MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MEDIA GAMBAR DI SDN INPRES 3 TALISE PALU Oleh: SETNA ALFRIDA MAKUDJA* ABSTRAK Permasalahan pada penelitian ini yaitu rendahnya hasil belajar IPS. Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Inpres 3 Talise Palu yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Data yang diperoleh yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dalam kegitan belajar mengajar dengan lembar observasi siswa dan guru. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil pekerjaan siswa mengerjakan tes.Berdasarkan orientasi awal yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar kelas IV SDN Inpres 3 Talise Palu tergolong rendah. Hasil analisis tes pembelajaran sebelumnya, siswa yang tidak tuntas 29 orang dari 38 orang siswa, presentase ketuntasan klasikal sebesar 23,68%. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas siswa dan guru mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Tes hasil tindakan siklus I dari 38 siswa, yang tuntas 22 siswa dan 16 siswa yang belum tuntas, diperoleh nilai rata-rata 63,5%, dengan skor perolehan tertinggi yaitu 81, dan skor perolehan terendah 42, dengan ketuntasan klasikal 57,89%. sedangkan untuk siklus II diproleh peningkatan yang sangat signifikan yaitu siswa yang tuntas 32 dari 38 siswa, dan 5 siswa yang tidak tuntas. Diperoleh nilai rata-rata 70,63%, dan skor perolehan tertinggi 85 dan skor terendah 61, dengan ketuntasan klasikal 86,84%. berdasarkan indikator kinerja, disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres 3 Talise Palu. Kata kunci : Hasil belajar, IPS, dan Media gambar PENDAHULUAN Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah di perolehnya. Page 1
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Guru sebagai faktor utama yang berperan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang juga menjadi faktor penentu berhasil tidaknya proses pembelajaran tersebut, ungkapan tersebut senada dengan pernyataan Nawawi dalam Hamka (2010:3) yang mengungkapkan bahwa “Peranan guru sangat menentukan, karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara peserta didik didalam kelas”. Hal ini menunjukan bahwa peran guru dalam kelas menjadi ”barometer” bagi peserta didik ke arah yang lebih baik. Menurut Djamarah dan Zain dalam Hamka (2010:4)”pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran di lakukan untuk diarahkan agar mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum proses pembelajaran dilakukan di kelas”. Kurangnya inovasi media penunjang pembelajaran merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran sebab guru hanya mengandalkan buku ajar dalam menyampaikan materi dan berbagai konsep, dan sangat jarang menggunakan alat atau media untuk memperlihatkan secara konkret tentang materi yang telah dipelajari. Penggunaan media gambar di SDN 3 Talise sangat minim dilakukan segingga hasil belajar peserta didikpun sangat rendah. Proses belajar mengajar dilakukan dengan menggunakan metode ceramah khususnya pada mata pelajaran IPS yang dapat membosankan, sehingga tidak heran bila respon siswa sangat rendah dan akibatnya hasil belajar siswapun rendah. Sesuai hasil observasi di SDN Inpres 3 Talise, diketahui bahwa hasil belajar siswa sangat rendah pada mata pelajaran IPS. Diantara 38 orang siswa masih ada 20 orang siswa yang dinyatakan belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 65 untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) sesuai yang ditetapkan di SDN 3 Talise. Hasil wawancara dengan guru kelas juga terungkap bahwa rendahnya hasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajarannya dan mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Media Gambar Di SDN Inpres 3 Talise”. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan dalam penelirian ini adalah apakah penerapan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV di SDN 3 Talise Palu? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan media gambar di kelas IV SDN 3 Talise Palu. Manfaat penelitian yaitu Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar melalui media gambar khususnya untuk mata pelajaran IPS.Bagi Guru-Guru SDN Inpres
Page 2
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
3 Talise penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil Belajar Siswa Belajar adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Perubahan perilaku tersebut menyangkut perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai dari proses belajar yang dapat di ketahui dari pencapaian ketika mengerjakan serangkaian tes hasil belajar. Selanjutnya Sunaryo dalam Samsidar (2011:12) mengatakan hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, efektif, psikomotor. Sedangkan Woodwarth dan DG. Marquis seperti dikutip oleh Mulyadi, Y dalam Samsidar (2010:13) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Upaya mengetahui hasil belajar menurut Mulyadi, Y dalam Samsidar (2011:14) angka tertanda yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar ( passing grade ) skala 0-100 adalah 55 atau 60. Jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari setengah tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, maka ia dianggap memenuhi target minimal keberhasilan belajar. Berdasarkan definisi diatas dapat memberikan gambaran bahwa belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mempelajari materi yang diwujudkan perubahan pada diri tersebut, atau keberhasilan yang dicapai siswa baik secara individu atau kelompok terhadap materi pelajaran. Setelah mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh melalui evaluasi atau tes. Pengertian Media Dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin Medium yang secara harfiah berarti “tengah” perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan Page 3
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
dari pengirim ke penerima pesan. Gerlach dalam Abied (2009:1) mengatakan bahwa: “ media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung di artikan sebagai alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal”. Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media diatas, berikut dikemukakan oleh Jamaludin dalam Ardiani (2008:6) ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu. “1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera; 2) Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai soft ware (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan pada murid; 3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio; 4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun diluar kelas; 5) Media pendidikan di gunakan dalam rangka komunikasi interaksi guru dan murid dalam proses pembelajaran; 6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi),kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio, tape/kaset, video recorder); dan 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan penerapan suatu ilmu. Media gambar Menurut Brown dkk dalam Ardiani (2008:7), “penggunaan media pada umumnya ditujukan untuk mendeskripsikan suatu hubungan atau menjelaskan suatu proses, sehingga siswa seolah-olah dapat melihat secara konkret tentang materi yang dipelajari. Media gambar dapat memberikan kejelasan tentang suatu proses, misalnya mengenai gambaran tentang kondisi lingkungan sekitar”. Pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa media gambar adalah alat atau media yang di gunakan untuk merealisasikan dan mendeskripsikan berbagai obyek, peristiwa dan berbagai jenis kegiatan lainnya dalam bentuk gambar, sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran. Peran media gambar sangat strategis dalam meningkatkan kwalitas pembelajaran. Kemp dalam Hermina (2010:12) menjabarkan peran media gambar dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Page 4
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
a) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar b) Penyusunan media yang terencana dan terstruktur dengan baik membantu pengajar untuk menyampaikan materi dengan kwalitas dan kwantitas yang sama dari satu kelas ke kelas yang lain. c) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. d) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif. e) Materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun cara penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif didalam kelas. f) Media dapat mempersingkat penyajian materi pembelajaran yang kompleks, misalnya dengan bantuan video. Dengan demikian, informasi kwalitas belajar siswa dapat ditingkatkan. g) Penyajian pembelajaran dengan menggunakan media yang mengintegrasikan visualisasi dengan teks atau suara akan mampu mengkomunikasikan materi pembelajaran secara terorganisasi. Rancangan Media Gambar dalam Pembelajaran IPS Yudi dalam Liberthin (2011:20) berpendapat bahwa media gambar sangat sesuai digunakan di SD, terutama kelas awal. Hal itu disebabkan media ini sangat bermanfaat untuk mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak dalam bentuk gambar. Manfaat media gambar menurut Purnamawati dalam Liberthin (2011:21) yaitu: “a) Membuat konkret konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan tentang jenis-jenis pekerjaan yang menampilkan berbagai gambar untuk membedakan beberapa pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari; b) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar di dapat didalam lingkungan belajar. Penggunaan media gambar akan lebih memudahkan guru menjelaskan obyek tersebut. c) Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi; d) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Misalnya pengamatan terhadap benda-benda renik/sangat kecil. Penggunaan media gambar dapat mempermudah siswa mengenali benda-benda renik yang sulit diamati secara langsung; e) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya; f) Membangkitkan minat dan motivasi belajar; g) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar; h) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan; dan i) Menyajikan informasi belajar secara serempak ( mengatasi ruang dan waktu)”.
Page 5
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Penerapan Media gambar Dijelaskan oleh Hamalik (1975:81) bahwa media gambar mempunyai beberapa kelebihan dalam pendidikan antara lain: 1. Gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas. Sesuatu persoalan dapat dijelaskan dengan gambar selain penjelasan dengan kata-kata. 2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang. Gambar candi Borobudur dapat dibawa dan dipelajari di Amerika, dan gambar-gambar Sphinx di Mesir dapat dipelajari di Indonesia, demikian contoh-contoh selanjutnya akan membuktikan bahwa gambar-gambar itu merupakan penjelasan dari bendabenda yang sebenarnya yang kerap kali tak mungkin dilihat berhubung letaknya jauh atau terjadinya pada masa lampau. 3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. Bendabenda kecil yang tak dapat dilihat dengan mata, dibuat fotografinya sehingga dapat dilihat dengan jelas. 4. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, karena itu bernilai terhadap semua pelajaran disekolah. 5. Gambar-gambar mudah didapat dan murah. 6. Mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa. Suatu gambar dapat dilihat oleh seluruh kelas, bahkan seluruh sekolah. 7. Dapat membangkitkan minat belajar siswa dan mengurangi kejenuhan belajar. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar mempunyai beberapa kelemahan yaitu : 1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat terlihat oleh sekelompok siswa. 2. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Adapun karakteristik media gambar yaitu : 1. Harus autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti jika siswa melihat langsung peristiwa yang berlangsung, 2. Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukan bagian-bagian pokok dalam gambar tersebut, 3. Ukuran gambar proposional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar, 4. Memadukan antara keindahan dan kesesuaian untuk mencapai tujuan pembelajaran, 5. Gambar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran atau materi yang diajarkan. Sejalan dengan pendapat di atas Nana Sudjana (1975:100) mengatakan bahwa menggunakan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai : 1. Dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir. Page 6
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
2. 3.
Dapat memperbesar minat dan perhatian. Dapat meletakan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. 4. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. 5. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 6. Membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa gambar adalah salah satu alat yang penting bagi siswa, maka gambar yang akan digunakan sebagai media pendidikan akan berhasil dengan baik dan efektif apabila disesuaikan dengan kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan tekhnik penggunaan dalam situasi belajar. Langkah-langkah Penerapan Media gambar dalam pembelajaran Menurut Yudi dalam Ardiani (2008:16), langkah penggunaan media gambar adalah sebagai berikut: “a) Menganalisis pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan di tuangkan dalam bentuk media audio atau foto; b) Menyiapkan bahanbahan yang digunakan; c) Menugaskan siswa untuk menyiapkan bahanbahan dalam proses pembelajaran; d) Memeragakan gambar-bambar sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh siswa; e) Guru meminta para siswa mengomentari gambar yang telah diperagakan dan siswa yang lain diminta memberi tanggapan terhadap komentar tersebut; f) Guru menjelaskan materi pelajaran melalui media yang telah disiapkan sekaligus juga menanamkan nilai moral dan norma yang menjadi target harapannya; dan g) Guru menyimpulkan materi pelajaran sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tugas kepada siswa untuk memperkaya penguasaan materi”. Hakikat pembelajaran IPS di Sekolah dasar Pengorganisasian bahan pengajaran IPS di SD sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang di integrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi. Namun ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahanbahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam. Kasmadi dalam Ahmad Arief (2005:152) ada tiga kegiatan yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu: “1) Partisipasi peserta didik melalui keterampilan latihan, 2) partisipasi peserta didik melalui penelitian, dan 3) partisipasi peserta didik melalui Page 7
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
diskusi. Dalam partisipasi peserta didik melalui keterampilan latihan, yang bisa dilakukan ialah dengan membuat catatan. Hal ini disebabkan karena buku catatan mampu menyimpan semua hasil belajar dikelas, seperti ringkasan dan gambar. Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang dilakukan berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada peserta didik yang “enggan” mempelajari IPS. Sedangkan dalam partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi merupakan salah satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta didik dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi penting dalam perkembangan peserta didik. Peserta didik yang aktif dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan kerangka jiwanya untuk menghadapi setiap masalah, membentuk pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk parmasalahan atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka mengamati suatu model dramatisasi peristiwa sejarah yang diperagakan oleh temannya. Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “jika guru menggunakan media gambar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS di SDN 3 Talise Palu”. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Pelaksanaan penelitian ini, mengikuti model penelitian bersiklus yang mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto 2002:84) yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 3 Talise Palu semester ganjil tahun ajaran 2012/2013, denagn jumlah siswa 38 orang anak yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki. Tahap-tahap Penelitian Pra Tindakan Adapun tahap-tahap persiapan dalam melakukan penelitian ini adalah melakukan tanya jawab kepada siswa serta memberi tugas secara individu dan kelompok, kemudian menganalisis hasil jawaban dan pekerjaan anak.
Page 8
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
HASIL DAN PENBAHASAN Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 57,89%. Ini berarti siklus I pada penelitian ini tidak mencapai keberhasilan yang diharapkan sebab bedasarkan ketuntasan belajar klasikal pada mata IPS yakni harus memperoleh 80%. Nilai yang diperoleh siswa jauh dari yang diharapkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh guru kepada para siswa yang tidak tuntas dalam hasil belajarnya diperoleh beberapa sebab yaitu: 1. Ada beberapa siswa kurang mengerti dengan beberapa materi dalam pembelajaran 2. Sebagian siswa tidak belajar ketika akan menghadapi ujian/evaluasi 3. Menurut sebagian siswa beberapa butir soal dalam evaluasi terbilang sulit Berdasarkan catatan lapangan selama proses pembelajaran, tidak berhasilnya proses pembelajaran pada siklus I ini karena beberapa faktor yaitu: 1. Pengelolaan kelas yang kurang maksimal, ini terlihat dari banyaknya siswa yang ribut di dalam kelas. 2. Ada sebagian siswa yang segan bertanya tentang materi yang dianggap belum dimengerti kepada guru. Dengan demikian, untuk penerapan media gambar tidak secara langsung dapat membuat siswa secara keseluruhan aktif dalam proses pembelajaran Hasil observasi dilakukan oleh observer yang telah ditunjuk sebelumnya yaitu guru kelas IV SDN 3 Talise, dalam kegiatan ini observer mengamati kegiatan peneliti yang sebagai guru dan siswa selama proses pembelajaran. Dari hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I diperoleh presentase nilai rata-rata sebesar 72,5% atau dalam kategori baik. Selanjutnya pada pertemuan kedua di siklus I diperoleh nilai rata-rata 85% atau kategori baik pula. Dari presentase nilai rata-rata hasil observasi siswa tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan aktifitas siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil observasi guru dipertemuan pertama siklus I memperoleh nilai ratarata 83,33% atau dalam kategori baik. Selanjutnya hasil observasi pada pertemuan kedua siklus I diperoleh presentase nilai rata-rata untuk guru 85,41% dalam kategori baik. Dari hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran. Ini menandakan bahwa peneliti yang berperan sebagai guru berusaha untuk meningkatkan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Sesuai dengan hasil wawancara, catatan lapangan dan observasi pada siklus I, diperoleh kesan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II yang berhubungan penggunaan media gambar. Adapun
Page 9
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
kelemahan dan kelebihan siklus 1 serta analisis penyebabnya adalah sebagai berikut : Kelebihan siklus 1 dan analisis penyebabnya. a. Siswa cenderung termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran karena media gambar mempunyai daya tarik tersendiri guna untuk menstimulasi motivasi belajar siswa. b. Siswa antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) karena metode penggunaan media gambar merupakan hal yang baru bagi semua siswa. Kelemahan siklus 1 dan analisis penyebab a. Sebagian siswa masih ada yang canggung karena metode penggunaan media gambar merupakan hal yang baru bagi siswa. b. Siswa masih takut untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas karena guru kurang memberikan motivasi kepada siswa. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah sebesar 86,84% . Ini berarti ketuntasan belajar klasikal melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dengan kata lain pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil. Telah diuraikan sebelumnya bahwa masih ada 5 orang siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Setelah dilakukan wawancara dengan ke-5 siswa tersebut diperoleh data sebagai berikut: 1. Mereka tidak belajar sebelum menghadapi ujian 2. Beberapa butir soal yang diberikan terlalu sulit Berdasarkan catatan lapangan yang diperoleh selama proses pembelajaran, keberhasilan tindakan pada siklus II ini disebabkan oleh: 1. Siswa sudah mulai bekerja sama dengan anggota kelompoknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan 2. Pengelolaan kelas yang sudah maksimal sehingga siswa sudah tenang dalam mengerjakan tugas kelompok masing-masing. 3. Guru lebih membimbing siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Berdasarkan hasil tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan berulang kali dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media gambar, pada akhirnya siswa dapat mengerti dengan pembelajaran yang diberikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Serta peran guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Hasil observasi pada siklus II yang mengamati aktivitas siswa dan guru, diperoleh data sebagai berikut: Pada pertemuan pertama siklus II presentase nilai rata-rata untuk siswa 90% atau dalam kategori sangat baik, selanjutnya pada pertemuan kedua siklus II presentase nilai rata-rata siswa 95% atau dalam kategori
Page 10
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
sangat baik. Data ini menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas yang cukup baik selama proses pembelajaran. Persentase nilai rata-rata untuk hasil observasi guru pada pertemuan pertama siklus II sebesar 91,66% atau dalam kategori sangat baik. Selanjutnya untuk pertemuan kedua siklus II masuk dalam kategori sangat baik pula dengan presentase nilai rata-ratanya sebesar 95,83%. Berdasarkan catatan lapangan dan hasil observasi diperoleh kesan bahwa penggunaan media gambar yang telah direncanakan cukup baik. Siswa dalam proses pembelajaran memberikan kesan yang baik, terlihat pada kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas, serta siswa terlihat pula lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Pengujian Indikator Kinerja Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa 63,5% dan ketuntasan belajar klasikal 57,89% mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa 70,63% dan ketuntasan belajar klasikal 86,84%. Selain itu, hasil observasi aktivitas guru dan siswa berada dalam kategori baik dan sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 3 Talise Palu. Temuan penelitian Berdasarkan refleksi, catatan lapangan dan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, peneliti dapat mengemukakan temuan penelitian sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat memudahkan siswa untuk belajar karena dengan bantuan media gambar siswa seolah-olah dapat melihat secara konkret tentang materi yang dipelajari. 2. Penggunaan LKS pada proses pembelajaran lebih memberikan semangat siswa untuk belajar karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 3. Pembagian kelompok dengan berbagai perbedaan baik jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya menumbuhkan hubungan sosial yang baik sebab antara siswa yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi dan saling membutuhkan. PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penggunaan media gambar. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran dengan media gambar. Metode pembelajaran yang dipakai adalah motode diskusi, oleh karena itu dalam pembentukan kelompok harus dibuat heterogen dengan memperhatikan berbagai faktor seperti, perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan Page 11
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
tingkat ekonomi. Tujuan pembentukan kelompok ini agar terjadi interaksi siswa di dalam kelompoknya, dengan harapan siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi dapat membantu proses pemahaman konsep bagi teman yang berkemampuan rendah. Penggunaan media gambar sangat membantu siswa dalam pembelajaran karena dengan bantuan media gambar siswa seolah-olah dapat melihat secara konkret tentang materi yang dipelajari. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu pada hasil tes siklus I, ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 76,67% dari standar ketuntasan belajar klasikal yang ditentukan. Jumlah siswa yang tidak tuntas berjumlah 7 orang, ini berarti bahwa hasil yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keadaan tersebut dikarenakan pada tes siklus I, ada beberapa siswa yang salah dalam mengisi soal serta guru masih melakukan banyak perbaikan dalam pengolahan pembelajaran. Jika dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I terjadi peningkatan yang cukup baik, yakni pada pertemuan pertama di siklus I, hasil observasi aktivitas siswa yaitu sebesar 72,5% atau berada dalam kategori baik. Hasil observasi ini belum mencapai hasil yang diharapkan. Ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Metode pembelajaran yang digunakan berbeda dengan pembelajaran yang sering digunakan di dalam kelas 2. Terdapat beberapa kelompok yang kegiatannya didominasi siswa yang akademiknya tinggi 3. Pengelolaan kelas yang kurang maksimal 4. Siswa kurang mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran 5. Sebagian siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang diberikan Pertemuan kedua siklus I, aktivitas siswa mengalami peningkatan. Ini berdasarkan hasil observasi siswa yang memperoleh presentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama 72,5% yang berada pada kategori baik mengalami peningkatan pada pertemuan kedua 85% yang berada pada kategori baik pula. Ini disebabkan karena siswa telah mulai memahami metode pembelajaran yang diberikan, bekerjasama dalam memecahkan masalah dalam kelompok dan mulai memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Hasil observasi guru yang dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua disiklus I mengalami peningkatan pula, yakni persentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama 83,33% yang berada dalam kategori baik mengalami peningkatan menjadi 85,41% yang berada pada kategori baik. Hal ini didasarkan pada kemauan guru untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran terutama pada pemberian penjelasan tentang model pembelajaran yang digunakan, penguasaan materi pembelajaran dan pengelolaan kelas yang baik. Walaupun hasil belajar siswa di siklus I ini belum mencapai target yang Page 12
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
diharapkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan tetapi hasil observasi aktivitas siswa dan guru terlihat bahwa selama mengikuti pembelajaraan secara umum berada dalam kategori baik. Berdasarkan temuan di lapangan kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal mencapai 86,84%. Jumlah siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 5 orang. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa mencapai target yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pula dari hasil observasi siswa dan guru pada siklus II yakni pada pertemuan pertama siklus II, diperoleh hasil observasi aktivitas siswa sebesar 90% yang berada pada kategorisangat baik. Sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh hasil observasi siswa sebesar 95% yang berada pada kategori sangat baik. Ini menandakan bahwa siswa telah memberikan respon yang baik selama mengikuti pembelajaran di kelas. Peningkatan aktivitas siswa di siklus II terlihat pada indikator-indikator sebagai berikut : 1. Meningkatnya perhatian siswa saat guru menyampaikan informasi atau materi pembelajaran 2. Meningkatnya kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas kelompok 3. Meningkatnya kemauan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hasil observasi aktivitas guru siklus II selama pertemuan pertama dan kedua berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama 91,66% dan pertemuan kedua 95,83%. Ini menandakan bahwa guru melakukan pembelajaran di kelas dengan baik. Setelah dilakukan evaluasi siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,84%. Nilai tersebut melebihi standar ketuntasan belajar klasikal yang ditentukan, walaupun masih terdapat 5 orang siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Beberapa orang siswa tidak tuntas ini disebabkan karena mereka tidak mempersiapkan diri dengan belajar sebelum mengikuti ujian yang diberikan. Namun jika dilihat dari sikap dan kerja siswa tersebut selama mengikuti pembelajaran terlihat bahwa mereka memperlihatkan sikap yang baik dan selalu aktif didalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Dengan berhasilnya evaluasi pada siklus II maka peneliti tidak perlu lagi mengadakan penelitian pada siklus selanjutnya. Bagi siswa yang belum tuntas, peneliti hanya bisa memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar lebih giat dan aktif dalam pembelajaran selanjutnya sehingga hasil belajar siswa tersebut dapat meningkat dari sebelumnya. Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada aspek hasil belajar selama mengikuti pembelajaran di kelas. Page 13
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Dari aspek belajar, terlihat meningkatnya pemahaman siswa pada materi pelajaran yang dipelajari, ini dibuktikan dengan berkurangnya jumlah siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dari aspek sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, terlihat beberapa peningkatan diantaranya terjadi kerjasama siswa yang baik di dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa menggunakan bahasa yang sopan pada saat menyampaikan pendapat maupun menanggapi pendapat orang lain serta siswa menjadi pendengar yang baik selama mengikuti pembelajaran terutama pada diskusi kelompok. Terjadi peningkatan hasil belajar, dapat diartikan bahwa siswa memperoleh tingkah laku yang baru selama proses pembelajaran. Sehingga hal ini disesuai dengan pendapat para ahli yang telah diuraikan pada kajian pustaka yang secara umum memperoleh tingkah laku yang baru maupun perubahan tingkah laku menjadi lebih baik dari hasil proses pembelajaran yang dilalui siswa. Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa penggunaan media gambar cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN 3 Talise Palu. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 3 Talise Palu. Hal ini terlihat dari meningkatnya ketuntasan belajar klasikal siswa, hasil observasi siswa dan guru dari siklus I ke siklus II. Hasil penelitian pada siklus I yaitu ketuntasan belajar klasikal sebesar 57,89%, aktivitas siswa berada pada kategori baik yaitu 72,5% pada pertemuan pertama dan 85% pada pertemuan kedua serta aktivitas guru berada pada pada kategori baik yaitu 83,33% pada pertemuan pertama dan 85,41% pada pertemuan kedua. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,84%, aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik yaitu 90% pada pertemuan pertama dan 95% pada pertemuan kedua, serta aktivitas guru berda pada kategori sangat baik yaitu 91,66% pada pertemuan pertama, dan 95,83% pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil dan pengalaman selama penelitian maka dapat disarankan bahwa: 1. Dalam menggunakan media gambar, sebaiknya guru memahami langkahlangkah dalam penggunaan media gambar. 2. Guru perlu menggunakan media pendukung seperti media gambar dan LKS dalam proses pembelajaran, agar lebih memudahkan dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas. Page 14
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
DAFTAR PUSTAKA Abied, 2009. Motivasi dan Prestasi Belajar. (Online), (http://www.Google.co.id. Di akses 10 Februari 2012). Ahmad, Arief.2005. pembelajaran Pendidikan IPS di Tingkat SD. (Online), (http://www.Google.co.id. Di akses 10 Februari 2012). Ardiani, 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://www.Google.co.id. Diakses 10 Februari). Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1975. Hamka, 2010. Penggunaan Media Gambar Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 25 Palu. FKIP Palu. Universitas Tadulako. Hermina, 2010. Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Murid Pada Pembelajaran IPS dikelas II SDN 25 Palu. FKIP Palu. Unversitas Tadulako. I G A K Wardani, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta. Liberthin, 2011. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Di Kelas IVA SD Bala Keselamatan Palu. FKIP Palu. Universitas Tadulako. Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar, Ideal, Bandung, 1975. -----, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung, 1984. Samsidar, 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar dikelas IV SDN Inpres Pesaku Kecamatan Dolo Barat. FKIP Palu. Universitas Tadulako. Sapriah, 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Media Gambar di SD DDI Kecamatan Parigi. FKIP Palu. Universitas Tadulako. Slameto, Evaluasi Pendidikan, FKIP-UKSW Salatiga. 1986. -----, Membangkitkan Kreativitas Melalui Pendidikan, Suara Merdeka, Semarang, 11 Maret 1985. Page 15
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
-----, Meningkatkan Intelegenci Anak, Suara Merdeka, Semarang, 13 Februari 1985. -----, Penelitian Tentang Kebiasaan Belajar . . . , Skripsi SM, BP, DIP-FKIP UKSW Salatiga, 1980. Usman, H.B. dkk. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
Page 16
*Setna Alfrida Makudja , A.401 08 087, Huber Yaspin Tandi, Arif Firmansyah, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako