Metodologi
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini dibahas mengenai metodologi tentang pembuatan tugas akhir yang dijabarkan sesuai tahapan-tahapan pembuatannya dan pembahasan tentang metode kerja dari masing-masing metode bekisting.
3.1 Metodologi Pembahasan Metodologi pembahasan tugas akhir Analisis Perbandingan Efisiensi dan Efektifitas Penggunaan Bekisting Slip Form dengan Bekisting Semi Jump Form pada pembuatan dinding beton menerus, dilakukan dengan cara: 1. Peninjauan Lapangan dan Pengumpulan Data-data Setelah menetapkan identifikasi masalah, selanjutnya yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang diperoleh dari tempat pelaksanaan proyek berlangsung. Kebutuhan data : a. Spesifikasi teknis b. Harga alat & bahan c. Volume pekerjaan d. Gambar kerja e. Metode kerja f. Produktivitas g. Schedule 2. Peninjauan kepustakaan Selanjutnya dilakukan studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang ada sebagai acuan dasar dalam menganalisis permasalahan. 3. Analisis biaya dan waktu Setelah data & informasi terkumpul lalu mulai menganalisis biaya dan waktu kedua sistem bekisting tersebut dengan cara: -
Penjabaran metode pelaksanaan kedua sistem bekisting tersebut.
III-1
Metodologi
-
Analisis Efisiensi dengan cara menganalisis biaya pelaksanaan dari masing-masing sistem bekisting tersebut, termasuk perhitungan pembesian atau BBS (Bar Bending Schedule).
-
Analisis Efektifitas dengan cara menganalisis waktu pelaksanaan dari masing-masing sistem bekisting tersebut.
4. Pembandingan hasil analisis. Setelah analisis selesai selanjutnya membandingkan hasil dari analisis tersebut guna mendapatkan efisiensi & efektifitas dari kedua metode beksiting tersebut. 5. Pengukuran efisiensi & efektifitas. Pengukuran efisiensi dilihat dari: Hasil pembandingan biaya pelaksanaan dari kedua sistem bekisting tersebut yang menghasilkan biaya paling murah. Pengukuran efektifitas dilihat dari: Pencapaian kuantitas, kualitas dan waktu penggunaan sistem bekisting yang dipakai antara slip form dengan semi jump form untuk pekerjaan pembangunan dinding beton menerus dengan melihat metode dan hasil yang dicapai diantara kedua sistem bekisting tersebut. 6. Didalam analisis & pembandingan hasil analisis penulis selalu berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait dilapangan maupun dengan dosen pembimbing tugas akhir ini.
3.2 Metode Pelaksanaan Slip Form 3.2.1 Pemasangan besi tulangan Para pekerja yang memasang besi tulangan harus mempunyai pengalaman didalam pelaksanaan pekerjaan slip form, sebelum memulai pekerjaan, para pekerja harus memahami dan membiasakan diri di setiap tahapan dari pemasangan besi tulangan tersebut. Pemasangan besi tulangan horizontal mempunyai area yang cukup sempit, karena batas area tersebut terdapat pada bagian atas daripada shutter dan dibawah dari pada rangka yoke. Tinggi space tersebut kira-kira 50cm.
III-2
Metodologi
Pemasangan besi tulangan harus selalu dikoordinasikan pada saat akan
melaksanakan
jacking
up.
Tower crane harus terus melayani pekerjaan fabrikasi
tersebut besi
dari
tulangan
mulai sampai
dengan insatalasi besi tulangan Gambar 3.1 Space Tulangan Sumber : Dokumentasi Proyek
tersebut.
Pemasangan besi tulangan harus sesuai dengan gambar. Karena keterbatasan dari ruang kerja maka pada gambar harus ditandai bagian-bagian yang perlu dipasang dan bagian-bagian yang harus dikerjakan terkait dengan pemasangan besi tulangan tersebut sebelum pengecoran dimulai. Selimut beton external ataupun internal min 30mm. Didalam pemasangan besi tulangan metode slip form untuk sambungan besi-besi vertikal dilakukan tidak dalam satu level, tidak seperti lazimnya pemasangan besi vertikal untuk dinding beton lainnya. Sambungan-sambungan tulangan vertikal dibuat bertingkat, ini dilakukan agar tidak banyak pekerjaan penyambungan didalam satu lokasi.
3.2.2 Pelaksanaan Pengecoran A. Pengecoran Kecepatan pengecoran didalam pelaksanaan pekerjaan slip form harus sesuai dengan irama pergerakan shutter. Masing-masing lapisan beton pada saat pengecoran harus memenuhi ketebalan 15~25cm
sebelum shutter
bergerak keatas, beton dipadatkan menggunakan vibrator yang digerakkan secara perlahan agar mendapatkan kepadatan beton yang sempurna. Selama pengecoran perubahan temperatur dan kecepatan angin harus terus diamati. Untuk memenuhi kebutuhan pengecoran tersebut maka menggunakan bucket beton kapasitas 1m3 yang diangkat oleh tower crane, dan bucket beton yang lain dengan kapasitas yang sama yang diangkat oleh mobile crane, beton tersebut langsung dituang kedalam cetakan dinding beton. Jika hanya menggunakan 1 tower crane maka waktu setting beton akan bertambah.
III-3
Metodologi
Gambar 3.2 Pengecoran Sumber : Dokumentasi Proyek
B. Quality Control Mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan desain perencana yang didalam komposisinya khusus diperuntukan
untuk dinding beton yang
mengacu kepada ACI standar, beton yang dipakai juga harus dapat dipastikan mempunyai kekuatan awal yang besar agar aman didalam proses pergerakan bekisting slip form. Pengawas harus selalu berada di tempat kerja untuk mengawasi lebih dekat kualitas beton yang dipakai selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Faktor air semen, slump, temperatur dan lain-lain, harus terus menerus diperiksa untuk memastikan bahwa kinerja beton dapat berlangsung dengan baik selama pelaksanaan pengecoran. Mulai dari permulaan pencampuran material beton hingga pengecoran selesai harus selalu mengikuti peraturan yang berlaku untuk mendapatkan beton yang terjaga faktor air semennya dan mudah dalam pelaksanaanya. Uji slump antara 12.5~15cm harus selalu diukur tinggi jatuhnya, pengujian kubus beton harus sering dilakukan, tes kubus beton dilaksanakan terhadap spesimen yang keluar tiap-tiap 20m3.
Temperatur pada beton juga harus sering di periksa.
Temperatur beton tidak boleh lebih dari 40ºC, jika temperatur beton mendekati 35ºC harus dilakukan tindakan seperti curing dengan kain basah atau disemprot dengan air.
III-4
Metodologi
C. Perawatan dibawah keadaan tak terduga Bila terjadi badai, angin topan atau kegagalan mekanis didalam pengoperasian slip form, maka pekerjaan sementara dihentikan dan segera dilakukan tindakan pengamanan dan memadamkan semua aliran listrik. Sebelum pengecoran dilanjutkan kembali semua permukaan beton yang akan disambung harus diberi lapisan emulsi agar beton baru dengan beton lama dapat mengikat dengan baik. D. Finishing permukaan Segera setelah jacking up selesai permukaan beton harus di finish dengan menggunakan bahan semen instan untuk pekerjaan acian pada permukaan beton, bahan tersebut merupakan campuran semen, filler dan aditif. Finising harus dilakukan oleh tukang yang mahir dan harus dapat selesai dalam satu jam, untuk satu tahap
pengangkatan
bekisting.
Tahap
ini
dilakukan untuk mendapatakan beton yang halus dan bagus. Gambar 3.3 Finishing Sumber : Dokumentasi Proyek
3.2.3 Jacking Up Jacking up dapat dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Syarat-syarat tersebut meliputi keadaan cuaca, temperatur, slump, kondisi beton (sudah keras atau belum), dan keadaan-keadaan diluar dugaan. Yang kesemuanya dapat mempengaruhi pelaksanaan jacking up tersebut. Jacking up juga dilaksanakan apabila beton sudah cukup keras dan kuat menahan beratnya sendiri. Kecepatan rata-rata pelaksanaan jacking up adalah 0.5~0.3 m/jam, dan tidak kurang dari lamanya setting time beton itu sendiri. Tinggi dari masing-masing angkatan adalah 2.5cm didongkrak naik secara terus menerus.
III-5
Metodologi
3.2.4 Toleransi Toleransi pada pemasangan tulangan, mengacu pada kebutuhan spesifikasi beton.
3.2.5 Pengendalian horisontal dan vertikal Sistem pengendalian untuk penyimpangan arah baik horisontal maupun vertikal menggunakan alat theodolit dan laser yang bekerja 24 jam. Laser di pasang dibawah dengan target yang dipasang diatas mengikuti dari pada pergerakan slip form. Target ini dimonitor secara teratur dari working deck, bila terjadi penyimpangan segera di beri tanda dan segera di koordinasikan ke pihak terkait. Pengontrol ketinggian yang ada pada jack dan water level sytem digunakan
untuk
mencegah
terjadinya
kemiringan selama
pengangkatan slip form. Gambar 3.4 Pengecekan Sumber : Dokumentasi Proyek
3.2.6 Alokasi tenaga kerja Selama pelaksanaan pekerjaan slip form, para pekerja terbagi menjadi 2 team dan 2 sift yang akan berlangsung selama 24 jam. Para mandor bertanggung jawab atas persediaan material, operasi slip form dan peralatan. Tabel 3.1 Daftar Alokasi Tenaga Kerja No 1 2 3 4 5
Uraian Unit Jumlah Jacking operator orang 10 Tukang cor orang 8 Finishing orang 12 Tukang besi orang 20 Rigger orang 2 Total orang 52 Sumber : Slip Form Method PT. Ting Tai Konstruksi Indonesia
III-6
Metodologi
Pekerja yang lain meliputi tukang las, surveyor, mekanik, tukang kayu, helper dan safety man, sebagai pekerja pendukung yang diperlukan sewaktuwaktu dibutuhkan.
3.3 Instruksi Kerja Slip Form 3.3.1 Tujuan Memberikan instruksi kerja tentang pelaksanaan pekerjaan slip form, pemasangan bekisting, slip form, pembongkaran beksiting.
3.3.2 Ruang Lingkup Semua pekerjaan slip form
3.3.3 Tanggung Jawab A. Bagian konstruksi: Bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan slip form, pemasangan bekisting, pembongkaran bekisting. B. Bagian QC: Bertanggung jawab atas kontrol kualitas C. Site Manager: Pengendalian pekerjaan slip form
3.3.4 Item Pekerjaan A. Pemasangan Bekisting • Membuat marking pada fondasi sesuai dengan gambar desain. seandainya ada pintu-pintu maka perlu dimarking dahulu letaknya juga penentuan tinggi bekisting. • Pemasangan bekisting harus berdasarkan gambar plan pada proposal pelaksanaan slip form. • Pasang rangka truss bekisting luar dalam dan di ganjal dengan H-beam yang di potong-potong setinggi 25cm sesuai dengan marking yang sudah ada. • Ujung bawah yoke harus diatur sampai level dengan tolerasnsi ±5mm. • Pemukaan bekisting harus diberi oli bekisting.
III-7
Metodologi
• Bekisting luar harus lurus, bekisting dalam atas miring 3mm ke arah bekisting luar dengan menambah pelat strip 3mm dengan lebar 2cm antara ring beam dalam atas dengan bekisting. • Apabila posisi bekisting sudah tepat, maka top bekisting harus dilevel sesuai dengan posisi pondasi yang tertinggi dan tentunya celah dibawah bekisting yang muncul akibat perbedaan elevasi harus ditutup / disumbat. • Pemasangan yoke dimulai dari bekisting dalam dengan jarak antar yoke maks. 1,5 meter kemudian diperiksa ulang ukuran-ukurannya, apabila ukuran yoke sudah tepat maka yoke bekisting luar dipasang menyesuaikan dengan yoke bekisting dalam. • Apabila semua yoke telah terpasang, selanjutnya CNP dudukan hidraulik jack di pasang, adapun ukurannya menyesuaikan dengan tebal dinding yang akan dikerjakan. Pemasangan CNP dudukan hidraulik jack harus level. • Selanjutnya pemasangan platform kerja termasuk platform gantung untuk finishing di bekisting luar dan dalam. • Safety net dipasang kuat sesuai pada proposal pelaksanaan slip form. • Marking posisi embedded yang bisa terjangkau diatas platform kerja. B. Pemasangan Hidraulik Sistem • Pemasangan hidraulik jack pada ½ dari tebal dinding ditambah sedikit dengan arah masuk kedalam, hal ini dilakukan karena beban pada bekisting dalam lebih berat dibandingkan dengan bekisting luar. • Pemasangan jack pipa harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Perhatikan sambungan, sambungan harus bersih dan tidak boleh ada kotoran. b) Pemasangan jack pipa tidak mengganggu orang kerja, support kerja besi. • Pemasangan selang hidrulik berdasarkan pada proposal pelaksanaan slip form. • Jalur selang tidak menghalangi orang bekerja, support, atau material lain. • Pendistribusian selang hidraulik harus merata, panjang pendek selang mempengaruhi level bekisting pasa saat naik.
III-8
Metodologi
• Penempatan hidraulik sistem tidak menghalangi pekerjaan pembesian, pengecoran, pemasangan embeded, opening. • Selang hidraulik harus diikat kuat pada tempat yang aman untuk menghindari kerusakan. • Pengujian tekanan oli pada mesin hidraulik sistem, harus dimulai dengan tekanan kecil (lebih kecil dari 10 kg/cm2) dengan manual atau otomatis dalam pengopersian pompa, sehingga semua selang hidraulik terisi oleh oli, dan memeriksa apakah ada kebocoran pada sambungan. • Apabila ditemukan kebocoran, tekanan oli harus dikembalikan, baru memberhentikan pompa, setelah itu memperbaiki kebocoran, dan kembali ke item 3.2.4.2.8 sampai tidak ada kebocoran. • Pengujian dengan tekanan kecil pada selang hidraulik, sehingga udara dalam selang keluar, setelah itu ditambah tekanan bertahap sampai mencapai 100 kg/cm2. • Pemasangan selang hidraulik, sambungan, harus diperhatikan kebersihan, hindari dari kotoran tanah.
Gambar 3.5 Sambungan Besi Jack Sumber : Slip Form Method PT. Ting Tai Konstruksi Indonesia III-9
Metodologi
• Untuk menghindari sambungan besi jack terjadi pada satu tempat, maka pemasangan pertama besi jack terdapat 3 macam ukuran panjang yaitu 1m, 2m, 3m, untuk sambungan selanjutnya menggunakan satu ukuran 3m panjang • Besi jack dimasukan kedalam hidraulik jack yang terletak pada yoke beam atas, setelah mencapai lantai diputar sekuat mungkin. • Pemasangan selang air water pass disetiap yoke, 1 yoke 1 selang water pass yang saling menyambung. Kemudian ditest dengan memasukan air sampai udara yang berada didalam selang keluar semua. C. Pemasangan Hoist Pengangkat Besi Beton • Besi beton harus ditempatkan pada tempat yang bersih. Penumpukan besi beton untuk struktur paling atas harus ditempatkan pada posisi paling bawah, untuk struktur paling bawah harus ditempatkan pada posisi paling atas. • Setelah pemasangan struktur utama bekisting selesai, baru dapat di pasang hoist. • Pemasangan hoist setiap sambungan baut harus kuat. Sling pada gulungan harus tergulung rapi dan erat untuk menghindari kerusakan. • Sistem otomatis mati harus dijaga anti air, lembab yang dapat menyebabkan koneksitas tidak bagus, dan menyebabkan penggulungan melampaui batas bahaya. • As roda, katrol dan bearing harus sering diberi grease. • Pengkait pada alat angkat harus diberi keterangan beban maximum. D. Penempatan sistem pengontrolan kemiringan Sistem pengontrolan kemiringan ada 3 macam seperti tersebut dibawah ini, penentuannya melihat kondisi lapangan dan peralatan. • Theodolite a) Saat slip form mancapai tinggi 1.5m, pada dinding luar paling sedikit membuat 3 titik dengan jarak merata, menggunakan paku beton pada tiap titik tersebut sebagai target titik pengukuran. Dan memasang target pelat pada bekisting luar (working platform bagian luar) segaris diatas target titik.
III-10
Metodologi
b) Membuat target alat dengan menggunakan paku beton atau kayu pada setiap titik alat pengukuran. c) Pada saat pelaksanaan slip form, paling sedikit satu kali dilakukan pengukuran setiap shift kerja. Apabila terjadi perubahan atau deviasi bekisting terlalu besar, maka frekuensi waktu pengukuran dapat ditambah. • Laser a) Saat slip form mencapai tinggi 1.5m, pada dinding luar paling sedikit membuat 2 titik dengan satu arah sudut yang berlawanan. Jarak merata, pemasangan laser dapat menggunakan dynabolt di pondasi, lalu ditutup dengan kotak besi yang diberi lubang diatasnya sebagai celah target, dan diatas kotak tersebut di pasang scaffolding yang yang atasnya dilengkapi papan yang berfungsi sebagai pengaman dari alat laser tersebut. b) Memasang target pelat pada bekisting luar (working platform bagian luar) segaris diatas target laser. c) Pada saat pelaksanaan slip form, paling sedikit satu kali dilakukan pengukuran setiap shift kerja. Apabila terjadi perubahan atau deviasi bekisting terlalu besar, maka frekuensi waktu pengukuran ditambah. E. Pemasangan Listrik Pemasangan listrik sesuai dengan gambar distribusi listrik. Setiap sambungan kabel listrik harus dibungkus lakban. F. Pemeriksaan Setelah Selesai Pemasangan Setelah pemasangan selesai semua, melakukan pemeriksaan dengan mengisi form inspeksi. G. Proses Hidraulik Naik • Pengendalian Elevasi atau pengukuran elevasi dengan menggunakan pipa ¼” yang ditanam pada tengah dinding yang berdekatan dengan posisi mesin hidraulik sistem. Panjang pipa 6 meter, setiap 1 meter diberi garis tanda. (Apabila ketinggian slip form tidak mencapai 50 meter, dapat menggunakan meteran rol sebagai penggantinya).
III-11
Metodologi
• Apabila bekisting akan dinaikan, maka setting beton harus diperiksa terlebih dahulu dengan cara menusuk-nusuk beton menggunakan besi D13 yang ujungya telah diruncingkan, dan dikatakan sudah setting apabila beton setting didalam bekisting dengan minimal tinggi 20cm. • Pengoperasian Mesin Hidraulik • Tekanan: asumsi tekanan oli:150 kg/cm2. Saat bekisting naik, perhatikan jarum pada mesin hidraulik. Apabila jarum pada garis tertentu mulai berhenti, itu menunjukan hidraulic jack sedang berjalan, dan setelah hidraulic jack selesai berjalan, jarum pada tekanan oli menunjukan angka beban hidraulik jack yang sekarang, dan asumsi pertama tekanan oli dirubah dengan angka tekanan yang sekarang dengan ditambah 30%. • Setelah bekisting naik dengan tekanan asumsi pertama, maka asumsi tekanan semula 150 kg/cm2 harus dirubah sesuai dengan beban jack yang sekarang di tambah 30%. • Saat bekisting naik, apabila terdapat opening embeded plate, penambahan besi ekstra, kelainan pada bekisting, penggantian hidraulik jack, maka pengoperasian mesin hidraulik system harus secara manual. • Apabila kondisi pekerjaan pengecoran, pengikatan besi, pemasangan embeded, dan lain-lain berjalan dengan lancar, pengoperasian mesin hidraulik system dapat dilakukan secara otomatis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. • Penentuan waktu mesin hidraulik secara otomatis harus dipertimbangkan waktu setting beton, waktu pengecoran, pemasangan besi beton, embedded dan lain-lain. • Baik dioperasikan secara manual atau otomatis, kecepatan bekisting naik dilihat dengan menjaga beton yang sudah setting didalam bekisting dengan minimal tinggi 20cm. • Pengendalian level: • Setiap pergantian shift harus memeriksa level untuk memastikan bekisting dalam kondisi level.
III-12
Metodologi
• Pengecekan level dengan menggunakan selang air bening 3/8”. Setelah selang diisi dengan air, udara dalam air harus dikeluarkan, dan dipastikan tidak ada kesalahan sebelum digunakan. • Apabila luas area terlalu besar atau penggunaan selang air tidak efektif, penggunaan alat water pass dapat dipertimbangkan. • Pengontrolan level pada stopper dengan memberi garis tanda tiap 25cm pada besi jack dengan cat putih. • Pengendalian kondisi tidak normal • Kerusakan pada hidraulik jack: a) Periksa valve gate apakah sudah ditutup? Apakah selang oli pecah atau bocor? Apakah selang tersumbat? b) Apakah tekanan oli tidak cukup? Apakah beben terlalu berat? c) Periksa mesin hidraulik system apakah berfungsi normal? Putaran motor apakah bergerak kekanan? Periksa oli dan tekanan oli apakah normal? d) Antara hidraulik jack dan besi jack tidak selaras yang menyebabkan penggigitan tidak sempurna, dimana besi jack terlalu besar. • Bekisting tidak dapat naik a) Hidraulik jack tidak dapat menggigit-hidraulik jack harus dilepas dan diganti gigi. b) Beban pada hidraulik jack melebihi kapasitas, tekanan oli tidak cukup, menyebabkan bekisting tidak naik. c) Periksa bekisting apakah tersangkut dengan embeded, besi atau opening. d) Periksa besi jack apakah dalam kondisi bagus, diameter terlalu kecil atau besar? Terlalu keras? Permukaan sudah rusak berat? e) Hidraulik jack sama sekali tidak berfungsi. • Pergerakan naik tidak merata. a) Balok utama atau balok anak menerima beban tidak merata, penumpukan material tidak merata. b) Kemungkinan kerusakan pada hidraulik jack, level tidak sama.
III-13
Metodologi
c) Jalur distribusi selang oli tidak merata, perbedaan panjang terlalu besar. H. Pengendalian Saat Miring atau Melintir Kondisi tidak normal yang menyebabkan system bekisting miring atau melintir terdidri dari bermacam-macam. Maka harus dicari terlebih dahulu penyebabnya baru dicari solusinya. • Memeriksa setiap jack Seperti tersebut pada item 3.2.4.8.5, memeriksa setiap item jack system dan mengganti yang rusak, setelah itu menyesuaikan level dan jack dapat berfungsi normal kembali. • Memeriksa sambungan selang oli, jarak sambungan dari mesin jack apa sudah sama satu dengan yang lainya, kalau belum sama agar segera diperbaiki. • Memeriksa yoke apakah ada yang miring atau tidak, kalau ada yang miring segera diperbaiki. • Memeriksa beban yang ada diplatform, kalu ada yang kelebihan beban agar segera diperbaiki. • Memeriksa kecepatan angin, apabila kecepatan angin terlalu kencang yang dapat mempengaruhi pekerjaan slip form, kecepatan naik harus diperlambat. Setiap saat memperhatikan kemungkinan terjadinya miring dan melintir pada bekisting, sampai keadaan kembali normal, melakukan penyesuaian level sehingga hidraulik jack pada posisi level. • Jika kondisi miring atau melintir terlalu berat dapat dipertimbangkan dengan mengganjal ring plat 3mm dibawah hidraulik jack dengan arah berlawanan. Sudut kemiringan pada hidraulik jack tidak boleh terlalu besar. Pertahankan posisi ganjalan, bekisting terus dinaikkan sampai bekisting kembali normal levelnya, setelah itu ganjalan pada hidraulik harus segera dilepas kembali. • Pada besi jack yang paling cepat naiknya, tinggi stopper dapat dikurangi 2.5cm, lalu jack sampingnya bisa dikurangi sampi 2cm, dan jack-jack sampingnya lagi bisa dikurangi 1cm s/d 1.5cm. Pertahankan posisi
III-14
Metodologi
demikian sampai bekisting benar-benar level kembali, setelah level, stopper dan besi jack harus dileveldan ditandai kembali. • Penanganan Kondisi Khusus Apabila hujan lebat atau ada
kerusakan mesin yang menyebabkan
pekerjaan slip form harus berhinti, maka penangananya berdasarkan sebagai berikut: • Pada tempat pemberhentian menancapkan besi D13-200mm. • Mengikat kuat semua peralatan, lantai kerja, dan mematikan semua listirik. Bekisting harus di jaga kosong dengan tinggi 35~40cm. • Pada saat akan pengecoran kembali, pembersihan permukaan dalam bekisting yang kosong, permukaan beton harus dikasari dan dibersihkan, dan disiram bounding agent agar ikatan beton baru dan lama bisa optimal. I. Opening Posisi opening terhadap besi jack, apabila tinggi besi jack tidak dibungkus dibawah 90cm masih didalam batas elastisitas, tidak perlu ada supprt lain. Apabila opening terlalu besar dan pada posisi utama struktur yoke, untuk keselamatan kerja perlu dipertimbangkan membuat kolom beton sementara membungkus besi jack atau menggunakan kayu sebagai support atau penjepit besi jack itu sendiri. J. Pembongkaran Berdasarkan pada kebalikan dari prosedur pemasangan bekisting dengan menggunakan crane atau winch. Pada saat pembongkaran perlu diperhatikan keselamatan kerja.
3.4 Metode Pelaksanaan Semi Jump Form 3.4.1 Fabrikasi dan pemasangan besi tulangan Fabrikasi besi tulangan dilakukan di area fabrikasi dengan mengikuti ketentuan shop drawing atau BBS (Bar Bending Schedule) yang telah disetujui oleh manajemen konstruksi. Material besi harus terbebas dari karat dan kotoran. Tidak ada toleransi untuk diameter dan jumlah besi. Toleransi jarak besi ± 10 mm stek dinding diatas lantai 40 D ± 5 mm. Besi tulangan yang telah difabrikasi lalu diinstall dengan panjang penyaluran/overlaping
III-15
Metodologi
tulangan baik horizontal maupun vertikal adalah > 40D.
Selimut beton
external ataupun internal min 30mm. Pemasangan embeded atau block out harus sudah terpasang sebelum bekisting dipasang.
3.4.2 Pemasangan bekisting Fabrikasi bekisting dalam bentuk panel. Climbing/jump form frame dipasang terlebih dahulu pada dinding beton yang telah mengeras. Pemasangan bekisting diangkat sesuai panel yang difabrikasi. Permukaan bekisting harus lurus dan siku dan lakukan pengecekan sebelum pengecoran dimulai.
3.4.3 Pelaksanaan pengecoran. Pengecoran untuk metode pekerjaan semi jump form sama dengan pekerjaan pengecoran pada umumnya, pengecoran dilakukan setelah pekerjaan bekisting selesai dan dicek kelurusannya. Proses pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan vibrator yang digerakan secara perlahan untuk mendapatkan kepadatan beton yang sempurna. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang diangkat oleh tower crane/mobile crane, beton dituang langsung kedalam cetakan / bekisting. Pengawas harus selalu berada di lokasi pekerjaan untuk memastikan bahwa kualitas beton yang dipakai telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa pekerjan yang dilakukan telah mengikuti instruksi kerja.
3.4.4 Pembongkaran bekisting dan finishing permukaan Setelah 24 jam bekisting dibongkar secara bertahap mulai dari panel bekisting lalu climbing frame dibongkar lalu kemudian dipasang kembali diatasnya untuk pengecoran selanjutnya. Finishing permukaan dilakukan menggunakan bahan semen instan untuk mendapat permukaan yang halus dan bagus. Finishing dilakukan setelah semua beksiting di lepas.
III-16
Metodologi
3.4.5 Toleransi Deviasi yang diperbolehkan pada kelurusan vertikal pada garis dan permukaan dinding dan bagian-bagian yang menonjol adalah: a) Setiap 3 meter adalah 6mm b) Setiap 6 meter adalah 9mm c) Setiap 12 meter atau lebih adalah 12mm
3.5 Instruksi Kerja Semi Jump Form 3.5.1 Tujuan Memberikan instruksi kerja tentang pelaksanaan pekerjaan pemasangan bekisting semi jump form dan pembongkaran beksiting.
3.5.2 Ruang Lingkup Semua pekerjaan semi Jump Form
3.5.3 Tanggung Jawab A. Supervisor : Bertanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan semi
jump form baik pemasangan maupun pembongkaran bekisting. B. Bagian QC : Bertanggung jawab atas kontrol kualitas C. Site Manager: Pengendalian pekerjaan semi jump form
3.5.4 Item Pekerjaan Pemasangan Bekisting • Membuat marking posisi dinding dan level sesuai gambar shop drawing yang telah diapproval. • Fabrikasi bekisting dalam bentuk panel, dan climbing sudah dalam kondisi terpasang. • Cek
kondisi
material
bekisting
apakah
layak
dipakai
(tidak
rusak/mengelupas/penyok). • Permukaan bekisting harus dilapis mold oil/oli bekisting. • Cycle bekisting maksimum 7 x pakai untuk bekisting non logam.
III-17
Metodologi
• Pemasangan bekisting diangkat secara bersamaan sesuai panel yang di fabrikasi. • Posisi dan jarak perkuatan benar sesuai standart serta terpasang kuat termasuk support dan waller. • Bekisting harus kuat dan tidak goyah jika di dorong. • Beton decking terpasang disetiap tinggi 1 m, tebal dan jumlah sesuai untuk menjaga jarak bersih besi terhadap bekisting > 30 mm. • Toleransi ukuran / dimensi ± 5 mm. • Toleransi vertikalitas ± 5 mm. • Toleransi plint/nyisil sambungan bekisting maksimum 1 mm. • Permukaan bekisting harus lurus dan siku, dilakukan pengecekan dengan lot atau menggunakan unting-unting sebelum pengecoran dan sesudah pengecoran.
III-18