MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MOTUI KABUPATEN KONAWE UTARA
JURNAL
OLEH: ZILA RAZILU NIM. G2G1 15 105
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
IPS INTEGRATED BY LEARNING LEARNING OUTCOMES COOPERATIVE MODEL STUDENT SAW ON STUDENT CLASS 2 STATUS VII SMP MOTUI North Konawe Oleh Zila Razilu (Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS PPS UHO) Dr. H. Samiruddin T., M.Si (Dosen Program Studi Pendidikan IPS PPS UHO ) Dr.Hj. Darnawati, S.Pd., M.Pd (Dosen Program Studi Pendidikan IPS PPS UHO) Penulis pertama menyatakan bahwa artikel ini merupakan bagian dari Tesis yang telah diseminarkan dan telah diperiksa kebenarannya oleh komisi pembimbing. Artikel ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti ujian Tesis dan sebagai bahan publikasi ilmiah pada jurna penelitian pendidikan IPS yang diterbitkan oleh program studi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo,Kendari. Kendari,
April 2017
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Dr. H. Samiruddin T., M.Si Pembimbing I
Dr. Hj. Darnawati, S.Pd., M.Pd Pembimbing II Mengetahui : Koordinator Program Studi Pendidikan IPS
Dr. Hj. Darnawati, S.Pd., M.Pd NIP.197011072005012001
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MOTUI KABUPATEN KONAWE UTARA ABSTRAK Zila Razilu G2G1 15 105, Dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Motui Kabupaten Konawe Utara “ Dibimbing oleh Dr. H. Samiruddin T., M.Si dan Dr. Hj. Darnawati, S.Pd., M.Pd. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara, 2. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara, 3. Untuk megetahui peningkatan hasil belajar sejarah pada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Motui Kabupaten Konawe Utara pada kelas VII semester II tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dalam penelitian ini siswa kelas VII SMP Negeri 2 Motui Kab. Konawe Utara berjumlah 27 orang siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data dikumpulkan dari hasil tindakan yang dilakukan pada observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil penelitian dapat dilihat dari peningkatan keberhasilan aktivitas mengajar guru pada siklus I pertemuan pertama mencapai 69,47,00% meningkat menjadi 74,74% pada pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama aktivitas mengajar guru mencapai 76,84% dan meningkat menjadi 91,11% pada pertemuan kedua. keberhasilan aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama mencapai 66,32% meningkat menjadi 76,84% pada pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama aktivitas belajar siswa mencapai 80,00% dan meningkat menjadi 91,11% pada pertemuan kedua. hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar, siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 69,63 menjadi 80,00 pada siklus II. Di samping itu, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 55,56% (15 orang siswa) pada siklus I menjadi 88,89% (27 orang siswa) pada siklus II. Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
ABSTRACT Zila Razilu G2G1 15 105, entitled "Improving Integrated IPS Learning Outcomes through Cooperative Learning Model Jigsaw Type In Grade VII Students of SMP Negeri 2 Motui Kabupaten Konawe Utara" Guided by Dr. H. Samiruddin T., M.Si and Dr. Hj. Darnawati, S.Pd., M.Pd. The purpose of this study are: 1. To describe the activity of teachers in the application of cooperative learning jigsaw type of history subjects at grade VII students SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara, 2. To describe the activities of students in cooperative learning model jigsaw type of history subjects at grade VII students SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara, 3. To megetahui improvement of learning outcomes of history on students through cooperative learning model type jigsaw class VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe North. This research was conducted in SMP Negeri 2 Motui North Konawe Regency in class VII second semester of academic year 2016/2017. The type of this research is classroom action research (PTK), subject in this research students class VII SMP Negeri 2 Motui Kab. Konawe North numbered 27 students. Technique used in this research is Data collected from result of action done at observation of learning process and test result learn. The result of research can be seen from the improvement of teacher teaching activity activity in first cycle of first meeting reach 69,47,00% increase to 74,74% at second meeting. While in cycle II the first meeting of teacher teaching activities reached 76.84% and increased to 91.11% at the second meeting. The success of student learning activity in the first cycle of the first meeting reached 66.32% increased to 76.84% at the second meeting. While on the second cycle of the first meeting of student learning activities reached 80.00% and increased to 91.11% at the second meeting. Student learning outcomes on subjects History in class VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe North. This can be seen from the improvement of learning outcomes, the average cycle of student learning outcomes is 69.63 to 80.00 in cycle II. In addition, there was an increase in the number of students who achieved learning mastery of 55.56% (15 students) in the first cycle to 88.89% (27 students) in cycle II. Keywords: Learning Outcomes, Jigsaw Cooperative Learning Model
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia agar dapat mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan, salah satunya yaitu dengan melakukan upaya inovasi di bidang pendidikan. Menurut Sudjana (2005: 2). Dalam penyelenggaraannya di sekolah, pendidikan yang melibatkan guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai tenaga pendidik yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan model pembelajaran di kelas. Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa, sehingga dalam penggunaan model pembelajaran tidak harus sama untuk semua pokok bahasan, sebab dapat saja terjadi bahwa suatu model pembelajaran tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak cocok untuk pokok bahasan yang lain (Santri, 2007: 25). Model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara kelompok dengan anggotanya melalui diskusi. Mata pelajaran IPS sebagai salah satu bidang pengetahuan memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. IPS sebagai bagian dari pendidikan dipilih sebagai sarana bagi siswa agar mampu berpikir logis, etis dan sistematis, hal ini sesuai dengan fungsi pelajaran IPS yang dirumuskan dalam kurikulum, yaitu sebagai wahana untuk mengembangkan penalaran yang dapat menjelaskan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu masalah kualitas pengajaran IPS memerlukan perhatian yang serius dari pihak-pihak yang terkait, khususnya para guru IPS yang mengelola pembelajaran secara langsung di dalam kelas. Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang lebih dikenal dengan IPS merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembelajaran di sekolah karena mata pelajaran tersebut membantu peserta didik untuk mengenali lingkungan sosial di tempat tinggalnya maupun di tempat yang jauh. Mata pelajaran IPS ditemukan pada tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Namun, di setiap jenjang pendidikan mempunyai takaran yang berbeda. Di SD maupun SMP untuk mata pelajaran tersebut mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut
terlihat dari penggabungan bidang studi sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya menjadi satu mata pelajaran yang disebut dengan IPS terpadu. Belajar merupakan proses yang sangat penting dan mempunyai peranan utama dalam meningkatkan keberhasilan siswa. Di mana hasil belajar yang diharapkan baik oleh guru maupun orang tua adalah terjadinya peningkatan seluruh potensi yang dimiliki siswa, seperti kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena kegiatan belajar itu sendiri adalah proses latihan terhadap seluruh potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, maka siswalah yang seharusnya turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator, moderator, fasilitator dan organisator. Hasil belajar yang diharapkan kadang kala tidak dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan baik didalam standar kompetensi lulusan maupun kriteria ketuntasan minimal, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dapat mencapainya. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar siswa masih beranggapan bahwa hasil belajara lebih penting, sedangkan proses belajar diabaikan. Oleh karena itu apabila hasil belajar yang diperoleh menurun maka akan berpengaruh pada turunnya tingkat aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal dengan guru mata pelajaran IPS Terpadu dan siswa di SMP Negeri 2 Motui diperoleh hasil bahwa kebanyakan siswa kelas VII pasif dan banyak diam pada saat mengikuti pembelajaran, hal ini di sebabkan karena motivasi siswa, kurang berani untuk menjawab dan bertanyapertanyaan maupun mengungkapkan pendapat. Selain itu juga anggapan siswa bahwa mata pelajaran IPS terpadu adalah mata pelajaran yang membosankan karena sebagian besar materi pembelajaran adalah hafalan. Untuk memahami materi tersebut diperlukan suatu cara agar dalam proses belajar baik disekolah maupun dirumah siswa dapat memahai tentang apa yang mereka baca sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, karena kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatu alternatif model pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, yaitu dengan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penggunaan model kooperatif tipe jigsaw dinilai dapat memaksimalkan keaktivan siswa sekaligus dapat meningkatkan kualitas pribadi dalam bentuk kelompok sehingga siswa dapat peluang bekerja sama dan memperoleh hasil belajar yang baik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah aktivitas guru dapat di tingkatkan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara ?, 2. Bagaimana aktivitas siswa dalam model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara ?, 3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara ? B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara, 2. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara, 3. Untuk megetahui peningkatan hasil belajar sejarah pada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kelas VII SMPN 2 Motui Kab. Konawe Utara. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini, yaitu : 1. Memberikan sumbangan pemikiran berupa inovasi dalam pembelajaran mengemukakan pendapat melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS. 3. Bagi guru, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran IPS di kelas, sehingga materi pelajaran IPS yang dianggap sulit dan abstrak bagi siswa dapat dipahami dengan baik sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Belajar Dan Pembelajran Menurut Willis (2006: 2) belajar dapat didenifisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Djamarah (2002: 12) mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Kingsley (2006: 37) mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui praktek atau latihan. Menurut Ekawarna (2010: 42) mendefinisikan secara formal bahwa belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama masa waktu dan tidak semata-mata disebapkanoleh proses pertumbuhan. Perubaha tersebut terbentuk dari tingkah laku, hal itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan sesudah belajar. Menurut Margaret (2010: 61) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau purubahan sikap, minat atau nilai, perubahan itu harus bertahan beberapa periode waktu. Sementara Djamarah (2002: 12) mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan definisi belajar yaitu suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat menetap. Menurut Hamalik (2008: 1.4-6), terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman: (1) Proses merupakan salah satu unsur pokok dalam belajar, karena pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri diwujudkan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, seperti siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan dari guru, diskusi, dan sebagainya. Itu semua merupakan gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa. (2) Perubahan perilaku seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari kegiatan belajar, sehingga perubahan perilaku juga dikatakan sebagai salah satu unsur pokok dalam belajar. Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil yang tampak dari individu yang belajar. Selain itu, pengetahuan dan keterampilannya akan bertambah, penguasaan nilai-nilai dan sikapnya juga bertambah, (3) Pengalaman Belajar adalah mengalami. 2. Hasil Belajar Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tetang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi guru dapat dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu Menurut Dimyanti (2007: 71) hasil belajar merupakan kapailitas, setelah belajar orang memiliki : Sikap, Keterampilan dan nilai. Belajar menurut pandangan Peaget bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dan mengalami perubahan. Hal senada dikemukakan oleh Winkel (1991: 161) menjelaskan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa mengakibatkan perubahan dalam bidang pengetahuan atau pemahaman, bidang keterampilan dan sikap. 3. Konsep Pembelajaran IPS Tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam
pengalaman seorang siswa untuk menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru. Tujuan yang bersifat efektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian- pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa mengembangkan filsafat hidupnya (Taneo,2010: 1-26). Berdasarkan hal diatas dapat dikemukakan bahwa tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa amatlah luas. Secara umum adalah memprsiapkan siswa menjadi warga negara yang baik, mempunyai kemampuan berpikir, keterampilan serta sikap yang selanjutnya dapat memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi dilingkungan sosial dan berpartisipasi aktif sebagai masyarakat yang bertanggung jawab. Wahab (2008: 16) memetakan perbedaan IPS dan beberapa Ilmu sosial lainnya adalah: pertama, IPS bukanlah suatu disiplin ilmu seperti halnya ilmu sosial, tetapi IPS lebih tepat disebut sebagai bidang kajian, yaitu suatu kajian terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Kedua, pendekatan yang dilakukan dalam IPS menggunakan pendekatan multidisiplin atau interdisiplin, tidak seperti halnya ilmu sosial yang menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin. Ketiga, IPS sengaja dirancang untuk kepentingan pendidikan, oleh karena itu, keberadaanya lebih memfokuskan pada dunia pesekolahan, perguruan tinggi atau dipelajari masyarakat umum sekali pun. Keempat, IPS disamping menggunakan ilmu-ilmu sosial sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran dilengkapi dengan mepertimbangkan aspek psikologi, pedagogik, sehingga kondisi lingkungan perkebangan siswa dan latar belakangnya harus diprtimbangkan dalam penyajiannya. 4. Karakteristik Pendidikan IPS di SMP Bidang studi IPS meruapakan gabungan atau konsep-konsep ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah pisah dari kotak disiplin ilmu. Karena IPS terdiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial, maka dapat dikatakan bahwa IPS mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya (Hidayati,2008: 126). 5. Medel Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama, saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri yang beranggotakan empat sampai enam orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Selanjutnya, sebagai latar belakang pembentukan kelompok, Fathurrahman (2007 51) menyatakan yang maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu solusi ideal terhadap permasalahan yang ada dalam kelompok, terutama bagi
siswa yang berbeda suku mempunyai peluang cukup besar karena adanya interaksi yang kooperatif. Kehadiran para siswa dari ras yang berbeda atau latar belakang suku yang berbeda digunakan untuk meningkatkan hubungan dalam suatu kelompok. Pada pembelajaran sejarah banyak masalah yang sulit untuk dipecahkan sendiri-sendiri oleh siswa dan akan lebih efektif apabila didukung dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yang kita gunakan merupakan hal baru bagi guru dan siswa karena memiliki perbedaaan–perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan model pembelajaran selama ini, dimana peranan guru sangat dominan. Hasil–hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik–teknik pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Menurut Ismail (2002: 12), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (3-5 siswa perkelompok). Setiap kelompok ditempatkan ke dalam kelas sedemikian rupa sehingga anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi lebih baik tanpa menganggu kelompok lainya. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, penugasan dan buku. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan belajar yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi yang harus dipelajari dan permasalahanpermasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sendiri-sendiri mempelajari materi pembelajaran dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk penugasan materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggung jawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling bertukar ide, pengetahuan, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-sama. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.
Menurut Lie (2002: 12) model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif menimbulkan siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 yang akan berlangsung pada bulan Desember 2016 sampai Januari/Maret 2017 pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Motui Kab. Konawe Utara. 2. Subjek Penelitian Subjek yang diambil pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi di kelas VII SMP Negeri 2 Motui Kab. Konawe Utara pada tahun pelajaran 2016 / 2017. Sedangkan jumlah siswa yang terdapat dalam kelas VII adalah 16 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. 3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. teknik pengumpulan data Data dikumpulkan dari hasil tindakan yang dilakukan pada observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar yang dijabarkan sebagai berikut: a. data aktivitas siswa dan guru salama proses pembelajaran dikumpulkan dengan lembar observasi; b. hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. 2. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah analisia kualitatif deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif-deskriptif digunakan untuk menjelaskan permasalahan tindakan yaitu berupa aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal yang dibuat oleh guru mata pelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif diguanakan dalam bentuk skor tes hasil belaja siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Aktivitas Mengajar Guru Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh gambaran bahwa dalam kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran Sejarah di kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara mampu meningkatkan aktivitas mengajar guru selama proses pembelajaran. Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru menunjukkan bahwa
pada siklus I pertemuan pertama persentase aktivitas guru mencapai 69,47%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran sudah berada pada kategori baik. Meskipun demikian, masih ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, seperti pada kegiatan awal, guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran belum terlalu jelas, pemberian motivasi belum maksimal, dan penggalian informasi (apersepsi) tentang materi pelajaran belum terlalu mendalam. Pada kegiatan inti, kelemahan-kelemahan guru seperti guru dalam memantau kegiatan diskusi kelompok hanya memperhatikan siswa yang masuk di kelompok ahli, serta dalam melakukan refleksi, peran guru sangat dominan, sementara siswa masih ada yang pasif. Pada kegiatan penutup, guru langsung menyimpulkan materi yang diajarkan, tanpa ada komentar dari siswa. Hasil observasi pada pertemuan kedua siklus I menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas guru yakni mencapai 74,74%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru sebanyak 5,27%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran sudah berada pada kategori baik. Meskipun demikian, masih ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, seperti pada kegiatan awal, penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, pembimbingan siswa dalam menyimpulkan materi serta apersepsi belum terlalu nampak. Pemberian bahan ajar belum dituntun dengan maksimal. Namun aspek lain seperti pengelompokkan siswa, dan refleksi sangat efektif. Kelemahan-kelemahan pada tindakan siklus I kemudian dilakukan perbaikan dengan melaksanakan tindakan siklus II. Hasil refleksi tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama mencapai 76,84%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran sudah berada pada kategori baik. Meskipun masih ada aspek yang belum semuanya terlaksana. Pada pertemuan kedua siklus II aktivitas mengajar guru mencapai 91,11%. Menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebanyak 11,11%. Ini berarti bahwa aktivitas mengajar guru telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu ≥ 80%. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin, (2000: 92) bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, semua siswa dalam setiap kelompok diharuskan untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan dan selalu aktif ketika kerja kelompok, baik kelompok asal maupun kelompok ahli, sehingga saat ditunjuk oleh guru untuk memprestasikan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor untuk kelompoknya. Dan menurut Fathurrahman (2007 51) menyatakan yang maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu solusi ideal terhadap permasalahan yang ada dalam kelompok, terutama bagi siswa yang berbeda suku mempunyai peluang cukup besar karena adanya interaksi yang kooperatif. Kehadiran para siswa dari ras yang berbeda atau latar belakang suku yang berbeda digunakan
untuk meningkatkan hubungan dalam suatu kelompok. Pada pembelajaran sejarah banyak masalah yang sulit untuk dipecahkan sendiri-sendiri oleh siswa dan akan lebih efektif apabila didukung dengan model pembelajaran kooperatif. 2. Hasil Belajar Siswa Peningkatan aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah pada tiap siklusnya berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara . Dari hasil tes tindakan menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar Sejarah dari data hasil belajar pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 sampai dengan siklus II, dimana pada tes awal (hasil ulangan harian) diperole rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,78 dengan persentase ketuntasan 33,33%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran Sejarah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada tindakan siklus I pertemuan pertama, para siswa belum semuanya aktif dalam pembelajaran, karena model pembelajaran yang diterapkan guru merupakan hal yang baru bagi mereka, sehingga dalam pelaksanaannya belum begitu maksimal. Kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama ini belum maksimal karena siswa belum termotivasi dalam belajar, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran. Pada pertemuan kedua siklus I, siswa sudah mulai ada peningkatan aktivitas belajar, meskipun masih ada beberpa aspek yang belum maksimal dilakukan. Setelah diadakan evaluasi hasil belajar siklus I, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa mencapai 69,63 dengan persentase ketuntasan 55,56%. Atau hanya 15 siswa dari 27 siswa yang tuntas belajarnya. Walaupun sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan nilai ulangan harian (tes awal), namun belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu ≥ 85% siswa memperoleh nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70. Berdasarkan pencapaian hasil belajar siswa pada siklus I, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II guna memperbaiki kelemahankelemahan yang terjadi pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, menunjukkan bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa yang mencapai rata-rata 80,00 dengan persentase ketuntasan 88,89%. Atau sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang telah tuntas belajarnya. Dengan demikian telah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu ≥ 85% siswa memperoleh nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70. Peningkatan hasil belajar Sejarah siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara yang dicapai tersebut selain dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, juga disebabkan oleh peningkatan aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Muslim Ibrahim (2000: 12) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Dan menurut Menurut Rahayu (2000: 163) peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) membantu siswa untuk menyelesaikan tugas dan (2) membantu siswa bekerja secara berkelompok". Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran kooperatif adalah bekerja dalam kelompok (Sanjaya,2008: 50) Para siswa diharapkan menjadi aktif , bertanggung jawab, kooperatif dan penuh kepedulian terhadap keberhasilan kelompok. Berdasarkan pencapaian ketuntasan ketiga faktor yang diteliti tersebut, maka penelitian ini dikatakan telah berhasil dan dihentikan sampai pada siklus II. Ini berarti bahwa hipotesis tindakan telah terjawab yaitu aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah pada siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut: 1. Aktivitas mengajar guru meningkatkan dalam melaksanakan proses pembelajaran Sejarah pada kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara . Hal tersebut dilihat dari peningkatan keberhasilan aktivitas mengajar guru pada siklus I pertemuan pertama mencapai 69,47,00% meningkat menjadi 74,74% pada pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama aktivitas mengajar guru mencapai 76,84% dan meningkat menjadi 91,11% pada pertemuan kedua. 2. Aktivitas belajar siswa kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara meningkatkan , hal ini dapat dilihat dari peningkatan keberhasilan aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama mencapai 66,32% meningkat menjadi 76,84% pada pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama aktivitas belajar siswa mencapai 80,00% dan meningkat menjadi 91,11% pada pertemuan kedua. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di kelas VII SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar, siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 69,63 menjadi 80,00 pada siklus II. Di samping itu, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 55,56% (15 orang siswa) pada siklus I menjadi 88,89% (27 orang siswa) pada siklus II.
B. Saran Dari kesimpulan di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi guru, Kepada guru-guru lain kiranya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Sejarah. 2. Bagi siswa, kiranya dapat lebih antusias dalam menggunakan model-model pembelajaran yang tepat agar hasil belajar siswa meningkat. 3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan model pembelajaran jigsaw, karena penelitian ini hanya berfokus di lingkungan SMPN 2 Motui Kab.Konawe Utara . DAFTAR PUSTAKA Acmad,dkk. 2012, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Abdullah,2001, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Arikunto, 2006, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arsjad, Azhar, Slavina, 2000. Pembelajaran Konfesional. Jakarta : Erlangga Asma ,2006, Mengitung Rata-rata, Jakarta : Erlangga Aqib dkk. 2010, Metode Statistika, Bandung: Penerbit Tarsito Ayu,Nihibingsah, 1995, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Azman, Thorndike, 1998, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Bahri, Syaiful, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Bahrun Djamara,2002,hakiket belajar mengajar, Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Dahar Willis, 2006, Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta; Rineka Cipta Dila, Syahiful, 2001, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Dimyanti,2007, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Discroll,dkk. 2006, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj Rosdakarya, Djahiri, 2002, Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta Djahiri,dkk. 2005, Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta Edward, 2000, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Fathurrahman, 2007, Startegi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta. G. Bell, Kingsley, 2006, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Gagne, Daus, 2003, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj Rosdakarya. Gagne,Ekawarna, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Geny, dkk. 2007, Proses Belajar Mengajar, Semarang: Aneka Ilmu Hamalik, 2008, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Hilgrad, 2006, Strategi Belajar Mengajar dalam KPJ. Jakarta: Rineka Cipta. Hidayati,2008, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. Ibrahim Muslim, 2000, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.Jakarta Ismail, 2002, Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning), Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Johson, Isjoni, 2013, Cooperative Learning,Bandung: Alfabeta. Kemdikbud,2016, Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Jakarta: Depdikbud. Lie, 2002, Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Lie, Anita, 2009, Cooperative Learning Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Megawati, 2012, Peningkatan Hasil Belajar IPS.Kendari Mahmud, 2001, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Margaret, 2010, Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Muhammad, 2015, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Muliyo, 2008, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana,1968, Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj Rosdakarya Nasution, 1995, Strategi mengajar belajar IPS, Malang : IKIP Malang. Nina, dkk. 2008, Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Jakarta, PT Poerwanti willis, 2006, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D,Bandung: Alfabeta. Puskur,dkk. 2006, Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Balai pustaka Rahayu ,2000, Startegi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta Rahayu . 2012. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Rahmaniar, 2011, Hasil Belajar, Jakarta : Kencana Prenada Media. Saiman , 2012, Aktivitas Belajar IPS, Jakarta : Kencana Prenada Media. Sanjaya, Nina 2008. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Santri, Slameto, 2003, Strategi Belajar Mengajar,Yogyakarta: Pustaka Pelajar Siddiq,dkk. 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Soemantri, 2007, Pelajaran IPS. Jakarta : Kencana Prenada Media. Soemantri, 2009, Strategi pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Soemantri, Nu’man, 2007, pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Sri, 2003, Pendidika IPS SMP, Bandung: Remaj Rosdakarya Sudjana, 2005, Pendidikan IPS, Yogyakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana, 1968, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudjana, Nana, 2000, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suparno, Mulyono, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Mengajar, Universitas Terbuka : Jakarta. Puskur, Azhar, 2000, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru. Thorndike, Muhibinsyah, 1995, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raj Grafindo Persada Trianto, Joni.r, 2010, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta. Trianto, Johson, Isjoni, 2007, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta. Winkel,1991, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Wahab, 2008, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Yonny,dkk. 2012, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D,Bandung: Alfabeta. Zamroni,2002, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada