MODEL KOMUNIKASI BHABINKAMTIBMAS DALAM MENJALIN KEMITRAAN KEPADA MASYARAKAT *Rakhmat Ramadhan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari, 0853 4118 7158
[email protected] ABSTRAK Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas membina keamanan dan ketertiban masyarakat. Bhabinkamtibmas ditunjuk selaku pembina keamanan dan ketertiban masyarakat di desa/ kelurahan binaanya. Bhabinkamtibmas selaku dasar acuan adalah Surat Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: B/3377/IX/2011/ Baharkam tanggal 29 September 2011 tentang Penggelaran Bhabinkamtibmas di Desa/Kelurahan. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi permasalahan dalam penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah peranan Bhabinkamtibmas dalam menjaga keamanan dan ketertiban di dalam lingkungan masyarakat . (2) bagaimana model komunikasi Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat. Model komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah informatif, persuasif, koersif. Data yang digunakan data primer adalah data yang diperoleh melalui penelusuran lapangan dan wawancara dengan pihak Bhabinkamtibnas dan masyrakat, masyarakat yang merasakan langsung dengan adanya Bhabinkamtibnas di tengh masyrakat dalam menanggulangi dan menyelesaikan kejahatan yang terjadi di masyarakat. Data yang di peroleh kemudian akan dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam mengetahui model komunikasi yang di gunakan dalam menjalinn kemitraan dengan masyarakat adalah: (a).membimbing masyarakat agar memiliki kesadaran hukum dan kamtibmas dalam lingkungan sosial di masyrakat serta meningkatkan partisipasimasyarakat agar sadar akan pentingnya menjaga keaman dan ketertiban dengan pendekatan komunikasi yang baik. (b). pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat bagi terwujudnya rasa aman dan tentram di masyarakat. Saran yang diberikan penulis, yaitu Kepada peneliti selanjutnya yang menyangkut bentuk pendekatan komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat untuk mengkaji dan menganalisis pada metode yang lain agar melihat aspek-aspek yang melatar belakangi permasalahan yang sama.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Polri adalah sebuah organisasi besar yang termasuk lembaga negara yang bertanggungjawab kepada Presiden RI, yang mempunyai tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya itu, Polri akan dihadapkan pada banyak permasalahan dalam masyarakat yang harus dapat di “manage” agar keamanan dan ketertiban tetap terjaga dengan baik. Ketika Polri gagal melakukan upaya deteksi dini, dan upaya penangkalan terhadap masalah yang akan akan muncul, maka kejahatan akan semakin berkembang. Namun perkembangan yang terjadi pada kejahatan tersebut juga harus diimbangi dengan kemampuan Polri untuk dapat menangani setiap masalah yang terjadi, baik secara pre-emtif, preventif maupun kuratif melalui penangkalan, pencegahan dan penanganan suatu masalah. Masalah kriminal tersebut seperti adanya seks bebas, narkoba, CuranMor, Miras,yang menjadi tujuan utama Bhabinkamtibnas dalam menjaga dan mencegah kejahatan kriminal yang terjadi di masyarakat. Masalah- masalah yang sering terjadi di masyrakat tidak jauh dari adanya lingkungan masyrakat yang kurang dari pantuan dari tokoh tokoh masyrakat seperti di Kos ataupun di tempat hiburan malam, yang rentan akan tindak kekerasan dan kriminalitas sehingga dari hal ini banyak metode yang selalu digunakan Polri untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, namun Polri lebih sering secara tidak langsung menggunakan metode-metode konvensional sebelumnya, yang terkesan militeristik. Dengan perkembangan kondisi social dalam masyarakat saat ini, Polri mulai meninggalkan paradigma lama yang cenderung militeristik tersebut. Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk penangkalan, pencegahan maupun penanganan kejahatan adalah metode Bhabinkamtibmas. Konsepsi dari Bhabinkamtibmas sendiri sebenarnya berangkat dari beberapa kesamaan anggapan, bahwa masyarakat dengan segala potensi, sumber
2
daya dan kekuatan yang di milikinya dapat ikut berkontribusi untuk membantu tugas-tugas kepolisian. Dalam mewujudkannya tentunya diperlukan jalinan hubungan yang harmonis antara polisi dan masyarakat yang bersifat kemitraan yang sederajat, intim, dan saling membutuhkan satu sama lain. Polisi memberikan bimbingan dan menfasilitasi masyarakat agar dapat terwujud kontribusi yang baik, serta terjalin hubungan kemitraan yang sederajat dalam situasi yang saling bersinergi dan saling melengkapi antara Polisi dan masyarakat. Konsep Bhabinkamtibmas adalah sebuah metode kepolisian yang mengadopsi beberapa metode kepolisian yang dikembangkan di banyak negara di seluruh dunia dan juga merupakan salah satu model kepolisian terpenting di Asia. Bhabinkamtibmas mendorong terciptanya suatu kerjasama baru antara Polri dengan
masyarakat
dalam
menghadapi
suatu
permasalahan.
Melalui
Bhabinkamtibmas, maka akan tercipta suatu kemitraan antara polri dengan masyarakat dalam menangani setiap permasalahan sosial, yang pada akhirnya dapat mengurangi kejahatan, memberikan perasaan aman dari kejahatan dan selanjutnya akan terciptan keamanan dan ketertiban masyarakat. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model komunikasi Bhabinkamtibnas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat dan Hambatan dalam menjalankan tugas Bhabinkamtibnas serta model yang di terapkan. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui model komunikasi Bhabinkamtibnas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat.
3
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi diambil dari perkataan Inggris “Communication” istilah ini bersumber dari bahasa latin communicatio yang artinya pemberitahuan, pemberian bagian dalam sesuatu pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya dan ikut mengambil bagian. Dari penjelasan dan pembagian unsur-unsur komunikasi seperti yang telah dikemukakan di atas terlihat bahwa hubungan antara sumber informasi (komunikator) sampai dengan
efek yang ditimbulkan atau akibat dari suatu
komunikasi terdapat tenggang waktu, jarak dan batas sebagai suatu proses. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Schramm (1977: 102-107) bahwa terdapat 3 (tiga) model proses komunikasi dalam kita memperlakukan pesan sebagai sesuatu yang terlepas dari makna yang telah dimiliki oleh masing-masing peserta. Model-model tersebut terdiri atas: 1. Model Komunikasi Dengan Umpan Balik. Model ini menitik beratkan perhatian bahwa pesan diciptakan oleh sumber dan umpan balik diberikan oleh penerima sehingga menimbulkan kesan se-akan-akan komunikasi yang berlangsung itu pada asasnya merupakan komunikasi satu arah saja. 2. Model Komunikasi Umpan Balik. Dalam model komunikasi ini dierlukan sebagai tindakan menyusun sandi (kode) yang mencipatakan pesan yang lain, dimana semua peserta mengolah pesan-pesan yang digunakan bersama sehingga dalam proses keomunikasi semua peserta aktif secara bersama-sama. Model ini pula bermakna bahwa proses komunikasi antara peserta bukanlah merupakan proses menyumbangkan dari hasil menyusun dan menguraikan makna atas pesan yang diterima. 3. Model Komunikasi Antara Manusia Yang Memusat. Model Komunikasi, sebagaimana model timbal balik peserta komunikasi selain mengurakan makna atas pesan yang diterima juga para peserta memakai komunikasi sebagai kekuatan memusat untuk menuju saling pengertian yang lebih besar tentang
4
makna masing-masing pihak, dimana pengutaraan dan penafsiran antara peserta-peserta komunikasi memusat pada titik pengertian yang sama. Dari uraian mengenai model-model komunikasi dari pijakan unsur komunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya komuniasi adalah proses sosial yang sangat azasi sifatnya, sebab hal itu merupakan dasar bagi semua hubungan sosial dan perubahan sosial (Arifin, 1977:19). Konsep Model Komunikasi Model komunikasi merupakan alat untuk menjelaskan atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi. Dalam pandangan Sereno dan Mortensen (dalam Mulyana. 2001:121), suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Oleh karena itu model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Fungsi model komunikasi paling tidak bisa melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki kendala komunikasi dalam perspektif teoritik. Aubrey Fisher, mengatakan bahwa model
adalah analogi
yang
mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model dapat dikatakan sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan. Konsep Bhabinkamtibnas Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Selaku pengemban fungsi kepolisian, Polri melakukan kegiatan pemolisian baik dalam tataran manajemen maupun dalam tataran operasional. Pemolisian dilakukan dengan atau tanpa upaya paksa dalam upaya mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial.
5
Model pemolisian terbagi kedalam 2 kategori yakni pemolisian konvensional (kuno) dan pemolisian kontemporer (kekinian). Pemolisian konvensional mengedepankan penegakan hukum dan cenderung bertindak reaktif layaknya pemadamkebakaran. Sedangkan pemolisian kontemporer lebih mengutamakan pencegahan
(preventif),
pemecahanmasalah,
kemitraan,
dan
yang
berorientasikualitas.
Teori SOR Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksireaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
6
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; Pesan (stimulus, S) Komunikan (organism, O) Efek (Response, R Bagan Kerangka Pikir Model Komunikasi Bhabinkamtibnas Dalam Menjalin Kemitraan Dengan Masyarakat
Teori SOR dari Hovland dalam Effendy, Onong Uchjana 2003
Bentuk komunikasi Bhabinkamtibmas 1. 2. 3.
Informatif- Investigasi Persuasif- Pembinaan Koersif- Penindakan
Hubungan yang harmonis antara kepolisian dan masyarakat
7
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Polres Kota Kendari pemilihan penelitian lokasi ini akan memberikan uraian deskripsi berupa gambaran mengenai model komunikasi Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat Subjek Dan Informan Penelitian Subjek
dalam
penelitian
ini
adalah
para
anggota
kepolisian
Bhabinkamtibmas yang bertugas di Polres Kota Kendari . Adapun informan berjumlah 5 orang anggota Bhabinkamtibnas serta masyarakat sebanyak 5 orang yang tersebar ditiap-tiap polisi sektor orang yang terdiri dari : 1. Bhabinkamtibmas Polsek Kemaraya 2. Bhabinkamtibmas Polsek Kandai 3. Bhabinkamtibmas Polsek Mandonga 4. Bhabinkamtibmas Polsek Poasia 5. Bhabinkamtibmas Polsek Baruga 6. Masyarakat 7. Ketua RT 8. Ketua RW 9. Pemilik Rumah Kos.
HASIL PENELITIAN Model Komunikasi Bhabinkamtibnas dalam Menjalin Kemitraan Dengan Masyarakat Model komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat untuk mencegah adanya tindak kriminal yang terjadi. Pendekatan komunikasi yang di lakukan dalam menjalin kemitraan masyarakat sebagai berikut :
8
pada
1. Pendekatan Informatif Berdasarkah hasil pengamatan penulis dilapangan bahwa model komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan
pada
masyarakat dilakukan salah satunya melalui pendekatan informatif ini. salah satu cara paling tepat digunakan dalam penanggulangan tersebut adalah dengan cara pendekatan komunikasi informatif kepada tiap-tiap warga yang berdomisili ditempat tersebut dengan isi informasi yang benar-benar bisa diterima oleh seluruh warga yang ada. Pendekatan Persuasif Selain pendekatan informatif yang sudah dijelaskan diatas, pendekatan persuasif juga merupakan salah satu solusi pada bentuk pendekatan komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan
pada
masyarakat. Pendekatan persuasif adalah usaha untuk mengubah sikap melalui penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan pendengar. Sehingga komunikasi persuasif lebih jelasnya merupakan komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap receiver melalui penggunaan pesan yang dilakukan sender. Pada pendekatan yang menggunakan strategi komunikasi persuasif adalah bahwa salah satu pendekatan yang digunakan anggora kepolisian adalah pendekatan persuasif ini karena pendekatan ini dianggap merupakan strategi komunikasi yang mengandung unsur bujukan yang tepat meskipun diakui masih saja terjadi pertikaian yang mengakibatkan kerugian bersama. Melakukan Kontak langsung dan mengajak masyarakat untuk tetap menciptakan ketenangan dalam bermasyarakat adalah merupakan salah satu bentuk pendekatan komunkasi persuasif yang di lakukan oleh anggota Kepolisian dalam menjalin kemitraan pada. Komunikasi persuasif merupakan salah satu bentuk
penerapan
komunikasi
antar
9
personal
Polresta
Kendari
pada
penanggulangan sikap anarkis masyarakat,
Polri sebagai penegak hukum
menggunkan komunikasi tersebut melalui peran anggota Bhabinkamtibmas. Pendekatan Koersif Selain pendekatan informatif dan persuasif yang sudah dijelaskan diatas, pendekatan koersif juga merupakan salah satu solusi pada bentuk pendekatan komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengajukan kesimpulan penelitian adalah bahwa Model Komunikasi dalam menjalin kemitraan
pada masyarakat adalah dengan melakukan
tiga pendekatan
komunikasi yang terdiri dari : 1. Pendekatan informatif bahwa bentuk pendekatan komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan
pada masyarakat
salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan komunikasi informatif, namun pada kenyataannya tidak jarang pendekatan informatif ini membawa permasalahan tersendiri yang mengakibatkan pendekatan lain perlu dilakukan. 2. Pendekatan persuasif adalah dengan menggunakan pendekatan komunikasi persuasif
yang mana bagi sebagian masyarakat
pendekatan persuasif
tidak mengindahkan
tersebut yang dirasakan belum bisa membawa
perubahan. 3. Pendekatan koersif. Pendekatan koersif tersebut dilakukan langsung pada masyarakat setelah pendekatan komunikasi yang lainnya telah dilakukan dan tidak mendapatkan perubahan.
10
SARAN kepada peneliti selanjutnya yang menyangkut bentuk Model Komunikasi dalam menjalin kemitraan pada masyarakat untuk mengkaji dan menganalisis pada metode yang lain agar melihat aspek-aspek yang melatar belakangi permasalahan yang sama.
11