MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY UNTUK PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENDIDIKAN VOKASI Sunaryo Mahasiswa Pascasarjana Magister Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Abstraksi
Masalah tenaga kerja saat ini masih belum terpecahkan, dimana kebutuhan tenaga kerja dunia industri masih belum bisa dipenuhi oleh instansi pendidikan kejuruan selaku pencetak tenaga terampil dan ahli dibidangnya. Kesenjangan ini tentunya harus menjadi alasan untuk mencari pendekatan pembelajaran baru, agar lulusan pendidikan kejuruan dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja di dunia industri atau berwirausaha. Pendekatan pembelajaran yang saat ini sedang digalakkan adalah didirikannya teaching factory pada sekolah-sekolah kejuruan yang harapannya sekolah dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dibidangnya yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan dapat berjiwa mandiri dengan menciptakan lapangan kerja yang baru. Kata Kunci: Model Pembelajaran Teaching Factory, Jiwa Kewirausahaan, Pendidikan Vokasi
jalur yang tepat agar yang dihasilkan
LATAR BELAKANG Peningkatan kualitas daya
manusia
di
Indonesia
benar – benar bermutu dan kompeten
sumber terus
serta bisa bersaing dalam dunia global.
diupayakan dan dikembangkan seiring
Sekolah Menengah Kejuruan
dengan perkembangan jaman yang
yang
semakin global. Peningkatan sumber
pencetak tenaga terampil dan kompeten
daya manusia ini juga berpengaruh
dibidangnya harus bisa selaras dengan
terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
kebutuhan dunia industri untuk bisa
yang merupakan ujung tombak dalam
bersaing. Oleh karena itu peningkatkan
pengembangan sumber daya manusia
sumber daya manusia harus menjadi
harus
prioritas
bisa
berperan
meningkatkan kuantitas.
aktif
kualitas
Upaya
dan
dalam juga
berfungsi
utama
meningkatkan
sebagai
lembaga
dalam
kualitas
rangka
lulusannya.
pengembangan
Rendahnya kualitas lulusan sekolah
tersebut harus terprogram dan melalui
kejuruan berakibat produktivitas tenaga
1
kerja
terampil
di
dunia
industri
industri yang merupakan sasaran dari
semakin terpuruk. Kepercayaan dunia
proses dan hasil pembelajaran sekolah
industri semakin berkurang sehingga
menengah
lulusan yang terserap juga sedikit.
karakter dan nuansa tersendiri. Oleh
Salah satu faktor penyebab
karena
kejuruan
itu
mempunyai
lembaga
pendidikan
adalah kurikulum yang terus berubah
kejuruan dalam proses pembelajaran
menyebabkan
harus
kondisi
di
lembaga
bisa
membuat
pendekatan
pengelola pendidikan kejuruan semakin
pembelajaraan yang tepat dan sesuai
terbebani. Kondisi tersebut secara tidak
dengan keinginan dunia industri. Hal
langsung berakibat lembaga pendidikan
ini juga sesuai dengan misi direktorat
kejuruan
pembinaan
tidak
siap
dalam
SMK
dalam
menghasilkan lulusan yang berkualitas.
memberdayakan
Seharusnya
menciptakan lulusan
Sebagai
lembaga
SMK
rangka dalam
yang berjiwa
pendidikan yang mendidik calon tenaga
wirausaha dan memiliki kompetensi
kerja, keunggulan yang dikembangkan
keahlian
oleh
kejuruan
kerjasama dengan industri dan berbagai
diutamakan pada keunggulan Sumber
entitas bisnis yang relevan dalam
Daya
bentuk ”teaching factory”.
sekolah
menengah
Manusia
(SDM).
Untuk
mencapai hal tersebut SMK harus
melalui
Program
pengembangan
Teaching
memprioritaskan pengembangan sistem
(TEFA)
pendidikan yang berorientasi pada
pembelajaran yang sudah ada yaitu
peningkatan tamatan yang benar-benar
Competency Based Training (CBT) dan
profesional,
kerja,
Production Based Training (PBT).
disiplin dan tetap menjunjung tinggi
Pengertiannya bahwa suatu proses
serta berakar pada budaya bangsa.
keahlian atau keterampilan (life skill)
memiliki
etos
Pendidikan yang paling sesuai
merupakan
Factory
dirancang
dan
untuk meningkatkan hal tersebut adalah
berdasarkan
pendidikan yang berorentasi pada dunia
bekerja
industri
menghasilkan
dengan
penekanan
pada
perpaduan
dilaksanakan
prosedur
yang
dan
sesungguhnya produk
pasar/
untuk sesuai
pendekatan pembelajaran dan didukung
dengan
oleh kurikulum yang sesuai. Dunia
Dalam penjelasan singkatnya teaching
2
tuntutan
yang
standar
konsumen.
factory
adalah
pembelajaran
tamatan
sekolah
menengah
berorientasi bisnis dan produksi. Proses
kejuruan (SMK) mampu menjadi
penerapan program teaching factory
aset daerah dan bukan menjadi
adalah dengan memadukan konsep
beban
bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai
diharapkan
dengan
teaching factory, nantinya banyak
kompetensi
keahlian
yang
daerah.
Lebih
melalui
jauh program
relevan, misalnya : pada program studi
bermunculan
keahlian
wirausahawan yang berasal dari
teknik
otomotif
melalui
kegiatan perakitan, pemeliharaan, dan penjualan
sepeda
motor
lulusan SMK.
yang
dikerjakan oleh peserta didik.
TEACHING FACTORY (TEFA)
1. Kondisi nyatanya bahwa lembaga pendidikan berusaha
kejuruan dan
calon-calon
Teaching factory adalah suatu
senantiasa
bekerja
metoda pelatihan/pengajaran dimana
secara
institusi
sekolah
optimal dalam memotivasi dan
produksi
merespon penyaluran alumninya,
merupakan bagian dari proses belajar
baik sebagai tenaga kerja yang
mengajar.
mengisi lingkup pekerjaan maupun
mengkonversikan wahana pendidikan
yang membuka lapangan kerja
menjadi tempat yang menantang bagi
sendiri. Namun karena minimnya
siswa
informasi
mengembangkan rasa tanggung jawab,
akan
peluang
kerja
atau
melaksanakan
layanan
jasa
Teaching
untuk
meraih
Factory
pengalaman,
merupakan kendala dan kenyataan
akuntabilitas,
pahit yang harus diterima bagi
pengetahuan dan keterampilan bagi
jajaran sekolah yang berada di
kontribusi mereka kepada masyarakat
daerah jauh dari kegiatan bursa
di masa depan.
kerja/
bisnis.
program
Dengan
teaching
adanya
sikap
yang
tingkah
laku,
Teaching Factory bisa menjadi
factory
suatu
konsep
pembelajaran
dalam
merupakan langkah positip yang
suasana sesungguhnya, sehingga dapat
ditawarkan
menjembatani kesenjangan kompetensi
melalui
kebijakan
pemerintah guna mengembangkan
antara
jiwa enterpreneur, dengan harapan
pengetahuan
3
kebutuhan
industri
sekolah.
dan
Teknologi
pembelajaran yang inovatif dan praktek
produksi tersebut tidak ada yang
produktif merupakan konsep metode
dipakai atau di pasarkan, tetapi hanya
pendidikan yang berorientasi pada
semata – mata untuk menghasilkan
manajemen pengelolaan siswa dalam
nilai dalam proses belajar mengajar.
pembelajaran
agar
selaras
dengan
Penyelenggaraan
model
ini
kebutuhan dunia industri. Sangatlah
memadukan sepenuhnya antara belajar
penting, institusi pendidikan/pelatihan
dan bekerja, tidak lagi memisahkan
ini memiliki hubungan kemitraan yang
antara tempat penyampaian materi teori
erat dengan beberapa perusahaan yang
dan tempat materi produksi (praktik).
bergerak di bidang yang sesuai dengan
Bentuk organisasi teaching factory
kajian pendidikan profesi.
menunjukkan sifat perusahaan. Tenaga
Teaching implementasi
factory model
merupakan
pengajar
pembelajaran
merupakan
sinergi
dari
kelompok professional dan pendidik,
Production Based Training. Dalam
yang
pengertian lain bahwa pembelajaran
mengembangkan
berbasis produksi adalah suatu proses
mampu
pembelajaran
atau
masyarakat atas produk atau jasa sesuai
dan
dengan kelompok bidang keahlian
keahlian
ketrampilan
yang
dirancang
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan
diharapkan unit
dapat usaha
memenuhi
yang
kebutuhan
pendidikan kejuruan.
standar bekerja yang sesungguhnya
Dari uraian diatas maka metode
(real job) untuk menghasilkan barang
pembelajaran TEFA lebih mengarah
atau jasa yang sesuai dengan tuntutan
kepada proses pengelolaan manajemen
pasar atau konsumen. Dengan kata lain
di ruang kelas dan ruang praktek
barang yang diproduksi dapat berupa
berdasar prosedur dan standar bekerja
hasil produksi yang dapat dijual atau
di dunia industri yang sesungguhnya.
yang dapat digunakan oleh masyarakat,
Pengertian
sekolah
pembelajaran
kebalikan
atau
konsumen.
dengan
Hal
ini
pembelajaran
ketrampilan
lain
yang
adalah
proses
keahlian
atau
dirancang
dan
berbasis produksi dalam paradigma
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan
lama hanya mengutamakan kuantitas
standar bekerja yang sesungguhnya
produk barang atau jasa tetapi hasil dari
(real job) untuk menghasilkan barang
4
atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar
memfasilitasi
dan
mempromosikan
atau konsumen.
hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan oleh dunia pendidikan. Selain
bertujuan
untuk
meningkatkan
kompetensi
lulusan
TUJUAN TEACHING FACTORY Teaching factory sebagai salah satu model pendidikan dan pelatihan
siswa SMK, barang atau jasa yang
yang diterapkan di SMK memiliki
dihasilkan
beberapa tujuan.
factory juga harus dapat diterima oleh
pengembangan
Dalam roadmap
kegiatan
teaching
2010-2014
masyarakat atau konsumen. Produk
Direktorat PSMK (2009), teaching
maupun jasa yang dihasilkan harus
factory digunakan sebagai salah satu
memenuhi kriteria yang layak jual
model untuk memberdayakan SMK
sehingga dapat menghasilkan nilai
dalam
menciptakan
tambah
berjiwa
wirausaha
kompetensi
SMK
dari
lulusan dan
yang
memiliki
keahlian
untuk
sekolah
(Direktorat
PSMK, 2008:55). Keuntungan yang
melalui
didapatkan
dengan
menambah sumber pendapatan untuk
industri dan entitas bisnis yang relevan.
membiayai kegiatan pembelajaran di
pengembangan
kerjasama
Pembelajaran melalui teaching
dipergunakan
untuk
SMK
factory bertujuan untuk meningkatkan
Dari beberapa kajian teori di
kualitas pembelajaran melalui wahana
atas,
belajar sambil berbuat (learning by
teaching factory memiliki beberapa
doing).
tujuan, yaitu :
Pembelajaran
pendekatan
seperti
dengan ini,
akan
a.
menumbuhkan jiwa entrepreneurship bagi
siswa
(ditjen
mandikdasmen,
b.
pengetahuan
c.
dari
meningkatkan
daya
kompetensi
Meningkatkan
jiwa
Menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang memiliki
lulusan, 2) memberikan kontribusi untuk
Meningkatkan
bahwa
entepreneurship lulusan SMK
memiliki tujuan untuk 1) meningkatkan dan
disimpulkan
lulusan SMK
2009). Selain itu teaching factory
ketrampilan
dapat
nilai tambah
saing
d.
industri manufaktur, dan 3) untuk
Meningkatkan pendapatan sekolah
5
sumber
e.
Meningkatkan
kerja
sama
b.
Proses produksi
dengan industri atau entitas
Order
bisnis yang relevan. PROSES PENERAPAN TEACHING
kemudian order masuk ke bagian
beberapa komponen pendukung agar dapat
dicapai.
administrasi untuk mengetahui biaya
Menurut
produksi
Direktorat PSMK (2008), komponen-
proses
dilaksanakan
ini
hal
membentuk
organisasi
manajemen
melakukan control)
yang ada pada
bertugas
di
produksi
(MR)).
Setiap
yang
untuk kemudian dilakukan pengerjaan
bagian
tahap akhir (finishing) dan diperiksa oleh guru sebagai asesor. Jika barang
(produksi
sudah sesuai dengan order dan tidak
perencanaan dan maintenance and repair
pekerjaan
barang diperiksa oleh setiap bagian,
manajemen, pemasaran, administrasi, bagian
terhadap
(quality
Setelah pengerjaan selesai kemudian
perusahaan. Dalam pembagiannya ada yang
pengawasan
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan.
produksi skala kecil di kelas sesuai bentuk organisasi
Order
Selama proses pengerjaan setiap bagian
yang
adalah
keuntungan.
untuk dilakukan proses pengerjaan.
Pembentukan manajemen TEFA Pada
dan
kemudian masuk ke bagian produksi
komponen teaching factory terdiri atas:
dan
untuk
sesuai dengan perimtaan/standar mutu
di pendidikan Kejuruan diperlukan
siswa
manajemen
konsultan dan fasilitator, jika sudah fix
Pembentukan teaching factory
struktur
atau
dikonsultasikan kepada guru sebagai
FACTORY
a.
konsumen
barang yang akan diproduksi masuk ke bagian
tujuan
dari
ada
bagian
permasalahan
maka
produksi
dianggap selesai.
mempunyai kepala regu yang bertugas mengkoordinir
pekerjaan
stafnya.
c.
Masing-masing mempunyai tanggung
Proses Pemasaran atau Hasil Produksi
jawab di bagiannya dan tidak boleh
Produk barang yang sudah jadi
terjadi kesenjangan antar bagian. Guru
di cek ulang oleh setiap bagian untuk
bertindak sebagai konsultan, asesor dan
kemudian
fasilitator.
disesuaikan
permintaan/standar
6
mutu
dengan dan
persetujuan
konsultan.
pemasaran
menjual
kesepakatan
yang
produk telah
Bagian
yang dilakukannya walaupun masih
sesuai
dalam lingkup yang kecil. Dengan
disetujui
demikian
diharapkan
ada
proses
bersama. Produk pesanan disesuaikan
pelatihan dan pembelajaran kepada
antara mutu yang diinginkan konsumen
setiap siswa untuk bekerja dalam
dengan kondisi barang saat itu, produk
situasi yang sebenarnya.
bukan
pesanan
dipasarkan
umum
melalui
bagian
secara
Dari
segi
pendidikan
teaching
pemasaran.
factory mendidik siswa untuk belajar
Setiap produk yang terjual harus
menerapkan apa yang mereka ketahui
dilaporkan kepada manajer melalui
(learning
bagian administrasi.
menerapkan apa yang mereka lakukan
to
knowing),
belajar
(learning to do), dan belajar untuk d.
Proses Evaluasi Tahap
mengaplikasikan apa yang mereka adalah
ketahui dan mereka lakukan secara
melakukan evaluasi terhadap kinerja
bersamaan untuk kemudian menjadi
setiap bagian. Guru yang berperan
suatu skill bagi mereka yang bisa
sebagai
konsultan
membawa mereka untuk dapat hidup
penilaian
tersendiri
bagian
selanjutnya
sebelum
memberikan kepada
setiap
bermasyarakat
mengevaluasinya
(learning
to
live
together).
bersama untuk kemudian dijadikan sebagai
tolak
ukur
keberhasilan
FAKTOR
job/progress siswa. Dari penilaian ini
PENDUKUNG
TEACHING FACTORY
dapat diketahui kemampuan siswa
Secara
dalam melaksanakan pekerjaannya.
garis
besar
faktor
penting yang menentukan berjalan atau
Beberapa tahap diatas adalah
tidaknya program teaching factory di
gambaran sederhana tentang penerapan
sekolah adalah faktor sekolah dan guru.
teaching factory yang dilaksanakan
Untuk meningkatkan kompetensi siswa
disekolah. Teaching factory menuntut
SMK, pemerintah menargetkan 70
setiap
untuk
persen SMK di Indonesia memenuhi
dan
standar nasional pendidikan (SNP)
bertanggungjawab terhadap pekerjaan
serta berakreditasi minimal B. faktor-
bersikap
orang
yang
terlibat
professional
7
faktor pendukung teaching factory
b.
Faktor Guru
tersebut diantaranya: a.
Guru adalah nahkoda dikelas
Faktor Sekolah
saat proses belajar, karena guru adalah
Sekolah merupakan lembaga formal
yang
diizinkan
orang yang paling tahu tentang kondisi
untuk
saat itu dan bagaimana tindakan yang
mengadakan proses kegiatan belajar
harus
mengajar (KBM). Sekolah bersama
memerlukan perhatian yang serius dari
dengan
semua pihak yang terlibat agar tujuan
dinas
mengembangkan
pendidikan
Teaching
factory
sesuai
yang ditetapkan dapat terlaksana. Guru
pengetahuan
memiliki tanggung jawab yang besar
dan kebutuhan dunia kerja. Sejalan
dalam hal ini, selain sebagai konsultan,
dengan hal tersebut muncul strategi-
asesor
strategi
memiliki tanggung jawab moral kepada
dengan
kurikulum
dilakukan.
perkembangan
baru
untuk
meningkatkan
dan
fasilitator
siswanya
teaching factory. Direktorat pembinaan
terbaik kepada mereka baik dari segi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
pengetahuan maupun ketrampilan yang
melalui
diajarkan.
pendidikan
terkait
memberikan bantuan kepada SMK berupa
kemudahan
izin
memberikan
juga
kualitas sekolah, diantaranya dengan
dinas
untuk
guru
yang
Kualitas seorang guru dapat diukur
untuk
bagaimana
tingkat
keberhasilan
menyelenggarakan pendidikan berbasis
siswanya mengaplikasikan apa yang
produksi dan pengakuan standar mutu
diajarkan gurunya. Guru yang baik
atas produk-produk yang dihasilkan
adalah
guru
yang
mampu
SMK, selain itu dinas pendidikan juga
memaksimalkan
potensi
siswanya,
membantu
memfasilitasi
siswanya
pengembangan
keahlian
untuk
yang diterapkan di SMK. Dengan
berkembang, dan mampu menciptakan
keaktifan
sekolah
kondisi yang kondusif agar siswa
factory
nyaman, senang dan tertarik untuk
dari
memungkinkan
pihak teaching
berjalan dengan baik tidak hanya dari
belajar.
segi pendidikan, tetapi juga dari dunia
membutuhkan sosok guru yang seperti
usaha.
itu, tidak hanya dari gelar yang diperolehnya.
8
Teaching
Dengan
factory
demikian
diharapkan
teaching
factory
dapat
memperoleh prosentase yang besar
terlaksana
dengan
baik
dan
untuk masuk dalam program ini. Siswa
menciptakan kualitas lulusan SMK
yang kurang dalam dua hal tersebut
yang kompeten dan siap kerja.
direkomendasikan untuk mengambil bagian yang termudah.
ELEMEN TEACHING FACTORY Teaching suatu
konsep
factory
merupakan
pembelajaran
pada
c. Media belajar
tingkat yang sesungguhnya, untuk itu
Teaching factory menggunakan
ada beberapa elemen penting dalam teaching
factory
yang
pekerjaan
perlu
kompetensi
atau standard products. Produk ini yang
harus dipahami terlebih dahulu oleh
dikembangkan dalam teaching factory
instruktur
adalah kompetensi- kompetensi yang
Dengan
dalam
pengajaran
media
Produksi dapat berupa industrial order
a. Standar Kompetensi
dibutuhkan
sebagai
untuk proses pembelajaran Pekerjaan
dikembangkan yaitu:
Standar
produksi
dunia
industri.
yang
berbasis
sebagai
pengembangan
media
kompetensi
untuk melalui
fungsi produk, dimensi, toleransi, dan waktu penyelesaian.
kompetensi pada industri diharapkan siswa
siap
menghadapi
tuntutan
d. Perlengkapan dan peralatan
kebutuhan kompetensi dunia industri.
Beberapa
Kompetensi tersebut ditimbulkan dari
hal
yang
perlu
diperhatikan adalah:
interaksi dalam menyelesaikan masalah
1) Pemeliharaan perlengkapan dan
industri.
peralatan yang optimal. 2) Investasi
b. Siswa
3) Manfaatkan untuk memfasilitasi
Penggolongan siswa teaching
pengembangan
factory adalah berdasarkan kualitas akademis
dan
bakat/minat.
siswa
Siswa
bersamaan
kompetensi dengan
penyelesaian pekerjan produksi
dengan kualitas yang seimbang antara
pada tingkat kualitas terbaik.
akademis dan ketrampilan bakat/minat
9
4) Ganti
saat
peralatan
perlengapan
tersebut
dan
menjadi jaminan kompetensi siswa
sudah
secara nasional dan internasional.
tidak efektif untuk kecepatan SIMPULAN
dan ketelitian proses produksi.
Pemerintah terus mendorong sekolah menengah kejuruan (SMK)
e. Pengajar
untuk
Pengajar adalah mereka yang
industry
memiliki kualifikasi akademis dan juga
mereka
dapat
dunia
kapasitas
siswanya
dalam bidangnya, tapi juga mendorong kompetensi gurunya. Sebab, baik siswa
“know how” sekaligus men”supervisi” untuk
meningkatkan
meningkatkan kompetensi
mampu
mentransformasikan pengetahuan dan
proses
dengan
produknya. Upaya ini selain untuk
memiliki pengalaman industri. Dengan demikian
bekerjasama
maupun
menyajikan
gurunya
sama-sama
mendapatkan peningkatan kompetensi
“finished products on time”.
dari hasil kerjasama dengan dunia industri.
f. Penilaian prestasi belajar Dalam belajar, siswa
penilaian
Teaching yang
menilai
berkompeten
melalui
pengembangan
Unit Teaching Factory sebagai salah
prestasi
Factory
Kebijakan
satu
usaha
profesionalisme
meningkatkan dan
menumbuhkan
jiwa kewirausahaan guru, siswa, dan
penyelesaian produk.
staf. Dengan adanya program Teaching Factory merupakan langkah positip
g. Pengakuan kompetensi Teaching
Factory
kompetensi Standar
siswa
National.
siswa
dalam
menyelesaikan
tugas
bawah
standar
kompetensi
nasional.
Pemberian
sertifikat
kompetensi
dari
badan
pemerintah guna mengembangkan jiwa
menggunakan
KOmpetensi
Kemampuan
yang ditawarkan melalui kebijakan
menilai
pekerjaan
lembaga
enterpreneur, dengan harapan tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) mampu menjadi aset daerah dan bukan
di
menjadi beban daerah, yang akan mendukung peningkatan pembangunan daerah masing-masing.
profesi
10
Kesimpulan
yang
dapat
a) Sebagai
upaya
baru
untuk
diambil dari manfaat adanya Program
menemukan sumber finansial
Teaching
baru.
Factory
di
pendidikan
kejuruan dapat dilihat dari beberapa
b) Dapat mengikuti perkembangan
aspek, antara lain: 1.
aktivitas produksi di industri
Aspek pedagogik :
c) Memperkenalkan
a) Menciptakan attitude serta etos
kepada siswa.
didik , membangun karakter meliputi
dini
aspek dan muatan ekonomi
kerja yang positip bagi anak
yang
sejak
d) Menumbuhkan jiwa wirausaha
kreatifitas,
pemula sehingga setelah lulus ,
motivasi positif dalam keja,
bukan hanya berperan sebagai
disiplin dan ketahanan mental
pencari
dalam menghadapi tantangan .
berperan
b) Memberikan
solusi
yang 3.
produk , misalnya asfek desain,
dan
Aspek Sosial:
langsung
proses
pendidikan
disekolah.
yang
Semakin pendeknya masa transisi
berkaitan dengan phisik, emosi,
bagi siswa dalam mengurangi masa
mental, attitude, nilai moral,
antara tahap pendidikan dengan tahap
estetika
kerja produktif.
untuk
siswa
pendidikan
b) Industri dapat membantu secara
c) Menjamin perkembangan yang bagi
penyedia
antara sekolah dan industri .
keuntungan.
seimbang
juga
didasari semangat kebersamaan
peralatan, strategi pemasaran, pelayanan
sebangai
a) Pelaksanaan
bahan,pemakaian
konsep
tetapi
kerja.
menyeluruh tentang arti sebuah
pengolahan
kerja
kepentingan
dirinya dan untuk masyarakat. d) Mencari bentuk integrasi yang
DAFTAR PUSTAKA
kuat antara teori dan praktek
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2006). Peneyelenggaraan SMK Berstandar Nasional dan Internasional. Jakarta:
e) Guru dapat lebih terbuka bebas mengajarkan arti produktivitas. 2.
Aspek Ekonomi :
11
Departemen Nasional.
Pendidikan
Direktorat PSMK. (10 Mei 2008). Kewirausahaan dalam kurikulam SMK. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Wirausaha Kuliner, di Jurusan Teknologi Industri , Fakultas Teknik , Universitas Negeri Malang. Raelin,
J.A. (2008). Work-based learning. San Francisco: Jossey Bass.
Sisjono (2002), Modul Penerapan CBT Secara Konsisten Di SMK, Dirjen Dikdasmen, PPGT Bandung. http://www.scribd.com/doc/32828406/ Penerapan-Teaching-FactoryMenggunakan-Teori-BelajarKonstruktivisme http://www.scribd.com/doc/21814056/ Teaching-Factory-SebagaiPendekatan-Pebelajaran-DiSMK Swasta,
Basu. 2000. Azas-Azas Marketing. Edisi ketiga. Liberty, Yogyakarta
Umar,
Husein. 2000. Metode Penelitian: Aplikasi Dalam Pemasaran, Gramedia pustaka utama, Jakarta.
Umar, Husein. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia pustaka utama, Jakarta. Zamit,
Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekonisia, Yogyakarta.
12