PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATAN RE-KREASI (RE-CREATIVE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PERKULIAHAN PEMBELAJARAN TERPADU DI PGSD FIP UNJ Oleh : Oleh : Otib Satibi Hidayat ABSTRAK Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu perlu mendisain sebuah pembelajaran yang menerapkan prinsip/azas keterpaduan dalam bentuk kegiatan/proses yang berisi serentetan pengalaman interaksi belajar mengajar yang secara sengaja diprogramkan untuk menyatukan berbagai unsur. Witjaksono (1998 : 17), memerinci rentetan unsur-unsur tersebut terdiri dari: (a) subyek yang belajar (dengan pengalaman yang telah dimiliki), (b) substansi materi yang dipelajari, (c) ajang lingkungan belajar, (d) konteks situasi dan kondisi peristiwa belajar yang hendak
ditampilkan, (e) pemanfaatan berbagai sumber dan fasilitas belajar, dan (f) hal-hal lain yang tidak termasuk diatas yang dikehendaki terkait, khususnya dampak -dampak pengiring (nurturant effects) yang diharapkan bisa digapai rnelalui program yang bersangkutan. Pendekatan pembelajaran terpadu memiliki berbagai kelebihan, sangat sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar, serta akan mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi kehidupan anak dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mahasiswa PGSD dalam tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan, diwajibkan menguasaan pendekatan pembelajaran terpadu yang salah satunya mengkaji hakikat pendekatan Terpadu. Pendekatan Terpadu ini telah diamanatkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun. Didalam kedua kurikulum tersebut secara jelas mencantumkan bahwa untuk pelayanan pendidikan di kelas awal SD (1, 2, dan 3) para guru wajib menerapkan pendekatan Terpadu. Berdasarkan hasil pengembangan dalam penelitian ini yang bersumber dari realitas guru yang mengajar di SD maupun mahasiswa PGSD masih banyak ditemukan mengalami kesulitan dalam mempelajari hakikat pembelajaran terpadu/Terpadu. Dimulai dari analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), menentukan indikator, mendistribusikan tema-tema yang ada terhadap tuntutan SK dan KD, hampir sebagian besar para mahasiswa dan guru SD masih mengalami kesulitan. Hasil dari kegiatan penelitian ini dapat mengembangkan suatu model pembelajaran terpadu yang kreatif, efektif, dan inovatif melalui pengembangan bahan ajar berbasis penerapan pendekatan Re-Kreasi (Re-Creative). Kata Kunci : Re-Kreasi (Re-Creative). PENDAHULUAN Pembelajaran senantiasa merujuk pada serangkaian aktivitas yang berupaya meningkatkan kapasitas dan tujuan dari seseorang, kelompok, organisasi dan komunitas untuk mendapatkan sesuatu
kemanfaatan dengan rnenerapkan keterampilan dan pengetahuan baru secara produktif guna menumbuhkan, mematangkan, dan memberi kemampuan beradaptasi pada perubahan dan tantangan dengan sukses. 1
Menurut Morris (2001: 36), pembelajaran adalah kegiatan membantu para siswa mengenai cara belajar yang lebih baik dan efektif agar mereka menjadi orang yang belajar seumur hidup. Hal lain yang cukup menarik dari pendapat di atas bahwa pembelajaran akan dapat membantu siswa menemukan cara belajar yang baik dan membentuk mereka agar menjadi siswa yang mau belajar seumur hidup. Weick (2003: 27), memberikan batasan tentang pembelajaran sebagai perubahan segala sesuatu yang bersifat permanen di dalam perilaku yang dibawa berdasarkan pengalaman. Sejalan dengan pendapat diatas yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran terjadi perubahan, Catania (2004 : 17), menjelaskan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan atau adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan bukan atas pertolongan/bantuan belaka. Adapun pendapat yang terkait dengan hakikat pembelajaran, diungkapkan oleh Trevers (2006 : 31), bahwa pembelajaran merupakan sebuah pemrosesan informasi dan penyimpanannya. Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi terkendali didalam kegiatan belajar mengajar. Dengan berpartisipasi didalam eksplorasi tema/topik/peristiwa tersebut para siswa belajar sekaligus proses dan isi
berbagai mata serempak.
pelajaran
secara
Feeney, et. al, (2000 : 33), mengatakan bahwa penggunaan tema sebagai suatu pusat atau fokus yang dikelilingi den berbagai aktivitas yang terencana dengan tepat, adalah suatu alasan guru untuk memadukan beberapa mata pelajaran di SD
menjadi lebih mempunyai makna dan dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi siswa. Melalui tematema, siswa dapat terlibat dalam proses eksplorasi yang aktif, dan pemecahan masalah yang menantang.
Faktor yang ditonjolkan dari pendapat di atas adalah betapa pentingnya para guru memperhatikan proses belajar itu harus bermakna dan mampu memberikan kemanfaatan bagi siswa sebagai sebuah pengalaman belajar. Melalui pendekatan ini setiap anak diharapkan dapat memahami sesuatu yang berkaitan dengan topik yang dibahas dari berbagai bidang studi secara berkaitan serta mampu mengolahnya sebagai sebuah pengalaman. Begitulah siswa Sekolah Dasar memandang sesuatu hal berdasarkan pengalaman mereka. Dalam kondisi demikian menurut Basset, G, W. Jacka (2004 : 12), seyogianya guru mencoba menerapkan pembelajaran terpadu, agar siswa dapat melihat hubungan antara batas-batas setiap mata pelajaran yang dikaitkan. Sebenarnya jika guru
berusaha menempatkan diri rnereka dalam melihat sesuatu dengan cara sisi pandang siswa, maka akan disadari kalau pengetahuan yang mereka miliki secara substansi sudah terpadu dengan sendirinya. Oleh karena itu, dalam merancang kurikulum guru sedapat mungkin mengakomodasi keterpaduan– keterpaduan dari mata pelajaran sebagai sesuatu yang realistik dan wajar. 2
Alasan-alasan esensial penerapan pembelajaran terpadu di sekolah dasar dijelaskan oleh Proctor, Anne (2000 : 11), sebagai berikut : (1) sesuai dengan carapandang siswa dalam menghadapi dunia, (2) keseluruhan struktur dari pembelajaran terpadu diberikan melaiui pendekatan holistik/rnenyeluruh, (3) pembelajaran terpadu memungkinkan untuk menyelidiki batasan dari setiap mata pelajaran yang kemungkinkan berdekatan, (4) pembelajaran terpadu juga memfasilitasi ritme dari proses belajar siswa, sehingga gaya dan tingkatan proses belajar mereka tidak selalu dihambat dengan adanya mata pelajaran yang secara konstan selalu berganti, dan, (5) siswa diberikan keleluasaan untuk mengikuti lingkaran proses belajar mereka sendiri.
Selanjutnya bila dilihat dari sudut pola pikir siswa, menurut Semiawan, pembelajaran terpadu sangat penting karena dinilai sesuai dengan pola berpikir anak yang memandang dunia disekitarnya secara holistik atau menyeluruh. 11 Lebih lanjut Semiawan menjelaskan bahwa pembelajaran di Sekolah Dasar seyogianya selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan setiap peserta didik. ltu penting meng ngat bila kita perhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak usia Sekolah Dasar berada pada taraf praoperasional dan operasional konkrit. Kurikulum yang seharusnya diterapkan untuk mereka ditandai oleh adanya keterkaitan inter dan antar bidang studi dan bersifat faktual konkrit. Beranjak dari pengamatan berbagai obyek nyata untuk dibandingkan, diklasifikasikan, dan dikatagorikan. Pengembangan konsep beranjak dan berbagai latihan untuk penghayatan pengalaman dalam pemahaman konsep melalui berbagai kegiatan yang manipulatif, kemudian
diteruskan dengan latihan generalisasi.
berbagai
jenis
Collins dan Dixon (2001 : 33), mengatakan bahwa pembelajaran terpadu akan terlaksana apabila terjadi suatu peristiwa atau eksplorasi topik menjadi penggerak kurikulum. Dengan berpartisipasinya dalam peristiwa otentik atau eksplorasi topik, siswa dapat belajar dengan baik melalui proses maupun konten dalam hubungan yang lebih luas dari kurikulum yang telah tersusun dalam
satu satuan tertentu. Jika aktiyitas tersebut berskala luas dan mendalam, maka pembelajarannya akan multi disiplin mencakup atau melintas ke beberapa bidang studi. Hal itu sejalan spa yang dikemukakan oleh Mathew bahwa konsep-konsep atau isu-isu yang dikembangkan dalam program kurikulum tidaklah terbatas pada suatu mats pelajaran tertentu tetapi pada hakikatnya bersifat luas.
Dalam pelaksanaannya pendekatan pembelajaran terpadu mendisain sebuah pembelajaran yang menerapkan prinsip/azas keterpaduan dalam bentuk kegiatan/proses yang berisi serentetan pengalaman interaksi belajar mengajar yang secara sengaja diprogramkan untuk menyatukan berbagai unsur. Witjaksono (1998 : 17), memerinci rentetan unsur-unsur tersebut terdiri dari: (a) subyek yang belajar (dengan pengalaman yang telah dimiliki), (b) substansi materi yang dipelajari, (c) ajang lingkungan belajar, (d) konteks
situasi dan kondisi peristiwa belajar yang hendak ditampilkan, (e) pemanfaatan berbagai sumber dan fasilitas belajar, dan (f) hal-hal lain yang tidak termasuk diatas yang dikehendaki terkait, khususnya dampak-dampak pengiring (nurturant effects) yang diharapkan bisa digapai rnelalui program yang bersangkutan.
Mahasiswa PGSD dalam tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan, diwajibkan menguasaan 3
pendekatan pembelajaran terpadu yang salah satunya mengkaji hakikat pendekatan Terpadu. Pendekatan Terpadu ini telah diamanatkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun. Didalam kedua kurikulum tersebut secara jelas mencantumkan bahwa untuk pelayanan pendidikan di kelas awal SD (1, 2, dan 3) para guru wajib menerapkan pendekatan Terpadu. Berdasarkan hasil analisis sederhana baik yang bersumber dari realitas guru yang mengajar di SD maupun mahasiswa PGSD masih banyak ditemukan mengalami kesulitan dalam mempelajarai hakikat pembelajaran terpadu/Terpadu. Dimulai dari analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), menentukan indikator, mendistribusikan tema-tema yang ada terhadap tuntutan SK dan KD, hampir sebagian besar para mahasiswa dan guru SD masih mengalami kesulitan. Dari latar belakang itulah, perlu adanya penelitian yang dapat mengembangkan suatu model pembelajaran terpadu yang kreatif, efektif, dan inovatif melalui pengembangan bahan ajar berbasis penerapan pendekatan Re-Kreasi (ReCreative). Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) tahapan, yaitu (1) pembuatan Blueprint bahan ajar, dan (2) pengembangan/uji coba bahan ajar. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah: 1. Apakah yang menjadi penyebab para guru mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran dengan Pendekatan Terpadu? 2. Bagaimanakah tahapan perencanaan Pembelajaran Terpadu berdasarkan tuntutan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di kelas awal SD? 3. Bagaimanakah sebaiknya bahan ajar pembelajaran terpadu yang dapat memenuhi tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khusus di kelas awal SD?
TINJAUAN PUSTAKA 1. Hakikat Peserta Didik Kelas Awal Sekolah Dasar Seperti dikemukakan oleh Mit Witjaksono dalam kaitannya dengan pendekatan pembelajaran di Sekolah Dasar, beliau mengatakan : disain pembelajaran dikelas-kelas awal Sekolah Dasar harus mampu menjangkau pengaitan dan penyatuan
berbagai bidang pengetahuan dan kegiatan dalam proses kegiatan pembelajarannya. Hal ini menandakan antara kelas-kelas awal Sekolah Dasar (kelas 1, 2 dan 3) dengan kelas-kelas lanjutan/tinggi (4 , 5 dan 6) tentu memerlukan pertimbangan dan
penanganan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat kita landasi seperti yang telah tersebut di atas, karena karakteristik masingmasing kelompok kelas itu secara realitas juga memang berbeda. 2. Hakikat Tujuan Be!ajar di KelasKelas Awal SD Satori menjelaskan bahwa proses belajar dalam periode ini diciptakan untuk : (1) membuat anakanak mencintai, merasa senang, dan bergiliran dalam rnelakukan kegiatan belajar, (2) menumbuhsuburkan dalam diri anak-anak sikap dan sifat-sifat berpikir kreatif, dorongan ingin tahu, kerjasama, harga diri, dan kepercayaan din, (3) mengembangkan sikap positif terhadap nilai kegiatan belajar, dan (4) mengembangkan afeksi dan sensitivitas anak-anak terhadap peristiwa-peristiwa yang
4
terjadi dilingkungan sekitarnya (sosial, fisik, teknologi, dan sebagainya).
Melihat dari hal tersebut di atas memberikan gambaran bahwa di kelas-kelas awal Sekolah Dasar anak mendapatkan pendidikan penyesuaian dalam segala hal. Pendidikan
penyesuaian ini memerlukan materi berupa nilai, norma,dan moral yang sangat mereka butuhkan. Nilai, norma dan moral ini bila mampu diserap dengan balk dengan sendirinya akan berperan sebagai sebuah pengendali dan pembentuk kepribadian dirinya pada saat memasuki kehidupan yang lebih luas. Seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan penyesuaian hidup (Life Adjustment) beliau menjelaskan bahwa pendidikan ini berkenaan dengan kehidupan etik, moral, fisik, mental dan emosional, kepuasan personal setiap individu sesuai dengan kemampuannya, kerja pengalamari dalam masyarakat.
3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Hidden Excellent inpersoonhood Usia kelas awal sekolah dasar sering disebut sebagai masa-masa keemasan bagi seorang anak manusia (the golden age). Masa keemasan tersebut memiliki makna betapa anak di usia tersebut mempunyai banyak peluang untuk mengembangkan potensi yang masih tersembunyi dan sangat memerlukan stimulasi dari orang-orang di sekitarnya. Ilmu pendidikan memandangan bahwa menurut Developmentally Appropriate Practice (DAP) anak usia SD memiliki 5 (lima) kebutuhan dasar yang meliputi: (1) kebutuhan pengembangan kecerdasan intelektual, (2) kebutuhan pengembangan emosi, (3) kebutuhan pengembangan speech (bahasa dan seni), (4) kebutuhan pengembangan life skill (kecakapan hidup), dan (5) kebutuhan pengembangan motorik (Kasar dan halus)
4. Essensi Membidik dan Mengembangkan Multiple Intellegence sejak Usia Dini Howard Garner (2000 : 76), mengembangkan argumentasi ilmiah terhadap pentingnya kita mengenal setiap potensi/kecerdasan dari setiap peserta didik yang kita bina. Karena hakikat dari proses belajar mengajar adalah harus mampu merubah suatu kondisi ke arah yang lebih baik. Perubahan yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah bagaimana guru mampu mendeteksi setiap potensi yang tersembunyi dari para siswa kemudia rangsangan dan upaya terprogram agar hal tersebut berkembang secara optimal. 5. Kecendungan Belajar Anak Kelas awal Sekolah Dasar Berdasarkan paradigma umum tentang hakikat belajar yang dilakukan anak usia kelas awal SD senantiasa memiliki kekhasan yang membedakan dengan kondisi anak di kelas lanjut sekolah dasar. Fogarti (2000 : 37) meneyimpuna bahwa kecenderungan belajar anak kelas awal SD adalah: (a) beranjak dari hal-hal yang kongkret (Kelihatan oleh mata/kasat mata), memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan/terpadu (Holistik), melalui proses manipulatif (proses dimana siswa mengotakngatik sesuatu yang dipelajarinya dengan menggunakan kedua tangannya)=‘hands on activities’, dan berkembang mengikuti tahapan hirarki (mengikuti urutan tertentu dan bila tahap tertentu belum dilalui, siswa tidak akan melompati tahap tersebut ke jenjang yang lebih tinggi) 6. Kelebihan-Kelebihan Pembelajaran Terpadu Sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran, secara teoretis pendekatan pembelajaran terpadu 5
memiliki kelebihan dan keungggulan dibanding pendekatan konvensional yang selama ini berjalan. Dari uraian dan ciri-ciri/karakteristik diatas, pendekatan pembelajaran terpadu memiliki kelebihan–kelebihan sebagai berikut : a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak, b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak,.c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama, d. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir anak, e. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak, f. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. METODE PENELITIAN A. Rancangan Pengembangan Penelitian ini merupakan studi pengembangan model pembelajaran yang mencakup pengembangan bahan ajar, kegiatan pembelajaran dan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan akademik mahasiswa PGSD FIP UNJ Jakarta. Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan di PGSD FIP UNJ pada tahun ajaran 2009/2010 dan dilaksanakan dalam 3 tahap. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah mengikuti rangkaian penelitian pengembangan (research and development) yang akan ditempuh melalui thought experiments dan instruction experiment. Subjek penelitian adalah guru SD DKI Jakarta dan mahasiswa PGSD FIP UNJ. Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui angket dan tes tertulis. Analisa data akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan penelitian ini yaitu melalui analisa kualitatif maupun kuantitatif. Adapun rencana penelitian pada setiap tahap adalah sebagai berikut: Tahap pertama: Tahap ini merupakan tahap identifikasi dan pengembangan blueprint model pembelajaran yang mencakup pengembangan model bahan ajar dan model kegiatan pembelajaran. Tahap kedua: Tahap ini merupakan tahap mendisain model bahan ajar dan model kegiatan pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji coba di PGSD. Tahap ketiga: Tahap ketiga adalah tahapan terakhir dalam penelitian ini yang memungkinkan peneliti dapat memproduksi hasil dari perbaikan dari tahap pertama maupun tahan kedua. B. Hasil/ Produk yang Diharapkan Hasil atau produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1) Pada fase I dihasilkan berupa bahan ajar untuk mata kuliah Pembelajaran Terpadu dengan tiga model pembelajaran terpasu, yaitu: a. Model Connected, b.Model Webbed, c.Model Integrated Ketiga model diatas dilengkapi dengan contoh simulasi pembelajaran terpadu dalam bentuk CD Pembelajaran (karya peneliti/dosen). 2). Pada fase II berupa ujicoba oleh mahasiswa yang menggunakan bahan ajar Pembelajaran terpadu, dengan mensimulasikan tiga model pembelajaran yang sudah di re-kreasi (kreasi ulang) oleh mahasiswa tersebut/karya mahasiswa sendiri. 3). Pada fase III berupa penyempurnaan bahan ajar setelah diujicobakan pada 6
perkuliahan Pembelajaran Terpadu dan penerapan re-kreasi mahasiswa pada perkuliahan Pembelajaran Terpadu.
dihadapi melalui sebagai berikut:
Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif
C.
Lokasi dan Waktu Pengembangan Penelitian dan pengembangan ini akan dilaksanakan di PGSD FIP UNJ dan SD di beberapa wilayah DKI Jakarta dengan target terjangkau serta proporsional. D. Subjek Pengembangan Subjek penelitian adalah guru SD DKI Jakarta dan mahasiswa PGSD FIP UNJ. Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui angket dan tes tertulis. Analisa data akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini yaitu melalui analisa kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai upaya pengembangan suatu pendekatan pembelajaran, maka peranan dosen/peneliti adalah sebagai pendesain model beserta karakteristiknya yang dielaborasikan kepada seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ini adalah adalah sebagai pelaksana penerapan model yang dikembangkan, mulai dari tahap uji coba, perbaikan dan pengembangan sampai berhasil. 1. Prosedur Pengembangan Untuk menghasilkan suatu produk model pengembangan pembelajaran sebuah model ReKreasi ada beberapa tahapan yang harus ditempuh, tahap-tahap tersebut yaitu: 1. Tahap I Need Assesment atau analisa kebutuhan 2. Tahap II Rancangan 3. Tahap III Pengembangan dan Implementasi Melalui model pembelajaran Re-Kreasi dalam rangka pemecahan masalah yang
tahapan
1.
Orientasi:
garis besar tugas dan penilaian
4. Re-Kreasi: Ubah dalam bentuk lain (puisi, prosa, drama, cerita bergambar, dll) tampilkan
2. Eksplorasi: Cari, baca, bacakan, dengarkan, saksikan,
3. Interpretasi: Bahas, hayati karakter, gali tema dan nilai
4. Tahap IV Evaluasi dan Revisi Keempat langkah umum tersebut dapat diilustrasikan dalam bagan di bawah ini:
A W A L
Tah Tah Anal ap ap isa Ran Impl Keb cang eme utuh an ntasi an Evaluasi dan Revisi
a. Teknik Evaluasi Penelitian ini menggunakan teknik evaluasi one-to-one evaluation dan small group evaluation. Teknik evaluasi one-toone evaluation secara luas digunakan selama permulaan rancangan dan pengembangan produk. Evaluasi ini digunakan untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang berkaitan dengan produk. Sedangkan small group evaluation dilakukan setelah produk selesai di revisi. Tujuannya untuk mengetahui apakah produk dapat diterima oleh pengguna. Sekelompok kecil mahasiswa akan diminta menggunakan program, kemudian dilakukan observasi, wawancara, atau pemberian angket. Berdasarkan interaksi mahasiswa dengan program pengembang dapat mengambil 7
kesimpulan sampai sejauh mana program dapat diterima oleh mahasiswa dan guru SD. 2. Hasil Uji Coba Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil uji coba mahasiswa dan guru yang dilakukan para ahli metodologi pembelajaran, ahli materi, serta mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pembelajran Terpadu, diperoleh data sebagai berikut: a. Evaluasi pada ahli metodologi pembelajaran: a. Rata-rata kelengkapan KBM = 4.0 b. Rata-rata kelengkapan materi = 3.7 c. Rata-rata kelengkapan metode = 4.0 d. Rata-rata kelengkapan kurikulum = 3.9 e. Rata-rata keseluruhan komponen RPP = 3.9 b. Evaluasi pada mahasiswa a. Rata-rata kelengkapan KBM = 4.0 b. Rata-rata kelengkapan materi = 4.0 c. Rata-rata kelengkapan metode = 4.0 d. Rata-rata kelengkapan kurikulum = 3.9 e. Rata-rata keseluruhan komponen RPP = 4.0 Dari hasil rekapitulasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Re-Kreasi dalam rangka pengembangan pendekatan Pembelajaran Terpadu dapat diterima dan digunakan dalam proses pembelajaran untuk siswa kelas awal di sekolah dasar. III. Revisi Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap ahli metodologi, materi, ahli media, dan mahasiswa, diperoleh beberapa
masukan dan saran yang sangat berguna untuk penyempurnaan program. Beberapa masukan tersebut di antaranya adalah: c. Materi harus dapat terakomodasi dengan lengkap pada saat penerapan pembelajaran terpadu. d. Penyusunan indikator harus lebih kreatif dan variatif sesuai ketentuan dalam desain pembelajaran. e. Perlu menganalisis perbedaan yang jelas antara perumusan indikator dengan tujuan pembelajaran. f. Penguasaan teknik berkomunikasi harus mendapatkan kejelasan dalam penerapan metode yang telah ditentukan dalam RPP. g. Desain peta pengembangan dan jaringan tema harus memberikan kesan yang menarik dan kreatif. h. Penyusunan alat ukur/evaluasi/tes harus memenuhi seluruh indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam RPP i. Pengembangan ketiga model pendekatan pembelajaran terpadu harus sering dilakukan untuk mengurangi tingkat kejenuhan baik guru maupun siswa di SD.
E. Instrumen Pengembangan Instrumen pengembangan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk angket pengamatan/observasi untuk mengukut tingkat keberhasilan dalam penerapan Pembelajaran Terpadu, dan tes tertulis untuk mengukur tingkat penguasaan materi dan hakikat dari pendekatan pembelajaran terpadu.
8
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan 1. Nama Produk Bahan ajar untuk mata kuliah Pembelajaran Terpadu dengan tiga model pembelajaran terpasu, yaitu: a. Model Connected, b. Model Webbed c. Model Integrated Ketiga model diatas dilengkapi dengan contoh simulasi pembelajaran terpadu dalam bentuk CD Pembelajaran (karya peneliti/dosen). 2. Karakteristik Produk Kebutuhan dalam Kelengkapan Proses Pembelajaran dalam materi Pembelajaran Terpadu dikenalkan tiga model pendekatan pembelajaran terpadu yaitu (1) Model Connected (2) Model Webbed dan (3) Model Integrated. Produk ini diwujudkan dalam bentuk bahan ajar, pedoman penyusunan rencana kegiatan pembelajaran, dan contoh simulasi mengajar dengan pendekatan Pembelajaran Terpadu. Simulasi mengajar tersebut dibuat dalam bentuk CD. 3. Kelebihan Produk Produk yang dihasilkan memiliki kelebihan diantaranya adalah, (1) dapat memberikan pemahaman secara rasional kepada calon guru dan guru di SD tentang betapa pentingnya menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi anak kelas awal SD, (2) memberikan pencerahan dalam memahami hakikat pembelajaran tematik/terpadu bagi para pendidik di SD, (3) membantu melakukan penyusunan kelengkapan proses pembelajaran berupa peta pengembangan dan jaringan tema, pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran, penysunan silabus, dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). 1. Prosedur Pemanfaatan Produk ini secara instan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
mahasiswa dan guru SD sesuai kebutuhan pengguna (stakeholders) di lapangan, tentunya dengan prosedur yang telah disepakati sebelumnya. B.
Pembahasan Feeney, et. al, (2000 : 33), mengatakan bahwa penggunaan tema sebagai suatu pusat atau fokus yang dikelilingi den berbagai aktivitas yang terencana dengan tepat, adalah suatu alasan guru untuk memadukan beberapa mata
pelajaran di SD menjadi lebih mempunyai makna dan dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi siswa. Melalui tema-tema, siswa dapat terlibat dalam proses eksplorasi yang aktif, dan pemecahan masalah yang menantang.
Melalui pendekatan ini setiap anak diharapkan dapat memahami sesuatu yang berkaitan dengan topik yang dibahas dari berbagai bidang studi secara berkaitan serta mampu mengolahnya sebagai sebuah pengalaman. Begitulah siswa Sekolah Dasar memandang sesuatu hal berdasarkan pengalaman mereka. Dalam kondisi demikian menurut Basset, G, W. Jacka (2004 : 12), seyogianya guru mencoba menerapkan pembelajaran terpadu, agar siswa dapat melihat hubungan antara batas-batas setiap mata pelajaran yang dikaitkan.
Sebenarnya jika guru berusaha menempatkan diri rnereka dalam melihat sesuatu dengan cara sisi pandang siswa, maka akan disadari kalau pengetahuan yang mereka miliki secara substansi sudah terpadu dengan sendirinya. Oleh karena itu, dalam merancang kurikulum guru sedapat mungkin mengakomodasi keterpaduan– keterpaduan dari mata pelajaran 9
sebagai sesuatu yang realistik dan wajar. Mengingat karakteristik pembelajaran terpadu seperti yang telah diuraikan di atas, maka menurut Rakajoni (2000 : 36), dibutuhkan beberapa persyaratan pokok dalam perencanannya di lapangan. Persyaratan yang dimaksud adalah: 1. Kejelian profesional dari
guru dalam melihat dan memanfaatkan berbagai kemungkinan adanya arahan berkaitan dengan konsep, materi, keterampilan, dan sikap yang bersifat menyeluruh, 2. Penguasaan materi dari berbagai Korsep, pokok. bahasan, keterampilan dalam bidang studi yang perlu dikaitkan, 3. Wawasan kependidikan yang mampu membuat guru selalu waspada untuk memanfaatkan setiap keputusan dan tindakannya untuk memberikan urunan nyata bagi pencapaian tujuan utuh pendidikan (dampak instruksional dan dampak pengiring). Alasan-alasan esensial penerapan pembelajaran terpadu di sekolah dasar dijelaskan oleh Proctor, Anne (2000 : 11), sebagai berikut : (1) sesuai dengan carapandang siswa dalam menghadapi dunia, (2) keseluruhan struktur dari pembelajaran terpadu diberikan melaiui pendekatan holistik/rnenyeluruh, (3) pembelajaran terpadu memungkinkan untuk menyelidiki batasan dari setiap mata pelajaran yang kemungkinkan berdekatan, (4) pembelajaran terpadu juga memfasilitasi ritme dari proses belajar siswa, sehingga gaya dan tingkatan proses belajar mereka tidak selalu dihambat dengan adanya mata pelajaran yang secara konstan selalu berganti, dan, (5) siswa diberikan keleluasaan untuk mengikuti lingkaran proses belajar mereka sendiri.
Selanjutnya bila dilihat dari sudut pola pikir siswa, menurut Semiawan, pembelajaran terpadu sangat penting karena dinilai sesuai dengan pola berpikir anak yang memandang dunia disekitarnya secara holistik atau menyeluruh. 11 Lebih lanjut Semiawan menjelaskan bahwa pembelajaran di Sekolah Dasar seyogianya selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan setiap peserta didik. ltu penting meng ngat bila kita perhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak usia Sekolah Dasar berada pada taraf praoperasional dan operasional konkrit. Kurikulum yang seharusnya diterapkan untuk mereka ditandai oleh adanya keterkaitan inter dan antar bidang studi dan bersifat faktual konkrit. Beranjak dari pengamatan berbagai obyek nyata untuk dibandingkan, diklasifikasikan, dan dikatagorikan. Pengembangan konsep beranjak dan berbagai latihan untuk penghayatan pengalaman dalam pemahaman konsep melalui berbagai kegiatan yang manipulatif, kemudian diteruskan dengan berbagai jenis latihan generalisasi. Collins dan Dixon (2001 : 33), mengatakan bahwa pembelajaran terpadu akan terlaksana apabila terjadi suatu peristiwa atau eksplorasi topik menjadi penggerak kurikulum. Dengan berpartisipasinya dalam peristiwa otentik atau eksplorasi topik, siswa dapat belajar dengan baik melalui proses maupun konten dalam hubungan yang lebih luas dari kurikulum yang telah tersusun dalam
satu satuan tertentu. Jika aktiyitas tersebut berskala luas dan mendalam, maka pembelajarannya akan multi disiplin mencakup atau melintas ke beberapa bidang studi. Hal itu sejalan spa yang dikemukakan oleh Mathew bahwa konsep-konsep atau isu-isu 10
yang dikembangkan dalam program kurikulum tidaklah terbatas pada suatu mats pelajaran tertentu tetapi pada hakikatnya bersifat luas.
Dalam pelaksanaannya pendekatan pembelajaran terpadu mendisain sebuah pembelajaran yang menerapkan prinsip/azas keterpaduan dalam bentuk kegiatan/proses yang berisi interaksi
serentetan pengalaman belajar mengajar yang
pendekatan Terpadu. Pendekatan Terpadu ini telah diamanatkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun. Didalam kedua kurikulum tersebut secara jelas mencantumkan bahwa untuk pelayanan pendidikan di kelas awal SD (1, 2, dan 3) para guru wajib menerapkan pendekatan Terpadu.
secara sengaja diprogramkan untuk menyatukan berbagai unsur. Witjaksono (1998 : 17), memerinci rentetan unsur-unsur tersebut terdiri dari: (a) subyek yang belajar (dengan pengalaman yang telah dimiliki), (b) substansi materi yang dipelajari, (c) ajang lingkungan belajar, (d) konteks situasi dan
Hasil dari kegiatan penelitian ini dapat mengembangkan suatu model pembelajaran terpadu yang kreatif, efektif, dan inovatif melalui pengembangan bahan ajar berbasis penerapan pendekatan Re-Kreasi (ReCreative).
kondisi peristiwa belajar yang hendak ditampilkan, (e) pemanfaatan berbagai sumber dan fasilitas belajar, dan (f) hal-hal lain yang tidak termasuk diatas yang
A.
dikehendaki terkait, khususnya dampak-dampak pengiring (nurturant effects) yang diharapkan bisa digapai melalui program yang bersangkutan. Memperhatikan berbagai pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu upaya yang perlu dilakukan sebagai langkan nyata dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan pelayanan pendidikan. Pendekatan pembelajaran terpadu memiliki berbagai kelebihan, sangat sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar, serta akan mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi kehidupan anak dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mahasiswa PGSD dalam tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan, diwajibkan menguasaan pendekatan pembelajaran terpadu yang salah satunya mengkaji hakikat
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan dalam kegiatan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis KTSP khususnya di kelas awal SD, merencanakan pembalajaran terpadu/Terpadu sesuai tema-tema yang telah ditentukan, dapat dicapai melalui bahan ajar berbasis pendekatan Re-Kreasi (RE-Creative) 2. Melalui model pendekatan ReKreatif kegiatan perkulihahan Pembelajaran Terpadu dapat menghasilkan analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dengan mudah dan menyenangkan, B.
Saran Setelah melalui kegiatan penelitian dan pengembangan pada mata kuliah Pembelajaran Terpadu, yang mendapatkan hasil cukup positif, maka peneliti menyarankan:
11
1. Sebaiknya pada mata kuliah yang lain pun dapat dilakukan hal yang sama. 2. Perkuliahan yang dikelola oleh seluruh dosen seyogianyan mampu meningkatkan kualitas hasil perkuliahan yang kreatif dan produktif.
3. Perlu adanya dukungan dana dari semua pihak untuk dapat meningkatkan kreativitas dosen dan mahasiswa dalam menghasilkan suatu karya yang inovatif.
DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti. (2003). Peran Orang Tua dan Guru dalam Pengembangan Kecerdasan Jamak, Jakarta : PPS UNJ Amstrong, Thomas. (2003). Sekolah Para Juara, Bandung : Mizan Media Utama Dryden, Gordon, et. al. (2000). Revolusi Cara Belajar, Bandung: Mizan Media Utama Fogarty, Robin. (2000). How to Integrated Learning in Elementary School, Allyn & Bacon. Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Gunawan. W. Adi. (2003). Born to be a Genius, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hidayat, O.S., (2003). Profesi Kependidikan, Bekasi, MMA Press Jamaris, Martini. (2003). Penerapan Multiple Intelligence dalam Kurikulum Berbasis Kompetensidan Apilikasinya melalui Pembelajaran Terpadu, Jakarta : PPS UNJ Moleong, J. Lexy. (2003). Teori, Prinsip, Karakter, dan Pembelajaran Multiple Intelligence, Jakarta : PPS UNJ Nurani Sujiono, Yuliani. (2005). Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Silberman, Mel. (2001). Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject (terj), Yogyakarta: YAPPENDIS Semiawan, Cony R. (2001). Pengembangan Anak Berbakat. Tim Pengembang PKP (2006), Peningkatan Kualitas Pembelajaran, Dirjen Dikti, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Jakarta: Depdiknas Tom, et. al. (2003). Rancang Bangun Anak Cerdas, Depok : Inisiasi Press Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: BP. Karya mandiri (2006) Daftar Riwayat Hidup : Drs. Otib Satibi Hidayat, M.Pd, Dosen PGSD FIP UNJ.
12