NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DENDENG IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) Asri Lestari Garwati1) Jurusan Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dedi Darusman2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Suprianto3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui teknis produksi dendeng ikan mujair dan nilai tambah dendeng ikan mujair. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada agroindustri dendeng ikan mujair Pusaka Asli Cap Rajawali/Ibu Iloh di Kelurahan Ciamis Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses produksi dendeng ikan mujair meliputi pencucian, pembuatan bumbu, pencampuran bumbu dengan ikan, perendaman dan penjemuran. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair sebesar Rp. 15.428,00 per kilogram dengan rasio nilai tambah yang diperoleh sebesar 28,57 persen. Kata Kunci :Nilai Tambah, Agroindustri, Dendeng Ikan Mujair, Ikan Mujair. ABSTRACT The aim of this research to identify the technical production of jerked tilapia fish and tilapia fish jerked value added. The method used in this research is a case study on agroindustry jerked tilapia fish Pusaka Asli Cap Rajawali/Ibu Iloh in District Ciamis Subdistrict Ciamis Regency Ciamis. Research result can be concluded that the production process of jerked tilapia fish includes the washing, seasoning manufacturing, mixing the seasoning with tilapia fish, submersion, and drying. The tilapia fish jerked produced is highly influenced by the size of the fish, condiments, and the manufacturing process. The value added obtained from processing of tilapia fish into tilapia fish jerked is Rp. 15.428,00 per kilogram with the ratio of value added is 28,57 percent. Key Word : Value Added, Agroindustry, Tilapia Fish Jerked, Tilapia Fish.
1
PENDAHULUAN Luas perairan umum di Indonesia saat ini 14 juta ha, meliputi 11,95 juta ha sungai dan rawa, 1,78 juta ha danau alam serta 0,03 juta ha danau buatan. Diperairan tersebut hidup berbagai macam jenis ikan. Hal ini merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan. Sektor usaha di bidang perikanan yang banyak dilakukan diantaranya, usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan (Anis Barniati, 2007). Ikan merupakan sumber gizi yang sangat penting bagi tubuh. Hampir semua ikan dan produk ikan mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, dengan demikian ikan sangat baik digunakan sebagai sumber protein dalam lauk makanan (Teguh Sudarisman, Elvina A.R, 1996). Tabel 1. Luas Area Tempat Pemeliharaan/Penangkapan dan Produksi di Kecamatan Ciamis Tahun 2013 Jenis Budidaya
Produktivitas (Kw/Ha)
Luas (Ha)
1. Pembenihan a. Ikan Gurame b. Ikan Mas c. Ikan Nila d. Ikan Tawes e. Ikan Nilem f. Ikan Tambakan g. Ikan Mujair h. Ikan Lele 2. Pembesaran a. Ikan Gurame b. Ikan Mas c. Ikan Nila d. Ikan Tawes e. Ikan Nilem f. Ikan Tambakan g. Ikan Mujair
Produksi (Ton)
1.505,00 1.050,00 700,00 785,00 800,00 40,00 312,00 455,00
210,00 70,00 213,00 280,00 520,00 285,00 440,00 35,00
316.050 73.500 149.120 219.800 416.000 11.400 137.280 15.925
25,00 20,00 20,00 17,00 21,00 8.75 12,00
16,60 19,59 20,20 19,05 22,04 18,80 19,67
41,50 39,00 40,40 32,39 46,28 16,45 23,60
Sumber : BPS Kecamatan Ciamis 2014
Tabel 1. menunjukkan bahwa di Kecamatan Ciamis luas lahan, produktivitas serta produksi ikan mujair lebih besar untuk pembenihan dibandingkan dengan pembesaran. Produktivtas ikan mujair dalam budidaya pembenihan sebanyak 440 Kw/Ha, sedangkan produktivitas ikan mujair dalam budidaya pembesaran sebanyak 19,67 Kw/Ha. Penyebaran alami ikan mujair adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan tersebut dinamai mujair untuk mengenang sang penemu (Kusno Waluyo, 2008). Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam, sehingga dapat hidup di air payau. Bentuk badan pipih berwarna hitam keabu-abuan, panjang total 2
maksimum mencapai 40 cm (Pusat Data, Statistik dan Informasi Kelautan dan Perikanan, 2013). Daging Ikan Mujair digemari masyarakat karena enak. Ikan mujair mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun swalayan. Sehingga tidak sulit untuk mendapatkan ikan mujair (Saparinto dan Susiana, 2013, dalam Rinda Sri Partina, dkk, 2015). Ikan mujair sering disamakan dengan ikan nila, jenis ikan yang memiliki rumpun yang sama. Bedanya dari segi pertumbuhan, nila memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih agresif dibanding dengan mujair, ukuran tubuh ikan nila juga lebih besar dan lebar dibandingkan dengan ikan mujair, mulut ikan mujair lebih besar dari pada ikan nila, serta pada ujung sirip punggung dan ekor ikan mujair berwarna kemerahan sedangkan ikan nila tidak. Pada dasarnya penanganan dan pengolahan ikan bertujuan untuk mencegah kerusakan atau pembusukan. Upaya untuk memperpanjang daya tahan simpan ikan segar adalah melalui penyimpanan dalam lemari pendingin atau pembeku, yang mampu menghambat aktivitas mikroba atau enzim. Penyimpanan dingin dalam lemari es (refrigerator) hanya mampu memperpanjang umur simpan ikan hingga beberapa hari, sedangkan dalam lemari pembeku (freezer) akan membuat awet hingga berbulan-bulan, tergantung suhu yang digunakan (Kusno Waluyo, 2008). Salah satu cara agar produk ikan dapat tahan lebih lama adalah dengan mengawetkan atau mengolah ikan segar tersebut menjadi produk lain yang mempunyai daya tahan lebih lama. Selain ikan menjadi tahan lama, pengolahan ikan tersebut juga dapat memberikan nilai tambah serta meningkatkan harga jual dari produk ikan tersebut menjadi lebih tinggi. Produksi ikan cenderung dikonsumsi dalam kondisi segar dengan perlakuan yang minim sehingga nilai tambah yang diperoleh belum maksimal. Industri pengolahan ikan mampu meningkatkan nilai tambah perikanan dan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dengan besaran upah yang menjadi faktor utama (Amin Budiawan, 2012). Agroindustri pengolahan ikan mujair di Kabupaten Ciamis salah satunya ialah pengolahan ikan mujair menjadi dendeng. Perusahaan yang mengolah ikan mujair menjadi dendeng di Ciamis dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pusaka Asli Cap Rajawali. Pengolahan ikan mujair menjadi dendeng di perusahaan ini baru tiga tahun kebelakang ini namun peminatnya sudah banyak, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis nilai tambah agroindustri dendeng ikan mujair pada perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai : (1) Bagaimana teknis produksi pengolahan dendeng ikan mujair? (2) 3
Berapa nilai tambah pengolahan ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis produksi pengolahan dendeng ikan mujair dan nilai tambah pengolahan ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang merupakan suatu pendekatan dari penelitian yang bersifat kasus, sehingga hasil tidak dapat digeneralisasikan. Bahan-bahan yang dikumpulkan dan diteliti lazimnya melukiskan karakteristik yang terperinci dari suatu proses atau dari seluruh proses kehidupan suatu unit dengan berbagai hubungannya (Soekartawi, 2006). Penelitian dilakukan pada Agroindustri Dendeng Ikan Mujair di Perusahaan Pusaka Asli Cap Rajawali/Ibu Iloh yang berlokasi di Kelurahan Ciamis Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Metode yang digunakan yaitu analisis nilai tambah metode Hayami. Nilai tambah adalah selisih nilai output yang mendapatkan perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai bahan baku serta korbanan lainnya yang digunakan selama proses produksi berlangsung (Hayami et al, 1987). Dalam penelitian ini akan dihitung nilai tambah dendeng ikan mujair selama satu kali proses produksi. Tabel 2. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Variabel I. Output, Input dan Harga 1. Output (kg) 2. Input (kg) 3. Tenaga Kerja (JKO) 4. Faktor Konversi 5. Koefisien Tenaga Kerja (JKO/kg) 6. Harga Output (Rp/kg) 7. Upah Tenaga Kerja (Rp/JKO) II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/kg) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg) 11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) 12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 13. a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat Keuntungan (%) III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) a. Pendapatan Tenaga kerja (%) b. Sumbangan Input Lain (%) c. Keuntungan pengusaha (%) Sumber: Hayami (1987)
Nilai (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
= (1) / (2) = (3) / (2)
(8) (9) (10) = (4) x (6) (11a) = (10) - (9) - (8) (11b) = (11a / 10) x 100 % (12a) = (5) x (7) (12b) = (12a / 11a) x 100 % (13a) = (11a) - (12a) (13b) = (13a / 11a) x 100 % (14) = (10) - (8) (14a) = (12a / 14) x 100% (14b) = (9 / 14) x 100% (14c) = (13a / 14) x 100%
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pengolahan Dendeng Ikan Mujiar Proses pengolahan dendeng ikan mujair pada perusahaan ini sama seperti pembuatan dendeng ikan mujair pada umumnya, yakni meliputi proses pencucian, pembuatan bumbu, pencampuran ikan dengan bumbu, perendaman, penjemuran, pengeringan, penjaitan/siap jual. Proses pembuatannya memerlukan waktu 2 hari karena ada proses perendaman jam dan pengeringan
10
8 jam.
Proses pembuatan dendeng ikan mujair ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a.
Ikan disiangi atau dibersihkan sisik dan isi perutnya kemudian disayat atau dibelah hingga berbentuk membulat. Pada perusahaan ini bahan baku ikan mujair telah disiangi dan dibelah oleh pedagang sehingga tidak dilakukan tahap ini dalam proses pembuatan dendeng ikan mujair.
b.
Ikan dicuci hingga bersih dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada ikan, lalu ditiriskan.
c.
Bumbu (gula merah, bawang putih, ketumbar dan garam) dihaluskan.
d.
Campurkan ikan yang telah ditiriskan dengan bumbu yang telah dihaluskan dan tambahkan gula pasir, aduk hingga merata. Gula merah mengandung air sebanyak 3,5% sedangkan gula pasir hanya mengandung air sebanyak 1% (Buckle et al., 1987 dalam Nida El Husna dkk, 2014). Dalam proses pembuatan jumlah gula pasir lebih banyak dibandingkan gula merah, selain untuk pengawet juga sebagai penambah rasa.
e.
Ikan direndam
10 jam agar bumbu meresap pada ikan. Bakteri, ragi atau kapang yang
ditempatkan dalam larutan gula atau garam yang pekat dengan kadar air 30 sampai 40 persen, maka air di dalam sel akan keluar menembus membran dan mengalir ke dalam larutan gula atau garam. Hal ini dikenal sebagai peristiwa osmosis. Dalam keadaan ini sel
mikroba
mengalami
plasmolisis
dan
akan
mengalami
hambatan
dalam
perkembangbiakannya, sehingga selain perasa gula juga berperan sebagai pengawet produk (Suwasono Heddy, dkk,. 1994). Gula pasir yang digunakan 40 persen dari bahan baku dan gula merah sebanyak 10 persen dari bahan baku. f.
Ikan yang telah direndam selanjutnya disusun diatas rimpian untuk dijemur. Pengeringan dilakukan secara alami yaitu dengan bantuan sinar matahari. Keunggulannya tidak memerlukan biaya yang mahal, namun kelemahannya sangat tergantung pada kondisi cuaca, dan prosesnya memerlukan waktu yang tidak sedikit. Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam ikan, kadar air sangat berpengaruh terhadap 5
mutu produk, karena pengurangan air dapat mengawetkan produk menjadi tahan lebih lama. Selama proses pengeringan, ikan dibolak balik setiap 3 sampai 4 jam sekali agar proses pengeringan bagian atas dan bawah dapat merata. g.
Setelah
8 jam atau apabila dirasa ikan sudah berubah warna lebih gelap dan gula
menempel atau lengket pada rimpian, ikan dapat diangkat dan dimasukan ke dalam wadah siap jual. h.
Pengemasan dilakukan apabila ada pemesanan. Kemasan pelastik yang digunakan berukuran ¼ kg, sehingga pada produksi ini hanya dibutuhkan 8 lembar pelastik pembungkus, karena produk yang dihasilkan sebanyak
2 kg dendeng ikan mujair.
Pengemasan bertujuan untuk menjaga produk agar tetap bersih, menghindari kerusakan fisik, mempermudah penyimpanan dan menambah daya tarik konsumen (Nunung Yuli Eti, 2007). Dendeng ikan mujair yang dihasilkan dipengaruhi oleh ukuran ikan, bumbu, dan cara pengolahan yang digunakan. Nilai Tambah Dendeng Ikan Mujair Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami. Besarnya analisis nilai tambah usaha dendeng ikan muajir untuk satu kali proses produksi pada Perusahaan Pusaka Asli Cap Rajawali/Ibu Iloh dapat dilihat pada Tabel 3. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan mujair, agar diperoleh hasil yang baik maka diperlukan bahan baku penolong/input lain. Bahan yang digunakan adalah gula pasir, gula merah, garam, bawang putih, dan ketumbar. Selain itu untuk pengemasan maka diperlukan plastik. Bahan baku (input) yang digunakan untuk mengolah ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair dalam satu kali produksi adalah sebanyak 5 kilogram. Dari input tersebut diperoleh 2 kilogram dendeng ikan mujair, maka diketahui faktor konversi dari pengolahan ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair sebesar 0,4. Artinya, setiap satu kilogram bahan baku ikan mujair akan menghasilkan 0,4 kilogram dendeng ikan mujair. Harga output (dendeng ikan mujair) per kilogram adalah Rp. 135.000,00. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses pengolahan dendeng ikan mujair adalah 2 orang tenaga kerja. Semua tenaga kerja bersifat borongan, sehingga jumlah jam kerja selama satu kali proses produksi adalah 2,30 JKO atau 2,30 jam. Jumlah tersebut tidak termasuk proses perendaman, karena pada proses tersebut tidak diperlukan tenaga kerja. Berdasarkan nilai JKO tersebut, maka diperoleh koefisien tenaga kerja sebesar 0,46 JKO/kg. 6
Artinya untuk mengolah 1 kilogram bahan baku dibutuhkan tenaga kerja 0,46 jam kerja orang. Upah tenaga kerja selama proses produksi adalah sebesar Rp. 17.391,30 per JKO. Nilai tersebut diperoleh dari hasil bagi total upah tenaga kerja dengan jumlah jam kerja orang untuk satu kali proses produksi. Tabel 3. Analisis Nilai Tambah Dendeng Ikan Mujair Variabel I. Output, Input dan Harga 1. Output (kg) 2. Input (kg) 3. Tenaga Kerja (JKO) 4. Faktor Konversi 5. Koefisien Tenaga Kerja (JKO/kg) 6. Harga Output (Rp/kg) 7. Upah Tenaga Kerja (Rp/JKO) II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/kg) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg) 11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) 12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 13. a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat Keuntungan (%)
Nilai 2,00 5,00 2,30 0,40 0,46 135.000,00 17.391,30 25.000,00 13.572,00 54.000,00 15.428,00 28,57 8.000,00 51,85 7.428,00 48,15
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) a. Pendapatan Tenaga kerja (%) b. Sumbangan Input Lain (%) c. Keuntungan pengusaha (%)
29.000,00 27,59 46,80 25,61
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Harga bahan baku ikan mujair adalah sebesar Rp. 25.000,00 per kilogram. Sumbangan input lain yang merupakan jumlah dari biaya bahan baku penolong adalah sebesar Rp. 13.572,00 per kilogram. Nilai output (dendeng ikan mujair) diperoleh sebesar Rp. 54.000,00 per kilogram. Nilai tersebut merupakan hasil perkalian antara faktor konversi dengan harga output (dendeng ikan mujair). Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan dendeng ikan mujair adalah Rp. 15.428,00 untuk satu kilogram bahan baku ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair. Nilai tambah tersebut merupakan selisih antara nilai output dengan biaya bahan baku dan sumbangan input lain. Rasio nilai tambah yang diperoleh dalam usaha ini adalah 28,57 persen menunjukan persentase nilai tambah terhadap nilai output, artinya setiap Rp. 100,00 nilai output akan mendapatkan nilai tambah sebesar Rp. 28,57.
7
Reyne (1987) dalam Musa Hubeis (1997) mengemukakan bahwa rasio nilai tambah rendah apabila memiliki persentase kurang dari 15 persen, rasio nilai tambah sedang apabila memiliki persentase 15 persen sampai 40 persen dan rasio nilai tambah tinggi apabila memiliki persentase lebih dari 40 persen. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan ini memiliki rasio nilai tambah sedang karena berada diantara 15 persen sampai 40 persen.. Pendapatan tenaga kerja dari setiap satu kilogram bahan baku utama menjadi dendeng ikan mujair sebesar Rp. 8.000,00. Pendapatan tenaga kerja diperoleh dari hasil perkalian antara nilai koefisien tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Pangsa tenaga kerja merupakan persentase pendapatan tenaga kerja terhadap nilai tambah, yaitu 51,85 persen dalam proses produksi satu kilogram dendeng ikan mujair ini. Nilai tersebut berarti bahwa untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah, besarnya bagian untuk tenaga kerja adalah Rp. 51,85. Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dari setiap satu kilogram bahan baku utama adalah Rp. 7.428,00. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan ini sangat besar yaitu mencapai 48,15 persen. Artinya, dari setiap Rp. 100,00 yang didapatkan dari nilai tambah, keuntungan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 48,15. Hal ini berarti dari proses produksi dendeng ikan mujair lebih memberikan keuntungan yang lebih besar kepada tenaga kerja dibandingkan dengan perusahaan. Nilai tambah merupakan balas jasa untuk setiap faktor produksi yang digunakan selama proses produksi. Untuk mengetahui besarnya balas jasa yang diberikan dari nilai tambah yang diperoleh, maka harus diketahui marjin yang merupakan selisih antara nilai output dengan biaya bahan baku utama yang digunakan. Besarnya nilai marjin yang diperoleh adalah sebesar Rp. 29.000,00 per kilogram. Marjin tersebut didistribusikan untuk pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Distribusi marjin yang terbesar adalah sumbangan input lain yaitu sebesar 46,80 persen. Hal ini menunjukan bahwa produksi dendeng ikan mujair yang dilakukan oleh perusahaan ini memiliki biaya yang besar pada sumbangan input lain, karena dalam pengolahan ikan mujair menjadi dendeng ikan mujair ini jumlah input lain cukup banyak dan harganya relatif tinggi. Terbesar kedua adalah pendapatan tenaga kerja sebesar 27,59 persen. Upah yang didapatkan tenaga kerja untuk satu bulan adalah Rp. 160.000,00 per orang, nilai tersebut diperoleh dari hasil kali upah Rp. 20.000,00 per hari dengan 8 kali produksi dalam satu bulan, sementara upah minimum regional (UMR) Kabupaten Ciamis sesuai dengan Keputusan
Gubernur
Jawa
Barat
Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015
adalah Rp.
1.363.319,00. Hal ini berarti bahwa usaha dendeng ikan mujair merupakan tambahan penghasilan untuk tenaga kerja serta mengoptimalkan tenaga kerja yang ada. Distribusi 8
marjin terkecil adalah keuntungan pengusaha yaitu sebesar 25,61 persen. Hal ini disebabkan karena dendeng ikan mujair bukan merupakan produk utama pada perusahaan Pusaka Asli Cap Rajawali/Ibu Iloh. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Proses produksi dendeng ikan mujair meliputi pencucian, pembuatan bumbu, pencampuran bumbu dengan ikan, perendaman, dan penjemuran. Dendeng ikan mujair yang dihasilkan dipengaruhi oleh ukuran ikan, bumbu dan proses pembuatannya.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami, besarnya nilai tambah yang diperoleh perusahaan yaitu Rp. 15.428,00 per kilogram bahan baku.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyarankan hal – hal sebagai berikut : 1. Produsen harus menjaga kualitas dan meningkatkan kuantitas produk dendeng ikan mujair, menambahkan variasi rasa dan pengemasan yang menarik konsumen. 2. Untuk meningkatkan nilai tambah dari usaha dendeng ikan mujair, pengusaha perlu menjaga ketersediaan bahan baku, meningkatkan produksi, serta memperhatikan biaya pembelian bahan baku dan input lainnya tanpa mengurangi kualitasnya. DAFTAR PUSTAKA Anis Barniati. 2007. Analisis Finansial Usaha Mina Padi pada Kelompok Tani Rukun Tani Mukti, Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB. Amin Budiawan. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Pengolahan Ikan di Kabupaten Demak. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Ciamis Dalam Angka 2014. Ciamis. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A prospectif From A Sunda Village. Bogor. dalam Armand Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Kusno Waluyo. 2008. Budidaya Ikan Mujair. Epsilon Grup. Bandung. 9
Musa Hubeis.1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Nida El Husna, Asmawati, Gunawan Suwarjana. 2014. Dendeng Ikan Leubiem (Canthidermis maculatus) dengan Variasi Metode Pembuatan, Jenis Gula, dan Metode Pengeringan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. 06 No. 03. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala. Nunung Yuli Eti. 2007. Aneka Olahan dari Daging. Saka Mitra Kompetensi. Klaten. Pusat Data Statistik dan Informasi. 2013. Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat untuk Mendukung Industrialisasi KP. Jakarta. Rinda Sri P., Indra Topik M., Undang Ahmad D. 2015. Pengaruh Perbedaan Proses Pengeringan Terhadap Kandungan Asam Lemak Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus P.). Fakultas MIPA UNISBA. Bandung. Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat. 2016. Upah Minimum Kabupaten/Kota Di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Suwasono H., Wahono H.S., Metty K. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Teguh Sudarisman, Elvina A.R. 1996. Petunjuk Memilih Produk Ikan dan Daging. Penebar Swadaya. Jakarta.
10