BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ziarah kubur ialah kegiatan mengunjungi kuburan atau makam. Pada umumnya para peziarah mendatangi makam orang tua, kakek/ nenek, saudara, dan orang-orang yang masih memiliki hubungan kerabat. Selain bertujuan mendoakan arwah, ziarah kubur juga dimaksudkan untuk mengingatkan tentang kematian. Bagi sebagian orang, ziarah kubur dilakukan untuk mendapatkan pahala. Namun ada kalanya terdapat golongan yang menyimpang, yakni ingin meminta sesuatu kepada arwah yang dimakamkan. Berdasarkan bermacam-macam alasan tersebut, objek tujuan ziarah menjadi lebih luas. Dari semula hanya mengunjungi makam sanak saudara, beberapa kalangan kini juga gemar menziarahi makam-makam tokoh yang dihormati semasa hidupnya. Tradisi ziarah sudah lama berkembang menjadi suatu kegiatan pariwisata, yang disebut dengan wisata ziarah. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci maupun makam–makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan. Salah satu objek wisata ziarah yang terletak di Kabupaten Magelang ialah Makam Aulia Gunungpring. Makam ini telah dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di Indonesia. Kompleks makam tersebut terletak di sebelah selatan pusat Kota Muntilan, tepat di atas bukit bernama Gunungpring. Secara administratif, letaknya termasuk dalam wilayah Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan,
Kabupaten Magelang. Akan tetapi, secara asal-usul sejarah kepemilikian, kompleks makam ini merupakan milik Keraton Ngayogjokarto Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta), di bawah Reh Kawedanan Hageng Sriwandowo bagian Puroloyo (makam keluarga keraton). Di Makam Aulia Gunungpring dikebumikan tokoh yang dianggap berjasa dalam pengajaran agama Islam di wilayah Karesidenan Kedu, yaitu Pangeran Singosari atau lebih dikenal dengan nama Kyai Raden Santri (KR. Santri). KR Santri termasuk dalam keluarga Kerajaan Mataram Islam. Beliau merupakan saudara sekandung Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan tersebut. Tokoh terkenal lain yang juga dimakamkan di kompleks yang sama ialah Kyai Dalhar, seorang ulama besar pendiri Pondok Pesantren (PP) Darussalam, Watucongol, Muntilan. Fasilitas di objek wisata ziarah Makam Aulia Gunungpring cukup memadai dan relatif nyaman. Bila datang dari arah utara bukit, pengunjung akan disambut terminal parkir dengan deretan kios yang menjajakan makanan dan berbagai macam cinderamata. Terdapat pula penginapan di beberapa lokasi yang berdekatan dengan bukit. Ketika berjalan menuju kompleks makam yang terletak di puncak, pengunjung tidak akan merasa lelah karena disamarkan oleh jajaran kios di kiri kanan anak tangga dan juga “dipayungi” oleh rerimbunan pohon markisa. Namun jika ingin beristirahat, sudah tersedia tempat duduk yang bisa ditemukan di tengah-tengah perjalanan.
Dari arah timur bukit juga terdapat terminal dan jalan/ anak tangga. Terminal tersebut sedang dalam tahap pembenahan. Adapun jalan yang ada sudah bagus, serta teduh dan asri karena ada taman-taman di beberapa sudutnya. Keberadaan fasilitas yang memadai tentunya berpengaruh terhadap tingkat kunjungan. Makam Aulia Gunungpring termasuk objek wisata di Kabupaten Magelang yang cukup potensial dalam menjaring wisatawan. Dengan daya tarik wisata (DTW) yang “hanya” berupa makam (pangsa pasar terbatas), Makam Aulia Gunungpring dikunjungi lebih banyak wisatawan dibandingkan objek lain di Kabupaten Magelang dengan DTW yang notabene lebih menarik. Sebagai contoh air terjun Curug Silawe, air terjun Sekar Langit, pemandian air panas Tuk Umbul, dan lain sebagainya. Potensi wisata Makam Aulia Gunungpring memberikan peluang usaha/ kerja bagi warga desa setempat melalui penyediaan layanan kebutuhan wisatawn berupa barang dan jasa. Ada yang membuka warung makan, warung kelontong, kios souvenir, industri pembuatan souvenir serta berbagai layanan jasa, antara lain penginapan, charge HP, dan MCK. Dapat dikatakan bahwa perkembangan wisata ziarah Makam Aulia Gunungpring mempengaruhi sektor ekonomi lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Weaver dan Oppermann (2000), yang menyatakan bahwa pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya. Majunya industri pariwisata di Makam Aulia Gunungpring tentunya melibatkan beberapa pihak atau stakeholders. Dalam bahasa ilmiah, keterlibatan beberapa pihak tersebut dinamakan dengan kemitraan. Menurut Mitchell et.al.
(2000), kemitraan adalah pengaturan yang saling disepakati antara dua atau lebih publik, organisasi swasta atau lembaga swadaya pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditentukan bersama atau untuk merealisasikan kegiatan yang disepakati bersama untuk kepentingan lingkungan dan masyarakat. Kerjasama antar stakeholders biasanya disebabkan oleh adanya tuntutan terhadap pemerintah untuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat padahal sumberdaya yang dimiliki terbatas. Pihak swasta sering dilibatkan karena dinilai dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan sekaligus dapat mengurangi biaya-biaya operasi yang tidak perlu (Sarman, 2009). Swasta sendiri diartikan dengan segala bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah, antara lain perusahaan, korporasi, bank, dan organisasi non-pemerintah lainnya, termasuk juga karyawan yang tidak bekerja untuk pemerintah. Faktor-faktor produksi sektor ini dimiliki oleh individual atau pribadi. Selain melibatkan pemerintah dan sektor swasta, pengelolaan lingkungan dan sumberdaya saat ini sudah menambahkan aspek pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman berbagai kelompok masyarakat. Melalui konsultasi dengan masyarakat setempat, dimungkinkan untuk merumuskan persoalan dengan lebih efektif, mendapatkan informasi dan pemahaman di luar jangkauan dunia ilmiah, merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang secara sosial akan dapat diterima, serta membentuk perasaan memiliki terhadap rencana dan penyelesaian sehingga memudahkan penerapan (Mitchell et.al, 2000). Keberhasilan industri pariwisata di Makam Aulia Gunungpring tidak terlepas dari peran unsur pemerintah, pedagang, kelompok masyarakat, dan
pondok pesantren. Pada umumnya organisasi non-pemerintah bersedia terlibat dalam suatu program atau kegiatan jika menjanjikan keuntungan yang cukup memadai (profit oriented) atau ada harapan akan memperoleh sesuatu, baik materi maupun non-materi. Adapun sifat pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik cenderung berkebalikan atau non-profit oriented. Sifat demikian bersama sumberdaya yang terbatas sangat baik dipadukan dengan sektor lain yang cenderung membuat program sesuai dengan kepentingan sehingga lebih bersifat efektif dan efisien. Fenomena inilah yang memberikan motivasi penulis untuk melihat lebih jauh pelaksanaan kemitraan antar stakeholders dalam pengelolaan objek wisata ziarah Makam Aulia Gunungpring.
1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang ada, timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah bentuk kemitraan antar stakeholders di objek wisata Makam Aulia Gunungpring ?
2.
Bagaimanakah efektivitas kemitraan antar stakeholders dimaksud ?
3.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi efektivitas kemitraan antar stakeholders tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
mengidentifikasi
kemitraan
antar
stakeholders
yang
terlibat
dalam
pengelolaan objek wisata ziarah Makam Aulia Gunungpring; 2.
mengkaji efektivitas kemitraan yang terjadi;
3.
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kemitraan tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat, antara lain: 1.
memperkaya khazanah pengetahuan, terutama mengenai kerjasama atau kemitraan
dalam
pengelolaan
objek
wisata
ziarah
Makam
Aulia
Gunungpring; 2.
menambah masukan kepada Pemerintah Kabupaten Magelang dan pengelola objek wisata lain di wilayah setempat mengenai pola kemitraan yang bisa diterapkan;
3.
memberikan pembelajaran dan pengkayaan keilmuan bagi penulis.
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kemitraan dan wisata ziarah telah dilakukan oleh beberapa peneliti dari sudut tinjauan, lokasi, dan waktu penelitian yang berbedabeda. Penelitian mengenai kemitraan dalam pengelolaan objek wisata ziarah Makam Aulia Gunungpring belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Meskipun demikian, peneliti menemukan beberapa penelitian lain yang berhubungan dengan kemitraan dan wisata ziarah dengan tinjauan, objek, dan lokasi penelitian yang berbeda seperti yang ditampilkan pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Perbandingan Berbagai Penelitian tentang Kemitraan dan Wisata Ziarah
Peneliti Zakaria Basran
Ghodiman
Ahmadi
Prapta Suharyana
Rina Agustiati
Irwen
Tri Atmojo
Judul Penelitian Kemitraan merupakan Salah Satu Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui Aset Daerah. Studi kasus: Daerah Tingkat II Kotamadya Yogyakarta Kajian Pelaksanaan Kemitraan dalam Program Pengelolaan Sampah: Kasus pada Lingkungan Permukiman dan Perdagangan di Kota Yogyakarta Implementasi Kebijakan Kemitraan Pemerintah Kota dan Swasta dalam Pembangunan Peremajaan Pasar Pusat Suka Ramai Pekan Baru Analisis Hubungan antara Alasan, Faktor Kesuksesan, dan Keuntungan Kemitraan pada Proyek Konstruksi Perubahan Ruang Permukiman di Sekitar Kawasan Wisata Ziarah Makam Bung Karno Blitar Kajian Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pengelolaan Sampah di Kota Jambi Kajian Program Kemitraan Konservasi di Zona Penyangga Taman Nasional Siberut
Daerah Penelitian Yogyakarta
Tahun 1995
Yogyakarta
1997
Pekanbaru
1999
Yogyakarta
2001
Blitar
2004
Jambi
2005
P. Siberut, Kep. Mentawai, Sumbar
2007
bersambung ...
Peneliti Ibrahim Hamid
Judul Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Individu menjadi Plasma Kemitraan Ayam Ras Potong dan Implikasinya pada Penggunaan Lahan di Perdesaan: Studi Kasus Kabupaten Sleman Irvan Abd Kemitraan antara Pemerintah Rahman dan Swasta dalam Reklamasi Pantai di Kota Ternate Rizwandi Efektivitas Implementasi Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dalam Pemberdayaan Usaha kecil di Kota Pekanbaru Isbani Efektivitas Kemitraan Sekolah Kejuruan dengan Industri Lokal di Kabupaten Bantul Zulkarnaen Rehabilitasi Kawasan Mangrove Berbasis Kemitraan di Kabupaten Sambas Sumber: Peneliti (2013)
Daerah Penelitian Sleman
Tahun 2008
Ternate
2008
Pekanbaru
2008
Bantul
2009
Kab. Sambas, Kalimantan Barat
2009