Mengembangkan Bisnis Melalui Toko Dengan Nilai Persahabatan, Keberuntungan, Kemakmuran, dan Kebahagiaan
PRAKATA Ya, mengapa tidak? Membuka toko adalah pilihan pekerjaan yang menjanjikan kesuksesan. Mengapa? Karena pemasukan dari toko tidak memiliki batas. Kalau tokonya laris, jutaan rupiah siap masuk ke kantong pemilik setiap hari. Membuka toko juga tidak perlu modal besar. Bahkan modal nol pun jadi, asalkan didukung kepercayaan dan jaringan. Banyak sudah bukti toko yang dibangun dari nol lalu berkembang pesat sampai memiliki banyak cabang. Bagaimana cara menjalankan bisnis toko dengan sukses? Bagaimana modalnya? Bagaimana menentukan lokasinya? Bagaimana memperoleh barang dagangan? Bagaimana memperoleh pelanggan? Bagaimana harganya? Bagaimana dan bagaimana lainnya? Di sini saya akan memaparkan sedikit kunci sukses dalam menjalankan toko.
1. Pilihan Pekerjaan yang Menjanjikan Kesuksesan Memulai usaha dengan membuka toko merupakan alternatif usaha yang paling realistis di segala zaman. Terlebih lagi pada kondisi sulit yang mengobrakabrik perekonomian Indonesia. Banyak orang tidak memiliki pekerjaan setelah diPHK. Sementara orang-orang yang menginjak usia kerja atau sarjana baru terus bertambah jumlahnya. Mereka kelimpungan mencari kerja. Di lain sisi, banyak perusahaan gulung tikar. Perusahaan yang masih bertahan mau tak mau melakukan penghematan besar-besaran. Akibatnya, lowongan di perusahaan bak sebuah pintu gerbang yang terkunci rapat. Kalau ada lowongan pun, bagaikan sebutir gula pasir yang siap dikerubung oleh “semut-semut” pencari kerja. Terlebih lagi pada saat ini banyak perusahaan tidak mau merekrut karyawan tetap. Mereka lebih mencari karyawan kontrak yang dikerjakan dalam jangka waktu terbatas seperti tiga bulan atau setengah tahun. Sistem ini tentusaja membuat masa depan karyawan menjadi tidak pasti. Kalau beruntung, masa kerja karyawan akan diperpanjang. Kalau tidak, harus siap berhenti dan selesai kontrak. Bagi mereka yang sudah lama bekerja sebagai karyawan juga sering mengeluh. Mereka merasa gajinya susah mengimbangi biaya hidup. Ini biasanya dialami karyawan yang berada di level menengah ke bawah. Pada saat terjadi kenaikan harga barang, mereka berkeluh kesah. Pasalnya, gaji karyawan tidak otomatis langsung naik. Kalaupun naik, peningkatannya kalah cepat dengan harga barang. Dihadapkan dengan kondisi seperti ini, membuka toko menjadi pilihan pekerjaan yang paling menjanjikan. Mengapa? Karena membuka toko tidak perlu menunggu lowongan pekerjaan. Bisnis toko bisa dimulai kapanpun, tergantung
kemauan seseorang. Bahkan membuka toko tidak harus memiliki modal besar, modal nol pun jadi asalkan didukung jadingan dan kepercayaan. Membuka toko sangat menguntungkan. Kalau pas laris, bisa dapat untung banyak. Kalau sepi pun masih cukup keuntungannya, lebih dari sekadar untuk biaya hidup sehari-hari. Pertama, dari sisi nilai uang. Kalau kita memegang uang, nilai uang kita adalah tetap. Kalau lima juta ya tetap saja lima juta. Namun, coba kalau uang itu kita belikan barang dagangan, nilainya langsung bertambah. Katakanlah uang lima juta tadi kita belikan deterjen, sampo, sabun, minuman, rokok, makanan kecil, susu kaleng, dan sejenisnya. Lalu kita taruh di toko mini kita. Kalau kita ambil keuntungan 20% saja, nilai barang tadi sudah menjadi enam juta! Kalau belum genap satu bulan, semua barang tadi terjual habis maka uang kita sudah bertambah satu juta atau 20% per bulan. Bandingkan dengan bunga bank yang terakhir saya tahu Cuma berkisar 3% per tahun atau 0,25% per bulan. Sedangkan uang yang ditanam di toko bisa jauh lebih besar dan cepat dari bunga bank. Jadi membuka toko memberikan keuntungan yang segera. Keuntungan kedua, dengan membuka toko membebaskan kita dari dampak buruk inflasi atau kenaikan harga barang. Begitu harga barang naik, harga barang kita juga ikut naik. Jadi daya beli kita selalu terlindungi. Dengan membelikan barang dagangan, nilai barangnya juga naik, mengimbangi inflasi. Bahkan dalam kondisi terburuk, barang yang susah dan lama lakunya (asalkan tidak busuk atau rusak), nilainya juga ikut naik saat terjadi inflasi. Contoh di sini adalah toko emas yang memiliki emas 5 kg. Harga 1 gram emas 24 karat 117 ribu rupiah. Saat ini harga emas mencapai 264 ribu rupiah.Andai toko emas tadi tidak laku selama 3 tahun pun, nilai emasnya ikut naik 2 kali lebih! Jadi dengan memegang barang dagangan, nilai uang kita terselamatkan. Keuntungan lain membuka toko adalah dapat memakai uang lebih dulu. Maksudnya. Kalau toko kita memesan barang dagangan dari pemasok, membayarnya seringkali tidak cash tetapi kredit. Jatuhn tempo pembayaran bisa satu bulan bahkan kadang bisa mundur sampai 2-3 bulan. Di sinilah keuntungannya. Kalau kita bisa menjual barang dengan cepat, maka kita sudah memperoleh uang dari pembeli sebelum jatuh tempo pembayaran ke pemasok. Di masa inilah kita bisa memanfaatkan uang tadi untuk membeli barang dagangan lain yang laku keras. Artinya kita beruntung dengan memakai uang lebih dulu di tangan. Ini Bagaikan pinjaman tanpa bunga. Bayangkan saja kalau kita tidak punya uang. Pinjam di bank saja suku bunganya –semisal- mencapai 9-10% per tahun. Belum lagi proses administrasinya yang rumit. Dengan bertoko, kita bisa mendapat uang lebih dulu dari pembeli. Kita tidak perlu mengeluarkan biaya kredit dan bisa mengambil kesempatan yang muncul. Membuka toko juga membuka peluan gmenjadi pebisnis papan atas. Coba amati bentuk-bentuk ritel terbaru seperti franchise atau waralaba. Saya bisa ceritakan bagaimana sebuah toko sepatu yang semula hanya satu, bisa berkembang pesat dengan membuka cabang-cabang baru. Uniknya lagi, pengelola
toko tidak lagi sekadar menjual sepatu di tokonya, sekarang dia menjual “toko sepatunya”. Artinya, siapayang tertarik membuka toko sepatu, dia akan uruskan dari segi pengelolaan, pengadaan barang, desain toko, dan semuanya. Tak heran, sekarang jumlah cabang tokonya bertambah banyak dan keuntungan yang dia peroleh semakin besar. Banyak bentuk waralaba lokal yang semula hanya diawali dari satu toko kemudian bertambah jumlah cabangnya seperti salon, es teler, donat, rumah makan, sampai toko pakaian. Sebagai contoh toko pakaian kasual Giordano yang sering kita jumpai di mall. Waralaba yang dimotori oleh Jimmy Lai dari Hongkong ini sudah merambah di berbagai negara Asia dan menempatkannya sebagai perusahaan papan atas (Zeithaml, et. al. 2006). Demikian juga dari segi industri Toko atau ritel termasuk kategori industri yang selalu tumbuh. Industri ini tidak pernah akan mati. Kehadirannya selalu dibutuhkan oleh masyarakat, baik masyarakat kelas bawah maupun kelas sosial teratas sekalipun. Maklum, saat orang membutuhkan barang akan “lari” ke toko, bukan ke pabriknya yang jauh dari rumahnya. Bentuk toko pun beragam, mulai dari yang melayani perkampungan dalam bentuk warung sederhana atau mini toserba sampai ritel berkelas tinggi. Kita bisa jumpai mall atau hipermarket raksasa yang tumbuh bak jamur di kota-kota besar. Bahkan di beberapa negara, ritel menjadi tumpuan ekonominya. Tengoklah Singapura yang menjadi surga belanja bagi pelancong-pelancong manca negara.
2. Konsep Bisnis Bagaimana konsep atau pandangan dalam memilih atau menjalankan bisnis? Ada beberapa hal utama yang bisa dipelajari. Pertama, kita sadar jika untuk menjadi besar harus memulai dari yang kecil. Tidak ada cara instan. Banyak pengusaha-pengusaha besar yang mengawali dari paling bawah. Perusahaan farmasi mengawali dari menjual obat dengan sepeda keliling, perusahaan batik memulai dari menjalnya di emperan, rumah makan diawali dengan gerobak dorong, dan sebagainya. Kita tidak perlu ragu-ragu membuka toko meskipun sangat sederhana. Yang terpenting tokonya bisa terus berkembang. Untik itu, bisnis harus mendatangkan keuntungan. Keuntungan adalah syarat utama bagi kelangsungan suatu bisnis. Kita harus cermat menghitung rugi-laba usaha. Meskipun demikian, kita tidak selalu mengejar nilai keuntungan yang besar dalam setiap transaksi. Kita harus berhati-hati jika akan mengambil keuntungan, karena bisa mempengaruhi persaingan pasar atau pembeli lari karena harganya kelewat mahal. Yang terpenting bisnis mampu mendatangkan keuntungan berkesinambungan. Dalam berdagang, pebisnis juga harus siap bersaing. Kita berani menjual barang-barang kita lebih murah asalkan pelanggan membeli dalam jumlah atau omzet besar. Pertama, keuntungandari memakai uang lebih dulu. Kita mendapat untung dengan memakai uang, karena kalau beli dari pemasoknya kredit 1 bulan. Meskipun kita tidak mendapat untung yang berarti dari pelanggan, kita mengharapkan keuntungan dari pemasoknya dengan berbagai hadiah atau rabat
tambahan. Keuntungan sampingan diperoleh dari kardus-kardus pembungkus atau pengepakan. Kardus tersebut kita jual ke pengumpul karton dan tisa mendatangkan keuntungan sampingan yang cukup besar. Jadi kita melihat keuntugnan dari sisi lain, bukan sekadar selisih harga jual dan harga kulakan tetapi keuntungan yang bisa diciptakan. Dalam berbisnis juga perlu menekankan kelanggengan bisnis. Visi pebisnis sejati adalah jangka panjang. Untuk bisa bertahan dalam jangka panjang, perlu membangun kepercayaan atau trust. Pasalnya pembeli akan kapok setelah ditupu atau merasa dikerjai. Selain tidak kembali lagi, mereka juga akan menyebarkan kekecewaan ini ke orang lain. Dalam menjalankan bisnis, pengelola toko harus tahu bagaimana menempatkan dirinya. Pemilik-meskipun sebagai bos-tidak akan berperilaku layaknya bos dihadapan pelanggan. Dalam bisnis, yang bertindak sebagai bos adalah pelanggan. Pelangganlah yang membawa uang ke toko. Dari pelanggan pula suatu toko bisa berkembang pesat. Tidak ada pelanggan adalah kematian bagi suatu usaha. Itulah sebabnya hubungan dengan pelanggan adalah penting.
3. Tiga Keputusan Utama Sewaktu akan mendirikan toko, ada tiga keputusan utama yang harus dipikirkan terlebih dulu. Ketiganya adalah lokasi toko, jenis pembeli, dan jenis barang dagangan. Tiga keputusan ini saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Kesalahan membuat salah satu keputusan akan mengakibatkan kegagalan suatu toko. Mana yang harus dibuat terlebih dahulu? Pertama, apa yang dimiliki oleh toko terlebih dahulu? Kalau kita sudah memiliki lokasi toko maka keputusan berikutnya adalah jenis pembeli yang akan dilayani toko. Logikanya sederhana, lokasi toko menentukan macam orang-orang yang berada di sekitar toko. Kalau sudah tahu jenis pembelinya, maka jenis barang dagangan yang dijual disesuaikan dengan pembeli tadi. Kedua, kalau yang dimiliki toko pertama kali adalah barang dagangan -ini bisa terjadi karena toko pindah lokasi- maka keputusan berikutnya adalah menentukan siapa pembeli barang tersebut. Kemudian barulah kita putuskan lokasi toko yang berada di sekitar tipe pembeli tadi. Ketiga, kalau kita memutuskan terlebih dahulu jenis pembelinya – mungkin karena kita tertarik melayani segmen ini- maka kita cari lokasi toko yang banyak jenis pembeli ini. Barulah barang dagangan menyesuaikan dengan pembelinya.
4. Memilih Lokasi Toko Keputusan memilih lokasi toko adalah keputusan yang sangat penting atau bahkan terpenting. Maklum, toko tidak bisa berpindah tempat layaknya penjual mi keliling. Toko memiliki lokasi yang tetap sehingga cenderung hanya bisa menunggu pembeli yang datang. Untuk itu lokasi toko harus terekspos dari luar. Lokasi toko harus kelihatan “menantang”, tidak tersembunyi. Itulah sebabnya dalam memilih lokasi, perlu mempertimbangkan orang yang lalu-lalaung di sekitarnya. Kita perlu perhatikan dari segi jumlah atau seberapa banyak orang yang melewati lokasi toko. Lalu, kita selidiki karakteristik orang yang kebanyakan lewat: apakah tua-muda, sendirian atau berkeluarga, berjalan kaki atau naik kendaran, jenis pekerjaannya, pendidikannya, dan sebagainya. Ini penting karena toko akan melayani pembeli yang notabene kebanyakan orang-orang yang berada atau lalu-lalang di sekitar lokasi toko. Kemudian pikirkan kebutuhan mereka: apa sajakan barang-barang yang mereka butuhkan? Apa saja masalah mereka yang dapat dipecahkan? Selanjutnya, arus lalu lintas dan banyaknya jumlah kendaraan yang melewati toko harus diperhatikan. Dalam menilai lokasi, amati juga gedung atau bangunan-bangunan di sekitar toko dalam radius terdekat, misalnya sepanjang 100-300 meter. Keamaanan dan kebersihan toko dan di sekitar lokasi toko turut mempengaruhi. Serta Ketersediaan areal parkir bagi pembelinya.
5. Mengelola Pelanggan Di sini langsung saja digambarkan dalam diagram: Orang asing – Pembeli – Relasi – Pelanggan – Loyal dan Referral. Dimana orang yang belum kita kenal bisa menjadi pelanggan yang loyal dengan melakukan untuk menciptakan kenyamanan dengan orang tersebut. Atau dengan cara: Orang asing – Relasi – Pembeli – Pelanggan – Loyal dan Referral. Cara ini memperoleh pembeli baru dengan memanfaatkan jaringan. Semakin banyak relasi, semakin kuat jaringannya. Ini dilakukan dengan kerjasama dengan relasi kita.
Daftar Pustaka Oei Istijanto (2008). Rahasia Sukses Toko Tionghoa, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.