Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian.
BAB II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini yaitu mengenai skala ekonomis dan sifat produksi industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung
BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai objek penelitian, jenis data, responden penelitian, metode penentuan sampel, metode penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV Pembahasan Bab ini menguraikan gambaran umum Daerah Penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian, yaitu Skala Ekonomis dan Sifat Produksi Industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung.
BAB V Penutup Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh. BAB II KAJIAN PUSTAKA
10
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Industri Industri dalam konsep industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Menurut Badan Pusat Statistik Semarang (2002:96), industri di Indonesia dapat digolongkan kedalam beberapa macam kelompok. Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20 – 99 orang. 3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 – 19 orang. 4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 – 4 orang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah kriteria-kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah yaitu sebagai berikut. (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
11
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut : a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.2 Konsep Produksi 1) Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan. Menurut Ahman (2004:116), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat di uraikan sebagai berikut a) Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang baru. b) Menurut aliran Klasik produksi adalah kegiatan menghasilkan barang. Barang yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya di ubah bentuknya.
12
c) Pengertian produksi terus berkembang. Pada akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu barang. Produksi juga dapat diartikan sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat (Ahyari,1985:6). Menurut Adiningsih (1999:3) produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input terdiri dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Input dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap berupa sumber daya alam seperti tanah, gedung, dan lainnya sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek (Suryawati, 1996;57).
2) Faktor-Faktor Produksi Menurut Ahman (2004:118), faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi. Faktor-faktor produksi menurut Soekartawi (2003:167) adalah: (1) Alam adalah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
(2) Tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.
13
(3) Modal adalah seluruh pengeluaran perusahaan untuk membeli barang produksi (mesin) dan perlengkapan lainnya dalam menunjang kegiatan produksi suatu barang seperti membeli bahan baku. (4) Teknologi adalah alat atau mesin yang digunakan dalam menunjang proses produksi. Dalam penelitian ini faktor-faktor produksi yang digunakan adalah tenaga kerja dan modal. 3) Fungsi Produksi Proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi juga dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu, sedangkan menurut Sukirno (2000:194), fungsi produksi merupakan hubungan
fisik
antara
input
sumber
daya
perusahaan
(faktor-faktor
produksinya)dan keluarannya (output) yang berupa barang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut. Q = f(K,L,R,T) ...............................................................
(2.1)
Keterangan ; Q = Barang yang diproduksi K = Kapital/Modal L = Labour/tenaga kerja R = Resources/Alam T = Teknologi Input modal seringkali sulit dihitung menurut periode karena modal perusahaan sendiri terdiri dari barang modal dengan berbagai variasi usia, baik masa pakai atau produktivitasnya. Begitu pula dengan input tenaga kerja dimana
14
perusahaan mempekerjakan orang-orang dengan kualitas yang bervarisi. Akibatnya para peneliti terfokus mengendalikan fungsi produksi, dengan konsep yang lazim disebut produksi Coob Douglas. Secara umum formulasinya adalah: Q = α. Lβ1. Kβ2.........................................................................................(2.2) Keterangan: Q α L K β1 β2
= = = = = =
Barang Yang Di produksi Konstanta Kuantitas jasa tenaga kerja Kuantitas jasa modal Koefisien tenaga kerja Koefisien modal
Persamaan 2.1 dan 2.2 merupakan suatu persamaan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendiri akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda pula. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda. disamping itu untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda dan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak sebanding (variable proportions) biasanya digunakan isoquant. Menurut Salvatore (1992:150) dalam bukunya teori mikro ekonomi menjelaskan bahwa suatu isoquant menunjukkan kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja (L) dan barang modal (K), yang memungkinkan perusahaan menghasilkan jumlah output tertentu. Isoquant yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan isoquant yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.
15
Menurut Soekartawi (1994:48), isoquant sering dikenal dengan iso-produk yaitu suatu garis yang menghubungkan titik kombinasi optimum dari sejumlah input satu dan input lainnya. Gambar 2.1 melukiskan kurva isoquant. Untuk menghasilkan produksi sebesar Q0 (misalkan 1000 satuan) dapat dipakai metode produksi dengan kombinasi A yang mempergunakan modal sebesar 0Ma dan tenaga kerja sebanyak 0TKa, atau kombinasi B (modal 0Mb dan tenaga kerja 0TKb), atau banyak kombinasi-kombinasi lain yang terletak pada satu kurva isoquant. Bila produksi dinaikkan menjadi Q = Q1(Q1>Q0) dibutuhkan faktor M (modal) dan TK (tenaga kerja) yang lebih banyak.
4) Perluasan Produksi Dalam berproduksi
biasanya pengusaha selalu meningkatkan hasil
produksinya dengan berbagai cara diantaranya dengan usaha perluasan produksi. Menurut Ahman (2004:121), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara :
16
a) Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja. b) Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi. c) Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil. Misalnya mula-mula memproduksi benang, kain, kemudaian pakaian jadi. d) Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efisiensi kerja dan modal.
2.1.3 Konsep Tenaga Kerja Soeroto (1983:6) mengatakan bahwa istilah tenaga kerja sama dengan istilah employment dalam bahasa inggris yang berasal dari kata kerja to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan. Penggunaan istilah employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dapat dimaksudkan adalah sejumlah orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Jadi pengertian employment dalam bahasa inggris sudah jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto, 1983:6).
17
Tenaga Kerja adalah bagian dari penduduk yang memiliki potensi untuk bekerja potensi ini berada pada batasan umur dari penduduk (Ritonga 2001:165). Menurut Simanjuntak (1990:20) mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah dan sedang bekerja, yang sedang mencari dan yang sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah atau mengurus rumah tangga, walaupun tidak bekerja namun mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dapat dibedakan oleh batasan umur. Tenaga kerja di indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas. Sementara Sumitro Djojohadikusumo (1994:197) berpendapat bahwa tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang berusia 10-64 tahun. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, menurut Simanjuntak (1990:16) angkatan kerja adalah bagian penduduk yang berada pada usia kerja yang potensial untuk bekerja, secara operasional batasan umurnya adalah 10 tahun keatas yang terdiri dari: (a) pengangguran adalah orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari kerja, (b) setengah menganggur yaitu jam kerja mereka kurang dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan rendah, (c) bekerja penuh adalah orang yang sedang bekerja dengan jam kerja yang optimal. Sedangkan angkatan kerja adalah bagian dari penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi, seperti yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga, penerimaan pensiunan, mereka yang hidupnya tergantung dengan orang lain karena lanjut usia, cacat, berada dalam penjara dan sakit kronis.
2.1.4 Konsep Investasi/Penanaman Modal
18
Teori
ekonomi
mengartikan
atau
mendefinisikan
investasi
sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian
yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan Sukirno (2000:76). Menurut Sukirno (2000:17), secara garis besar investasi dapat dibedakan menjadi tiga antara lain: 1) Autonomus Investment, Yaitu jenis investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitas prasarana jalan, irigasi dan sebagainya. Walaupun investasi ini tidak mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan tetapi secara tidak langsung (dengan sendirinya) dilaksanakan untuk memperlancar roda perekonomian itu sendiri. Investasi jenis ini biasanya banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. 2) Induced Investment, yaitu jenis investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat disuatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi. Faktor-faktor ynag menentukan jumlah investasi menurut Deliarnov (1999:84) antar lain : 1) Inovasi dan Teknologi
19
Adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan cara-cara produksi lama yang menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli peralatan mesin-mesin yang canggih. 2) Tingkat perekonomian Masih banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung yang ada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha yang menguntungkan. 3) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomia dimasa mendatang Jika ramalan atau harapan tentang kondisi perekonomian dimasa mendatang bagus, maka investor akan tertarik untuk melakukan investasi. 4) Tingkat keuntungan perusahaan Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, maka makin banyak bagian laba yang dapat ditahan dan dapat digunakan untuk tujuan investasi. 5) Situasi politik Jika situasi politik aman pemerintah banyak memberikan kemudahaankemudahan bagi perusahaan, tingkat investasi akan tinggi.
2.1.5
Skala Ekonomi dan Sifat Produksi Skala ekonomi menunjukkan hubungan antara output dengan biaya sebagai
akibat adanya proses produksi. Menurut Koutsoyiannis (1982), menyatakan skala ekonomi ditentukan oleh hubungan antara biaya rata-rata dengan output disebut skala ekonomis yang bersumber dari dalam (intern economis), yaitu faktor ekonomi yang timbul dari peningkatan ukuran perusahaan. Eksternal ekonomi seperti
20
perubahan teknologi dan perubahan harga-harga input adalah faktor ekonomi yang timbul akibat faktor-faktor luar. Menurut Arsyad (1995), skala hasil atau return to scale adalah suatu ciri dari fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara perbandingan perubahan semua input dan perubahan output yang diakibatkannya. Return to scale merupakan ciri yang diterapkan dalam jangka panjang (long-run), dimana semua input yang dipergunakan dalam proses produksi dapat berubah. Perubahan output dapat dibandingkan dengan perubahan semua input yang dipakai dalam suatu proses produksi, maka skala ekonomi dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut. 1) Increasing return to scale yaitu skala produksi meningkat yang ditunjukkan oleh perubahan output lebih besar dari perubahan input. 2) Constant return to scale yaitu skala produksi konstan yang ditunjukkan oleh perubahan output sama besarnya dengan perubahan input. 3) Decreasing return to scale yaitu skala produksi menurun yang ditunjukkan oleh perubahan output lebih kecil dari pada perubahan input. Ketiga skala produksi tersebut diatas dapat diringkas dengan menggunakan Tabel 2.1
Tabel 2.1
Return to Scale
1.
Perbandingan Perubahan Output Kondisi Return to Scale dengan Perubahan semua Input ∆ output > ∆ input Increasing return to scale
2.
∆ output = ∆ input
No.
Constant return to scale
3. ∆ output < ∆ input Sumber: Arsyad, 1995
Decreasing return to scale
21
Keterangan: ∆ = Perubahan > = Lebih Besar < = Lebih Kecil Skala ekonomi mengacu pada apa yang terjadi terhadap output bila semua masukan berubah secara proporsional atau bagaimana laju peningkatan produksi bila semua masukan digandakan secara proporsional (Gujarati, 1997). Secara matematis konsep skala ekonomi dinyatakan pada persamaan berikut. Y=α.Lβ1.Kβ2.eu.....................................................................................(2.3) Untuk mencapai 3 kondisi (Increasing return to scale, constant return to scale, decreasing return to scale), persamaan 3 dilakukan perubahan ke dalam bentuk logaritma natural (Ln) sehingga fungsi produksi tersebut menjadi sebagai berikut. LnY=Lnα+Ln β 1X1+ Ln β 2X2...............................................................(2.4) Keterangan : = Koefisien regresi α = Konstanta Y = Produksi L = Labour / tenaga kerja K = Capital / modal Dari persamaan 2.4, kriteria skala ekonomi (Algifari, 2003), dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Jika β1 + β2 > 1, maka skala industri berada dalam kondisi increasing return to scale. b) Jika β1 + β2 = 1, maka skala industri berada dalam kondisi constant return to scale.
22
c) Jika β1 + β2 < 1, maka skala industri berada dalam kondisi decreasing return to scale. Kemudian untuk mengetahui sifat produksi dari industri kerajinan perak bisa dilihat dari hubungan antara koefisien regresi tenaga kerja dengan modal. Bila nilai β1 > β2 maka fungsi produksinya bersifat padat karya sedangkan jika nilai β1 < β2 maka fungsi produksinya bersifat padat modal. 2.1.6 Industri Kerajinan Perak Industri kerajinan perak merupakan salah satu kelompok industri yang berkembang di kabupaten Klungkung. Desa Kamasan merupakan sentra kerajinan perak dengan jumlah pengrajin sebesar 57 pengrajin. Bahan baku utamanya adalah perak yang didapat dari luar Bali. Perak akan dibentuk menjadi perhiasan, bokor, dan alat-alat upacara yang memiliki nilai seni tinggi. Terkadang perak dibentuk sesuai pesanan pelanggan, sesuai dengan bentuk yang mereka inginkan. Hasil kerajinan perak Klungkung termasuk memiliki kualitas yang bagus di mata pelanggan.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Agus Indra Mahayana (2009) mengenai skala ekonomis dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam Usaha Tani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten buleleng dengan teknik analisi yang digunakan adalah model hubungan antar produksi dengan penggunaan luas tanah, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Dengan hasil penelitian skala ekonomis (economic of scale) dari Usaha Tani sawah di Desa Sudaji Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng adalah Increasing return to scale,
23
jika dilihat dari segi input yang digunakan, maka parsial input lahan yang digunakan dalam Usaha Tani padi sawah di Desa Sudaji, kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng berada dalam kondisi increasing return to scale, sedangkan input lainnya seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berada dalam kondisi decreasing return to scale. Penelitian yang dilakukan oleh Triwahyuni Suarsana (2009) mengenai skala ekonomis industri rumah tangga kerajinan bambu di Desa Khayubihi Kecamatan Bangli dengan teknik analisis yang digunakan dengan model hubungan antara produksi dengan tenaga kerja, modal. Dengan hasil penelitian Skala ekonomi industri kerajinan Bambu di Desa Khayubihi, Kecamatan bangli, Kabupaten Bangli secara simultan adalah increasing return to scale, dan secara parsial untuk Tenaga Kerja dan Modal adalah decreasing return to scale, dengan sifat produksi industri kerajinan Bambu di Desa Khayubihi, Kecamatan, Kabupaten Bangli, adalah bersifat padat karya. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Arioka (2010) mengenai skala ekonomis industri kerajinan perak di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung dengan menggunakan teknik analisis yang digunakan dengan model hubungan antara produksi dengan tenaga kerja, modal. Dengan hasil penelitian Skala Ekonomis industri kerajinan perak di Kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung, secara simultan berada dalam kondisi increasing return to scale, dan secara parsial untuk Tenaga Kerja dan Modal berlaku hukum the low of demanishing return atau hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, dengan sifat produksi industri
24
kerajinan perak di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung adalah bersifat padat karya. Penelitian-penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni sama-sama menjadikan skala ekonomis suatu usaha sebagai objek penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian, dan jenis objek penelitian yang dipilih. Penelitian ini meneliti industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung .
2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. 1)
Skala ekonomis industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung berada dalam kondisi Increasing Return to Scale.
2)
Sifat produksi dari industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung bersifat padat karya.
25