Benarkah Isa Al Masih (Yesus) mati di tiang salib? Benarkah Isa kemudian hidup dilangit? Benarkah Isa akan turun lagi kedunia untuk menjadi hakim di zaman akhir? Pertanyaan krltis dan kontroversial itulah yang dijawab secara tuntas dan obyektif oleh buku ini. Bukan saja karena argumen-argumen yang dibeberkan dalam buku ini logis dan ilmiah, tetapi juga didukung oleh data otentik, baik dari Al-Qur’an yang menjadi paradigma umat Islam maupun dari Bibel sendiri dan tentu saja dari data-data penting dari temuan sejarah dan penelitian ilmiah. HJ. Irena Handono, saat ini sebegai Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Muslimat Indonesia. Sebuah Ormas Perempuan Muslim independent, lintas golonqan, ras dan suku. Program andalan organisasi ini adalah membentengi umat dari bahaya deislamisasi dan pemurtadan, beliau juga aktif melakukan dakwah, khususnya membina para muallaf - sebuah dunia yeng pernah dialaminya sendri.
Hj. Irena Handono
M EMPERTANYAKA N K EBANGKITAN & KENAIKA N I SA ALMASI H Kata Pengantar: Muhammad Imaduddin Abdulrahim Penulis Hj. Irena Handono Design Cover Yunus Wibisono Setting Lutfi Fuadi Penerbit
BIMA RODHETA © HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Cetakan: I : September 1997; II : Maret 1999; III : Mei 2001; IV : September 2001; V : Februari 2002; VI : Mei 2002; VII : Februari 2004
Prakata Penulis Puji syukur hanya kepada Allah swt. Tuhan semesta alam. Dengan limpahan rahmat dan petunjukNya saya bisa merampungkan perbaikan buku ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad saw, teladan bagi umat Islam sepanjang masa. Dari beliaulah saya mendapat inspirasi dan dorongan untuk selalu menulis dan memperjuangkan kebenaran. Pada cetakan sekarang ini telah dilakukan perbaikan atas beberapa kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada cetakan pertama. Disamping itu, "hadir" pula kata pengantar dari bapak Dr. Muhammad Imaduddin Abdurrahim, seorang tokoh Islam terkemuka yang akrab dipanggil bang'Imad. Semua upaya itu dilakukan sebagai usaha penyempurnaan dan penambahan bobot buku ini sehingga gagasan-gagasan besar yang ada di dalamnya semakin bisa diterima oleh pembaca. Atas terbitnya buku ini, tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu penerbitan buku ini. Terakhir, semoga buku ini menjadi amal shaleh yang diterima Allah Swt dan bermanfaat bagi pembaca. Amin! Hj. Irena Handono
Kata Pengantar Muhammad Imaduddin Abdulrahim Alhamdulillah, segala puji dan puja semata kepunyaan Allah, shalawat dan salam tertuju kepada Rasulullah Muhammad saw, satu-satunya pemimpin yang patut dan pantas kita teladani dan patuhi tanpa reserve. Saudari Irena Handono telah meminta saya menulis kata pengantar untuk bukunya yang akan dicetak kembali dan disodorkan kepada para pembaca yang budiman, yang telah lama menunggu datangnya buku yang telah mulai populer ini. Sesudah membaca buku kecil ini, saya sependapat dengan penulis yang menganggap buku ini perlu dibaca umat kita yang menaruh minat bergaul dengan saudara-saudara kita sebangsa, tetapi mempunyai agama lain dengan kita. Memang keyakinan yang tangguh dan bulat pada agama kita sendiri sangatlah dibutuhkan oleh setiap orang yang ingin bergaul baik dengan teman yang berlainan agama dan kepercayaan itu. Keyakinan yang bulat ini hanya bisa kita peroleh jika kita memahami dengan tepat persamaan dan perbedaan yang prinsip antara paham agama kita dengan agama teman kita itu. Pengetahuan yang tepat ini akan menimbulkan percaya diri ('izzatun nafs) yang tinggi pada pihak kita. Dengan percaya diri yang tinggi ini kita tidak akan mudah tersinggung jika kita dilecehkan oleh mereka, karena kita merasa mengerti betul akan kelemahan dan kekeliruan mereka. Contoh yang paling tepat tentang ini adalah saudari Irena sendiri, karena beliau tadinya adalah seorang Nasrani yang taat, kemudian masuk Islam karena menguasai betul akan kelemahan-kelemahan agama pertamanya. Sehingga ketika pertama kali membaca surat al-Ikhlas, beliau langsung menerimanya dengan keyakinan yang membaja. Dengan menulis buku ini kiranya saudari Irena ingin berbagi rasa dan pengalaman dengan ikhwannya yang sekarang. Oleh karena itu saya menganggap usaha saudari Irena perlu mendapat sambutan hangat dari seluruh ikhwan seiman dan mendoakan kiranya usaha yang ikhlas ini akan mendapat ridha Allah Swt. Amin, amin ya Rabb al'alamin.
Jakarta, 4 Zulhijjah 1419 20 Pebruari 1999
Pengantar Penerbit Ruku ini membahas kontraversi antara Islam dan Kristen tentang doktrin penyaliban Isa al Masih, Kenaikan, dan Kebangkitan Isa di Akhir zaman. Mendudukkan masalah ini secara tepat teramat penting bagi umat Islam untuk ketentraman jiwa dan kemantapan kepercayaan umat Islam. Beberapa misteri peristiwa tentang masalah diatas yang bersumber dari Al Qur'an dan Bibel dicoba untuk dibedah, dengan diberikan bobot kritik yang radikal terhadap tradisi heresiografi, dan selanjutnya diberikan data-data sejarah dan penelitian ilmiah yang otentik mengenai perjalanan perkembangan pemahaman doktrin tersebut. Buku ini sangat penting untuk dikaji, selain sebagai referensi komparatif dari beberapa infoilnasi tentang studi Islam yang sudah ada selama ini, barangkali juga dapat memberikan informasi baru yang mungkin lebih akurat daripada lainnya. Kelebihan buku ini tidak sekedar menjadi buku yang bersifat deskriptif, tapi menjadi kajian Islam yang sangat menarik dengan wacana kritiknya. Hal ini dunungkinkan karena penulis tadinya adalah seorang Nasrani yang taat, setelah mendalami ajaranajaran Islam secara mendalam, dengan hidayah Allah beliau memeluk agama Islam, sehingga sumber data yang dikuasai tidak hanya dari satu pihak saja. Maka tidak heran jika analisis ini mungkin banyak berbeda dengan buku lainnya. Oleh karena itu, kami memandang bahwa buku ini perlu disebarluaskan, agar bisa dinikmati oleh para ikhwan dan akhwat sekalian. Selamat membaca,
Penerbit
Pendahuluan Persoalan penyaliban, kebangkitan, kenaikan, dan akan turunnya Isa Al Masih ke bumi pada akhir zaman, selama ini masih menjadi kontroversial, termasuk dikalangan umat Islam sendiri. Memprihatinkan sebenarnya. Sebab persoalan-persoalan di atas sebetulnya adalah konsep dan doktrin Kristen. Jika konsep dan doktrin tersebut sampai menjadi keyakinan umat Islam, inilah yang disebut memprihatinkan. Itulah yang melatarbelakangi penulisan buku ini. Seperti yang akan penulis jelaskan, Islam sama sekali tidak mengajarkan keyakinan seperti diatas. Al-Qur'an, sebagai paradigma umat Islam, sama sekali tidak mengajarkannya. Sebaliknya, Al-Qur'an justru memberikan bantahan-bantahan atas keyakinan tersebut. Di sinilah, fungsi AlQur'an sebagai pembeda (furqan) antara yang haq dan bathil mendapat pemaknaannya. Fungsi pembeda Al-Qur'an dalam hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan Bibel kitab suci pemeluk Kristen sebagai salah satu rujukan dalam tulisan ini. Seperti kita pahami bersama, percaya kepada kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi termasuk para nabi sebelum nabi Muhammad saw adalah bagian dari rukun iman. Sebagaimana firman Allah: "Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu (Taurat, Zabur, Injil), serta mereka yakin adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Al Baqarah / 2 : 4-5) Walaupun Zabur, Taurat, dan Injil yang sekarang sebagian besar bukan lagi murni kalam Allah karena sudah banyak pemikiran manusia yang masuk di dalamnya namun masih ada kebenaran yang tersisa padanya. Kebenaran itulah yang kita ambil sedangkan bagian yang salah itu kita tinggalkan. Ini seperti yang digariskan Nabi Muhammad saw: "Apabila ada ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) berbicara kepadamu, maka janganlah kamu mendustakannya dan janganlah kamu membenarkannya. Tetapi katakanlah kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelum kami. Apabila yang dikatakan itu haq (benar-benar firman Allah), janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila yang dikatakan itu bathil (bukan berasal dari Allah), maka janganlah kamu membenarkannya" (HR Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Kita bisa tahu bahwa ada ayat-ayat Alkitab yang mengandung kebenaran dan sebaliknya banyak yang mengandung kepalsuan, karena fungsi Al-Qur'an sebagai pembeda tadi. Banyak sekali bantahan dan koreksi yang diberikan Al-Qur'an terhadap kitab-kitab terdahulu, termasuk terhadap Bibel, seperti yang akan kita lihat nanti. Ditinjau dari sejarah pun, sebenarnya konsep dan doktrin tersebut sama sekali tidak' bisa dipertanggungjawabkan. Karena, disamping tidak didukung oleh data-data otentik dan pemikiran rasional-logis, Bibel sendiri jika dikaji secara kritis seperti akan terbaca dalam buku ini tidak mengajarkannya. Adalah menjadi harapan kita, jika umat Islam, tidak teracuni oleh ajaran-ajaran yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan tersebut. Untuk itulah buku ini ditulis yang akan menjelaskan secara gamblang bagaimana sebenarnya persoalan penyaliban. kebangkitan, dan akan turunnya Isa Al Masih pada akhir jaman dalam perspektif kebenarai obyektif.
Kisah Penyaliban
Benarkah nabi Isa Al Masih alaihissalam disalib dan meninggal pada kayu salib? Pertanyaan tersebut menarik untuk didiskusikan karena persoalan penyaliban akan membawa implikasi panjang pada aqidah umat. Sebab seperti kita ketahui, doktrin Kristen menegaskan bahwa Isa Al Masih, yang oleh kalangan Kristen disebut dengan Yesus, meninggal di kayu salib. Implikasi panjang yang saya maksud, karena konsep penyaliban tersebut menjadi tonggak "aqidah" umat Kristen tentang kenaikan dan kebangkitan Yesus, yang pada ujung-ujungnya mengarah pada pengakuan Ketuhanan Yesus. Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib. Hukuman itu diterimanya karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa dirinya adalah anak Allah (Mat. 26:63). Tetapi ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh makar sehingga Pilatus bertanya: Engkau raja orang Yahudi? (Mat 27:11). Karena dituduh makar itulah, beliau disalib. Marilah kita telaah sejarah itu secara obyektif. Dalam injil dijelaskan sebagai berikut: "Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12" (Yoh 19:14). Istilah Paskah sendiri berasal dari bahasa Ibrani dari kata "pesah" yang berarti: melewati. Upacara ini seperti dijelaskan Perjanjian Lama sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir, yang pada saat itu anak-anak sulung orang Mesir dibunuh, tetapi pintu-pintu rumah orang Ibrani "dilewati", karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka disapu dengan darah anak kambing domba (kel 12:23-28). Sedang dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai "anak domba Paskah" (I Kor 5:7). Dengan demikian, menurut keyakinan Kristen sendiri Isa Al Masih (harus) disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Dengan penyaliban tersebut, maka manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya gereja menyatakan bahwa Paskah adalah hari "Kebangkitan Yesus". Dalam persiapan Paskah, kirakira jam 12, Pitalus selaku gubernur Romawi, memutuskan untuk menyerahkan Isa Al Masih kepada orangorang Yahudi, agar disalib di bukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al Masih dipaksa memanggul salib ke Bukit Golgota. Setelah sampai di bukit Golgota (Matius 27:46) kira-kira jam tiga sore berserulah Isa Al Masih dengan suara nyaring "Eli, Eli lama sahakhtani!, yang artinya "Tuhanku, Tuhanku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Hari itu adalah hari persiapan Paskah dan besoknya adalah hari Sabat (hari Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci dan Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja apapun (Kel 20:8-11), termasuk melakukan penyaliban, dan orang yang bekerja pada hari itu harus dihukum mati (kel 31:12-14). Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 - 3 jam lagi (ingat, bahwa pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya matahari, bukan pada jam 00.00). Terdesak oleh waktu, dan untuk mempercepat proses kematian orang-orang yang disalib tersebut, orang-orang Yahudi ingin segera memastikan kematian dcngan cara "mematahkan kaki", yaitu meremukkan kaki dengan batas bagian tempurung ke bawah.
"Datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang yang disalib tersebut dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan". (Yoh 19: 31).
Kisah Penyaliban Isa Al Masih Meninggal di kayu salib? Tepat giliran Isa Al Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya. Sebab, mereka menyangka Isa Al Masih telah mati. "Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya." ( Yoh. 19:33). "Filatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala serdadu dan menanyakan kepadanya benarkah Yesus sudah mati." (Markus 15 : 44 ). Benarkah Isa Al Masih telah mati di kayu salib? Itulah pertanyaan kritis, yang saat itu juga sempat membuat Pilatus terheran-heran. Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan sains, umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya, minimal 2 hari. Kematian pada kayu salib baru bisa terjadi oleh dua hal: Pertama, oleh infeksi. Dipakunya tangan dan kaki pada kayu salib membuka peluang masuknya kuman ke dalam tubuh. Tanpa perlindungan antibiotika, kuman tersebut akan berkembang dan menyebar ke seluruh tubuh. Proses kematian karena infekasi seperti ini, biasanya berlangsung 23 hari.
Kedua, Kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga. Dengan tidak masuknya bahan makanan yang diperlukan untuk kehidupan normal, maka hal tersebut akan mengganggu metabolisme dalam tubuh. Karena tidak adanya suplai makanan, tubuh memobilisasi bahan simpanan yang ada dalam tubuh. Bila simpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen yang ada habis, maka protein yang ada di otot digunakan sebagai pembentukan energi yaitu pembentukan ATP ATP merupakan energi "siap pakai". Bila protein yang ada di otot berkurang sedemikian rupa, maka fungsi sel akan terganggu dan diakhiri dengan kematian. Proses ini biasanya berlangsung 6-7 hari. Dengan tinjauan medis seperti itu, terbukti bahwa waktu 1 hari (saat itu hari Jum'at) belum cukup untuk membuat Isa Al Masih meninggal di kayu salib. Di sisi lain, karena mengira Yesus sudah mati itulah seorang dari prajurit menikam lambungnya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34). Pertanyaan kritis selanjutnya adalah mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan darah jika terkena tikaman? Keluarnya darah dari organ tubuh yang ditikam menandakan masih aktifnya aliran darah dalam sistem peredaran orang tersebut dan itu berarti jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh masih berfungsi. Masih berfungsinya jantung tersebut, menandakan bahwa seseorang masih hidup. Penelaahan yang cermat dan objektif terhadap ayat-ayat Bibel di atas membuktikan bahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Ia hanya pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilihat para serdadu sebagai kondisi mati (ingat, pada kejadian tersebut para serdadu hanya melihat bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati).
Kisah Penyaliban Al-Qur'an tentang Penyaliban Isa Al Masih Lolosnya Isa Al Masih dan pematahan kaki yang berarti tidak dilakukannya pemastian kematian karcna para serdadu sudah yakin Isa Al Masih telah meninggal merupakan suatu pertolongan Allah atas hambaNya. Pingsannya Isa Al Masih telah dilihat oleh para serdadu sebagai kematian lsa Al Masih. Kronologis peristiwa yang diung-kapkan oleh Bibel justru menunjukkan hahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Namun, kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi konsep Ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalarn Konsili Nicea tahun 325 M. Sebab konsep Ketuhanan itu mengharuskan adanya proses "evolusi Ketuhanan Yesus" sebagai berikut: penyaliban, mati, bangkit (hidup kembali), duduk di surga di sebelah kanan Allah (Markus 16:19), dan (menjadi) Tuhan. Al-Qur'an sendiri secara gamblang menjelaskan bahwa Isa Al Masih tidak mati dibunuh pada
kayu salib.
"Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah membunuh Isa Al Masih anak Maryam rasul Allah itu. Padahal sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka ... ". (An-Nisa' / 4 : 157). Prof. Dr. KH. Hasbullah Bakry, SH. dalam bukunya "Isa dalam Al Qur'an Muhammad dalam Bible". (Firdaus), cet. 8, hal. 45 dan 47 menyatakan penafsirannya tentang QS An Nisa'/4:157. "Kalimat "Ma qotaluhu wama sholabuhu" yang berarti: "Mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya" haruslah diartikan sebagai penguat (kalimat) satu dengan yang lain. Ma qotaluhu artinya mereka tidak membunuh Isa dengan jalan apa saja (di sini membunuh berarti umum). Ma sholabuhu mereka juga tidak membunuhnya dengan penyaliban. Disini membunuh dengan cara khusus yakni dengan penyaliban (kruisiging)." Penyaliban artinya memakukan orang dengan membentangkan kedua tangan pada kayu yang bersilang sehingga mati. Kalau tidak sampai mati namanya bukan penyaliban, tetapi hanya terserupa saja sebagai penyaliban. Ada pendapat yang mengatakan bahwa lsa Al Masih tidak disalib, tetapi yang disalib sampai mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Askhariyuti. Pendapat seperti ini sulit dipertanggungjawabkan sebab Al-Qur'an sama sekali tidak pernah menyebut atau mengkisahkan nama tersebut. Lantas dari mana umat Islam mengenal nama Yudas Iskariot? Jawaban atas pertanyaan ini bisa kita baca lewat keterangan Prof. HAMKA:
"Mereka menerima riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam. Satu riwayat yang dinukilkan Ibnu Jarir menyatakan bahwa rupa Isa disamakan kepada Yahuda (Yudas) itu sendiri, sehingga dialah yang ditangkap dan dialah yang disalib." ..... Adapun riwayat-riwayat ini diterima oleh sahabat Rasulullah dan penafsir sesudahnya ialah orang-orang ahlul kitab yang masuk Islam, diantaranya Wahab bin Munabbih. Jadi, jelas bahwa umat Islam mengenal Yudas dari ahlul kitab, bukan dari Al-Quran.
Kisah Penyaliban Misteri Penguburan Isa Al Masih Dalam keadaan pingsan serdadu menganggap dalam keadaan mati Isa Al Masih diturunkan dari kayu salib. Berikut adalah penjelasan Bibel, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa setelah Isa Al Masih dianggap mati di kayu salib. "sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus supaya ia diperholehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu ( Yoh 19:38 ). Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. la membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu. Kira-kira lima puluh kali beratnya ( Yoh 19:39 ). Mereka rnengambil mayat Yesus, menggapainya dengatt kain lerran dan membubuhinya dengan rempah-rampah menurut adat vrartg Yahudi bila menguburkan mayat (Y oh 19:40 ). Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan menggapainya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu kepintu kubur itu ( Markus 19:46 ). Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus ( Markus 16:1 ). Ayat-ayat tersebut, memang jika dibaca tanpa daya kritis, seolah menguatkan fenomena bahwa Isa Al Masih meninggal karena disalib. Tetapi marilah dengan kekuatan nalar, kita telaah makna-makna di balik ayat-ayat tersebut. Secara kronologis, peristiwa penurunan Isa Al Masih dari kayu salib, seperti dijelaskan ayatayat diatas, adalah sebagai berikut:
1. Hari Jum'at, sebelum masuk waktu Sabat (sebelum maghrib) Yusuf dari Arimatea membawa Yesus ke kuburnya.
2. Malam harinya, Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan gaharu. Lalu mengkafani Yesus dengan kain lenan.
3. Ahad pagi hari, Maria Magdalena dan kawan-kawan membawa rempah-rempah ke kubur untuk meminyaki Yesus. Dari kronologi tersebut, muncul pertanyaan "mayat" Isa Al Masih sudah diberi rempah-rempah untuk diminyaki oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus serta dikafani, mengapa pada pagi hari dua hari berikurnya (hari Ahad) datang para wanita ke kubur dengan membawa rempah-rempah dan minyak untuk meminyaki Isa Al Masih? Jawabannya tidak sulit, datangnya para wanita tersebut pada dua hari sesudah "penguburan" justru menunjukkan bahwa Isa Al Masih belum meninggal. Kedatangan mereka dengan membawa tambahan rempahrempah tersebut, tentu saja, dimaksudkan untuk mengobati Isa Al Masih. Mengingat rempah-rempah dan minyak mur antara lain berfungsi sebagai obat untuk luka.
Kisah Penyaliban Bentuk Kubur Yahudi Mungkin anda bertanya: "Bisakah orang bertahan hidup dalam kuburan?" Anda juga mungkin bertanya: "Bisakah kubur itu didatangi/dimasuki, sebagaimana dilakukan Maria Magdalena dan kawankawan?" Untuk menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita harus paham tentang kubur orang Yahudi. Bentuk kubur orang Yahudi jangan kita bayangkan sama dengan model kubur orang Islam, mayat tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan diletakkan di atas batu yang ada di dalam ruang kubur terletak di gua ataupun yang sengaja dibangun berbentuk semacam tempurung, dan berpintu. Marilah kita perhatikan model kubur Yahudi tersebut! sbb
Kondisi kubur seperti itu memberi dua kemungkinan, pertama, orang yang dimasukkan dalam ruang kubur seperti yang dialami Isa Al Masih masih tetap hidup, karena masih ada ruangan untuk bergerak dan bernafas. Kedua, memungkinkan orang lain memasukinya, seperti yang dilakukan oleh para murid Isa Al Masih, sehingga terbuka lebar-lebar kesempatan memberi pengobatan (sekaligus makanan) sampai luka-luka Isa Al Masih sembuh.
Kisah Penyaliban Dimanakah Isa AI Masih Wafat dan Dimakamkan? Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Isa Al Masih tidak meninggal di kayu salib. Beliau hanya pernah mengalami bahaya penyaliban namun akhirnya diselamatkan oleh Allah dengan cara diserupakan kondisinya sebagai orang mati dengan cara pingsan. Jadi Isa Al Masih tidak meninggal disalib melainkan selamat dan tetap hidup, bahkan sampai usia lanjut. Keterangan bahwa kehidupan Isa Al Masih berlanjut sampai usia lanjut dapat kita baca dari keterangan Al-Qur'an surat Ali Imran/3:46.
"Dia dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan ketika sesudah dewasa." Kamus Bahasa Arab "Munjid fil Lughati wal Adabi" mengartikan "kahlan" sebagai "man kaanat sinnu 'umrihi bainal tsalatsina wal khamsina taqriban" (seorang yang berusia kurang 30-50 tahun). Al Imam Raghib, seperti dikutib Saleh A. Nahdi (Bibel dalam Timbangan, PT Arista Brahmatyasa, 1994, h. 20) mengatakan bahwa "kahlan" sebagai "man wakhatahu syaib" (orang yang rambutnya bercampur dengan yang putih karena usianya yang lanjut). Adapun bukti-bukti sejarah bahwa Isa Al Masih hidup sampai usia lanjut, diantaranya:
1. Dalam usia lanjut yang dimulai antara 40-50 tahun, Yesus masih memberikan pengajaran. Masa hidup tadi disaksikan bukan saja oleh para penginjil melainkan juga oleh semua pemimpin-pemimpin gereja yang datang ke Asia bersama Yahya yang menyampaikan riwayat itu kepada pemimpin-pemimpin gereja adalah Yahya sendiri (C.R. Gregory, Canon and the New Testament).
2. James Moffat: Pemuda-pemuda gereja di Asia percaya kematian Yesus itu terjadi di zaman Kladius tahun 41-50. Papias sendiri mengatakan bahwa pada usia tersebut Yesus masih mengajar. Pertanyaan selanjutnya adalah, dimanakah beliau menjalani masa-masa kehidupannya sampai usia lanjut dan dimakamkan? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat kita dapatkan dari penjelasan Al-Qur'an surat Al Mu'minun/23:50:
"Dan kami telah jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata hagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir ".
Dimanakah tempat yang oleh ayat ini disebut "suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir"? Seperti dikutip H.M. Josoef Sou'yb (Isa Al Masih Sudah Mati?, PT Al Husna Zikra, 1994, Cet. 1, h. 20-26), di antara para pakar merujuk bahwa tempat itu adalah dataran tinggi pada bukit sebelah Barat Laut Mati, Palestina, yaitu biara tempat kediaman sekte Esenes. Tempat ini dikenal dengan Bukit Qumran. "Pada dataran deretan bukit batu yang membujur di sebelah Barat Laut Mati itu terdapat suatu dataran luas ... pada dataran itu menonjol sekelumit runtuhan dinding tembok." "Pere de Vaux dengan stafnya, demikian Edmund Wilson di dalam bukunya Dead Sea Scrolls edisi 1956 H. 55-71, yang melakukan penggalian dan menemukan reruntuhan suatu biara besar denga ruangan-ruangan yang luas. Di bawahnya dijumpai pttla enam saluran air tapi kini sudah kering." "Diantara biara besar pada dataran tinggi itu dengan pinggir Laut Mati, demikian Edmund Wilson, tampak terdapat lebih seribu kuburan .... Di antara seluruh kuburan yang digali itu maka hanya ada satu jenazah saja yang punya "keistimewaan" yaitu memakai keranda. Dan diantara seluruh jenarah itu terdapat jenazah seorang wanita (ingat, penghuni biara/bukit Qumran hanya kaum lakilaki." Satu jenazah yang mempunyai keistimewaan dengan keranda dan satu jenazah seorang wanita itu tidak lain adalah jenazah Isa Al Masih dan ibundanya Siti Maryam yang hidup dan meninggal serta dimakamkan dibukit Qumran. Mengapa data-data penting ini terkesan tidak banyak diungkap. Mudah menjawabnya. Karena ada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan soal ini. Hal ini, misalnya dapat kita cermati dari fenomena naskah Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls), yang terletak di gua Qumran, sekitar 10 mil sebelah Timur Yerussalem yang menyimpan sekitar 800 macam fragmen dokumen yang ditulis sekitar tahun 200 S.M. sampai tahun 50 M dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Aram (bahasa sehari-hari yang dipakai Yesus), di antaranya terdapat 127 dokumen ayat-ayat Bibel juga kitab suci Apokriba (kitab yang tidak boleh dibaca oleh umat Kristen). Sejak penemuannya pada tahun 1947 oleh seorang gembala domba Badui sampai selama empat dekade berikutnya, banyak rahasia gulungan yang disembunyikan oleh kelompok kecil sarjana yang menguasai dokumen tersebut. Namun penyembunyian itu berakhir bulan September 1991, ketika sebuah lembaga penelitian di California yang menyimpan empat set fotografi koleksi Dead Sea Scrolls, mulai mengizinkan para sarjana yang berkepentingan untuk menelitinya. Bahkan komentar Frank M. Cross, editor naskah Gulungan Laut Mati dan seorang pakar bahasa Ibrani dan Barat di Harvard university, memperingatkan bahwa akses tanpa batas pada naskah gulungan itu akan membongkar misteri yang aneh di sekitar Al Kitab, seperti kitab Tobit, Sirakh dan Yobel (yang apokripa bagi pemeluk Katolik dan Protestan) (Dr. Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus daktrn sejaralt, Pustaka Da'I, 1994).
Kebangkitan Isa Almasih & Penampakan dirinya Kebangkitan termasuk doktrin utama bagi umat Kristen. Paulus mengatakan "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu, dan kamu masih hidup dalam dosamu." (I kor 15: 17). Doktrin kebangkitan menegaskan bahwa tiga hari setelah kematiannya di kayu salib, Yesus dibangkitkan oleh Tuhan (Yesus meninggal hari Jum'at, bangkit hari ahad). Sebenarnya, kita tidak perlu secara panjang lebar membuktikan benar tidaknya kebangkitan Isa Al Masih, sebab, seperti telah kita simpulkan di depan, Isa Al Masih tidak meninggal saat di salib. Beliau diselamatkan oleh Allah swt. lewat murid-muridnya. Disembuhkan dan dikeluarkan dari kubur. Hilangnya Isa Al Masih dari kubur itulah yang diyakini pemeluk Kristen sebagai kebangkitan Yesus (dari kubur). Namun, untuk lebih meyakinkan, kebangkitan itu sendiri perlu mendapat telaah kritis. Apalagi, masalah tersebut di kalangan sarjana-sarjana Kristen sendiri menimbulkan pro dan kontra. Dalam simposium "Menyamhut Yesus di tahun 2000" yang diselenggarakan oleh Oregon State University, AS Februari (1996) silam seperti dilaporkan mingguan News Week edisi 8 April (1996) (Ummat, No. 22 Thn I, 29 April 1996/11 Zulhijjah 1416 H) doktrin kebangkitan itu mendapat gugatan-gugatan kritis. Umat Kristen sendiri terbagi menjadi dua kelompok dalam memahami kebangkitan. Kelompok pertama memahami bahwa kebangkitan dari kubur berarti Isa Al Masih meninggal kemudian bangkit. Sedangkan kedua memahami bahwa dimaksud kebangkitan adalah bangkit dari penyaliban, yang berarti Isa Al Masih belum meninggal saat disalib. Kenyataan lain juga membuktikan kian runtuhnya keyakinan umat Kristen tentang kebangkitan. Dari hasil sigi tentang kebangkitan yang dilakukan Kenneth L. Woodward terhadap umat Kristen Amerika tahun 1994, dapat dilihat terjadinya penurunan keyakinan itu. Pada tahun 1994, 87% responden menyatakan percaya Yesus dari kematiannya, sedangkan tahun 1996, merosot tinggal 70%. Gerd Ludemann, seorang sarjana yang menekuni kajian Perjanjian Baru asal Jerman, menolak alasan apa pun tentang doktrin kebangkitan itu tidak lebih dari "formula kosong". Menurut Ludeman, kebangkitan yang diriwayatkan Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes itu, seluruhnya berasal
dari Rasul Petrus. Dan apa yang dilihat Petrus tentang Yesus hanyalah khayalannya. "Itu terjadi karena kesedihannya yang berlebihan atas kematian Yesus". David Friedrich, dalam The Life of Jessus Critically Examined, seperti dikutip Ummat, meyakini bahwa orang-orang Kristen pertama dahulu telah membuat mitos-mitos dan cerita-cerita bohong tentang Yesus. Sedangkan riwayat Injil yang empat itu baru ditulis 40 tahun setelah kematian Yesus. Itu pun para periwayat Injil menuliskan riwayatnya dengan khayalan dan pemahaman mereka masingmasing. Friedrich benar, dari empat karangan Injil yang berkaitan dengan kebangkitan dan penampakan diri Yesus terdapat banyak hal yang kontradiktif. R.P Roguet dalam bukunya Initiation a I'Evangile (Pembimbing Kepala Injil), halaman 132 memberikan contoh yang kontradiktif antara lain: daftar nama wanita yang datang ke kubur tidak sama, hari penampakan yang berbeda, dan tempat penampakan Yesus tidak sama. Berikut daftar perbedaan dari 4 Injil tersebut: Injil Yohanes
: Seorang wanita bernama Maria Magdalena (20:1), tapi ia memakai istilah "kami" (20:2).
Injil Matius
: Dua orang, yaitu: Maria Magdalena dan Maria yang lain (28:1) Malaikat menyatakan bahwa mereka akan melihat Yesus di Galilea dan sekejab mata sesudah itu Yesus datang menemui mereka dekat kubur (28:7-9).
Injil Lukas
: Tiga orang, yaitu Maria dari Magdala, Yohana dan Maria Ibu Yakobus (24:10). Dua Malaikat menyatakan: Yesus akan bangkit pada hari ke-3 (24:7). Yesus menampakkan diri di Yudea. Kleopas dan seorang temannya melihat Yesus, menyatakan Yesus bangkit dan menampakkan diri pada simon (24:34).
Injil Yohanes
: Seorang, yaitu Maria Magdalena. Penampakan ke-1 dan ke-2 berselang 8 hari di Yerussalem. Penampakan ke 3 di pantai danau Tiberias (hikayat ini merupakan ulangan atas peristiwa yang ditulis Lukas 5:1-11).
Semua berita di atas sangat kontradiktif dengan surat Paulus kepada orang Korintus (15:5-7) Yaitu: Yesus telah menampakkan diri kepada 500 orang sekaligus. Jadi bibel tidak bisa menunjukkan kapan dan bagaimana peristiwa kebangkitan terjadi. Yang bisa disajikan oleh Bibel dalam hal ini Perjanjian Baru hanyalah berita-berita yang simpang siur. Loisy, dalam bukunya La Le 'gende de Jesus hal. 467, bahkan membuktikan bahwa konsep kebangkitan hanyalah buatan gereja. Katanya, "Pernyataan di dalam Injil kanonik dan Apokripa tidak menampakkan keasliannya. Tetapi dengan cara mana kepercayaan kebangkitan Kristus disadari mengambil bentuk dan mengabadikan diri baru setengah abad atau lebih setelah lahirnya agama Kristen." Oleh karena itu R.P Roguet yang bekerja sebagai redaktur suatu mingguan Katolik yang ditugaskan menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca yang mendapat kesulitan dalam memahami teks Injil dapat memahami kebingungan para pembacanya, sehingga ia pun menyatakan kecamannya: "Terdapat khayalan yang aneh dan kekanak-kanakan dalam Injil Apokripa mengenai kebangkitan Yesus!"
Kenaikanan Isa Al Masih Hanya Markus dan Lukas yang memuat hikayat tentang kenaikan. "Yesus diangkat ke surga dan duduk di kanan Allah." (Markus 16:19). Sedangkan Lukas 24:51, menjelaskan, "ketika ia (Yesus) sedang memberkati mereka, ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga. Kenaikan Yesus ke surga terjadi pada hari ia dibangkitkan dari kubur." Namun tulisan Lukas lainnya dalam Kisah Para Rasul1:2-3, menyebutkan: "Selama 40 hari ia (Yesus) berulangkali menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah." Beberapa tinjauan kritis berkaitan dengan kenaikan Yesus seperti diungkapkan oleh Injil di atas adalah sebagai berikut:
1. Perlu diingat bahwa akhir Injil Markus (16:9-20) menurut R.P Roguet dalam bukunya Initiation a I'Evangile (Pembimbing Kepada Injil) memuat hikayat yang tidak otentik. Kalimat tersebut hanyalah tambahan (yang tidak termuat dalam Codex vaticanus maupun Codex Sinaticus). Hikayat yang dimaksud adalah sekitar peristiwa penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Isa Al Masih.
2. Tidak jelas siapa saksinya, kapan terjadinya, apa hubungannya dengan kebangkitan.
3. Dua pemberitaan dari Lukas di atas (Lukas 24:51 dan Kisah Para Rasul 1:2-3), satu sama lain bertentangan. Yang satu menyatakan bahwa kenaikan Yesus ke surga terjadi pada hari ia dibangkitkan dari kubur (hari Ahad); sedangkan yang lain setelah 40 hari dari penampakan dirinya.
4. Ringkasan 4 Injil yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh sekolah Bibel di Yerussalem (jilid II hal. 451) yang mengkritik data-data kenaikan (ascention) dengan mengatakan "Sesungguhnya tidak ada kenaikan dalam arti kata fisik."
Kenaikanan Isa Al Masih Al Quran Tentang Kenaikan Isa Al Masih Sebenarnya Al Qur'an sudah menjelaskan tentang persoalan ini, yaitu dalam surat Ali Imran/3:55:
"(Ingatlah) tatkala Allah berfirman: Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu, dan membersihkan engkau dari pada orangorang kafir, dan akan menjadikan orangorang yang mengikuti engkau lebih tinggi dari orang-orang kafir itu sampai hari kiamat. Maka kepada Akulah tempat kembali, maka akan Aku putuskan nanti di antara kamu dari hal yang telah kamu perselisihkan padanya itu."
Ada dua kelompok penafsiran yang berbeda terhadap ayat diatas, terutama disebabkan dalam mengartikan dua kata yaitu "mutawaffika" dan "rafi'uka ilayya". Kelompok Pertama, mengartikan kata "mutawaffika" sebagai "menyempurnakanmu" atau "menggenggamu." Sedangkan kata "rafiuka ilayya" diartikan sebagai mengangkatmu kepadaKu (mengangkat Isa Al Masih ke langit). Kelompok Kedua mengartikan kata "Mutawaffika" dengan "mewafatkan" dan "rafi'uka ilayva" dengan mengangkat (derajat Isa Al Masih). Pendapat yang terakhir ini diantaranya dikemukakan oleh beberapa ulama sebagai berikut:
Prof. Dr. KH. Hasbullah Bakry, SH. dalam bukunya "Isa dalam Al Qur'an Muhamrrrad dalam Bibel," (Jakarta, 1987) cet. Ke-8, hal. 19, 52 dan 53 menjelaskan: "Tuhan mematikan (Isa) sebagai kematian biasa (bukan dibunuh) dan Tuhan mengangkat derajat orang-orang yang mengikutinya lebih tinggi dari orang-orang yang menentangnya." "Tradisi Kristen menurut Injil serta pendapat sebagian umat Islam menyatakan bahwa Nabi Isa setelah Khotbah perpisahannya di bukit Zaitun lalu berangkat terbang ke langit lalu duduk disamping Tuhan dan nanti akan turun lagi meng-islamkan umat Nasrani adalah sangat bertentangan dengan tradisi agama-agama Tuhan sendiri sejak Nabi Adam. Umat Islam menerima tradisi itu dari tradisi umat Kristen atau pendapat itu dibawa oleh orang-orang Nasrani yang amat banyak masuk Islam setelah Mesir dan Syria dibebaskan umat Islam dari jajahan Romawi.
Prof. Dr. HAMKA, dalam tafsir Al Azhar (Jakarta, 1988) Juz ItI, hal. 181, menjelaskan: "Arti yang tepat dari ayat ini ialah bahwa maksud orang-orang kafir itu hendak menjadikan Isa Al Masih mati dihukum bunuh, sebagai yang dikenal yaitu dipalangkan dengan kayu, tidaklah akan berhasil. Tetapi Nabi Isa Al Masih akan wafat dengan sewajarnya dan sesudah beliau wafat, beliau akan diangkat Tuhan ke tempat yang mulia di sisiNya dan bersihkan diri beliau dari pada gangguan orang yang kafir-kafir itu." "Maka dari itu arti pemahaman Dia (Isa) akan diangkat ke sisi Tuhan, ialah sebagai Nabi Idris yang diangkat derajatnya ke tempat yang tinggi, sebagaimana tersebut di dalam surat Maryam (surat 19 ayat 57). Begitu juga orang yang mati syahid di dalam surat Ali Imran ayat 169, dikatakan bahwa dia tetap hidup."
Al Alusi, dalam Tafsirnya yang terkenal Ruhul Ma'ani (Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut, 1994), jilid III, ha1.179 memberikan pendapat tentang Mutawaffika, yang artinya telah mematikan engkau, yaitu menyempurnakan ajal engkau (mustaufi ajalaka) dan mematikan engkau menurut jalan biasa, tidak sampai dapat dikuasai oleh musuh yang hendak membunuh engkau.
Beliau menjelaskan lagi bahwa arti warafi'uka ilayya (dan mengangkat engkau kepadaKu), telah mengangkat derajat beliau, memuliakan beliau, mendudukkan beliau ditempat yang tinggi, yaitu ruh beliau sesudah mati. Bukan mengangkat badannya. Lalu Al Alusi mengemukakan beberapa kata rafa'a yang berarti "mengangkat" dari beberapa ayat Al Qur'an yang tiada lain artinya adalah mengangkat kemuliaan ruhani sesudah meninggal.
Syaikh Muhammad Abduh, dalam Tafsir Al Manar jilid II, hal 316, menjelaskan: "Ulama dalam menafsirkan ayat ini menempuh dua jalan. Yang pertama bahwa dia diangkat Allah dengan tubuhnya dalam keadaan hidup. Dan nanti dia akan turun kembali di akhir zaman dan menghukum diantara manusia dengan syariat kita. Penafsiran yang kedua ialah memahamkan ayat menurut asli yang tertulis, mengambil arti tawaffa dengan maknanya yang nyata, yaitu mati seperti biasa, dan rafa'a (angkat), ialah ruhnya diangkat sesudah beliau mati..." Kata beliau pula: "Golongan ini, terhadap golongan pertama yang menyatakan Nabi Isa telah naik ke langit dan akan turun kembali, mereka mengeluarkan kesimpulan hadits-hadits itu ialah hadits-hadits ahad yang bersangkut paut dengan kepercayaan yang tidaklah dapat diambil kalau tidak qoth'i (tegas). Padahal perkara ini tidak ada sama sekali hadits yang mutawatir."
Sayid Rasyid Ridha dalam Majalah Al Manar, juz 10 hal 28, seperti dikutip Hamka dalam Tafsir Al Azhar (Pustaka Panjimas, 1988) Juz III, hal. 183, pernah menjawab pertanyaan dari Tunisia. "Bagaimana keadaan Nabi Isa sekarang? Dimana tubuh dan nyawanya? Bagaimana pendapat tuan tentang ayat inni mutawaffika wa rafi'uka? Kalau memang dia sekarang masih hidup, sebagaimana di dunia, dari mana dia mendapat makanan yang amat diperlukan bagi tubuh jasmani itu? Sebagaimana yang telah menjadi sunnatullah atas makhluknya?" Atas pertanyaan itu, Sayid Rasyid Ridha menguraikan jawabannya: "Tidak ada nash yang sharih (tegas) di dalam Al-Qur'an bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan tubuh dan nyawa ke langit dan hidup disana seperti di dunia ini, sehingga perlu menurut sunnatullah tentang makan dan minum, sehingga menimhulkan pertanyaan tentang makanan beliau sehari-hari. Dan tidak pula ada nash yang sharih menyatakan beliau akan turun dari langit. Itu hanyalah aqidah dari kebanyakan orang Nasrani, sedang mereka itu telah berusaha sejak lahirnya Islam menyebarkan kepercayaan ini di dalam kalangan muslimin. Beliau menegaskan: "Ini adalah masalah khilafiyah."
Ahmad Mustofa Al Maraghi, dalam Tafsir Al Maroghi (Syarikah Maktabah Wa Mathba'ah Mustafa Albabi Alhalabi, 1946), jilid I, juz ke-3 ha1.165 menjelaskan: "Tidak ada dalam Al-Qur'an suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa a.s diangkat ke langit dengan tubuh dan nyawanya. Adapun sabda Tuhan mengatakan bahwa: Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau daripada orang-orang kafir itu, jelaslah bahwa Allah mewafatkannya dan mengangkatnya, zahiriah (nyata) dengan diangkatnya sesudah wafat itu, yaitu diangkat derajatnya di sisi Allah. Sebagaimana Idris a.s dikatakan Tuhan: "Dan kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi." "Hadits-hadits yang menyatakan bahwa Nabi Isa masih hidup (jasmani dan ruhani) dan akan turun dari langit, tidaklah sampai kepada derajat haditshadits yang mutawatir. Oleh karena itu maka tidaklah wajib seorang mulim beri'tikad bahwa Isa Al Masih sekarang hidup dengan tubuh dan nyawanya, dan orang yang menjalani aqidah ini tidaklah kafir dari syariat Islam."
Syaikh Mahmoud Shaltout, Syaikh Jami' Al Azhar (meninggal tahun 1963) seperti yang disiarkan mingguan Ar Risalah, yang terbit di Mesir, No 452 jilid 10 hal 515, seperti dikutip Hamka (Tafsir Al Azhar, 1988) cet. Ke-3 hal 317, memberikan pendapat tentang hadits-hadits yang menyatakan bahwa Nabi Isa akan turun: "Riwayat-riwayat itu adalah kacau balau, berlain-lain saja lafadnya dan maknanya yang tidak dapat dipertemukan. Kekacau balauan ini dijelaskan benar-benar oleh ulama hadits. Dan diatas dari itu semua, yang membawa riwayat ini ialah Wahab bin Munabbih dan Kaab Al Ahkbar, keduanya itu ialah ahlul kitab yang kemudian memeluk Islam." "Adapula hadits yang dirawikan Abu Hurairah tentang Nabi Isa akan turun, apabila hadits itu shahih, namun dia adala.h hadits ahad. Dan ulama telah ijma' bahwa hadits ahad tidak berfaedah untuk dijadikan dasar aqidah dan tidak sah dipegang dalam urusan yang ghaib."
Syaikh Abdul Karim Amrullah, Ulama besar Indonesia dalam bukunya Al Qoulus Shahih, 1924. "Nabi Isa meninggal dunia menurut ajalnya dan diangkat derajat beliau di sisi Allah, jadi bukan tubuhnya diangkat ke langit."
Dr. Quraish Shihab, dalam harian Republika, hal 10 tanggal 18 Nopember 1994: "Bahwa Isa a.s kini masih hidup di langit, bukanlah satu kewajiban untuk mempercayainya, serta beberapa hadits yang berkaitan dengan kenaikan Isa Al Masih dan akan turunnya kelak menjelang kiamat. Hadits-hadits tersebut walaupun banyak kesemuanya bermuara pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka'ab Al Akhbar dan Wahab bin Munabbih. Tidak sedikit ulama yang menilai bahwa informasi mereka pada hakekatnya bersandar dari sisa kepercayaan kedua perowi haditshadits itu." Dari beberapa pendapat ulama diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Isa Al Masih telah diwafatkan oleh Allah. Seperti manusia lain, beliau pun, akan terkena sunnatullah kematian "Setiap nafs (yang berjiwa), akan menghadapi kematian" (Ali Imran/3:185).
2. Bahwa Isa Al Masih akan diangkat Allah bukan dalam arti diangkat secara fisik, melainkan derajatnya. Penggunaan kata rafa'a seperti ini bisa juga kita temui dalam surat Al Mujadilah/58:11 "....Allah akan mengangkat orang-orang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." Makna pengangkatan yang sama juga diberikan kepada Nabi Idris (Maryam/19:57).
3. Bahwa hadits-hadits Nabi saw yang melukiskan akan tibanya suatu periode dimana Isa akan mengoreksi keislaman bani Israil yang menyeleweng dari syariat Nabi Musa, atau menyebut Isa Al Masih berada di langit atau masih hidup hingga kini, tidak bisa dijadikan pedoman yang kokoh. Kesimpulan tersebut diambil dari beberapa fakta dibawah ini: Pertama, Hadits-hadits tersebut termasuk hadits ahad, sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam soal aqidah. Kedua, walaupun menurut Bukhari sanadnya shahih tetapi karena matannya mungkin bersinggung balik dengan Al-Qur'an yang dengan tegas mengatakan bahwa Isa Al Masih telah wafat maka untuk menghindari kesalahpahaman seperti yang terjadi ada jama'ah Ahmadiyah Qodian, hadits tersebut lebih baik ditinggalkan saja. Ketiga, hadits-hadits tersebut, bermuara pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka'ab Al Akhbar dan Wahab bin Munabbih (yang masih punya keterkaitan pada kepercayaan lamanya). Dari logika saja, bagaimana Isa Al Masih hidup dilangit itu? Apakah Tuhan ada di langit? Langit itu walau bagaimanapun juga luasnya berarti dalam lingkungan ruang dan waktu, sedang Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu, laitsa kamitslihi syaiun. Bagaimana Isa Al Masih dengan tubuh jasmaninya hidup di langit yang udaranya diluar kesanggupan paru-paru insani? Atau apakah Isa Al Masih di sana dalam keadaan alam ruhani saja? Kalau demikian maka kondisi tersebut sama dengan manusia lainnya yang telah mati, mereka hidup dalam alam ruhani di luar ukuran dunia fana ini. Sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi. Boleh jadi juga orang-orang Kristen dan sebagian orang-orang Islam yang menyandarkan bahwa Isa Al Masih duduk di kanan Allah itu karena ayat Al-Qur'an berbunyi: "... dan adalah Isa salah seorang yang dekat pada Allah (minal maqarrabin) ." Dekat disini bukan berarti dekat dalam ukuran ruang dan waktu tatapi dekat dalam arti ruhani, maksudnya beliau sangat mulia di sisi Allah karena iman dan taqwanya pada Allah. Dan kita jangan keliru bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Isa Al Masih hanyalah salah seorang saja dari antara orangorang yang dekat pada Allah. Jadi kaum "muqarrabin" itu jumlahnya banyak sekali, dan yang sudah tergolong "muqarrabin" itu ialah para nabi dan para wali, orang-orang yang saleh dan taqwa pada Allah. Jadi tidak seharusnya hanya Isa Al Masih saja yang dianggap dekat pada Allah. Sedangkan pendapat sehagian ulama bahwa Isa Al Masih masih hidup di surga justru dipakai oleh kalangan Kristen untuk menyatakan bahwa orang Islam pun mengakui kalau Yesus hidup di surga dengan Tuhan. Maka siapa yang bisa berdampingan dengan Tuhan kalau bukan Tuhan? Jika pemahaman itu merasuk pada umat Islam, maka dua doktrin umat Kristen Kebangkitan, Kenaikan dan Ketuhanan Yesus dengan mudah juga diterima umat Islam.
Isa Al Masih Kembali ke Dunia?
Kepercayaan bahwa Isa Al Masih akan kembali ke dunia, untuk menjadi hakim atas kesalahan umatnya adalah kepercayaan Nasrani yang tertuang dalam Bibel, yaitu Wahyu 19:11-12 dan 20:4-10. Mengacu kembali akan ketidak benaran konsep kenaikan Isa Al Masih ke dunia yang juga tertolak. Marilah kita simak penjelasan Al-Qur'an surat Al-Maidah / 5:117:
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan mengatakan, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di tengah-tengah rnereka, tetapi setelah Engkau mewafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan segalanya."
Jadi, isi pernyataan Nabi Isa a.s adalah pertama, beliau sanggup bersaksi hanya sepanjang yang beliau ketahui (selama beliau hidup diantara mereka/bani Israel); kedua, beliau diwafatkan Allah; ketiga, Allahlah, penguasa hari akhir zaman, satu-satunya hakim. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam At-Tin / 95:8:
"Bukankah Allah hakim yang seadiladilnya?" Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Isa Al Masih yang dilangit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi bagi penyimpulan mereka bahwa siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan? Kalau umat Islam mengakui Isa Al Masih sebagai hakim di akhir zaman berarti umat Islam meyakini Isa Al Masih sebagai Tuhan di akhir zaman. Dengan penjelasan seperti yang telah saya sampaikan pada buku ini, kiranya umat Islam tidak perlu lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan Isa Al Masih. Sebab sudah jelas bahwa doktrin tersebut bertentangan dengan Islam dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Daftar Pustaka •
Al Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al Maraghi, Maktabah Wa Mathba'ah Mustafa Albabi Al Halabi, Mesir,1946.
•
Al Alusi, Ruhul Ma'ani, Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut,1994.
•
Al Kitab, Lembaga Al Kitab,1992.
•
Ahmad Deedat, Mengungkap tentang Bibel Versi Islam dan Kristen, Pustaka Da'I, Surabaya, 1993.
•
Bakry, Hasbullah. Isa dalam Al-Qur'an Muhammad dalam Bibel, Firdaus, Jakarta,1968.
•
Bucaille, Maurice, Bibel, AI-Qur'an dan Sains Modern, Bulan Bintang, Jakarta, 1994.
•
Hamka, Tafsir AI Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta,1988.
•
Nahdi, Saleh A., Bibel dalam Timbangan, Arista Brahmatysa, Jakarta, 1994.
•
Rahim, Muhammad Ataur, Misteri Yesus dalam sejarah, Pustaka Da'I 1994.
•
Republika, Harian Pagi, Jakarta.
•
Sou'yb, M. Yusuf. Isa Al Masih: Sudah Mati?, Al Husnah Zikra, Jakarta,1997.
•
Surin, Baktiar, Terjemah dan Tafsir AI Qur'an, Sumatra, 1978.
•
Surabaya Post, Harian Sore, Surabaya.
•
Ummat, Majalah Mingguan, Jakarta.