ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP IPM (Studi Pada Wilayah Jawa Timur Periode 2009 – 2013) Mochammad Hasan Basri Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email :
[email protected]
ABSTRAK Pembangunan ekonomi memiliki peranan penting bagi setiap negara yang ingin memperbaiki kondisi perekonomiannya. Terutama negara berkembang seperti Indonesia, dengan banyaknya populasi di Indonesia membuat kondisi masyarakatnya juga perekonomiannya menjadi lebih sulit untuk disamaratakan. Perbedaan kondisi antar wilayah juga membuat perekonomian ikut terpengaruh dan daya saing antar wilayah menjadi semakin besar. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) jika kondisi wilayah dan masyarakatnya berbeda beda apakah nantinya akan mengalami kesulitan dan bagaimana cara mengatasinya. Wilayah dalam penelitian ini adalah Jawa Timur. Permodelan dalam melihat dampak dari adanya pembangunan ekonomi ini di definisikan dalam 3 variabel yaitu pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pembangunan dan tingkat pengangguran terbuka. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif agar dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian. Dari hasil penelitian ini, di peroleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan bberpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM sedangkan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pembangunan, tingkat pengangguran terbuka
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh semua negara yang memungkinkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi suatu negara meningkat maka akan berimbas kepada semua aspek yang ada di dalam Negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan usaha negara jangka panjang menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan Nasional suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai peningkatan total output suatu perekonomian yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk yang membuat output per kapita dan standar kehidupan terangkat (Case & Fair, 2007:41). Provinsi Jawa Timur memiliki posisi strategis di bidang industri karena terletak di antara Jawa Tengah dan Bali sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri dan perdagangan. Kinerja perekonomian Jawa Timur selama periode 2006-2013 cukup baik, terrlihat dari nilai PDRB yang tumbuh pada laju rata-rata 6,32 persen per tahun. Laju ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada angka 5,90 persen per tahun pada periode yang sama. Di tingkat wilayah, Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan output PDRB terbesar kedua setelah DKI Jakarta dengan sumbangan sebesar 25,28 persen terhadap pembentukan PDRB Wilayah Jawa-Bali dan sebesar 14,88 persen terhadap pembentukan PDB nasional (2013) Hal ini tidak lepas dari peranan kawasan baru yaitu Kawasan Gerbang Kertasusila yang terdiri dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan yang mana dalam tahun ke tahun sanggup untuk memberikan kontribusi terhadap PDRB Jawa Timur hampir mencapai 50% Peran wilayah kawasan Gerbang Kertasusila yang semakin meningkat sebagai penggerak dan sekaligus kontributor pembangunan ekonomi di Jawa Timur, tidak dapat dilepaskan dari kenerja pembangunan ekonomi masing masing kabupaten/kota. Gerbang Kertasusila memberikan sumbangan PDRB terhadap Provinsi Jawa Timur pada tahun sebesar 2005 sebesar 43, 67%, dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 45,25% dan tahun 2008 sebesar 44,57%. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah ini berkembang semakin produktif dan sangat kompetitif di bandingkan wilayah lainnya di Provinsi Jawa Timur. Namun hal ini juga berdampak pada kesenjangan pendapatan antar wilayah dimana Kota Surabaya yang menjadi pusat dari kawasan Gerbang Kertasusila
1
meninggalkan jauh kota kota satelit di sekitarnya, bisa di lihat dari gambar di atas bahwa PDRB Kota Surabaya 60x lebih banyak dibandingkan kota Mojokerto. Sebagai pusat dari roda yang menggerak kan kawasan Gerbang Kertasusila tentu Kota Surabaya memegang peranan penting dari aktivitas kegiatan ekonomi kota kota satelit di sekitarnya, bias di lihat dari gambar diatas, pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu menunju kearah yang positif dan hasilnya bahkan di tahun 2013 triwulan II, Kota Surabaya mampu menggeser Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan juga diatas Nasional, Kawasan Gerbang Kertasusila merupakan salah satu kawasan aglomerasi di Provinsi Jawa Timur (Landiyando, 2005). Di mana kawasan ini dari tahun 2009 dan 2011 selalu mengalami kenaikan. Kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian tetap menjadi pendukung utama dalam pembentukan PDRB Jawa Timur, baik pada tahun 2007 maupun pada tahun 2011. Pada tahun 2011, Kota Surabaya memberikan kontribusi tertinggi sebesar 27,30%, di ikuti oleh Kabupaten Sidoarcok 7,65%, Kab Gresik 4,98%, Kab Mojokerto 2,47%, Kab Lamongan 1,56%, Kab Bangkalan 0,98% dan terendah pada Kota Mojokerto 0,37%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kota Surabaya memiliki kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan Gerbang Kertasusila yang lain yang jauh dibawahnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini di harapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana pada saat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah meningkat akan mengurangi ketimpangan di dalam wilayah tersebut, akan tetapi pertumbuhan ini harus diimbangi dengan pemerataan pendapatan per kapita bagi seluruh masyarakat daerah tersebut. PDRB perkapita kabupaten /kota di Kawasan Gerbang Kertasusila, Propinsi Jawa Timur mempunyai perbedaan yang signifikan dan setiap tahunnya menunjukan peningkatan. Kota Surabaya memiliki PDRB perkapita tertinggi dibandingkan kabupaten / kota lainnya. Sedangkan Kabupaten Bangkalan memiliki nilai PDRB perkapita terendah. ). Ketimpangan ekonomi ini tidak lantas terjadi karena peran pemerintah namun juga disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya alam antar kota/kabupaten dan juga perbedaan kondisi demografi yang terdapat di masing masing wilayah sehingga dengan adanya perbedaan ini, kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga akan menghasilkan hasil yang berbeda. Kota Surabaya di untungkan dengan adanya pelabuhan yang bisa menghubungkan ke jalur perdagangan Dalam dan Luar Negeri sehingga tentunya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonominya, belum lagi Kota Surabaya di kelilingi oleh kota kota lainnya sehingga menjadi pusat ekonomi kota/kabupaten di sekitarnya. Sehingga dampaknya bagi kota satelit adalah banyak masyarakat usia produktif lebih memilih untuk bermigrasi ke kota Surabaya dan meninggalkan tempat tinggalnya, ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada di Kota Surabaya sendiri, persaingan akan semakin ketat dan dampaknya pengangguran pun bertambah. Rata-rata kota/kabupaten di Jawa Timur memiliki nilai TPT di bawah rata rata TPT nasional sebesar 6.14%, yang menandakan bahwa kota/kabupaten di Jawa Timur memiliki roda perekonomian yang lebih baik karena dapat menyerap tenaga kerja daripada Nasional Rata-rata IPM kota/kabupaten di Jawa Timur memiliki rata rata yang cukup baik, pada tahun 2009, Kota Surabaya mempunyai nilai IPM sebesar 76.36 dan terus naik tiap tahunnya sampai di tahun 2013 nilai IPMnya menjadi 78.97. Sama halnya dengan 4 kota/kabupaten diatas, yang terus mengikuti tren positif dan memiliki nilai rata rata yang hampir sama yakni nilai IPM di atas 76 Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh dari hasil dari adanya pembangunan ekonomi di kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur. Untuk itu penulis kemudian mengambil judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Ketimpangan Pembangunan dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap IPM (Studi pada Wilayah Jawa Timur Periode 2009 – 2013)” Menurut uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, ketimpangan wilayah dan tingkat pengangguran terbuka terhadap IPM di wilayah Jawa Timur
B. KAJIAN PUSTAKA Teori Pembangunan Aliran neo-klasik mempelajari tingkat bunga yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pad saat ini dan saat yang akan datang. Pendapat neo-klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut: a. Adanya akumulasi capital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi Menurut neo-klasik, tingakat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat investasi. Tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi dan sebaliknya. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional. Perubahan teknologi menurut neo-klasik adalah penemuan-
2
penemuan baru yang mengurangi penggunaan tenaga buruh atau relatif lebih bersifat “penghematan buruh” (labor saving) daripada penghematan kapital (capital saving). Jadi kemajuan-kemajuan teknik akan menciptakan permintaan yang kuat akan barang-barang kapital. b. Perkembangan sebagai proses yang gradual Perkembangan merupakan proses yang gredual dan terus menerus. Alfred Marshall menganggap bahwa perekonomian sebagai suatu kehidupan organik yang tumbuh dan berkembang perlahan-lahan sebagai proses yang gradual. c. Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif ialah proses ini meliputi berbagai faktor dimana faktor-faktor itu tumbuh bersama-sama. Marshal menggambarkan harmonisnya perkembangan itu karena adanya internal economies dan external economies. Intrnal economies timbul karena adanya kenaikan skala produksi yang tergantung pada sumber-sumber dan efisiensi dari perusahaan. External economies tergantung pada industri pada umumnya yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan antar industri. Internal economies merupakan hasil dari adanya mesin-mesin yang lebih luas, managemen yang lebih baik dan sebagainya sehingga ada kenaikan poduksi. External economies timbul karena kenaikan produksi pada umumnya dan ada hubungannya dengan pekembangan pengetahuan dan kebudayaan selain itu meliputi timbulnya industri-industri cabang yang saling membantu satu sama lain demi kelancaran produksi, timbul fasilitas-fasilitas transpor dan perhubungan yang modern. Marshal menekankan pada sifat saling ketergantungan dan kontemporer dari perekonomian
Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi klasik merupakan salah satu dasar dari teori pertumbuhan yang dipakai baik dari dulu sampai sekarang. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi seperti Adam Smith dan David Ricardo. Menurut Smith (dalam Arsyad,1999) membedakan dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu : Pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total sistem produksi suatu negara dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Sumber Daya Alam yang Tersedia Apabila sumber daya alam belum dipergunakan secara maksimal maka jumlah penduduk dan stok modal merupakan pemegang peranan dalam pertumbuhan output. Sebaliknya pertumbuhan output akan terhenti apabila penggunaan sumber daya alam sudah maksimal. 2. Sumber Daya Insani Jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan angkatan kerja yang bekerja dari mayarakat. 3. Stok Barang Modal Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal Indeks Williamson Pada awal pembangunan akan terjadi disparitas regional yang tinggi dan pembangunan hanya terpusat pada daerah-daerah tertentu. Menurut Williamson (1965) pada tahap awal pertumbuhan ekonomi yang lebih maju maka keseimbangan antar daerah dan disparitas akan berkurang dengan signifikan. √ Dimana : Yi = PDRB perkapita di daerah Xi Y = PDRB perkapita rata – rata daerah X Fi = jumlah penduduk di daerah Xi N = keseluruhan jumlah penduduk daerah X Menurut Kuncoro (2004), adanya perbedaan karakteristik dan hetergenitas merupakan salah satu faktor terjadinya kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu pemerintah pusat harus melakukan berbagai cara untuk menutup celah ketimpangan antar wilayah maupun antar kawasan. Cara-cara yang bisa dipakai adalah
3
mentransfer sumber daya manusia yang potensial dan memberikan teknologi baru untuk meningkatkan kinerja daerah sehingga pertumbuhan ekonomi akan berjalan dengan cepat 2.1.4.
Teori U-terbalik Kuznet
Data data ekonomi periode 1970 – 1980, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan terutama di LDS (Less Developing Countries), terutama di negara negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, seperti Indonesia, menunjukan seakan akan korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan produk domestik bruto, atau semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Dalam jangka pendek ada korelasi positif antara pertumbuhan pendapatan perkapita dengan kesenjangan pendapatan. Namun dalam jangka panjang hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif. Artinya, dalam jangka pendek meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya kesenjangan pendapatan, namun dalam jangka panjang peningkatan pendapatan akan diikuti dengan penurunan kesenjangan pendapatan
C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan sebuah studi hubungan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2005) menjelaskan mengenai metode diskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Usaha mendiskriptifkan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisisnya. Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungannya satu dengan lain dalam aspek-aspek yang diselidiki. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 38 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel dimana anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang berdasarkan atas pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Cirinya adalah sampel sesuai tujuan, jumlah sampel tidak dipersoalkan, dan unit sampel disesuaikan dengan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan metode pengambilan sampel diatas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kabupaten dan kota di Jawa Timur Spesifikasi Model Model yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan bentuk pengembangan dari fungsi CobbDouglas, yaitu suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih variabel (dependent dan independent variable). Model fungsi Cobb-Douglas lebih mudah dipahami dan dioperasikan. Secara matematis, fungsi produksi CobbDouglas dapat dituliskan sebagai berikut:
4
…………… (3.1) = Output agregat = Infrastruktur = Error dari model
Dimana:
= Konstanta = Tenaga Kerja
Dengan memecah modal Pembangunan ekonomi menjadi 3 (tiga) variabel yang akan diteliti, yaitu pertumbuhan ekonomi, ketimpangan ekonomi dan tingkt pengangguran terbuka. Dengan demikian, diperoleh model sebagai berikut: …. (3.3) = IPM = Ketimpangan Pembangunan
Dimana:
= Pertumbuhan Ekonomi = Tingkat pengangguran terbuka
Definisi Operasional Variabel Terdapat empat variabel yang akan diamati dalam penelitian ini, terdiri dari satu variabel terikat (dependent variable) dan tiga variabel bebas (independent variable), adapun keempat variabel tersebut adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Ekonomi ( ), Ketimpangan Pembangunan ( ) dan Tingkat pengangguran terbuka ( ) sebagai variabel bebas serta IPM ( ) sebagai variabel terikat a.
b.
c.
d.
Pertumbuhan Ekonomi Untuk melihat pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui PDRB perkapita suatu kota/kabupaten dimana PDRB ini berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi Ketimpangan Pembangunan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi diukur dengan menggunakan rumus Indeks Williamson, dimana pendapatan diukur dengan menggunakan PDRB per kapita untuk setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Sedangkan Indeks Ketimpangan Pembangunan Ekonomi ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 < VW < 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Data IPM yang digunakan adalah data IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2009 – 2013
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data di peroleh dengan cara dokumentasi, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data data yang tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dari berbagai sumber antara lain bps jawa timur, buku-buku dan jurnal jurnal yang terkait dengan penelitian ini Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis chi-square. ChiSquare disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. Uji kai kuadrat (dilambangkan dengan “χ2” dari huruf Yunani “Chi” dilafalkan “Kai”) digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen maupun dependennya berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat diskrit. Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (o) dengan frekuensi yang diharapkan (e). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ2 ). Pengujian Model Pengujian model dilakukan melalui dua criteria, yakni kriteria ekonomi dan kriteria statistik. Kriteria ekonomi bertujuan untuk melihat kecocokan tanda dan besaran koefisien penduga dengan teori (common sense).
5
Dalam model ini, dapat dikatakan bahwa secara teori semua jenis infrastruktur (sarana dan prasaran) perkeretaapian mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Uji signifikan untuk masingmasing variabel bebas dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square pada suatu tingkat keyakinan (1-alpha ( )). Uji ini dilakukan untuk melihat apakah nilai koefisien yang dihasilkan berbeda signifikan dengan nol. Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai dengan nilai . Jika , maka diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dan independen. Sedangkan jika , maka ditolak dan menerima , artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dan independen
D. SITUASI SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH JAWA TIMUR
Surabaya sebagai ibukota provinsi sekaligus pusat kegiatan ekonomi di wilayah Jawa Timur. Sektor perdagangan di kota Surabaya menjadi sangat dominan karena adanya pelabuhan internasional Tanjung Perak. Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok dan juga merupakan pusat perdagangan di Indonesia bagian timur. Pelabuhan Tanjung Perak telah memberikan suatu kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan penting, tidak hanya bagi peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga bagi seluruh Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari peran pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia, yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan menuju Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian nasional. Ini juga tidak terlepas dari adanya program Gerbang Kertasusila yang menjadikan Kota Surabaya sebagai pusat perekonomian, pada tahun 2011 Gerbang Kertasusila menyumbang hampir 50% dari total PDRB di Jawa Timur, yaitu sebesar 45.31% pada tahun 2011 dan 27.30% dari total sumbangan PDRB Jawa Timur dimiliki oleh Kota Surabaya. Populasi Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2015 sebesar 38.847.561 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk lebih dari 820 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Jawa Timur masih bertumpu di Kota Surabaya yakni sebesar 13,64 persen dan Kabupaten Malang sebesar 15,27 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Surabaya yakni sekitar 8.570 jiwa per . Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama lima tahun terakhir (2010-2015) Provinsi Jawa Timur sebesar 0,67 persen lebih rendah dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kabupaten Sidoarjo 1,66 persen. Pdrb
PDRB Gerbang Kertasusila 2013 2012 2011 2010 2009 0
2
4
6
8
Kab Mojokerto Lamongan
Sidoarjo
Mojokerto
Gresik
Bangkalan
10
12
14
16
Surabaya
6
Terlihat PDRB Kawasan Gerbang Kertasusila tiap tahunnya mengalami fluktasi namun tetap berperan dalam pembentukan PDRB Jawa Timur karena mengandalkan Kota Surabaya sebagai penggerak roda ekonomi kota/kabupaten di kawasan Gerbang Kertasusila, disini bisa terlihat bahwa ketergantungan terhadap Kota Surabaya masih sangat tinggi sehingga nantinya akan ada kesenjangan atau disparitas antar kota/kabupaten terutama yang tidak termasuk kawasan Gerbang Kertasusila, total dari sumbangan 31 Kota/Kabupaten di luar kawasan sebesar 54.69% yang berarti bahwa rata rata setiap Kota/Kabupaten hanya menyumbang sebesar 1,5% dari total PDRB Jawa Timur.
Indeks Williamson Jawa Timur
Indeks Williamson 1.2 1 0.8 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Indeks Willamson
Ketimpangan Pembangunan di Jawa Timur selama 6 tahun (2008 – 2013) terus mengalami kenaikan yang artinya bahwa pemerataan pembangunan di Jawa Timur masih sangat jauh dari hasil yang memuaskan, angka 1 pada Indeks Williamson menunjukkan bahwa Ketimpangan Pembangunan di Jawa Timur masih sangat tinggi namun meskipun demikian pdrb perkapita kota/kabupaten mengalami kenaikan meskipun daerah daerah kecil terkesan melambat, ini sesuai dengan Teori Kuznet „U Terbalik‟ yang menyatakan bahwa semua negara berkembang akan mengalami disparitas/ketimpangan pembangunan namun lama kelamaan nantinya disparitas tersebut akan mengecil. TPT Jawa Timur
TPT Jawa Timur 12
10 8 6 4 2 0 2009
2010
Surabaya
2011
Sidoarjo
Malang
2012
Gresik
2013
Kediri
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur juga mengalami hal yang tidak berbeda dengan variabel Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan, Berfluktuasi dengan kisaran angka yang tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lain. Kondisi Jawa Timur
7
Chart Title 80 60
40 20 0 2009
2010
2011
Pertumbuhan
Ketimpangan
2012 TPT
2013
IPM
Dari 5 tahun ke belakang, tahun 2009 sampai dengan 2013, Jawa Timur mengalami fluktuasi dalam beberapa segi diantaranya adalah Pertumbuhan ekonomi dengan PTPnya. IPM sangat bagus karena semua kota/kabupaten mengalami peningkatan meskipun ada yang tinggi maupun berjalan lambat. 6 tahun kebelakang dilihat melalui Indeks Williamson masih mengalami ketimpangan yang sangat tinggi karena mencapai angka >1 meskipun begitu, banyak kota/kabupaten yang masih bisa berkembang meskipun tumbuh tidak secepat kota/kabupaten yang letak wilayahnya strategis, seperti Kabupaten Bangkalan yang berada di kawasan wilayah Gerbang Kertasusila dengan nilai pertumbuhan sebesar 10.33% dan TPT sebesar 4.18% dan Kabupaten Bojonegoro yang berada di luar wilayah kawasan Gerbang Kertasusila dengan nilai pertumbuhan sebesar 8.01% dan TPTnya 6.04 pada tahun 2013. Meskipun begitu rata rata 38 kota/kabupaten ini mengalami peningkatan dalam pertumbuhan dan penurunan dalam TPT meskipun tiap tahunnya ketimpangan pembangunan semakin tinggi, ini membuktikan bahwa kesuksesan program program pembangunan yang digalakan oleh Pemerintah Kota masih bisa berjalan. E. IMPLIKASI Ketimpangan Pembangunan di Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu dan masih berada di kisaran angka 1, menurut Becker (Tarmidzi, 2012) yang menyatakan bahwa ketimpangan berpengaruh negatif terhadap nilai IPM dimana semakin tinggi ketimpangan suatu daerah maka nilai IPM di daerah tersebut akan kecil namun di Indonesia khususnya di Jawa Timur selama kurun waktu 5 tahun, meskipun ketimpangan pembangunan antar daearah mencapai kisaran angka >1, nilai IPM nya masih terus meningkat, ini dikarenakan masyarakatnya sendiri mempunyai pendapatan dari adanya UMKM di masing masing wilayah nya sendiri, meskipun wilayah dengan daerah yang sulit terjangkau atau terpencil namun dengan adanya pendapatan dari UMKM ini secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai IPM di wilayah tersebut. Dengan adanya UMKM ini masyarakat jadi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya seperti membayar biaya pendidikan, biaya kesehatan dan juga memiliki pendapatan yang nantinya bisa di belanjakan untuk kebutuhan hidup UMKM di wilayah Jawa Timur saat ini mencapai 4,2 juta UMKM, dimana 85,09% merupakan usaha mikro; 14,19% merupakan usaha kecil; 0,57% usaha menengah dan hanya 0,15% berupa usaha skala besar. Usaha sektor UMKM telah membantu pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dengan menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 53,4% atau setara dengan Rp 415,7 trilyun, oleh karena itu sektor UMKM memiliki peranan yang strategis bagi perekonomian di Jawa Timur. Sektor UMKM memiliki pola usaha yang bersifat unik, karena lebih banyak dikerjakan dalam lingkup sektor informal, dimana 30% usaha UMKM memenuhi kriteria layak (feasible) dan bankable, sedangkan 70% sisanya hanya memenuhi kriteria layak (feasible) akan tetapi belum bankable. Sejumlah survey menunjukkan bahwa 80% usaha kecil di Indonesia memiliki pinjaman usaha, 92% pelaku usaha berharap memperoleh pinjaman tambahan, 66% pelaku usaha berniat menggunakan pinjaman tambahan dan 65% usaha UMKM berpotensi menambah karyawan baru. Survey tersebut menunjukkan bahwa usaha sektor UMKM sangat membutuhkan pendampingan permodalan dari lembaga perbankan, walaupun kenyataannya masih banyak usaha sektor UMKM yang belum memiliki akses dengan lembaga perbankan yang disebabkan oleh lemahnya pada teknis perbankan, padahal faktor kesulitan usaha sektor UMKM justru pada unsur permodalan yaitu 51,09%, oleh karena itu perlu dirumuskan kebijakan strategis untuk mengembangkan sektor UMKM melalui pembiayaan lembaga perbankan. F. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan Ekonomi membuat masyarakat memiliki pendapatan berlebih yang bisa di gunakan untuk keperluan lain dan meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat, hal ini sesuai dengan
8
2.
3.
penelitian yang dilakukan oleh Suahasil Nazara (1994) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan mutu modal manusia yang mana juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya Angka IPM di Jawa Timur rata rata hampir sama antar daerahnya yang mengartikan bahwa meskipun Ketimpangan Pembangunan terjadi dan pembangunan infrastruktur tidak merata namun dampaknya pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tidak serta merta merugikan, justru sebaliknya, Jika dilihat berdasarkan Teori Kuznet yang menyatakan bahwa pada awal pembangunan maka tingkat ketimpangan akan sejalan dengan PDRB itu sendiri dimana ketika PDRB meningkat maka ketimpangan juga akan sejalan. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia yang masih berada dalam proses pembangunan yang belum mencapai puncaknya sehingga antara ketimpangan dan PDRB masih sejalan. PDRB sejalan dengan IPM sehingga nilai ketimpangan pembangunan bernilai positif dengan IPM Tingginya angka pengangguran yang mengakibatkan masyarakat tidak mempunyai pendapatan dapat mempengaruhi kualitas masyarakat itu sendiri, karena tidak mempunyai pendapatan, lantas masyarakat tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan memperbaiki kualitas sdmnya seperti membayar biaya pendidikan dan kesehatan G. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, beberapa upaya perlu dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul antara lain :
1. 2.
3.
Pemberian bantuan baik pinjaman modal atau penyuluhan yang di lakukan pemerintah atau aparat setempat untuk berjalannya UMKM di daerah. Pembukaan lapangan pekerjaan baru dan di sesuaikan dengan kondisi kabupaten/kota masing masing, contoh : sekarang ini ada peningkatan dan pembangunan koperasi koperasi khususnya yang berhubungan dengan sumber daya alamnya, seperti tambak ikan, dan proses pembuatan garam di Madura Pembangunan Ifrastruktur yang nantinya akan membantu kelancaran masyarakatnya dalam melakukan kegiatan ekonomi, contohnya : Pembangunan Jalan dari desa menuju tempat koperasi atau bulog agar mempermudah transaksi
9
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rozany Nurmanah. 1999. Kesejangan Pengeluaran Pembangunan Antar Wilayah dan Propinsi di Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Volume XLVII, Nomor 4. Adiwiyana, Prima. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN Baltagi, Badi H., 2005. Econometric Analysis of Panel Data. 3rd Ed. West Sussex: John Wiley and Sons Ltd Barro, Robert J & Xavier Sala-i-Martin.2004. Economic Growth. Edisi Kedua Badan Pusat Statistik 2013, Jawa Timur Dalam Angka 2013. Surabaya: BPS Jawa Timur Badan Pusat Statistik 2013, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013. Surabaya: BPS Jawa Timur Bosman, Pieter. 2010. The Impact of Human Capital Development on Economic Growth. Studia Universitasis Babes-Bolyai, Oeconomica Vol. 55 Issue 1: 21-40. South Africa: North West University Case, karl E. & Fair, Ray C.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi 8 Deterjemahkan Oleh Y. Andri Zaimur. Erlangga; Jakarta Depnaker. (2004). Penanggulangan Pengangguran di Indonesia. Majalah Nakertrans Edisi-03 TH. XXIV- Juni Gujarati, Damodar.1999. Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga. Handoko, Upal 1986. Regional Income Disparities in Indonesia, Ekonomi Keuangan Indonesia vol XXXiV No. 3 Jakarta hal 285-306 Irawan dan Suparmoko. 1983. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE UGM. Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Erlangga, Jakarta Landiyanto, Erlangga Agustino, 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya. Cures Working Paper, No. 05/01
Era Otonomi
Muhammad Nasir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mopangga, Harwin. 2010, Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Nazara, Suahasil. 1994. Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia: Suatu Aplikasi Fungsi Produksi Agregat Indonesia, 1985-1991. Jakarta:LP3ES Nurhuda, Rama et.al. 2011. Analisis Ketimpangan Pembangunan (Studi Di Provinsi Jawa Timur Tahun 20052011) Rima Prihartanti. 2008. Analisis kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan: Studi Kasus antar Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Skripsi S1 IESP Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang. Ravenstein, E.G. 1885 The Laws of Migration. Journal of The Royal Statistical Society. No.48.pp.167-227
10
Simanjuntak, Payaman J, 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, BPFE UI, Jakarta Society. No.48.pp.167-227 Rizki, Radewa. 2013. Pengaruh Upah Minimum, PDRB, dan Populasi Penduduk Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka: Studi Kasus Gerbang Kertasusila 2007-2012. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi UNIBRAW. Malang Sharp, Ansel M, Charles A. Register and Paul W. Cerimes. 1996. Ekonomic of Social Issue. Edisi ke-12. Richard D. Irwin. Chicago. Sjafrizal 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Jakarta, Jurnal Buletin Prisma Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan (Prblematika dan Pendekatan). Jakarta: Salemba Empat. Todaro Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta Tulus H. Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Williamson. J.G., 1965. Regional Inequality and the Process of National Development: a Description of the Patterns.” Economic Development and Cultural Change. Chicago: University of Chicago Press
11