HUBUNGAN ANTARA KENDALI DIRI INTERNAL DAN PERILAKU PENGAMBILAN RISIKO PADA POLISI
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh derajat Sarjana Strata 1 (S-1) Psikologi
Oleh : AHADI CAHYADI 01.320.243
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA AGUSTUS 2005
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KENDALI DIRI INTERNAL DAN PERILAKU PENGAMBILAN RISIKO PADA POLISI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_____________________
Dosen Pembimbing
Hj. Ratna Syifa’a. R, S.Psi, Msi
HUBUNGAN ANTARA KENDALI DIRI INTERNAL DAN PERILAKU PENGAMBILAN RISIKO PADA POLISI Ahadi Cahyadi Ratna Syifa’ a Rachmahana INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kendali diri internal dan perilaku pengambilan risiko pada polisi. Variabel bebas adalah kendali diri internal dan variable tergantung adalah perilaku pengambilan risiko. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara kendali diri internal dan perilaku pengambilan risiko Subjek dalam penelitian ini adalah anggota kepolisian Republik Indonesia. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah diadaptasi dari Rante (2003) yang selanjutnya dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada skala IPC-Locus Of Control dari Levenson. Dalam penelitian ini skala IPC dari Levenson akan digunakan secara berbeda dengan cara yang ditetapkan oleh Levenson, khususnya dalam cara pemberian skor. Skor dilihat dari segi internalnya, sehingga pada faktor internal dianggap sebagai butir favorable, sedangkan butir faktor eksternal dianggap sebagai butir unfavorable. Untuk skala Perilaku pengambilan risiko diadaptasi dari Puspita,A.G.(2003). Yang kemudian itemnya dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada konsep risk taking dari: As’ad (2002) Keberanian menanggung risiko akibat dari keputusan yang sudah diambil, Siagian (2001) Menyenangi strategi yang sifatnya ofensif dan memiliki tingkat keberanian, Sorentino dan Hewitt (1992) Suka menguji tingkat kemampuan, Atkinson (Sorentino & Hewitt, 1992) Memiliki orientasi pada kesuksesan, Levenson (1990) Suka mencari pengalaman baru.Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik korelasi product moment dari pearson. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kendali diri internal dan perilaku pengambilan risiko pada polisi dengan rxy =0,146 dengan p = 0,001; p< 0,01. jadi hipotesis yang dibangun diterima. Kata kunci : kendali diri internal, perilaku pengambilan risiko.
PENGANTAR Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia membutuhkan suatu tatanan hukum negara yang memadai untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa. Hukum merupakan salah satu faktor penentu
kemajuan
bangsa,
di
mana
bentukan
hukum
yang
memedai
diselaraskan dengan perjalanan hukum yang sesuai dengan perundangundangan akan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Polri sebagai salah satu bagian dari aparat hukum yang ada memberikan fungsi strategis bagi tegaknya hukum yang memadai. Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Sejak dipisahkan dari TNI tahun 1999, Polri mulai menata diri dengan sebaik-baiknya. Secara otonom Polri berhak menentukan aturan rumah tangganya sendiri. Di berbagai bidang, tingkat keprofesionalitasan Polri sangat dituntut. Hal ini berkaitan dengan kredibilitasnya dalam pandangan masyarakat. Ada berbagai bidang kerja Polisi yang masih mendapatkan sorotan negatif dalam masyarakat, masih banyaknya kasus-kasus kejahatan yang seharusnya sesegera mungkin untuk ditangani tetapi masih belum tampak penangannya mulai dari tindakan kejahatan yang tergolong kecil hingga tingkat kejahatan yang besar.
Polisi harus tanggap dan dapat bertindak cepat serta jeli dalam melihat setiap kasus yang dihadapi. Banyak anggapan yang muncul dalam masyarakat bahwa berurusan dengan polisi hanya akan menimbulkan masalah baru yang lebih rumit dan tidak menguntungkan bagi mereka, selain itu ada kecenderungan polisi pilih kasih dalam menangani kasus-kasus tertentu. Dalam kondisi seperti ini polisi selayaknya dapat membuktikan diri kepada masyarakat bahwa apa yang mereka lakukan telah sesuai dengan visi dan misi Polri. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam memenuhi tugas yang membutuhkan keberanian yang tinggi dengan risiko-risiko yang kompleks anggota Polisi harus siap secara pribadi ataupun secara sosial. Salah satu faktor dari dalam diri individu yang mempengaruhi adalah tipe kepribadian, dimana salah satu variabel atau aspek dari tipe kepribadian yang dimiliki individu dan dapat menimbulkan ataupun
mempengaruhi
seseorang
untuk
melakukan
kecenderungan
pengambilan resiko adalah kendali diri, yaitu suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya atau kejadiankejadian dalam hidupnya. kendali diri dibedakan menjadi kendali diri internal dan kendali diri eksternal. kendali diri internal adalah keyakinan individu bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh faktor luar dirinya. Individu dengan kendali diri internal lebih aktif mencari informasi sebelum membuat keputusan dan termotivasi untuk berprestasi dan berusaha agar dapat mengontrol lingkungannya, sehingga individu dengan kendali diri internal lebih cocok untuk menjalankan tugas atau pekerjaan yang memerlukan pemprosesan dan pembelajaran informasi yang kompleks, inisiatif, serta tindakan mandiri,
seperti
posisi
manajerial,
polisi,
dan
pekerjaan
yang
memerlukan
profesionalisme. Orang-orang dengan kendali diri internal memilki dorongan untuk berhasil dan berprestasi sangat kuat sehingga dengan bekal kemampuannya mereka berusaha keras untuk meraih apa yang diinginkan secara efektif. menurut Petri (1980) merupakan konsep yang secara khusus berhubungan dengan harapan individu
mengenai
kemampuannya
untuk
mengendalikan
penguat
yang
menyertai perilaku. Pendapat ini diperkuat oleh Rotter (Jung, 1978) yaitu pada dasarnya konsep kendali diri menunjukkan pada keyakinan atau harapanharapan individu mengenai sumber penyebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, yaitu kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari dalam dirinya atau dari luar dirinya. Hal ini sangat diperlukan ketika polisi dihadapkan pada suatu kondisi yang kompleks yang membutuhkan penanganan sangat cepat dan akurat, mereka mengambil peran aktif dalam mengatur, mengendalikan diri dan bertanggung jawab menentukan faktor penguat yang akan mereka terima. Untuk memutuskan sesuatu hal yang memiliki risiko yang cukup tinggi dan mempengaruhi tindak tanduk kegiatan selanjutnya haruslah memiliki tingkat keberanian yang cukup tinggi juga. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam hal ini polisi untuk memiliki kecenderungan mengambil resiko adalah faktor kepribadian yang salah satunya adalah kendali diri. Dimana mereka yang memiliki kendali diri internal akan memiliki kecenderungan untuk berani mengambil resiko terhadap apapun yang akan mereka jalani, sedangkan mereka yang tergolong kendali diri
eksternal akan menimbang kembali dan cenderung pasif terhadap hal-hal yang menurut mereka memiliki resiko yang tinggi. Ketika seseorang dalam hal ini Polisi memiliki tipe kepribadian kendali diri internal seharusnya tidak akan mengalami kendala berarti dalam menjalankan tugasnya yang banyak dihadapkan pada tindakan-tindakan yang dituntut serba cepat dan bergerak dengan cara yang harus seprofesional mungkin, karena sedikit saja mereka melakukan kesalahan maka pandangan negatif masyarakat akan segera ditujukan pada mereka. Rotter (Zymbardo & Ruch,1976) mengartikan kendali diri sebagai keyakinan individu mengenai sumber penyebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, yaitu kecenderungan untuk merasa apakah peristiwa itu dikendalikan dari dalam dirinya (internal) atau dari luar dirinya (eksternal) sperti keberuntungan, nasib, kesempatan, kekuasaan, orang lain, dan kondisi-kondisi yang tidak dapat dikuasai. Menurut Jung (1978) orang yang mempunyai kendali diri internal mempunyai keyakinan bahwa individu sendiri yang bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya. Kesuksesan dan kegagalan tersebut merupakan hasil atau akibat kemampuan dan usahanya sendiri. Sedangkan kendali diri eksternal menunjukkan keyakinan individu bahwa apa yang terjadi pada dirinya, yaitu kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya, misalnya karena nasib, keberuntungan, kesempatan, dan kekuasaan orang lain, dan bahkan menjadi tanggung jawabnya. Jadi kecenderungannya adalah bagi orang dengan kendali diri internal berkeyakinan bahwa mereka dapat mengontrol peristiwa-peristiwa yang terjadi, dan individu dengan kendali diri eksternal berkeyakinan bahwa mereka tidak
dapat melibatkan sikap, persepsi, dan perilaku mereka dalam menentukan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seseorang dikatakan memiliki kendali diri internal apabila suatu penguat diterimanya sebagai hasil dari tindakan atau sifat kepribadiannya sendiri. Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki kendali diri eksternal apabila dia menganggap faktor-faktor di luar kontrolnya itulah yang mempengaruhi perilaku dan kehidupannya (Robinson dan Shaver, 1974). Seorang
yang
memiliki
tipe
kepribadian
kendali
diri
internal,
kecenderungan untuk berani mengambil resiko cukup tinggi dibandingkan dengan tipe kepribadian kendali diri internal eksternal
Hal ini akan
mempengaruhi Polisi dalam mengambil sikap berani atau tidak berani mengambil resiko, serta berani atau tidak dalam hal menanggung akibat atas perbuatan yang dilakukan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Polisi. Tarmudji (1996), menyatakan bahwa manusia yang menghadapi kemungkinan negatif atau positif karena berbagai sebab, maka dapat dikatakan bahwa manusia tersebut menghadapi risiko, sehingga risiko diartikan sebagai kemungkinan peyimpangan yang tidak diharapkan yang dapat menimbulkan keragu-raguan. Di dunia ini terdapat peristiwa yang dapat digolongkan menjadi dua situasi ekstrim, yaitu peristiwa atau kejadian yang mengandung risiko atau risk events dan dalam keadaan ekstrem lainnya adalah kejadian yang tidak pasti atau uncertainty events. Suatu peristiwa lingkungan disebut kejadian berisiko bilamana hasil akhir atau outcomes dan probabilitas terjadinya dapat diketahui, sebaliknya pada lingkungan ketidakpastian, bail hasil akhir atau outcomes dan probabilitas terjadinya tidak dapat diketahui (Soekartawi dkk,1993).
Berdasarkan uraian diatas, hipotesis dalam penelitaian ini yaitu “apakah ada hubungan antara kendali diri internal dengan perilaku pengambilan risiko.?”.
SUBYEK PENELITIAN Subyek dalam penlitian ini adalah anggota kepolisian Republik Indonesia, sebanyak 50 orang. Adapun ciri-ciri subyek yang akan diteliti, yaitu anggota kepolisian yang masih aktif dalam kelembagaan organisasi polisi. Ciri-ciri subyek dalam penelitian sangat penting diperhatikan karena hal ini akan sangat membantu peneliti untuk mengungkap aspek-aspek yang ingin diteliti.
METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Alasan penulis menggunakan metode ini disebabkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari menggunakan metode angket. Walgito (2001) mengatakan bahwa metode angket merupakan metode yang praktis dalam penelitian, dalam waktu singkat dapat dikumpulkan data yang relatif banyak, dan orang dapat menjawab dengan leluasa sehingga tidak dipengaruhi oleh orang lain. Penelitian ini menggunakan angket yang terdiri dari dua buah skala yaitu skala kendali diri internal dan skala perilaku pengambilan risiko. Skala-skala tersebut direncanakan untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. 1. Skala kendali diri internal Skala kendali diri internal yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Levenson (Robinson &
Shaver, 1974) . Skala ini mengandung aitem-aitem dari tiga buah aspek yaitu aspek Internal (I), Powerful Other (P), Chance (C).dimana faktor internal dianggap sebagai butir favorable, sedangkan butir eksternal dianggap sebagai butir unfavorable. 2. Skala perilaku pengambilan risiko Skala perilaku pengambilan risiko yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan lima aspek perilaku pengambilan risiko yang mengacu pada landasan teori, aspek-aspek tersebut, yaitu : keberanian menanggung risiko akibat dari keputusan yang telah diambil (As’ad,2001), Menyenangi strategi yang sifatnya ofensif dan memiliki tingkat keberanian (Siagian, 2001),
Suka menguji tingkat kemampuan (Sorentino dan Hewitt,
1992), Memiliki orientasi pada kesuksesan, Atkinson ( Sorentino & Hewitt, 1992), Suka mencari pengalaman baru (Levenson, 1990). Metode yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas adalah metode statistik.Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dengan menggunakan program statistic SPSS 11 for windows. Sebelum dilakukan uji korelasi maka dilakukan terlebih dahulu uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kendal dirii internal dengan perilaku pengambilan risiko. Analisis ini menggunakan teknik korelasi dari Pearson yang sebelumnya dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Hasil analisis yang menyatakan adanya hubungan positif antara kedua variabel yang berarti bahwa tinggi rendahnya kendali diri internal mempengaruhi perilaku pengambilan risiko yang dialami subjek penelitian yang ditunjukkan oleh nilai koefesien korelasi sebesar 0,416 dengan p= 0,001 (p < 0,01).. Perilaku pengambilan risiko subjek penelitian ini memiliki tingkat kategori yang tinggi. Norma kategori skor menunjukkan persentase 78% untuk perilaku pengambilan risiko. Tingkat kendali diri internal subjek penelitian digolongkan dalam kategori tinggi. Tingkat kendali diri internal subjek penelitian dapat dilihat dari persentase norma kategori tinggi yang mencapai 88%. Kendali diri internal merupakan pusat kendali diri dimana individu mempunyai keyakinan bahwa individu sendiri yang bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya. Kesuksesan dan kegagalan tersebut merupakan hasil atau akibat kemampuan dan usahanya sendiri. Kendali diri internal subjek penelitian yang tinggi diikuti dengan tingkat perilaku pengambilan risiko subjek dalam kategori tinggi juga. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Djojosoedarso, (1999) dimana risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko,
karena
mengakibatkan
keragu-raguan
seseorang
mengenai
kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan
terjadi di masa mendatang, tetapi individu yang tergolong kendali diri internal akan senantiasa berani dalam menghadapi permasalahan tersebut.Seleven dan Even mengungkapkan bahwa dimana sifat orang yang mempunyai kendali diri internal, yaitu mandiri, tekun, kuat dan tidak mudah percaya pada orang lain serta punya daya tahan yang kuat terhadap pengaruh sosial, (Zymbardo & Ruch,1976). Selain itu mereka yakin bahwa dirinya mampu menghadapi masalah, Hiroto (Jung, 1978). Sedangkan menurut Corsiny (1977) individu yang memiliki kendali diri internal lebih percaya pada kemampuannya untuk mengendalikan hidupnya dan menempatkan kekuatan untuk menentukan perilaku di dalam dirinya. Individu menjadi sosok dirinya sendiri dan mempersepsikan bahwa dirinya mempunyai kehidupan mental yang dapat mengerti serta mampu mempengaruhi pengalaman-pengalamannya dan memperlakukan kehidupannya sebagai suatu rangkaian keputusan yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Individu yang terkendali secara internal ini memperoleh lebih banyak informasi tentang masalah-masalah yang dapat mempengaruhinya dan memanfaatkan informasi tersebut untuk lebih mempengaruhi daripada dipengaruhi. Perkembangan kecenderungan kendali diri kearah internal didukung oleh cara-cara mendidik, orang tua yang mendorong makin besarnya otonomi, super ego, serta mendorong seseorang untuk berprestasi. Sikap-sikap orang tua yang mendukung berkembangnya ketergantungan, permusuhan, agresivitas, serta anggapan bahwa dunia sebagai kontrolnya dan mengembangkan orientasi kendali diri kearah eksternal, cara mendidik secara eksternal ini juga dilakukan
oleh mereka yang kendali dirinya eksternal. Orang tua yang internal juga akan mendidik anak-anaknya secara internal (Robinson &Shaver, 1974). Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan seperti alat ukur dalam penelitian ini belum sempurna sehingga masih memerlukan perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Kelemahan alat ukur dalam penelitian ini antara lain, pernyataan-pernyataan aitem dalam skala penelitian yang panjang sehingga ada beberapa subjek yang sulit mencerna maksud dari pernyataan tersebut, beberapa aitem mengandung social desirability yang menyebabkan subjek cenderung untuk tidak menjawab dengan jujur, nilai validitas alat ukur yang kurang tinggi sebaiknya diperbaiki agar alat ukur ini lebih valid atau tepat dalam mengungkap aspek yang ingin diukur. selain itu masih sedikitnya informasi tentang subjek yang sebatas informasi usia dan jenis kelamin tanpa menyertakan jenjang
pendidikan
subjek
dan
spesifikasi
pekerjaannya
mempengaruhi variabel-variabel penelitian selanjutnya.
yang
dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data penelitian dan pembahsan yang telah dipaparkan dalan bab sebelumnya, dengan singkat dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu ada hubungan positif antara kendali diri internal dengan perilaku pengambilan risiko pada polisi adalah terbukti. Artinya semakin tinggi kecenderungan kendali diri internal maka semakin tinggi perilaku pengambilan risiko pada polisi atau sebaliknya, semakin rendah kecenderungan kendali diri internal maka semakin rendah juga tingkat perilaku pengambilan risiko pada polisi. Hasil kategorisasi subjek dari skala kendali diri internal menunjukkan sebagian besar subjek penelitian berada dalam kategori tinggi dan hasil kategori sasi subjek pada skala perilaku pengambilan risiko berada dalam kategorisasi tinggi. Koefisien determinasi (r squared) variabel bebas ( kendali diri internal) terhadap variabel tergantung ( perilaku pengambilan risiko) sebesar 0,173. hasil tersebut menunjukkan sumbangan efektif variabel kendali diri internal terhadap perilaku pengambilan risiko adalah 17,3 %. Sedangkan sisanya sebesar 82.7 % dipengaruhi faktor lain, seperti pola asuh orang tua, lingkungan, pendidikan, jenis pekerjaan yang dilakukan.
B. Saran Saran yang diajukan penulis berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Saran bagi instansi kepolisian Sebagai suatu badan pemerintah yang memiliki fungsi strategis bagi tegaknya perundang-undangan dalam masyarakat, instansi polisi diharapkan dapat mengeluarkan hasil didikannya yang dapat diandalkan dan tahan terhadap segala problematika permasalahan dalam masyarakat. Salah satunya adalah dengan mengasah kepribadian-kepribadian yang unggul dan dibutuhkan guna membantu kinerja kepolisian. Untuk mengetahui tipe kepribadian yang unggul selayaknya dalam melakukan proses penerimaan anggota baru instansi kepolisian mengadakan test kepribadian. 2. Saran bagi anggota polisi Polisi sebaiknya dapat menjalankan fungsi tugasnya sesuai dengan amanah yang dibebankan kepadanya. Kecenderungan untuk berani mengambil resiko memang sudah menjadi keharusan bagi seorang anggota polisi terutama jika menyangkut pekerjaan rutinitas mereka yang senantiasa berbahaya. Kepercayaan diri yang tinggi dan keyakinan akan pekerjaan yang dilakukan serta bisa memberikan kemampuan yang maksimal pada setiap kegiatannya akan sangat memberikan manfaat yang bersifat positif bagi anggota kepolisian itu sendiri. Polisi seharusnya memiliki kemampuan yang dapat diandalkan dalam menjalankan
tugasnya
seperti
keberanian-keberanian
dalam
menjalankan
tugasnya karena disetiap tugasnya akan selalu berhadapan dengan hal-hal yang
berisiko, tidak terpengaruh oleh orang yang berkuasa sekalipun dalam menjalankan tugas. 3. Saran untuk peneliti selanjutnya Penelitian ini masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan yang sebaiknya diperbaiki dikemudian hari. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap hipotesis penelitian masih terdapat kelemahan. Kelemahan alat ukur yang perlu diperbaiki adalah pernyataan-pernyataan aitem dalam skala penelitian yang panjang sehingga ada beberapa subjek yang sulit mencerna maksud dari pernyataan tersebut, beberapa aitem mengandung social desirability yang menyebabkan subjek cenderung untuk tidak menjawab dengan jujur, dan nilai validitas alat ukur yang kurang tinggi sebaiknya diperbaiki agar alat ukur ini lebih valid atau tepat dalam mengungkap aspek yang ingin diukur serta informasi mengenai subjek penelitian ditambah lebih detail. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan tema yang sama dengan penelitian ini diharapkan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan tersebut. Penyempurnaan alat ukur harus dilakukan sebagai usaha untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, M.S.U. 2002. Seri Ilmu Daya Manusia. Yogyakarta : Liberty Azwar. 1999. Penyusunan Skala Psikologi Edisi Pertama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Baron, R.A., Byrne, D. and Kantowitz, B.H. 1980. Pschology Understanding Behavior Second Edition. Tokyo : Haltz-Sanders, Ltd. Baron, R.A & Byrne, D. 1991. Social Psychology. USA : Allyn & Beacon Bernas Jogja. 2005. Kriminal Hukum. Yogyakarta : 18 February Coop, R.H and White, K.W. 1974. Psychological Concept In The Classroom. New York : Harper ang Row Corsiny,R.J. 1977. Current Personality Theories. Illinois : F.E. Peacock Publisher, Inc Darmawi, H. 2002. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara Djojosoedarso. S. 1999. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta : Salemba Empat Jung, J. 1978. Understanding Human Motivation. New York : Mac Millam Publishing, Co.Inc Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999. Jakarta : Balai Pustaka Kedaulatan Rakyat. 2005, Kasus. Yogyakarta : 18 February Kreativitas. http:/www.stress doc.com
Levenson, M.R. 1990. Risk taking and Personality. Journal of Personality and Social Psychology. 58, 6, 1073-1080 Mc Clelland. 1987. Human Motivation. New York : Cambridge University Press Petri, H.L. 1980. Motivation : Theory And Research. California : Wadsworth Publishing.Co Puspita, A.M. 2003. Hubungan Antara Toleransi Stress Dengan Kecenderungan Perilaku Pengambilan Risiko Pada Wartawan Surat Kabar Harian. Skripsi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Rachmahana, R.S. 2002. Dorongan Mencari Sensasi Dan Perilaku Pengambilan Resiko Pada Mahasiswa. Psikologika. No. 14.Vol. VII Rante, S. 2003. Perilaku Disiplin Lalu Lintas Ditinjau Dari Persepsi Sosial Terhadap Polisi Lalu Lintas Dan Locus Of Control Internal Pada Pengendara Becak Di Kota Yogyakarta. Thesis (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Republika. 2005. Jakarta : 22 February Robinson, J.P. and Shaver, P.R. 1974. Measure Of Social Psychological Attitudes. Michigan : Survey Research Center Institute For Social Research The University Of Michigan Salim, P. dan Salim,Y. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press Siagian, S.P. 2001. Manajemen Stratejik. Jakarta : Bumi Aksara Sorentino, R.M. Hewitt, E.c and Raso-knot, P.A. 1992. Risk Taking In Games Chance and Skill : Informational and Effective Influence on Choice Behavior. Journal of Personality and Social Psychology. 62, 3, 522-533 Tarmudji, T. 1996. Manajemen Risiko Dunia Usaha. Yogyakarta : Liberty
Tempo. 2003. Kriminal. 13 April Walgito, B. 2001. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
http/:www.stressdoc.com http/:www.risktaking.co.uk Zymbardo, P.G. and Ruch, F.L.1976. Psychology and Life. Illinois : Scott Foreman and Co.