BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN BIAYA
Akuntansi biaya mengukur sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa dengan satuan uang. Satuan pengukur yang digunakan untuk menyatakan nilai uang dan berbagai sumber ekonomi yang digunakan tersebut disebut dengan istilah "cost". Pemakaian istilah "cost" dalam akuntansi selalu dikaitkan dengan objek atau tujuan dari penggunaaan berbagai sumher-sumber ekonomi . Objek penggunaaan berbagai sumber ekonomi dapat berupa produk, pelanggan, departemsn,
jasa, fasilitas, kegiatan atau proyek dan sebagainya yang diukur biayanya dan
dibebankan. Agar lebih jelas penulis akan memberikan beberapa definisi biaya yang diungkapkan oleh para ahli, dimana ungkapan itu saling berbeda tetapi prinsip dan pengertian dari definisi itu sama.
Pengertian biaya menurut Hansen-Mowen (2000: 40) adalah sebagai berikut:
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan bar?.ng atau jasa yang.diinginkan. Sedangkan menurut pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dalam rangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002: 24). Istilah biaya sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban. Pengertian beban disebutkan sebagai berikut:
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar dan berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Sedangkan pengertian biayaMenuait Mulyadi (2001: 118):
"Biaya adalah pengorbanan surnher ekonomi yang diukur dalam saiuan mala uang
telah terjadi atau kermmgkman akan terjadi imtuk mencapai tujuan iertentu. "
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa biaya adalah sumber-sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian biaya {cost) harus dibedakan dengan beban (expenses). Cost adalah biaya yang dianggap akan memberi manfaat (service potential) di waktu yang akan datang. Karena itu merupakan aktiva yang dicantumkan dineraca. Sebaliknya expenses
(expiredcost) adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi, karena
itu dapat memberikan manfaat lagi di waktu yang akan datang maka disajikan dalam perkiraan laba rugi.
B. KLASIFIKASI BIAYA DAN TEKNIK PEMISAHAN BIAYA 1.
Klasifikasi Biaya
a.
Berdasarkan Tingkah Laku
Konsep biaya dapat dipengaruhi oleh tujuan dari penggunaan biaya tersebut. Oleh karena itu dalam memilih konsep biaya harus melihat dahulu apa tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan biaya tersebut. Menuiut Matz & Usry (2002: 353) klasifikasi biaya untuk perencanaan dan
pengendalian bisa dilakukan sebagai berikut:
Biaya berdasarkan tingkah iaku biaya:
1) Biaya tetap {Fixed Cost) yaitu biaya yang jumlahnya tidak berubah, teriepas dari perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan {relevant range) tertentu.
Tidak seperti halnya biaya variabel, biaya tetap tidaklah terpengaruh oleh pembahan aktivitas selama periode tertentu. Sebagai contoh, pajak bumi dan bagunan, gaji manager dan premi asuransi gudang. Untuk tujuan perencanaan
maka, biaya tetap dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a) Committed fixed rost
Adalah biaya tetap yang terhadap manajemen mempunyai sedikit pengaruh dari satu periode ke periode berikutnya. Biaya tetap ini berkaitan dengan investasi dalam fasilitas atau peralatan kebutuhan dasar suatu organisasi. Misalnya, penyusutan fasilitas gedung
dan peralatan, pajak, asuransi gedung, dan gaji manajemen puncak. Ada ciri untuk committed fixed cost yaitu:
b)
•
Bersifat jangka panjang
•
Tidak dapat dikurangi walaupun hanya untuk sementara
•
Akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Discretionary fixed cost
Sering disebut managed fixed cost, b'iaya ini timbul karena keputusan
manajemen untuk menambah jumlah biaya tetap tertentu. Misalnya biaya periklanan,
riset
pemasaran,
hubungan
masyatrakat,
dan
program
pengembangan manajemen. Ciri biaya ini adalah: •
Bersifat jangka pendek biasanya satu tahun
•
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan biaya ini
dapatdikurangi
(sementara) tanpa mempengaruhi kemempuan perusahaan memperoleh laba.
2) Biaya variable {variabel cost) Adalah biaya yang jumlah keseluruhannya berubah secara proporsional dengan
perubahan volume kegiatan. Bila volume kegiatan naik 10%, maka biaya variable akan naik 10% juga. Namun biaya variable perunit akan menunjukkan angka
yang
penjualan dan
konstan.
Contoh-contoh
biaya-biaya
variable
adalah
komisi
harga pokok barang dagangan yang dijual dalam perusahaan
dagang. Dalam perusahaan manufaktur, contoh-contoh biaya veriablenya adalah
bahan bakii langsung dan tenaga kerja largsung. 3) Biaya campuran {mixed cost) :
Adalah biaya yang mengandung unsur-unsur biaya variable dan biaya tetap. Biaya campuran sering disebut juga biaya semivariabel (semivariable cost).
Biaya campuran terjadi karena hubungan jumlah biaya dengan basis aktivitas, disebut fungsi biaya {cost function), memiliki unsur yang konstan (atau tetap)
terhadap perubahan volume aktivitas. Sebagian dari biaya campuran ini berubah seiring dengan volume atau pemakaian, dan sebagian lagi berperilaku tetap selama periode tertentu. Contoh biaya campuran adalah biaya telepon, gaji, wiraniaga, biaya reparasi, biaya pemeliharaan dan biaya lisensi
b. Biaya berdasarkan dalam hubungannya dengan objek Menurut Garrison & Noreen (2000: 62):
a) Biaya langsung {direct cost) adalah biaya yang ditelusuri dengan jelas dan nyata kebagian tertentu dimana biaya tersebut terjadi.
b) Biaya tidak langsung {indirect cost) adalah biaya yang hams dialokasikan agar dapat dibebankan ke satuan produk atau ke bagian lain suatu perusahaan.
Dalam menentukan biaya apakah termasuk biaya langsung, kata dibebani dan alokasi merupakan
kunci
pokok untuk menentukan
apakah biaya tersebut
merupakan biaya langsung atau tidak langsung. Apabila biaya tersebut dibebankan atas dasar alokasi, berarti biaya tersebut tidak langsung. c.
Biaya berdasarkan pertanggungjawaban
Klasifikasi
biaya
berdasarkan
pertanggungjawaban
sangat
penting
dalam
pengendalian biaya. Manajemen ingin mengetahui dimana biaya terjadi dan siapa
yang harus bertanggungjawab atas pengeluaran biaya tersebut. Dengan mengeiahui tepat biaya dan pertanggungjawaban biaya, manajemen akan lebih mudah mengendalikannya.Biaya.
Biaya dalam hubungannya dengan pertanggungjawaban dikelompokkan menjadi dua menurut Matz & Usry (2001):
a) Biaya yang terkendalikan {Controllable Cost) adalah biaya yang pada tingkat manajemen tertentu atau yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh manager tertentu.
Contohnya bagian pemasaran memerlukan kerja lembur, sehingga harus dapat menambah pembayaran ekstra, maka jika pembayaran ini dapat melebihi kapasitas kerja rutin dan manager bagian yang bersangkutan harus pula dapat mempertanggungj awabkan kegagalan-kegagalannya.
b) Biaya yang tidak terkendalikan {Uncontrollable Cost) adalah biaya yang bukan tanggung jawab dan tidak dapat dipengaruhi pusat (center) tertentu.
Contohnya semua gaji karyawan di bagian pemasaran ditetapkan oleh direksi dan jika gaji belum memenuhi motivasi karyawan, sehingga terjadi penurunan produksi maka manager atau kepala bagian pemasaran tidak dapat diminta pertanggungjawaban kurangnya motivasi atau penurunan produksi.
d.
Biaya berdasarkan produksi (manufacturing cost) Menurut Hansen - mowen (2004: 44) 1.
Biaya bahan dasar (material)
Untuk tujuan akuntansi bahwa material dipisahkan kedalam dua kategori, yaitu. a) Biaya bahan dasar langsung, yaitu bahan yang menjadi bagian menyeluruh dari produkjadi. b) Biaya bahan dasar tidak langsung, yaitu merupakan bahan dasar yang
2.
digunakan untuk membuat produk, tetapi jumlahnya sangat kecil dan bukan merupakan bagian menyeluruh dari produkjadi. Biaya tenaga kerja Adalah biaya yang tenaga kerja yang dikeluarkan untuk mengerjakan bahan dasar sampai menjadi barang jadi. Seperti
halnya
bahan
dasar
maka tenaga
kerja
untuk
tujuan
akuntansi
dikelompokkan kedalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya tensga kerja tidak langsung.
Perbedaannya yaitu bahwa biaya tenaga
kerja langsung
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang menyumbangkan
jasanya untuk membuat bahan dasar menjadi barang jadi tetapi tidak langsung menangani pembuatannya, misalnya gaji pengawas. 3.
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Dalam arti ini, biaya overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung
dan biaya tenaga kerja tak langsung. Untuk tujuan tertentu biaya bahan dasar langsung dan upah langsung dikelompokkan menjadi satu disebut/vvme cost, sedangkan biaya upah tak langsung disebut conversion cost. e.
Biaya berdasarkan non produksi {non manufacturing cost) Menurut Garrison & Noreen (2000: 49)
a) Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka administrasi atau pencatatan dalam perusahaan meliputi biaya eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dan biaya administrasi ini adalah kompensasi eksekutif, akuntansi umum, secretariat,
10
public relation, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
b) Biaya penjualan dan biaya marketing termasuk semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut disebut order-getting and order filling cost (biaya untuk memperoleh dan memenuhi pesanan).
Biaya marketing meliputi pengiklanan, pengiriman, peijalanan dalam rangka penjualan, Komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan, biaya gudang produk jadi. adalah biaya yang dikeluarkan dalam mendistribusikan barang atau jasa !-:e konsumen.
Biaya-biaya lain yang temasuk biaya non produksi antara lain biaya litbang yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka menemukan inovasi-inovasi baru, misalnya produk baru, proses baru, dan teknologi baru, dan biaya keuangan yaitu biaya yang berhubungan dengan obligasi, surat berharga lainnya dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana.
Ada tiga konsep biaya lain yang harus diketahui, pertama biaya deferensial
(defferential cost) merupakan istilah yang lebih luas, yang mencakup baik kenaikan biaya maupun penurunan biaya antar altenatif, biaya deferential dapat bersifat fixed cost dan variable cost. Kedua biaya kesempatan (opportunity cost) dapat diartikan sebagai faedah potensial yang hilang atau yang dikorbankan apabila pemilihan satu
cara tindakan menuntut pelepasan cara bertindak altenatif. Dan yang ketiga biaya terbenam (sunk cost) adalah biaya yang sudah dikeluarkan dan yang tidak dapat diubah oleh setiap keputusan yang dibuat saat ini maupun dimasa mendatang. 2. Teknik Pemisahan Biaya Semi Variabel
Manager-manager menganalisis perilaku biaya agar mem-punyai landasan untuk memprediksi bagaimana biaya-biaya akan merespon perubahan-perubahan tingkat
aktivitas. Perilaku biaya {cost behavior) berarti bagaimana suatu biaya akan bereaksi atau memberikan respon terhadap perubahan-perubahan tingkat aktivitas usaha.
11
Biaya semi variabel adalah hiaya yatjg terdiri dari e/emen biaya ielap dan biaya variabel Garrison & Noreen (2000:229) Jadi biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur-unsur biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya semi variabel ini terjadi karena hubungan jumlah biaya dengan basis aktivitas, yang disebut fungsi biaya, memilik; unsur yang tetap
atau konstan terhadap perubahan volume aktivitas dan unsure yang variabel terhadap perubahan aktivitas. Sebagai dari biaya campuran ini perubahan seiring dengan
volume atau pemakaian dan sebagian lagi berperilaku tetap selama periode tertentu. Sepem biaya telepon dan vviraniaga. Sebagian biaya telepon yang harus dibayar pelanggan berperilaku tetap (yakni biaya abodemen),
sedangkan biaya lainnya
berlaku variabel karena tergantung pada banyaknya Pemakaian pulsa telepon. Unsur tetap dari biaya campuran menunjukkan biaya minimal untuk memperoleh jasa,
sedangkan unsur variabelnya berasal dari perubahan aktivitas. Menurut Matz & Usry (2001:355) ada tiga pertimhangan terhadap sifat semivanabel dari beberapajenis biaya adalah: •
Sekurang-kurangnya diperlukan organisasi atau perlengkapan dan jasa dalam,
jumlafi tertentu agar pabrik selalu sedia untuk beroperasi. Ini merupakan beban minimum yang harus dipenuhi, karena itu kita menganggapnya sebagai biaya tetap. Diluar beban minimum ini, biaya tambahan akan bervariasi sesuai dengan volume.
•
Penggolongan, yang berdasarkan pada cbyek pengeluaran atau fungsi, lazimnya
menggabung unsur-urisur tetap dan varicibel. Misalnya, harga perolehan gas panas boleh dibebankan kesatu perkiraan meskipun harga perolehan gas panas untuk pemanas tergantung pada cuaca, sedangkan harga gas panas untuk proses pabrikasi berkaitan er-at dengan variasi volume produksi di pabrik.
•
Faktor-faktor produksi dapat dibagi kedalam unit-unit yang sangat kecil. jika biaya seperti ini dan volume produksi digambarkan dalam pada satu grapik, maka akan terlihat bahwa gerakannya akan menyerupai tangga dan tidak seperti garis lurus yang kontinu.
12
Ada tiga metode untuk merinci biaya campuran menjadi elemen tetap dan elemen variable Menurut Matz & Usry (2001; 358) antaralain. •
Metode Tertinggi-Terendah (high low method).
Dalam metode tertinggi-terendah {high low method), unsur beban semi variabel yang bersifat tetap dan varibel dihitung dari dua titik data. Titik-titik data (periode) yang dihitung dari dati historis yang sedang dianalis adaiah periode-periode yang tingkat kegiatannya iinggi-rendah, periode-periode ini
biasanya, tetapi tidak harus, mempunyai jumlah biaya-biaya tertinggi dan terendah yang sedang dianalis. Bila periode-periode yang tingkat periode
tertinggi dan terendah tidak sama dengan periode-periode biaya tertinggi dan terendah yang sedang dianalisis, maka tingkat kegiatanlah yang harus digunakan untuk menentukan biaya. Periode tertinggi dan terendah dipilih karena periode ini menunjukkan kondisi untuk dua tingkat kegiatan yang mempunyai selang waktu (interval) yang paling besar. Formulanya sebagai berikut: Biaya reparasi & pemeliharan
Jumlah jam mesin
Titik tinggi
xxx
Titik rendah
xxx
xxx
Selisih
xxx
xxx
■
xxx
Tarif biaya variable = Selisih biava = Rp. xxx/jam Selisih jam mesin Biaya tetap = biaya total tertinggi-(tarif biaya variable x jumlah jam mesin pada tingkat tertinggi).
Jika Jbiaya reparasi
dan biaya pemeliharaan tersebut dinyatakan
secara
sistematis, maka bentuk linearnya sebagai berikut: Y=a + bx Dimana: a = Jumlah biaya tetap b = Biaya variabel
x = Jumlah jam mesin Metode dengan Diagram Pencar (scattergrqph method): Dalam analisis biaya campuran manager berusaha menemukan tingkat ratarata variabilitas
biaya
campuran.
Cara penyelesaian yang lebih
akurat
dibanding metode tertinggi-terendah ini adaiah memasukkan seluruh titik data
biaya yang diamati kedalam analisis melalui penggunaan grafik. Metode Kuadrat Terkecil (least square method): Merupakan metode pendekatan yang lebih canggih sebanding dengan metode diagram pencar. Metode terkecil mencocokkan garis melalui analisis statistic daripada sekedar mencocokkan garis regresi melahii data diagram pencar dengan inspeksi visual sederhana.
13
•
Metode Biaya Bersiap (Standby Cost Method)
Metode biaya bersiap menghitung biaya tetap dengan menaksir besarnya biaya apabila pabrik ditutup untuk sementara, misalnya satu bulan. Biaya yang terjadi selama pabrik ditutup untuk sementara tersebut dinamakan biaya bersiap yang merupakan elemen biaya tetap. Langkah berikitnya untuk mengetahui besarnya biaya variabel per unit, biaya rata-rata dalam satu bulan yang ditaksir pada tingkat kegiatan rata-rata dikurangi dikurangi dengan biaya bersiap merupakan biaya variabel total selama satu buian pada tingkat kegiatan tersebut, biaya ^ariahel satuan dihitung dan biaya variabel total selama satu bulan dibagi dengan tingkat kegiatan. •
Metode Kuadrat Terkecil untuk beberapa Variabel Bebas (Least Squares for Multiple Method) Tingkat variabilitas biaya tertentu ada yang dipengaruhi oleh salah satu faktor
variabel tertentu, misalnya pada biaya reparasi dan biaya pemeliharaan mesin, dapat dianalisa dengan metode regresi sederhana atau dengan kuadrat terkecil bi'asa. Akan tetapi apabila suatu biaya dipengaruhi oleh banyak faktor atau lebih dari satu variabel bebas pengguna regresi sederhana tidak memuaskan, sehingga harus dipakai regresi berganda. C. VOLUME
Volume merupakan besarnya output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam melakukan proses produksinya, Ataupun dengan kata lain volume adalah suatu ukuran kegiatan yang perusahaan dan dapat dikaitkan dengan perusahaan dimana kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan produknya adalah terbatas. Dimana kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kapasitas perusahaan dan kemampuan perusahaan baik dari sisi manajemennya maupun pelaksanaannya.
Kapasitas adalah batasan tertinggi yang ditetapkan oleh manajemen untuk tujuan perencanaan dan pengendalian jangka pendek. Menurut Hanssen-Mowen (2004:142)
macam-macam kapasitas untuk menggambarkan tingkat kapasitas yang berbeda-beda antaralain:
A. Kapasitas teoritis Kapasitas teoritis yaitu kapasitas maksimum atau ideal artinya hanya dapat dicapai jika perusahaan bekerja secara terus-menerus untuk mendapatkan 100 % dari kapasitas yang ditaksir.
14
B. Kapasitas praktis
Kapasitas praktis yaitu kapasitas yang disesuaikan dengan kelonggaran yang
hams dibenkan karena adanya gangguan yang tidak dapat dihindarkan seperti adanya kerusakan mesin, instalasi, pemogokan buruh, had libur dan lain sebagainya. Besarnya pengurangan nilai ini kurang lebih 15 % sampai dengan 25 C. Kapasitas aktual yang diharapkan
Kapasitas ini digunakan berdasarkan pandangan jangka pendek, dimana biasanya
digunakan oleh suatu pemsahaan yang produksinya bersifat musiman dan perubahan pasar serta gaya memungkmkan penyesuaian harga menurut kondisi persaingan serta permainan para pelanggan.
D. Kapasitas normal
Kapasitas normal digunakan untuk memenuhi permintaan penjualan rata-rata
dalam penode yang cukup panjang dan meratakan fluktuasi yang terjadi karena
vanasi musim dan dan gerakan siklis.
D. LABA
Laba menurut konsep proprietary approach, net profit biasanya diasumsikan sama
dengan net earning atau net income. Menurut Ahmed Riahi - Belkaoui (2000:56) terdapat beberapa konsep mengenai income yang ditinjau dari segi teori akuntansi antaralain:
A. Konsep income ditinjau dari tingkat sintaksis, menurut konsep ini, income diukur melalui dua pendekatan yaitu :
1
Transaction approach: Pendekatan ini adalah pendekatan konvensional van* digunakan oleh para akuntan. Dalam pendekatan ini, perubahan terhadap
asset and labilities, harga dicatat sebagai akibat adanya transaksi. Prosedur uraum dalam pendekatan transaksi adalah mencatat revenue dan expenses pada saat terjadinya berdasarkan transaksi ekstem
2. Activities approach: income dianggap timbul pada saat terjadinya kegiatan atau suatu penstiwa. Misalnya pada kegiatan seperti perencanaan, pembelian
produksi, penjuaian dan penagihan. B.
Konsep income pada tingkat semantic, pada konsep ini income dihubungkan dengan konsep ekonomis antara lain:
1
Konsep better-offness; dimana income antara jumlah yang dapat dikonsumsi
seseorang dalam suatu periode tanpa mempengaruhi keadaan orang tersebut
pada akhir penode dibandingkan keadaaan pada awal periode ini, dapat dikatakan dalam keadaan as well of dan jika akhir periode lebih baik dapat dikatakan better off dan jika akhir periode lebih buruk dapat dikatakan worse
15
2
Konsep maximization of profit: pengukuran akuntansi terhadap earning harus pula diarahkan khususnya pada suksesnya perusahaan dalam menggunakan kas untuk menghasilkan kas maximum sehingga dapat dijadikan sebagai ukuran efisiensi.
C." Konsep income ditinjau dari tingkat behavioral: konsep-konsep perilaku mengenai \ncome membicarakan proses pengambi 1 an keputusan oleh para investor dan kreditor, reaksi pasar, saham terhadap pelaporan income yang tercermin dalam harga saham dan reaksi umpan balik dari manajernen atau akuntansi.
Selain itu terdapat pula konsep laba yang berhubungan dengan divisi antara lain: 1
LabaKontribusi
Laba yang dihitung dengan cara mengurangkan biaya variable dari total pendapat-Vang diperoleh suatu divisi. 2.
LabaTerkendali Divisi Laba yang dihitung dengan cara mengurangkan pendapat divisi dengan biaya-
biaya yang terkendali oleh manager yang bersangkutan. 3.
Laba Langsung Divisi
Laba yang dihitung dengan cara mengurangkan pendapatan divisi dengan semua biaya yang langsung terjadi dalam divisi yang bersangkutan tanpa memperhatikan terkendali tidaknya biaya tersebut oleh manager divisi. 4.
Laba Bersih Divisi Sebelum Pajak Laba yang dihitung dengan cara mengurangkan laba bersih divisi sebelum pajak dengan penghasilan divisi.
E. ANALISIS BIAYA - VOLUME - LABA Analisa biaya volume laba menumt Blocher/Chen/Lin (2000:308): Analisis Biaya-VoJume-Laba merupakan metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih
Sedangkan menurut Garrison/Norren (2000:250), analisa biaya volume laba adalah : Alat yang sangat berguna bagi manajer untuk menjalankan fungsinya. Alat ini membantu mereka untuk memahami hubungan antara biaya volume dan laba organisasi dengan memfokuskan hubungan lima elemen, yaitu harga produk, volume atau tingkat aktifkas biaya per variabel, total biaya tetap, bauran produk yang dijual.
16
Sedangkan analisa biaya volume laba menurut Mulyadi (2001:226)
Analisis biaya kuantitas dan laba merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen
dalam
perencanaan
laba jangka
pendek.
Berbagai
parameter yang
bermanfaat untuk perencanaan jangka pendek adaiah impas (break event point), margin of safety, shut down point, dan degree of operating leverage.
Jadi analisa biaya volume laba meaipakan alat perencanaan laba jangka pendek untuk memudahkan manajemen dalam penyusunan anggaran, melalui
anaiisis ini
diharapkan manajemen dapat memanfaatkan potensi perusahaan. Atau dengan kata lain
Analisis Biaya Volume Laba adaiah instrument yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh., analisis Biaya-Yolume-Laba dalam menetapkan harga jual, memilih bauran i
penjualan, dan menganalisis perubahan biaya variable dan biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan. Menurut Mulyadi (2001:262) Analisis Biaya-Volume-Laba, melibatkan studi hubungan timbal balik antar faktor berikut: 1.
Harga produk
2.
Volume atau tingkat aktivitas
3.
Biaya variable persatuan
4.
Biaya tetap total
5.
Komposisi produk yang terjual
Analisis keputusan,
Biaya-Volume-Laba
termasuk
merupakan
pemilihan jenis produk,
faktor
penting
penentuan
dalam
harga produk,
beberapa strategi
pemasaran, dan pemanfaatan fasilitas produktif, karena batas kegunaannya yang luas maka tidak disangsikan lagi, analisis Biaya-Volume-Laba merupakan alat terbaik yang
dimiliki manajer untuk menemukan sumber keuntungan yang masih terpendam yang belum dimanfaatkan yang mungkin ada dalam satu organisasi.
17
Analisis Biaya-Volume-Laba sesungguhnya menyangkut segala sesuatu yang berhungan dengan manager.
Para manager diperusahaan-perusahaan
yang mencari
keuntungan, biasanya
mempelajari kaitan-kaitan antara pendapatan (penjualan = sales), pengeluaran (biaya), dan keuntungan bersih (laba netto). studi ini biasanya disebut analisa Biaya-Vo!"rne-
Laba. Para manager organisasi yang tidak mencari keuntungan, juga memperoleh manfaat
dari
ilmu
tentang
hubungan
Biaya-Volume-Laba,
terutama
karena
pengentahuan tentang bagaimana fluktuasi biaya sebagai akibat perubahan volume itu adalah bermanfaat, tanpa melihat apakah mencari laba merupakan tujuan, tidak ada
organisasi yang mempunyai sumber daya yang tidak terbatas. Melalui analisa Biaya Volume Laba, maka salah satu fungsi manajemen yaitu perencanaan dapat dilakukan oleh manajer dalam suatu perusahaan. Dalam proses perencanaan
tahunan,
manager
menilai
ulang
tingkat
biaya
tetap
diskresioner
{discretionary fixed cost) perusahaan.
Sebagai contoh manager dapat meningkatkan pos-pos biaya diskresioner seperti
biaya iklan, biaya litbang atau biaya riset pemasaran dalam upayanya mendongkrak volume penjualan atau pengembangkan produk^produk baru dimasa mendatang, atau
manager
dapat
mengurangi
biaya
pelatihan
atau
biaya
iklan
dalam
rangka
meningkatkan labr. operasi tahun berjalan. Setiap kenaikan atau penurunan biaya tetap akan meiigubah titik break event point dan volume penjualan yang diperlukan untuk meraih laba sasaran. Sejumlah faktor kenaikan pajak bumi dan bangunan atau kenaikan
gaji manajemen akan menyebabkan kenaikan biaya tetap. Kenaikan biaya tetap akan menurunkan titik break event point penjualan.
18
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa analisa Biaya-Volume-Laba dapat membantu manajemen dalam rnelakukan perencanaan atas dasar biaya, volume dan I aba.
1) POKOK-POKOK ANALISIS BIAYA - VOLUME - LAB A
Menurut Garrison / Noreen (2000.252) pokok-pokok analisis biaya volume laba adalah sebagai berikut:
1. Contibution margin (CM): sisa atau kelebihan hasil penjualan setelah menutup
biaya variable yang disumbangkan untuk menutup biaya tetap selanjutnya untuk keuntungan suatu periode. Apabila contribution margin tidak cukup untuk menutup biaya tetap maka kerugian akan diderita perusahaan. Begitu pula
sebaliknya bila contribution margin memiliki kelebihan dalam menutup biaya tetap perusahaan maka kelebihan tersebut merupakan keuntungan (laba) akan diperoleh perusahaan pada periode tersebut, Contoh: lotal
Penjuaian (400 unit)
$ 100.000
Biaya variable
("'60.000)
Contribution margin
$
Persatuan $250 (150)
40.000
Biaya tetap
(35.000)
Net income
$5,000
$ 100
Sumber; analisis penulis
2. Contribution Margin Ratio (CM- ratio): presentase contribution margin terhadap
penjualan
total.
Gunanya,
ratio
ini
menunjukkan bagaimana
contribution margin akan dipengaruhi oleh perusahaan penjualan total dalam jurnlah rupiah tertentu.
19
Formulanya CM Ratio = Contribution margin: total sales
Contoh: dari data diatas maka CM ratio dapat dihitung sebagai berikut: S 40.000:$ 100.000 x 100% = 40%. 3.
Analisis Break event point
.Analisis biaya volume laba sering disebut dengan analisis break event point (BEP), hal ini sangat disayangkan karena analisis break event point merupakan
bagian konsep Biaya Volume Laba keseluruhan. Namun analisis break event point merupakan bagian penting yang dapat memberi manager beberapa wawasan luas mengenai data karena dengan data inilah manager bekerja. Perhitungan Break Event point dapat dilakukan dengan dua cara: a.
The equation method < metode persamaan ) Penjualan = biaya variable + biaya tetap + laba Contoh: $ 250X = $ 150X + S 35.000 + $ 0 $ 250X - $ 150X- $ 35.000 + $ 0 $ 100X-$35.000+ 100 X = $35.000: 100
X = 350 unit
Jadi Break event point terjadi pada saat penjualan 350 unit Sedangkan Break event Menurut Mulyadi (2001:232) :
Impas (break event) adalah keadadaan suatu usaha yang tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi.
b. The contribution margin method (metode kontribusi satuan): konsep dari metode ini yaitu bahwa setiap unit yang dijual akan menghasilkan contribution margin tenentu yang digunakan untuk menutup fixed cost nya.
20
Formula yang digunakan:
•
Break event point dalam unit = Biaya tetap : CM satuan $35,000: 100 unit = 350 unit
•
Break event point dalam dolar = biaya tetap : CM ratio $35,000: 0.4-$87,500
Apabila hanya presentase margin kontribusi dan penjualan saja yang diketahui, perhitungan titik BEP nya adalah: BEP =
4.
Biava tetap CM - ratio
Margin of safety (MS): kelebihan penjualan yang dianggarkan (yang sesungguh
nya) diatas volume penjualan impas, formulanya sebagai berikut: •
Penjualan total - penjualan impas = margin of safety
•
MS dalam dolar : penjualan total = % MS
Dari contoh diatas dapat diketahui sbb: Penjualan total = $ 100.000
BEP
MS($) MS(%)
= ($87.500)
= $
12.500
=$ 12.500:$ 100.000 x 100%= 12.5%
Menurut Mulyadi (2001:254):
Angka margin cf safety merupakan selisih aatara penjuaian yang dianggarkan dengan volume penjualan impas. Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan tersebutboieh tumn agarperusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka mergin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
5. Degree of operating leverage (DOL): merupakan ukuran seberapa besar perusahaan menggunakan biaya tetap. Dalam perusahaan yang besar biasanya
21
porsi biaya tciaprna lebih besar daripada biaya variabelnya. Hal lersebut menvebabkan
degree
of operating
leverage
akan
lebih
.Bila
peru>ahaan
mempunyai degree of operating leverage linggi maka laba sebelum hunga dan pajak (KBIT
l-arning Before Ineome and Tax) sangal sensitif lerhadap
pcrubahan penjualan . Degree of operating leverage merupakan alat bag! manajer untuk mengetahui dengan cepat apa pengaruh dari berbagai perubahan persentase
penjualan
terhadap
kcuntungan.
Karcna
pengaruh
degree oi
operating leverage sangal dramatis maka jika perusahaan mendekati tilik break
evem point, meskipun han\a terjadi
peningkatan
sedikil ictapi memilik:
pengaruh yang sangai besar terhadap peningkatan laba .sebelum bunga i\jr. pajak. hal ini menjelaskan apa sebab manajemen seringkali bekerja keras han\a unUik menaikkan tingkat penjualan.i-ormuian\a sebagai berikul :
DOI.
CM :NI
$40,000: $5,000
8
Sehingga bila ada kenaikan penjualan seban\ak
-
10 % maka dumpak
terhadap Nl adalah: 10 % x 8 - 80
2)
ASUMSI - ASUMSI ANALYSIS BIAYA - VOLUME - LABA
Ketidakpastian masa depan niemungkinan pola-pola perilaku biaya non linear. dan si fat dunia usaha yang kerap kali bergejolak menuntut asumsi-asumsi yang
membatasi aplikasi teknik analisis biaya-volume-laba. Kekurangan-kekurangan analisis bia\a-volume-laba ini seharusnya dievaluasi secara cermat dalam rangka memastikan bahwa asumsi-asumsinva realistis untuk seperangkat kondisi operas! dunia nyata:
Analisis biaya-volume-laba tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Menurut Garrison/Noreen (2000:274) diantara asumsi-asumsi tersebut antara lain: •
Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable maupun biaya tetap. Lebih jauh dianggap bahwa biaya-biaya lainnya, seperti biaya campuran, dapat diklasifikasikan menjadi unsur-unsur biaya variable dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variable per unit tidak berganti ketika aktivitas beivbah. Efisiensi dan produktifltas proses produksi sert? tenaga dianggap konstan pula.
•
Fungsi jumlah biaya adalah linear dalam kisaran relevan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relevan kegiatan usaha normal.
•
Fungsi jumlah pendapatan adalah linear dalam kisaran relevan. Harga jual perunit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah ■•"., sebanding dengan perubahan volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perunit produk adalah konstan.
•
Analisis nya untuk sebuah produk, atau bauran penjualan bermacam-macam produk adalah konstan dalam kisaran relevan. Apabila produk-produk mempunyai harga jual dan biaya-biaya yang berbeda-beda, ' perubahan bauran penjualan akan .mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
• •
Hanya terdapat satu pemicu biaya, volume unit produk atau rupiah penjualan. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama. Hal mi menyiratkan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode
berjalan sama dengan unit yang dijual.
3) MANFAAT ANALISIS BIAYA - VOLUME - LABA
Selain keterbatasan-keterbatasan ternyata analisis biaya-volume-laba memiliki manfaat yang dapat digunakan manajer dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen.
Mulai dan perencanaan sampai dengan pengendalian suatu perusahaan. Dibawah ini
terdapat macam-macam manfaat analisis biaya-volume-laba menurut Matz & Urzy (2001; 202) antara lain:
1. Memb'antu pengendalian melalui anggaran. Membantu menunjukkan perubahan apa, bila ada yang diperlukan untuk menjadikan beban selaras dengan pendapatan 2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. Berlaku sebagai sinyal peringatan untuk menggugah manajemen terhadap kemungkinan kesulitan dalam program penjualan. Juga penjualan secara reiatif tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biayanya seperti yang semestinya, kenyataan ini akan diperlihatkan dalam analisis
biaya-volume-laba, Dengan demikian mungkin akan tersedia cukup waktu untuk
23
mengevaluasi kembali (a). Teknik penjualan, (b). Pelatihan staf penjualan, (c). Lini produk yang dijual dalam kaitannya dengan pelanggan. 3. Menganalisa dampak perubahan volume. Memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan khusus seperti (a). Berapa banyak volume penjualan saat im bisa berkurang sebeium perusahaan menderita rugi, dan (b). Berapa kenaikan laba jika ada kenaikan volume penjualan.
4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya. Menunjukkan pengaruh yang mungkin terjadi atas laba akibat perubahan harga jual yang disertai oleh perubahan lainnya. Sebagai contoh (a). Perubahan apa yang d?pat diharapkan dalam laba jika terjadi peiubahan harga, dengan asumsi semua faktor biaya tetap konstan, (b). Jika harga barang dikurangi, apa kombinasi perubahan volume dan biaya yang paling praktis untuk diperkirakan dan apa pengaruh bersih kombinasi perubahan tersebut terhadap laba dan (c). Demikian pulajika harga naik, apa kombinasi perubahan dan apa pengaruhnya terhadap laba yang layak untuk diharapkan.
5. Merundingkan upah. Membantu manajemen karana (a). Menunjukkan dengan cepat kemungkinan pengaruh perubahan usulan upah terhadap laba (dianggap tidak ada perubahan efisiensi karyawan) dan (b). Memberikan bantuan dalam menentukan
kemungkoinan penghematan dan efisiensi yang dapat melindungi posisi laba perusahaan.
6. Menganalisa bauran (campuran) produk dan kemingkinan dilakukannya pemeriksaan atas bauran produk. Analisis biaya- volume-laba untuk bauran penjualan yang berbeda dan untuk setiap jalur produk merupakan bantuan yang berharga dalam menentukan produk mana yang harus ditingkatkan dan produk mana yang mungkin harus dihilangkan.
7.
Menganalisa margin pengaman {margin of safety). Berperan sebagai cadangan margin pengaman dan cara untuk mempengaruhi melalui perubahan. 8. Menilai keputusan kapitalisasi dan ekspansi, memberikan sarana guna menilai terlebih dahulu usulan belanja barang modal yang dapat mengubah struktur biaya perusahaan.
F. ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN PENJUALAN DENGAN TARGET LABA
1) PERENCANAAN PENJUALAN Perencanaan Menurut Hansen - Mowen (2004:354):
Perencanaan adalah pandarigan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Mulyadi (2001:226):
Dalam perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang sangat penting, sehingga dalam pemilihan altematif tindakan
dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang, manajemen memerlukan informasi untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap iaba
yang akan datang. .
24
Komponen utama dari perencanaan adalah anggaran, yaitu rencana keuangan untuk masa depan,
dalam
perencanaan
tersebut mengidentifikasikan
tujuan
dan
tindakan yang diperlukan untuk mencapainya, karena titik berat biaya, volume, laba diletakkan sampai pada seberapa jauh perubahan biaya, volume, laba berakibat pada peiubanan labaperusahaan Agar perencanaan peaisahaan dapat efektif,
manajemen mempertimbangkan
bagaimana pengaruh faktor-faktor yang dipengaaihi hubungan antara biaya, volume terhadap lababersih dan titik impas perusahaan.
Oleh karena itu kelancaran atau keberhasilan peaisahaan akan sangat tergantung
kepada kemampuan manajemen didaiam membuat rencana kegiatan dimasa yang akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Agar dapat membuat perencanaan yang baik seorang manajemen harus mampu melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang dan merencanakan berbagai cara yang harus ditempuh untuk menghadapi kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang tersebut mulai sekarang.
Dengan
adanya
perencanaan
yang
baik
maka
akan
memudahkan
tugas
manajemen itu sendiri, karena semua kegiatan perusahaan dapat diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan dan perencanaan itu sendiri dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan, sehingga dengan perencanaan yang baik maka akan memungkinkan manajemen untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Langkah
yang
diambil
dalam
pembuatan
perencanaan
penjualan
adalah
mengembangkan prediksi penjualan , biasanya dilakukan oleh departemen pemasaran.
25
Satu pendekatan untuk memprediksi penjualan adalah pendekatan dan bawah ke atas
{bottom-up approach) yang mensyaratkan setiap penjual memprediksi penjualan. Semua prediksi tersebut disatukan untuk membentuk suatu prediksi penjualan total. Prediksi penjualan diberikan pada bagian perencanaan sebagai bahan untuk di pertimbangan., contoh laporan perencanaan penjualan sebagai berikut:
PTX
Perencanaan Penjualan
Untuk Kuartal ke Empat yang berakhir 3 1 Desember 20XX Kuartal
I
Unit
1.000
Harga Jual per unit
$
10
Perencanaan Penjualan $ 10.000
2
1.200 S
10
S 12.000
3
4
■ 1.500 $
10
$ 15.000
2.000 S
10
Tahun
5.700 $ jQ
$.20,000 $57,000
2) TARGET LABA
Perencanaan untuk mencapai laba bagi perusahaan. dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan program budget. Sebagian besar dari program budget berisi taksiran penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang akan terjadi untuk memperoleh penghasilan tersebut dan akhimya akan menunjukkan laba yang akan dapat dicapai.
Untuk dapat mencapai laba yang besar, manajemen dapat melakukan berbagai langkah, yaitu:
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.
26
2.
Menentukan harga laba jua! sesuai dengan laba yang dikehendaki
3.
Meningkatkan volume penjualan.
Rumus biaya volume laba dapat dapat digunakan untuk menentukan volume
penjualan untuk mencapai target laba, dengan menggunakan metode persamaan biaya volume !aba,dengan menggunakan formula sebagai berikut: Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba S25OQ
=$150Q
+$35,000
$ 100 Q
=$75,000
Q
=$75,000 : $ 100
Q
- $ 750
+$40,000
Dimana : Q
= Jumlah unit yang terjuai
$ 250
= Hargajual perunit
$ 150
= Biaya varhbel perunit
$ 35.000 = Total biaya tetap $40,000 = Target laba Pendekatan yang kedua dapat digunakan dengan pengembangan rumus margin kontribusi, formulanya sebagai berikut: Unit penjualan untuk mencapai target laba = Biaya tetap + Target laba Margin kontribusi perunit
27