TINJAUAN FIQIH MUAMALAH TERHADAP UANG DIGITAL BITCOIN DENGAN STUDI PADA DSN-MUI DAN PERUSAHAAN ARTABIT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
NUR LAILATUS SHOLIHAH NIM 1110046100161
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M./1436 H.
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Nur Lailatus Sholihah NIM : 1110046100161 Jurusan : Perbankan Syariah Fakultas : Syariah dan Hukum Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 4. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 27 Nopember 2014 Penulis
Nur Lailatus Sholihah
iii
ABSTRAK
Nur Lailatus Sholihah. NIM 1110046100161. TINJAUAN FIQIH MUAMALAH TERHADAP UANG DIGITAL BITCOIN DENGAN STUDI PADA DSN-MUI DAN PERUSAHAAN ARTABIT. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2014 M. ix + 53 halaman + 7 halaman lampiran Dalam permasalahan skripsi ini adalah bagaimana tinjauan fiqih muamalah terhadap uang digital bitcoin dan bagaimana pandangan DSN-MUI terhadap proses operasional pertukaran uang berbasis bitcoin dalam perspektif akad sharf melalui studi pada Perusahaan Artabit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis uang digital bitcoin dari perspektif fiqih muamalah dan menganalisis uang digital bitcoin dari perspektif ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) dan menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan datanya, yaitu dengan mewawancarai pihak dari DSN-MUI dan Perusahaan Artabit. Hasil kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah dari tinjauan fiqih muamalah bahwa transaksi pertukaran uang berbasis bitcoin belum dapat dikatakan sebagai transaksi pertukaran uang yang sah dalam Islam walaupun termasuk ke dalam kategori transaksi spot di Perusahaan Artabit. Karena tidak ada benda yang dapat merepresentasikan uang tersebut, serta dalam perspektif ekonomi dan Islam menyatakan bitcoin belum bisa dikatakan sebagai mata uang/alat pembayaran yang sah, karena tidak ada legalitas dari pemerintah, tidak memenuhi persyaratan sebagai mata uang baik dalam ekonomi konvensional maupun Islam, kaidah fiqih, serta rentan akan penipuan karena tidak ada kejelasan hukum yang mengatur transaksi tersebut. Kata Kunci : Uang, Bitcoin, akad Sharf Pembimbing Daftar Pustaka
: M. Nur Rianto Al Arif, SE, M. Si : Tahun 1989 s.d. Tahun 2014
iv
Kata Pengantar
ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮ ﺣﻤﻦ اﻟﺮ ﺣﯿﻢ Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puja puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam hanya tercurah kepada baginda yang mulia Nabi besar Muhammad SAW. Atas perjuangan beliaulah kita dapat saling kenal-mengenal menjalin tali ukhuwah islamiyyah. Selanjutnya, berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini, secara pribadi penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik secara kelembagaan maupun perorangan. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada: 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. JM. Muslimin, MA. 2. Ketua Prodi Muamalat, Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Bapak Abdul Rauf, Lc, MA. 3. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si Selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. 4. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum, serta para pengurus perpustakaan utama maupun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bantuannya berupa pinjaman buku-buku baik selama penulisan skripsi maupun selama penulis menjalankan perkuliahan. 5. Bapak Kanny Hidaya selaku wakil sekretaris DSN-MUI, Bapak Denny Muktar dan Ibu Imelda Selaku Founder Perusahaan Artabit, yang telah meluangkan waktu dan memberikan data-data yang penulis butuhkan.
v
6. Orang tuaku tercinta Ayahanda Solahuddin dan Ibunda Siti Aliyah atas do’a restunya baik spiritual maupun material. 7. Adik-adikku tercinta Iqbal, Haikal, Fira dan tanteku Cing Izha yang selalu menghiburku di sela-sela waktu penulisan skripsi ini. 8. Untuk teman-teman seperjuangan PS-D Squad, sahabat-sahabatku tersayang C.I.M (especially for Iin, Meli, Nida, dan Yuni), Mia, kawan-kawan Kuliah Kerja Nyata (KKN) “Cari Berkah” 2013, serta pihak-pihak terkait lainnya yang mendukung penyelesaian skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala jualah penulis berdoa semoga mereka mendapat balasan yang mulia. Dengan segala kelemahan dan kelebihan yang ada semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Amiin Ya Rabb al-‘Alamiin.
Jakarta, 27 Nopember 2014 Penulis
Nur Lailatus Sholihah
vi
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................................i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN.............................................................ii LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................................iii ABSTRAK....................................................................................................................iv KATA PENGANTAR………………………………………………………………...v DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................................1 B. Identifikasi Masalah......................................................................................2 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................3 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................6 E. Kerangka Teori dan Konseptual...................................................................7 F. Pedoman Penulisan.....................................................................................11 G. Sistematika Penulisan..................................................................................12
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Uang 1. Pengertian Uang...................................................................................13 2. Fungsi Uang.........................................................................................14 3. Fungsi Uang dalam Islam....................................................................15 4. Syarat-Syarat Uang..............................................................................15 5. Bentuk-Bentuk Uang...........................................................................17 B. Bitcoin 1. Pengertian Bitcoin...............................................................................18 2. Kelebihan Bitcoin................................................................................19 3. Kekurangan Bitcoin.............................................................................20 4. Cara Kerja Bitcoin…………………………………………………...21 C. Akad Sharf 1. Pengertian Sharf.....................................................................……….22 2. Prinsip-Prinsip Sharf...........................................................................22 3. Jenis-Jenis Transaksi Sharf.................................................................23 4. Rukun dan Ketentuan Umum Sharf....................................... ……….24 D. Review Kajian Terdahulu..........................................................................25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian..........................................................................................30 B. Sumber dan Kriteria Data Penelitian.........................................................31 C. Teknik Pengumpulan Data........................................................................32 vii
D. Subjek dan Objek Penelitian.....................................................................32 E. Teknik Pengolahan Data...........................................................................33 F. Metode Analisa Data (Analisis Isi)……………………………………...33 1. Definisi Content Analysis (Analisis isi)..............................................33 2. Teknik Analisis Isi..............................................................................34 3. Manfaat Penggunaan Analisis Isi.......................................................34 4. Tahapan Penelitian Analisis Isi..........................................................35 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pertukaran Uang Berbasis Bitcoin di Perusahaan Artabit………...…………………………………....................................38 B. Pandangan DSN-MUI terhadap Proses Pertukaran Uang Berbasis Bitcoin di Perusahaan Artabit ditinjau dari Teori Sharf…………………………44 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................................51 B. Saran.........................................................................................................52 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 53 LAMPIRAN
viii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pertukaran yang terjadi dalam masyarakat pada awal mulanya dilaksanakan tanpa penggunaan uang. Dalam proses pertukaran demikian, barangbarang dan jasa-jasa secara langsung dipertukarkan dengan barang-barang dan jasajasa lainnya, yang saling dibutuhkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.1 Esensinya, uang adalah sesuatu yang digunakan sebagai media pertukaran dan alat pembayaran yang sah dalam bertransaksi dengan memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang suatu negara. Sebelum menciptakan uang, dalam hal bertransaksi, manusia menggunakan sistem barter dalam perdagangan mereka. Walaupun demikian, sangatlah sulit mendapatkan seseorang yang mempunyai kepentingan sama dalam pertukaran barang dan jasa tersebut. Uang pada masa lalu dengan masa sekarang sangatlah berbeda dari segi bentuk, akan tetapi masih memiliki fungsi yang sama. Bentuk-bentuk uang pada zaman sekarang ini seperti koin, kertas, dan ada pula yang berbentuk digital atau elektronik yang menandakan bahwa perkembangan teknologi yang semakin maju. Uang digital atau uang elektronik ini adalah sarana yang dapat dijadikan sebagai alat 1
1999), h. 1
Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan, Cet. Kedua (Jakarta: Rineka Cipta,
2
pembayaran atau alat tukar dan transaksi melalui internet. Karena bentuknya yang bersifat digital, maka tidak dapat diraba atau dirasakan. Salah satu uang yang bersifat digital atau elektronik tersebut adalah bitcoin. Bitcoin adalah mata uang yang terdesentralisasi yang dikelola oleh teknologi peer-topeer dan tanpa otoritas pusat. Semua fungsinya berjalan melalui sistem. Dibuat pada tahun 2009 oleh seseorang bernama Satoshi Nakamoto. Bitcoin dikembangkan dengan idealisme bahwa mata uang yang baik tidak dikontrol oleh pemerintah atau bank sentral. Pemerintah selalu dikuasai oleh orang-orang yang korup dan hanya bekerja demi keuntungan pribadi, sehingga keputusan-keputusan finansial selalu berpihak kepada konglomerat belaka.2 Dalam perkembangannya, jenis uang yang satu ini belum banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan nilai kursnya yang cukup besar dan memiliki risiko yang tinggi. Selain itu, para pemerintah dari berbagai negara juga belum banyak yang mensahkan penggunaan bitcoin sebagai alat transaksi. Salah satu negara yang menyatakan bitcoin ilegal atau haram adalah Rusia. Mereka menilai bahwa bitcoin mudah disalahgunakan untuk pencucian uang dan membiayai teroris karena transaksinya tidak mudah dilacak. 3
2
“Apa Itu Bitcoin”, diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 14.25 dari http://indonesia.bitcoin.co.id/apa-itu-bitcoin/ 3 Angga Aliya, “Rusia Bilang Bitcoin Haram”, diakses pada 01 September 2014 pukul 12.05 dari http://finance.detik.com/read/2014/02/10/153806/2492319/5/rusia-bilang-bitcoin-haram
3
Selain itu, diberitakan dalam harian Jurnal Asia Online, menyatakan bahwa beberapa bank gencar mengingatkan risiko bila membeli, memegang, dan memerdagangkan bitcoin. Peringatan terakhir juga datang dari Bank Sentral Eropa (ECB). Otoritas perbankan Eropa tersebut mengikuti peringatan yang sudah dilakukan otoritas perbankan Prancis, Belanda, dan Tiongkok. Alasannya, konsumen tidak mendapatkan perlindungan dengan perangkat aturan. Itulah mengapa bitcoin menjadi musuh perbankan. Hal yang serupa juga terjadi di Indonesia, dilansir dalam suatu artikel berita online juga menyebutkan bahwa dengan tegas Bank Indonesia sudah memberikan keputusan bahwa bitcoin dan mata uang virtual lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia (Siaran Pers BI nomor 16/6/DKom tanggal 16 Februari 2014). Masyarakat dihimbau agar berhati-hati terhadap bitcoin dan mata uang virtual lainnya. Segala risiko terkait kepemilikan/penggunaan bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik/pengguna bitcoin dan mata uang virtual lainnya. 4 Di samping semua pro kontra mengenai bitcoin, suatu negara tidak terlepas dari transaksi yang menghubungkan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Hal ini bertujuan untuk memperlancar suatu kegiatan, khususnya di bidang ekonomi. Kegiatan ini biasa dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Pentingnya aktivitas dalam perdagangan mata uang timbul karena semakin berkembangnya
4
“Ungkapan Bank Indonesia”, diakses pada 19 Agustus 2014 pukul 11.45 http://www.cryptocoinsnews.com/id/berita-bitcoin/sikap-pemerintah-indonesia-bitcoi/2014/07/31
4
perdagangan internasional. Karena pada setiap transaksi perdagangan yang melibatkan antar negara akan membutuhkan pertukaran mata uang (valuta asing) atau foreign exchange yang menyebabkan naik atau turunnya permintaan dan penawaran terhadap nilai mata uang tertentu. Di indonesia, keberadaan mata uang digital bitcoin sudah beroperasi sekitar 1 tahun terakhir. Perusahaan Artabit didirikan karena melihat potensi bitcoin yang bagus untuk merevolusionerkan mekanisme transaksi pembayaran dan pertukaran mata uang serta untuk menganalisa pasar bitcoin di Indonesia. Dengan menggunakan teknologi dalam sistem penukaran tersebut, diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi penukaran. Baik mata uang bitcoin sendiri maupun rupiah. Dalam Islam, istilah transaksi pertukaran mata uang dikenal dengan akad Sharf. Al-Sharf merupakan suatu pertukaran dua jenis barang berharga atau pertukaran uang dengan uang menurut prinsip syariah. Akan tetapi tidak semua lembaga keuangan yang berlatar belakang konvensional memiliki proses operasional seperti pada umumnya. Penulis tertarik ingin meneliti lebih jauh bagaimana aplikasi teori sharf melalui perusahaan Artabit ini. Dengan harapan, setelah diteliti sistem ini akan menjadi referensi untuk pengembangan ilmu perekonomian khususnya lembaga keuangan syariah.
5
Dengan mengacu pada uraian di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian tentang masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul: TINJAUAN FIQIH MUAMALAH TERHADAP UANG DIGITAL BITCOIN DENGAN STUDI PADA DSN-MUI DAN PERUSAHAAN ARTABIT B. Identifikasi Masalah Sebelum peneliti merumuskan masalah penelitian, hendaknya terlebih dahulu peneliti melakukan identifikasi permasalahan yang terkait sekitar judul yang diajukan, antara lain:5 1. Mengapa banyak negara yang belum mengesahkan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah? 2. Mengapa dalam transaksi bitcoin tidak melibatkan lembaga perbankan? 3. Apa yang menyebabkan kurs bitcoin sangat tinggi? 4. Mengapa bitcoin rentan terhadap penipuan dan pencucian uang? C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penulis memberikan batasan terhadap masalah seputar tinjauan fiqih muamalah
5
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 48
6
terhadap bitcoin melalui studi pada DSN-MUI dan proses pertukaran bitcoin dengan studi pada Perusahaan Artabit. Setelah dilakukan pembatasan terhadap masalah yang akan dibahas, maka didapatlah perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit? 2. Bagaimana pandangan DSN-MUI terhadap proses pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit ditinjau dari teori sharf? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penulisan a. Untuk menganalisis uang digital bitcoin dari perspektif fiqih muamalah melalui tinjauan DSN-MUI b. Untuk menganalisis uang digital bitcoin dari perspektif ekonomi melalui studi pada Perusahaan Artabit 2. Manfaat Penulisan a. Bagi Akademisi Hasil kajian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pengembangan transaksi keuangan
7
syariah maupun konvensional dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan ilmu ekonomi syariah maupun konvensional selanjutnya. b. Bagi Masyarakat Penulisan ini diharapkan dapat menambah pemahaman kepada masyarakat terkait dengan proses operasional dalam pertukaran mata uang serta dapat membedakan mana kategori transaksi pertukaran mata uang berbasis syariah dan konvensional. c. Bagi Praktisi Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pengetahuan tentang perekonomian islam maupun konvensional. E. Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori a. Uang 1) Pengertian Uang Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sejak peradaban kuno, mata uang logam sudah menjadi alat pembayaran biasa walaupun belum sesempurna sekarang. Kebutuhan menghendaki adanya alat
8
pembayaran yang memudahkan pertukaran barang agar pekerjaan dapat lebih mudah.6 Sedangkan dalam fikih islam istilah uang biasa disebut dengan nuqud atau tsaman. Secara umum, uang dalam islam adalah alat tukar atau transaksi dalam pengukur nilai barang dan jasa untuk memperlancar transaksi perekonomian.7 2) Fungsi Uang Uang memiliki 3 fungsi dalam perekonomian, yaitu:8 a) Alat tukar b) Satuan hitung c) Penyimpan Nilai 3) Bentuk-Bentuk Uang:9 a) Uang komoditas b) Uang fiat (Fiat money atau token money) c) Uang giral d) Near money
6
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 187 7 Muhammad Rawas Qal’ah Ji, “al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhau’ al-Fiqh wa al-Syariah”, dalam Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 3 8 N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Makro: Principles of Economics, Ed. Asia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h. 139 9 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 76-78
9
e) Uang elektronik/digital/virtual b. Pengertian Bitcoin Bitcoin adalah mata uang virtual yang dikembangkan pada tahun 2009 oleh seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Mata uang ini seperti halnya Rupiah atau Dollar, namun hanya tersedia di dunia digital. Bitcoin sebagai mata uang memiliki fitur sebagai berikut:10
1) Transfer instant secara peer to peer. 2) Transfer ke mana saja 3) Transfer tanpa biaya. 4) Transaksi bersifat irreversible, artinya sekali ditransfer tidak bisa dibatalkan. 5) Transaksi bitcoin bersifat anonim. 6) Bitcoin tidak dikontrol oleh lembaga atau pemerintah apapun.
c. Pengertian Akad Sharf
Al-Sharf secara bahasa berarti al-ziyadah (tambahan) dan ‘adl (seimbang). Sedangkan menurut istilah fiqih, al-sharf adalah: “Adalah jual beli antara barang sejenis atau antara barang tidak sejenis secara tunai”. 11
10
Bitcoin Indonesia, Apa Itu Bitcoin?, Artikel diakses pada17 Februari 2014 pukul 12.13 dari http://indonesia.bitcoin.co.id/apa-itu-bitcoin/ 11 Wahbah Zuhaili, Juz IV, dalam Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 149
10
Menurut terminologis lainnya adalah pertukaran dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang atau disebut juga Valas. Atau jual beli antara barang sejenis secara tunai. Atau jual beli atau pertukaran antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. Misalnya, yen Jepang dengan euro, dan sebagainya.12 d. Jenis-Jenis Transaksi Valas:13
1) Transaksi tunai (spot transaction), dalam transaksi tunai biasanya penyerahan valas ditetapkan 2 hari kerja berikutnya. 2) Ttransaksi berjangka (forward transaction), dalam transaksi berjangka penyerahan dilakukan beberapa hari mendatang baik secara mingguan atau bulanan. 3) Transaksi barter (swap transaction), adalah pembelian dan penjualan secara bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) berbeda. 4) Transaksi (option), yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu.
12
Nurul Hudan dan Muhammad Haikal, “Lembaga Keuangan Syariah”, dalam Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 318 13 Kasmir, Bank, dalam Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 232
11
2. Kerangka Konseptual Uang Digital
Bitcoin
Pro dan Kontra
Tinjauan menurut fiqih muamalah dan konvensional
Studi pada DSN-MUI
Akad Pertukaran Mata Uang
Studi pada Pers. Artabit
Aplikasi Teori Akad Sharf di Pers. Artabit
F. Pedoman Penulisan Penulisan ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
G. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review terdahulu, pedoman penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI DAN KAJIAN KEPUSTAKAAN Pada bab ini akan disajikan teori terkait tentang uang, baik pengertian, fungsi, dan manfaatnya, bitcoin, serta teori akad sharf. BAB III: METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan sumber data yang dibutuhkan. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi data penelitian mengenai tinjauan fiqih muamalah terhadap uang digital bitcoin melalui studi pada DSN-MUI dan Perusahaan Artabit. BAB V: PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dikaji sebelumnya.
13
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori 1. Uang a. Pengertian Uang berfungsi sebagai alat yang mempermudah perdagangan/muamalah manusia dalam memenuhi kebutuhannya.1 Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sejak peradaban kuno, mata uang logam sudah menjadi alat pembayaran biasa walaupun belum sesempurna sekarang. Kebutuhan menghendaki adanya alat pembayaran yang memudahkan pertukaran barang agar pekerjaan dapat lebih mudah.2 Menurut ahli ekonomi, J. P Croward mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang diterima secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai standar ukuran nilai harga dan penyimpan kekayaan. 3 Selain itu, menurut Dr. Sahir Hasan, Uang adalah pengganti materi terhadap segala aktivitas ekonomi, yaitu media atau alat yang memberikan kepada pemiliknya daya beli untuk memenuhi
1
Anwar Iqbal Qursehi, “Islam and The Teory of Interest”, dalam Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 131 2 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, h. 187 3 J. P Croward, “al-Mujaz fi Iqtishadiyat al-Nuqud, Terjemah Mustafa Kamal Farid, dalam Ahmad hasan, Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 10
14
kebutuhannya, juga dari segi peraturan perundangan menjadi alat bagi pemiliknya untuk memenuhi segala kewajibannya.4 Sedangkan dalam fikih islam istilah uang biasa disebut dengan nuqud atau tsaman. Secara umum, uang dalam islam adalah alat tukar atau transaksi dalam pengukur nilai barang dan jasa untuk memperlancar transaksi perekonomian. 5 b. Fungsi Uang Uang memiliki 3 fungsi dalam perekonomian, yaitu:6 1) Alat tukar merupakan sesuatu yang diberikan pembeli kepada penjual ketika mereka membeli barang dan jasa. Ibnu Taimiyah juga berpendapat bahwa uang sebagai alat tukar bahannya bisa diambil dari apa saja yang disepakati oleh adat yang berlaku (‘urf). Dan istilah yang dibuat oleh manusia. Ia tidak harus berbatas dari emas dan perak.7 2) Satuan hitung
merupakan ukuran yang digunakan oleh orang-orang
untuk menetapkan harga-harga dan mencatat tagihan. 3) Penyimpan Nilai berarti uang merupakan alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mentransfer daya beli dari masa sekarang ke masa depan. 4
Sahir Hasan, al-Nuqud wa al-Tawazun al-Iqtishadi, dalam Ahmad hasan, Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 11 5 Muhammad Rawas Qal’ah Ji, “al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhau’ al-Fiqh wa al-Syariah”, dalam Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 3 6 N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Makro: Principles of Economics, Ed. Asia (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h. 139 7 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, cet. II (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 250
15
c. Fungsi Uang dalam Islam Sebagaimana fungsi uang pada umumnya yang telah disebutkan di atas, namun ada satu hal yang sangat berbeda dalam memandang uang, antara sistem kapitalis dengan sistem islam. Dalam sistem perekonomian kapitalis, uang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah (legal tender) melainkan juga sebagai komoditas. Menurut sistem kapitalis, uang juga dapat diperjualbelikan dengan kelebihan baik on the spot maupun secara tangguh. Lebih jauh dengan cara pandang demikian, maka uang juga dapat disewakan (leasing).8 Dalam islam, apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah sebagai medium of exchange. Ia bukan suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan kelebihan baik secara on the spot maupun bukan. d. Syarat-Syarat Uang Sebuah benda dapat disebut sebagai uang, bila telah memenuhi berbagai kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:9 1) Acceptability and Cognizability (Diterima dan Diketahui) Apabila masyarakat mengetahui dan menerima secara umum uang, mereka dapat menggunakan uang tersebut untuk berbagai keperluan,
8
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, cet. I (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 12 9 Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 134-135
16
yakni sebagai alat transaksi, alat pembayar utang, dan penimbun kekayaan. 2) Stability (Nilainya Stabil) Nilai uang haruslah stabil, kalaupun mengalami fluktuasi tidak terlalu besar. Mengapa demikian? Bila nilai uang tidak stabil, masyarakat menjadi tidak percaya pada uang, dan akan menggantikan uang dengan barang lain yang dianggap lebih stabil serta mengurangi fungsi uang sebagai alat tukar. Selain itu, uang juga tidak mudah dipalsukan. 3) Portability (Mudah Dibawa) Sebagai
alat
transaksi
yang
sangat
besar
perannya
dalam
perekonomian, uang harus mudah dibawa untuk setiap kegiatan ekonomi. Bila nilai transaksi besar, digunakan uang yang memiliki nominal besar, sehingga secara fisik jumlahnya tidak terlalu banyak. 4) Durability (Tahan Lama) Uang harus tahan lama dan tidak boleh cepat robek (uang kertas). Secara fisik, uang haruslah kuat, karena sering berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Bila rapuh dan mudah rusak, dapat menurunkan nilai mata uang tersebut.
17
5) Divisibility (Dapat Dibagi-bagi) Dalam suatu transaksi ekonomi, uang digunakan untuk membayar segala macam jumlah transaksi dari yang kecil hingga yang besar. Untuk itu, nilai nominal uang harus dapat dibagi dari yang paling kecil hingga besar untuk memudahkan dan melancarkan kegiatan transaksi. e. Bentuk-Bentuk Uang Sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, maka bentuk-bentuk uang antara lain dapat berupa sebagai berikut: 1) Uang komoditas, yaitu dalam bentuk barang. Pada awalnya uang dapat berbentuk apa saja asalkan dapat diterima masyarakat secara umum. Misalnya berupa tembakau, bulu-bulu burung, atau berupa logam mulia emas dan perak, dan lain sebagainya. Pada umumnya uang komoditas nilai nominalnya sama dengan nilai intrinsiknya (nilai komoditasnya). Contohnya, uang ringgit emas nilai nominalnya sama dengan nilai emas untuk membuat uang tersebut. 2) Uang fiat (Fiat money atau Token money), yaitu uang yang terbuat dari kertas atau logam yang murah harganya agar uang tersebut mempunyai nilai nominal lebih besar daripada nilai intrinsiknya. Contoh uang kertas Rp. 100.000 nilai nominalnya jauh lebih besar daripada nilai kertas uang tersebut.
18
3) Uang giral, adalah uang bank yang apabila digunakan untuk transaksi hanya bisa dengan menggunakan cek (demand deposit). Namun tidak semua pelaku ekonomi mau menerimanya, karena tidak bersifat liquid sempurna. Sementara uang komoditas dan uang fiat bersifat liquid sempurna. Artinya untuk dapat digunakan tidak perlu ditukarkan atau dicairkan lagi karena sudah liquid. 4) Near money, dapat diartikan sebagai uang yang hampir liquid sempurna. Artinya jenis uang ini dalam penggunaannya harus dicairkan atau ditukarkan terlebih dahulu. Contohnya, kartu ATM, kartu kredit (credit card), deposito, dan buku tabungan.10 5) Uang elektronik/Digital/Virtual, adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital).11 2. Bitcoin a. Pengertian Bitcoin Bitcoin adalah mata uang virtual yang dikembangkan pada tahun 2009 oleh seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Mata uang
10
Asfia Murni, Ekonomika Makro, Cet. I (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 155-156 Wikipedia, Uang Elektronik, Artikel diakses pada18 Februari 2014 pukul 11.34 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Uang_elektronik 11
19
ini seperti halnya Rupiah atau Dollar, namun hanya tersedia di dunia digital. Bitcoin sebagai mata uang memiliki fitur sebagai berikut:12 1) Transfer instant secara peer to peer. 2) Transfer ke mana saja 3) Transfer tanpa biaya. 4) Transaksi bersifat irreversible, artinya sekali ditransfer tidak bisa dibatalkan. 5) Transaksi bitcoin bersifat anonim. 6) Bitcoin tidak dikontrol oleh lembaga atau pemerintah apapun.
b. Kelebihan Bitcoin 1) Dalam transaksi bitcoin, tidak ada nomor kartu kredit yang bisa dikumpulkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. 2) Dengan bitcoin, dimungkinkan melakukan transaksi anonim atau tanpa mengungkapkan identitas sama sekali. Di dompet bitcoin tidak ada nama pemilik atau informasi apapun yang bisa diketahui oleh merchant ataupun orang lain. Hal ini sangat berbeda dengan transaksi online konvensional seperti transfer bank yang membutuhkan nama lengkap dan identitas pendukung. 3) Metode pembayaran global yang efisien. Bitcoin dapat ditransfer dari Indonesia ke Canada dalam waktu 10 menit. Tidak ada bank yang 12
Bitcoin Indonesia, Apa Itu Bitcoin?, Artikel diakses pada17 Februari 2014 pukul 12.13 dari http://indonesia.bitcoin.co.id/apa-itu-bitcoin/
20
memperlambat prosesnya, tidak ada biaya yang mahal, tidak ada pembekuan dana, tidak akan ada yang bertanya dari mana uang berasal dan apa tujuan transaksi. Dengan menggunakan bitcoin, transfer lintas benua sama mudahnya seperti melakukan transaksi dengan tetangga sebelah anda. 4) Keamanan dan kendali atas uang bitcoin, ada di tangan anda. Transaksi bitcoin diamankan oleh kriptografi tingkat militer. Tidak seorang pun yang bisa menggunakan uang anda atau melakukan pembayaran atas nama anda. Selama anda melindungi dompet anda, bitcoin dapat memberikan kendali penuh atas uang anda dan tingkat proteksi yang kuat terhadap banyak jenis penipuan. 5) Asalkan ada internet, anda dapat melakukan transaksi di mana saja dan kapan saja di dunia ini dengan menggunakan tablet, handphone, atau komputer. Bitcoin juga tidak mengenal hari libur atau cuti bersama. Mau jam berapa, hari apa saja transaksi dapat dilakukan. c. Kekurangan Bitcoin 1) Bitcoin berpotensi hilang dari dompet digital anda, jika komputer anda terserang virus atau terjadi pencurian password. 2) Bitcoin adalah mata uang yang tidak tercatat atau dikontrol oleh sebuah lembaga yang berwenang seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan) atau Bank Indonesia di mana otoritas ini berfungsi mengelola
kebijakan
moneter
nasional,
mengawasi
bank,
21
memelihara stabilitas sistem keuangan, dan menyediakan jasa keuangan kepada lembaga penyimpanan. Sehingga tidak ada jaminan atas uang anda. 3) Bitcoin dirancang untuk menjadi mata uang digital bukan fisik, dan hanya bisa digunakan pada toko-toko tertentu saja yang menerima bitcoin sebagai alat pembayaran. 4) Hanya orang yang melek teknologi saja yang bisa menggunakan bitcoin. 5) Bitcoin tidak diasuransikan.13 d. Cara Kerja Bitcoin Sebagai pengguna baru, Anda bisa langsung mulai menggunakan Bitcoin tanpa harus memahami detil teknisnya. Setelah Anda menginstal dompet Bitcoin di komputer atau ponsel, secara otomatis akan tercipta alamat Bitcoin pertama Anda dan Anda bisa membuat lebih banyak alamat lagi kapanpun Anda membutuhkan. Anda bisa memberikan alamat Bitcoin Anda kepada teman-teman Anda sehingga mereka bisa membayar Anda ataupun sebaliknya. Sangat mirip dengan cara kerja email, kecuali bahwa alamat Bitcoin hanya bisa digunakan sekali. Dompet Bitcoin menyimpan bagian rahasia dari data yang disebut kunci pribadi, yang digunakan untuk menandatangani transaksi, 13
Afiliasi, Apa kelebihan dan Kekurangan Bitcoin?, Artikel diakses pada 09 Nov 2014 pukul 22.21 WIB dari http://afiliasilokal.blogspot.com/2014/01/apa-kelebihan-dan-kekuranganbitcoin.html?m=1
22
memberikan bukti matematis bahwa memang benar si pemilik dompet yang bertransaksi. Tanda tangan juga mencegah transaksi diubah oleh siapapun setelah diterbitkan. Semua transaksi disiarkan antara pengguna dan biasanya akan mulai dikonfirmasi oleh jaringan dalam waktu 10 menit, melalui proses yang disebut penambangan.14 3. Akad Sharf a. Pengertian Jual Beli Mata Uang/Sharf Al-Sharf secara bahasa berarti al-ziyadah (tambahan) dan ‘adl (seimbang). Sedangkan menurut istilah fiqih, al-sharf adalah: “Adalah jual beli antara barang sejenis atau antara barang tidak sejenis secara tunai”. 15 Menurut terminologis lainnya adalah pertukaran dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang atau disebut juga Valas. Atau jual beli antara barang sejenis secara tunai. Atau jual beli atau pertukaran antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. Misalnya, yen Jepang dengan euro, dan sebagainya. 16 b. Prinsip Jual Beli Mata Uang/Sharf Dalam konteks Indonesia, ketentuan syariah mengenai jual beli valas ini tertuang dalam Fatwa DSN-MUI No. 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf).17
14
Bitcoin.org, Cara Kerja Bitcoin, Artikel diakses pada 29 Desember 2014 pukul 20.37 WIB dari https://bitcoin.org/id/cara-kerja 15 Wahbah Zuhaili, Juz IV, dalam Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 149 16 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, “Lembaga Keuangan Syariah”, dalam Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 318 17 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, h. 172-173
23
1) Tidak Spekulasi (untung-untungan) 2) Ada kebutuhan atau untuk berjaga-jaga (simpanan) 3) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis, maka nilainya harus sama dengan secara tunai. 4) Apabila berlainan jenis, maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dengan secara tunai. c. Jenis-Jenis Transaksi Sharf, yaitu:18 1) Transaksi Spot (Spot Transaction), yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (over the counter), waktu penyelesaiannya sekitar dua hari. Hukumnya boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional. 2) Transaksi Berjangka/Tunggak (Forward Transaction), yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing yang nilainya ditetapkan sekarang dan berlaku pada masa yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan
(muwa’adah) dan penyerahannya
dilakukan di kemudian hari, padahal harga yang pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali yang
18
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, dalam Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalat dan Aplikasinya Pada LKS, cet.I (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 103-104
24
dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari. 3) Transaksi Barter (swap transaction), yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang digabungkan dengan pembelian antara valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur spekulasi (maisir). Transaksi swap konvensional dilarang diantaranya karena terdapat unsur spekulasi dan keharusan pembayaran premi swap dalam bentuk bunga 4) Transaksi Option, yaitu kontrak untuk mendapatkan hak membeli atau menjual, tidak harus sejumlah dengan valas pada harga dan waktu tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur spekulasi (maisir). d. Rukun dan Ketentuan Umum Sharf Secara umum, syarat-syarat akad sharf ada empat, yaitu:19 1) Akad sharf dilakukan oleh kedua pihak dan saling menerima sebelum keduanya berpisah secara fisik. 2) Uang yang dijual sama sejenis, seperti emas dengan emas atau perak dengan perak. 3) Akad sharf tidaklah dalam kondisi khiyar syarat.
19
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, dalam Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalat dan Aplikasinya Pada LKS, cet.I (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 102-103
25
4) Akad sharf tidaklah dalam berjangka, baik oleh kedua pihak maupun salah satunya.
B. Review Kajian Terdahulu Sebelum
melakukan
penelitian
terhadap
TINJAUAN
FIQIH
MUAMALAH TERHADAP UANG DIGITAL BITCOIN DENGAN STUDI PADA DSN-MUI DAN PERUSAHAAN ARTABIT, ada baiknya melakukan penelaahan terhadap studi-studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Berikut ini merupakan pemaparan umum atas karya penelitian berupa skripsi, di antaranya: No.
1.
Nama, Judul, Sumber,
Metode Penelitian
Tahun Terbit
dan Hasil
Asep Saipul Bahri, Konsep Metode Uang Elektronik dan
digunakan
Perbedaan
yang Perbedaan dalam keduanya
Peluang Implementasinya penelitian ini adalah pada Pada Perbankan Syariah, kualitatif-normatif Skripsi, 2010
terletak metode
penelitian
dengan jenis penelitian digunakan. library research, yaitu ini
dari
yang Skripsi
menggunakan
dengan mengumpulkan metode
kualitatif
berbagai literatur dan deskriptif. referensi
yang Penelitian ini tidak
26
berhubungan
dengan menjelaskan secara
pembahasan.
Hasil spesifik studi kasus
penelitian
ini dalam
suatu
menyimpulkan bahwa perusahaan. uang elektronik dalam Sedangkan perbankan sudah
syariah penulisan skripsi ini dapat akan
diimplementasikan
menjelaskan
secara
spesifik
dengan mengacu pada mengenai Peraturan Indonesia
Bank fiqih
tinjauan muamalah
Nomor terhadap
11/12/PBI/2009 tentang
dalam
digital
uang bitcoin
Uang melalui DSN-MUI
Elektronik
dengan dan
studi
pada
menggunakan
akad Perusahaan Artabit.
sharf
akad
sebagai
utama, akad ijarah dan wakalah sebagai akad pelengkap.
27
2.
Aam
Slamet
Rusydiana, Jurnal
ini
tidak Perbedaannya
Relevansi Konsep Mata menyebutkan Uang
Islami
Dengan penelitian
metode adalah, karya ini
apa
yang lebih
terfokus
Realita Ekonomi Modern, digunakan. Hasil dari membahas konsep Jurnal, 2010
pembahasan jurnal ini mata uang islam adalah
menjelaskan dan
konvensional
bahwa
tidak
semua dengan
fungsi
uang
dalam ekonomi
realita modern.
ekonomi konvensional Sedangkan
dalam
dapat diterapkan dalam penulisan
skripsi
sistem ekonomi islam. ini membahas uang Karena
keterlibatan digital bitcoin yang
interest, gambling, dan akan ditinjau dari gharar yang terdapat fiqih muamalah. dalam konvensional
ekonomi yang
sangat ditentang keras dalam sistem ekonomi Islam. 3.
Amla Eva Nadya, Peluang
Metode penelitian yang Perbedaannya
dan Tantangan
digunakan
dalam terletak dari studi
28
Pengembangan Produk
penelitian ini adalah kasus dan tidak
Valas di PT Bank
kualitatif dengan teknik membahas secara
Muamalat Indonesia,
content
Skripsi, pada 2009
(analisis isi). Hasil dari tentang
analysis mendalam
penelitian
ini hanya membahas
menyimpulkan bahwa tantangan peluang yang dihadapi peluang Bank
dalam
mengembangkan valas
adalah
adanya permintaan dari nasabah ketika nasabah membutuhkan
valas
dan pihak bank akan menyediakan
atau
membelikannya kemudian kepada
dijual nasabah.
Sedangkan yang
dan dalam
Muamalat transaksi valas.
Indonesia
produk
uang,
tantangan
dihadapi
BMI
29
dalam
pengembangan
produk
ini
adalah
apabila terjadi fluktuasi valas yang cukup tinggi yang pihak
mengakibatkan BMI
akan
menetapkan harga atau kurs
menjadi
mahal
untuk nasabah. Persamaan yang terdapat dalam perbandingan semua skripsi maupun jurnal di atas dengan penulisan skripsi ini adalah terletak dari pembahasan utama, yaitu tentang uang dan salah satu skripsi di atas juga menggunakan model analisis yang sama, yaitu analisis isi.
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Berawal pada minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya.1 1. Jenis Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta verbal, atau berupa keterangan-keterangan saja.2 Laporan berdasarkan metode kualitatif mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan/atau pengalaman orang di lingkungan penelitian. Deskripsi ini ditulis dalam bentu narasi untuk melengkapi gambaran
1
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1989), h. 12 2 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 118
31
menyeluruh tentang apa yang terjadi dalam aktifitas atau peristiwa yang dilaporkan.3 Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan), tetapi memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. 2. Sumber dan Kriteria Data Penelitian a. Data Primer Data primer yang digunakan adalah data yang bersumber dari hasil wawancara dengan pihak dari DSN-MUI dan pihak dari perusahaan Artabit. b. Data Sekunder, yaitu kajian kepustakaan. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dan teori yang berhubungan dengan content analysis melalui berbagai buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan artikelartikel yang berkaitan sebagai bahan referensi. Untuk menjelaskan dan menganalisa data primer tersebut, data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu4, seperti Fatwa DSN, Peraturan Bank Indonesia, dan lain-lain. 3
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 174-175
32
3. Teknik Pengumpulan Data Keterampilan dalam melakukan pengumpulan data ini dituntut untuk menjamin keabsahan dan keterandalan data yang dikumpulkan. 5 Teknik pengumpulan data ini menggunakan metode wawancara, yaitu dengan cara bertanya langsung kepada responden. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah salah satu dari pihak DSN-MUI, yaitu Bapak Kanny Hidaya dan Bapak Denny Muktar dan Ibu Imelda Chandra selaku pihak dari Perusahaan Artabit. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.6 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek yang menjadi sumber informasi adalah salah satu pihak dari Perusahaan Artabit dan pihak dari DSN-MUI dan yang menjadi objek penelitiannya adalah transaksi menggunakan bitcoin.
4
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 55 5 Ety Rochaety, Dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h. 37 6 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei, h. 192
33
5. Teknik Pengolahan Data Setelah data didapat dan dikumpulkan, tahap berikutnya adalah pengolahan data. Proses awal pengolahan data itu dimulai dengan melakukan editing setiap data yang masuk. Dalam editing, yang akan dikerjakan adalah meneliti, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian atau keajegan antara pertanyaan yang satu dengan yang lain. Relevansi jawaban, dan keseragaman kesatuan data.7 6. Metode Analisa Data Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode content analysis (analisis isi). a. Metode Analisis Isi (Content Analysis) 1) Definisi Content Analysis is a research technique for making replicable and valid inferences from texts (or other meaningful matter) to the context of their use.8 yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable).9 Pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untuk
7
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, h.
56 8
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, 2nd Ed. (London: Sage Publication, 2004), h. 18 9 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 173
34
menganalisis isi pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. 10 2) Teknik Analisis Isi Secara teknik Content Analysis mencakup upaya: klasifikas lambanglambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi.11 Menemukan lambang/simbol
Klasifikasi data berdasakan lambang/simbol
Prediksi menganalisis data
3) Manfaat Penggunaan Analisis Isi a) Menggambarkan isi komunikasi. Yaitu mengungkap kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Misalnya dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai langsung pihak DSN-MUI dan Perusahaan Artabit. b) Membandingkan isi media dengan dunia nyata. Banyak analisis isi digunakan untuk menguji apa yang ada di media dengan situasi aktual yang ada di kehidupan nyata. Misalnya dalam penelitian ini membandingkan antara konsep pertukaran uang bitcoin di Perusahaan Artabit yang terdapat dalam sebuah artikel di media elektronik
10
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, h.
11
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, h. 68
126
35
(internet) dengan proses operasional di lapangan (melakukan transaksi tersebut)
atau
melakukan
wawancara
langsung
dengan
pihak
perusahaan.
4) Tahapan Penelitian Analisis Isi a) Menentukan permasalahan. Sebagaimana penelitian sosial lainnya, analisis
isi
juga dimulai
dengan menentukan permasalahan.
Permasalahan merupakan titik tolak dari keseluruhan penelitian. Usaha memperoleh jawaban atas permasalahan tersebut dengan sendirinya merupakan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini juga telah ditentukan beberapa permasalahannya, yaitu: 1) Bagaimana mekanisme pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit? 2) Bagaimana pandangan DSN-MUI terhadap proses pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit ditinjau dari teori sharf? b) Menyusun kerangka pemikiran (conceptual atau theoretical framework). Sebelum mengumpulkan data, peneliti diharapkan telah mampu merumuskan gejala atau permasalahan yang akan diteliti. Dengan kata lain peneliti telah mengemukakan conceptual definitions
36
terlebih dahulu terhadap gejala yang akan diteliti. Jadi penelitian ini akan mengemukakan berbagai macam definisi apa yang telah menjadi objek yang akan diteliti. Yaitu, definisi mengenai bitcoin, uang, akad sharf, dan lain-lain. c) Menyusun perangkat metodologi. Setelah penyusunan kerangka pemikiran (atau kerangka konsep bila penelitiannya deskriptif, dan kerangka teori, bila penelitiannya bersifat eksplanatif), maka si peneliti diharapkan mampu menyusun perangkat metodologi yang akan dipergunakan. d) Analisis data. Merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui metode yang sudah ditentukan. Bila dilihat dalam jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jadi, data yang berhasil dikumpulkan adalah melalui wawancara dari pihak DSN-MUI dan Perusahaan Artabit yang mana dalam wawancara tersebut membahas mengenai uang digital bitcoin, aplikasi pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit, serta pendapat DSN-MUI mengenai konsep uang bitcoin dan proses pertukaran uang di perusahaan tersebut dalam tinjauan fiqih. e) Interpretasi data. Merupakan interpretasi terhadap hasil analisis data. Pada bagian ini si peneliti mendiskusikan hasil analisa data, melalui
interpretasi
terhadap
hasil
analisis
data,
dengan
mempergunakan kerangka pemikiran atau kerangka teori yang semula
37
telah ditetapkan. Untuk sesuatu penelitian eksplanatif pada bagian ini diskusi serta interpreetasi yang dilakukan sebenarnya bertujuan membuat penyimpulan theoretic hypothesis. Dalam tahap ini pula si peneliti perlu menggugurkan interpretasi tandingan atau alternatif lainnya terhadap hasil analisis data. Selain itu perlu pula mengajukan rekomendasi
dari
segi
akademis,
penyempurnaan studi-studi mendatang.
praktis,
atau
teknik
bagi
38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pertukaran Uang Berbasis Bitcoin di Perusahaan Artabit ArtaBit berasal dari kata artha = arta = uang, harta (bahasa sansekerta) dan Bit yang diambil dari kata Bitcoin. Artabit adalah perusahaan online resmi yang terdaftar dalam bentuk Perseroan Terbatas di bawah hukum dan undang-undang di Indonesia. Artabit adalah pasar Bitcoin pertama yang dirancang sebagai solusi pembayaran terbaik dengan basis Bitcoin network. Layanan Artabit meliputi 4 hal, yaitu: a. Market maker Bitcoin dengan menggunakan rupiah b. Transfer dana dengan basis Bitcoin network c. Sistem pembayaran dengan menggunakan Bitcoin dan rupiah d. Belanja online dengan menggunakan Bitcoin dan rupiah. Layanan pembayaran online sudah sangat marak di Indonesia. Namun, belum ada yang seperti Artabit tawarkan. Kami memiliki alasan yang sangat logis mengapa menggunakan bitcoin network sebagai basis. Teknologi bitcoin yang sangat canggih sebagai bentuk pembayaran elektronik meyakinkan Artabit menjadikannya sebagai dasar. 1) Rupiah Based Memberikan kemudahan bagi pengguna di Indonesia dengan mata uang negara sendiri tanpa harus bersusah payah menukarnya dengan dollar, euro, dan mata uang utama lainnya.
39
2) Easy Transfer Bitcoin tersedia secara global dan telah digunakan hampir di seluruh negara di dunia. Dengan jangkauan global membuat transfer menjadi sangat mudah, cepat, dan aman. 3) Merchant Friendly Pedagang menyukai Bitcoin karena lebih cepat dan murah dibandingkan paypal/credit card, mengurangi resiko, mengurangi kerepotan, biaya lebih murah, tidak ada resiko penipuan. 4) Resiko Guaranteed Keamanan transaksi dengan artabit terjamin karena berbasis bitcoin network yang diimplementasikan dengan menggunakan teknologi terpercaya dan terbaru yaitu Kriptografi yang sama dengan kekuatan internet banking. Dan jaringan peer-to-peer melindungi Bitcoin dari campur tangan pemerintah atau individu. 5) Fast Transaction Transaksi ArtaBit menggunakan teknologi sistem otomatis membuat transaksi yang cepat. 6) User Friendly
40
Website ArtaBit sangat mudah digunakan pengguna. Pengguna akan menyukai Bitcoin karena sangat nyaman digunakan, aman, terpercaya, tidak ada resiko pencurian identitas dan yang paling penting, menghemat uang anda. Artabit memiliki misi memberikan solusi pembayaran yang mudah, cepat, dan, aman. Kami percaya bahwa bitcoin adalah solusi yang paling baik sebagai bentuk pembayaran. Di dunia ini, masih sedikit sekali orang yang memiliki pengetahuan apa itu bitcoin. Walaupun layanan Artabit berbasis bitcoin network, kami memberikan pilihan kepada pengguna untuk mengenal dengan baik ataupun tidak mengerti sama sekali tentang bitcoin. Hal ini tidak akan mempengaruhi kemudahan layanan Artabit. Sedangkan visi Artabit adalah solusi pembayaran terbaik dengan basis bitcoin network untuk cakupan Asia Tenggara. Kami memulai langkah pertama di Indonesia, negara asal 3 dari 4 co-founders ArtaBit. Negara yang memiliki populasi terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara. Negara yang memiliki potensi sangat besar di masa depan. Pintu untuk memperoleh informasi telah terbuka lebar, namun untuk beberapa alasan banyak dari orang Indonesia yang belum dan tidak menggunakannya secara optimal. Artabit fokus pada teknologi bitcoin di dalam komunitas. Ada potensi yang luar biasa yang dapat menaungi semua aspek ekonomi. Dan satu misi Artabit adalah untuk membantu bitcoin
41
mengaplikasikan potensi ini. Reaksi dunia mengenai bitcoin sangat luar biasa, dan Artabit tidak mau Indonesia berada di belakang ini semua. Salah satu tujuan
Artabit
adalah
membantu
mempromosikan
dan
mendorong
penggunaan bitcoin di Indonesia, tidak hanya untuk membantu startup bitcoin namun juga demi keuntungan konsumen di Indonesia dengan memiliki alternatif pembayaran yang lebih baik. Pada awalnya, perusahaan ini adalah exchange, yaitu jual beli uang digital bitcoin. Akan tetapi, setelah melihat potensi bitcoin yang bagus untuk merevolusionerkan mekanisme pembayaran agar menjadi lebih mudah maka perusahaan ini mengarah ke payment solutions, pengiriman uang atau remittance, dan donasi.1 Selain itu juga mengarah kepada pedagang dari kalangan bisnis kecil dan menengah, baik online (melalui internet) dan offline (toko/gerai) dengan tujuan untuk memperluas pasar mereka baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam hal remmitance atau pengiriman uang, perusahaan ini juga mempermudah agar masyarakat yang menjadi TKI di luar negeri yang memiliki uang bitcoin lebih mudah untuk menukarkan dan mentransfer uang mereka ke dalam rupiah dengan biaya yang sangat murah. Dalam transaksi pertukaran mata uang di
perusahaan ini, proses
operasionalnya berjalan melalui sistem, yaitu dengan mengisi sebuah formulir yang terdapat dalam website perusahaan ini yang berupa informasi pribadi/data
1
Wawancara Pribadi dengan Denny Muktar. Jakarta, 29 April 2014
42
diri, informasi bank yang dimiliki klien, serta informasi bitcoin wallet,2 ini merupakan syarat utama untuk melakukan transaksi pertukaran uang berbasis bitcoin. Setelah mengisi formulir pertama sebagai bentuk dari pendaftaran, selanjutnya mengisi formulir order yang menandakan bahwa klien akan melakukan transaksi pertukaran tersebut, lalu akan ada notifikasi yang akan dikirimkan langsung ke email klien yang berisi beberapa petunjuk, seperti mentransfer rekening rupiah ke rekening Artabit atau mentransfer ke bitcoin ke bitcoin wallet yang telah ditentukan. Dalam transaksi ini, minimal nominal uang yang dipertukarkan dalam satuan rupiah adalah dengan kurs beli sebesar Rp. 50.000, sedangkan kurs jualnya minimal 0,03 btc (dalam satuan bitcoin). Akan tetapi jumlah ini tidak mengikat dan bisa diubah kapanpun oleh pihak dari Perusahaan Artabit. Untuk masalah waktu penyelesaian dalam transaksi ini hanya membutuhkan waktu hitungan menit setelah dana yang ditransfer oleh klien terdeteksi dalam rekening/wallet Perusahaan Artabit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan transaksi ini batal, yaitu uang tidak dikirim; uang yang dikirim tidak sesuai dengan yang diorder, serta uang yang dikirim melewati batas waktu yang telah ditentukan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan uang belum ditransfer, maka pihak Artabit akan menghapus secara otomatis order tersebut. Transaksi ini tidak dikenakan biaya apapun. Beberapa toko online yang sudah bekerja sama
2
Wawancara Pribadi dengan Imelda. Jakarta, 22 Juli 2014
43
dengan perusahaan ini adalah wijaya motor, dwijaya photographer, elektronik sakinah, seta moda, dan lainnya. Dalam surat edaran yang dinyatakan oleh Bank Indonesia Nomor 16/6/DKom memperhatikan undang-undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta UU N0. 23 Tahun 1999 yang kemudian diubah beberapa kali, terakhir bahwa bitcoin dan virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia. Masyarakat dihimbau untuk berhati-hati terhadap
bitcoin
dan
virtual
currency
lainnya.
Segala
risiko
terkait
kepemilikan/penggunaan bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik/pengguna bitcoin dan virtual currency lainnya. Namun, pernyataan tersebut memberikan angin segar kepada komunitas bitcoin di Indonesia karena pada dasarnya peredaran bitcoin tidak dilarang tetapi risiko menjadi tanggung jawab masingmasing. Hal ini juga sebagai landasan “legalitas” dari peredaran bitcoin. 3 Salah satu bukti keberadaan uang digital bitcoin di Indonesia adalah berdirinya Perusahaan Artabit yang mendasari pertukaran uang digital berbasis bitcoin. Perusahaan ini pun telah mengetahui tentang surat edaran yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Perusahaan ini pun tidak menanggapi hal tersebut sebagai ancaman, akan tetapi mereka memiliki keyakinan bahwa Perusahaan Artabit ini akan menjadi perusahaan yang merevolusionerkan transaksi pembayaran, khususnya uang digital bitcoin menjadi lebih mudah dan potensinya yang bagus dalam rangka membantu untuk membangun ekonomi. Mereka berpedoman pada 3
Oscar Darmawan, Bitcoin: Mata Uang Digital Dunia (Jasakom, 2014), h. 26
44
kitab KUHP yang menyebutkan bahwa selama ada dua orang yang sepakat dan tidak merasa diancam, ditipu, dan sebagainya, adalah suatu yang diperbolehkan atau sah melakukan transaksi (trade). Dalam perspektif ekonomi transaksi ini sangat menguntungkan, khususnya di Perusahaan Artabit walaupun pemerintah belum mengesahkan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Karena dilihat dari sisi ekonomi, potensi bitcoin sangat bagus dalam membangun ekonomi. Yaitu dengan transaksi pertukaran uang dari bitcoin ke rupiah yang menjadikan bertambahnya jumlah uang beredar, maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
B. Pandangan DSN-MUI terhadap Proses Pertukaran Uang Berbasis Bitcoin di Perusahaan Artabit ditinjau dari Teori Sharf Dalam Islam, keberadaan uang digital belum banyak dibahas karena sifatnya yang sangat kontemporer. Di sisi lain, ini menjadikan referensi bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam selanjutnya. Di indonesia, khususnya dari pandangan salah satu lembaga Islam, yaitu DSN-MUI, juga belum memberikan fatwa terkait tentang hukum fiqih bertransaksi menggunakan uang digital bitcoin ini. Akan tetapi dalam waktu dekat tidak menutup kemungkinan akan ada suatu lembaga atau perusahaan yang meminta fatwa terkait transaksi dengan
45
menggunakan uang digital tersebut4, mengingat bahwa negara ini adalah mayoritas penduduk muslim. Walaupun belum mengeluarkan fatwa tentang transaksi menggunakan uang digital bitcoin, namun DSN-MUI telah memberikan suatu pandangan mengenai transaksi ini. Dengan menggunakan Al-Qur’an dan hadits sebagai bahan dasar pertimbangan dalam menilai hukum transaksi tersebut. Menurut pandangan DSN-MUI melalui wawancara antara penulis dengan salah satu pihak dari lembaga ini, menyebutkan bahwa bitcoin ini memang bersifat digital/elektronik. Dikarenakan transaksinya yang berjalan melalui sistem komputer seperti uang digital pada umumnya (e-money). Namun, ada sesuatu yang menjadikan transaksi menggunakan uang berbasis bitcoin ini berbeda dari uang digital (e-money) pada umumnya. Yaitu, apabila dalam e-money biasanya terdapat bentuk yang misalnya berwujud sebuah kartu plastik atau cek, sebagai bentuk representasi dari nilai yang dimiliki dalam kartu tersebut. Namun, dalam bitcoin, tidak ada wujud dari representasi nilai yang dimiliki, semua nilai/nominal terdapat dalam suatu sistem komputer yang berbentuk wallet. Kembali pada definisi uang beserta syarat-syarat uang pada umumnya: a. Dapat diterima dan diketahui b. Nilainya stabil c. Mudah dibawa 4
Wawancara pribadi dengan Kanny Hidaya, Jakarta 22 Oktober 2014
46
d. Tahan lama e. Dapat dibagi-bagi Sedangkan dalam Islam yang ditinjau melalui hukum fiqih, Al-Ghazali menyatakan bahwa syarat-syarat suatu benda dapat dikatakan uang adalah sebagai berikut: 1. Uang tersebut dicetak dan diedarkan oleh pemerintah 2. Pemerintah menyatakan bahwa uang tersebut merupakan alat pembayaran yang resmi di daerah tersebut, dan 3. Pemerintah memiliki cadangan emas dan perak sebagai tolak ukur dari uang yang beredar5 Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, Ibnu Khaldun juga mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak, namun emas dan perak menjadi standar nilai uang. Uang yang mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah, bahwa ia senilai sepersekian gram emas dan perak. Sekali pemerintah menetapkan nilainya, maka permerintah tidak boleh mengubahnya. 6 Selain dari segi bentuknya, terdapat juga dari segi legalitasnya, sesuatu dapat dikatakan sebagai uang apabila dinyatakan sah oleh pemerintah sebagai alat pembayaran dan terdapat undang-undang yang mengatur tentang uang tersebut. 5
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer (Jakarta: Gramata Publishing, 2005), h. 178 6 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 204
47
Transaksi ini juga dapat ditinjau melalui salah satu kaidah fiqhiyyah, yang menyatakan:
َال ُ ﻀَﺮُر ﻳـُﺰ َ اﻟ “Kemudharatan harus dihilangkan” Kaidah tersebut sering diungkapkan dengan apa yang tersebut dalam hadits:
ﺿَﺮَر َوﻻَ ِﺿﺮَا َر َ َﻻ “Tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan” (HR. Hakim dan lainnya dari Abu Sa’id al-Khudri, HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas) Perkataan dharar dan dhirar ini di kalangan ulama berbeda pendapat di antaranya: 1. al-Husaini mengartikan al-dharar dengan “bagimu ada manfaat tapi bagi tetanggamu ada mudharat”. Sedangkan al-dhirar diartikan dengan, “bagimu tidak ada manfaatnya dan bagi orang lain (tetangga) memudaratkan”.
48
2. Ulama lain mengartikan al-dharar dengan membuat kemudharatan dan aldhirar diartikan membawa kemudharatan di luar syariah. 7 Selain itu, dapat diperhatikan dalam segala kondisi, bahwa penetapan kaidah ini pada sejumlah kasus selalu memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
ِﺢ ِ ْﺐ اﻟْ َﻤﺼَﺎﻟ ِ َﺎﺳ ِﺪ ُﻣ َﻘ ﱠﺪمٌ َﻋﻠَﻰ َﺟﻠ ِ د َْرءُ اْﳌَﻔ
(Menolak kerusakan lebih diutamakan
daripada menarik kemaslahatan)8 Menurut DSN-MUI yang merupakan hasil dari wawancara pribadi menyatakan bahwa suatu perbuatan dilihat dari kaidah fiqihnya. Termasuk tentang bermuamalah. Apabila transaksi tersebut lebih banyak mendatangkan mudharatnya
daripada
manfaatnya,
maka
lebih
utama
menghilangkan
kemudharatan tersebut daripada menarik manfaatnya. Seperti dalam transaksi bitcoin ini yang lebih besar risikonya terhadap penipuan dan tidak ada lembaga yang bertanggung jawab atas transaksi ini. Sedangkan dari sisi akad sharf adalah suatu pertukaran dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang atau disebut juga valas. Atau
7
Hasbi al-Shiddiqie, “Sejarah dan Kaidah Asasi”, dalam A. Dzajuli, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 68-69 8 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id Fiqhiyyah, Penerjemah Wahyu Setiawan (Jakarta: Amzah, 2009), h. 21
49
pertukaran antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. 9 Adapun dasar hukum tentang kebolehan transaksi ini adalah: 10
ًْﺢ ِﻣﺜْﻼ ِ ِﲑ وَاﻟﺘﱠ ْﻤ ُﺮ ﺑﺎِاﻟﺘﱠ ْﻤ ِﺮ وَاﻟْ ِﻤ ْﻠ ُﺢ ﺑﺎِاﻟْ ِﻤﻠ ِْ ﻀ ِﺔ وَاﻟْﺒُـﱡﺮ ﺑِﺎﻟْﺒُـﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺸﻌِْﻴـ ُﺮ ﺑﺎِﻟ ﱠﺸﻌ ﻀﺔُ ﺑِﺎﻟْ ِﻔ ﱠ َﺐ وَاﻟْ ِﻔ ﱠ ِ َﺐ ﺑِﺎاﻟ ﱠﺬﻫ ُ اﻟ ﱠﺬﻫ .ْﻒ ِﺷْﺌﺘُ ْﻢ إِذَا ﻛﺎَ َن ﻳَ ًﺪا ﺑِﻴَ ٍﺪ َ َف ﻓَﺒِْﻴـﻌُﻮْا َﻛﻴ ُ َﺖ َﻫ ِﺬ ِﻩ اْﻷَﺻْﻨﺎ ْ ﻓَِﺈذَا ا ْﺧﺘَـﻠَﻔ،ٍ َﺳﻮَاءً ﺑِ َﺴﻮَا ٍء ﻳَﺪًا ﺑِﻴَﺪ،ﲟِِﺜ ٍْﻞ ()رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ و اﲪﺪ Artinya: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika sejenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” (HR. Muslim dan Ahmad)11 Hadits di atas menunjukkan kebolehan dalam melakukan transaksi pertukaran mata uang (sharf). Akan tetapi, bila dilihat dari jenis yang dipertukarkan adalah sesuatu yang berwujud, yang bisa direpresentasikan. Sedangkan dalam pertukaran uang digital itu sangat bersifat kontemporer, belum ada fatwa yang membahas mengenai uang yang bersifat digital/virtual, khususnya di Indonesia. Apabila dilihat kembali dari definisi awal mengenai uang pada umumnya adalah segala sesuatu yang dapat diterima masyarakat secara umum, dan 9
Nurul Huda dan Muhammad heykal, “Lembaga Keuangan Syariah”, dalam Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 318 10 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 102 11 Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, Penerjemah KMCP dan Imron Rosadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 666
50
dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah untuk keperluan transaksi, sebagai satuan hitung, dan sebagai alat penyimpanan nilai.12 Sedangkan dalam Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan komoditas atau barang dagangan. Oleh karena itu, motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi, bukan untuk spekulasi atau trading.13 Dalam perspektif fiqih muamalah melalui wawancara dengan pihak DSNMUI menghasilkan suatu kesimpulan bahwa bitcoin belum bisa dikatakan sebagai mata uang yang sah. Karena bitcoin tidak memenuhi syarat-syarat sebagai mata uang baik dalam ekonomi konvensional maupun syariah. Serta dalam kaidah fiqih, kegiatan transaksi ini masih banyak mendatangkan mudharatnya dibandingkan manfaatnya. Karena segala perbuatan yang dilarang oleh Islam maupun pemerintah (penguasa) yang telah dikaji terlebih dahulu melalui Al-Qur’an dan hadits serta undang-undang yang berlaku, cenderung mendatangkan kemudharatan atau kerugian. Transaksi bitcoin ini memang lebih efisien dalam hal waktu, harga, dan jangkauannya yang mengglobal. Akan tetapi, di sisi lain kegiatan transaksi ini sangat berisiko tinggi terhadap penipuan dan ketidakstabilan nilai kursnya, karena tidak diatur oleh regulator dan rentan kehilangan uang dalam jumlah besar apabila membeli dengan harga yang lebih tinggi.
12
Asfia Murni, Ekonomika Makro, Cet. I (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 153 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Cet. I (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 185 13
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah dilakukan kajian, analisis, serta pembahasan pada bab-bab sebelumnya terhadap permasalahan yang telah penulis teliti, maka dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Mekanisme pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit adalah
pertama mengisi form di website (informasi pribadi, informasi bank, informasi bitcoin wallet), lalu mengikuti petunjuk (notifikasi email setelah order dilakukan) seperti mentransfer IDR ke rekening artabit atau mentransfer bitcoin ke bitcoin wallet yg telah ditentukan. Dalam hitungan menit setelah dana (rupiah/bitcoin) terdeteksi di rekening/wallet artabit. Artabit tidak mengenakan biaya apapun.
2. Dari tinjauan fiqih muamalah melalui studi pada DSN-MUI menyatakan bahwa transaksi pertukaran uang berbasis bitcoin belum dapat dikatakan sebagai transaksi pertukaran uang yang sah dalam Islam. Karena tidak ada benda yang dapat merepresentasikan uang tersebut. Waalaupun ini jenis transaksi spot. Tetap belum dinyatakan sah juga menurut islam, karena tidak ada legalitas dari pemerintah, tidak memenuhi persyaratan sebagai mata uang baik dalam ekonomi konvensional maupun Islam, kaidah fiqih, serta rentan akan penipuan.
51
B. SARAN Berdasarkan beberapa kesimpulan yang tercantum di atas, maka ada beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, di antaranya: 1. Bagi akademisi, hendaknya lebih banyak mengkaji tentang keberadaan mata uang digital khususnya bitcoin seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. 2. Bagi regulator, hendaknya mendukung kegiatan transaksi ini dengan membuat undang-undang yang mengatur peredaran uang digital bitcoin dan sejenisnya, serta bekerja sama antara pihak penyelenggara penerbitan uang digital bitcoin dan sejenisnya dalam rangka memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat atas transaksi tersebut.
52
53
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Gramata Publishing, 2005. ArtabitBlog. Cara Kerja Bitcoin. Artikel diakses pada 19 Februari 2014 dari http://artabitblog.wordpress.com/cara-kerja-bitcoin/ Bitcoin Indonesia. Apa Itu Bitcoin?. Artikel diakses pada 17 Februari 2014 dari http://indonesia.bitcoin.co.id/apa-itu-bitcoin/ Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Darmawan, Indra. Pengantar Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Darmawan, Oscar. Bitcoin: Mata Uang Digital Dunia. Jasakom, 2014. Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: DSN, 2003. Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Fabozzi, Frank J, dkk. Pasar dan Lembaga Keuangan. Penerjemah Chaerul Djakman. Jakarta: Salemba Empat, 1999. Hasan, Sahir “al-Nuqud wa al-Tawazun al-Iqtishadi”. Dalam Ahmad hasan, Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005: h. 11. Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Erlangga, 2009. Krippendorff, Klaus. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology. London: Sage Publication, 2004. Mankiw, N. Gregory, dkk. Pengantar Ekonomi Makro: Principles of Economics. Jakarta: Salemba Empat, 2013. Murni, Asfia. Ekonomika Makro. Bandung: Refika Aditama, 2006.
54
Nasution, Mustafa Edwin, dkk. Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1982. Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2007. Qal’ah Ji, Muhammad Rawas “al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhau’ alFiqh wa al-Syariah”. Dalam Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009: h.3. Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Sari, Novita Intan. BI: Gunakan Bitcoin Untuk Transaksi Jual Beli Bisa Dipidana. Berita diakses pada 18 Februari 2014 dari http://www.merdeka.com/uang/bigunakan-bitcoin-untuk-transaksi-jual-beli-bisa-dipidana.html Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1989. Sjahputra, Iman. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik. Bandung: PT Alumni, 2010. Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi: Teori Pengantar, cet.III. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Sunarso, Siswanto. Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005. Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Wawancara Pribadi dengan Denny Muktar. Jakarta. 29 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Imelda Chandra. Jakarta 22 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Kanny Hidaya. Jakarta. 22 Oktober 2014.
55
Wikipedia, Uang Elektronik, Artikel diakses pada 18 Februari 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Uang_elektronik Zuhaili, Wahbah “Juz IV”. Dalam Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Pedoman Wawancara Perusahaan Artabit Nama Responden
: Denny Muktar
Jabatan
: Business Developer
1. Bagaimana terbentuknya perusahaan Bapak? Jawab : Perusahaan kita didirikan oleh 4 orang pada tahun lalu (2013). Karena kita melihat potensi bitcoin ini sangat bagus untuk merevolusionerkan mekanisme pembayaran agar menjadi lebih mudah. Lalu kita mendirikan perusahaan Artabit ini. 2. Perusahaan bapak bergerak di bidang apa? Jawab : Awalnya kita mau membantu untuk memperbaiki bagaimana kita melakukan pembayaran satu sama lain dengan biaya yang tidak semahal sekarang. Dengan proses yang lebih cepat dan terpercaya. Jadi kita membentuk perusahaan ini. Perusahaan ini fokus pada payment gateaway atau payment transactions, atau payment solutions, kemudian juga ada pengiriman uang atau remittance, dan donasi. Awalnya memang menggunakan Bitcoin, namun kedepannya bukan hanya dengan Bitcoin tetapi juga dengan criptocurrency yang lain yang bisa diadopsi oleh bermacam-macam orang. Misalnya litecoin, dogecoin, dan currency lain yang berbasis kriptografi dalam melakukan transaksi dari satu wallet ke wallet yang lain. Kemudian, pada saat mining atau memverifikasi suatu transaksi juga menggunakan teknik kriptografi. 3. Amankah menggunakan teknik kriptografi? Apakah akun mudah diretas? Jawab : Dengan adanya teknik ini justru akun tidak mudah dihack atau diretas karena menggunakan mekanisme enkripsi yang tinggi dan akan divalidasi oleh banyak pihak yang disebut dengan miners. Jadi, Bitcoin mempunyai 2 cara kerja, yaitu private key dan public key yang berbentuk kriptografi. Public key untuk melihat transaksi dan private key untuk melakukan transaksi pengiriman dan tanda tangan digital. Kalau sekarang kita melihat virus itu banyak terjadi di komputer atau di windows tetapi jarang ada di handphone, dan transaksi Bitcoin sendiri bisa dilakukan tidak hanya di komputer, tetapi bisa juga melalui handphone. 4. Transaksi apa saja yang diterima di perusahaan bapak? Jawab : Kita hanya melayani merchant yang memang legal dan valid. Tidak bisa semuanya langsung transaksi setelah registrasi, harus melewati
proses validasi. Bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan yang legal dan tidak melawan hukum dengan melihat latar belakang dari perusahaan tersebut. 5. Ada berapa merchant yang sudah mendaftar di perusahaan bapak? Jawab : Sudah ada 16 merchant yang melakukan registrasi dan masih menjalani proses validasi dan mempelajari background dari perusahaanperusahaan tersebut. 6. Kalangan mana sajakah yang melakukan transaksi? Jawab : Pada awalnya Artabit adalah exchange, yaitu jual beli Bitcoin. Tapi sekarang adalah mengarah kepada merchant, yang berasal dari kalangan small and medium business, baik yang offline atau mempunyai toko/gerai maupun yang online yang ada di internet. Sebenarnya tujuan kita adalah terutama ingin membantu start up yang kecil, misalnya seperti teman saya yang banyak ingin memiliki toko yang ada di internet yang kemudian pasarnya itu ingin ke luar negeri, jadi lewat perusahaan Artabit ini adalah memfasilitasi supaya orang di luar negeri menjadi mudah ketika melakukan pembayaran atau transfer dengan orang di dalam negeri. Karena biaya yang cukup mahal dan merepotkan. Maka dari itu, dengan menggunakan payment solutions yang ditawarkan Artabit ini diharapkan agar mereka dapat mencapai market yang lebih besar dengan transaksi yang lancar dan juga dapat membangun ekonomi. Jadi yang diharapkan adalah small dan medium business dapat tergabung dalam merchant di perusahaan ini. Selain itu, untuk remittance yang kita inginkan adalah terutama dari para TKI yang mengalami kesulitan saat mengirimkan uangnya ke dalam negeri karena biaya atau potongan yang mahal sedangkan mereka mendapat gaji yang tidak terlalu besar. Jadi di sini kita ingin memfasilitasi agar lebih murah baik TKI maupun semua orang. 7. Bagaimana bapak menyikapi keberadaan bitcoin di Indonesia yang belum memiliki hukum secara khusus yang mengatur? Jawab : BI sebenarnya telah menyatakan bahwa bitcoin dianggap mata uang yang tidak sah di Indonesia yang terdapat di dalam surat edaran BI. Tetapi ketika saya bertanya kepada teman saya yang mana seorang pengacara bahwa dalam kitab KUHP menyatakan selama ada dua orang yang sepakat dan tidak merasa diancam, ditipu, dan sebagainya adalah suatu yang diperbolehkan atau sah untuk melakukan transaksi (trade).
8. Apakah perusahaan bapak bekerja sama dengan lembaga perbankan? Jawab : Perusahaan Artabit bekerja sama dengan bank dalam hal mengatur transfer antar rekening terutama antara Artabit dengan pihak penjual (merchant) dengan biaya yang telah disepakati melalui negoisasi. 9. Sejauh ini, kendala apa saja yang terjadi dalam transaksi menggunakan Bitcoin! Jawab : Kalau saya melihat kendala yang dialami adalah masalah edukasi. Masih banyak orang yang belum mengerti mengenai Bitcoin, dalam bertransaksi, dan bagaimana mengelola keamanan wallet si pemilik Bitcoin. Jadi, kita harus memberikan edukasi pada mereka dan juga cara mengamankan wallet atau akun Bitcoin mereka. Kendala yang lain adalah belum ada dukungan dari pemerintah (BI) yang juga tidak memberikan kejelasan 10. Bagaimana cara melihat pergerakan nilai Bitcoin? Jawab : Nilai Bitcoin naik turun tergantung supply and demand pada market place dan tergantung fundamentalnya juga. Misalnya ada suatu negara atau perusahaan e-commerce yang ingin menerima Bitcoin, maka harga Bitcoin akan naik karena orang akan cenderung untuk membeli Bitcoin. Salah satu market place di indonesia seperti Bitcoin.co.id.
Pedoman Wawancara Perusahaan Artabit Nama Responden
: Imelda Chandradewi
Jabatan
: Marketing and Sales
1. Sebutkan mata uang apa saja yang dapat ditukarkan ke dalam bentuk mata uang bitcoin? Apakah itu berlaku untuk sebaliknya? Semua mata uang bisa ditukar dengan bitcoin ataupun sebaliknya selama di negara tersebut tersedia bitcoin exchanger. 2. Syarat-syarat apa saja yang dapat dipenuhi untuk melakukan transaksi pertukaran mata uang bitcoin dalam perusahaan Artabit! Mengisi form di website (informasi pribadi, informasi bank, informasi bitcoin wallet). 3. Bagaimana langkah-langkah untuk dapat melakukan transaksi pertukaran mata uang Bitcoin dalam perusahaan Artabit? Mengisi form order, mengikuti petunjuk (notifikasi email setelah order dilakukan) seperti mentransfer IDR ke rekening artabit atau mentransfer bitcoin ke bitcoin wallet yg telah ditentukan. 4. Berapa jumlah minimal dan maksimal nominal uang yang dapat ditukarkan (dalam bentuk rupiah dan BTC)! Beli min Rp 50.000; Jual min 0,03 btc (jumlah ini tidak mengikat, kapanpun bisa dirubah oleh pihak artabit). 5. Berapa lama waktu penyelesaian transaksi pertukaran mata uang dalam perusahaan Artabit? Dalam hitungan menit setelah dana (rupiah/bitcoin) terdeteksi di rekening/wallet artabit. 6. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan batalnya transaksi pertukaran mata uang di perusahaan Artabit? Dana tidak dikirim; dana yang dikirim tidak sesuai dengan yang di order ; dana yang dikirim melewati batas waktu yang ditentukan (ketr : dana = rupiah atau bitcoin).
7. Kapan batas waktu untuk melakukan transfer? Jadi kalau sampai dengan akhir hari tidak ada transfer dana yang masuk ke rekening artabit, maka order tersebut otomatis dihapuskan. 8. Adakah biaya yang dikeluarkan untuk administrasi dalam transaksi ini? Jika ada, berapa nominal yang telah ditetapkan? Free, artabit tidak mengenakan biaya apapun.
Hasil Pedoman Wawancara DSN-MUI Nama Responden
: Kanny Hidaya
Jabatan
: Wakil Sekretaris Badan Pelaksana Harian (BPH) DSN-MUI
1. Apakah Bapak pernah mendengar istilah bitcoin sebagai salah satu jenis uang digital atau virtual? Jawab : Ya, saya pernah mendengar istilah digital money (mata uang digital), akan tetapi, di DSN belum ada fatwanya dan tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat akan ada lembaga yang meminta fatwanya. Kalau kita bicara tentang uang, dalam syariah masih berwujud (ada bentuknya) atau ada fisiknya. Kalau pun tidak ada dalam bentuk fisik, tapi bisa merepresentasikan uang, misalnya cek. Menurut saya, kalau bitcoin ini adalah uang maya dan juga termasuk ke dalam uang digital. Tetapi, tidak ada wujud dari representasi uang tersebut. 2. Apakah uang tersebut dapat dikategorikan dalam alat pembayaran yang sah? Jawab: Kita kembali lagi dalam definisi uang sendiri itu apa. Dan lebih utama kita membahas tentang legalitas uang tersebut. Karena pencetakan dan pengesahan suatu mata uang adalah harus berdasarkan wewenang penguasa/pemerintah. 3. Bagaimana dalam pandangan Islam? Jawab: Uang seperti ini memang belum banyak dibahas dalam islam, karena sifatnya yang sangat kontemporer. Sebenarnya ini termasuk dalam kategori uang digital. Akan tetapi, kita melihat dari konsep fiqihnya, apakah uang ini bisa direpresentasikan atau ada bentuknya. Selain itu, dalam syariah juga bisa dilihat dari segi kaidah fiqihnya, yaitu menarik mudharat lebih utama dari mengambil manfaatnya, kemudharatan harus dihilangkan. Misalnya apabila bitcoin masih memiliki risiko yang tinggi dan belum ada yang mengatur hukumnya, maka tidak akan ada lembaga yang bertanggung jawab terhadap transaksi ini. 4. Di indonesia, ada salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang transaksi pertukaran mata uang berbasis bitcoin, yaitu Perusahaan Artabit dengan membebaskan biaya administrasi serta proses operasionalnya hanya 1 X 24 jam. Menurut Bapak, apakah konsep tersebut sah dalam pandangan Islam akan tetapi dengan tidak melupakan bahwa yang dipertukarkan adalah sesuatu yang tidak sah menurut pemerintah!
Jawab: Kita harus melihat perizinan dari perusahaan tersebut. Jika bergeraknya dalam bidang pasar modal, maka harus mendapat surat izin dari BAPEPAM, apabila bergerak dalam bidang perbankan, ya harus mendapat izin dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan lainnya. Karena kalau tidak ada izin dari regulator resmi, itu sangat rentan penipuan. Kalau hanya sekedar mendapat izin dari BKPM, itu hanya izin mendirikan usaha biasa. Dan itu belum dinyatakan sebagai perusahaan yang mendapat izin resmi. 5. Jika dilihat dari teori dalam akad sharf, apakah proses operasional yang ada di perusahan tersebut bisa dikategorikan sebagai transaksi spot yang diperbolehkan dalam hukum Islam! Jawab: Ini memang termasuk ke dalam jenis transaksi spot, akan tetapi kalau dilihat dari akad sharf dan ketentuannya dalam fatwa DSN Nomor 28/DSNMUI/III/2002. itu hanya menyatakan untuk transaksi uang yang berbentuk fisik. Misalnya dari Rupiah ke Dollar. Apabila dilihat dari isi kandungan hadits tentang sharf, uang direpresentasikan dengan emas dan perak. Selain itu, kalau memang ingin memakai uang tersebut harus bersifat matslan bi mitslin, yadan bi yadin, sawaan bi sawain, dan menggunakan jenis transaksi spot. Selain itu, kita juga harus melihat dari segi kaidah fiqihnya, yaitu ad-dhararu yuzalu, yang menyatakan bahwa kemudharatan harus dihilangkan. Jadi kita melihat berbagai mudharat yang ditimbulkan terlebih dahulu daripada menarik manfaatnya.