ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEMILIK USAHA DAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI BERSKALA KECIL DI KOTA KEDIRI (Studi Kasus Pada Industri Pengolahan Tahu Poo di Kota Kediri) Tegar Dwiangga R Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Industri kecil merupakan pilar utama dalam pengembangan ekonomi daerah. Pada konteks aktivitas produksi yang dilakukan Industri kecil khususnya perusahaan tahu di Kota Kediri selama ini tidak mengalami permasalahan, kondisi tersebut didukung oleh kemudahan para pemilik usaha untuk mendapatkan bahan baku. Oleh karena itu, keberadaan industri kecil khususnya pada perusahaan tahu Poo menjadi sektor usaha yang menjadi tumpuan baik tenaga kerja maupun pemilik usaha tahu Poo di Kota Kediri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha terhadap pendapatan pemilik usaha, serta pengaruh antara variabel masa studi, masa kerja, dan umur terhadap pendapatan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan model analisis deskripsi dan regresi linier berganda. Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu secara keseluruhan jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pendapatan pemilik usaha, serta variabel yang meliputi masa studi, masa kerja, dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja usaha tahu Poo di Kota Kediri. Kata Kunci: Industri Kecil, Pendapatan Pemilik Usaha dan Tenaga Kerja Tahu Poo
A.
LATAR BELAKANG
Pembangunan sebuah industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalahmasalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memenuhi kebutuhan dasar rakyat, pemerataan produksi dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk memperlancar proses pembangunan disebuah negara adalah dengan cara menempuh strategi industrialisasi. Industri kecil merupakan pilar utama dalam pengembangan ekonomi daerah. Pada sisi keberadaan industri kecil menjadi sektor usaha yang menjadi tumpuan tenaga kerja di Indonesia. Biaya produksi rendah, tetapi produk yang dihasilkan memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Kemampuan spesifik dalam mengelola usaha yang dijalani dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi. Modalnya kecil tidak terlalu besar. Dewasa ini pembinaan dan pengembangan industri kecil merupakan topik penting yang harus terus dikaji, disempurnakan dan ditingkatkan agar penangananya lebih efektif. Sektor industri kecil seperti kebanyakan pengalaman di negara maju memiliki peluang besar sebagai sektor tulang punggung perekonomian, dan mengalami perkembangan yang sangat cepat dengan menggunakan teknologi yang semakin maju dan canggih. Secara sederhana dapat dikemukakan secara ringkas tentang faktor-faktor dan kendala yang harus dihadapi dalam mengelola dan menjalankan suatu industri kecil.
Industri kecil tahu Kediri merupakan salah satu industri kecil yang terdapat di Kota Kediri, dimana usaha tersebut merupakan usaha turun-temurun dan hanya terdapat di wilayah tersebut. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Kediri, pada tahun 2003 di Kota Kediri terdapat 49 unit usaha tahu takwa yang terdiri dari 22 unit usaha non formal dan 27 unit usaha formal yang sebagian besar dikelola oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Keberadaan UKM tahu takwa mampu menggerakkan nilai ekonomi sebesar 6,3 milyar dan menampung tenaga kerja sebanyak 217 orang pada tahun 2003, yang lebih penting dengan adanya UKM berdampak positif terhadap pergerakan sektor ekonomi yang lain. Aktivitas produksi yang dilakukan Industri kecil tahu di Kota Kediri selama ini tidak mengalami permasalahan, kondisi tersebut didukung oleh kemudahan para pemilik untuk mendapatkan bahan baku yang dapat diperoleh di sekitar Kota Kediri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di Kota Kediri merupakan sentra dari industri tersebut. Dalam perkembangannya industri tahu tersebut menunjukkan adanya perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan kajian yang mendalam atas faktor-faktor yang mempengaruhi upah tenaga kerja dan pendapatan pemilik usaha tahu Poo di Kota Kediri.
B.
LANDASAN TEORI
Istilah industri mengarah dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Marbun (1996:2) industri kecil yaitu: “Merupakan perusahaan yang belum dikelola secara atau lewat manajemen modern dengan tenaga-tenaga profesional”. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa industri kecil merupakan serangkaian kegiatan produksi yang dilakukan oleh suatu badan usaha/perorangan dengan menggunakan sistem pengelolaan yang masih sederhana. Persyaratan atau kriteria untuk dapat digolongkan dalam usaha kecil menurut Pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No.9/1995 dalam Marbun (1996:2) adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) c. Milik Warga Negara Indonesia d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan badan usaha menengah atau badan usaha besar. e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat yang telah dikemukakan oleh Stoner, Freeman and Gilbert (1998) yang menyatakan bahwa “ Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri modern akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas, ternyata masih ada rentang perjalanan yang panjang”. Bertitik tolak dari kenyataan inilah maka esistensi industri kecil telah mengambil tempat penting dalam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan dinegara-negara berkembang termasuk juga di Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa industri kecil cukup penting dalam perekonomian nasional terutama yaitu dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan-pembiayaan yang relatif murah. Industri kecil juga turut mengambil peranan dalam peningkatan tabungan domestik. Oleh sebab itu industri kecil cenderung memperoleh modal dari dari tabungan para pengusaha sendiri atau dari tabungan keluarga dan pinjaman. Pada sisi yang lain industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar atau sedang, hal tersebut dikarenakan industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar atau sedang. Dalam proses produksi, perusahaan mengubah faktor produksi atau input menjadi produk atau output. Faktor input dapat dibagi secara lebih terinci, misalnya tenaga kerja, bahan-bahan dan modal yang masing-masing dapat dibagi menjadi kategori yang lebih sempit. Faktor tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja yang tidak terampil, bahwa para wirausaha masuk didalamnya. Modal meliputi berbagai bentuk seperti bangunan, alat-alat dan persediaan serta bahanbahan yang digunakan. Suatu fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah output yang dihasilkan untuk setiap kombinasi output tertentu. Menurut Sukirno, (2006:195) fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Q = f (K, L, R, T)...............................................................................(1) Dimana K merupakan jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahliaan keusahawanan, R adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Adapun menurut Nopirin (2000:313) menyatakan bahwa: ”Hubungan (teknis) antara penggunaan faktor produksi dengan produksi tersebut sering disebut dengan fungsi produksi”. Sedangkan secara matamatis dapat ditulis sebagai berikut: Q = f (P, Tk, Tn, Bb)............................................................................(2) Fungsi ini secara teknis menjelaskan hubungan antara faktor produk yang digunakan (P, T k, Tn, Bb) dengan produksi yang dihasilkan (Q). Dalam analisis disederhanakan yaitu dengan menganggap Tk, Tn dan Bb tetap supaya mudah dipahami pola hubungan penggunaan faktor produksi dengan jumlah produksi. Dengan demikian persamaan kedua fungsi tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Disamping itu untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda. Sebagai contoh untuk memproduksi sejumlah hasil pertanian tertentu perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan pupuk tidak digunakan, tetapi luas tanah dapat dikurangi apabila pupuk dan bibit unggul dan teknik bercocok tanam modern digunakan. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktorfaktor produksi yang menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut. Teori produksi menurut Sukirno (2000:195) dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan yaitu sebagai berikut: 1. Teori produksi dengan satu faktor berubah. 2. Teori produksi dengan dua faktor berubah Kedua teori tersebut secara berturut-turut dapat diterangkan dalam uraian sebagai berikut:
a. Teori produksi dengan satu faktor berubah Teori produksi yang sederhana mengambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat dirubah jumlahnya adalah tenaga kerja. b. Teori produksi dengan dua faktor berubah Dalam analisis yang akan dilakukan yaitu dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Kita misalkan yang dapat dirubah yaitu tenaga kerja dan modal. Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang dapat berubah ini dapat dipertukar-tukarkan penggunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal atau sebaliknya. Apabila dimisalkan pula harga tenaga kerja dan pembayaran per unit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu. Pada gambar 1 nampak bahwa setiap tambahan tenaga kerja akan menambah total product. Pada mulanya setiap tambahan tenaga kerja akan menambah total product dengan tingkat pertambahan yang menaik. Namun apabila tambahan tenaga kerja diteruskan maka tingkat pertambahan total product semakin mengecil. Hal ini sering disebut dengan hukum tingkat pertambahan hasil (output) yang makin berkurang (law of deminishing marginal product).
Gambar 1. Fungsi Produksi Output Total Product
Y1 Tenaga Kerja
Sumber: Sukirno, 2000. Permintaan masyarakat terhadap hasil produksi mempengaruhi permintaan akan tenaga kerja oleh pengusaha (derived demand). Sehingga untuk mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka perusahaan harus memiliki kemamuan bersaing untuk aset dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar mempunyai tenaga kerja yang mampu membawa perusahaan untuk menghadapi persaingan. Salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan adalah permintaan terhadap tenaga kerja. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan meningkat, maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut, produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Untuk keperluan analisis ketenaga kerjaaan secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Menurut Dumairy (1999:74) tenaga kerja adalah: “Penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja”. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara negara satu dengan negara yang lain. Batas kerja yang dianut di Indonesia ialah minimum 10 tahun, tanpa batas umum maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk yang sudah berusia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja.
Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua sub kelompok yaitu kelompok pekerja dan pengangur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja, misalnya petani yang menunggu masa panen. Adapun maksud penganggur yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Pada tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi tiga sub kelompok yaitu penduduk dalam usia bekerja yang sedang sekolah. Pengertian pendapatan menurut Abdurrachman (1991:518) menyatakan bahwa: Pendapatan adalah: “Uang, barang-barang, materi atau jasa-jasa yang diterima selama satu jangka waktu tertentu, biasanya merupakan hasil dari pemakaian kapital, pemberian jenis-jenis perseorangan atau keduaduanya”. Yang termasuk pendapatan adalah upah, gaji, sewa tanah, deviden, pembayaran bunga, pensiun dan gaji tahunan. Para ahli ekonomi di dunia pada umumnya membedakan antara dua ukuran pokok distribusi pendapatan yang keduanya digunakan untuk tujuan kuantitatif dan analisis (a) distribusi pendapatan “perorangan” atau ukuran, (b) distribusi pendapatan fungsional atau distribusi pendapatan. Berdasarkan peranan masing-masing faktor yang didistribusikan (distributive factor share). Distribusi pendapatan perorangan atau distribusi ukuran adalah paling umum digunakan oleh ekonom. Distribusi ini menyangkut tentang aspek dari segi manusia sebagai perorangan atau rumah tangga dan total pendapatan yang akan mereka terima. Dalam konsep ini cara yang dilakukan oleh keluarga atau perorangan untuk mendapatkan pendapatan tersebut tidak dipersoalkan. Tidak dipersoalkan pula berapa besar masing-masing individu atau rumah tangga menerimanya, demikian pula lainnya, seperti bunga, keuntungan, hadiah atau warisan. Selanjutnya tempat (pertanian, industri, perdagangan dan jasa) diabaikan pula. Apabila tuan X dan tuan Y masing-masing menerima pendapatan yang sama per tahun, maka kedua orang tersebut dimasukkan ke dalam suatu kelompok tanpa mempersoalkan kenyataan bahwa tuan X bekerja 15 jam per hari di ladangnya sedangkan tuan Y tidak bekerja sama sekali tetapi menerima bunga dari warisan. (Abdurrachman, 1991:519). Dalam hal ini pemilik faktor produksi memperoleh pendapatan berupa upah bagi tenaga kerja. Untuk memahami distribusi pendapatan, pertama kita harus menelaah bagaimana pendapatan rumah tangga ditentukan, besarnya gaji tergantung pada kemampuan mereka. Pendapatan mempunyai dua komponen kuantitas jasa, pendapatan yang tersedia dan harga per unit yang dibayarkan untuknya, sebagai contoh, besarnya upah yang didapat oleh seseorang pekerja tergantung pada jumlah jam kerja dan upah per jam yang diterima. Distribusi pendapatan menurut fungsi mengacu pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima setiap faktor produksi utama, distribusi ini memfokuskan pada sumber-sumber pendapatan. Distribusi pendapatan menurut besarnya pendapatan nasional total yang diterima berbagai kelompok rumah tangga, distribusi ini hanya menyoroti besarnya pendapatan bukan sumbernya. Pendapatan faktor produksi terdiri dari dua unsur, harga yang dibayarkan per unit faktor dan jumlah faktor yang digunakan. Penentuan harga faktor dan jumlahnya merupakan aplikasi dari teori harga yang sama yang digunakan untuk menentukan harga produk dan jumlahnya. Pemilik faktor produksi serta produsen dan konsumen. pemilik faktor produksi menyediakan input-input yang digunakan proses produksi yang dilakukan oleh produsen, untuk menghasilkan output (suatu produk) yang dibutuhkan oleh konsumen. Dalam hal ini pemilik faktor produksi memperoleh pendapatan berupa upah bagi tenaga kerja. Seorang produsen yang dapat mengalokasikan faktor-faktor produksi dalam kegiatan proses produksi secara efisien akan memperoleh pendapatan yaitu berupa keuntungan dari hasil produksinya kepada konsumen dan konsumen itu sendiri akan memperoleh kepuasan dari barang yang mereka konsumsi tersebut.
C. METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dalam menganalisis pengaruh antara variabel jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha terhadap pendapatan pemilik usaha, serta menganalisis pengaruh antara variabel masa studi, masa kerja, dan umur terhadap upah tenaga kerja usaha tahu Poo di Kota Kediri. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta serta karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Sedangkan disisi lain, pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Kuncoro, 2009). Dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif akan memberikan pemahaman yang lebih mudah dalam melihat fenomena yang terjadi pada hubungan antara faktorfaktor yang mempengaruhi inflasi. Penggunaan pendekatan ini dapat menjelaskan permasalahan secara akurat dalam hitungan kuantitatif dan dapat diukur besaran pengaruh tersebut. Variabel pendapatan pemilik usaha (YPU) merupakan banyaknya atau jumlah pendapatan yang diterima oleh seorang pemilik usaha setiap bulannya, hasil pengukurannya dinyatakan dalam nilai uang (rupiah). Variabel upah tenaga kerja (YTK) adalah banyaknya atau sejumlah upah yang diterima oleh seorang tenaga kerja setiap bulannya, hasil pengukurannya dinyatakan dalam nilai uang (rupiah). Variabel jumlah produksi (X1.1) adalah volume produksi yang mampu dihasilkan, dalam hal ini yaitu jumlah produk tahu pong dalam satuan potong atau biji dalam tiap tahunnya. Variabel modal (X1.2) adalah jumlah modal atau dana yang diinvestasikan untuk proses produksi rata-rata dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Variabel jumlah unit usaha (X1.3) merupakan banyaknya jumlah unit usaha yang ada dalam waktu 1 (satu) tahun. Variabel masa studi (X 2.1) adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh pengrajin, yang diukur dengan lama mengikuti pendidikan terakhir dalam kurun waktu 1 tahun. Variabel masa kerja (X2.2) adalah lamanya seseorang tenaga kerja dan pemilik usaha dalam membuka industri tahu poo di Kota Kediri, yang diukur dengan tahun. Variabel umur (X 2.3) adalah lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mencari pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model analisa regresi linier berganda sebagai berikut: YPU = a + b1.1x1.1 + b1.2x2 +b1.3x3 + e…………………………………………(3) Keterangan: Y = Pendapatan pemilik usaha a = Konstanta b1…b6 = Koefisien Regresi x1.1 = jumlah produksi x1.2 = modal x1.3 = jumlah unit usaha e = standart error Serta adapun model untuk mencari pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu upah tenaga kerja, digunakan model analisa regresi linier berganda sebagai berikut: YTK = a + b2.1x2.1 + b2.1x2.2 +b2.3x2.3 + e………………………………………(4) Keterangan: Y1.1 = Pendapatan tenaga kerja a = Konstanta b1…b6 = Koefisien Regresi x2.1 = masa sudi x2.2 = masa kerja x2.3 = umur
e
= standart error
Sebelum mengolah data menjadi model persamaan diatas peneliti sebelumnya melakukan beberapa pengujian yakni uji asumsi klasik untuk melihat kelayakan data yang digunakan meliputi uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Sedangkan untuk menguji seberapa besar model dapat menjelaskan dan berpengaruh terhadap variabel dependent digunakan uji koefisien determinasi (R2) dan uji F. Untuk melihat pengaruh masing – masing (secara parsial) variabel independent terhadap variabel dependent digunakan uji t.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dilakukan analisis data secara deskriptif mengenai pengaruh jumlah produksi, modal dan jumlah unit usaha dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pemilik usaha tahu poo di Kota Kediri. Perusahaan tahu Poo itu sendiri berdiri dan berbadan hukum pada tahun 1990 dengan izin produksi 24/Jatim/14/SKP/X/1990. Perusahaan tersebut didirikan dengan modal awal sebesar Rp. 25.000.000,00 yang keseluruhannya merupakan modal pemilik sendiri. Perusahaan yang dimiliki oleh Bapak Indra ini berbentuk perusahaan perorangan (keluarga). Ide atau gagasan awal pemilik untuk mendirikan usaha tahu dan stick tahu ini, karena beliau melihat adanya prospek yang sangat baik dalam usaha tersebut. Bermunculan dan berkembangnya industri-industri tahu berskala kecil dan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap produk tahu mendorong beliau untuk mendirikan perusahaan yang memproduksi tahu dan stick tahu dengan skala sedang. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa skala yang lebih besar akan lebih mampu bersaing dan mampu mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Pada awal berdirinya perusahaan, kapasitas produksi riil yang dimiliki hanya 164.500 kg/tahun sekarang kapasitas produksi riil yang dimiliki perusahaan mencapai 325.000 kg/tahun. Dengan kata lain setiap tahun jumlah produksi yang dihasilkan 25.450 potong/tahun. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh positif secara signifikan pada perusahaan, karena perusahaan akan mengalami kenaikan jumlah produksi yang mana akan berpengaruh positif terhadap pendapatan pemilik perusahaan Poo. Begitu juga dengan agen penjualan yang dimiliki perusahaan pada awalnya perusahaan hanya membuka gerai didepan pabrik kemudian pada tahun 1997 perusahaan memiliki agen resmi sebanyak 10 buah dan semuanya berada di Kota Kediri. Pada tahun 1998, perusahaan membuka agen baru yang berada di Kabupaten Kediri sebanyak 16 buah, sekarang banyak toko-toko makanan kecil di Kota Kediri yang menjual produk perusahaan Sari Lezat Poo akan tetapi kebanyakan mereka bukan agen resmi dari perusahaan. Saat ini perusahaan telah memasarkan produknya hampir ke seluruh wilayah kabupaten dan kotamadya Kediri dengan membuka agen-agen penjualan yang baru. Dan juga permintaan-permintaan dari berbagai swalayan toko, restoran, pasar, dan sebagainya terus bermunculan.. Kegiatan umum perusahaan adalah memproduksi produk olahan kedelai berupa tahu takwa, tahu putih/mirip tahu cina, tahu pong, stick tahu, dan gethuk pisang. Sebagian besar hasil yang dipasarkan berupa tahu, karena hasil produksi yang berupa tahu, 1/5 nya diolah lebih lanjut menjadi stick tahu. Masing-masing produk tersebut memiliki harga yang berbeda-beda. Harga tahu takwa per kemasan Rp. 2.500, harga tahu putih per kemasan Rp. 8.000, harga tahu pong per kemasan Rp. 8.000, harga stick tahu per kemasan Rp. 3.250, serta gethuk pisang per kemasan Rp.3.000. Oleh karena itu, jumlah unit usaha ini sangat berpengaruh positif terhadap jumlah barang yang diproduksi dan berpengaruh pada pendapatan pemilik usaha tahu Poo di Kota Kediri. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh variabel masa studi, masa kerja, dan umur terhadap variabel upah tenaga kerja adalah cukup
besar. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R 2) yaitu sebesar 0,832 yang hampir mendekati 1, Sekaligus koefisien korelasi berganda (R) (multiple corelation) menggambarkan kuatnya hubungan antara variabel masa studi, masa kerja, jumlah unit usaha, jumlah produksi, modal, dan umur secara bersama-sama terhadap variabel tingkat pendapatan tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri (Y) adalah sebesar 0,895. Hasil penelitian empiris menunjukkan beberapa hasil dari berbagai uji yang telah dilakukan seperti uji asumsi klasik dan uji statistik. Uji asumsi klasik yang secara umum menguji kelayakan sebuah data untuk diolah dalam membentuk sebuah model menunjukkan tidak adanya permasalahan baik uji multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastistas. Pada uji multikolinearitas, menunjukkan nilai Variance Inflating Factor masing-masing variabel mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinear. Untuk uji autokorelasi digunakan uji Durbin Watson sebesar 1,433 di mana angka tersebut terlalu besar dan diatas dari batas atas du sebesar 1,494, maka tidak terjadi autokorelasi. Pada uji heterokedastisitas menggunakan metode grafik scaterplot dapat disajikan pada gambar 2 berikut:
Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Pendapatan 4000000
Pendapatan
3000000
2000000
1000000
0 -1
0
1
2
3
4
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk pada grafik scaterplot tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan bebas heteroskedastisitas. Uji Statistik yang terdiri dari uji F, uji t dan koefisien determinasi menunjukkan hasil yang cukup bagus seperti uji F yang menunjukkan bahwa baik masa studi, masa kerja, dan umur secara bersama – sama (simultan) berpengaruh terhadap upah tenaga kerja. Serta hasil uji t menunjukkan hasil bahwa variabel masa studi, masa kerja, dan umur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja.
Berdasarkan hasil analisis regresi maka dapat dirumuskan suatu persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = -754,1 + 298,505 X2.1 + 274,737 X2.2 + 313,402 X2.3 + e Dari persamaan regresi linier berganda, maka dapat diartikan sebagai berikut : Y= Variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri yang nilainya diprediksi oleh masa studi, masa ke erja, dan umur. a = -754,1 merupakan nilai konstanta, yaitu estimasi dari tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri, jika variabel bebas yang terdiri dari variabel masa studi, masa kerja, dan umur mempunyai nilai sama dengan nol, maka tingkat upah tenaga kerja tahu pong di Kota Kediri yaitu mengalami penurunan sebesar 754,1 b2.1= 298,505 merupakan besarnya kontribusi variabel masa studi yang mempengaruhi tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri. Koefisien regresi (b1) sebesar 298,505 dengan tanda positif. Jika variabel masa studi berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri akan naik sebesar 298,505 b2.2= 274,737 merupakan besarnya kontribusi variabel masa kerja yang mempengaruhi tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri, dimana koefisien regresi (b2) sebesar 274,737 dengan tanda positif. Jika variabel masa kerja berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri akan naik sebesar 5384,737. B2.3= 313,402 merupakan besarnya kontribusi variabel umur yang mempengaruhi tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri, dimana koefisien regresi (b4) sebesar 313.402 dengan tanda positif. Jika variabel umur berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka tingkat upah tenaga kerja tahu poo di Kota Kediri akan naik sebesar 313,402.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Secara simultan atau keseluruhan variabel yang meliputi jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pendapatan pemilik usaha tahu poo di Kota Kediri. b) Baik secara simultan atau keseluruhan maupun secara parsial variabel yang meliputi masa studi, masa kerja, dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja usaha tahu poo di Kota Kediri. Hasil dominan tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan akan menentukan jumlah produksi sehingga secara langsung menentukan jumlah pendapatan yang akan diterima oleh pengrajian. c) Berdasarkan hasil koefisien regresi masing-masing variabel dapat diketahui bahwa masa kerja yang mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat upah tenaga kerja usaha tahu poo di Kota Kediri. Hal ini dikarenakan masa kerja merupakan faktor penting yang terkait secara langsung dengan pembuatan tahu dan dapat mempengaruhi dalam jumlah produk yang akan dijual kepada konsumen. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:1) Diharapkan pengusaha tahu poo di Kota Kediri selalu berupaya untuk meningkatan kapasitas atau jumlah produksi yang dihasilkan sehingga dapat mendukung pencapaian pendapatan secara maksimal.2) Diharapkan pengusaha tahu poo selalu berupaya untuk mengembangkan wilayah atau jangkauan pemasaran yaitu dengan membuka agen-agen baru sehingga upaya untuk memaksimalkan tingkat pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja yang bergerak pada pembuatan tahu poo.3) Dalam upaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki para pekerja diharapkan pihak pemilik usaha tahu poo untuk memberikan pelatihan atau mengikutsertakan pelatihan para karyawan sehingga mampu memberikan dukungan dalam peningkatan jumlah produksi dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman. 1991. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan (Inggris Indonesia). Jakarta: Pradnya Paramita. Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Industri Besar dan Sedang, Jakarta. Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga. Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis. Edisi ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN. Marbun. 1996. Manajemen Perusahaan Kecil. Edisi Pertama. Jakarta : Binaman Pressindo. Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Edisi Pertama. Cetakan ke enam. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sukirno, Sadono. 2000. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi I. Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Stoner, Freeman and Gilbert Jr. 1998. Manajemen Industri Kecil. Jilid I. Jakarta : Penerbit PT. Prehallindo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.