MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN Oleh : Ummu Hany Almasitoh
Abstrak Kelas adalah setting untuk berbagai aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, berhitung, sampai aktivitas social seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim soso-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Untuk mengelola aktivitas di kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut menunjukkan seberapa jauh guru mengikuti aktivitas yang sedang berlangsung di kelas, mengatasi situasi tumpang tindih secara efektif, menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran, melibatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang, menunjukkan sikap tangkap, membagi perhatian, memusatkan perhatian, memberikan petunjuk yang jelas dan menegur dan memberi penguatan.
Kata Kunci: kelas, pengelolaan kelas, mengelola aktivitas kelas agar menjadi efektif Murid memerlukan lingkungan yang positif untuk mendukung proses pembelajarannya. Untuk menciptakan lingkungan yang positif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa hal, yaitu mengelola kelas secara efektif, mengelola aktivitas kelas secara efektif, dan manajemen dalam menghadapi perilaku yang bermasalah.
MENGELOLA LINGKUNGAN FISIK KELAS Menurut Winataputra (2003), menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal
yang baik dan iklim soso-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Sudrajat (akhmadsudrajat. wordpress.com), menyatakan bahwa pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas”. Dan menurut Winzer (Winataputra, 2003) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi
Ummu Hany Almasitoh : adalah dosen Psykologi UNWIDHA Klaten
12
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk
Pandangan lama mengenai cara mengelola kelas secara efektif menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindakan
menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (managemen), lingkungan
murid. Sehingga mengorientasikan murid pada sikap patuh dan pasif pada aturan yang ketat. Hal tersebut dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi
pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi), dll.
pengetahuan sosial. Sedangkan tren baru dalam manajemen kelas lebih memfokuskan kepada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri. Menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada control eksternal atas diri murid.
Kelas adalah setting untuk berbagai aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, berhitung, sampai aktivitas social seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan
Manajemen kelas yang efektif mempunyai beberapa tujuan, yaitu membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, mencegah murid mengalami masalah akademik, mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar, menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa
motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Mengelola kelas secara efektif akan
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
(Charles, 2002; Everstone, Emmer, & Worsham, 2003 dalam Santrock 2007).
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dan membimbing murid sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individualnya.
13
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
Kelas yang dikelola dengan baik akan memberikan aktivitas di mana murid menjadi terserap
4.
ke dalamnya dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Sehingga murid akan memiliki kemungkinan yang kecil untuk mengalami masalah emosional dan akademik. Sebaliknya, dalam kelas yang dikelola dengan buruk, masalah emosional dan akademik akan lebih mudah muncul. Murid yang tidak termotivasi secara akademik akan ssemakin menurun prestasi belajarnya. Murid yang pendiam dan pemalu akan menjadi reklusif dan murid yang bandel akan semakin tidak bisa diatur. Ada beberapa prinsip dasar yang dapat digunakan untuk menata kelas, yaitu sebagai berikut. 1.
Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, lokasi penyimpanan pensil, rak buku, computer, dan lokasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan pastikan mudah diakses.
2.
3.
Tentukan di mana guru dan murid akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktivitas ini murid tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya. Pembelajaran yang efektif memang dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003) yaitu: 1.
Visibility (keleluasaan pandangan). Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2.
Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, guru harus bisa melihat semua murid. pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi
Accesibility (mudah dicapai). Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh
instruksional, meja murid, dan semua murid.
siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan
Usahakan jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
Pastikan bahwa guru dapat melihat semua murid
Materi pengajaran murid harus mudah diakses Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
14
Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas
3.
Fleksibilitas (keluwesan). Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok. 4.
3.
Yaitu penataan kelas dengan sejumlah murid biasanya tiga atau empat anak duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu
Kenyamanan. Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.
Keindahan. Prinsip keindahan ini berkenaan
sama lain. Gangguan dari murid lain dalam gaya off-set ini lebih sedikit daripada gaya tatap muka
dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan
dan gaya ini dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada
4.
Dalam pengelolaan kelas perlu memperhatikan tipe aktivitas pengajaran seperti apa yang akan diterima murid sehingga guru dapat mempertimbangkan penataan kelas yang mendukung aktivitas tersebut. Ada beberapa bentuk penataan kelas yang dapat disesuaikan dengan aktivitas pengajaran yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut.
2.
murid sekitar sepuluh atau lebih duduk disusunan seperti lingkaran, atau persegi, atau membentuk huruf U. gaya seminar ini akan efektif digunakan ketika guru menginginkan aktivitas diskusi antara murid satu sama lain atau berdiskusi dengan guru. 5.
6.
Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursikursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.
Yaitu penataan kelas dengan semua murid saling
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Lingkaran Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
Gaya tatap muka
menghadap. Dalam penataan seperti ini, gangguan dari murid lain akan lebih besar terjadi. Gaya tatap muka seringkali dipakai ketika terjadi aktivitas diskusi kelompok.
Gaya kluster Yaitu penataan kelas dengan sejumlah murid biasanya empat sampai delapan anak bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama akan sangat efektif pada pembelajaran kolaboratif.
Gaya auditorium Yaitu penataan kelas dengan semua murid duduk menghadap guru. Penataan kelas gaya auditorium membatasi kontak murid bertatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya auditorium seringkali dipakai ketika guru mengajar atau ketika seseorang menyampaikan presentasi di kelas.
Gaya seminar Yaitu penataan kelas dengan sejumlah besar
sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
1.
Gaya off-set
7.
Kelompok untuk kelompok Susunan ini memungkinkan untuk melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang
15
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
8.
paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau dapat juga meletakkan meja
Susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi social di antara murid.
pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
Sebaliknya, susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi social di antara murid dan mengarahkan perhatian murid kepada guru. Menata meja dengan bentuk lajur-lajur akan bermanfaat bagi
Workstation Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.
9.
Breakout grouping Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompokkelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.
10. Chevron Sebuah susunan ruang kelas tradisional yang tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah.
16
murid ketika mereka harus mengerjakan tugas secara individual, sedangkan penataan meja secara mengelompok akan sangat membantu proses belajar secara kooperatif. Kelas dengan penataan meja lajur biasanya memungkinkan guru untuk hanya berinteraksi dengan murid-murid yang duduk di deretan depan dan tengah. Area ini dinamakan zona aksi karena deretan depan dan tengah merupakan lokasi yang paling sering berinteraksi dengan guru. Misalnya, mereka paling sering mengajukan pertanyaan dan paling mungkin mengawali diskusi. Ketika kelas disusun dalam bentuk lajur, guru sebaiknya berkeliling dan melakukan kontak mata dengan murid-murid di luar zona aksi. Guru juga disarankan untuk member komentar kepada muridmurid di kursi pinggir dan secara periodic merubah posisi duduk murid sehingga semua murid akan mempunyai kesempatan yang sama untuk menempati kursi di bagian depan dan tengah.
MENGELOLA AKTIVITAS KELAS SECARA EFEKTIF Untuk mengelola aktivitas di kelas secara efektif, seorang guru sebaiknya menggunakan gaya manajemen kelas otoritatif. Gaya ini berasal dari gaya parenting. Seperti halnya orang tua yang otoritatif, guru yang menggunakan gaya manajemen kelas secara otoritatif akan memiliki murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
murid lainnya, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas yang otoritatif
flopping, yaitu meninggalkan aktivitas yang sedang berjalan dengan alasan yang tidak jelas,
akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
dan teerlalu lama memaparkan sesuatu yang sudah dipahami murid. selain itu, ada juga tindakan fragmentasi, yaitu tindakan dimana guru membagi aktivitas menjadi beberapa komponen
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan
meskipun aktivitas tersebut sebenarnya bisa dilakukan sebagai satu unit. Misalnya, seorang guru meminta enam murid untuk melakukan sesuatu secar individual, padahal sebenarnya
guru dalam mengelola aktivitas di kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut. 1.
Menunjukkan seberapa jauh guru mengikuti aktivitas yang sedang berlangsung di kelas Guru yang seperti ini akan senantiasa memonitor murid secara regular. Hal ini akan membuat guru menjadi bisa mendeteksi perilaku yang salah jauh sebelum perilaku tersebut lepas kendali. Guru yang tidak mengikuti perkembangan aktivitas di kelas kemungkinan besar tidak akan melihat perilaku salah itu sebelum perilaku itu menguat dan menyebar.
2.
Mengatasi situasi tumpang tindih secara efektif Misalnya, dalam situasi aktivitas kelompok membaca, guru dapat merespon pertanyaan murid dari kelompok lain, tetapi dalam merespon pertanyan tersebut guru tidak mengubah aliran proses belajar membaca. Atau ketika berjalan mengelilingi ruangan kelas dan memeriksa pekerjaan murid, matanya tetap mengawasi seluruh kelas.
3.
Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran Guru sebaiknya mampu menjaga aliran pelajaran tetap lancar dan mempertahankan minat
semua murid tersebut dapat dibentuk menjadi satu unit kelompok. 4.
Melibatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang Guru sebaiknya melibatkan murid dalam berbagai tantangan tetapi bukan aktivitas yang terlalu sulit. Murid terkadang merasa lebih tertarik untuk bekerja secara independen daripada diawasi oleh guru.
5.
Menunjukkan sikap tangkap Menggambarkan tingkah laku guru yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dengan cara : a.
Memandang secara seksama Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.
murid. Ada beberapa aktivitas guru yang dapat mengganggu aliran pelajaran, antara lain flip-
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
17
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
b.
kelompok siswa atau individu. Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan
Memberikan pernyataan Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui
kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari adalah menunjukkan b.
dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang mengandung ancaman.
Guru dapat memberikan komentar terhadap
Contoh : “Saya menunggu sampai kalian
aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan
diam”. c.
Gerak mendekati Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain
d.
bahwa guru menguasai kelas. 7.
Memusatkan perhatian Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahankan apabila dari waktu kewaktu guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugastugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara : a.
Memberikan reaksi terhadap gangguan dan kekacauan siswa.
Membagi perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang
Menyiagakan siswa Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topik pelajarannya. Misalnya: “coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.
Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat. 6.
Verbal
b.
Menuntut tanggung jawab siswa Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat
sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
penting dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti: meminta untuk
a.
diperagakan hasil pekerjaan tugas.
Visual Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan
18
keterlibatannya
dengan
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
8.
Memberikan petunjuk yang jelas Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang
b.
Guru daapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjadi teladan.
wajar dapat dipenuhi oleh siswa. 9.
Menegur Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau dihindari dengan baik, sehingga
Hal yang juga perlu ditanamkan pada diri siswa adalah disiplin. Disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaranpelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan
guru harus melakukan teguran secara verbal atau memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika :
kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada seorang atau sekelompok orang dapat dihindari.
a.
Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu
b.
Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.
c.
Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan
Disiplin kelas dapat diartikan juga sebagai suasana tertib dan terpaut akan tetapi penuh dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam mewujudkan proses belajar mengajar.
d.
Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan. Seperti: “Suharto ingat”!
10. Memberi Penguatan Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara. a.
Untuk menanamkan kedisiplinan dan agar bisa berjalan dengan lancar, kelas perlu mempunyai aturan dan prosedur yang jelas. Murid harus tahu secara spesifik bagaimana aturan tersebut. Tanpa aturan dan prosedur yang jelas, akan muncul kesalahpahaman yang bisa melahirkan kekacauan. Guru juga dapat melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan tujuan agar dapat mendorong murid untuk dapat bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Guru dapat mendiskusikan dengan murid mengapa aturan
Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia melakukan
tersebut dibutuhkan dan menjelaskan aturan tersebut dengan mendiskripsikannya. Ada beberapa hal yang peerlu diingat ketika menyusun aturan dan prosedur
tingkahlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan
di kelas, yaitu sebagai berikut.
tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
19
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
1.
Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan Aturan dan prosedur yang dibuat harus tepat untuk kelas tersebut dan mempunyai dasar yang kuat. Misalnya, seorang guru yang membuat aturan bahwa semua murid harus dating tepat waktu, dan bagi murid yang terlambat akan dikenai sanksi, sebaiknya guru tersebut menjelaskan alasan aturan tersebut pada murid yaitu, jika mereka telat maka mereka mungkin akan kehilangan materi pelajaran yang penting.
2.
Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami Aturan yang dibuat harus dijelaskan maksudnya dan dideskripsikan agar murid benarbenar memahaminya. Sebaiknya guru melibatkan murid dalam membuat aturan sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab murid untuk mematuhi aturan tersebut.
3.
Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran Pastikan bahwa aturan dan prosedur yang dibuat tidak akan mengganggu proses pengajaran dan pembelajaran. Sebagian guru menginginkan kelas yang tenang, sehingga murid dilarang untuk berinteraksi dengan teman lainnya, hal ini tentu tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran dengan model kolaboratif.
4.
Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah Aturan yang diterapkan di kelas hendaknya sesuai dengan aturan yang dibuat untuk di terapkan di sekolah. Ketidaksesuaian aturan akan membuat murid bingung dan tidak memahami aturan tersebut.
20
Untuk menjaga ketertiban di kelas tidak harus selalu mengandalkan hukuman, sebaiknya guru bisa mengajak murid untuk bekerja sama, misalnya dalam menentukan aturan kelas yang akan diterapkan. Ada tiga strategi yang dapat digunakan agar murid mau diajak bekerja sama, yaitu: menjalin hubungan yang positif dengan murid, mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab, dan memberi hadiah pada perilaku yang tepat. Menjalin hubungan yang positif dengan murid dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian yang tulus pada murid sebagai individu sehingga mereka mau diajak bekerja sama. Terkadang guru tergoda untuk menuntut prestasi akademik yang bagus dan kelas yang tenang, akan tetapi melupakan kebutuhan sosioemosional murid. Perhatian ini menyebabkan kelas terasa aman dan nyaman bagi murid dan mereka merasa diperlakukan secara adil. Guru peka terhadap kebutuhan dan kecemasan murid, misalnya guru menciptakan aktivitas yang menyenangkan pada harihari pertama masuk sekolah, bukan member tes diagnostik. Selain itu, guru juga sebaiknya memiliki keterampilan komunikasi dan keterampilan mendengar yang baik, dan dapat mengekspresikan perasaannya kepada murid secara efektif. Dengan demikian atmosfer di kelas akan menjadi tenang dan santai. Misalnya, fokus kelas adalah pada tugas akademik tetapi guru memberi murid waktu bebas untuk membaca, menggunakan komputer, atau menggambar. Ada beberapa pedoman pengajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan hubungan yang positif dengan murid, yaitu sebagai berikut: 1.
Beri murid sapaan “selamat pagi” yang ramah
2.
Luangkan waktu walaupun singkat untuk bertatap muka dan membicarakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan murid.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
3.
Tuliskan catatan ringkas yang bersisi dorongan bagi murid.
4.
Sering-seringlah memanggil murid dengan
1.
Partisipasi ini akan membantu memuaskan kebutuhan murid untuk merasa percaya diri dan
namanya. 5.
Tunjukkan semangat pada murid, bahkan ketika akan pulang sekolah, pada akhir pekan, ataupun
merasa memiliki. 2.
akhir tahun pelajaran. 6.
Daripada memberi penghakiman atas perilaku murid, lebih baik ajukan pertanyaan yang dapat memotivasi murid untuk mengevaluasi perilaku
Selalu pertimbangkan level pemahaman dan emosional murid saat guru membuka informasi
mereka sendiri. Misalnya, guru dapat menanyakan “apakah perbuatan kalian sesuai dengan aturan kelas yang telah kita sepakati bersama?”.
personal tentang dirinya kepada murid.
8. 9.
Menjadi pendengar aktif yang menyimak apa yang dikatakan murid meskipun yang dikatakan tersebut hanya masalah sepele.
3.
Biarkan murid tahu bahwa guru akan selalu membantu mereka.
4. Strategi kedua agar murid dapat bekerja sama dengan guru adalah dengan cara mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab.
(Eggleton, 2001; Lewis, 2001; Risley & Walther, 1995; dalam Santrock, 2007). Ada beberapa pedoman yang dapat dilakukan untuk mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab di kelas, yaitu sebagai berikut.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Jangan menerima alasan murid melakukan kesalahan Alasan biasanya dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab.sebaiknya guru tidak mendiskusikan alasan murid melakukan kesalahan, akan lebih baik jika guru menanyakan pada murid tentang apa yang akan mereka lakukan jika situasi yang sama terjadi.
Ingat bahwa membangun hubungan yang positif dan saling percaya itu akan membutuhkan waktu.hal ini terutama berlaku bagi murid yang berasal dari lingkungan yang beresiko yang mungkin tidak mudah percaya pada guru.
Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi bertanggung jawab dengan murid untuk membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu
Dorong murid untuk menilai tindakan mereka sendiri
Bersikap lebih terbuka, sehingga murid bisa lebih memandang guru sebagai individu. Tetapi juga jangan teerlalu berlebihan dalam membuka diri.
7.
Libatkan murid dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas
Beri waktu agar murid mau menerima tanggung jawab Murid tidak akan berubah menjadi anak yang bertanggung jawab dalam sekejap saja. Banyak perilaku menyimpang murid biasanya terbentuk sejak lama dan karenanya dibutuhkan waktu untuk mengubahnya.
5.
Biarkan murid berpartisipasi dalam pembuatan keputusan Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan rapat kelas. Rapat kelas juga dapat berguna untuk menghadapi masalah perilaku murid atau isu yang berkaitan dengan guru dan murid.
21
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
Strategi ketiga untuk membuat murid bisa bekerja sama dengan guru yaitu dengan memberi hadiah pada perilaku yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih penguat yang efektif bagi murid. Guru sebaiknya mencari tahu mana penguat yang paling efektif bagi setiap murid. Bagi seorang murid, mungkin berupa pujian, tetapi bagi murid yang lainnya mungkin dapat berupa pemberian aktivitas tertentu. Pemberian aktivitas yang menyenangkan sering kali berguna untuk mengajak murid bekerja sama. Selain hal di atas, guru juga dapat menggunakan prompts dan shaping. Beberapa bentuk prompts (dorongan) dapat berupa isyarat atau pengingat, misalnya “ingat aturan tentang antre’. Sedangkan shaping (pembentukan) dapat melibatkan pemberian hadiah kepada murid jika bisa melaksanakan perilaku yang mendekati perilaku sasaran secara berturut-turut. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian hadiah adalah bahwa gunakan hadiah untuk member informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku murid. imbalan yang mengandung informasi tentang kemampuan penguasaan murid dapat menaikkan motivasi instrinsik dan rasa tanggung jawab pada diri murid. sedangkan imbalan yang digunakan untuk mengontrol perilaku murid kecil kemungkinannya untuk dapat menaikkan rasa tanggung jawab dan regulasi diri. Misalnya, pembelajaran seorang murid mungkin akan menjadi lebih baik jika dia terpilih sebagai murid paling rajin minggu ini karena dia melakukan sejumlah aktivitas yang produktif.akan tetapi, murid tersebut mungkin tidak akan termotivasi jika dia diberi hadiah karena duduk tenang di bangku; karena imbalan seperti itu hanyalah cara guru untuk mengontrol perilaku murid tersebut, dan murid yang terlalu banyak dikontrol saat belajar akan cenderung bertindak pasif.
22
MANAJEMEN DALAM MENGHADAPI PERILAKU BERMASALAH Sebaik apapun guru merancang dan menciptakan lingkungan kelas yang positif, perilaku bermasalah tetap akan muncul. Untuk itu, guru perlu menghadapinya dengan cara yang efektif dan tepat waktu. Menurut ahli manajemen kelas, Carolin Everstone dan rekannya (Everstone, Emmer, & Worsham, 2003 dalam Santrock 2007) membedakan antara intervensi minor dan moderat dalam menangani perilaku bermasalah murid. Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor (kecil). Masalah-masalah tersebut biasanya adalah perilaku yang mengganggu aktivitas kelas dan proses belajar mengajar. Misalnya, murid yang ribut sendiri, meninggalkan tempat duduknya, bercanda, ataupun makan di kelas. Strategi intervensi minor yang efektif antara lain adalah: 1.
Gunakan isyarat nonverbal Guru sebaiknya menjalin kontak mata dengan murid. Kemudian berilah isyarat pada murid dengan meletakkan telunjuk jari di bibir, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.
2.
Terus lanjutkan aktivitas belajar Terkadang transisi antar aktivitas berlangsung terlalu lama atau terjadi kemandekan aktivitas saat murid tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi ini, murid mungkin meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda, dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengoreksi tindakan murid dalam situasi seperti ini, tetapi lebih baik mulailah aktivitas baru dengan segera. Dengan membuat rencana harian yang efektif, guru dapat menghilangkan transisi dan kekosongan aktivitas.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
3.
Dekatilah murid Ketika murid mulai bertindak menyimpang, guru hendaknya mendekatinya, maka biasanya murid akan diam.
4.
Arahkan perilaku Jika murid mengabaikan tugasnya, ingatkan mereka tentang kewajibannya itu. Guru dapat berkata “ingat, semua anak harus mengerjakan soal matematika ini”.
5.
ini ada beberapa intervensi moderat yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, yaitu sebagai berikut. 1.
Berilah murid pilihan Beri tanggung jawab pada murid dengan mengatakan bahwa dia mempunyai pilihan yaitu bertindak benar atau menerima konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan yang benar itu dan apa konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan yang benar.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Jangan beri privelese atau aktivitas yang mereka inginkan Beberapa murid dapat menyalahgunakan privilese yang mereka terima, seperti diperbolehkan berjalan keliling kelas atau mengerjakan tugas dengan teman.
2.
Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung Jalinlah kontak mata dengan murid, bersikaplah asertif, dan suruh murid menghentikan tindakannya tersebut. Buatlah pernyataan singkat dan pantau murid sampai situasi menjadi terkendali. Strategi ini dapat dikombinasikan dengan strategi mengarahkan perilaku murid.
7.
telah dijelaskan di atas. Misalnya, ketika murid menyalahgunakan privelesenya, mengganggu aktivitas, keluar dari kelas, mengganggu pelajaran atau mengganggu pekerjaan murid lainnya. Berikut
Berilah instruksi yang dibutuhkan Terkadang murid melakukan kesalahan kecil ketika mereka tidak memahami cara mengerjakan suatu tugas. Untuk itu, maka guru harus memantau pekerjaan murid dan member petunjuk jika dibutuhkan.
6.
Beberapa perilaku yang salah membutuhkan intervensi yang lebih kuat daripada beberapa hal yang
Membuat perjanjian behavioral Jika muncul masalah dan murid tetap keras kepala, maka guru bisa meerujuk pada perjanjian yang telah disepakati bersama. Perjanjian tersebut harus merefleksikan masukan dari kedua belah pihak.
3.
Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas Strategi ini dapat digunkan dengan menggunakan cara time out yaitu mencabut penguatan positif dari murid. Time out dapat dilakukan dengan beberapa pilihan, bisa menyuruh murid tetap di kelas, tetapi tidak diberi akses ke penguatan positif; mengeluarkan murid dari area aktivitas atau dikeluarkan dari kelas; atau menempatkan murid di ruang time out yang disediakan sekolah. Guru yang menggunakan time out harus memberitahu murid tentang perilaku apa yang menyebabkan murid mendapatkan time out.
23
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
4.
Gunakan hukuman atau sanksi
dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi
Hukuman yang digunakan di sini lebih bersifat
setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat
akademik, bukan fisik. Hukuman dapat berupa perintah untuk mengerjakan tugas berkali-kali. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling. Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya. Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih
mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Untuk membantu guru agar murid dapat berbuat sesuai aturan juga dapat menggunakan bantuan dari teman sebaya, orang tua, kepala sekolah, dan mentor. Teman sebaya terkadang sangat efektif untuk mengajak murid dapat berperilaku lebih tepat. Misalnya, jika ada dua murid yang bertengkar, maka mediator teman bisa membantu menengahi pertikaian itu. Guru juga dapat mengadakan pertemmuan dengan orang tua untuk masalah tertentu. Jangan menempatkan orang tua pada posisi defensive atau menyalahkan mereka karena perilaku anaknya yang salah di sekolah. Guru cukup menjelaskan masalahnya dan meminta bantuan dari orang tua untuk ikut menyelesaikan masalah tersebut. Jika murid sudah tidak bisa ditangani guru biasanya murid akan dipertemukan dengan kepala sekolah agar mendapat peringatan. Selain itu, guru juga dapat menggunakan mentor yang dapat memberi dukungan yang murid butuhkan untuk mengurangi perilaku bermasalah. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa perencanaan sekolah yang terkoordinasi, kurikulum dan pengajaran bermutu tinggi, dan lingkungan sekolah yang suportif adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk menangani murid yang bermasalah dalam perilakunya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan program pengayaan kompetensi sosial. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi social murid dengan meningkatkan keterampilan dalam menghadapi hidup, dan mengembangkan keahlian sosioemosional.
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor
24
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
David dan Roger Johnson (1999) juga menciptakan program tiga C, yaitu suatu program manajemen kelas untuk mengatasi masalah yang menyebabkan gangguan dan melemahkan proses pembelajaran.program ini menekankan arti penting dari pemberian bimbingan pada murid untuk mempelajari cara menngatur perilaku mereka sendiri. Komponen dari program tiga C ini adalah sebagai berikut : 1.
3.
Civic values Komunitas kooperatif dan resolusi konflik konstruktif hanya jika komunitas pembelajaran berbagi nilai-nilai civik yang sama, yaitu nilai yang menjadi pedoman pembuatan keputusan. Nilai-nilai ini mencakup keyakinan bahwa kesuksesan tergantung pada usaha bersama untuk meraih tujuan bersama dan saling menghargai.
Cooperative community DAFTAR PUSTAKA Komunitas pembelajaran akan mendapat manfaat jika partisipan mempunyai interdependensi positif satu sama lain. Mereka bekerja untuk meraih tujuan bersama dengan melakukan aktivitas pembelajaran yang terstuktur dan kooperatif.
2.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Teknik Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Anita Lie. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruangruang Kelas). Jakarta: PT Grasindo.
Constructive conflict resolution Ketika timbul konflik, konflik tersebut bisa dipecahkan secara konstruktif melalui training resolusi konflik untuk semua partisipan dalam komunitas pembelajaran.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511
Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
25