidang Studi Agama Dimensi Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca UU Guru Dan Dosen
Indikator - Memenuhi standar
No. Item
Jumlh Item
1,2
2
3
1
4,5
2
empat kompetensi - Memenuhi kualifikasi akademik - Mempunyai sertifikasi pendidik
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Untuk Guru Bidang Studi Agama No 1
2
Aspek Penilaian Kompetensi Pedagogik Persiapan tertulis a. Menentukan kompetensi pembelajaran yang akan dikuasai bersama peserta didik b. Memvariasikan metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai c. Merencanakan penggunaan berbagai jenis alat abantu dan sumber pembelajaran secara tepat d. Mengembangkan materi pembelajaran e. Mengembangkan pengalaman belajar f. Menentukan evaluasi hasil belajar Keterampilan membuka pelajaran Terampil dalam membuka pelajaran
Skor
Nilai
41
3
4
5 6
7
Kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran a. Mengidentifikasi gangguan suasana pembelajaran baik secara perseorangan maupun secara kelompok b. Menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan pembelajaran c. Mencegah dan mengatasi gangguan suasana pembelajaran dengan pendekatan yang tepat Penggunaan variasi metode dan teknik pembelajaran a. Mengidentifikasi berbagai jenis metode dan teknik pembelajaran b. Menentukan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai c. Menerapkan barbagai metode dan teknik pembelajaran yang tepat Keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan Terampil dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Penggunaan dan ketepatan media/alat bantu pembelajaran a. Mengidentifikasi berbagai jenis alat bantu pembelajaran b. Menentukan jenis alat bantu pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai c. Menggunakan alat bantu pembelajaran dengan tepat d. Menggunakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan Evaluasi pembelajaran a. Mengidentifikasi berbagai jenis alat atau cara penilaian b. Menentukan metode yang tepat dalam menilai hasil belajar c. Membuat dan mengembangkan alat evaluasi sesuai dengan kebutuhan d. Menentukan kriteria keberhasilan dalam menentukan melakukan evaluasi e. Menganalisis hasil evaluasi dan melaksanakan
42
8
9
10
11
12
13
14
15
tindak lanjut Keterampilan menutup pelajaran Terampil dalam menutup pelajaran Kompetensi Profesional Kualitas penguasaan materi a. Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar c. Memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam keilmuan sehari-hari Kualitas penjelasan materi Menguasai langkah-langkah untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi Kompetensi Kepribadian Kepribadian yang mantap dan stabil a. Bertindak sesuai dengan norma hukum b. Bertindak sesuai dengan norma sosial c. Bangga sebagai guru d. Memiliki konsistensi sebagai guru Kepribadian yang dewasa a. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b. Memiliki etos kerja sebagai guru Kepribadian yang arif a. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat b. Menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak Kepribadian yang berwibawa a. Memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik b. Memiliki prilaku yang disegani Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan a. Bertindak sesuai dengan norma religius (iman,
43
16
17
18
takwa, jujur, ikhlas, suka menolong) b. Memilki prilaku yang diteladani peserta didik Kompetensi Sosial Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik
Dalam observasi ini, penulis menggunakan kriteria penskoran yang nilainya sebagai berikut: 1. Skor 1 berarti Tidak Baik, 2. Skor 2 berarti Kurang Baik, 3. Skor 3 berarti Cukup, 4. Skor 4 berarti Baik, 5. Skor 5 berarti Sangat Baik.
F. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara diolah secara kualitatif artinya “data tersebut digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan”.
Dan
menggunakan
anlisis
SWOT
yaitu
instrument
perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman. Dalam hal ini akan mendapat persepsi / argumen dari setiap informan baik itu personal
44
maupun kelompok. Dan juga menggunakan analisis data mengalir (flow model). Sejumlah langkah analisis terdapat dalam model ini, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1. Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan tujuan penelitian. 2. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi,
memfokuskan,
menyederhanakan,
mengabstraksikan,
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. 3. Penyajian Data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informan yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. Namun, untuk teks tertentu ada yang dialihkan menjadi bentuk gambar, bagan, dan tabel. Penggunaan gambar, bagan, dan tabel bisa memperkuat data deskriptif dan mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian ini. 4. Penarikan Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Analisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari keempat komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari hasil FGD, observasi, wawancara, dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber belajar yang sedemikian banyak direduksi
45
untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan fokus penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Frofil Sekolah 1. Sejarah Berdirinya MTs Islamiyah Ciputat MTs Islamiyah bernaung dibawah sebuah Yayasan Islamiyah ciputat. Berdirinya YIC ini bermula adanya keinginan dan semangat beberapa pemuda yang berada disekitar wilayah ciputat antara lain : Drs. H. Zarkasih Nur, Drs. Saiful Millah, M.BA., H. M. Anwar Nur, S.Ag, Hj. Muniroh Nur dll. Mereka merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab terhadap pelestarian dan pengamalan syariah islam, dan akhirnya tercetuslah
kesepakatan
bersama
untuk
menegakkan
dan
mengembangkannya melalui bidang pendidikan. Hal ini didasarkan bahwa pendidikan tingkat menengah saat itu didaerah ciputat tergolong masih langka, sehingga mereka yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi ketingkat tersebut harus pergi ke jakarta. Kondisi ini hanya terbatas bagi mereka yang mampu saja, sementara bagi mereka yang kurang mampu terpaksa menjadi pengangguran dan lebih jauh lagi dikhawatirkan mereka itu akan terpengaruh oleh lingkungan kurang baik yang bisa menjerumus kearah kejahatan. Dari keinginan dan semangat bersama diatas, maka pada tanggal 12 mei 1965 didirikan suatu lembaga pendidikan yang bernama pendidikan guru agama islamiyah yang mendapatkan sambutan hangat dari tokoh-
46
47
tokoh “ahlussunnah wal jamaah” wilayah ciputat dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu dan sesuai ketentuan dari Departemen Agama bahwa seluruh sekolah PGA di indonesia diganti dengan Madrasah Tsanawiyah . Dengan demikian sejak tahun 1978 PGA islamiyah pun berubah nama menjadi MTs Islamiyah Ciputat. Setelah mengalami pasang surut alhamdulillah sampai saat ini MTs Islamiyah Ciputat masih mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan masih banyak diminati masyarakat, karena kami terus berusaha untuk melaksanakan pembinaan para siswa sesuai harapan masyarakat. MTs Islamiyah Ciputat telah memiliki banyak prestasi, baik akademik (melanjutkan kesekolah lanjutan) maupun prestasi non akademik (kegiatan ekskul). Pada saat ini jumlah rombongan belajar sebayak 7 rombel terdiri dari : kelas VII 3 Rombel, Kelas VIII 2 Rombel dan Kelas IX 2 Rombel, sampai saat ini MTS Islamiyah ciputat pernah dipimpin 7 orang kepala madrasah hingga sekarang.1
2. Visi, Misi Dan Tujuan Sekolah a. Visi MTs Islamiyah Ciputat Adalah terbentuknya manusia unggul dalam iman, ilmu, dan amal yang berhaluan ahlussunah wal jamaah. Indikator Visi 1) Unggul dalam Ilmu Pengetahuan: a) Prestasi akademik :
1
-
Terampil dalam pelaksanaan ibadah
-
Terampil menggunakan alat praktikum IPA
-
Terampil Penguasaan Bahasa Indonesia, Arab & Inggris
-
Terampil memanfaatkan Teknologi
-
Penguasaan multi media dengan benar
Dokumentasi dari MTs Islamiyah Ciputat 2012
48
b) Prestasi non akademik : -
Berprestasi dalam bidang olah raga
-
Berprestasi dalam bidang kesenian
-
Berprestasi dalam bidang ekstra kurikuler
c) Berlandaskan Iman dan Taqwa : -
Beriman dan bertaqwa
-
Kedisiplinan
-
Kreasi seni budaya Islam
b. Misi MTs Islamiyah Ciputat 1) Membentuk siswa yang berakhlakul karimah 2) Meningkatkan prestasi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler 3) Melatih dan membimbing siswa untuk selalu ikhlas dalam tindakan maupun perbuatan 4) Menjunjung tinggi dan melaksanakan kaidah-kadiah ASWAJA c. Tujuan MTs Islamiyah Ciputat 1) Melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul dalam bidang IPTEK dan IMTAQ yang berpedoman pada Al-Qur’an dan AsSunnah 2) Program Pembinaan
keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlaq mulia 3) Kompetensi peserta didik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 4) Kegiatan pembelajaran pasrtisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan 5) Program 6K (Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kebersihan, Keindahan, Kesehatan ) sehingga madrasa hmenjadi kondusif. Terlaksananya program 5S (Senyum, Sapa, Salam, salim, Santun) 6) Peserta didik menjadi kreatif dan terampil dalam bekerja untuk dapat mengembangkan diri secara terus menerus
49
7) Tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai Ujian Nasional dari 5,50 menjadi 6,00
3. Program Non Kurikuler a.
Kegiatan Pembiasaan: Tadarrus, Sholat Dhuha, Sholat Dzuhur, Piket kelas, Upacara bendera, Infaq, Menabung.
b. Intra Kurikuler (OSIS): LDK, Class Meeting, PHBI, PHBN. c.
Ekstra Kurikuler: Study Club Mata Pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dll), PMR, Paskibra, KIR , Klub Bahasa Arab & Inggris, Seni Baca Al-Quran, Kaligrafi, Seni Tari, Keputrian, Marawis, Hadrah, Futsal.
d. Kegiatan Tahunan: Pesona Ramadhan (Pesantren Kilat, Buka puasa bersama, Zakat & Infaq Ramadhan), SOL (Studi Orientasi Lapangan), Studi Banding untuk Guru, Workshop/Diklat & Rapat Kerja Guru, Wisuda kelas IX, Koperasi Guru & Karyawan.
4. Struktur Organisasi Sekolah Struktur Organisasi MTs Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013 Komite Madrasah Mursalin
Kepala Madrasah Hj. Yunelis, R.S.Pd.I Staf Tata Usaha M. Fauzi Wakamad. Kesiswaan Dra. CH. Suhartini
Wakamad. Kurikulum Dra. Tatu Uyainah
Pembina Osis Aep Saepulloh, S.Pd
Dewan Guru
Wali kelas Siswa
BP/BK Hikmatulloh, S.Pd
50
5. Tenaga Pengajar Tenaga pengajar atau guru merupakan suatu komponen dalam bidang kependidikan atau pengajaran, maka untuk itu agar tercapainya pendidikan yang diharapkan maka salah satunya adalah guru yang profesional. Adapun jumlah guru yang mengajar di MTs Islamiyah Ciputat berjumlah 18 orang dengan latar belakang pendidikan dan status yang berbeda.Untuk lebih jelas mengenai tenaga pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Hj. Yunelis R, S. Pd.I
Dra. Tatu Uyainah
Drs. Abdul Muthalib
Achmad Djuanda, SE
Masnah, S.Pd.I
Tatang Sudrajat, S.Pd.I
Dra. Ch. Suhartini
Ummi Arfiah, S.Ag
Yulia Ruhamayanti, S.Ag
Aep Saepulloh, S.Pd
Dra. Ecin Kuraesin
Drs. Aris Herdiana
Moh. Hartato, S.Pd
Hikmatulloh, S.Pd
Amiruddin, S.Pd.I
Dede Rosdiana, S.Pd
Joni Wibowo
Drs. Hilmudin
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nama
1
No
S1 (IPS)
S1 (Hukum)
S1 (B.Inggris)
S1 (B. Arab)
S1 (Matematika)
S1(IPA)
S1(PAI)
S1 (B.Indonesia)
S1 (Matematika)
S1 (PAI)
S1 (PAI)
S1 (IPS)
S1 (PAI)
S1 (SKI)
S1 (Ekonomi)
S1 (PAI)
S1 (Qurdis)
S1 (PAI)
Pendidikan
PNS/Sertifikasi
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
PNS/Sertifikasi
PNS/Sertifikasi
Honorrer/Setifikasi
Honorer/Sertifikasi
PNS
PNS/Sertifikasi
Honorer
Honorer/Sertifikasi
Honorer
Honorer/Sertifikasi
Honorer/Sertifikasi
PNS/Sertifikasi
Status ketenagaan
IPS
Penjaskes
B.Inggris
B.Arab
TIK/ MTK
Fisika
Fiqih
B.Indonesia
Matematika
KTK
Akidah
IPS
B.Indonesia
IPS
IPS
IPA
Qurdis
B.Inggris
Bid. Studi
Tenaga Pengajar MTs Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013
Tabel 1
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Kesesuaian Pendidikan
51
52
Dari data di atas, menunjukan bahwa jumlah pengajar laki-laki yaitu 10 orang; sedangkan jumlah pengajar perempuan 8 orang. jumlah guru yang sudah sertifikasi 10 orang. Sedangkan guru yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan berjumlah 13 orang. Adapun jumlah responden yang penulis teliti adalah guru bidang studi Agama yang berjumlah 4 (empat) orang. Dan guru tersebut hampir disertifikasi, sudah memenuhi
kualifikasi
akademik
dan
mempunyai
standar
empat
kompetensi. Dalam hal ini, secara keseluruhan bahwa guru MTs Islamiyah Ciputat sudah layak dikatakan profesional karena sudah memenuhi standar kualifikasi akademik sebagai guru. Dan hampir sebagian besar guru sudah disertifikasi. Meskipun masih ada beberapa guru yang tidak sesuai mengajar dengan latar belakang pendidikan.
6. Siswa Data siswa MTs Islamiyah Ciputat tahun 2012-2013 berjumlah 262. Adapun jumlah siswa pada satu kelas maksimal berjumlah 45 orang. Kebijakan ini dilakukan MTs Islamiyah Ciputat agar dalam proses pembelajaran lebih edukatif dan pengorganisasian kelas relatif mudah dan terarah. pembagian kelas tahun ajaran kali ini kelas 1 memiliki 3 kelas pararel yaitu kelas 1a, 1b, 1c dengan jumlah siswa 99. Adapun kelas 2 memiliki 2 kelas pararel yaitu 2a, 2b dengan jumlah siswa 89. Dan kelas 3 memiliki 2 kelas pararel yaitu 3 a, 3b dengan jumlah siswa 74. Untuk lebih jelasnya akan diklasifikasikan jumlah tersebut dalam bentuk tabel berikut ini:
53
Tabel 2 Data Siswa MTs Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013 No
Kelas
Romb. Belajar
1
VII
2
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
3
46
53
99
VIII
2
46
43
89
3
1X
2
42
32
74
4
Jumlah
7
134
128
262
7. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah hal penting yang merupakan unsur dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya sarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Adapun fasilitas yang dimiliki Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat dalam rangka menunjang pembelajaran adalah sebagai berikut: Tabel 3 Sarana dan Prasarana MTs Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013 No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Keterangan
1
Ruang kelas
7
Baik
2
Perpustakaan
1
Baik
3
R. Lab IPA
1
Baik
4
R. Lab Komputer
2
Baik
5
R. Lab Bahasa
1
Baik
6
R. Pimpinan
1
Baik
7
R. Guru
1
Baik
8
R. Tata Usaha
1
Baik
9
R. Konseling
1
Baik
10
Tempat Ibadah
1
Baik
11
R. UKS
1
Baik
54
12
Jamban
5
Baik
13
Gudang
1
Baik
14
Tempat Olahraga
2
Baik
15
R. OSIS
1
Baik
B. Deskripsi dan Analisa Data 1. Profesionalisme Guru Ruang lingkup permasalahan yang dikemukakan pada Bab I menunjukan bahwa pada dasarnya
penulis melakukan penelitian
bermaksud mengungkapkan profesionalisme gurubidang studi Agama di MTs Islamiyah Ciputat. Profesionalisme guru yang dimaksud penulis adalah Empat Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Guru, Kualifikasi Akademik, Dan Sertifikasi. Terlebih dahulu penulis akan memaparkan Empat Kompetensi Guru yang sudah penulis lakukan melalui observasi ke dalam tabel. Adapun empat kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu: a.
Kompetensi Pedagogik.
b.
Kompetensi Profesional.
c.
Kompetensi Kepribadian, dan
d.
Kompetensi Sosial. Di dalam observasi yang diterapkan kepada responden ada 18 butir
item pernyataan. Dari butir pernyataan diberi alternatif jawaban untuk memudahkan responden dalam mengisi dari pedoman observasi tersebut. Data yang telah diperoleh dari guru bidang studi Agama sebagai sampel, kemudian diolah dengan distribusi frekuensi yang kemudian data tersebut diolah dalam banyak tabel deskripsi. Maksud dari pengambilan data tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan dalam menganalisa data hasil penelitian tersebut, maka setiap butir item dibuatkan tabulasi yang merupakan proses
55
perubahan data dari instrument penelitian (observasi), menjadi tabel-tabel (persentase), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: a. Kompetensi Pedagogik Tabel 4 Kompetensi Pedagogik No 1 Persiapan tertulis b. Tidak baik c. Kurang baik d. Cukup e. Baik f. Sangat baik 2
3
4
5
6
Aspek penilaian
Jumlah Keterampilan membuka pelajaran a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik Jumlah Kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik Jumlah Penggunaan variasi metode dan teknik pembelajaran a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik Jumlah Keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik Jumlah Penggunaan dan ketepatan media/alat bantu pembelajaran a. Tidak baik
F
%
4 4
100 100%
4 -
100 -
4
100%
3 1 4
75 25 100 %
2 2
50 50
4
100%
4 -
100 -
4
100%
-
-
56
b. c. d. e.
Kurang baik Cukup Baik Sangat baik
3 1 4
75 25 100%
2 2
50 50
Jumlah Keterampilan menutup pelajaran a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
4
100%
3 1
75 25
Jumlah
4
100%
Jumlah 7
8
Evaluasi pembelajaran a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
Tabel diatas data diketahui bahwa kompetensi pedagogik guru bidang studi Agama di MTs Islamiyah Ciputat telah berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat ada penilaian skor. Dari data diatas disampaikan bahwa guru MTs Islamiyah Ciputat mempunyai kompetensi pedagogik yang cukup tinggi. Yaitu dalam persiapan tertulis, keterampilan membuka pelajaran dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Namun ada sedikit perbedaan yaitu dalam: a.
Kualitas Gaya Interaksi Dan Pengelolaan Pembelajaran Dalam hal ini, ada guru Agama lebih baik karena gaya interaksi kepada peserta didik sangat komunikatif, tidak monoton dan dalam pengelolaan pembelajaran sangat efesien.
b.
Penggunaan Variasi Metode Dan Teknik Pembelajaran Dalam hal ini, ada beberapa guru Agama lebih baik karena saat penggunaan variasi metode dan teknik pembelajarannya sangat
57
sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran dan efektif dalam mengatur itu semua kepada peserta didik. c.
Penggunaan Dan Ketepatan Media/Alat Bantu Pembelajaran Dalam hal ini, ada guru Agama lebih baik karena penggunaan media/ alat bantu pembelajarannya sangat tepat dengan materi pelajaran dan peserta didik juga begitu semangat karena mudah difahami.
d.
Evaluasi Pembelajaran Dalam hal ini, ada beberapa guru Agama lebih baik karena selama pembelajaran berlangsung guru agama tersebut memberikan stimulus untuk mereview materi yang sudah diajarkan dengan menggunakan teknik atau metode dan hasilnya peserta didik dapat merespon dengan baik.
e.
Keterampilan Menutup Pelajaran Dalam hal ini, ada guru Agama lebih baik karena sebelum menutup pelajaran guru tersebut memberikan beberapa pesan dan tugas kepada peserta didik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis maka terlihat kompetensi pedagogik guru bidang studi Agama bahwa sebelum memulai pelajaran sebagian besar guru mempersiapkan materi atau bahan pembelajaran serta metode, strategi dan teknik pembelajaran sebagai pelengkap.
Di
dalam
proses
pembelajaran
berlangsung,
untuk
mengawalinya guru terampil dalam membuka pelajaran, dan dalam meningkatkan kualitas gaya interaksi serta pengelolaan pembelajaran untuk mengidentifikasi gangguan suasana pembelajaran baik secara perseorangan maupun secara kelompok.Sedangkan dalam evaluasi pembelajaran dilakukan untuk menentukan metode yang tepat dalam menilai hasil belajar dan membuat serta mengembangkan alat evaluasi sesuai dengan kebutuhan. Dan yang terakhir adalah saat menutup
58
pelajaran, disini guru selalu terampil dalam menutup pelajaran dengan menggunakan pos test, hiburan, dan lain-lain. b. Kompetensi Profesional Tabel 5 Kompetensi Profesional No 1
2
Aspek penilaian Kualitas penguasaan materi a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
F
%
4 -
100 -
Jumlah Kualitas penjelasan materi a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
4
100%
2 2
50 50
Jumlah
4
100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa kompetensi profesional keempat guru bidang studi Agama di MTs Islamiyah Ciputat telah berjalan dengan baik.Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kualitas penjelasan materi. Dalam kualitas penjelasan materi, ada beberapa guru Agama lebih baik. Karena guru tersebut lebih fleksibel dalam menjelaskan materi dan relevan. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis maka terlihat kompetensi profesional guru bidang studi Agama bahwa dalam kualitas penguasaan materi, guru memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah dan memahami struktur, konsep, metode keilmuan yang menaungi dengan materi ajar serta menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam keilmuan sehari-hari.Sedangkan dalam kualitas penjelasan materi, guru
59
bidang
studi
Agama
dapat
menguasai
langkah-langkah
untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. c. Kompetensi Kepribadian
No 1
2
3
4
5
Tabel 6 Kompetensi Kepribadian Aspek penilaian Kepribadian yang mantap dan stabil a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
F
%
3 1 -
75 25 -
Jumlah Kepribadian yang dewasa a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
4
100%
4 -
100 -
Jumlah
4
100%
3 1 -
75 25 -
Jumlah Kepribadian yang berwibawa a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
4
100%
4 -
100 -
Jumlah Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
4
100%
4 -
100 -
4
100%
Kepribadian yang arif a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
Jumlah
60
Tabel diatas menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian keempat guru bidang studi Agama di MTs Islamiyah Ciputat telah berjalan dengan baik. Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kepribadian yang mantap dan stabil serta kepribadian yang arif. Dalam kepribadian yang mantap dan stabil, ada guru Agama lebih baik karena guru tersebut memiliki konsistensi sebagai guru. Sedangkan dalam kepribadian yang arif, guru Agama yang lain lebih baik karena guru tersebut dapat menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis maka terlihat kompetensi kepribadian guru bidang studi Agama telah memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, memiliki kepribadian yang dewasa, memiliki kepribadian yang arif, memiliki akhlak yang mulia dan menjadi teladan. d. Kompetensi Sosial Tabel 7 Kompetensi Sosial No 1
2
3
Aspek penilaian Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
F
%
2 2 -
50 50
Jumlah Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik a. Tidak baik b. Kurang baik c. Cukup d. Baik e. Sangat baik
4
100%
3 1 -
75 25 -
Jumlah Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik a. Tidak baik b. Kurang baik
4
100%
-
-
61
c. d. e.
Cukup Baik Sangat baik Jumlah
4 -
100 -
4
100%
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis maka terlihat kompetensi sosial guru bidang studi Agama sudah dapat dikatakan baik karena guru dapat berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, serta wali peserta didik. Hasil temuan observasi profesionalisme guru untuk guru bidang studi Agama di MTs Islamiyah Ciputat menunjukkan bahwa secara umum yang mencakup standar empat kompetensi sudah berjalan dengan baik, meskipun ada sedikit perbedaan yang dapat dilihat pada tabel di atas. Selanjutnya diperkuat lagi data dari hasil wawancara mengenai profesionalisme guru. Untuk hasil wawancara, penulis telah melakukan wawancara dengan guru bidang studi Agama yang terdiri dari guru Fiqh, Akidah Akhlak, SKI, Qurdis dan kepala Sekolah MTs Islamiyah Ciputat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui argumentasi dari beberapa guru, hasilnya dapat dilihat di bawah ini: Berdasarkan pemberlakuan undang-undang guru dan dosen mengenai guru yang profesional harus memiliki kualifikasi akademik, empat kompetensi, dan sertifikasi. Bahwa sangat penting seorang guru layak dikatakan profesional ketika memiliki persyaratan tersebut. Dalam hal kualifikasi akademik, guru harus memiliki ijazah jenjang pendidikan akademik sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan formal. Artinya, kelayakan profesi guru dapat diakui apabila ia telah dilatar belakang pendidikan yang setingkat dengan D-4 atau S-1. Sedangkan guru dikatakan berkompeten, apabila ia telah menguasai empat kompetennsi dasar; yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Terkait dengan sertifikasi adalah sebuah pengakuan
62
kedudukan guru sebagai tenaga profesional, hal ini dibuktikan dengan sertifikat pendidik.2
2. Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca Undang-Undang Guru dan Dosen. Atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan kualitas guru. Di samping itu juga untuk mempertegas kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, kualifikasi, sertifikasi dan lain-lain. Dengan demikian, ini adalah sebuah tantangan bagi guru yang harus dihadapi dan tuntutan yang harus dipenuhi karena untuk meningkatkan profesionalisme guru. Oleh karena itu, penulis telah melakukan penelitian di MTs Islamiyah Ciputat untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimanakah kesiapan guru dalam meningkatkan profesionalisme guru pasca undang-undang tersebut. Berdasarkan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan analisis data melalui hasil dari observasi, dokumentasi, dan wawancara. Untuk memudahkan menganalisis, penulis menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Adapun hasilnya sebagai berikut: a. Strength (kekuatan) Kekuatan yang dimiliki oleh guru bidang studi Agama MTs Islamiyah Ciputat adalah sebagai berikut: - Dari dokumentasi yang ada bahwa guru bidang studi Agama sebanyak empat (4) orang, sudah memenuhi kualifikasi akademik yaitu S1. Dan mereka mengajar telah sesuai dengan latar belakang pendidikan. - Sebagian besar guru bidang studi Agama mampu melaksanakan dan lulus dari program sertifikasi.
2
Sebagaimana penulis telah melaksanakan wawancara dengan Ibu Yunelis, R.S.Pd.I, sebagai kepala Sekolah, 10 November 2012 dan Ibu Dra.Tatu Uyainah, sebagai guru Qur’an Hadis, 15 April 2013, dan Ibu Ummi Arfiah, S.Ag, sebagai guru Akidah Akhlak, 15 April 2013 dan Bpk Drs. Aris Herdiana, sebagai guru Fiqh, 16 April 2013 dan Ibu Masnah, sebagai guru SKI, 17 April.
63
- Dari hasil observasi dan diperkuat lagi dari hasil wawancara bahwa sebagian besar guru sudah memenuhi standar empat kompetensi. Yaitu kompetensi
pedagogik,
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial.
b. Weakness (kelemahan) Kelemahan yang dimiliki oleh guru MTs Islamiyah Ciputat adalah sebagai berikut: - Masih ada guru bidang studi Agama yang belum sertifikasi, namun hal itu tidak mempengaruhi profesionalisme sebagai guru. - Dari hasil observasi dan diperkuat lagi dari hasil wawancara bahwa masih ada beberapa guru yang tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran sebagaimana yang sudah tersedia. c. Opportunities (peluang) Peluang yang dimiliki oleh guru MTs Islamiyah Ciputat adalah sebagai berikut: - Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa kinerja guru masih bisa ditingkatkan melalui pembinaan, mengikuti kegiatan-kegiatan kependidikan seperti pelatihan, seminar, workshop dan lain-lain. - Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa masih ada kesempatan bagi guru yang belum sertifikasi untuk mendapatkan sertifikasi tersebut karena bisa dilihat dari segi waktu lamanya mereka mengajar. - Dari hasil wawancara dan dokumentasi, bagi guru yang sudah disertifikasi yang belum mencukupi mengajar dalam waktu 24 JP bisa ditambah dengan mengajar di tempat lain.
64
d. Threats (ancaman) Ancaman yang dimiliki oleh guru MTs Islamiyah Ciputat adalah sebagai berikut: - Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru bidang studi Agama bahwa bagi guru yang sudah disertifikasi belum bisa mengajar dalam waktu 24 jam perminggunya karena masih sedikitnya jumlah rombel. - Dan kesejahteraan yang kurang memadai bisa menurunkan etos kerja.
Setelah melihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru sudah layak dikatakan profesionalisme. Hal ini sesuai dengan sebagaimana yang ada dalam pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen. Meskipun masih ada beberapa kelemahan namun akan ditingkatkan lagi melalui peluang tersebut.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Tantangan dalam peningkatan profesionalisme guru pasca undangundang guru dan dosen telah mencakup tiga indikator yaitu kualifikasi akademik, empat kompetensi, dan sertifikasi. Untuk mengetahui kesiapan guru dalam menghadapi pemberlakuan undang-undang tersebut bahwa guru bidang studi Agama yang ada di MTs Islamiyah Ciputat sudah siap. Hal ini ditunjukan dengan guru bidang studi Agama sudah memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan bidangnya. Kemudian empat kompetensi, hampir sebagian besar guru bidang studi Agama sudah memadai. Terkait dengan dengan sertifikasi, hampir sebagian besar guru bidang studi Agama sudah disertifikasi. Tantangan yang dihadapi oleh guru bidang studi Agama yaitu tentang peraturan sertifikasi yang memberlakukan bahwa guru harus mengajar 24 jam pelajaran. Sedangkan guru bidang studi Agama yang ada di MTs Islamiyah Ciputat tidak mencukupi mengajar dalam 24 jam pelajaran karena sedikitnya jumlah rombongan belajar (rombel). Dengan demikian, upaya guru bidang studi Agama dalam menghadapi tantangan tersebut lebih meningkatkan profesionalisme guru melalui berbagai program yaitu:
65
66
a. Membuat rencana proses pembelajaran sesuai materi yang akan dicapai. b. Meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran
seperti
halnya
memvariasikan metode, strategi dan teknik pembelajaran. c. Guru mengikuti program pendidikan seperti seminar, pelatihan, workshop, kursus keahlian dan lain-lain. d. Memberikan kesempatan bagi guru yang kurang mengajar dalam 24 JP (Jam Pelajaran) untuk menambah jam pelajaran tersebut di sekolah lain.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran atau masukan yang penulis pandang sebagai saran positif yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Sudah menjadi suatu keharusan bagi guru yang mengemban tugas sebagai pengajar untuk memiliki pengusaaan yang cukup atas ilmu yang akan diajarkan
dan
strategi
penyampaiannya.
Ia
juga
harus
dapat
mengoperasikan sarana dan prasarana pendukung dalam penyampaian ilmu. 2. Khususnya bagi guru yang sudah disertifikasi, diharapkan untuk melakukan
perubahan-perubahan
baru
dalam
meningkatkan
profesionalisme baik dari segi kualitas pembelajaran maupun dari segi kualitas profesi sebagai guru. 3. Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas lembaga pendidikan sudah seharusnya senantiasa mengikutsertakan bapak/ibu guru dalam kegiatan seminar atau penataran pendidikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan profesionalisme guru.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Yunus dkk., 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: LAPIS PGMI. Edisi pertama, Paket 2 Tugas Dan Fungsi Guru Profesional. Ali, Hery Noer., 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Cet. I . Baedhowi, 2006. Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undang-undang Guru dan Dosen, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: DEPDIKNAS, edisi khusus, Desember. Bungin, Burhan., 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filososfis Dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Daradjat, Zakiah., 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet ke-10. Departemen Agama. 2005. Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta. Hadi, Sutrisno., 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. http://infopendidikankita.blogspot.com/2009/11/profesionalisme-guru-pascaundang.html Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Mulyasa, E., 2007. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardirman, A. M., 2006. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. XIII. Sadirman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. XIII. Sholeh, Asrorun Ni’am., 2006. Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: ElSAS. Cet. I. Sukmadinata, Nana Syaodih., 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdkarya. Suyatno, 2008. Panduan Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Indeks. 67
Surya, Mohamad dkk., 2010. Landasan Pemdidikan: Menjadi Guru Yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. Surya, Muhammad., 2006. Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan Terlindungi. Bandung: Pustaka Bani Quraiys. Tutik, Titik Triwulan dan Trianto., 2006. Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka. Cet. I. Undang-Undang Guru Dan Dosen., 2009. UU RI No. 14 Th. 2005. Jakarta: Sinar Grafika. Cet. II, Utsman, Moh. Uzer., 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis., 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. II.
68
UJI REFRENSI
Nama
: Suci Nurhayati
NIM
: 208011000050
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Semester
: 9 (sembilan)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012
No
Judul Buku
Hal
BAB I 1
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 40.
1
2
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: 2005), h. 70.
2
3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 42.
2
4
Undang-Undang Guru Dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. II, h. 51.
3
5
Baedhowi, Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undang-undang Guru dan Dosen, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta: DEPDIKNAS, 2006 ) edisi khusus, Desember, h. 120-122. Baedhowi, Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undang-undang Guru dan Dosen, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta: DEPDIKNAS, 2006 ) edisi khusus, Desember, h. 23-124 Baedhowi, Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undang-undang Guru dan Dosen, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta: DEPDIKNAS, 2006 ) edisi khusus, Desember, h. 24-125 BAB II Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet ke-10, h. 39.
4
6
7
8
4
5
8
Paraf
9
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet ke-10, h. 40.
9
10
Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. I, h. 81.
9
11
Moh. Uzer Utsman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 5.
9
12
Mohamad Surya dkk, Landasan Pemdidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 77.
10
13
Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI NO 14 Tahun 2000, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. II, h. 6.
10
14
A. M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. XIII, h.125.
10
15
A. M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. XIII, h. 144-146.
12
16
Yunus Abu Bakar dkk., Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 2 Tugas Dan Fungsi Guru Profesional, h. 9-10.
12
17
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 45.
14
18
Mohamad Surya dkk, Landasan Pemdidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 76.
14
19
Mohamad Surya dkk, Landasan Pemdidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 77.
15
20
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 50-51.
15
21
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, h. 46-47.
16
22
Baedhowi, Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik Pada Era Undang-undang Guru dan Dosen, Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 122-123.
16
23
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. II, h. 97-98.
18
24
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 1997), h. 230.
18
25
Moh. Uzer Usmani, Menjadi (Bandung:Rosdakarya 2000), h. 14
Profesional,
19
26
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, h. 62-63.
19
27
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, h. 63-64.
20
28
Yunus Abu Bakar dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 4 Kompetensi Guru Proesional, h. 11.
20
29
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, h. 65-66.
20
30
Yunus Abu Bakar dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 4 Kompetensi Guru Proesional, h. 11.
21
31
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, h. 67.
21
32
Yunus Abu Bakar dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 4 Kompetensi Guru Proesional,h. 12-13.
21
33
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, h. 71.
22
34
Yunus Abu Bakar dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), Edisi pertama, Paket 4 Kompetensi Guru Proesional, h. 12-13.
22
35
Suyatno, Panduan Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 2.
22
36
Undang-Undang Guru Dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. II, h. 8-9.
22
Guru
37
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007), h. 33-34.
22
38
Suyatno, Panduan Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2008),h. 2-3.
24
39
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 79.
24
40
Undang-undang Guru dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. II, h. 1-2.
25
41
Undang-undang Guru dan Dosen, UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. II, h. 50-53.
28
42
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I, h. 32.
28
43
Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan Terlindungi, (Bandung: Pustaka Bani Quraiys, 2006), h. 171.
29
44
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I,h. 104-106.
30
45
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I, h. 106-107.
31
46
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I,h. 116
31
47
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I,h. 119-120.
33
48
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ElSAS, 2006), Cet. I, h. 122-123.
33
49
Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera Dan Terlindung, (Bandung: Pustaka Bani Quraiys, 2006), h. 172.
34
50
http://infopendidikankita.blogspot.com/2009/11/profesionalismeguru-pasca-undang.html
34
51
BAB III Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 100.
35
52
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 11.
36
53
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdkarya, 2010), h. 220.
36
54
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 183.
36
55
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 173.
37
56
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filososfis Dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 131.
37
57
BAB IV Dokumentasi dari MTs Islamiyah Ciputat 2012
46
Jakarta, 16 Januari 2013
Wawancara untuk KepSek. Mts Islamiyah Ciputat Mengenai Tantangan Profesionalisme Guru Pasca Uu Guru Dan Dosen Di Mts Islamiyah Ciputat
Hari/Tanggal
: Rabu, 17 April 2013
Wawancara dengan
: Ibu Hj. Yunelis R. S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah
Pokok Pembicaraan 1.
Bagaimana menurut ibu tentang arti guru?
2.
Apakah guru yang ada di sekolah ini sudah melaksanakan tugas dan fungsinya?
3.
Bagaimana respon sekolah terhadap penetapan pasca UU Guru dan Dosen mengenai layaknya dikatakan profesionalisme guru dimana guru harus memiliki standar empat kompetensi, kualifikasi akademik dan sertifikasi?
4.
Bagaimana keterlibatan guru dalam tugasnya yang harus mempunyai kemampuan standar empat kompetensi?
5.
Apakah para guru mengajar sesuai dengankualifikasi akademiknya?
6.
Langkah apa yang dilakukan sekolah terhadap guru yang mengajar ternyata tidak sesuai dengan kualifikasi akademiknya?
7.
Sebarapa besarkah guru yang sudah disertifikasi? Dan adakah perkembangan dalam meningkatkan profesionalisme guru?
Interviewee
Interviewer
Hj. Yunelis, R. S.Pd.I
Suci Nurhayati
Wawancara untuk KepSek. Mts Islamiyah Ciputat Mengenai Tantangan Profesionalisme Guru Pasca Uu Guru Dan Dosen Di Mts Islamiyah Ciputat
Hari/Tanggal
: Sabtu, 10 November 2012
Wawancara dengan
: Ibu Hj. Yunelis R. S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hasil Wawancara 1.
Peneliti: Bagaimana menurut ibu tentang arti guru? Kepsek: “Guru itu adalah guru yang tugasnya mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, dan mengevaluasi.“
2.
Peneliti: Apakah guru yang ada di sekolah ini sudah melaksanakan tugas dan fungsinya? Kepsek: “Sebagian besar sudah, hanya saja terkadang beberapa guru masih ada di bidang profesi lain dengan kondisi yang berbeda sehingga kurang maksimal dalam tugas mengajar dan mendidik.“
3.
Peneliti: Bagaimana respon sekolah terhadap penetapan pasca UU Guru dan Dosen mengenai layaknya dikatakan profesionalisme guru dimana guru harus memiliki standar empat kompetensi, kualifikasi akademik dan sertifikasi? Kepsek: “Respon sekolah ya....sangatlah ideal sekali. Karena merupakan syarat pokok bagi seorang guru. Adapun sertifikasi, adalah suatu pengakuan dan peningkatan profesionalisme baik untuk guru itu sendiri maupun untuk sekolah.Dan sertifikasi ini sangatlah menguntungkan sekali
bagi
guru
karena
dengan
adanya
sertifikasi
telah
mensejahterahkan guru sekolah karena menjadi pegangan untuk guru yang sudah disertifikasi agar memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi terhadap profesinya. Namun, bagi guru yang sudah disertifikasi
seharusnya dilaksanakan selama 24 jam dalam mengajar. Inilah kendalanya karena pelaksanaan selama 24 jam tidak mencukupi dan kurangnya jumlah rombel. Menurut saya, sistem sertifikasi ini yang harus signifikan.“
4.
Peneliti: Bagaimana keterlibatan guru dalam tugasnya yang harus mempunyai kemampuan standar empat kompetensi? Kepsek: “Sejauh ini, para guru sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hanya saja, masih ada beberapa guru yang tidak menggunakan teknologi yang sudah tersedia di sekolah. Misalnya, guru tidak memanfaatkan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran yaitu multimedia presentasi, video pembelajran, sarana simulasi dan lain-lain. Dan juga dalam mengelola kelas, guru seringkali kurang memperhatikan kondisi kelas ketika guru sedang tidak hadir sehingga siswa sibuk sendiri seperti tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru, bermain di dalam kelas/diluar kelas dan lain-lain. Namun upaya yang saya lakukan sebagai kepala sekolah, saya selalu rutin melakukan supervisi dan memberikan teguran kepada guru piket sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.”
5.
Peneliti: Apakah para guru mengajar sesuai dengankualifikasi akademiknya? Kepsek: “Sebagian besar iya, meskipun masih ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi akademiknya.”
6.
Peniliti: Langkah apa yang dilakukan sekolah terhadap guru yang mengajar ternyata tidak sesuai dengan kualifikasi akademiknya? Kepsek: “Langkah yang dilakukan sekolah yaitu tetap menerima dan tidak masalah untuk sekarang ini selama guru tersebut dapat menguasai di bidang itu karena guru tersebut sudah disertifikasi dan sudah ada pengakuan untuk mengajar. Namun untuk kedepannya, sudah tidak bisa.”
7.
Peneliti: Sebarapa besarkah guru yang sudah disertifikasi? Dan adakah perkembangan dalam meningkatkan profesionalisme guru? Kepsek: “Hampir 70% sudah. Ya, sebagian besar sudah ada peningkatan. Seperti halnya, guru meningkatkan pola teknik dan metode dalam pembelajaran dan lain-lan.”
Hasil
Wawancara
Guru
Bidang
Studi
Agama
Mengenai
Tantangan
Profesionalisme Guru Pasca Uu Guru Dan Dosen Di Mts Islamiyah Ciputat
Hari/Tanggal
: Senin, 15 April 2013
Wawancara dengan
: Dra. Tatu Uyainah
Jabatan
: Guru Qur’an Hadist
Pokok Pembicaraan 1. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang pemberlakuan UU Guru dan Dosen dimana guru yang profesional harus memilki empat kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kmpetensi kepribadian?. Guru Qurdist: : “Sangat penting memang, seorang guru harus memiliki empat kompetensi tersebut. Karna itu semua seperti pondasi bagi seorang guru. Maka dari itu, atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen ini sangatlah bagus. Karena untuk menjadi seorang guru yang profesional tidaklah semudah itu dan harus mempunyai keahlian untuk memahami standar empat kompetensi.” 2. Peneliti: Bagaimana keterlibatan bapak/ibu guru dalam tugasnya yang harus mempunyai kemampuan standar empat kompetensi?. Guru Qurdist: “Misalnya dalam kompetensi profesional; a) guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan mendalam, b) memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menanungi materi ajar. Kompetensi pedagogik; a) memahami karakter siswa masing-masing, b) mampu mengelola kelas saat pembelajaran, c) terampil dalam penggunaan variasi metode dan teknik pembelajaran, d) dan melakukan evaluasi pembelajaran. Kompeteensi kepribadian; a) memiliki etos kerja sebagai guru, b) memiliki pribadi yang mantap dan stabil, c) menjadi contoh sikap yang baik untuk peserta didik. Kompetensi soial; mampu berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik, sesama pendidik, dan wali murid.” 3. Peneliti: Apakah bapak/ibu guru mengajar sesuai dengan kualifikasi akademiknya? Jika tidak, langkah apa yang dilakukan oleh bapak/ibu guru yang mengajar ternyata tidak sesuai dengan kualifikasi akademik?.
Guru Qurdist: “ya, kualifikasi akademik saya sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Alhamdulillah pendidikan terakhir saya dari IAIN/S1, jurusan Qurdis, mengajar bidang studi Qurdis.” 4. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang sertifikat pendidik? Coba jelaskan! Guru Qurdist: “Menurut saya, pemberlakuan UUGD ini memang sangat ideal sekali. Ketika adanya pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional, hal ini dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Dan alhamdulillah, saya sendiri sudah sertifikasi”. 5. Peneliti: Adakah kendala bapak/ibu guru dalam mengikuti proses sertifikasi? Coba uraikan pengalamannya! Guru Qurdist: “Waktu pengalaman saya sertifikasi, Saya dan teman-teman bergabung, hanya ikut pelatihan dan mengikuti PLPG di MAN Serang, apa yang yang terjadi sebenarnya saya tidak tahu apa itu sertifikasi. Saat itu saya dan temanteman hanya perbekalan, ikut pelatihan karena butuh penyegaran, butuh ilmu, butuh wawasan. Dengan adanya sertifikasi terdongkraklah! Jadi banyak lah ada guru-guru senior yang usianya sudah 67 tahun dan masih guru honorer. Pelaksanaan sertifikasi pada waktu itu selama 10 hari. Uji kompetensinya waktu itu menggunakan ujian tulisan, tidak seperti sekarang. Ya alhamdulillah micro teaching juga lancar. Alhamdulillah semua dimudahkan dan berjalan dengan lancar dan saya lulus sertifikasi tahun2007. Semenjak adanya sertifikasi, alhamdulillah ya ada tunjangan profesi, mendapatkan hak guru yang lebih baik lagi, mengangkat martabat guru dan lain-lain. Dengan hal ini, saya sebagai seorang guru merasa ingin lebih meningkatkan lagi kualitas mutu pembelajaran, tanggung jawab terhadap profesi saya khususnya tanggung jawab moral kepada Allah.”
Hari/Tanggal
: Senin, 15 April 2013
Wawancara dengan
: Ummi Arfiah, S.Ag
Jabatan
: Guru Akidah Akhlak
Pokok Pembicaraan 1. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang pemberlakuan UU Guru dan Dosen dimana guru yang profesional harus memilki empat kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kmpetensi kepribadian?. Guru Akidah Akhlak: “Menurut saya, atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen tersebut sangatlah bagus dan saya sangat setuju yang mengenai guru harus memiliki empat kompetensi. Karena itu adalah merupakan syarat utama bagi seorang guru yang harus memiliki empat kompetensi tersebut.”
2. Peneliti: Bagaimana keterlibatan bapak/ibu guru dalam tugasnya yang harus mempunyai kemampuan standar empat kompetensi?. Guru Akidah Akhlak: “Seperti halnya, a) mampu menguasai materi dan dalam menjelaskannya, b) memiliki contoh yang baik dan adanya hubungan yang baik kepada sesama pendidik, peserta didik, c) mempunyai jiwa sosialisme yang tinggi, bahkan ketika ada masalah dalam kehadiran siswa- guru melaksanakan kunjungan kerumah wali murid, d) mampu mnegelola kelas.”
3. Peneliti: Apakah bapak/ibu guru mengajar sesuai dengan kualifikasi akademiknya? Jika tidak, langkah apa yang dilakukan oleh bapak/ibu guru yang mengajar ternyata tidak sesuai dengan kualifikasi akademik?. Guru Akidah Akhlak: “Alhmdulillah, pendidikan terakhir saya dari IIQ/S1, jurusan PAI, mengajar di bidang studi Akidah.” 4. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang sertifikat pendidik? Coba jelaskan! Guru Akidah Akhlak: “Menurut saya, ya sangat bagus. Karena untuk menunjang mutu kualitas guru itu sendiri. Dan sertifikat pendidik merupakan bukti formal keterangan bahwa guru itu sudah layak dikatakan profesional. Intinya, sebuah pengakuan untuk guru itu. Sertifikasi ini menurut saya, sangatlah ditunggu karena
khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Padahal, dulu waktu sebelum ada sertifikasi sangat minim sekali pendapatannya terutama guru honorer. Selain itu sertifikasi juga telah memberikan penghargaan, hak guru dan lain-lain..” 5. Peneliti: Adakah kendala bapak/ibu guru dalam mengikuti proses sertifikasi? Coba uraikan pengalamannya! Guru Akidah Akhlak: “Untuk saya sendiri, saya sedang menjalani tahap proses sertifikasi itu. Jadi, belum tau kendalanya apa.”
Hari/Tanggal
: Selasa, 16 April 2013
Wawancara dengan
: Drs. Aris Herdiana
Jabatan
: Guru Fiqh
Pokok Pembicaraan 1. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang pemberlakuan UU Guru dan Dosen dimana guru yang profesional harus memilki empat kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kmpetensi kepribadian?. Guru Fiqh: “Menurut saya, dengan adanya pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen ini sangatlah baik yang mengenai guru harus memiliki standar empat kompetensi. Karena dengan itulah, guru mau belajar dan terus belajar baik itu dari segi formal maupun non formal. Dari segi formal, itu sudah jelas dalam lembaga pendidikan yang sudah ada jenjangnya dan mendapatkan gelar juga sesuai dengan jurusan. Sedangkan dari segi non formal, yaitu mengikuti pelatihan pendidikan.” 2. Peneliti: Bagaimana keterlibatan bapak/ibu guru dalam tugasnya yang harus mempunyai kemampuan standar empat kompetensi?. Guru Fiqh: “Untuk empat kompetensi itu sendiri yaitu kompetensi profesional; guru harus selalu menambah wawasan yang luas seperti ilmu teori, pengalaman, dan komunikasi dengan yang lain. Kompetensi pedagogik; selalu mengadakan refleksi (mencerminkan anak baik dalam kelas atau di luar kelas), guru harus melihat kemampuan anak didik bahkan bila perlu mengadakan test IQ, dan guru juga harus memiliki life skill education. Kompetensi kepribadian; guru memiliki instansi dari profesi itu sendiri, memiliki pribadi yang baik, akhlak yang baik, memiliki dedikasi yang tinggi dan menghormati orang lain. Kompetensi sosial; mampu berkomunikasi yang baik dengan sesama pendidik, siswa, dan masyarakat, perbuatan harus dibarengi dengan niat yang baikpula. Artinya, ini semua harus adanya saling kerja sama antar guru, siswa, dan masyarakat.” 3. Peneliti: Apakah bapak/ibu guru mengajar sesuai dengan kualifikasi akademiknya? Jika tidak, langkah apa yang dilakukan oleh bapak/ibu guru yang mengajar ternyata tidak sesuai dengan kualifikasi akademik? Guru Fiqh: “Ya, pendidikan terakhir saya sendiri, alhamdulillah dari IAIN/S1, jurusan PAI, mengajar di bidang studi Fiqh.”
4. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang sertifikat pendidik? Coba jelaskan! Guru Fiqh: “Menurut saya, pemberlakuan UUGD tentang guru wajib memiliki sertifikat pendidik ya sangat setuju. Karena sertifikat pendidik menunjukan bahwa adanya sebuah pengakuan sebagai guru yang profesional. Sertifikasi ini telah memberikan hak guru, menambah honor guru atau istilahnya meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan kepercayaan masyarakat tentang pendidikan.” 5. Peneliti: Adakah kendala bapak/ibu guru dalam mengikuti proses sertifikasi? Coba uraikan pengalamannya! Guru Fiqh: “Kalau pengalaman saya waktu sertiifikasi, dengan usaha saya sendiri bukan melalui yayasan. Karena nama saya tidak terdaftar padahal waktu itu masa kerja saya sudah sembilan tahun tiga bulan. Akhirnya saya usaha sendiri datang ke KKM, Mapenda. Ya insya Allah lah ada jalan selagi mau berusaha dan itu menambah pengalaman juga buat saya. Saya mulai daftar tahun 2007 dan alhamdulillah keluar sertifikasi tahun 2009.Jadi kalau selama proses sertifikasinya sih alhamdulillah lancar-lancar saja, tidak ada kendala.”
Hari/Tanggal
: Rabu, 17 April 2013
Wawancara dengan
: Masnah, S.Pd.I
Jabatan
: Guru SKI
Pokok Pembicaraan 1. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang pemberlakuan UU Guru dan Dosen dimana guru yang profesional harus memilki empat kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kmpetensi kepribadian?. Guru SKI: “Menurut saya, empat kompetensi itu memang harus berkesinambungan agar tetap tercapai proses pembelajaran dan juga meningkatkan kualitas pembelajaran. Maka dari itu, atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen ini sangat ideal sekali. Karena tidak sembarangan seseorang yang akan menjadi guru. Seseorang itu harus mempunyai pengalaman belajar di lembaga tertentu khususnya dalam bidangnya. Dan juga harus mempunyai gelar sarjana untuk mencapai itu semua.” 2. Peneliti: Bagaimana keterlibatan bapak/ibu guru dalam tugasnya yang harus mempunyai kemampuan standar empat kompetensi?. Guru SKI: “Misalnya dalam kompetensi profesional; a) mempersiapkan konsep materi, b) mempersiapkan konsep metode dan teknik pembelajaran. Kompetensi pedagogik; a) menilai siswa dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, b) menilai kepribadian peserta didik, c) mengelola kelas dengan baik, d) meningkatkan pola metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan kondisi materi. Kompetensi kepribadian; a) untuk guru itu sendiri; jujur, tegas, disiplin, memiliki loyalitas, memiliki akhlak yang baik, dan merasa tugas sebagai seorang guru adalah panggilan jiwa, b) untuk siswa; fleksibel dalam mengungkapkan pendapat artinya memiliki sikap yang luwes tidak kaku kepada siswa. kompetensi sosial;a) memiliki komunikasi yang baik dan bergaul secara efektif dengan guru, wali murid, siswa, dan lingkungan. Artinya ini semua ada kerja sama satu sama lain.” 3. Peneliti: Apakah bapak/ibu guru mengajar sesuai dengan kualifikasi akademiknya? Jika tidak, langkah apa yang dilakukan oleh bapak/ibu guru yang mengajar ternyata tidak sesuai dengan kualifikasi akademik? Guru SKI: “Ya, Alhamdulillah latar pendidikan saya dari STAI/S1, jurusan SKI, mengajar di bidang studi SKI.”
4. Peneliti: Bagaimana menurut bapak/ibu guru tentang sertifikat pendidik? Coba jelaskan! Guru SKI: “Menurut saya, pemberlakuan UUGD mengenai guru wajib memiliki sertifikat pendidik ya sangat bagus. Karena diberikan kepada guru yang sudah layak lah istilahnya atau sudah memenuhi persyaratan. Jadi sertifikat pendidik yaitu bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.” 5. Peneliti: Adakah kendala bapak/ibu guru dalam mengikuti proses sertifikasi? Coba uraikan pengalamannya! Guru SKI: “Pengalaman saya waktu sertifikasi, alhamdulillah ya lancar-lancar saja. Kayanya tidak ada kendala sama sekali, baik dari logistik, maupun fasilitas semua sudah terpenuhi. dan saya juga sangat nyaman sekali saat beradaptasi dengan teman, guru, dosen. Pokonya,saya enjoy aja dalam menghadapi semua itu. Misalnya pada saat micro teaching, karna saya sudah punya dasar,jadi ya enjoy aja. Kendalanya mungkin pada waktu itu saya masih Diploma kemudian melanjutkan lagi S1. Setelah ijazah S1 keluar, barulah saya daftar untuk sertifikasi. Dan alhamdulillah saya lulus sertifikasi tahun 2010. Semenjak adanya sertifikasi, telah menunjang mutu kualitas guru, meningkatkan kesejahteraan guru, dan mengangkat martabat guru.”
Pedoman Observasi Mengenai Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca Uu Guru Dan Dosen di Mts Islamiyah Ciputat
Nama
: .........................................
Jabatan
: .........................................
Hari/Tanggal
: .........................................
No
Aspek penilaian
Skor
Kompetensi Pedagogik 1
Persiapan tertulis a. Menentukan kompetensi pembelajaran yang akan dikuasai bersama peserta didik b. Memvariasikan metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai c. Merencanakan penggunaan berbagai jenis alat abantu dan sumber pembelajaran secara tepat d. Mengembangkan materi pembelajaran e. Mengembangkan pengalaman belajar f. Menetukan evaluasi hasil belajar
2
Keterampilan membuka pelajaran Terampil dalam membuka pelajaran
3
Kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran a. Mengidentifikasi gangguan suasana pembelajaran baik secara perseorangan maupun secara kelompok b. Menguasai
pendekatan-pendekatan
pengelolaan
pembelajaran c. Mencegah
dan
mengatasi
gangguan
pembelajaran dengan pendekatan yang tepat
suasana
Nilai
4
Penggunaan variasi metode dan teknik pembelajaran a. Mengidentifikasi berbagai jenis metode dan teknik pembelajaran b. Menentukan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai c. Menerapkan barbagai metode dan teknik pembelajaran yang tepat
5
Keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan Terampil dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
6
Penggunaan dan ketepatan media/alat bantu pembelajaran a. Mengidentifikasi
berbagai
jenis
alat
bantu
pembelajaran b. Menentukan jenis alat bantu pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai c. Menggunkan alat bantu pembelajaran dengan tepat d. Menggunakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan 7
Evaluasi pembelajaran a. Mengidentifikasi berbagai jenis alat atau cara penilaian b. Menentukan metode yang tepat dalam menilai hasil belajar c. Membuat dan mengembangkan alat evaluasi sesuai dengan kebutuhan d. Menentukan kriteria keberhasilan dalam menentukan melakukan evaluasi e. Menganalisis hasil evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut
8
Keterampilan menutup pelajaran Terampil dalam menutup pelajaran
Kompetensi Profesional 9
Kualitas penguasaan materi a. Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menanungi atau koheren dengan materi ajar c. Memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam keilmuan sehari-hari
10
Kualitas penjelasan materi Menguasai
langkah-langkah
untuk
memperdalam
pengetahuan atau materi bidang studi Kompetensi Kepribadian 11
Kepribadian yang mantap dan stabil a. Bertindak sesuai dengan norma hukum b. Bertindaj sesuai dengan norma sosial c. Bangga sebagai guru d. Memiliki konsistensi sebagai guru
12
Kepribadian yang dewasa a. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b. Memiliki etos kerja sebagai guru
13
Kepribadian yang arif a. Menampilkan
tindakan
yang
didasarkan
pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat b. Menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak 14
Kepribadian yang berwibawa a. Memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik
b. Memiliki prilaku yang disegani 15
Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan a. Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, takwa, jujur, ikhlas, suka menolong) b. Memilki prilaku yang diteladani peserta didik Kompetensi Sosial
16
Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama peserta didik
17
Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
18
Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik
Hasil FGD Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca UU Guru dan Dosen di MTs Islamiyah Ciputat Dalam penelitian ini penulis melaksanakan diskusi atau FGD (Focus Group Discussion) kepada empat Guru Bidang Studi Agama, yang terdiri dari Guru Fiqih, Akidah Akhlak, SKI, Qurdis dan Kepala Sekolah MTs Islamiyah Ciputat. Pelaksnaan FGD ini dimaksudkan untuk mengetahui argumentasi dari beberapa guru. hasilnya dapat dilihat pada transkip di bawah ini. Kode 1:
Pemberlakuan UUGD Tentang Empat Standar Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Guru
Kode 1a : Kompetensi Profesional Kode 1b: Kompetensi Pedagogik Kode 1c: Kompetensi Kepribadian Kode1d: Kompetensi Sosial
Ibu Tatu Uyainah:“Sangat penting memang, seorang guru harus memiliki empat kompetensi tersebut. Karna itu semua seperti fondasi bagi seorang guru. Misalnya dalam kompetensi profesional; a) guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan mendalam, b) memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menanungi materi ajar. Kompetensi pedagogik; a) memahami karakter siswa masing-masing, b) mampu mengelola kelas saat pembelajaran, c) terampil dalam penggunaan variasi metode
dan
teknik
pembelajaran,
d)
dan
melakukan
evaluasi
pembelajaran. Kompeteensi kepribadian; a) memiliki etos kerja sebagai guru, b) memiliki pribadi yang mantap dan stabil, c) menjadi contoh sikap yang baik untuk peserta didik. Kompetensi soial; mampu berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik, sesama pendidik, dan wali murid. Maka dari itu, atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen ini sangatlah
bagus. Karena untuk menjadi seorang guru tidaklah semudah itu dan harus mempunyai keahlian untuk memahami standar empat kompetensi itu.” Ibu Masnah: “Menurut saya, empat kompetensi itu memang harus berkesinambungan agar tetap tercapai proses pembelajaran dan juga meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya
dalam
kompetensi
profesional; a) mempersiapkan konsep materi, b) mempersiapkan konsep metode dan teknik pembelajaran. Kompetensi pedagogik; a) menilai siswa dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, b) menilai kepribadian peserta didik, c) mengelola kelas dengan baik, d) meningkatkan pola metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan kondisi materi. Kompetensi kepribadian; a) untuk guru itu sendiri; jujur, tegas, disiplin, memiliki loyalitas, memiliki akhlak yang baik, dan merasa tugas sebagai seorang guru adalah panggilan jiwa, b) untuk siswa; fleksibel dalam mengungkapkan pendapat artinya memiliki sikap yang luwes tidak kaku kepada siswa. kompetensi sosial;a) memiliki komunikasi yang baik dan bergaul secara efektif dengan guru, wali murid, siswa, dan lingkungan. Artinya ini semua ada kerja sama satu sama lain. Maka dari itu, atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen ini sangat ideal sekali. Karena tidak sembarangan seseorang yang akan menjadi guru. Seseorang itu harus mempunyai pengalaman belajar di lembaga tertentu khususnya dalam bidangnya. Dan juga harus mempunyai gelar sarjana untuk mencapai itu semua.” Ibu Ummi Arfiah: “Menurut saya, atas pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen tersebut sangatlah bagus dan saya sangat setuju yang mengenai guru harus memiliki empat kompetensi. Karena itu adalah merupakan syarat utama bagi seorang guru yang harus memiliki empat kompetensi tersebut. Seperti halnya, a) mampu menguasai materi dan dalam menjelaskannya, b) memiliki contoh yang baik dan adanya hubungan yang baik kepada sesama pendidik, peserta didik, c) mempunyai jiwa sosialisme
yang tinggi, bahkan ketika ada masalah dalam kehadiran siswa- guru melaksanakan kunjungan kerumah wali murid, d) mampu mnegelola kelas.” Bpk Aris Herdiana: “Menurut saya, dengan adanya pemberlakuan UndangUndang Guru dan Dosen ini sangatlah baik yang mengenai guru harus memiliki standar empat kompetensi. Karena dengan itulah, guru mau belajar dan terus belajar baik itu dari segi formal maupun non formal. Dari segi formal, itu sudah jelas dalam lembaga pendidikan yang sudah ada jenjangnya dan mendapatkan gelar juga sesuai dengan jurusan. Sedangkan dari segi non formal, yaitu mengikuti pelatihan pendidikan. Untuk empat kompetensi itu sendiri yaitu kompetensi profesional; guru harus selalu menambah wawasan yang luas seperti ilmu teori, pengalaman, dan komunikasi dengan yang lain. Kompetensi pedagogik; selalu mengadakan refleksi (mencerminkan anak baik dalam kelas atau di luar kelas), guru harus melihat kemampuan anak didik bahkan bila perlu mengadakan test IQ, dan guru juga harus memiliki life skill education. Kompetensi kepribadian; guru memiliki instansi dari profesi itu sendiri, memiliki pribadi yang baik, akhlak yang baik, memiliki dedikasi yang tinggi dan menghormati orang lain. Kompetensi sosial; mampu berkomunikasi yang baik dengan sesama pendidik, siswa, dan masyarakat, perbuatan harus dibarengi dengan niat yang baikpula. Artinya, ini semua harus adanya saling kerja sama antar guru, siswa, dan masyarakat.” Ibu Yunelis: “Menurut saya, penetapan Undang-Undang Guru dan Dosen ini sangatlah bagus yang mengenai guru harus memiliki empat kompetensi. Karena dengan begitu, akan meningkatkan kualitas guru itu sendiri dan juga merupakan syarat utama bagi guru. Artinya, tidak sembarangan seseorang yang ingin menjadi guru karena seseorang itu harus melalui pendidikan di lembaga pendidikan sampai beberapa tahun kemudian
mendapatkan gelar sarjana dan khususnya mempunyai pengalaman dalam mengajar atau mengikuti pelatihan-pelatihan.”
Kode 2:
Pemberlakuan UUGD Tentang Kualifikasi Akademik Yang Harus Dimiliki Oleh Guru
Ibu Tatu Uyainah:
“Menurut saya, pemberlakuan UUGD ini sangatlah
bagus mengenai guru harus mempunyai kualifikasi akademik.Dan alhamdulillah pendidikan terakhir saya dari IAIN/S1, jurusan Qurdis, mengajar bidang studi Qurdis.” Ibu Masnah: “Sangatlah penting menurut saya,karena seorang guru memang harus mempunyai kualifikasi akademik dan itu juga menunjukan profesional sebagai seorang guru. Selain itu juga, seorang guru memang harus mempunyai latar belakang pendidikan yang jelas. Misalnya, tidak mungkin seorang arsitek atau seorang yang jurusannya pertanian mengajar di bidang keguruan? Jadi tidak sembarangan seseorang yang ingin menjadi guru. Dan alhamdulillahnya, latar pendidikan saya dari STAI/S1, jurusan SKI, mengajar di bidang studi SKI.” Ibu Ummi Arfiah: “Saya juga sangat setuju dengan peraturan yang ada karena untuk menjadi seorang guru memang harus mempunyai latar belakang pendidikan di bidang keguruan. Meskipun dulu masih ada, akan tetapi ada program akta empat selama delapan bulan sehingga ketika lulus mendapatkan akta itu untuk mengajar.Dan alhmdulillah, pendidikan terakhir saya dari IIQ/S1, jurusan PAI, mengajar di bidang studi Akidah.” Bpk Aris Herdiana: “Saya juga sependapat dengan Ibu Ummi, memang untuk menjadi seorang guru haruslah jelas gelar dan latar pendidikannya. Misalnya D IV/S1 dalam bidang keguruan. Tapi sekarang akta IV sudah dihapus, makanya banyak guru-guru yang melanjutkan kuliahnya untuk meningkatkan kualifikasi akademik yang tadinya dari D IV ditingkatkan
lagi menjadi S1. Kalau pendidikan terakhir saya sendiri, alhamdulillah dari IAIN/S1, jurusan PAI, mengajar di bidang studi Fiqh.” Ibu Yunelis: “Menurut saya, sejak adanya penetapan UUGD tersebut sangatlah bagus karena guru memang harus memiliki kualifikasi akademik dan itu semua sebenarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, meningkatkan kualitas seorang guru itu sendiri dan juga meningkatkan lembaga pendidikan. Namun, ketika sorang guru itu sudah lama mengajar, sudah disertifikasi, tetapi tidak sesuai dalam kualifikasinya dengan bidang studi yang dia ambil. Menurut saya itu tidak masalah, selama guru itu mempunyai keahlian di bidang itu dan khususnya juga guru itu sudah ada pengakuan mengajar dari sertifikasi.”
Kode 3:
Pemberlakuan UUGD Tentang Guru Wajib Memiliki Sertifikat Pendidik
Ibu Tatu Uyainah: “Menurut saya, pemberlakuan UUGD ini memang sangat ideal sekali. Ketika adanya pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional, hal ini dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Dan alhamdulillah, saya sendiri sudah sertifikasi. Waktu pengalaman saya sertifikasi, Saya dan teman-teman bergabung, hanya ikut pelatihan dan mengikuti PLPG di MAN Serang, apa yang yang terjadi sebenarnya saya tidak tahu apa itu sertifikasi. Saat itu saya dan teman-teman hanya perbekalan, ikut pelatihan karena butuh penyegaran, butuh ilmu, butuh wawasan. Dengan adanya sertifikasi terdongkraklah! Jadi banyak lah ada guru-guru senior yang usianya sudah 67 tahun dan masih guru honorer. Pelaksanaan sertifikasi pada waktu itu selama 10 hari. Uji kompetensinya waktu itu menggunakan ujian tulisan, tidak seperti sekarang. Ya alhamdulillah
micro
teaching juga
lancar.
Alhamdulillah
semua
dimudahkan dan berjalan dengan lancar dan saya lulus sertifikasi tahun2007. Semenjak adanya sertifikasi, alhamdulillah ya ada tunjangan
profesi, mendapatkan hak guru yang lebih baik lagi, mengangkat martabat guru dan lain-lain. Dengan hal ini, saya sebagai seorang guru merasa ingin lebih meningkatkan lagi kualitas mutu pembelajaran, tanggung jawab terhadap profesi saya khususnya tanggung jawab moral kepada Allah.” Ibu Masnah: “Menurut saya, pemberlakuan UUGD mengenai guru wajib memiliki sertifikat pendidik ya sangat bagus. Karena diberikan kepada guru yang sudah layak lah istilahnya atau sudah memenuhi persyaratan. Jadi sertifikat pendidik yaitu bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dan pengalaman saya waktu sertifikasi, alhamdulillah ya lancar-lancar saja. Kayanya tidak ada kendala sama sekali, baik dari logistik, maupun fasilitas semua sudah terpenuhi. dan saya juga sangat nyaman sekali saat beradaptasi dengan teman, guru, dosen. Pokonya,saya enjoy aja dalam menghadapi semua itu. Misalnya pada saat micro teaching, karna saya sudah punya dasar,jadi ya enjoy aja. Kendalanya mungkin pada waktu itu saya masih Diploma kemudian melanjutkan lagi S1. Setelah ijazah S1 keluar, barulah saya daftar untuk sertifikasi. Dan alhamdulillah saya lulus sertifikasi tahun 2010. Semenjak adanya sertifikasi, telah menunjang mutu kualitas guru, meningkatkan kesejahteraan guru, dan mengangkat martabat guru.” Ibu Ummi Arfiah: “Menurut saya, atas pemberlakuan UUGD tentang guru wajib memiliki sertifikat pendidik ya sangat bagus. Karena untuk menunjang mutu kualitas guru itu sendiri. Dan sertifikat pendidik merupakan bukti formal keterangan bahwa guru itu sudah layak dikatakan profesional. Intinya, sebuah pengakuan untuk guru itu. Sertifikasi ini menurut saya, sangatlah ditunggu karena khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Padahal, dulu waktu sebelum ada sertifikasi sangat minim sekali pendapatannya terutama guru honorer. Selain itu sertifikasi juga telah memberikan penghargaan, hak guru dan lain-lain. Untuk saya sendiri, saya sedang menjalani tahap proses sertifikasi itu.”
Bpk Aris Herdiana: “Menurut saya, pemberlakuan UUGD tentang guru wajib memiliki sertifikat pendidik ya sangat setuju. Karena sertifikat pendidik menunjukan bahwa adanya sebuah pengakuan sebagai guru yang profesional. Sertifikasi ini telah memberikan hak guru, menambah honor guru atau istilahnya meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan kepercayaan masyarakat tentang pendidikan. Kalau pengalaman saya waktu sertiifikasi, dengan usaha saya sendiri bukan melalui yayasan. Karena nama saya tidak terdaftar padahal waktu itu masa kerja saya sudah sembilan tahun tiga bulan. Akhirnya saya usaha sendiri datang ke KKM, Mapenda. Ya insya Allah lah ada jalan selagi mau berusaha dan itu menambah pengalaman juga buat saya. Saya mulai daftar tahun 2007 dan alhamdulillah keluar sertifikasi tahun 2009.Jadi kalau selama proses sertifikasinya sih alhamdulillah lancar-lancar saja, tidak ada kendala.” Ibu Yunelis:“Menurut saya, pemberlakuan UUGD tentang guru wajib memiliki sertifikat pendidik ya sangat penting. Karena itu menunjukan bukti formal sebagai guru yang profesional dan diberikan kepada guru yang sudah layak tentunya telah memenuhi persyaratan tertentu. Sertifikasi adalah sangat ditunggu-tunggu oleh para guru honorer karena guru telah mendapatkan tunjangan profesi. Kalau pengalaman saya sendiri, alhamdulillah proses mengikuti sertifikasi pada waktu itu ya dimudahkan aja bsa dibilang lancar-lancar saja. Dan saya lulus sertifikasi tahun 2010.”