MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1
Model Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa: Studi Deskriptif Komparatif di MAN Se-Kota Jambi Mahluddin dan Aris Dwi Nugroho Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Melihat realitas perilaku pelajar dewasa ini, seperti tawuran, penyalahgunaan obat terlarang serta seks bebas, nampaknya sangat kontradiksi dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menumbuhkan dan meningkatkan religiusitas siswa sebagaimana tujuan pendidikan bukan merupakan suatu hal yang mudah. Lembaga pendidikan, baik sekolah maupun madrasah dituntut untuk dapat merancang model pembelajaran pendidikan agama Islam yang benar-benar dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan agama Islam itu sendiri. Atas dasar hal tersebut, peneliti akan mengadakan kajian lebih dalam untuk menemukan model pendidikan agama Islam yang ideal untuk meningkatkan religiusitas siswanya dengan melakukan studi komparatif di Madrasah Aliyah (MA) Se-Kota Jambi. Kata-kata Kunci: Pendidikan Agama Islam (PAI), religiusitas, Kota Jambi
Pendahuluan Di Indonesia fenomena tawuran pelajar sudah sangat sering terjadi, Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
2 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
bahkan sudah berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Fenomena tersebut tidak jarang sampai memakan korban jiwa. Di antara mereka bahkan melakukan penganiayaan hingga menewaskan lawannya dengan perasaan tidak bersalah dan berdosa. Sementara itu kejadian seks di luar pernikahan juga telah menjadi trend di kalangan pelajar, didorong oleh makin maraknya penyebaran kaset VCD, situs porno, dan penggunaan narkoba serta minuman beralkohol. Realitas perilaku siswa sebagaimana fenomena di atas, nampaknya sangat kontradiksi dengan rumusan Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam khazanah Islam, aspek kepribadian selalu termanifestasikan dalam bentuk religiusitas umat yang lebih banyak berkaitan dengan kecerdasan emosional dan .spiritual yang bertumpu pada masalah kesadaran diri. Religiositas ialah kesadaran relasi manusia dengan Tuhan, relasi manusia dengan sesama, relasi manusia dengan alam dan relasi manusia dengan dirinya sendiri. Ketidakmampuan pendidikan dalam menumbuhkan kesadaran diri akan bisa mendorong tumbuhnya sifat negatif manusia dalam hubungan sosial yang luas, seperti perilaku kekerasan atau tindakan brutal lainnya. Sekolah/madrasah sebagai salah satu bentuk dari masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan proses pendidikan, karena sekolah/madrasah merupakan suatu lembaga sosial yang telah dipolakan secara sistematis, memiliki pengelola yang khusus dan didukung oleh fasilitas yang terprogram. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang lebih luas dibanding lingkungan keluarga. Di sekolah siswa berusaha menyesuaikan diri dengan temanMedia Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3
teman yang lebih banyak, siswa mulai belajar sosial yang lebih luas. Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah/madrasah, baik itu SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/MA. Mata pelajaran Agama Islam berisikan tentang ajaranajaran yang ada dalam Agama Islam. Pendidikan Agama Islam ini juga mempunyai fungsi sebagai pembentuk sikap dan perilaku peserta didik agar dapat mengamalkan ajaran agama secara menyeluruh dan dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat menghindarkan perilaku yang tidak terpuji dan dapat menangkal semua perilaku yang menyimpang, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Menumbuhkan dan meningkatkan religiusitas siswa bukan merupakan suatu hal yang mudah. Lembaga pendidikan, baik sekolah maupun madrasah dituntut untuk dapat merancang model pembelajaran pendidikan agama Islam yang benar-benar dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan agama Islam itu sendiri, yaitu religiusitas siswa. Metodologi pembelajaran agama Islam di sekolah disampaikan sebagian guru secara statis-indoktrinatif-doktriner dengan fokus utama kognitif yang sibuk mengajarkan pengetahuan dan peraturan agama, akan tetapi bagaimana menjadi manusia yang baik: penuh kasih sayang, menghormati sesama, peduli pada lingkungan, membenci kemunafikan dan kebohongan dan sebagainya justru luput dari perhatian. Berdasarkan fenomena tersebut di atas, sudah merupakan suatu keharusan untuk mendesain ulang model-model pendidikan agama Islam yang selama ini berkembang, sehingga model pendidikan agama dapat menumbuhkan dan meningkatkan religiusitas siswa. Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan sejajar dengan SMA, hanya memiliki nilai plus, yaitu muatan agamanya lebih banyak dibandingkan dengan SMA. Hal ini merupakan suatu potensi untuk mencetak para siswanya yang berkualitas, baik dari segi ilmu pengetahuan, maupun dari segi keagamaan, terutama dari aspek religiusitasnya. Namun potensi itu, tidak dengan begitu saja menjadi faktor keberhasilan Madrasah Aliyah dalam mencetak para siswanya Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
4 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, terlebih lagi dengan pengaruh efek negatif dari era globalisasi, sehingga mengharuskan pihak madrasah untuk mendesain ulang model pendidikan agama Islam. Atas dasar hal tersebut, tulisan ini akan mengkaji model pendidikan agama Islam yang ideal untuk meningkatkan religiusitas siswanya dengan melakukan studi komparatif di Madrasah Aliyah (MA) Se-Kota Jambi.
Model Pendidikan Agama Islam dan Religiusitas Model Pendidikan Model pendidikan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah lebih menekankan ke arah metode dan alat pendidikan dalam mewujudkan tujuan dari sebuah mata pelajaran (Pendidikan Agama Islam), khususnya aspek religiusitas. a. Pengertian Metode dan Alat Pendidikan Metode berasal dari bahasa latin “meta “ yang berarti melalui, dan “hados” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut “Tariqah” artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita. (Uhbiyati, 2005: 123). Sedangkan alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan. (Uhbiyati, 2005: 123). b. Pentingnya Metode dan Alat Pendidikan Metode dan alat pendidikan mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan. Berhasil atau tidaknya pendidikan ini dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan. Apabila timbul permasalahan di dalam pendidikan, maka kita harus dapat Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 5
mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi ke dalam faktorfaktor yang ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat ini, maka kita pun harus pandai memerinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi masalah metode pendidikan yang lebih kecil dan terperinci lagi. (Uhbiyati, 2005: 124) Pendidikan Agama Islam a.
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pengertian tentang pendidikan agama Islam erat hubungannya dengan arti pendidikan secara umum, oleh sebab itu dalam masalah ini perlu diketahui terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan, kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. (Zakiah Daradjat, dkk., 1996: 25). Dalam kamus bahasa Indonesia (1997: 232), pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, perbuatan, cara mendidik. Menurut Marimba (1989: 19) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sejalan dengan pengertian pendidikan tersebut, maka pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. (Zakiah Daradjat, dkk., 1996: 86). Lebih jauh lagi pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
6 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
b.
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Zakiah Daradjat, dkk., 1996: 86). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan tujuannya sehingga dapat mengamalkannya dan menjadikannya sebagai pandangan hidup yang pada akhirnya dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam Dari aspek religius dasar pendidikan agama Islam adalah bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah SWT dan merupakan ibadah kepada-Nya. (Zuhairini, dkk., 1983: 23). Sedangkan dari aspek sosial psikologis pada hakekatnya manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan meminta pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya apabila mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada zat Yang Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 28, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tenteram” (Q.S. ar-Ra’d: 28). Oleh karena itu manusia akan selalu berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT. Bagi orang-orang Islam diperlukan adanya pendidikan agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka ke arah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 7
c.
beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap proses pengajaran, karena tujuan menjadi acuan untuk langkah-langkah pembelajaran. Di samping itu, tujuan juga berfungsi sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses pengajaran. Pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha dari pendidikan, baik pada dataran tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan bermasyarakat serta alam sekitar. Tujuan pendidikan agama Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan nasional, karena pendidikan agama menjadi sub sistem bagi pendidikan nasional. Tujuan pendidikan seperti yang termuat dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 mengatakan bahwa: tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka pendidikan agama Islam sudah semestinya berusaha untuk membentuk perilaku anak didiknya agar sesuai dengan ajaran agama Islam dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, yaitu sosok individu yang memiliki keimanan yang kuat, komitmen, berakhlak yang mulia dan dapat bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya. Chabib Thoha, dkk. (1999: 16), mengatakan bahwa pendidikan agama Islam memiliki dua tujuan, yaitu tujuan ekslusif dan tujuan inklusif. Secara ekslusif ia diharapkan dapat meningkatkan dimensi-dimensi keberagamaan Islam yang di bawa peserta didik dari lingkungan keluarganya dan inklusif ia diharapkan mampu mengantarkan mereka menjadi individu yang memiliki sikap toleransi beragama yang tinggi dalam rangka Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
8 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
membina kehidupan berbangsa. Pada dasarnya pendidikan agama Islam mempunyai tujuantujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi: 1. Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak ya”ng nantinya di harapkan menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. 2. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulnya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak, berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan, karenanya, ia tidak pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi baru dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT. Dengan iman dan ilmu ini semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Islam. 3. Menumbuhkan dan membina ketrampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat hnenyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pandangan hidup, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT melalui ibadat shalat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungannya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam semesta pemanfaatan hasil usahanya. (Zakiah Daradjat, dkk., 1996: 89-90). Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ahmad Tafsir (1992: 46) berpendapat bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian Muslim. H.M. Arifin (1993: 119) mengatakan bahwa tujuan pendidikan Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 9
d.
Agama Islam adalah untuk merealisasikan idealitas Islami. Sehingga dapat diambil bentuk kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan pembinaan budi pekerti yang luhur pada diri anak, sehingga anak tumbuh menjadi manusia yang bertakwa pada Allah SWT dan taat kepada Rasul-Nya. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Mata pelajaran yang diprogramkan di Madrasah Aliyah ini meliputi aspek spiritual (keagamaan), kemasyarakatan, budaya, seni dan teknologi, mengajarkan ilmu-ilmu Agama, termasuk di dalamnya bahasa Arab sebagai alat mutlak untuk membaca kitabkitab pelajarannya. Karena itu, semua pelajaran Agama dan bahasa Arab menjadi pelajaran pokok. Pendidikan Madarsah Aliyah termasuk lembaga pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan pendidikan Islam atau pendidikan pesantren. Oleh karena itu secara umum lembaga pendidikan Islam mempunyai karakteristik ( Langgulung: 1979) sebagai berikut: 1. Menonjolnya tujuan agama dan akhlak. Maksudnya: baik tujuan, materi, metode, alat dan tekhnik bercorak agama dan segala yang diajarkan dan diamalkan dalam lingkungan agama dan akhlak didasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah serta peninggalan orang-orang terdahulu yang saleh. 2. Bersifat komprehensif. Kurikulum yang betul-betul mencerminkan, semangat pemikiran yang menyeluruh. Hal ini terlihat dalam perhatiannya pada pengembangan dan bimbingan peserta didik dilihat dari segi intelektual, psikologis, sosial dan spiritual. 3. Adanya keseimbangan. Apa yang dipelajari, dipahami dan dikembangkan oleh peserta didik di lembaga madrasah tidak terlepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna dari lulusan. Oleh karena itu kurikulum madarasah tidak hanya muatan yang terkait dengan persoalan akhirat saja, akan tetapi termasuk persoalan dunia. Sehingga out put Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
10 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
yang dihasilkan nanti tidak saja segi agama yang menonjol akan tetapi ilmu keduniawianpun dikuasai. 4. Kecenderungan pada seni halus, terkait dengan aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan tekhnik, latihan kejuruan, bahasa asing dan sebagainya. Sehingga dari segi bakat, perasaan keindahan peserta didik dikembangkan. 5. Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan dan perbedaan peserta didik, tuntutan masyarakat, perubahan yang ditimbulkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Dilihat dari segi struktur kurikulum, madrasah Aliyah yang diterbitkan oleh Departemen Agama dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum 2004 berbeda dengan sekolah umum lainnya. Perbedaanya nampak pada pengembangan pendidikan agama Islam yang terkait dengan mata pelajaran; al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih dan sejarah Islam. Pada setiap program baik program bersama, program studi ilmu alam, program studi ilmu sosial, program studi ilmu agama Islam, program studi bahasa maupun program keahlian kejurun mata pelajaran tersebut diberikan. Religiusitas a.
Pengertian Religiusitas Kata religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya adalah religere yang berarti mengikat (Gazalba, 1985). Matdarwan (1986) mengemukakan bahwa religere berarati melaksanakan dengan sangat teliti atau dapat pula dirartikan menyatukan diri. Disamping istilah religi sering pula dalam masyarakat digunakan istilah lain, seperti agama (Bahasa Indonesia), dien (Bahasa Arab) atau religion (Bahasa Inggris). Meskipun masing-masing mempunyai terminologis sendirisendiri akan tetapi dalam arti terminologis dan teknis yang berbeda akan tetapi semua istilah tersebut berartikan makna yang sama (Anshari, 1987).
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 11
b.
Sulaiman (1984) merumuskan secara sederhana pengertian dari religi atau religion yaitu : 1. Percaya pada kekuatan gaib yang mengikuti alam semesta dan bersifat suci 2. Befsikap terhadap kekuatan gaib itu untuk menerima kebaikan-kebaikan dan mencari keselamatan 3. Membentuk pribadi dalam kehidupan karena kepercayaan itu (pada masingmasing kelompok). Anggasari (dalam Hidayah Marsal, 2008) membedakan antara istilah religi atau agama dengan istilah religiusitas. Agama atau religi menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek yang dihayati oleh individu. Hal ini selaras dengan pendapat Dister (dalam Hidayah Marsal, 2008) yang mengartikan religiusitas sebagai keberagaman, yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu. Lindridge (2005) menyatakan bahwa religiusitas dapat diukur dengan kehadiran lembaga keagamaan dan pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Kepercayaan ini kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan religiusitas adalah kepercayaan siswa terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan yang diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Dimensi Religiusitas Menurut Glock (dalam Tina Afiatin, 1998) mengatakan bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas. Pertama, Religious Belief (The Ideological Dimension). Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
12 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Meskipun harus diakui setiap agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawanan. Pada dasarnya setiap agama juga menginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya. Adapun dalam agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama. Dimensi keyakinan dalam agama Islam diwujudkan dalam pengakuan (syahadat) yang diwujudkan dengan membaca dua kalimat syahadat, Bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan nabi Muhammad itu utusan allah. Dengan sendirinya dimensi keyakinan ini menuntut dilakukannya praktek-praktek peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (Ancok dan Suroso, 1995). Kedua, Religious Practice (The Ritual Dimension). Religious practice (the ritual dimension) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah prilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya (Ancok dan Suroso, 1995). Ketiga, Religious Feeling (The Experiental Dimension). Religious Feeling (The Experiental Dimension) atau bisa disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau pengalaman Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 13
c.
yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya. Ancok dan Suroso (1995) mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal yang positif) kepada Allah. Perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah. Keempat, Religious Knowledge (The Intellectual Dimension). Religious Knowledge (The Intellectual Dimension) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapajauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab sucinya atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapajauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci manapun yang lainnya. paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaranajaran agamanya terutama mengenai ajaran pokok agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya (Ancok dan Suroso, 1995). Kelima, Religious Effect (The Consequential Dimension). Religious effect (the consequential dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Thouless membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu: Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
14 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
1.
Faktor pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanantekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. 2. Pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti: keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia lain (faktor alamiah) seperti menjalin hubungan yang baik pada sesama dengan saling tolong menolong, adanya konflik moral (faktor moral) seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan, dan pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif) seperti perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Tuhan. 3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama terhadap kebutuhan terhadap keagamaan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian. 4. Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu. Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir, sehingga manusia akan memikirkan tentang keyakinankeyakinan dan agama yang dianutnya. (Aswinda Yunitasari, 2006: 36). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi: pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanantekanan lingkungan sosial dalam kehidupan seseorang. Faktor internal sendiri meliputi: pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan seseorang yang mendesak untuk dipenuhi Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 15
seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri dan cinta kasih.
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma deskriptif komparatif kualitatif. Penelitian ini’ dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi dan kondisi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat, serta membandingkan kondisi atau area populasi tersebut. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. MAN Model Kota Jambi Model Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa MAN Model Kota Jambi dalam meningkatkan religiusitas siswanya melakukan berbagai upaya, yaitu sebagai berikut: a. Pembinaan Keagamaan Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh MAN Model Kota Jambi adalah dalam bentuk pemberian bimbingan atau arahan kepada siswa-siswi yang dilakukan oleh para guru secara rutin berkala yaitu setiap hari Sabtu. Adapun materi-materi bimbingan atau arahannya berisi tentang pembinaan akhlak dan perilaku keseharian. Kegiatan ini dilakukan secara massal di halaman madrasah. Selain pembinaan keagamaan yang dilakukan secara rutin pada hari Sabtu, dilakukan pula pembinaan keagamaan yang Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
16 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
b.
c.
d.
terintegrasi ke dalam proses pembelajaran di kelas, terutama pembelajaran mata pelajaran agama. Kegiatan Keagamaan Selain pembinaan keagamaan, MAN Model Kota Jambi pun memprogramkan berbagai kegiatan keagamaan untuk meningkatkan religiusitas siswa-siswinya. Kegiatan keagamaan yang diprogramkan tersebut merupakan program rutin madrasah, baik itu program harian, maupun program dalam masa-masa tertentu. Program kegiatan keagamaan rutin harian meliputi; pembacaan al-Qur’an dan asmaul husna setiap akan memulai belajar. Sedangkan program kegiatan keagamaan rutin yang dilakukan pada masa-masa tertentu yaitu berupa peringatanperingatan hari besar Islam, yaitu isra mi’raj, maulid nabi, nuzul al-qur’an, dan lain sebagainya. Kegiatan ini berisi ceramah agama yang terkait dengan hari besar Islam yang diperingati. Penyuluhan Penyuluhan yang dilakukan oleh MAN Model Kota Jambi merupakan respon dari fenomena yang berkembang akhir-akhir ini terutama terkait dengan maraknya fenomena kenakalan remaja, narkoba dan pergaulan bebas. Penyuluhan ini dilakukan dalam periode tertentu dengan menghadirkan nara sumber yang memiliki kompetensi di bidangnya. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap para siswa agar tidak terjerumus ke dalam fenomena-fenomena tersebut. Penyuluhan yang pernah dilakukan adalah bekerjasama dengan pihak Kepolisian, Dinas Kesehatan dan Badan Narkotika Nasional (BNN). Mengoptimalkan pembinaan keagaman melalui pembelajaran Kegiatan pembelajaran di kelas, terutama pembelajaran mata pelajaran agama, dirancang secara optimal agar pembentukan religiusitas siswa dapat berhasil dengan maksimal. Dimana para guru mata pelajaran terkait dituntut untuk dapat melakukan
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 17
pembelajaran yang mengarah pada tujuan tersebut. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pendidikan agama Islam yang diterapkan di MAN Model Kota Jambi adalah model terpadu dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler, serta sistem boarding school. Kendala Dalam Penerapan Model Pendidikan Agama Islam Kendala yang ditemukan atau yang dihadapi oleh MAN Model Kota Jambi dalam penenerapan model Pendidikan Agama Islam tersebut di atas adalah sebagai berikut; a. Lingkungan Lingkungan merupakan kendala yang sangat berarti dalam penerapan model Pendidikan Agama Islam di MAN Model Kota Jambi. Lingkungan yang terletak di tengah kota ini dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembentukan religiusitas siswa. Derasnya informasi di perkotaan yang turut membentuk sikap para siswa juga merupakan hambatan dalam keberhasilan pembinan religiusitas para siswa di madrasah. Selain itu, mayoritas siswa MAN Model Kota Jambi adalah pendatang dari berbagai daerah di Provinsi Jambi, sehingga lingkungan para siswa adalah lingkungan yang jauh dari orang tua. Dengan demikian, mereka jauh dari pengawasan orang tua mereka. b. Sulitnya komunikasi dengan pihak orang tua siswa Mayoritas siswa MAN Model Kota Jambi adalah pendatang dan hidup jauh dari orang tua. Hal itulah yang menjadi kesulitan bagi pihak sekoah untuk berkomunikasi dengan orang tua siswa terkait dengan program dan kerjasama dalam pembinaan siswa, sehingga keberhasilan pelaksanaan program sekolah dapat terhambat. 3. Upaya Penanggulangan Kendala Dalam Penerapan Model Pendidikan Agama Islam Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
18 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
Dari kendala yang telah disebutkan di atas, pihak MAN Model Kota Jambi melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan model pendidikan agama Islam di sekolah. Adapun penanggulanganya dengan upaya-upaya sebagai berikut; a. Dengan mengadakan pertemuan orang tua secara rutin. Hal ini dilakukan minimal 1 kali dalam setiap semester. Hal ini dilakukan dalam rangka menyampaikan perkembangan prestasi belajar para siswa kepada orang tuanya. Selain itu juga pertemuan ini dimanfaatkan untuk membicarakan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa, serta mencari solusi dan penangananya. b. Selalu mengevaluasi terhadap proses pelaksanaan dari program-program tersebut, dan selalu membicarakan berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka menemukan solusinya.
MAN Olak Kemang Kota Jambi Model Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa Untuk meningkatkan religiusitas siswanya, MAN Olak Kemang Kota Jambi melakukan berbagai program, yaitu sebagai berikut; a. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan untuk meningkatkan reigiusitas siswa di MAN Olak Kemang Kota Jambi adalah Rohani Islam (Rohis). Rohis ini memiliki program membina para siswa untuk dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara sempurna dan memiliki akhlak yang terpuji. Kegiatan rohis ini berbentuk pemberian cermah agama dan arahan, serta praktik-praktik keagamaan terkait masalah ibadah. Selain itu setiap hari Jum’at diadakan kegiatan pembacaan surat Yasin, kemudian dilanjutkan dengan siraman rohani. b. Qira’atul Qur’an di awal Pembelajaran Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 19
Sebelum pembelajaran dimulai, para siswa membaca alQur’an. Hal ini dilaksanakan setiap hari dengan membaca beberapa ayat, kemudian dibahas kandungan dari ayat yang dibacanya. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an kepada para siswa. c. Memberikan teladan kepada siswa Keteladanan bagi MAN Olak Kemang Kota Jambi merupakan program yang utama dalam meningkatkan religiusitas siswa. Bentuk keteladanan yang diberikan adalah dalam hal berbicara, bersikap dan juga keteladanan dalam hal terkait pelaksanaan tata tertib sekolah. d. Mengoptimalkan pembinaan keagaman melalui pembelajaran Kegiatan pembelajaran di kelas, terutama pembelajaran mata pelajaran agama, dirancang secara optimal agar pembentukan religiusitas siswa dapat berhasil dengan maksimal. Dimana para guru mata pelajaran terkait dituntut untuk dapat melakukan pembelajaran yang mengarah pada tujuan tersebut. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pendidikan agama Islam yang diterapkan di MAN Olak Kemang adalah model terpadu dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler dan keteladanan. Kendala Dalam Penerapan Model Pendidikan Agama Islam Dalam penerapan model pendidikan agama Islam tersebut di atas, MAN Olak Kemang Kota Jambi menemukan berbagai kendala. Adapun kendala yang dimaksud adalah sebagai berikut; a. Fasilitas Fasilitas merupakan salah satu dari beberapa kendala yang ditemukan oleh MAN Olak Kemang Kota Jambi dalam penerapan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa. Untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan, seperti shalat dluha Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
20 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
b.
c.
dan shalat zhuhur berjama’ah, serta kegiatan yang lain, MAN Olak Kemang Kota Jambi belum memiliki fasilitas musholla. Kebersamaan dan Komitmen Guru yang Kurang Sebuah program dalam lembaga pendidikan tentunya akan dapat berhasil secara optimal apabila seluruh civitas memiliki kebersamaan dan komitmen yang tinggi. Dalam fenomena di MAN Olak Kemang, komitmen dan kebersamaan seluruh ciitasnya kurang untuk menjalankan model pendidikan agama Islam tersebut, sehingga dapat menghambat dalam keberhasilan program tersebut. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kendala yang ditemukan juga oleh MAN Olak Kemang Kota Jambi. Dimana untuk pelaksanaan model tersebut diperlukan SDM yang mumpuni sesuai yang dibutuhkan untuk pelaksanaan model tersebut. Namun pada kenyataannya, SDM yang ada di MAN Olak Kemang Kota Jambi belum mumpuni secara keseluruhan. Sebagai satu contoh untuk pelaksanaan kegiatan pembacaan al-Qur’an bersama dan mengkaji kandungan dari ayat yang dibaca, belum semua guru memiliki kompetensi untuk memandu kegiatan tersebut sebagai nara sumber.
Upaya Penanggulangan Kendala Dalam Penerapan Model Pendidikan Agama Islam Pihak MAN Olak Kemang Kota Jambi dalam menghadapi kendalakendala selalu berusaha untuk menanggulanginya. Upaya yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah sebagai berikut; a. Sosialisasi Sosialisasi tentang model pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa MAN Olak Kemang Kota Jambi ini dilakukan secara terus menerus terhadap para civitas sekolah dan juga orang tua siswa. Hal ini dilakukan bertujuan untuk terus memberikan pemahaman betapa pentingnya meningkatkan Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 21
b.
c.
religiusitas para siswa. Memanfaatkan fasilitas yang ada Untuk menunjang pelaksanaan model pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa, MAN Olak Kemang Kota Jambi memanfaatkan fasilitas yang ada, dan berusaha untuk memenuhi fasilitas yang belum ada dengan berkoordinasi pada pihak-pihak terkait. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Guru dan Karyawan Untuk meningkatkan SDM guru dan karyawan, MAN Olak Kemang Kota Jambi selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Kantor Kementerian Agama Kota dan Provinsi untuk mengadakan berbagai kegiatan yang dapat menunjang peningkatan SDM guru dan karyawan di lingkungan MAN Olak Kemang Kota Jambi.
MAN 3 Kota Jambi Model Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa Untuk meningkatkan religiusitas siswa, MAN 3 Kota Jambi merancang sebuah model pendidikan agama Islam. Adapun model tersebut terdiri dari beberapa program sebagai berikut; a. Melalui Muatan Lokal Muatan lokal yang dikembangkan di MAN 3 Kota Jambi adalah pendidikan seks dan pendidikan akhlak. Hal itu bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap seks, agar tidak terjerumus ke dalam seks bebas. Kemudian pendidikan akhlak bertujuan untuk membina akhlak siswa agar memiliki akhlak mulia. b. Perhatian dan Keteladanan Para Guru Pihak sekolah memberikan anjuran kepada para guru untuk senantiasa perhatian terhadap siswa-siswanya, dan memberikan keteladanan kepada mereka. Ini merupakan metode yang paling dapat memberikan bekas dalam perilaku para siswa. Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
22 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
c.
Penyuluhan Penyuluhan ini dilakukan terhadap para siswa terkait dengan kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat terlarang. Penyuluhan ini dilakukan bekerjasama dengan beberapa instansi terkait, seperti Kepolisian, Badan Narkotika Nasional (BNN) dan lainlain. Penyuluhan ini dilakukan bersifat incidental. d. Pembacaan Ikrar Siswa Pembacaan ikrar siswa ini dilakukan setiap hari Senin pada waktu pelaksanaan upacara bendera. Ikrar yang dibacanya berisi tentang janji dan pernyataan siswa tentang kedisiplinan dan berperilaku positif demi menjaga nama baik pribadi, sekolah, kluarga, agama, bangsa dan Negara. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pendidikan agama Islam yang diterapkan di MAN 3 Kota Jambi adalah model terpadu dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler dan keteladanan. Kendala Dalam Penerapan Model Pendidikan Agama Islam Dalam penerapan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa di MAN 3 Kota Jambi terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat keberhasilannya. Adapun kendala yang dimaksud adalah sebagai berikut; a. Kebersamaan dan Komitmen Guru yang Kurang Sebuah program dalam lembaga pendidikan tentunya akan dapat berhasil secara optimal apabila seluruh civitas memiliki kebersamaan dan komitmen yang tinggi. Dalam fenomena di MAN 3 Kota Jambi, komitmen dan kebersamaan seluruh civitasnya kurang mendukung untuk menjalankan model pendidikan agama Islam tersebut, sehingga dapat menghambat dalam keberhasilan program tersebut. b. Fasilitas Fasilitas merupakan salah satu dari beberapa kendala yang Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 23
c.
ditemukan oleh MAN 3 Kota Jambi dalam penerapan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa. Untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan, seperti shalat dluha dan shalat zhuhur berjama’ah, serta kegiatan yang lain, MAN Olak Kemang Kota Jambi belum memiliki fasilitas musholla. Dana Untuk melaksanakan sebuah program, tentunya membutuhkan dana. Permasalahan dana ini menjadi kendala dalam melaksanakan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa MAN 3 Kota Jambi.
Upaya Penanggulangan Kendala Dalam Penerapan Model Pendidikan Agama Islam Dari kendala yang ditemukan pada pelaksanaan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa MAN 3 Kota Jambi, pihak sekolah menanggulanginya dengan cara-cara berikut ini; a. Berkoordinasi dengan Komite Madrasah Untuk menanggulangi kendala yang terkait dengan masalah dana dan fasilitas, pihak sekolah melakukan koordinasi dengan Komite Madrasah untuk duduk bersama dalam rangka mencari solusi. Melalui Komite Madrasah, kendala dana dan fasilitas, secara bertahap dapat ditanggulangi. b. Melakukan Sosialisasi Sosialisasi tentang model pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa MAN 3 Kota Jambi ini dilakukan secara terus menerus terhadap para civitas sekolah. Hal ini dilakukan bertujuan untuk terus memberikan pemahaman betapa pentingnya meningkatkan religiusitas para siswa dengan adanya komitmen dan kebersamaan dari seluruh civitas sekolah, demi meningkatkan religiusitas siswa.
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
24 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
Perbandingan model pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa di Madrasah Aliyah Negeri Se-Kota Jambi Setelah mempelajari dan menganalisis, serta membandingkan model pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa yang diterapkan di MAN Se-Kota Jambi, dapat disimpulkan bahwa model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religius siswa yang diterapkan di MAN Se-Kota Jambi dapat dikategorikan ke dalam dua model; pertama, model intra kurikuler, yaitu dengan mengoptimalkan pembelajaran pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa. Kedua, model ekstra kurikuler, yaitu dengan mendesain dan memanfaatkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler, seperti rohis dan kegiatan keagamaan lainnya. Dengan demikian model pendidikan agama Islam yang ideal untuk meningkatkan religiusitas siswa adalah Model terpadu dalam intra dan ekstra kurikuler, keteladanan serta Boarding School. Kesimpulan Dari temuan penelitian dan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Model pendidikan agama Islam yang diterapkan di MAN Se-Kota Jambi adalah sebagai berikut; a. MAN Model Kota Jambi: Model Terpadu dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler serta Boarding School. b. MAN Olak Kemang Kota Jambi: Model Terpadu dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler serta keteladanan. c. MAN 3 Kota Jambi: Model Terpadu dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler serta keteladanan. 2. Kendala yang umum ditemukan oleh MAN Se-Kota Jambi dalam penerapan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa adalah sebagai berikut; a. Lingkungan yang kurang mendukung b. Rendahya komitmen dan kebersamaan civitas madrasah Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 25
untuk mendukung program madrasah dalam mewujudkan religiusitas siswa c. Fasilitas yang kurang memadai d. Dana yang terbatas 3. Upaya penanggulangan kendala yang umum dilakukan dalam penerapan model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa di MAN Se-Kota Jambi adalah sebagai berikut; a. Melakukan sosialisasi secara intensif b. Berkoordinasi dan meningkatkan kerjasama dengan Komite Madrasah c. Melakukan evaluasi secara berkala 4. Model pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religius siswa yang diterapkan di MAN Se-Kota Jambi dapat dikategorikan ke dalam dua model; pertama, model intra kurikuler, yaitu dengan mengoptimalkan pembelajaran pendidikan agama Islam untuk meningkatkan religiusitas siswa. Kedua, model ekstra kurikuler, yaitu dengan mendesain dan memanfaatkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler, seperti rohis dan kegiatan keagamaan lainnya. Dengan demikian model pendidikan agama Islam yang ideal untuk meningkatkan religiusitas siswa adalah Model terpadu dalam intra dan ekstra kurikuler, keteladanan serta Boarding School.
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
26 MAHLUDDIN & ARIS DWI NUGROHO
DAFTAR PUSTAKA Ancok, D dan Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami,. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar Briggs, Lesslie. 1978. Instructional Design. New Jersey: Ed. Techn. Publ. Chabib Thoha, dkk., 1999. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN WS dan Pustaka Pelajar. Erna Listyaningsih, 2009. Upaya Peningkatan Religiusitas Siswa SD Negeri Nogopuro Gowok Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tidak diterbitkan. Marimba, Ahmad D, 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif Moleong, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mukhtar, 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah. Jambi: Sulthan Press Nur Uhbiyati, 2005. Ilmu Pendidikan Mam (IPI). Bandung: Pustaka Setia Pusat Pembianaan Dan Pengembangan Bahasa, Dep. P dan K, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Renika Cipta Syarnubi, 2011. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Religiusitas Siswa Kelas VII Di Mts Negeri Wates Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tidak diterbitkan. Tim Redaksi Fokusmedia, 2006. Himpunan Perundang-Undangan Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia Zakiah Daradjat, dkk., 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Zuhairini, dkk. 1983. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Malang: IAIN Sunan Ampel.
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013