Karakterisasi Butiran Submikron… (Irnawati Widya Hastuti) 308 KARAKTERISASI BUTIRAN SUB MIKRON NANOMATERIAL KARBON BATOK KELAPA DENGAN VARIASI WAKTU PENGADUKAN BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK FILTRASI LOGAM Fe DARI LIMBAH AIR SELOKAN MATARAM BERDASARKAN UJI UV-VIS, XRD, SEM DAN AAS CHARACTERIZATION OF THE SUB MICRON GRAIN OF COCONUT SHELL CARBON NANOMATERIAL WITH VARIANTATION OF MATERIAL MIXING TIME USED FOR FILTRATING Fe METAL FROM WATER OF SELOKAN MATARAM USING UV-VIS, XRD, SEM AND AAS TEST Oleh : Irnawati Widya Hastuti dan W.S. Brams Dwandaru, Ph. D
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu pengadukan bahan dengan bahan dasar serbuk SMC batok kelapa yang disintesis dengan metode LSE terhadap hasil absorbansi dan panjang gelombang, mengetahui fasa kristalin dan ukuran partikel, dan mengetahui morfologi permukaan SMC yang digunakan untuk bahan dasar filter pada alat filter air sederhana. Penelitian dimulai dengan membuat serbuk SMC berbahan dasar batok kelapa yang telah dihaluskan, aquades 100 ml, dan detergen 2 gram ke dalam blender. Sampel kemudian dicampur dengan memvariasikan waktu pengadukan bahan. Sampel diendapkan satu malam dan disonifikasi selama 4 jam kemudian dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis. Endapan sampel yang sudah berbentuk serbuk SMC dikarakterisasi XRD untuk masing- masing variasi waktu sedangkan untuk karakterisasi SEM dilakukan pada sampel 60 menit waktu pengadukan bahan dengan blender. Serbuk SMC tersebut kemudian dilapiskan pada kertas saring dan dipasangkan pada alat filtrasi sederhana. Limbah air yang digunakan yaitu air Selokan Mataram. Air hasil filtrasi dikarakterisasi kadar logam Fe berdasarkan karakterisasi AAS. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin lama waktu pengadukan bahan maka puncak absorbansi semakin bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek (bluesift) dan nilai absorbansi naik seiring lamanya waktu pengadukan. Serbuk SMC yang disintesis dengan metode LSE mempunyai fasa amorf setelah dilakukan variasi waktu pengadukan bahan dengan blender serbuk SMC semakin amorf. Untuk morfologi serbuk SMC pada 60 menit waktu pengadukan bahan dengan blender terlihat seperti bongkahan yang kurang teratur dengan ukuran yang berbeda-beda. Dapat diketahui ukuran serbuk SMC sekitar 1,274 μm sampai 12,502 μm dengan ketebalan sekitar 0,576 μm sampai 0,829 μm. Dari hasil karakterisasi AAS diperoleh semakin lama waktu pengadukan bahan dengan blender semakin menurun pula kadar logam Fe pada limbah air. Kata Kunci: serbuk SMC, LSE, Limbah air Selokan Mataram, waktu pengadukan bahan.
309 Jurnal Fisika Volum 6 Nomor 4. Tahun 2017
ABSTRACT The aim of this research is to know the effect of variantation of material mixing time with the powder of SMC of coconut shell as the basis material synthesized by LSE method toward the result of absorption and wavelength based on UV-Vis test, to know the crystallization phase and particle size, and to know the form of SMC’s surface with SEM characterization used for filter base material in simple filtration. The research started with making SMC powder made from mashed coconut shell, 100 ml of aquades, and 2 grams of detergent put together into blender. The sample was then mixed by varying the mixing time of the material. Samples were precipitated overnight and sonificated for 4 hours which later was characterized by UV-Vis spectrophotometer. The precipitated sample that has been shaped as SMC powder was characterized by XRD for each time variation while the SEM characterization is done on 60 minute based on mixing time. The SMC powder is then superimposed on the filtering paper and applied to a simple filtration device. Waste water that is used is water of Selokan Mataram. The result of the filtration is tested to know the metal measure of Fe based on AAS test. The results showed that the longer the mixing time of the absorbing peak the more the shift to the shorter wavelength (bluesift) and the absorbing value increases with the length of mixing time. SMC powder synthesized by LSE method has an amorphous phase after variation of mixing time of material with SMC powder blender increasingly amorphous. For SMC powder morphology at 60 minutes the blender time looks like an irregular chunk of different sizes. It can be known that the size of the SMC powder is about 1.274 μm to 12,502 μm with a thickness of about 0.576 μm to 0.829 μm. From the results of characterization of AAS obtained the longer time of mixing the material with the blender decreased also Fe content of metal in waste water. Keywords: SMC powder, LSE, Waste water Selokan Mataram, material mixing time. menyiapkan makan, dan minum. Selain itu PENDAHULUAN
air juga dimanfaatkan sebagai pertanian,
Air merupakan salah satu senyawa kimia
yang
sangat
penting
bagi
perikanan, dan industri, sehingga kebutuhan air bersih sangatlah dibutuhkan.
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup.
Bagi
manusia
air
Berdasarkan
PERMENKES
RI
merupakan
No.492/MENKES/PER/IV/2010, air yang
kebutuhan pokok yang wajib ada untuk
layak dipergunakan adalah air yang tidak
kebutuhan
sehari- hari.
berbau,
kegiatan
yang
Hampir
dilakukan
semua manusia
berwarna
mendapatkan
air
dan
berasa.
bersih
kita
Untuk dapat
membutuhkan air, mulai dari membersihkan
memanfaatkan sumber air baku seperti air
diri, membersihkan ruangan tempat tinggal,
hujan, air permukaan (air sungai, air danau,
Karakterisasi Butiran Submikron… (Irnawati Widya Hastuti) 310 genangan air lainnya) dan air laut untuk
Pengolahan air dengan teknologi membran
diolah menjadi air bersih yang layak pakai.
misalnya, mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi
Selokan Mataram merupakan kanal
(UF), nanofiltrasi (NF), dan reserve osmosis
yang menghubungkan sungai Progo di barat
(RO). Untuk memperoleh alat pengolahan
dengan sungai Opak di timur. Selokan
air tersebut dibutuhkan biaya yang cukup
Mataram mempunyai manfaat yang sangat
mahal dan dalam skala pabrik. Prinsip
besar bagi masyarakat Yogyakarta dan
nanoteknologi sendiri adalah merekayasa
sekitarnya yang dilewati aliran airnya.
sifat-sifat
Seiring waktu Selokan Mataram mengalami
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih
penurunan kualitas air. Air semakin keruh
efektif, efisien, dan lebih berdaya guna
dan tidak memenuhi standar air bersih
dalam skala nanometer. Apabila material
sehingga
dapat
dapat dibuat dalam ukuran nanometer maka
dimanfaatkan secara baik bagi masyarakat
dapat dihasilkan sifat-sifat baru yang luar
sekitar. Kekeruhan air ditimbulkan oleh
biasa. Karbon batok kelapa adalah solusi
adanya bahan-bahan organik dan anorganik
bahan yang tepat untuk menurunkan logam
seperti lumpur dan buangan tertentu yang
Fe pada air sumur dan sungai.
air
tersebut
tidak
masuk ke saluran air Selokan Mataram sehingga menyebabkan air menjadi keruh. Ada sederhana
berbagai yang
dan
performansi
material
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
untuk
membuat alat penyaring
macam
metode
sederhana menggunakan butiran sub micron
digunakan
untuk
carbon (SMC) batok kelapa dimana butiran
mendapatkan air bersih, antara lain dengan
SMC
krikil, pasir dan arang yang berukuran besar
sonification exfoliation (LSE). Metode LSE
(berukuran makro). Pengolahan air dengan
adalah
metode tersebut masih konvensional. Oleh
graphene dalam fase cair dengan bantuan
karena itu, perlu inovasi atau pembaharuan
surfaktan dan gelombang ultrasonik.
dalam hal teknologi, proses maupun bahan
Pada penelitian ini, peneliti melakukan
adiktif yang digunakan dalam pengolahan
karakterisasi
air bersih.
dijadikan bahan filter pada alat filtrasi
Berkembangnya nanoteknologi pada dekade
terakhir
ini
juga
disintesis dengan
metode
metode
sintesis
bahan
SMC
liquid
nanomaterial
yang
akan
sederhana. Karakterisasi SMC dilakukan
memberikan
berdasarkan uji spektrofotometer UV-Vis,
dampak baik pada teknologi pengolahan air.
X-ray diffraction (XRD), dan scanning
311 Jurnal Fisika Volum 6 Nomor 4. Tahun 2017 electron microscope (SEM). Sedangkan
Sedangkan untuk karakterisasi SEM
untuk karakterisasi hasil filtrasi dilakukan
dilakukan pada sampel 60 menit waktu
uji AAS untuk mengetahui kadar logam Fe
pengadukan bahan dengan blender. Hasil
pada air hasil filtrasi.
karakteristik SEM berupa foto gambar morfologi permukaan dari serbuk SMC batok kelapa. Hasil karakterisasi SEM
METODE Penelitian dimulai dengan membuat
digunakan untuk mengetahui gambar serbuk
serbuk SMC berbahan dasar batok kelapa
SMC yang telah disintesis dan ukuran
yang telah dihaluskan, aquades 100 ml, dan detergen 2 gram ke dalam blender. Sampel
serbuk SMC. Serbuk SMC tersebut kemudian
kemudian dicampur dengan memvariasikan
dilapiskan
waktu
dipasangkan pada alat filtrasi sederhana.
pengadukan
bahan.
Sampel
pada
kertas
saring
dan
diendapkan satu malam dan disonifikasi selama 4 jam kemudian dikarakterisasi dengan
spektrofotometer UV-Vis.
karakterisasi merupakan
spektrofotometer hasil
Data
UV-Vis
karakterisasi
larutan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
Gambar 1. Pembuatan alat penyaring
panjang gelombang serapan dan puncak absorbansi pada sampel larutan. Endapan
sampel
sederhana Limbah air yang digunakan yaitu air
yang
sudah
Selokan
Mataram.
Air
hasil
filtrasi
berbentuk serbuk SMC dikarakterisasi XRD
dikarakterisasi kadar logam Fe berdasarkan
untuk masing- masing variasi waktu. Sampel
karakterisasi AAS. Hasil analisis AAS
yang
digunakan untuk mengetahui kadar logam
telah
dibuat
untuk
keperluan
karakterisasi
XRD
kemudian
diuji
menggunakan XRD. Hasil analisis Sinar-X digunakan untuk mengetahui informasi fasa kristalin.
Data
yang
diperoleh
berupa
Fe yang mampu disaring oleh alat filtrasi sederhana. Metode LSE (liqiud sonification exfoliation)
adalah
metode
sintesis
hubungan antara intensitas dengan sudut
nanomaterial graphene dalam fase cair
difraksi 2θ.
dengan bantuan surfaktan dan sonifikasi.
Karakterisasi Butiran Submikron… (Irnawati Widya Hastuti) 312 Pada penelitian ini detergen yang digunakan
panjang gelombang. Hasil karakterisasi UV-
mengandung 20% surfaktan jenis linear
Vis dapat dilihat pada Gambar 2.
alkylbenzena sulfonate (LAS).
6
Penelitian
ini
30 menit blender
4
60 menit blender
3
untuk
variasi
waktu
2
SMC
1
hasil absorbansi dan panjang
0
pengaruh
pengadukan
bahan pada
gelombang
berdasarkan
serbuk
uji
SMC
mengetahui berdasarkan
berdasarkan morfologi
uji
XRD,
serbuk
SMC
uji SEM dan
0
UV-Vis,
mengetahui fasa kristalin yang terdapat pada serbuk
5
bertujuan
mengetahui
terhadap
Abs.
HASIL DAN PEMBAHASAN
tanpa blender
200
400
600
800
1000
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 2. Grafik hasil uji spektrofotometer UV-Vis dengan variasi waktu pengadukan bahan.
mengetahui
pengaruh variasi waktu pengadukan bahan
Dari hasil karakterisasi UV-Vis dapat
terhadap
diketahui bahwa semakin
hasil
filtrasi limbah Selokan
lama waktu
Mataram ditinjau dari penurunan logam Fe
blender, maka nilai absorbansi juga semakin
berdasarkan uji AAS.
besar. Panjang gelombang pada absorbansi maksimum juga menunjukkan nilai yang berbeda seiring dengan lamanya waktu.
Hasil Karakterisasi UV-Vis Karakterisasi spekrofotometer UV-
Untuk tanpa blender, puncak absorbansi
Vis menunjukan hubungan antara panjang
diperoleh pada panjang gelombang 260 nm,
gelombang
dengan
254 nm, dan 226,5 nm. Pada 30 menit waktu
besarnya absorbansi larutan yang diuji. Pada
blender puncak absorbansi diperoleh pada
penelitian
UV-Vis
panjang gelombang 260 nm, 254 nm dan
terhadap sampel hasil sintesis SMC dengan
225,5 nm. Pada 60 menit waktu blender,
variasi pengadukan bahan yaitu
tanpa
puncak absorbansi diperoleh pada panjang
blender, 30 dan 60 (dalam menit) waktu
gelombang 253 nm dan 204 nm. Pada
blender. Hasil pengujian ditampilkan pada
puncak
grafik hubungan antara absorbansi dengan
menunjukan adanya pergeseran
dalam
ini,
nanometer
dilakukan
uji
ketiga
dari
hasil
UV-Vis menuju
panjang gelombang yang lebih pendek
313 Jurnal Fisika Volum 6 Nomor 4. Tahun 2017 seiring lamanya waktu blender untuk tanpa
pengujian XRD berupa spektrum XRD yang
blender puncak absorbansi diperoleh pada
menyatakan
panjang
hamburan (2θ) dengan intensitas (I) puncak
gelombang
226,5
nm
dan
hubungan
antara
sudut
mengalami pergeseran pada sampel 30
spektrum. Apabila
menit waktu blender puncak absorbansi
tersebut kristal maka grafik XRD muncul
diperoleh pada panjang gelombang 225,5
banyak peak. Namun apabila peak yang
nm sedangkan untuk 60 menit waktu
dimaksud tidak ada, maka dapat dipastikan
blender puncak absorbansi diperoleh pada
material tersebut adalah amorf. Pola difraksi
panjang gelombang 204
Hal ini
sinar-X karbon batok kelapa pada variasi
mengindikasikan adanya pergeseran puncak
waktu blender dan tanpa blender dengan
absorbansi menuju panjang gelombang yang
bantuan surfaktan dan sonifikasi dapat
lebih
dilihat pada gambar 3.
pendek,
atau
nm.
terdeteksi
adanya
material yang diuji
blueshift atau hipsokromik. Hal ini terjadi 5000
karena kepolaran pelarut akibat lamanya
4000
elektron
pasangan
dihilangkan
dengan
bebas
pada
adanya
atom
Intensity (cps)
3000
waktu blender atau adanya konjugasi dari
2000
1000
protonasi. 0
Terjadinya blueshift ini bersesuaian dengan
20
40
60
2-theta (deg)
penelitian yang dilakukan oleh Kumar
(a)
(2013) dalam mensintesis GO. Semakin waktu
yang
digunakan,
4000
puncak
absorbasi semakin bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek.
3000
2000
Intensity (cps)
lama
1000
0
Hasil Karakterisasi XRD Hasil uji XRD dilakukan untuk mengetahui fasa kristalin. Karakterisasi menggunakan sumber Cu dengan panjang gelombang (λ) adalah 1,54060 Ǻ serta range 2θ yang digunakan yaitu 2ᴼ sampai 80ᴼ. Data hasil
20
40 2-theta (deg)
(b)
60
Karakterisasi Butiran Submikron… (Irnawati Widya Hastuti) 314 menunjukan bahwa fasa kristalin serbuk
4000
3000
SMC semakin amorf atau susunan atomnya Intensity (cps)
2000
semakin tidak teratur. Pada sampel tanpa 1000
blender puncak intensitas diperoleh pada sudut 2θ yaitu 23,721ᴼ dengan jarak antar 0 20
40
lapisan (d-spacing) 3,747. Pada sampel 30
60
2-theta (deg)
menit waktu blender puncak intensitas
(c)
diperoleh pada sudut 2θ yaitu 23,789ᴼ Gambar 3. Pola XRD dengan variasi waktu
dengan jarak antar lapisan (d-spasing)
blender (a) tanpa blender (b) 30 menit (c) 60
3,737. Selanjutnya pada sampel 60 menit
menit.
waktu blender didapat puncak intensitas
Dari grafik yang ditunjukan oleh Gambar
3
tampak
sumbu
vertikal
pada sudut 2θ yaitu 23,858ᴼ dengan jarak antar lapisan (d-spacing) 3,726. Namun
merupakan intensitas sinar-X dalam satuan
secara
cacah per detik sedangkan sumbu horizontal
menunjukan pola XRD yang hampir sama
menunjukan sudut
hamburan 2θ
yang
karena kandungan materialnya berasal dari
merupakan
pergerakan
counter
sumber yang sama yaitu karbon batok
sudut
detector. Puncak yang dihasilkan dari ketiga sampel hanyalah satu puncak saja yang
keseluruhan
ketiga
grafik
kelapa. Hasil Karakterisasi SEM
dapat dilihat pada peak list. Walaupun puncak
tersebut
merupakan
puncak
Pengujian SEM dilakukan untuk
maksimum pada hasil XRD namum tidak
mengetahui morfologi permukaan, bentuk
bisa dikategorikan sebagai puncak kristal
material dan juga ukuran dari material
karena
intensitasnya
dibandingkan
dengan
terlalu
kecil
tersebut. Dari hasil sintesis SMC karbon
kristal
pada
batok kelapa dengan metode LSE. Morfologi
umumnya. Hal ini menunjukan bahwa
dari
susunan atom pada SMC batok kelapa tidak
diperoleh dari penangkapan dan pengolahan
teratur sehingga mengalami fasa amorf.
elektron sekunder yang dipancarkan dari
Dapat dilihat juga bahwa semakin lama
material karbon batok kelapa tersebut.
waktu pengadukan bahan dengan blender
Kemudian dianalisis menggunakan SEM.
maka intensitasnya menurun. Hal ini juga
permukaan
karbon
batok
kelapa
315 Jurnal Fisika Volum 6 Nomor 4. Tahun 2017 Hasil dari SEM berupa gambar permukaan
morfologi SMC
dari karbon batok kelapa.
perbesaran 3000X
Sampel yang dikarakterisasi akan dilihat
bentuk
permukaannya
pada
perbesaran 1000 kali, 3000 kali. Berikut adalah hasil karakterisasi SEM sampel nanomaterial karbon batok kelapa pada sampel 60 menit waktu blender dengan metode LSE.
Gambar 4
(a)
batok
kelapa
dengan
menunjukan perbesaran
1000X yang dapat kita lihat distribusi ukuran
yang berbeda-beda dan
masih
bertumpuk-tumpuk sehingga belum terlihat bentuk permukaannya. Pada Gambar 3 (b) yaitu perbesaran 3000X semakin jelas bongkahan-bongkahan dari karbon batok kelapa yang dapat kita ukur ketebalan dan permukaannya,
pada perbesaran 3000X
dapat kita amati permukaan karbon batok kelapa yang masih besar dan mempunyai ukuran butiran kurang lebih 12,5 μm, pada bongkahan berukuran ini pula dapat kita lihat permukaannya seperti terdapat busa yang mengering akibat pemberian surfaktan (a)
dan dapat dilihat pada permukaan yang terdapat busa akibat surfaktan ini terlihat karbon
hampir
mengelupas.
Serpihan
serpihan karbon batok kelapa ini terdapat pula yang berukuran kecil sekitar 1,27 μm, serpihan-serpihan yang berukuran kecil ini hasil dari blender yang berputar pada kecepatan tertentu dan adanya detergen yang memudahkan proses pengelupasan serta (b)
pemberian gelombang ultrasonik sehingga semakin mempermudah pemisahan karbon
Gambar 4. (a) Foto morfologi SMC batok kelapa dengan perbesaran 1000X (b) Foto
batok kelapa sehingga ukuran butirannya menjadi lebih kecil. Dari perbesaran 3000X
Karakterisasi Butiran Submikron… (Irnawati Widya Hastuti) 316 juga dapat diketahui ukuran butiran SMC
Dari gambar 5 didapatkan kadar
sekitar 1,274 μm sampai 12,502 μm dengan
logam Fe pada air selokan Mataram
ketebalan butiran sekitar 0,576 μm sampai
sebanyak 1,253 ppm artinya dalam setiap 1
0,829 μm.
L air Selokan Mataram terdapat 1,253 mg
Hasil Karakterisasi AAS pada Limbah Air Selokan Mataram Pada penelitian ini, limbah yang digunakan yaitu air yang berasal dari selokan Mataram dengan volume 250 ml. Limbah air selokan Mataram di filtrasi dengan alat filtrasi sederhana dengan bahan serbuk SMC yang telah ditritmen dengan metode LSE dengan variasi waktu blender. Setelah air Selokan Mataram di filter dilakukan
karakterisasi
hasil
filtrasi
berdasarkan uji AAS yang terpacu pada
kadar
Fe.
menggunakan
Setelah alat
dilakukan filtrasi
filtrasi
sederhana
berbahan dasar SMC batok kelapa yang disintesis dengan metode LSE dapat dilihat penurunan logam Fe pada air selokan Mataram. Pada hasil penyaringan dengan bahan SMC tanpa blender menghasilkan penurunan kadar logam besi pada 0,3042 ppm, sedangkan 30 menit waktu blender dihasilkan penurunan logam Fe pada 0,1753 ppm, dan 60 menit waktu blender dihasilkan penurunan logam Fe pada 0,0894 ppm. Dari data di atas, kadar logam Fe mengalami
penurunan logam Fe. data
penurunan setara dengan lamanya waktu
penyaringan air selokan Mataram dengan
pemblenderan. Hal ini dikarenakan ukuran
variasi waktu blender.
serbuk SMC yang semakin kecil karena
Berikut
kadar Fe (ppm)
1,4
adalah
hasil
lamanya waktu pengadukan pada blender
1,253
1,2
sehingga luas permukaan serbuk SMC
1
semakin besar yang mengakibatkan partikel-
0,8 0,6
0,3042
0,4 0,2
partikel yang berukuran kecil dan besar 0,1753
0,0894
0
Air Selokan
0 menit
30 menit 60 menit
variasi waktu pencampuran bahan
dapat tertahan. Selain dapat tertahan, partikel pengotor
air
(logam
Fe)
juga
dapat
terperangkap dalam pori-pori SMC. Hal ini dikarenakan unsur besi (Fe2+) sehingga besi kekurangan dua elektron yang menyebabkan
Gambar 5. Grafik hasil uji AAS.
ionnya bermuatan positif, ini memungkinkan ion- ion logam Fe terperangkap dalam pori-
317 Jurnal Fisika Volum 6 Nomor 4. Tahun 2017 pori
SMC
batok
Kemudian
ukuran yang berbeda-beda. Dapat diketahui
terjadi pertukaran kation
ukuran serbuk SMC sekitar 1,274 μm
antara ion-ion Fe dengan ion- ion yang
sampai 12,502 μm dengan ketebalan sekitar
berada dipermukaan pori-pori SMC yang
0,576 μm sampai 0,829 μm.
dimungkinkan
menyebabkan
kelapa.
terjadinya
ikatan
antar
Dari
hasil
karakterisasi
AAS
permukaan pori-pori SMC dengan ion- ion
diperoleh semakin lama waktu pengadukan
logam Fe. Semakin lama waktu pengadukan
bahan SMC dengan blender menggunakan
bahan dengan blender, maka ukurannya
metode LSE semakin menurun kadar logam
semakin kecil sehingga semakin besar luas
Fe pada limbah air Selokan mataram dari
permukaan
ini
1,253 ppm setelah difiltrasi menjadi 0,304
dimungkinkan bahwa semakin banyak pula
ppm untuk tanpa blender, 0,175 untuk 30
ion-ion logam Fe yang diserap oleh SMC.
menit waktu blender dan 0,089 ppm untuk
pori-pori
SMC.
Hal
60 menit waktu blender. Daftar Pustaka
KESIMPULAN Pengaruh waktu pengadukan bahan dengan
blender
terhadap
karakterisasi
Ahmad, M.A. 2009. Colour Reduction From Water Sample Using Adsorption Process
lama waktu pengadukan bahan maka puncak
Product. Thesis. Malaysia: Universiti
absorbansi bergeser ke panjang gelombang
Teknologi Malaysia
yang lebih pendek (blueshift) dan nilai absorbansi naik seiring pertambahan waktu. Dari
hasil
karakterisasi
menunjukan bahwa serbuk SMC
by
Agro-Waste
By
–
spektrofotometer UV-Vis adalah semakin
Adamson, A. W., dan Gast, A. P., 1997, Physical Chemistry of Surface. Sixth
XRD
edition,
A
Willey
yang
Publication, New York.
Intersciense
disintesis dengan metode LSE mempunyai
Eckenfelder, W.W. 1989. Industrial Water
fasa amorf. Setelah dilakukan variasi waktu
Pollution Control. Second edition.
pengadukan dengan blender susunannya
McGraw-Hill, Inc., New York.
atom-atomnya
semakin
tidak
teratur
Morfologi serbuk SMC pada 60 waktu
blender
terlihat
R.J.
&
Fessenden,
J.S.,
1999, Kimia Organik, Edisi Ketiga,
sehingga intensitasnya menurun.
menit
Fessenden,
seperti
bongkahan yang kurang teratur dengan
Penerbit Erlangga, Jakarta
Karakterisasi Butiran Submikron… (Irnawati Widya Hastuti) 318 Gandjar dkk, 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Susila. 2015. Spektroskopi Ultraviolet dan Sinar Tampak (Spektroskopi UV-
Yogyakarta: PustakaPelajar. Grant, N. M. 1998. X-Ray Diffraction: A Partical
Approach.
New
York:
Vis). Handout. Yogyakarta: UNY. Triwahyuni.
2010.
Studi Awal Proses
Plennum Press. Pemolingan Dan Karakterisasi Sifat
Kroschwitz, Jacqueline I. (1990), “Polymer Characterization
and
Analysis”,
Listrik Bahan Piezoelektrik Ramah
John Wiley & Sons Inc., USA.
Lingkungan.
Owen, Tony. 2000. Fundamental of Modern UV visible Spectroscopy. Agilent
Truong. 2013. Graphene From Fundamental
Technologies. Germany.
to Future Application. South Korea:
Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch, 2000. of
Chonbuk Nasional University. Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia
Analytical Chemistry.Hardcover: 992
Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
pages, Publisher: Brooks Cole. Suparno. 2012. Dinamika Partikel Koloid. Yogyakarta: UNY Press. Suryanarayana C., Norton M.G. 1998. X-ray Diffraction. York.
Plenum Press: New
Erlangga Vita,
2015.
Kimia
Farmasi
Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wang Shuai, dkk. 2014. The Effect of Surfactants
and
Concentrations
On
Exfoliation
Graphene.
of
Beijing University.
The
Their LiquidCina: