Motivasi Berhenti Merokok dan Hubungannya dengan Akses Terhadap Rokok Prasojo1, Martina Wiwie S Nasrun2 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 2. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini mencari perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok pada mahasiswa UI di antara kelompok responden berdasarkan akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan teknik menggunakan kuesioner. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari dalam diri responden (n=96) adalah 4,43 dari skor maksimal 7. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari luar diri responden adalah 3,31 dari skor maksimal 7. Lima puluh delapan dari 96 responden (60,4%) menyatakan membeli di warung sebagai akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Analisis Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri yang bermakna di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli di swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI 95%, P= 0,88), maupun antara motivasi berhenti merokok dari luar diri di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI = 95%, P= 0,28). Hasil ini menunjukkan bahwa faktor yang lebih berpengaruh kepada motivasi berhenti merokok seseorang adalah faktor dari dalam diri sendiri dibandingkan dari luar diri. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai faktor dari dalam diri untuk meneliti motivasi berhenti merokok karena didapatkan bahwa faktor dari dalam diri lebih berperan dalam hal ini. Kata kunci: Motivasi berhenti merokok, akses terhadap rokok Motivation of Smoking Cessation and Its Relation to Access to Cigarette Abstract . This study aims to seek out the means difference in smoking cessation motivation among Universitas Indonesia students among respondent based on their access to cigarette. The method of this research is cross-sectional with questionnaire as the data-gathering means. The means of smoking cessation motivation because of internal factors of the respondents (n=96) is 4.43 out of 7. The means of smoking cessation motivation because of external factors of the respondents is 3.31 out of 7. Fifty eight respondents out of 96 respondents (60.4%) stated that buying cigarette in stalls is the most frequently used access to cigarette. Anova analysis shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from internal factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (CI 95%, P= 0.878). Anova analysis also shows shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from external factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from selfservice shop, or receiving cigarette from family and fellows (CI 95%, P = 0.28). This results indicates that smoking cessation motivation is more affected by internal factors than external factors. It is better to make a research for internal factors that affect smoking cessation motivation in the future because internal factors are more govern to smoking cessation motivation.
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Keyword: Smoking cessation motivation, access to cigarette Pendahuluan Merokok merupakan masalah kesehatan kronis yang sampai sekarang belum ditemukan solusi yang tepat untuk menanganinya. Merokok dapat menimbulkan berbagai macam akibat buruk bagi perokok aktif maupun orang-orang di sekitarnya. Berdasarkan riset yang dilakukan pada tahun 2008, setiap tahunnya Indonesia mengonsumsi 240 milyar batang per tahunnya. 1 Pada tahun 2011, didapatkan data bahwa jumlah perokok di Indonesia mencapai 65 juta orang, baik pria ataupun wanita.2 Satu dari tiga remaja pria berusia 15-19 tahun diketahui merupakan perokok aktif.1 Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun 2010, diketahui bahwa prevalensi perokok di Indonesia mencapai 34,7 persen, tertinggi ke-3 di dunia.3 Hal ini sangat memprihatinkan karena tingginya jumlah perokok berarti tinggi pula jumlah perokok pasif yang ada. Diperkirakan lebih dari 40 juta anak usia 0-14 tahun merupakan perokok pasif akibat anggota keluarga yang merokok di rumah.1 Rokok mengandung banyak sekali zat kimia. Pada tembakau saja sudah ditemukan 2.500 komponen zat.4 Rokok yang terbakar menyebabkan zat-zat tersebut terdekomposisi sehingga membentuk zat baru yang berbahaya pula. Zat-zat berbahaya ini dapat ditemukan di asap rokok. Bahan-bahan kimia seperti tar, gas NO, gas CO, dan nikotin merupakan zat utama yang terdapat di dalam rokok dan asapnya.4 Walaupun zat-zat ini dikendalikan dengan penggunaan filter, tetap saja kadar yang ada berbahaya bagi tubuh. Selain itu, ditemukan juga zat-zat berbahaya lainnya seperti residu pupuk dan pestisida sebagai hasil dari pengolahan tembakau menjadi rokok.4 Di iklan rokok sudah dicantumkan bahaya-bahaya merokok seperti serangan jantung, kanker, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin, tetapi para perokok aktif seperti tidak mengindahkan peringatan ini. Banyak faktor yang menyebabkannya seperti pergaulan, lingkungan keluarga, dan kepribadian orang itu sendiri.5 Keadaan ini akan semakin bertambah parah apabila pemerintah tidak melakukan apa-apa dalam penanggulangannya. Diperlukan suatu tindakan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan, apakah para perokok bisa dikurangi melalui pendekatan psikologis, ekonomi, ataupun pendekatan lainnya. Contohnya saja, harga rokok yang sangat terjangkau membuat hampir semua golongan ekonomi mampu untuk membelinya. Hal ini akan semakin
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
memudahkan perokok untuk terus melanjutkan kebiasaannya ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberi feedback kepada pihak yang berwenang dari subjeknya langsung, yaitu perokok, mengenai tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi masalah tingginya jumlah perokok yang ada di Indonesia ini.
Tinjauan Teoritis Motivasi memiliki tiga definisi secara umum yakni kondisi yang mengatifkan perilaku dan memberikan tujuan, keinginan yang memberikan kekuatan dan mengarahkan perilaku yang memiliki tujuan, dan pengaruh kebutuhan dan keinginan pada intensitas dan tujuan perilaku. 6 Motivasi terlibat dalam performa dari semua respon yang dipelajari. Motivasi memberikan energi kepada perilaku ini, oleh karena itu perilaku tidak akan terjadi tanpa adanya motivasi. Motivasi berbeda dengan emosi. Emosi adalah hasil dari interaksi antara persepsi terhadap rangsang lingkungan, respon hormonal atau neuronal terhadap rangsang lingkungan, dan labeling subjektif terhadap rangsangan ini. Emosi bukan memberikan tujuan. Motivasi bersumber dari banyak hal, diantaranya adalah:6 a. Eksternal Konsekuensi dari suatu tindakan memberikan motivasi, baik itu hadiah ataupun hukuman apabila berhasil melakukan sesuatu ataupun berhasil untuk tidak melakukan sesuatu. Hal ini dapat menyebabkan seseorang termotivasi untuk meningkatkan suatu perilaku atau mengurangi suatu perilaku. b. Sosial Seseorang dapat termotivasi karena beberapa hal dari aspek sosial. Seseorang bisa termotivasi karena melihat suatu contoh sehingga mencoba meniru perilaku contoh tersebut, memperoleh kemampuan untuk bersosialisasi, dapat juga karena ingin bergabung ke dalam suatu kelompok, institusi, ataupun yang lainnya. c. Biologis Motivasi dapat berasal dalam tubuh karena ingin menjaga homeostasis tubuh seperti rasa lapar, haus, kenyang, ataupun hal lainnya. d. Kognitif
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Motivasi bisa terbentuk untuk memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, mencari tahu seseuatu, mencoba mengerti sesuatu, ataupun mendapatkan ilmu pengetahuan. e. Afektif Seseorang bisa termotivasi untuk berperilaku tertentu untuk meningkatkan kebahagiaan,
mengurangi
kesedihan,
memberikan
rasa
aman
pada
diri,
mempertahankan optimisme, dan banyak hal lainnya. f. Konatif Seseorang bisa termotivasi karena ingin mengembangkan kualitas diri sendiri, mencapai mimpi-mimpinya, atau menguasai kehidupan seseorang. g. Spiritual Motivasi bisa berasal dari kebutuhan seseorang untuk berhubungan dengan Yang Maha Kuasa ataupun mengerti tujuan dari hidup.
Motivasi di Dalam Otak Menurut penelitian tentang neurosains afektif, struktur otak yang terlibat di dalam motivasi terdiri dari banyak hal yang semuanya berfungsi untuk memberi petunjuk untuk mengejar hadiah atau menjauhi hukuman. Struktur yang terlibat diantaranya:7 a. Amigdala berfungsi untuk merespon dan belajara langsung tentang stimulus emosional b. Striatum berfungsi untuk mengakuisisi, mengeksekusi, dan menghidupkan perilaku yang berperan untuk mencapai sesuatu yang menguntungkan c. korteks orbitofrontal berfungsi untuk mengevaluasi dampak kesenangan dari stimulus yang ditemui oleh individu Ketiga struktur di atas menerima informasi melalui korteks asosisasi seperti insula yang merupakan antarmuka penting antara respon otonom tubuh dan struktur utama dari motivasi di otak. Amigdala, striatum dan OFC berinteraksi dan mengirim sinyal ke korteks motorik untuk pengaturan perilaku dan ke batang otak dan hipotalamus untuk respon otonom.7
Motivasi merokok
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Terdapat beberapa perbedaan motivasi mengapa seseorang bisa merokok, diantaranya adalah8 a. Merokok karena aspek psikososial Merokok dengan motivasi ini sering pada remaja yang disebabkan karena situasi sosial. Setelah itu baru berkembang menjadi merokok karena alasan farmakologis akibat kecanduan nikotin. b. Merokok karena aspek sensorimotorik Seseorang merokok karena sensasi nonfarmakologis seperti rasa, bau, dan hal lainnya sehingga menciptakan kesenangan tersendiri bagi perokok. c. Merokok karena ramah tamah Merokok jenis ini biasanya ditemukan pada perokok ringan ataupun sedang. Mereka biasanya merokok disaat bersantai, ataupun saat istirahat dari pekerjaan. d. Merokok karena stimulasi Perokok seperti ini biasanya merokok untuk efek stimulasi yang diberikan oleh nikotin untuk meningkatkan konsentrasi, mengurangi kelelahan, atau untuk mengatasi masalah yang memerlukan usaha lebih. e. Merokok karena sedasi Seseorang bisa merokok untuk mengatasi perasaan negatif seperti marah, malu, ketegangan, iritabilitas, ataupun perasaan negatif lainnya. f. Merokok karena ketergantungan. Mereka kerokok karena sudah menjadi kebutuhan. Apabila tidak merokok, mereka akan mengalami gejala withdrawal yang menyebabkan mereka akan merokok lagi. g. Merokok karena otomatisasi Perokok ini merupakan perokok yang paling berat karena mereka merokok secara tidak sadar dan tidak memengaruhi apa apa. Mereka bisa dianggap sebagai perokok karena ketergantungan atau perokok karena stimulasi.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Merokok Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang menjadi termotivasi untuk merokok di antaranya: a. Faktor keluarga
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Seseorang yang memiliki anggota keluarga inti yang merokok memiliki kecenderungan untuk merokok, terutama pada seorang wanita yang ibunya adalah seorang perokok. Selain itu, kondisi broken home juga meripakan salah satu alasan kenapa seseorang bisa mulai merokok. Sifat keluarga yang permisif juga menjadi salah satu penyebab seseorang menjadi seorang perokok.9 b. Faktor pergaulan Berdasarkan penelitian, remaja cenderung mulai merokok karena dipengaruhi oleh teman-temannya. Mereka juga mulai merokok untuk meningkatkan status sosial.10 c. Iklan rokok Di Indonesia, iklan rokok sangat gencar untuk dilakukan. Banyak kegiatankegiatan konser, bahkan olahraga, yang disponsori oleh pabrik rokok. Dengan gencarnya publikasi ini, jelas makin banyak orang yang terpapar dengan rokok. d. Kemudahan akses terhadap rokok Rokok bisa dibeli di mana-mana di Indonesia dengan harga yang terjangkau. Mulai dari anak-anak sampai orang tua bisa membeli rokok di warung-warung, mini market, sampai ke pasar swalayan besar. Selain itu, harga rokok di Indonesia cenderung jauh lebih murah dibandingkan dengan negara lain.10 e. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok Merokok memiliki banyak sekali efek yang buruk bagi tubuh. Di setiap bungkus rokok sudah terdapat peringatan tentang bahaya merokok, tetapi tulisan yang tercetak kecil sekali sehingga masyarakat tidak tertarik untuk membacanya. Peringatan lebih baik berupa gambar yang menakutkan agar lebih membuat orang semakin enggan untuk merokok.1 Iklan televisi juga telah mencantumkan bahaya merokok, tetapi hanya berlangsung selama sekian detik sehingga belum sempat terbaca.
Rokok Kandungan Kimia Rokok Rokok mengandung sekitar 4.800 bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Berikut ini adalah bahan-bahan yang dominan terdapat di dalam rokok:4 a. Tar
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Tar merupakan partikulat yang tidak mengandung nikotin dan kering. Kandungannya adalah ribuan bahan kimia. Sejauh ini, tar dikaitkan dengan risiko kanker, terutama kanker paru-paru. b. Nikotin Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan depolarisasi motor end plate pada reseptor asetilkolin. Nikotin juga merupakan zat yang adiktif. Pada rokok, rata-rata terdapat 1-2mg nikotin per batangnya. Nikotin semakin lamasemakin menumpuk dan menyebabkan toleransi terhadap nikotin. Hal ini menyebabkan seseorang untuk terus merokok lebih banyak lagi agar otak kita dapat merasakan kesenangan karena produksi dopamin. Nikotin juga menghambat pelepasan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan meningkat. c. CO CO atau karbon monoksida adalah gas yang tidak beraroma dan tidak berwarna. Gas ini sering tidak terdeteksi sebelum memberikan efek pada tubuh. Gas ini dapat menghambat fosforilasi oksidatif karena afinitas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Hal ini dapat menyebabkan keracunan yang dapat berujung pada kematian. d. NO NO atau nitrogen oksida merupakan zat yang penting untuk vasodilatasi, tetapi apabila kadarnya berlebihan, NO yang bersifat radikal bebas ini akan dapat merusak sel. Kadar NO yang tinggi juga bersifat neurotoksik yang dapat merusak sel-sel saraf yang tidak termielinasi. e. Residu pupuk dan pestisida f. TSNA TSNA adalah singkatan dari Tobacco Spesific Nitros Amines. Zat ini merupakan karsinogen, yaitu zat pemicu kanker. TSNA terdiri dari empat bahan kimia utama yaituN-Nitrosonomicotine (NNN), N-Nitrosoanatabine (NAT), N-Nitrosanabasine (NAB), dan 4-metil-nitrosamino-1-(3-pyridil)-1butanon (NNK). g. NTRM
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Non tobacco related material adalah materi selain tembakau yang masuk ke dalam olahan tembakau. NTRM bisa berupa tanaman lain, bahan dari binatang, mineral dan juga bahan-bahan sintetis buatan manusia seperti kertas, karet, besi, dan juga bahan lainnya. Bahan-bahan ini apabila terbakar bersama dengan tembakau rokok akan dapat membahayakan tubuh. Klasifikasi Perilaku Merokok a. Never Smokers Perokok yang belum pernah merokok atau pernah merokok kurang dari seratus batang rokok dalam hidupnya.11 b. Former Smokers Perokok yang sudah merokok lebih dari seratus batang, tetapi menyatakan diri berhenti merokok.11 c. Non Smokers Orang yang saat ini tidak aktif mengonsumsi rokok. Never Smokers dan Former Smokers masuk ke dalam golongan ini11 d. Current Smokers Perokok yang sudah merokok lebih dari seratus batang dan saat ini ia mengonsumsi rokok setiap harinya.11 e. Light Smoker Ada beberapa kriteria untuk menentukan bahwa seseorang adalah light smoker, diantaranya adalah <1 bungkus per hari, 1-39 per minggu.12 f. Intermittent Smoker Golongan ini adalah golongan perokok yang merokok hanya pada acara-acara tertentu seperti pesta ataupun keperluan bisnis, bukan untuk kebutuhan seharihari.12 g. Heavy Smoker Perokok yang mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok per harinya.12
Dampak Rokok Bagi perokok aktif Merokok dapat menyebabkan dependensi terhadap nikotin.14 Fitur pennting dalam dependensi ini adalah individu itu terus menggunakan zat yang menyebabkan ketergantungan ini terlepas dari masalah signifikan yang disebabkan oleh
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
penggunaannya, hal ini sesuai dengan kelainan di DSM-IV-TR, tetapi penyalahgunaan nikotin ini tidak dimasukkan ke DSM-IV-TR karena merokok lebih berdampak kepada masalah fisik, bukan psikososial. 14 Nikotin berikatan dengan reseptor kolinergik yang terdapat di beberapa area di sistem saraf pusat. Reseptor yang terlibat adalah subtipe α4/β2 dan α7 pada dependensi nikotin. Reseptor ini spesial karena terdesentisisasi secara cepat, sehingga dengan akumulasi nikotin akibat merokok aktif dapat terjadi peningkatan jumlah reseptor. Dependensi terhadap rokok ini kemudian dimodulasi oleh dopamin dan glutamat yang terlepas akibat terangsangnya reseptor nikotin di ventral tegmental area dan nukleus accumbens. Efek nikotin diperparah dengan pelepasan norepinifrin, epinefrin, dan serotonin.14
Metode Penelitian Desain dari penelitian ini adalah studi cross-sectional dengan menggunakan kuesioner dikarenakan peneliti hendak mengetahui hubungan antara akses mahasiswa UI terhadap motivasi berhenti merokok mahasiswa UI. Populasi target dari penelitian ini adalah mahasiswa UI yang merokok. Merokok atau tidaknya diketahui dari observasi langsung dan tanya jawab. Pengambilan sampel dilakukan di lingkungan Universitas Indonesia di berbagai fakultas yang ada mulai bulan Agustus 2013 hingga Oktober 2013. Data mengenai motivasi berhenti merokok didapatkan dengan kuesioner TSRQ dan data mengenai akses terhadap rokok didapatkan dengan kuesioner yang menunjukkan peringkat akses yang paling sering digunakan. Sembilan puluh enam mahasiswa UI yang merokok merupakan subjek penelitian dengan metode convenient sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah semua mahasiswa perokok Universitas Indonesia yang bersedia untuk menjadi subjek penelitian. Tidak ada kriteria eksklusi.
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Hasil Penelitian Kuesioner diberikan ke 96 mahasiswa dengan rentang usia 19 sampai 24 tahun dengan jumlah responden yang berusia 19 tahun sebanyak 19 orang, berusia 20 tahun sebanyak 32 orang, berusia 21 tahun sebanyak 40 orang, berusia 22 tahun sebanyak 2 orang, berusia 23 tahun sebanyak 7 orang, dan berusia 24 tahun sebanyak 6 orang. Tabel 4.2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Rokok per Hari Jumlah Jumlah Rokok per Hari
(n=96)
%
Perokok ringan
54
56,25
Perokok sedang
30
31,25
Perokok berat
12
12,5
Tabel 4.2.2 Akses terhadap rokok berdasarkan peringkat* Jumlah responden berdasarkan peringkat Akses terhadap rokok
Membeli di warung Membeli di minimarket Membeli di supermarket Membeli di pedagang keliling Mendapat dari orang tua Mendapat dari teman Mendapat dari sanak saudara Cara lain Total
akses yang paling sering digunakan 1*
2*
3*
4*
5*
6*
7*
8*
58 17 5 3 1 11 1 0 96
17 34 12 7 4 21 2 0 96
15 25 23 13 5 14 1 0 96
3 12 21 33 4 16 6 2 96
1 5 23 16 7 27 13 3 96
1 1 8 16 17 4 46 3 96
1 2 4 7 47 3 27 4 96
0 0 0 1 11 0 0 84 96
*peringkat menjelaskan urutan akses terhadap rokok dari yang paling sering digunakan hingga yang paling jarang digunakan. Peringkat 1 menunjukkan akses yang paling sering digunakan, sedangkan peringkat 8 menunjukkan akses yang paling jarang digunakan. Apabila responden merasa tidak terdapat akses lain untuk mendapatkan rokok selain yang disebutkan di atas, responden dapat mengisi opsi “cara lain” sebagai peringkat ke delapan dan diberi keterangan “tidak ada”.
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Akses terhadap rokok dinilai dengan melihat modus pada peringkat satu akses yang paling sering digunakan. Karena terdapat perbedaan modus yang besar antara akses terhadap rokok, penulis mengelompokkan beberapa akses menjadi satu. Warung tetap menjadi kelompok sendiri karena modusnya sangat tinggi. Akses terhadap rokok dengan membeli di minimarket, membeli di supermarket, dan membeli di pedagang keliling dikelompokkan menjadi satu kelompok, yakni kelompok swalayan. Akses terhadap rokok mendapat dari orang tua, mendapat dari teman, dan mendapat dari sanak saudara dikelompokkan menjadi satu kelompok, yakni keluarga dan kerabat. Penggabungan kelompok ini menghasilkan tiga kelompok besar yakni kelompok akses terhadap rokok dengan membeli di warung, kelompok akses terhadap rokok dengan membeli swalayan, dan akses terhadap rokok dengan mendapat dari keluarga dan kerabat. Banyaknya cara lain di peringkat delapan menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) tidak menggunakan akses lain selain dari pilihan yang ada untuk mendapatkan rokok selain akses yang sudah tercantum di kuesioner sehingga poin ini tidak dimasukkan ke dalam kelompok baru untuk dianalisis. 4.3 Data Khusus Dari skor satu sampai tujuh, skor rata-rata motivasi untuk berhenti merokok yang berasal dari diri sendiri adalah 4,43 dari maksimal skor 7. Skor motivasi yang paling sering muncul adalah 3,5 dan skor tengah motivasi yang berasal dari diri sendiri adalah 4,58. Motivasi dari diri sendiri 4,43 relatif tinggi karena nilainya di atas 4 yakni poin “agak sesuai”. Dari skor satu sampai tujuh, skor rata-rata motivasi untuk berhenti merokok yang berasal dari luar diri adalah 3,31. Skor motivasi yang paling sering muncul adalah 3,5 dan skor tengah motivasi yang berasal dari luar diri adalah 3,415. Grafik 4.2.1 Perbedaan Rata - Rata Motivasi Berhenti Merokok Responden Antar Kelompok* 5
4,59 4,36 4,34 3,74 3,49
4
2,7
3 2 1 0 Diri Sendiri
Luar Diri
Membeli di Warung Membeli Swalayan Mendapat dari Keluarga dan Kerabat
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
*poin maksimal adalah 7 Perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri maupun dari luar diri antara kelompok akses terhadap rokok dengan membeli di warung, membeli swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat dianalisis dengan one way ANOVA. Perbedaan bermakna bermakna digambarkan dengan nilai P <0,05. Apabila nilai P >0,05, rata-rata antar kelompok tidak dianggap bermakna.
Tabel 4.2.3 Tabel Rerata Motivasi Berhenti Merokok dari Diri Sendiri Kelompok Akses Terhadap Rokok Membeli di warung Membeli di swalayan Mendapat dari kerabat dan keluarga *skor maksimal 7
Rata-rata*
P
4,59 4,34 4,36
0,88
Rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri paling tinggi terdapat pada kelompok akses terhadap rokok dengan membeli di warung yakni 4,59 dari skor maksimal 7. Walaupun demikian, perbedaan rerata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri antar kelompok tidak berbeda bermakna secara statistik berdasarakan analisis one way ANOVA yang digambarkan dengan nilai P yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu, tidak dilakukan analisis post hoc untuk eksplorasi lebih lanjut.
Tabel 4.2.3 Tabel Rerata Motivasi Berhenti Merokok dari Luar Diri Kelompok Akses Terhadap Rokok
Rata-rata*
P
2,7 3,49 3,74
0,28
Membeli di warung Membeli di swalayan Mendapat dari kerabat dan keluarga *skor maksimal 7
Rata-rata motivasi berhenti merokok dari luar diri paling tinggi terdapat pada kelompok akses terhadap rokok dengan mendapat dari kerabat dan keluarga yakni 3,74 dari skor maksimal 7. Walaupun demikian, perbedaan rerata motivasi berhenti merokok dari luar diri antar kelompok tidak berbeda bermakna secara statistik berdasarakan analisis one way ANOVA yang digambarkan dengan nilai P yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu, tidak dilakukan analisis post hoc untuk eksplorasi lebih lanjut.
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Pembahasan Universitas Indonesia merupakan salah satu universitas terbesar di Indonesia. Di dalamnya terdapat banyak fakultas yang mahasiswanya berasal dari berbagai latar belakang. Banyak di antara mahasiswa Universitas Indonesia yang merokok. Akses terhadap rokok juga berbedabeda bagi setiap mahasiswanya. Motivasi seseorang untuk berhenti merokok juga berbedabeda tergantung daripada faktor dari dalam diri sendiri dan dari luar diri mahasiswa. Pengambilan data sebagian besar dilakukan di kantin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, kanti Fakultas Ilmu Budaya, dan kantin Fakultas Teknik karena menurut pengamatan penulis pada tempat-tempat tersebut banyak sekali mahasiswa perokok yang sedang merokok. Membeli di warung merupakan akses yang paling sering dipergunakan oleh responden karena 58 dari 96 responden memilih warung sebagai akses yang paling sering digunakan. Terdapat hampir sebanyak dua juta warung tradisional yang ada di Indonesia dan hampir seluruhnya menjual rokok.14 Hal ini menyebabkan warung turut andil dalam kemudahan akses terhadap rokok bagi kelompok responden. Walaupun merupakan akses tersering yang digunakan, peringkat membeli di warung tidak berhubungan secara bermakna dengan motivasi berhenti merokok, baik dengan motivasi dari dalam diri sendiri ataupun dari luar diri. Peringkat ke dua akses terhadap rokok yang paling sering digunakan adalah membeli swalayan dengan 25 dari 96 responden memilih minimarket sebagai akses terhadap rokok yang paling sering digunakan . Hal ini membuktikan bahwa minimarket yang sekarang menjamur di DKI Jakarta dan sekitarnya dengan pertumbuhan sebanyak 42% dari tahun 2010 ke 2011.15 Pertumbuhan ini membuat responden menjadi cukup sering untuk mendapatkan rokok dengan membeli di sana. Terlebih lagi semua mini market yang ada pasti menjual rokok. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara akses terhadap rokok dengan membeli di swalayandengan motivasi berhenti merokok dari dalam diri sendiri dan luar diri responden. Peringkat ke tiga akses terhadap rokok yang paling sering digunakan adalah mendapat dari keluarga dan kerabat dengan 13 dari 96 responden memilih akses terhadap rokok ini sebagai akses tersering digunakan. Dari 13 responden ini, 11 di antaranya paling sering mendapat rokok dari teman. Hal ini sesuai dengan teori psikososial yang menyatakan bahwa faktor orang tua, saudara, dan teman sepermainan sangat berpengaruh terhadap motivasi merokok seseorang.
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
Akses yang paling jarang digunakan adalah akses dengan cara lain selain yang disebutkan di atas. Terdapat 84 dari 96 responden memilih opsi ini sebagai opsi terakhir karena memang tidak terdapat cara lain selain yang disebutkan pada opsi yang telah diberikan. Oleh karena itu, akses terhadap rokok ini tidak dimasukkan ke dalam kelompok baru. Ada beberapa responden yang memang memiliki akses lain terhadap rokok seperti menemukan rokok tertinggal dan mendapat sampel rokok dari penjual, tetapi tidak ada yang menjadikan akses ini menjadi akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan motivasi berhenti merokok seseorang bisa menjadi tinggi ataupun rendah. Penelitian Kumboyono mendapatkan bahwa sebagian besar respondennya, yakni 52% responden, memiliki motivasi berhenti merokok sedang.16 Hal ini mendukung hasil dari penelitian penulis yang menemukan bahwa rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri responden adalah 4,43 dari poin maksimal tujuh. Rata-rata motivasi berhenti merokok mahasiswa dari diri sendiri adalah 4,43 dari poin maksimal tujuh dan motivasi berhenti merokok mahasiswa dari luar diri adalah 3,31. Hal ini menunujukkan bahwa faktor internal lebih berperan dalam motivasi berhenti merokok pada responden. Hal ini dapat membuka peluang bagi pihak yang berwenang dalam menyusun strategi untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia. Intervensi yang dilakukan dapat berupa edukasi-edukasi kepada mahasiswa tentang dampak merokok baik positif maupun negatifnya dengan menggunakan film dibandingkan dengan ceramah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Citra.17 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kumboyono, terdapat hubungan bermakna antara persepsi terhadap penyakit akibat rokok dengan
motivasi berhenti merokok. Data ini
menunjang bahwa faktor dari dalam diri sendiri lebih berperan dibanding faktor dari luar diri untuk memotivasi seseorang berhenti merokok. Edukasi mengenai hal tersebut, terutama dari pihak yang dianggap bermakna bagi pasien seperti dokter.(facilitating autonomous) akan dapat lebih bermanfaat dibandingkan dengan paksaan atau larangan yang sumbernya dari pihak luar. Setelah mengetahui akses terhadap rokok yang paling sering digunakan, pembatasan akses menjadi dapat sesuai target, misalnya dengan melarang penjualan rokok di warung karena selain merupakan akses terhadap rokok yang paling sering digunakan, regulasi usia dalam membeli rokok di warung sering tidak dipatuhi. Pemerintah memang sudah mengatur untuk penjualan rokok, iklan mengenai rokok, dan perlindungan terhadap bahanbahan berbahaya dari rokok lewat undang-undang, tetapi masih banyak pelanggaran yang
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
terjadi seperti penjualan rokok kepada anak di bawah umur dan pelanggaran kawasan tanpa rokok. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang menjadi ingin berhenti merokok seperti faktor kesehatan, pembuktian diri, ekonomi, ataupun pengaruh sosial. Setelah penelitian ini diketahui bahwa faktor akses terhadap rokok tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap motivasi berhenti merokok. Tidak terdapat perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok yang bermakna antar kelompok responden. Hal ini juga menunjang bahwa faktor dari dalam diri sendiri lebih berperan dibandingkan faktor dari luar diri. Walaupun tidak terdapat perbedaan rata-rata bermakna antara motivasi berhenti merokok antar kelompok akses terhadap rokok, banyaknya responden yang mengakses rokok dengan membeli di warung dapat mempermudah seseorang untuk mulai merokok terutama di masa remaja. Teori motivasi merokok dari aspek psikososial menyatakan bahwa pengaruh sosial, misalnya dengan bergaul dengan orang-orang yang sering merokok di warung, sangat berpengaruh terhadap motivasi merokok seseorang. Pengaruh orang tua perokok juga merupakan salah satu faktor utama untuk seseorang mulai merokok.
Kesimpulan Setelah data dianalisis dan dibahas berdasarkan pencarian literatur, didapat beberapa kesimpulan yang bisa diambil: 1. Motivasi berhenti merokok mahasiswa UI dari diri sendiri lebih tinggi (4,43 dari 7) dari motivasi berhenti merokok dari luar diri (3,31 dari 7) 2. Akses terhadap rokok yang paling sering digunakan oleh mahasiswa UI adalah dengan membeli di warung (58 dari 96 responden) 3. Tidak terdapat perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok bermakna antara kelompok responden berdasarkan akes terhadap rokok yang paling sering digunakan baik motivasi dari diri sendiri (CI=95%, P= 0,88) maupun dari luar diri (CI=95%, P= 0,28). Saran Bagi pemerintah dan pihak yang berwenang, kebijakan untuk melarang warung agar tidak menjual rokok dapat menghambat akses terhadap rokok karena diketahui sebagian besar
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
responden memilih membeli di warung sebagai akses yang paling sering digunakan. Pelarangan ini juga akan berdampak pada pertumbuhan perokok baru karena anak di bawah umur dapat membeli rokok di sana. Untuk menurunkan jumlah perokok, pemerintah dapat melakukan penyuluhan untuk menyadarkan para perokok tentang bahaya dari rokok itu sendiri, baik untuk diri perokok maupun bagi orang di sekitarnya.
Bagi penelitian selanjutnya, data kuesioner ini dapat digunakan sebagai tolok ukur ataupun diteliti kembali untuk penelitian yang lebih baik. Penelitian mengenai motivasi berhenti merokok lebih baik difokuskan kepada faktor – faktor dari dalam diri perokok karena hal ini lebih berpengaruh terhadap motivasi responden. Penelitian juga dilakukan secara menyeluruh karena terdapat banyak sekali faktor yang dapat menjadi perancu.
DAFTAR PUSTAKA 1. TCSC-IAKMI.
Fakta
Tembakau
di
Indonesia.
Diunduh
dari:
http://tcsc-
indonesia.org/wpcontent/uploads/2012/08/Fact_Sheet_Fakta_Tembakau_Di_Indonesia.pdf Diakses 19 Mei 2014. 2. Maradona S. Uhuk-Uhuk Jumlah Perokok di Indonesia Meningkat Pesat', Republika. 27
Juli
2011.
Diunduh
dari:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/27/loz6nq-uhukuhuk-jumlahperokok-di-indonesia-meningkat-pesat. (accessed 19 Mei 2014) 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Kementrian Kesehatan RI. 2010. 4. Tirtosastro S, Murdiyati AS. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat, dan Minyak Industri 2010; 2(1)(2085-6717): 33-43. Diunduh dari: http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/pdf/vol2133.pdf. Diakses 19 Mei 2014 5. Komalasari D, Avin FH. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Universitas
Gajah
Mada.
2010.
Diunduh
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/buletin/kandungan%20kimia.pdf. Diakses 19 Mei 2014
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
dari:
6. Huitt, W. Motivation to learn: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta,
GA:
Valdosta
State
University.
2011.
Diunduh
dari:
http://www.edpsycinteractive.org/topics/motivation/motivate.html Diakses 19 Mei 2014 7. Koob GF, Volkow ND. Neurocircuitary in Addiction. Neuropsychopharmacology 2009;
35(1):
217-38.
Diunduh
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2805560/ Diakses 19 Mei 2014 8. Lujic C, Reuter M, Netter P, et al. Psychobiological Theories of Smoking and Smoking Motivation. European Psychologist 2005; 10(1): 1-24. Diunduh dari: psycnet.apa.org/journals/epp/10/1/1.pdf. Diakses 19 Mei 2014 9. Prasetyo ANT. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang. 2007. Diunduh
dari:
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-s12007-adynyototr-135&q=rokok. Diakses 19 Mei 2014 10. Sitepu LS. Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Terjadinya Smoker’s Melanosis di Kalangan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. 2011. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21666/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses
19 Mei 2014 11. Schoenborn CA, Adams PF. Health behaviors of adults: United States,2008–2010. National Center for Health Statistics. Vital Health Stat 10(245). 2013. 12. Schane RE, Ling PM, Glantz SA, et al. Health Effects of Light and Intermittent Smoking.
Circulation
2010;
121:
1518-1522.
Diunduh
dari:
http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_10/sr10_245.pdf Diakses 19 Mei 2014 13. Sadock BJ, Sadock AV, Ruiz P. Kaplan Sadock’s: Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9 ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. 14. Wehner TC, Shaw DV. Presentation of Analysis of Variance Results and Graphical Data.
Hortscience;
29(6):
608.
Diunduh
dari:
http://cuke.hort.ncsu.edu/cucurbit/wehner/articles/art048.pdf. Diakses 30 Mei 2014. 15. Editor. Jumlah Warung di Indonesia Tumbuh Pesat, Kompas. 2 Juli 2009. Diunduh dari:
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/07/02/15034895/Jumlah.Warung.di.Indo nesia.Tumbuh.Pesat. Diakses 19 Mei 2014 16. Irawan A. Digemari Masyarakat, Pertumbuhan Minimarket Meroket', Detik Finance. 15
Maret
2011.
Diunduh
dari:
http://finance.detik.com/read/2011/03/15/135038/1592038/4/digemari-masyarakatpertumbuhan-minimarket-meroket. Diakses 19 Mei 2014 17. Kumboyono. Analisis Faktor Penghambat Motivasi Berhenti Merokok Berdasarkan Health Belief Model Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Keperawatan Soedirman 2011; 6(1):1-8. 18. Muliana CN. Efektivitas Metode Cerama dan Film Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Tentang Bahaya Merokok pada Siswa Kelas I di Sekolah Menengah Pertama “B” Kotamadya Jakarta Selatan. Fakultas Kedokteran Efektivitas Metode Cerama dan Film Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Tentang Bahaya Merokok pada Siswa Kelas I di Sekolah Menengah Pertama “B” Kotamadya Jakarta Selatan., 2011.
Motivasi berhenti..., Prasojo, FK UI, 2014