Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk TINGKAH LAKU DEGLUTISI, REGURGITASI, DAN REDEGLUTISI SERTA LAMA RUMINASI PADA DOMBA GARUT YANG DIKANDANGKAN
Noorizky Oetami*, Denie Heriyadi**, Dwi Cipto B.** Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Tingkah laku yang sering dilakukan domba di dalam kandang salah satunya adalah tingkah laku makan seperti deglutisi dan ruminasi (dimulai dari regurgitasi-redeglutisi). Banyak faktor yang mempengaruhi deglutisi dan ruminasi di antaranya jumlah pakan dan faktor fisiologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi deglutisi, regurgitasi, redeglutisi, dan siklus ruminasi serta lama ruminasi pada Domba Garut yang dikandangkan. Metode pengamatan dilakukan menggunakan metode deskriptif prospektif dengan teknik pengamatan secara langsung dan penggunaan kamera CCTV (Closed Circuit Television) selama 12 jam (06.00 s.d. 18.00) pada domba dengan pemberian rumput segar secara ad libitum. Penelitian dilaksanakan di Kandang Domba Laboratorium Produksi Ternak Potong pada Tanggal 12 sampai dengan 19 Desember 2014. Berdasarkan hasil penelitian tingkah laku makan Domba Garut yang dikandangkan menunjukkan bahwa proses menelan (deglutisi) 19 ± 0,17 kali/jam, frekuensi siklus ruminasi (frekuensi regurgitasi dan redegutisi) terjadi sebanyak 13 ± 1,41 kali/jam dengan lama ruminasi rata-rata 618 ± 150,05 detik/ jam (10 menit). Kata kunci : Domba Garut, Deglutisi, Regurgitasi, Redeglutisi, Ruminasi
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk BEHAVIOURS OF DEGLUTATION, REGURGITATION, REDEGLUTATION, RUMINATION AND THE RUMINATION TIME OF GARUT SHEEP IN THE CAGE Noorizky Oetami*, Denie Heriyadi**, Dwi Cipto B.** Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRACT Behavior which often do sheep in the cage one of them is eating like behaviour deglutation and rumination (starting from regurgitation - redeglutation). Many factors affect deglutation and rumination including the amount of feed and physiological factors. This study aims to determine the frequency deglutation, regurgitation, redeglutation, and rumination cycle and long rumination on Sheep were stabled. Methods observations were made using a prospective descriptive method with direct observation techniques and the use of CCTV cameras (Closed Circuit Television) for 12 hours (06:00 am to 18:00 pm) in sheep by giving fresh grass. Research conducted at The sheep Farm of Animal Production Laboratory, The Faculty of Animal Husbandry on December 12th until 19th 2014. The results obtained are eating behavior Sheep were housed swallow (deglutation) 19 ± 0,17 times/hours, which at the same frequency rumination cycle frequency of regurgitation and redegutation much as 13 ± 1,41 times/hours long rumination with an average of 618 ± 150,05 seconds/hours (10 minute). Keywords: Garut Sheep , Deglutation , Regurgitation, Redeglutation, Rumination
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk PENDAHULUAN Domba Garut termasuk salah satu domba asli dari Kabupaten Garut. Ciri khas Domba Garut adalah memiliki kombinasi antara kuping rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2011). Domba Garut termasuk ke dalam golongan hewan memamah biak karena memiliki tingkah laku mengunyah kembali makanannya. Tingkah laku tersebut dinamakan ruminasi. Kegiatan ruminasi merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh domba dalam siklus hidupnya. Ruminasi dilakukan karena pakan utama dari domba adalah serat kasar yang terkandung dalam hijauan. Ruminasi ini mampu mengkonversi bahan berkualitas relatif rendah menjadi produk bernilai gizi tinggi. Waktu terjadinya ruminasi sangat dipengaruhi oleh bentuk pakan dan kandungan serat kasar. Ruminasi merupakan tingkah laku yang cukup dominan pada domba, biasanya ruminasi dilakukan di antara tingkah laku makan dan istirahat atau di sela-sela tingkah laku istirahat. Pada domba yang dikandangkan, rumput yang diberikan dalam
keadaan sudah dipotong akan
memperpendek waktu ruminasi (Mangkudilaga, 1991). Tingkah laku ruminasi yaitu pengeluaran makanan dari rumen yang dimuntahkan ke mulut (regurgitasi) yang ditandai dengan adanya bolus yang bergerak ke arah atas di kerongkongan dari rumen, setelah halus pakan akan ditelan kembali (redeglutisi) dan masuk menuju retikulum (Edey, 1983). Tingkah laku tersebut disebabkan makanannya mengandung serat kasar yang tinggi yang memerlukan proses pengunyahan yang intensif. Intensitas ruminasi sangat dipengaruhi oleh jenis bahan makanan. Domba membutuhkan sepertiga waktu dalam sehari untuk ruminasi, lebih detilnya menghabiskan 5-9 jam dalam satu hari (Reece, 1997). Kusumamihardja dan Tanudimadja (1985) menyatakan domba melakukan ruminasi selama 8 jam dalam satu hari. Memamah biak (ruminasi) merupakan aktivitas kedua terbanyak bagi ruminansia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku makan khususnya mengenai deglutisi dan ruminasi pada Domba Garut betina yang dikandangkan.
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk METODE PENELITIAN Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Garut Betina. Penelitian dilaksanakan di Kandang Domba Laboratorium Produksi Ternak Potong. Jumlah Domba yang digunakan sebanyak dua ekor domba betina dewasa dengan status reproduksi yang sama dan bobot badan 26 kg dan 28 kg. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif prospektif. Persiapan pertama yang dilakukan adalah membersihkan kandang untuk penelitian. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kandang individu dengan tipe kandang panggung. Persiapan kedua yaitu pemasangan CCTV yang diarahkan ke bagian depan (daerah bak pakan) dan ujung kiri bagian atas supaya setiap gerak – gerik domba dapat teramati dengan baik dan tidak mengganggu aktivitas domba, selanjutnya dilakukan simulasi penelitian. Pagi hari domba diberikan rumput yang telah dilayukan pada bak pakan kemudian diamati jarak jauh, sehingga domba tidak merasa terganggu. Rumput yang biasa diberikan adalah rumput lapangan. Pengamatan tingkah laku makan yaitu deglutisi, regurgitasi, dan redeglutisi, selama 12 jam dengan pembagian waktu dari pagi hingga sore sekaligus menghitung frekuensi deglutisi, regurgitasi, redeglutisi, siklus ruminasi, dan lama ruminasi yang dilakukan melalui pengamatan langsung serta rekaman dari kamera CCTV. Penelitian ini dilakukan selama empat hari pada dua Domba Garut betina yang diamati secara berulang. Pengamatan dimulai Pukul 06.00 sampai dengan 18.00 WIB dilakukan selama empat hari berturut – turut. Pengamatan tingkah laku makan yang dilakukan terdiri atas frekuensi deglutisi, siklus ruminasi, periode ruminasi dan lama waktu ruminasi. Frekuensi Deglutisi (kali / jam) : dihitung berdasarkan jumlah penelanan makanan dalam satu jam. Frekuensi siklus ruminasi (kali / jam): dihitung dari jumlah pengeluaran digesta (regurgitasi ) hingga penelanan kembali (redeglutisi) dalam satu periode. Perhitungan ini dapat digunakan untuk mengitung regurgitasi dan redeglutisi. Frekuensi periode ruminasi (kali / 12jam) : dihitung mulai domba ruminasi sampai
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk domba berhenti ruminasi, dengan ketentuan bila berhenti selama empat menit maka dinyatakan dalam satu periode ruminasi (Afzalani
dkk., 2007) Selang waktu regurgitasi-redeglutisi
(ruminasi) (menit) : dihitung menggunakan stopwatch dari mulai pengeluaran makan ke mulut hingga ditelan kembali, terlihat pada oesofagus. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif. Semua data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan nilai rata-rata, simpangan baku, median, dan median .
HASIL DAN PEMBAHASAN Deglutisi merupakan penelanan bolus atau makanan yang telah dimastikasi atau dikunyah sebelumnya. Proses penelanan terbagi menjadi tiga tahap yaitu bergeraknya makanan melalui mulut, kemudian bergerak masuk ke pharynx, dan dilanjutkan ke oesofagus dengan interval waktu di antara 0,2 - 0,5 detik. Proses penelanan berhubungan dengan konsumsi pakan. Konsumsi pakan timbul akibat adanya rasa lapar. Timbulnya rasa lapar ini disebabkan adanya kontraksi lambung yang cukup kuat dan diduga adanya hubungan dengan hypoglycemia yang bertindak sebagai stimulan terhadap pusat syaraf vagus di medulla oblongata dan menyebabkan keluarnya sejumlah rangsangan cholinergik yang menyebabkan adanya gerakan lambung (Mushawwir dkk., 2010). Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya konsumsi pakan salah satunya adalah temperatur lingkungan. Semakin tinggi temperatur lingkungan, maka tubuh ternak akan mengalami kelebihan panas sehingga kebutuhan terhadap pakan menurun dan berlaku pula sebaliknya (Netty,2010) Hijauan yang dikonsumsi merupakan rumput segar yang terdiri atas rumput Setaria sphacelata, Brachiaria decumbens, dan rumput lapangan. Hijauan pakan ini merupakan
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk makanan utama domba yang memiliki fungsi tidak hanya untuk pengisi perut, tetapi juga dapat menjadi sumber gizi. Sejalan dengan pernyataan Widayati dan Widalestari (1996), bahwa pakan yang diberikan harus memiliki manfaat untuk kebutuhan hidup. Pola pemeliharaan dilakukan dengan cara dikandangkan atau pemeliharaan intensif. Tabel 1. Frekuensi Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi Domba Garut Betina
No
Frekuensi
Tingkah Laku
(kali/12jam)
(kali/jam)
1
Deglutisi
186 ± 12,90
19 ± 0,17
2
Regurgitasi dan Redeglutisi
129 ± 20,10
13 ± 1,41
Berdasarkan data yang diperoleh terungkap bahwa tingkah laku menelan pada Domba Garut betina, terjadi sebanyak 186 ± 12,90 kali/12 jam atau 19 ± 0,17 kali/jam. Salah satu faktor yang mempengaruhi penelanan adalah banyaknya konsumsi pakan. Frekuensi aktivitas menelan paling tinggi terjadi pada Pukul 07.00, Pukul 10.00, dan Pukul 15.00. Aktivitas makan paling rendah terjadi Pukul 14.00 (Ilustrasi 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas makan (deglutisi) yang paling tinggi terdapat pada pagi dan sore hari, karena pada waktu tersebut merupakan zona thermal domba sehingga nafsu makan tidak terganggu oleh keadaan suhu lingkungan. Zona thermal adalah temperatur lingkungan yang paling sesuai dengan keadaan domba.
Frekuensi
Deglutisi 25
23
26
25 19
18 15
12 0
Redeglutisi
5
12 7
8
16 10
13
15 11 2
8
Waktu
Ilustrasi 1. Kurva Frekuensi Deglutisi dan Redeglutisi Domba Garut Betina
12 11
12 12
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk Pagi hari suhu udara di sekitar kandang penelitian lebih rendah dibandingkan siang hari. Suhu pada pagi hari mencapai 20 ̊ C dengan kelembapan 68% dan pada siang hari yaitu mencapai 28 ̊ C dengan kelembapan udara 82%. Rata–rata suhu siang hari mencapai kisaran 26 ̊– 28 ̊ C dan domba lebih banyak melakukan istirahat, meskipun sesekali melakukan aktivitas makan dengan frekuensi yang rendah. Hal ini diduga karena bila mendapatkan cekaman panas, prioritas tingkah laku domba akan berubah dari kegiatan makan menjadi kegiatan istirahat dan minum untuk menghindari kondisi yang tidak menyenangkan. Berdasarkan Tabel 1, frekuensi regurgitasi dan redeglutisi sebanyak 13 ± 1,41 kali/jam selama 12 jam. Domba melakukan regurgitasi sebanyak satu kali maka dan melakukan redeglutisi sebanyak satu kali pula, karena regurgitasi dan redeglutisi termasuk ke dalam satu tahapan dalam ruminasi. Sejalan dengan pernyataan Frandson (1993) bahwa ruminasi merupakan proses yang memungkinkan seekor ternak merumput dan makan cepat, dan kemudian mengunyahnya. Kegiatan ini menyangkut regurgitasi (kembali ke dalam mulut), remastikasi (pengunyahan kembali), reensalivasi (pencampuran dengan saliva), dan redeglutisi (penelanan kembali). Hasil berbeda didapat dari pengamatan pada tingkah laku deglutisi dan redeglutisi. Frekuensi deglutisi lebih banyak dibandingkan frekuensi redeglutisi yang disebabkan ukuran partikel menjadi lebih kecil. Deglutisi dan redeglutisi merupakan proses penelanan bolus, perbedaannya adalah deglutisi dilakukan setelah aktivitas prehensi dan mastikasi, sedangkan redeglutisi diawali dengan proses regurgitasi terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wodzicka-Tomaszewska (1993) yang menyatakan bahwa frekuensi aktivitas deglutisi lebih banyak dilakukan dibanding aktivitas redeglutisi, karena pakan yang telah dikunyah kemudian ditelan dan disimpan lebih lama di dalam rumen. Partikel yang lebih kecil mempunyai retensi yang relatif lebih pendek di dalam rumen, sehingga
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk tingkat kecernaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecernaan ingesta, tetapi juga oleh lama waktu di dalam rumen. Tabel 3. Frekuensi Siklus Ruminasi, Periode Ruminasi, Lama Ruminasi, dan Rata – rata Lama Ruminasi Domba Garut Betina No
Frekuensi
Variabel
1
Siklus ruminasi
Per 12 Jam 129 ± 20,10 (kali)
2
Periode ruminasi
8 ± 0,50 (kali)
13 ± 1,41 (kali) 0,6 ± 0,20 (kali)
3
Lama ruminasi Rata-rata lama ruminasi
6.021 ± 1390,03 (detik)
618 ± 150,05 (detik)
4
415 ± 71,73 (detik)
Per Jam
41 ± 4,78 (detik)
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi rata-rata siklus ruminasi dalam satu periode sebanyak 13 ± 1,41 kali. Siklus ruminasi ini dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi dan lingkungan yang tenang. Bila domba makan rumput yang dipotong-potong maka akan memamah biak lebih banyak dibandingkan memakan rumput yang panjang-panjang. Hasil ini sejalan dengan Afzalani dkk., (2006) yang menyatakan bahwa jumlah siklus ruminasi pada domba dalam satu periode ditandai oleh ruminasi sebanyak 12 – 35 kali. Periode ruminasi pada domba Garut selama 12 jam sebanyak 8 ± 0,5 kali, berbeda dengan pernyataan dari Kusumamihardja dan Tanudimadja (1985) yang menyatakan periode ruminasi domba selama satu hari adalah sebanyak 15 kali. Perbedaan ini disebabkan oleh lama waktu pengamatan yang dilakukan. Hasil Pengukuran lama ruminasi Domba Garut betina yang dikandangkan adalah (6.021 ± 1390,03) detik per 12 jam, lama ruminasi 618 ± 150,05 kali perjam dengan rataan lama ruminasi (41 ± 4,78) detik perjam atau sekitar 13,9% dari waktu pengamatan. Hasil ini jika dibandingkan penelitian Setianah dkk., (2004) lebih lama sekitar 10,4% dari waktu pengamatan. Hasil penelitian Setianah dkk., (2004) mengungkapkan bahwa rataan lama ruminasi kambing betina 8.892 detik per 12 jam sekitar 20,5% dari waktu pengamatan.
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan tempat mencari makan. Domba diteliti di dalam kandang sedangkan kambing diteliti di padang penggembalaan, sehingga dapat mempengaruhi lama ruminasi. Selain itu kebutuhan ternak terhadap pakan saat itu berbeda-beda sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi juga berbeda akibatnya lama ruminasi pada saat itu menjadi berbeda. Domba Garut betina menghabiskan waktu ruminasi selama 1,6 jam selama 12 jam pengamatan. Hal ini berbeda dengan pernyataan Reece, (1997) yang menyatakan bahwa domba melakukan ruminasi selama 5-9 jam dalam sehari. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lama waktu pengamatan dan faktor lingkungan seperti hujan, temperatur dan kelembapan.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tingkah laku makan pada Domba Garut betina yang dikandangkan terungkap bahwa frekuensi deglutisi terjadi sebanyak 19 ± 0,17 kali/jam, serta frekuensi siklus ruminasi yang sekaligus frekuensi regurgitasi dan redeglutisi sebanyak 13 ± 1,41 kali/jam dengan lama ruminasi rata-rata 10 menit/jam (618 ± 151,05 detik/jam). Domba Garut betina menghabiskan waktu ruminasi selama 1jam 40 menit (6.021 detik/12jam). Saran untuk pemberian pakan pada Domba Garut sebaiknya diberikan secara teratur dengan pemberian hijauan rumput. Pemberian pakan pada pagi dan sore hari disarankan lebih banyak karena aktivitas makan lebih tinggi pada pagi dan sore hari. Ukuran hijauan yang diberikan lebih baik dipotong-potong agar jumlah pakan yang dikonsumsi domba lebih banyak dan lebih mudah dicerna.
Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan Redeglutisi................................Noorizky Oetami, dkk UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, memberi bimbingan dan dorongan, serta memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Afzalani, S. Syarif, dan Raguati. 2006. Pengaruh Suplementasi Urea Mineral Lick Block (UMLB) dan Daun Sengon (Albazia falcataria) terhadap Biodegrade-bilitas dan Aktivitas Kunyah (Chewing Activity) pada Ternak Domba. Ilmu-Ilmu Peternakan Edisi Khusus Seminar Nasional 8: 37-40. , Muthalib R.A., dan Musnandar E. 2007. Preferensi Pakan, Tingkah Laku Makan dan Kebutuhan Nutrien Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam Usaha Penangkaran di Provinsi Jambi. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Vol. 3, No.2 Edey, T. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australia Universities International Development Program (AUIDP). Canberra. 6-8 Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press . Yogyakarta, Indonesia.600-609 Heriyadi, D. 2011. Pernak–pernik dan Senarai Domba Garut. Unpad Press, Bandung. 1-20 Kusumamihardja, S. dan Tanudimadja, K. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor. 72-75 Netty, L. Tobing. 2010. Kandungan Pakan Ternak Ruminansia. Manajemen dan Teknologi
Reece, William O. 1997. Functional Anatomy and Physiology Domestic Animals. Third edition. America, Lippincott Williams and Wilkins. 353-354 Setianah, R., Jayadi, S., Herman, R. 2004. Tingkah Laku Makan Kambing Lokal Persilangan yang Digembalakan di Lahan Gambut: Studi Kasus di Kalampangan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Jurnal Insitut Penelitian Bogor, Bogor. Volume 27 Nomor 3. Widiyati, W. dan Widalestari. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus agribisnis, Surabaya. Wodzicka-Tomaszewska, I.M. Mashka, A. Djajanegara, S. Gardlner dan T.P. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. UNS Press. Surakarta Zaenat, S. dan B. Daniel. 2000. Mengenal Jenis Rumput Unggul untuk Pakan Ternak Ruminansia. Departemen Pertanian BPPT Biromaru, Sulawesi Tengah.