MERANCANG PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MAHASISWA STAN Pendahuluan Krisis multidimensional
merupakan masalah besar yang sedang dihadapi bangsa
Indonesia. Karakter bangsa yang berada di titik nadir merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Tidak terkecuali semacam Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) sekolah kedinasan sebagai cikal bakal Pegawai kementerian keuangan yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia
ikut bertanggung jawab dalam perbaikan bangsa. Dalam upaya
mengatasi masalah karakter bangsa tersebut,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan perlu merancang grand desain untuk pendidikan dan pelatihan karakter bagi mahasiswa STAN. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter bagi mahasiswa STAN, Lembaga STAN (kampus)/balai diklat perlu mensinergikan model pendidikan dan pelatihan karakter yang sesuai mengingat karakter perlu ditumbuhkan sejak awal karena penumbuhan aspek afektif memerlukan jangka waktu yang lama. Di samping itu, pendidikan karakter dan pelatihan bagi widyaiswara menjadi sangat urgen berkaitan dengan fungsi widyaiswara dalam konteks pendidikan karakter. Widyaiswara memegang peranan penting dalam pendidikan karakter di kampus/balai sebagai model perilaku bagi mahasiswa. Di samping itu, peran widyaiswara dalam pendidikan dan pelatihan karakter juga sebagai perancang pembelajaran karakter dan sekaligus pelaksana pendidikan dan pelatihan karakter di kampus/balai diklat. Secara
khusus
pengembangan
pendidikan
pelatihan
dikembangkan
dengan
menggunakan model pengintegrasian nilai secara tidak langsung (nuturrant effect) sehingga mahasiswa di samping menguasai kompetensi yang berkaitan dengan mata kuliahnya juga memiliki karakter yang diperlukan bagi seorang widyaiswara. Model yang dikembangkan mengintegrasikan karakter rasa ingin tahu tinggi (eksploratif), kreatif, kritis, berani mencoba, yakin bisa melakukan (self efficacy), bertanggung jawab terhadap tugas, kerjasama,
disiplin,
kerja keras, mampu mengatur diri dan merefleksi diri untuk mencapai tujuan (self regulatory). Selain itu, model perkuliahan diharapkan juga menjadi model pembelajaran aktif dan model pendidikan karakter terintegrasi dengan mata kuliah/mata pelajaran berkarakter. Dengan rencana besar pelaksanaan pendidikan karakter di STAN, widyaiswara dituntut memiliki karakter-karakter tertentu karena widyaiswara akan menjadi model, merancang, dan melaksanakan pendidikan karakter. Dengan demikian BPPK dituntut untuk menyiapkan training
1
of traineer (ToT) widyaiswara yang tidak saja memiliki keterampilan dan pengetahuan sebagai widyaiswara tetapi juga widyaiswara yang berkarakter. Pendidikan karakter dilaksanakan untuk mengatasi krisis multidimensional bangsa kita. Secara bertahap pendidikan karakter dilaksanakan dengan dua strategi yaitu terintegrasi dengan budaya STAN dan terintegrasi dengan mata kuliah, yaitu bahan ajar pendidikan karakter yang terintegrasi pada mata kuliah dimaksud. Dengan demikian, rancangan pendidikan karakter tidak menambah mata kuliah baru tetapi hanya mengintegrasikan pada mata kuliah yang sudah ada. Hal ini merupakan keutamaan lain karena tidak menambah beban kurikulum. Model pengintegrasian pada mata kuliah yang ada merupakan terobosan yang bermanfaat untuk mencapai keefektifan sekaligus efisiensi. Manfaat yang Dihasilkan Model pembelajaran dan bahan ajar pendidikan karakter yang akan dikembangkan berupa model pembelajaran dan bahan ajar pendidikan karakter yang terintegrasi pada mata kuliah di STAN. Model perkuliahan dan bahan ajar yang dikembangkan memiliki kelebihankelebihan berikut. a. Model kegiatan perkuliahan dan bahan ajar mata kuliah dengan metode pembelajaran di STAN yang memiliki nuturrant effect untuk menumbuhkan karakter rasa ingin tahu tinggi (eksploratif), kreativitas, kritis, berani mencoba dan keyakinan bisa (self efficacy), bertanggung jawab terhadap tugas, kerjasama,
kerja keras, kepercayaan diri tinggi.
Selain itu, model perkuliahan diharapkan juga menjadi model pembelajaran aktif dan model pembelajaran berkarakter. b. Model asesmen dalam mata kuliah metode pembelajaran yang digunakan memiliki nuturrant effect berupa penumbuhan karakter menghargai transparansi, menghargai proses di samping hasil, menghargai karya sendiri (tidak menyontek), menghargai kejujuran berkarya, widyaiswara mudah menerima kritik untuk penilaian yang baik, menggunakan alat-alat penilaian dan proses penilaian yang dapat dicontoh mahasiswa. c. Media yang digunakan memberi model penggunaan media kreatif, bervariasi. d. Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang bisa menjadi model bahan ajar berkarakter dan memberi peluang mahasiswa menumbuhkan karakter
2
Produk yang akan dihasilkan tergambar pada bagan berikut.
Model metode perkuliahan
NILAI
Model penilaian
Model bahan ajar pendidikan karakter
Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Model Pembelajaran dan Bahan Ajar Mata Kuliah di STAN Tujuan utama pendidikan karakter adalah terbiasanya perilaku yang berkarakter di kampus. Berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter terdapat dua jenis model yang dikembangkan. Implementasi pertama dilakukan
dengan
penanaman nilai
pembiasaan budaya di kampus. Implementasi kedua dilakukan dengan
melalui
mengintegrasikan
pada semua mata kuliah. Model implementasi model kedua itulah yang menuntut keterlibatan widyaiswara mata kuliah untuk merancang model penanaman nilai-nilai melalui pelaksanaan pembelajaran mata kuliah tertentu. Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah/kampus, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa ( affective and creativity development), yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
3
Pada tahap implementasi dikembangakan pengalaman belajar (learning experiences) dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam kampus, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar (learning experiences) yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur (structured learning experiences). Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang memungkinkan mahasiswa di kampusnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Kedua proses tersebut intervensi dan habituasi harus dikembangkan secara sistemik dan holistik. Tanggung Jawab Siapa? Mahasiswa STAN adalah calon generasi penerus kementerian keuangan dan calon pemimpin masa depan. Tanpa karakter yang kuat yang dimiliki generasi muda, maka akan memiliki resiko yang besar di masa yang akan datang.
4
Untuk menjadikan manusia unggul, Pimpinan Kementerian Keuangan mempunyai tangung jawab besar
untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang menjadi pedoman bagi
mahasiswa STAN. Oleh karena itu, perlu menumbuhkan kembali nilai-nilai keadilan, nilai kemuliaan, nilai kejujuran, nilai kebenaran dan nilai-nilai lain yang sesuai suara hati, melalui pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter pada model pembelajaran pada bahan ajar tiap mata kuliah di STAN Dengan
demikian,
pendidikan
karakter
dimaksud
merupakan
jembatan
untuk
mengembangkan Nilai-nilai Kementerian Keuangan, yaitu Integritas, Profesionalitas, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan – yang pada akhirnya akan memberikan kemajuan serta keberhasilan dalam membangun dan meninggikan derajat kementerian keuangan khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Pengembangan Proses Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada mahasiswa, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, kampus, dan masyarakat . Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata kuliah atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan widyaiswara. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik (mahasiswa) memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut. Penilaian Hasil Belajar Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat/diamati/ dipelajari/dirasakan” maka widyaiswara mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat widyaiswara berada di kelas atau di kampus. Model anecdotal record (catatan yang dibuat 5
widyaiswara ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan widyaiswara. Selain itu widyaiswara dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya widyaiswara dapat memberikan kesimpulan/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif, seperti belum terlihat (BT), mulai terlihat (MT), mulai berkembang (MB), dan membudaya secara konsisten (MK). Indikator Kampus/Balai dan Kelas Ada 2 (dua) jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama adalah indikator untuk kampus dan kelas. Kedua adalah indikator untuk mata kuliah. Indikator kampus dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh direktur STAN/kepala balai, widyaiswara dan personalia dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kampus sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan kampus/balai yang diprogramkan dan kegiatan kampus sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata kuliah tertentu. Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan kampus yang dapat diamati melalui pengamatan widyaiswara ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di kelas/kampus, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan widyaiswara, serta tulisan peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah. Indikator berfungsi bagi widyaiswara sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta didik. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan kampus yang diprogramkan dan kegiatan kampus seharihari (rutin). Indikator mata kuliah menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata kuliah tertentu. Untuk mengetahui bahwa suatu kampus/balai telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan karakter dikembangkan instrumen assessment. Sebagian dari instrumen kegiatan pendidikan karakter, misalnya melalui penyusunan Satuan Acara Pengajaran (SAP) untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, seperti contoh di bawah ini.
6
CONTOH SAP YANG TELAH DIADAPTASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER SATUAN ACARA PENGAJARAN (RAP) A. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan 1 a. Pendahuluan -
Berdoa (contoh nilai yang ditanamkan: taqwa).
-
Mengecek kehadiran mahasiswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).
-
Menanyakan kabar mahasiswa – dengan fokus pada mereka yang tidak datang dan/atau yang pada pertemuan sebelumnya tidak datang (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, empati).
b. Kegiatan inti -
Peserta didik dibagi dalam empat kelompok, dan berdiskusi sesuai topik (individu dan masyarakat).
-
widyaiswara memberikan penguatan tentang materi yang telah didiskusikan.
(Contoh nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di atas: kerjasama, tanggung jawab, saling menghargai pendapat, percaya diri, adil). c. Penutup -
Widyaiswara bersama mahasiswa menyimpulkan pelajaran
-
Penilaian
-
Refleksi: Peserta didik mengungkapkan kesan terhadap pentingnya mempelajari individu dan masyarakat misalnya.
-
Widyaiswara menginformasikan kepada peserta didik bahwa pertemuan berikutnya membahas kaidah hukum dan kaidah lainnya.
-
Berdoa (contoh nilai yang ditanamkan: taqwa).
-
Keluar kelas dengan tertib pada waktunya (contoh nilai yang ditanamkan: tertib, disiplin).
2. Pertemuan 2 dan seterusnya DAFTAR PUSTAKA Bisri, Mohammad, 2006. Pengembangan Model Pendidikan Karaktrer bagi Remaja Islam. Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.
7
-----------------------, 2009. Pembentukan Karakter Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Fraenkel, J.R. 1977. How to teach about values: An analytic Apporach. Englewood Cliff. New Jersey: Prentice Hill Inc. Abu Samman Lubis WI pada Balai Diklat Keuangan Malang
8