Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 24 Oktober 2015 MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KONSEP ARCHAEBACTERIA Faridatul Amaniyah1), Zulfiani1), Meiry Fadilah Noor1) 1)
Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email koresponden:
[email protected] Abstrak
Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa SMA dengan menggunakan Model Sains Teknologi dan Masyarakat pada konsep Archaebacteria. Metode penelitian merupakan kajian pustaka dan dokumentasi. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat menggunakan permasalahan nyata yang menggunakan konteks sosial untuk menganalisis isu, memecahkan masalah sebagai dampak dari sains dan teknologi. Pada konsep Bioteknologi yang melibatkan pemanfaatan prinsip dan rekayasa makhluk hidup untuk menghasilkan produk/jasa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia meliputi konsep Archaebacteria dan Eubacteria. Model Sains Teknologi Masyarakat meliputi Insiasi, eksplorasi, aplikasi, dan pemantapan konsep. Pengembangan Model STM pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria meliputi analisis kesesuaian tahapan model,materi dan indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan. Pada tahap inisiasi atau invitasi menuntut siswa berfikir tentang ide-ide, aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan yakni membangun penjelasan sederhana. Fase eksplorasi, siswa menganalisis informasi yang telah dikumpulkan dari kegiatan eksperimen/studi pustaka dan mensintesisnya, aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dilatih yakni memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, dan inferensi. Pada fase aplikasi konsep aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dilatih ialah memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik. Pada pemantapan konsep,guru mengelaborasi hasil kegiatan siswa dan konfirmasi, aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan adalah inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik. Kata kunci: Model Sains Teknologi, Keterampilan Berpikir Kritis, Archaebacteria
PENDAHULUAN Hasil analisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004 mengungkap kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan serta keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, rendahnya kemampuan bernalar, ketelitian siswa, keterbatasan kemampuan siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan, dan lemahnya kemampuan siswa dalam membaca, menafsirkan data dalam bentuk gambar, tabel dan bentuk penyajian lainnya (Mahyudin 2007). Permasalahan di atas sangat berhubungan dengan mata pelajaran sains. Sains sebagai salah satu bidang studi dari pendidikan di sekolah sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam masyarakat. Kecenderungan pembelajaran sains pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari sains sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Dalam hal ini, guru masih cenderung mempergunakan model pembelajaran langsung, karena dinilai lebih praktis dan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran (Anas 2012). Guru hanya menyampaikan pelajaran sains sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual yang diperolehnya. Akibatnya pembelajaran lebih berpusat pada guru, sehingga pelajaran sains sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Hakikat IPA meliputi produk, proses, sikap ilmiah dan teknologi. Implementasi hakikat IPA ini diwujudkan dalam pembelajaran IPA yang disusun melalui suatu kurikulum. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 64 Tahun 2013 pada
Copyright © 2015, ISBN 978-602-73551-0-1
Faridatul A, Zulfiani, Meiry F.N.
Standar Isi Muatan Biologi untuk peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam Mata Pelajaran Biologi bahwa penerapan proses kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium biologi dalam pengamatan dan percobaan. Di tingkat SMA/MA/SMALB/PAKET C diharapkan untuk mengaitkan biologi dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam memahami permasalahan biologi pada berbagai objek dan bioproses (Salinan Lampiran Permendikbud 64 Tahun 2013). Dalam Kompetensi Inti dalam ranah pengetahuan disebutkan siswa diharapkan mampu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah (Kemendikbud, 2013). Sains Teknologi Masyarakat merupakan usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. Seringkali pendekatan sains teknologi masyarakat memanfaatkan konteks sosial untuk menggali dan menganalisis isu, serta memecahkan masalah sebagai dampak dari sains dan teknologi. Contoh aplikasi dalam penggunaan pendekatan STM ini yaitu, bioteknologi. Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia (Aryulina, 2003). Bioteknologi umumnya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, yang dalam pembelajaran IPA termasuk dalam konsep Archaebacteria dan Eubacteria. Pembelajaran melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat bersifat kontekstual, artinya langsung mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Manfaat pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat diantaranya kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga
motivasi belajar siswa akan lebih tinggi, hakikat belajar akan lebih bermakna. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang memanfaatkan isu lingkungan dalam proses pembelajaran, secara teori mampu membentuk individu memiliki kemampuan untuk menumbuhkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir (Poedjiadi, 2010). Berpikir kritis dapat mengembangkan kemampuan berpikir terhadap isu-isu/masalah dan membangun argumen yang baik (Lesley & Jane, 2013). Anna Poedjadi (2010) menjelaskan bahwa berpikir kritis dapat berkembang jika siswa dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang dirancang dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa, yaitu dengan pembelajaran berbasis sains teknologi masyarakat. Kajian ini bertujuan memberikan deskripsi Model Sains Teknologi dan Masyarakat yang dapat mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Konsep Archaebacteria. Manfaat kajian in dapat memberikan wawasan bagi pendidik khususnya, untuk mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis yang diintegrasikan dengan Model Sains Teknologi dan Masyarakat pada konsep Archaebacteria. METODE Metode penelitian adalah kajian literatur dan dokumentasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan penelusuran Jurnal nasional dan internasional, buku teks, dokumen Kurikulum 2013 dan silabus mata pelajaran Biologi kelas X. Kajian literatur utama diarahkan pada hasil penelitian relevan terkait Model Sains Teknologi dan Masyarakat, Keterampilan Berpikir Kritis dan Konsep Biologi. Instrumen penelitian berupa Format desain pembelajaran dan daftar checklist. Prosedur pengembangan Model Sains Teknologi dan Masyarakat untuk mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis dilakukan sebagai berikut: 1. Mengkaji seluruh Model Sains Teknologi dan Masyarakat dari berbagai sumber yang absah, kemudian dipilih satu model untuk digunakan Peneliti (Gambar 1).
|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 119-124 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
Model Sains Teknologi dan Masyarakat untuk Mengembangkan Keterampilan ….
Gambar 1. Model sains teknologi dan masyarakat (Anna Poedjiadi, 2010)
2. Mengkaji Jenis-jenis keterampilan berpikir khususnya keterampilan berpikir kritis selanjutnya peneliti menentukan referensi yang bersumber dari Robert Ennis (1985) dengan 5 Kriteria Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) sebagaimana Tabel 1 3. Mengkaji konsep Archaebacteria, contoh aplikasi dalam penggunaan pendekatan STM yakni bioteknologi. Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem, atau proses biologis
untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia. Bioteknologi umumnya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, yang dalam pembelajaran IPA termasuk dalam konsep Archaebacteria. 4. Mendesain Model Sains Teknologi untuk mengembangkan Keterampilan berpikir Kritis Konsep Archaebacteria
Tabel 1 Keterampilan Berpikir Kritis Ketrampilan Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis 1. memfokuskan pertanyaan Memberikan penjelasan sederhana 2. menganalisis argument (Elementary clarification) 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan 4. mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber Membangun keterampilan dasar 5. mengobservasi dan mempertimbangkan hasil (Basic Support) observasi 6. membuat deduksi dan mempertimbangkan Kesimpulan hasil deduksi 7. membuat induksi dan mempertimbangkan induksi 8. membuat dan mempertimbangakan nilai keputusan 9. mendefinisikan istilah Membuat penjelasan lebih lanjut 10. mengidentifikasi asumsi 11. memutuskan suatu tindakan Strategi dan taktik
|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 120-124 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
Faridatul A, Zulfiani, Meiry F.N.
Tabel 2 Desain Model STM untuk Mengembangkan KBK Konsep Archaebacteria
Tahapan STM Invitasi LKS Praktikum Eksplorasi (isuisu/masalah terkait situasi nyata) Pembentukan konsep Diskusi Kelompok Tanya Jawab
Aplikasi Konsep Presentasi kelompok Membuat solusi terhadap permasalahan yang telah diajarkan Memberikan pertanyaan kepada siswa Mengajukan pertanyaan siswa untuk membuat produk berupa nata de coco dan yogurt. Pemantapan Konsep Guru mengkonfirmasi dan elaborasi
Kegiatan Belajar Proses interaksi ini menuntut seseorang untuk berfikir tentang ide-ide dan analisis yang akan dikemukakan/ cara mempertahankan pandangan tentang isu-isu tersebut
Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Membangun penjelasan sederhana.
Siswa mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan kristis/spesifik yang diperlukan untuk mengarahkan isu-isu yang dibahas pada materi pembelajaran. Menganalisis informasi yang telah dikumpulkan dari kegiatan eksperimen/studi pustaka , mensintesis pemecahan masalah berdasarkan hasil analisanya. Fase eksplorasi memberikan dasar untuk memecahkan masalah dengan cara mencari informasi, berpendapat, bereksperimen, mengobservasi, mengumpulkan dan menganalisis data hingga merumuskan kesimpulan. Penyelidikan & aktivitas memecahkan masalah
Memberikan penjelasan sederhana Membangun keterampilan dasar, Inferensi.
Siswa mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada permasalahan lain yang terkait dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh kegiatan yang telah dilakukan. Pemecahan masalah yang diperoleh masing-masing kelompok dipresentasikan melalui kegiatan diskusi kelas sehingga setiap kelompok dapat membandingkan hasil yang mereka peroleh..
Memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik.
guru mengelaborasi hasil kegiatan siswa serta meluruskan terhadap konsepsi siswa yang keliru.
Inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik.
|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 121-124 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
Model Sains Teknologi dan Masyarakat untuk Mengembangkan Keterampilan ….
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian desriptif ini dilakukan dengan menganalisis seluruh dokumen setiap variabel yang di teliti sehingga diperoleh desain Model Sains Teknologi dan Masyarakat untuk mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Konsep Arhcaebacteria (Tabel 2). Model STM terdiri atas fase invitasi, pembentukan konsep, aplikasi dan pemantapan konsep. Fase pertama yaitu invitasi dimana guru mengajak siswa untuk mengungkapkan isu-isu atau masalah terkait dengan situasi kehidupan nyata siswa. Hal ini mengharuskan siswa berfikir untuk menganalisis isu tersebut. Dengan demikian ada interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lain. Proses interaksi ini menuntut seseorang untuk berfikir tentang ide-ide dan analisis yang akan dikemukakan atau cara mempertahankan pandangan tentang isu-isu tersebut, sehingga aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat muncul dan dikembangkan dalam langkah ini adalah membangun penjelasan sederhana.
Pada fase eksplorasi, siswa mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan kristis/spesifik yang diperlukan untuk mengarahkan isu-isu yang dibahas pada materi pembelajaran. Dalam hal ini, siswa bersama kelompoknya menganalisis informasi yang telah dikumpulkan dari kegiatan eksperimen/studi pustaka kemudian mensintesis pemecahan masalah berdasarkan hasil analisanya. Fase eksplorasi memberikan dasar untuk memecahkan masalah dengan cara mencari informasi, berpendapat, bereksperimen, mengobservasi, mengumpulkan dan menganalisis data hingga merumuskan kesimpulan. Aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan dan dilatih pada tahapan ini adalah memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, dan inferensi. Penyelidikan dan aktivitas memecahkan masalah yang dilakukan pada tahap ini akan mampu melatih kemampuan siswa dalam memahami atau menginterpretasi data dan informasi yang diperoleh, menganalisis data hasil diskusi, memberikan argumen-argumen dalam kegiatan diskusi, mengambil keputusan atau memutuskan konsekuensi yang harus diambil dari informasi yang diperoleh terkait dengan solusi terhadap permasalahan.
Gambar 2. Contoh LKS pada pembelajaran Model STM untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 122-124 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
Faridatul A, Zulfiani, Meiry F.N.
Gambar 3. Contoh LKS pada pembelajaran Model STM untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
Gambar 4. Contoh LKS pada pembelajaran Model STM untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 123-124 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
Model Sains Teknologi dan Masyarakat untuk Mengembangkan Keterampilan ….
Pada fase yang ketiga yaitu aplikasi konsep, siswa mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada permasalahan lain yang terkait dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh kegiatan yang telah dilakukan. Pemecahan masalah yang diperoleh masing-masing kelompok dipresentasikan melalui kegiatan diskusi kelas sehingga setiap kelompok dapat membandingkan hasil yang mereka peroleh. Aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dilatih dan dikembangkan pada tahap ini adalah memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan argumen, memberikan penjelasan, menyatakan hasil pemikiran yang disertai dengan bukti dan fakta, menganalisis berbagai penjelasan dan argumen melalui forum diskusi kelas, melakukan kegiatan diskusi dengan menguji dan menilai berbagai argumen, dan mampu memberikan kesimpulan berdasarkan data, informasi, serta argumen-argumen yang dikemukan dalam kegiatan presentasi. Pada fase terakhir yaitu tahap pemantapan konsep, guru mengelaborasi hasil kegiatan siswa serta meluruskan terhadap konsepsi siswa yang keliru. Aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan adalah inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik. Dalam model pembelajaran langsung guru sangat dominan dan guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah, sehingga kurang melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Desain pembelajaran dilengkapi bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menerapkan integrasi tahapan Model Sains Teknologi dan Masyarakat dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. (Gambar 2,3,4) PENUTUP Simpulan
Kajian deskritptif ini perlu ditindaklanjuti dengan kajian eksperimen terkait penerapannya di kelas khususnya pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliah yang menerapkan Kurikulum 2013. DAFTAR PUSTAKA Anas,
Kurniawan. 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Terkait Sains Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pascasarjana UNDIKSHA. 2 (1), 2012. Tersedia dalam http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/ jurnal_ipa/article/view/399/191
Anna Poedjiadi. 2010. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Diah Aryulina dkk. 2013. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Ennis, Robert. 1985. Goal for a Critical Thinking Curriculum”, dalam Al Costa (ed), Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thingking, Alexandra: ASCD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas(SMA)/ Madrasah Aliyah (MA). Lesley-Jane dkk. 2013. Critical Thingking Skills for Education Student. Cet. 2. London: SAGE. Mahyudin. 2007. Pembelajaran Asam Basa dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI. Salinan lampiran standar isi tahun 2013. Tersedia pada http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/file/dok umen/06.B.SalinanLampiranPermendikbudNo. 64th2013ttgStandarIsi.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2015.
Model Sains Teknologi dan Masarakat dapat mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Konsep Archaebacteria. Integrasi Model pembelajaran, Keterampilan berpikir, dan konsep dituangkan dalam desain pembelajaran yang diimplementasikan dalam berbagai perangkat pembelajaran seperti Rencana Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa, dan instrumen penilaian. Saran |Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 124-124 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1