MEMBANGUN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK ISLAMI Muhammad Ripli Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari layanan konseling kelompok islami dengan teknik diskusi kelompok terhadap peningkatan kedisiplinan siswa Madrasah Tsanawiyah Paok Lombok Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi (quasi-experimental research) dengan bentuk desain eksperimen Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design. Pengambilan sampel penelitian tidak secara random. Subyek penelitian ini adalah 20 anak usia remaja, dimana dari 20 siswa tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A sebagai kelompok ekperimen dan kelompok B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing 10 (sepuluh) orang siswa yang memiliki permasalahan sama dalam rendahnya kedisiplinan. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok islami dengan teknik diskusi kelompok mampu dan efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Terlihat dari masing-masing kesimpulan yaitu: Pertama, pada hasil uji beda pada post-test kelompok A (eksperimen) dan kelompok B (kontrol) dengan uji MannWhitney pada kelompok A (eksperimen) yaitu 15,50 (artinya kedisiplinannya tinggi setelah adanya perlakuan), sedangkan kelompok B (kontrol) adalah 5,50 (artinya kedisiplinannya rendah karena tidak adanya perlakuan). Kedua, pada hasil uji beda pre-test dan post-test pada kelompok A (eksperimen) dengan uji Wilcoxon Test, angka nilai pre-test-nya adalah 0,00 (artinya kedisiplinannya rendah sebelum perlakuan), sedangkan nilai post-test-nya 50,50 (artinya kedisiplinannya tinggi setelah diberikan perlakuan). Ketiga, pada hasil uji beda 99
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
pre-test dan post-test pada kelompok B (kontrol) dengan uji Wilcoxon Test, angka nilai pre-test 5,83 dan hasil post-test-nya 5,00 (artinya dari pere-test sampai dengan post-test-nya tidak ada peningkatan yang signifikan, dengan kata lain tidak ada perubahan peningkatan kedisiplinan pada kelompok kontrol tersebut). Hasil ini dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan. Kata Kunci: Konseling Kelompok Islami, Kedisiplinan,Diskusi Kelompok, Siswa.
100
Membangun Kedisiplinan SIswa…. (Muhammad Ripli)
A. Pendahuluan Lingkungan
sekolah
berperan
penting
dalam
mendidik
dan
membimbingpara siswa untuk dapat berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya, sebagaimanatujuan pendidikan menurut al-Qur’an: Pertama, mengenalkan manusia akan perannya sesama mahluk dan tanggung jawab pribadinya dalam menjalani kehidupan ini, Kedua, mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam cara hidup bermasyarakat, Ketiga, mengenalkan manusia akan alamini dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut, Keempat, mengenalkan manusia akan pencipta alam ini dan memerintahkan beribadah kepadanya.1 Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu tempat pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada diri siswa tersebut seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 78, bahwa penglihatan, pendengaran, dan hati nurani merupakan potensi bawaan yang diberikan Allah SWT kepada sekalian manusia yang hidup di muka bumi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1), bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistim Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
1Muhammad
Fadil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986) 3. 2Depdiknas, Himpunan Undang-undang Republik Indonesia Guru & Dosen Sisdiknas, (Surabaya: Wacana Intelektual, 2009), hlm. 340.
101
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.3 Adanya peraturan sekolah diharapkan dapat mendorong siswa untuk mentaati peraturan dan tidak mencoba untuk melanggar. Mentaati peraturan berdasarkan dorongan dalam diri, akan membentuk kesadaran siswa untuk berperilaku disiplin di manapun mereka berada dan bukan merupakan suatu keterpaksaan semata. Peraturan itu seperti semua aturan-aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh para anggota masyarakat sekolah termasuk didalamnya ada tata tertib siswa, taat terhadap proses belajar mengajar di sekolah, taat terhadap norma-norma yang berlaku, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan maupun yang dikerjakan. Peraturan-peraturan yang dibuat bukan untuk dilanggar, akan tetapi untuk dijalankan guna mencapai tujuan yang diharapkan oleh para guru dan orang tua. Dari aturan tersebut siswapun merasa terarah, terdidik dan terbimbing dalam menjalankan peraturan tersebut dan tidak merasa ditekan oleh siapapun. Peraturan dan tata tertib sekolah dibuat untuk mendidik siswa agar disiplin dan dapat melaksanakan tugas-tugas di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab,penerapan sikap disiplin di sekolah akan bermanfaat bagi pengembangan karakter siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan di sekolah, penting untuk dilaksanakan dengan tujuan untuk membangun karakter siswa menjadi manusia yang berkualitas. Apabila diperhatikan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, maraknya kekacauan yang dilakukan oleh para pelajar yang semestinya perilaku seperti itu tidak perlu ditunjukkan oleh para kaum terpelajar karena setiap saat selalu diberikan contoh yang baik oleh para orang tua, guru dan dosen serta tenaga pendidik yang lainya supaya berkehidupan yang sesuai dengan tuntunan Agama. Melihat realita seperti ini apakah ada yang salah dalam pendidikan kita?, ataukah ada yang perlu diperbaiki dalam sistim pendidikan kita?, dan mengapa terjadi seperti ini dalam pendidikan kita?. 3Depdiknas,
102
Himpunan Undang- Undang Republik ....h. 343.
Membangun Kedisiplinan SIswa…. (Muhammad Ripli)
Permasalahan kedisiplinan sangat merugikan para siswa itu sendiri, apabila permasalahan kedisiplinan ini dibiarkan begitu saja akan menyebabkan terganggunya proses belajar mengajardi sekolah maupun di luar sekolah, seperti adanya siswa yang membolos, tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas sehingga berlanjut dengan kenakalan remaja dengan tingkah laku yang menyimpang seperti membuat kegaduhan di mana-mana. Pernyataan tersebut didukung dengan realitas di lapangan seperti yang ada di sebagian sekolahsekolah. B. Makna Kedisiplinan Menurut Zainal Aqib, disiplin merupakan sikap dan perilaku sebagai cerminan dari ketaatan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku seperti contoh perilaku tertib masuk kelas.4 Adapun menurut Blandford, disiplin merupakan
pengembangan mekanisme
internal dari siswa sehingga siswa dapat mengatur dirinya sendiri.5 Kemendiknas tahun 2010 mendeskripsikan disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.6 Secara tersirat, disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada. Kemudian disiplin juga berhubungan dengan pembinaan, pendidikan, serta perkembangan pribadi manusia. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran pembinaan dan pendidikan adalah individu manusia dengan segala asfeknya sebagai suatu keseluruhan. Semua asfek ini diatur, dibina dan dikontrol sehingga pribadi yang bersangkutan mampu mengatur dirinya sehingga cukup jelas bahwa tujuan pembinaan dan pendidikan adalah mencapai kedisiplinan diri.7
4 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter di Sekolah: Membangun Karakter dan Kepribadian Anak, (Surabaya: Yrama Widya, 2010) 205. 5 Zainal Aqib, Pendidikan..116. 6 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Sejak Dini: Strategi Membangun Karakter DI Usia Emas, cet. ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) 73. 7Dollet Unaradjan, Manajemen Disiplin, (Jakarta: Grasindo, 2003) 9.
103
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
Kata disiplin juga berarti latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan.8 Sesuai dengan hukum disiplin dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
إِﱃ َ ُ ﻨَﺎزَﻋ ْﺘُﻢ ِﰲ َْﺷ ٍﻰءُﻓـَﺮدﱡوﻩ ْ ﻮلَ وْأ ُِوﱃ اْ ْﻷَﻣِﺮِﻣﻨ ْﻜُﻢ ﻓَﺈِن َﺗـ َ اﻟﺮﱠﺳ ُ اﻟﱠﺬََﻳﻦاﻣﻨُ ﻮا أَِﻃﻴﻌ ُ ﻮا اﷲ َ َ وأَِﻃﻴﻌ ُ ﻮا َِ ﻳ َ ﺎأَﻳَـﱡﻬﺎ ء ًَﺣُﺴﻦ ﺗَ ﺄْوِﻳﻼ َ ْذَﻟِﻚ َُْﺧﻴـُﺮ◌َ وأ َ ﻨُﻮن ﺑِﺎﷲِ َ واَﻟْﻴِـﻮم اْﻷَِﺧِﺮ َ ـُﺆﻣ ِْ ُﻨﺘُﻢ ﺗ ْ اﻟﺮﱠﺳ ِﻮل إِن ﻛ ُ اﷲِ َ و Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. Al-Nisa’ ayat 59).9 C. Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kartono Kartini menyebutkan faktor-faktor kenakalan siswa antara lain: Pertama, faktor intern siswa atau faktor yang ada dalam diri anak sendiri misalnya kejengkelan-kejengkelan anak untuk mencapai tujuan. Kedua, faktor keluarga, lingkungan keluarga yang kurang menerapkan disiplin kepada anakanaknya biasanya dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa. Ketiga, faktor lingkungan masyarakat. Keempat, faktor lingkungan sekolah.10 Menurut Muhibbin Syah dalam Sugihartono menyebutkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi siswa dalam peroses belajar antara lain yaitu Pertama, faktor internal yaitu faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi dari luar diri siswa. Penjelasan faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
8Perking V. Hugh, Human Developmen and Learning, (California: Wasdsworth Publishing Company, Inc 1969) 245. 9Mardani, Ayat-Ayat Tematik Hukum Islam, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2011) 223. 10 Imam Musbikin, Mengatasi kenakalan Siswa Remaja: Solusi Mencegah Tawuuran Pelajar, Siswa Bolos Sekolah Hingga Minum-Minuman Keras dan Penyalahgunaan Narkoba, cet. ke-1, (Pekan Baru Riau, 2013) 25-26.
104
Membangun Kedisiplinan SIswa…. (Muhammad Ripli)
1. Faktor Internal a. Faktor fisiologis/fisik yaitu faktor jasmaniah siswa seperti anggota badan, bentuk tubuh, kelenjar syaraf, kondisi ini diperparah apabila disertai pendengaran dan penglihatan yang kurang. b. Faktor psikologis/psikis yaitu faktor psikologis siswa seperti tingkat intelegensia, perhatian dalam belajar, motivasi, tingkat kematangan dan kedewasaan serta kepribadian siswa. 2. Faktor Eksternal a. Faktor non-sosial yaitu faktor meliputi segala sesuatu yang ada di sekeliling siswa selain faktor-faktor sosial. Menurut Sumadi Susyabrata faktor non sosial itu banyak tidak terhingga jumlahnya misalnya cuaca suhu, udara, waktu, tempat. b. Faktor sosial menurut Sumadi Suryabrata faktor sosial adalah faktor manusia baik manusia yang hadir secara langsung maupun yang tidak hadir, tetapi memengaruhi proses belajar pembelajaran seperti lingkungan keluarga contoh pola asuh orang tua, lingkungan sekolah contohnya metode mendisiplin, lingkungan masyarakat dan budayanya, serta lingkungan alam dan kondisinya contohnya jenis kegiatan yang diikuti siswa di masyarakat misalnya karang taruna pengurus masjid. Menurut Sumadi Suryabrata faktor sosial ini yang mempunyai banyak pengaruhnya pada siswa.11 Disebutkan dalam kajian psikologi perkembangan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang, setidaknya ada tiga teori, yaitu: Pertama, teori nativisme, teori ini berpendapat bahwa perkembangan manusia semata-mata ditentukan oleh pembawaan, yaitu pembawaan yang dibawa sejak lahir. Teori ini diperkuat dengan adanya kesamaan anak dengan bapaknya. Faktor hereditas merupakan faktor yang tergolong dominan dalam kelengkapan dasar manusia. Kedua, teori empirisme,
teori ini berpendapat bahwa
perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan secara
11 Muhammad Irham & Novan Ardi Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, cet. Ke-1, (Jakarta: Ar-Ruzza Media, 2013) 125-130.
105
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
mutlak dengan tokoh John Locke. Ketiga, teori konvergensi, teori ini berpendapat bahwa dalam perkembangan individu, baik faktor dasar keperibadian atau faktor lingkungan keduanya turut menentukan.12 D. Makna Konseling Kelompok Islami Literatur bahasa Arab kata konseling disebut al-Irsy dat au al-Istiy rah, dan kata bimbingan disebut at-Tauj h. Dengan demikian, Guidance and Counseling dialihbahasakan menjadi at-Tauj h wa al-Irsy d atau at-Tauj h wa al-Istsy rah. Secara etimologi kata Irsy d berarti: al-Hud , ad-Dal lah, dalam bahasa Indonesia berarti: petunjuk, sedangkan kata Istisy rah berarti: alaba minh almasy rah/an-nas hah, dalam bahasa Indonesia berarti: meminta nasihat, konsultasi. Dalam al-Qur’an ditemukan kata al-Irsyad menjadi satu dengan alHud pada Q.S. Al-Kahfi ayat 17, yang artinya; siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun untuk dapat memberi petunjuk kepadanya. demikian juga kata al-Irsy d terdapat dalam Q.S. Al-Jin ayat 2, yang artinya; yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. 13 Menurut M.D Dahlan, konseling islami adalah bimbingan kehidupan yang pada intinya tertuju kepada realisasi do’a rabban
tin fi ad-duny
asanah wa fil
al- khirati asanah wa qin ‘a ba an-n r.14 Maka proses konseling islami yang tertinggi adalah konseling spiritual. Dalam arti pemecahan dan penyelesaian masalah kehidupan manusia tidak hanya sekedar dilandaskan pada dimensi material, tetapi juga lebih berpusat pada dimensi spiritual. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, cet. ke-1. (Jakarta: Amzah, 2010) 371-370 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai & Pesantren, cet. ke-1. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2007) 79-80. 14Saiful Akhyar Lubis, Konseling..86. 12 13
106
Membangun Kedisiplinan SIswa…. (Muhammad Ripli)
Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antarsesama anggota kelompok.
Layanan
konseling
kelompok
merupakan
layanan
yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok.15 Pada hakekatnya konseling Islami bukanlah merupakan hal baru, tetapi ia telah ada bersamaan dengan diturunkannya ajaran Islam kepada Rasulullah untuk pertama kali. Ketika itu ia merupakan alat pendidikan dalam sistem pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Rasulullah.16 Jika perjalanan sejarah pendidikan Islam ditelusuri secara teliti dan cermat sejak masa Nabi hingga saat ini, akan ditemukan bahwa layanan bimbingan dalam bentuk konseling merupakan kegiatan menonjol dan dominan. Praktekpraktek Nabi dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi oleh para sahabat ketika itu, dapat dicatat sebagai suatu interaksi yang berlangsung antara konselor dengan klien baik secara kelompok (misalnya pada model halaqah addars) maupun secara individual.17 Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah dipaparkan di atas penulis dapat simpulkan bahwa, layanan konseling kelompok Islami dalam tulisan ini adalah layanan konseling yang diberikan kepada beberapa orang peserta didik di mana idealnya berkisar antara
5 (lima) sampai dengan 10
(sepuluh) orang anggota, dengan tujuan untuk membantu peserta didik mengenal dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangkan dirinya sendiri dan menjadikan Allah swt sebagai konselor Yang Maha Agung secara istiqomah tertanam dalam dirinya serta memperoleh pemahaman baru dari topik-topik yang dibahasnya melalui dinamika kelompok. E. Manfaat Konseling Kelompok Islami di Jenjang Pendidikan Menengah Menurut W.S Winkel, manfaat bimbingan kelompok di jenjang pendidikan menengah adalah sebagai berikut:
15Dewa
Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) 49. 16 Saiful Akhyar Lubis, Konseling..80. 17 Saiful Akhyar Lubis, Konseling.. 80.
107
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
1. Bagi tenaga pendidik: Pertama, mendapat kesempatan untuk berkontak dengan
banyak siswa sekaligus sehingga dia menjadi terkenal. Kedua, mendapat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam suatu kelompok, misalnya memberi informasi yang memang dibutuhkan oleh siswa. Ketiga, memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga profesional di sekolah hanya satu dua orang saja. 2. Bagi para siswa: Pertama, menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi,
sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor. Kedua, lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama. Ketiga, lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok dengan konselor yang mungkin dianggap berada dengan kita-kita ini. Keempat, diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya. Kelima, lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman, daripada bila pendapat yang sama diketengahkan oleh konselor sekolah saja. Keenam, tergolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung dengan konselor, misalnya karena merasa malu atau bersifat agak tertutup.18 F. Refleksi Manusia diciptakan dengan sebaik-baik ciptaan bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya, akan tetapi sekaligus memiliki hawa nafsu, perangai serta sifat tabiat yang buruk, misalnya suka menuruti hawa nafsu, lemah, aniaya, dan membantah. Dengan kata lain manusia bisa bahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat akan tetapi justru sebaliknya bisa pula teraniaya dan sengsara. Munculnya sifat seperti ini diperlukan adanya upaya agar manusia selalu mengarah kecitranya yang baik yaitu ke arah “ahsanitaqwim” dan tidak
18 W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, cet. ke-1. (Jakarta: PT Grasindo, 1991) 520.
108
Membangun Kedisiplinan SIswa…. (Muhammad Ripli)
terjerumus dalam kehinaan “asfal safilin” seperti termuat dalam Q.S. At-Tin dan Al-‘Asr. Seiring dengan perjalanan waktu manusia selalu tumbuh dan berkembang secara terus menerus baik dilihat dari segi fisik maupun psikisnya, pada proses perkembangan tersebut senantiasa berjalan dengan kematangan fungsi fisik dan psikisnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Pertumbuhan dan perkembangan ini diawali dengan periode dalam kandungan menuju masa anakanak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Remaja awal sering juga disebut sebagai pase negatif, di mana mereka sering menyendiri, kurang suka bekerja, mudah merasa jemu, gelisah dan menentang terhadap kewibawaan orang dewasa serta gejala-gejala ini dimiliki oleh remaja awal maupun pra pubertas.19 Koestoer Partowisastrio mengatakan periode ini merupakan periode kritis; yakni kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan dalam pertumbuhan watak atau karakter. Dalam periode ini ia merasa tidak tetap dan ini menyebabkan anak itu menjadi suka marah, suka merajuk dan sebagainya. Ini dapat dilihat pada sikap anak, ia menolak segala nasihat, karena nasihat-nasihat itu dianggapnya mengganggu.20 Hal ini membuat perilaku remaja menjadi tak terkendali yakni mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di luar dirinya sehingga yang dilakukan sering di luar batas kewajaran. Apabila dalam masa badai dan topan remaja tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, maka remaja akan mengalamai masalah yang merugikan dirinya dimasa yang akan datang, akan tetapi sebaliknya bila masa semaja tersebut dimulainya pemberian pemahaman-pemahaman keagamaan yang dapat mengedalikan dirinya maka akan tercipta manusia seutuhnya “insanul kamil”. Dari sini akan teruji keprofesionalan konselor dalam mendidik dan membimbing siswanya, konselor pun juga dituntut mempunyai banyak strategi dalam mendidik siswa yang mengalami penomena yang demikian serta memberikan arahan, teladan yang baik, sehingga tercipta suasana yang dinamis, humanis diantara konselor dan konseli, hal ini sesuai dengan anjuran Allah SWT dalam firman-Nya: 19Akmal
Hawi, Psikologi..91. Partowisastrio, Dinamika..107-108.
20Koestoer
109
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
ﺑﱠﻚ َُﻫﻮ أَْﻋُﻠَﻢ َ َﺣُﺴﻦ إِ ﱠن َ ر َ ْﺑِﺎﻟﱠﱵ ْ َِﻫﻲ أ ِ َ َوﺟِﺎدْﳍ ُْﻢ
ِاﳊ ََﺴﻨَﺔ ْ ِﻈَﺔ ِ ﺑِﺎﳊ ِﻜَ ِْﻤﺔَ واﻟَْْﻤﻮﻋ ْ ﺑﱢﻚ َ ْﻞ َ ر ِإِﱃ َﺳﺒِﻴ َ ُاُدْع ﺘَﺪﻳ َْﻦ ِ َﻞ ْﻋَﻦ َﺳْﺒِﻴﻠِِﻪَ َُوﻫﻮ أَْﻋُﻠَﻢ ﺑِﺎﻟُ ْْﻤﻬ ِﲟ َْﻦ ﺿﱠ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah21 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. AnNahl ayat 125).22 Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang tepat dalam membantu siswa untuk bersikap disiplin. Penanganan tersebut antara lain dapat dilakukan dengan pemberian bantuan dalam bentuk layanan konseling konseling kelompok Islami dengan teknik diskusi kelompok atau model halaqah, karena layanan tersebut dilakukan dengan cara-cara yang humanis. Hal ini senada dengan anjuran Allah SWT dalam firman-Nya yaitu:
ْﻒ َْﻋُﻨـْﻬﻢ ُ ِﻚ ﻓَﺎﻋ َ ﻀﻮا ِ ْﻣﻦ َْﺣﻮﻟ ﻻَﻧﻔ ﱡ َ ْﺐ ِ ﻴﻆ اﻟَْﻘﻠ َ ُِﻨﺖ ﻓَﻈ ﺎ ﻏَﻠ َ َُﻢَ وﻟَْﻮ ﻛ ْﻨﺖ ﳍ َ َِْﺔ َﻣﱢﻦ اﷲِ ﻟ ٍَﲪ ﻓَﺒِﻤﺎ ر َ ﱢﻠِﲔ َ ِﺐ اﻟُ َْﻤﺘـﻮﻛ اﷲِ ﱠن اﷲ َ ُﳛ ﱡ ِِرﻫﻢ ِﰲ اْ ْﻷَﻣِﺮ ﻓَﺈِذَا َْﻋﺰﻣَﺖ َﻓـﺘـﻮﻛْﱠﻞَﻋﻠَﻰ إ َُُْﻢَ وَﺷ ْﺎو ْاﺳﺘـِْﻐْﻔﺮ ﳍ ََْ و Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.23 21 Hikmah: Adalah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 22Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat, cet. ke-1, (Bandung: Syamil Qur’an, 2011) 281. 23 Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
110
Membangun Kedisiplinan SIswa…. (Muhammad Ripli)
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya. (Q.S. Ali-Imran ayat 159).24 G. Simpulan Mendidik para siswa-siswi untuk berperilaku hidup disiplin untuk menjalani kehidupan sehari-harinya dapat dilakukan dengan menggunakan layanan konseling kelompok Islami melalui teknik diskusi kelompok atau halaqah ad-dars di mana tehnik tersebut merupakan salah satu cara yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh para sahabatnya.
24Kementerian
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an..81.
111
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 99-112
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter Sejak Dini: Strategi Membangun Karakter DI Usia Emas. Cet.I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dewa Ketut Sukardi. 2010. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2009. Himpunan Undang- Undang Republik Indonesia Guru & Dosen Sisdiknas. Surabaya: Wacana Intelektual. Dollet Unaradjan. 2003. Manajemen Disiplin. Jakarta: Grasindo. Imam Musbikin. 2013. Mengatasi kenakalan Siswa Remaja: Solusi Mencegah Tawuuran Pelajar, Siswa Bolos Sekolah Hingga Minum-Minuman Keras dan Penyalahgunaan Narkoba. Cet.I. Pekan Baru Riau. Kementerian Agama Republik Indonesia. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat. Cet.I. Bandung: Syamil Qur’an. Muhammad Fadil Al-Jamaly. 1986. Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur’an. Surabaya: PT Bina Ilmu. Mardani. 2011. Ayat-Ayat Tematik Hukum Islam. Jakarta: Raja Wali Press. Muhammad Irham & Novan Ardi Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Cet.I. Jakarta: Ar-Ruzza Media. Perking V. Hugh. 1969. Human Developmen and Learning. California: Wasdsworth Publishing Company, Inc. Samsul Munir Amin. 2010. Bimbingan Dan Konseling Islam. Cet.I. Jakarta: Amzah. Saiful Akhyar Lubis. 2007. Konseling Islami Kyai & Pesantren. Cet.I. Yogyakarta: eLSAQ Press. W.S. Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Cet.I. Jakarta: PT Grasindo. Zainal Aqib. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah: Membangun Karakter dan Kepribadian Anak. Surabaya: Yrama Widya.
112