Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Kompetitif Oleh: Luthfiyah* Luthfiyah. “Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Kompetitif”, Fitrah Jurnal Studi Pendidikan, Vol. 5, No. 1 Juni 2014, h. 72-87.
Abstrack: The development of competitive human resources is the goal of all
educations, both Islamic education and education in general. The competitive human resources will be created if they have some competencies that can be enforced through educational process. The basic foundation of Islamic education in human resource development is the concept of taghyir in Chapter Al-Ra‟ad: 11. This concept tells Muslims to have desire to change (not static / status quo), considering the challenges are always changing. Muslims cannot participate in the competition of life if they do not change. It urges Muslims to have qualitative human resources. The following article will present the idea and concept of Islamic Education on the strategy of development of competitive human resource.
Keywords: Islamic Education, Change, Iqra‟, Muslim, Competitive. Abstrakai: Pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif merupakan tujuan semua pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan pada umumnya. Sumber daya manusia yang kompetitif hanya akan tercipta jika manusia tersebut memiliki beberapa kompetensi yang dapat ditanamkan melalui proses pendidikan. Landasan dasar pendidikan Islam dalam pengembangan sumber daya manusia adalah konsep taghyir yang terdapat dalam Q.S. al-Ra‟ad: 11. Konsep ini mengajarkan umat Islam agar mau berubah (tidak statis/status quo), mengingat tantangan zaman yang dihadapi juga selalu berubah. Jika tidak mengubah diri, maka umat Islam tidak dapat memasuki ajang kompetisi kehidupan, di mana hal ini menuntut umat Islam untuk memiliki kualitas sumber daya manusia. Tulisan berikut ini akan menyajikan gagasan dan konsep Pendidikan Islam tentang strategi pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif. Kata Kunci: Pendidikan Islam, Taghyir, Iqra‟, Muslim, Kompetitif.
*
72 |
STAI Muhammadiyah Bima. Email:
[email protected]
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
Tantangan utama bangsa Indonesia dewasa ini dan di masa depan adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam kaitan ini menarik untuk dikaji bagaimana kualitas pendidikan kita dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga bisa menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas sebagaimana yang diharapkan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang produktif, efisien, dan memiliki kepercayaan diri yang kuat sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan global ini.1 Gelombang globalisasi yang sedang dan terus melanda dunia, tak terkecuali bangsa Indonesia, di mana masyarakat tidak dapat menghindarinya, tentunya juga akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya bangsa Indonesia. Globalisasi menuntut semua orang untuk dapat mempunyai keunggulan dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, eksistensi Indonesia secara umum ditentukan oleh kemampuan bersaing di medan global pada setiap bidang dan segmen kehidupan. Maka tidak ada persiapan yang lebih memadai atau tepat selain harus menyiapkan segenap lapisan manusia Indonesia sebagai manusia yang unggul yang merupakan sasaran utama pengembangan sumber daya manusia. Keunggulan-keunggulan suatu negara untuk tetap mampu bersaing tidak lagi semata-mata ditentukan oleh keunggulan komparatif pada kepemilikan sumber daya alam dan ketersediaan sumber tenaga kerja murah, tetapi ditentukan juga oleh penguasaan informasi, teknologi, dan kemampuan manajerial.2 Tetapi kualitas sumber daya manusia justru memegang peranan yang lebih penting karena tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya alam yang melimpah pun tidak akan ada artinya. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan menghantarkan suatu bangsa 1 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), 33. 2 Hidayat Syarief, “Pembangunan Sumber daya manusia Berwawasan Iptek dan Imtak”, dalam Komaruddin Hidayat, Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi (Jakarta: Logos, 2002), 3.
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|73
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
kepada pencapaian cita-citanya, di samping pengelolaan sumber daya alamnya. Menghadapi era globalisasi dengan pasar bebas yang penuh persaingan dan meminta hasil kerja yang bermutu, maka sudah sewajarnya apabila kita bekerja keras untuk mempersiapkan sumber daya manusia serta sarana-sarana yang diperlukan. Tantangan itu juga dapat dipandang sebagai kesempatan yang dapat menjadikan negara kita lebih maju dan masyarakat yang lebih makmur. Namun apabila kesempatan itu tidak ditanggapi dengan tepat, maka kita hanya akan menjadi bangsa kuli di antara bangsa-bangsa yang maju. Maka diperlukan visi masa depan yang merupakan tantangan sekaligus kesempatan yang harus dipecahkan dan diatasi agar dapat membawa bangsa Indonesia duduk sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya.3 Tantangan globalisasi akan terasa berat dan kompleks karena akan merambah pada semua lini kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Namun bila sumber daya manusia Indonesia sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya, maka kehidupan global justru akan memberikan semakin besar peluang untuk berkarya. Bahkan manusia Indonesia berkualitas melalui pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, bukan hanya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi juga mampu berperan dalam menciptakan suatu dunia yang lebih bermutu kehidupannya.4 Sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa hanya akan lahir dari sistem pendidikan yang berdasarkan pada filosofis bangsa itu sendiri. Begitu pula sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam harus sesuai dengan filosofis agama Islam sendiri. Artinya konsep pengembangan sumber daya manusia menurut Islam harus bersumber dari ajaran alQur‟an dan hadis sebagai pedoman hidup umat Islam, yang diajarkan kepada setiap manusia Muslim melalui proses pendidikan Islamnya. 3 H.A.R. Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi, Program Aksi Pendidikan, dan Pelatihan Menuju 2020 (Jakarta: Grasindo, 1997), 43. 4 Ibid., 133.
74 |
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
Sumber daya manusia yang akan dihasilkan melalui pendidikan Islam tentu harus sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesai sekaligus mampu menjawab tuntutan zaman. Maka di era globalisasi ini pendidikan Islam dituntut untuk mampu menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi (kompetitif). Islam memiliki konsep yang komprehensif dalam al-Qur‟an mengenai arah bagaimana sumber daya manusia (Muslim) yang kompetitif tersebut dapat terwujud. Tentu saja konsep alQur‟an ini memerlukan penafsiran secara kontekstual dan lebih luas. Sumber Daya Manusia yang Kompetitif Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan seluruh potensi manusia secara terpadu untuk mencapai kompetensinya sebagai subyek pembangunan sesuai dengan tuntutan zamannya. Dalam Islam, sumber daya manusia (Muslim) yang dibutuhkan dalam pembanguan di era globalisasi ini adalah yang memiliki kesiapan baik mental maupun fisik kompetitif yang dibekali dengan keahlian dan kompetensi yang dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai tantangan. Mengingat tantangan kehidupan umat Islam ke depan sangat kompleks, maka setidaknya umat Islam harus memiliki lima kompetensi berikut: pertama, kompetensi akademik, yaitu yang terkait dengan penguasaan kemampuan metodologis keilmuan dalam rangka penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi. Kedua, kompetensi profesional, yaitu berkaitan dengan wawasan, perilaku dan kemampuan penerapan ilmu dan teknologi dalam realitas kehidupan masyarakat. Ketiga, kompetensi dalam rangka menghadapi perubahan, yaitu kemampuan untuk mengantisipasi, mengelola dan memanfaatkan perubahan supaya bermanfaat bagi kehidupan sosial kemasyarakatan. Keempat, kompetensi kecendekiaan, yaitu kemampuan untuk memberikan perhatian dan kepedulian nyata kepada sesama manusia (kepedulian sosial). Kelima, kompetensi nilai dan sikap, yaitu Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|75
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
kemampuan untuk selalu menempatkan segala persoalan nilai-nilai ideologi, budaya bangsa serta iman dan takwa.5 Orientasi pendidikan untuk menciptakan insan yang berkompeten sebagaimana disebutkan di atas dapat terwujud bila semua komponen pendidikan sadar akan kebutuhannya di masa depan. Kemudian secara bersama-sama berusaha untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan penuh kesadaran dan kegigihan. Selain menanamkan kelima kompetensi tersebut di atas, menurut Malik Fadjar terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan sumber daya manusia Indonesia, karena dalam proses pencapaian cita-cita suatu bangsa tidak boleh lepas dari ideologi bangsa itu sendiri. Pertama, Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tetap terkait pada poros utama pembangunan manusia Indonesia yang dicanangkan, yaitu “manusia Indonesia seutuhnya”. Sehingga kualitas yang akan dikembangkan mencakup kualitas iman dan takwa, solidaritas nasional, kerukunan umat beragama dengan tetap menyelaraskannya dengan dimensi sains dan teknologi. Kedua, pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia diusahakan agar tidak terlepas dari keadaan lingkungan sosio kultural dan ekologi. Artinya pembangunan sumber daya manusia Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing, mengingat Indonesai sangat luas dengan beragam suku, adat istiadat, bahasa, agama, maupun tingkat kemajuan yang dicapai. Sehingga berangsurangsur pembangunan menghendaki kualitas sumber daya manusia yang merata di seluruh tanah air. Hal ini berkaitan dengan pemerataan kualitas sekolah-sekolah “unggul” agar sekolah-sekolah “pinggiran” tidak semakin tertinggal. Ketiga, perbaikan-perbaikan dalam dunia pendidikan harus dilakukan mengingat penilaian-penilaian kritis masih mencatat 5 Moh. Kasiram, “Penelitian Pendidikan dalam Perspektif Pemberdayaan Sumber Daya Manusia”, dalam Mudjia Raharjo (ed.), Quo Vadis Pendidikan Islam: Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial, dan Pengetahuan (Malang: Cendekian Paramulya, 2002), 52.
76 |
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
sejumlah kelemahan. Antara lain bahwa dari segi efisiensi internal, sekolah masih rendah bila dilihat dari rendahnya pencapaian siswa dalam beberapa bidang studi strategis, yakni matematika, biologi, fisika, kimia, dan bahasa Inggris, bahkan di berbagai daerah kualitas bahasa Indonesia siswa masih belum efektif. Sedangkan dari segi eksternal juga menunjukkan kelemahan, misalnya besarnya jumlah pengangguran tamatan sekolah dan banyaknya tamatan sekolah yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Keempat, sumber daya manusia unggul tidak boleh memiliki watak ketergantungan yang tinggi. Manusia-manusia dependent atau berwatak tergantung akan menjadi beban dan kendala besar dalam memasuki era globalisasi. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia sepenuhnya diarahkan pada pembentukan manusia mandiri atau berwatak independent. Selain itu juga memiliki kemampuan menggalang kemitraan dan kerja sama secara positif dan konstruktif. 6 Bagi bangsa Indonesia saat ini, pengembangan sumber daya manusia tidak akan terlepas dari proses yang dapat menunjang perkembangan ekonomi bangsa berdasarkan kesatuan visi jangka panjang, yaitu untuk membangun suatu masyarakat madani yang makmur dan berkeadilan. Maka pembicaraan di sekitar peningkatan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan merupakan dua topik yang signifikan, dalam kaitannya dengan masa depan bangsa Indonesia. Korelasi antara kualitas peningkatan sumber daya manusia dengan pengentasan kemiskinan sangatlah erat.7 Hal ini terbukti dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia (yang dalam hal ini lebih dibebankan dalam proses pendidikan) bisa merupakan penyebab kemiskinan. Begitu pula sebaliknya, kemiskinan adalah salah satu sebab utama rendahnya kualitas sumber daya manusia.8 Jika suatu 6
52.
A. Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam (Jakarta: LP3NI, 1998), 49-
7 Musa Asy'arie, Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual (Yogyakarta: LESFI, 2002), 65-68. 8 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|77
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
masyarakat masih dalam keadaan miskin, maka tidak akan memiliki kualitas sumber daya manusia sebagaimana yang dicita-citakan, mengingat kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap orang dapat dipastikan diperolehnya melalui proses pendidikan (apapun namanya). Jika dikaitkan dengan konsep Islam, pada dasarnya umat Islam menurut kehendak Allah tidak boleh miskin. Karena dalam rukun Islam terdapat kewajiban menunaikan ibadah zakat dan ibadah haji, di mana keduanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, keduanya menuntut umat Islam memiliki ekonomi yang mapan. Dengan kata lain, orang Islam tidak boleh miskin karena kemiskinan akan kesulitan untuk menunaikan keduanya.9 Walaupun dalam syariatnya diperuntukkan bagi orang yang mampu, namun tidak akan sempurna keislaman seseorang jika belum melaksanakan keduanya. Pendidikan Islam tentang Pengembangan Sumber daya Manusia Pengertian pendidikan jika dikaitkan dengan ajaran atau sistem keagamaan, dalam hal ini Islam, akan menimbulkan pengertianpengertian yang baru. Pendidikan akan lebih mengacu pada nilai-nilai yang ada dalam Islam itu sendiri. Artinya, pendidikan yang tidak boleh keluar dari karakteristik yang dimilikinya serta tetap berlandaskan pada pedoman ajarannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam secara keseluruhan, maka tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa dan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendidikan Islam sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, maka secara ideal pendidikan Islam berfungsi untuk menyiapkan manusia yang berkualitas tinggi. Penguasaan tidak hanya pada iptek melainkan juga pada nilai-nilai moral, sikap, Baru (Jakarta: Logos, 2002), 54. 9 Asy‟arie, Dialektika …, 70.
78 |
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
pembentukan karakter dan penghayatan serta pengamalan ajaranajaran agama Islam.10 Singkatnya pendidikan Islam berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu pengetahuan dan berteknologi sekaligus beriman dan bertakwa. Pendidikan yang bermaksud membantu terbentuknya watak atau karakter yang baik dan kepribadian yang utuh, sebagai bagian dari pendidikan budaya, akan menekankan pada pe-ngenalan dan pengembangan potensi-potensi kemanusiaan peserta didik. Dalam hal ini, pendidikan harus memperhatikan seluruh aspek yang menjadi kebutuhan hidup. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berguna. Pendidikan semacam itu haruslah dapat membekali peserta didik dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.11 Pemenuhan terhadap pengetahuan dan keterampilan hidup tersebut tentu tidak didapat secara instan, melainkan diperlukan proses panjang dan kemauan dari dalam diri sendiri serta usaha keras untuk mewujudkannya. Setelah penguasaan terhadap pengetahuan dan keterampilan itu tercapai, diperlukan penanaman jiwa kompetitif dalam diri peserta didik. Mengingat lulusan lembaga pendidikan setiap tahunnya jauh lebih banyak melampaui lapangan pekerjaan yang tersedia yang sifatnya sangat terbatas. Kenyataan ini menuntut setiap lulusan satuan pendidikan untuk memiliki kemampuan berkompetisi dengan lulusan lainnya yang juga sama-sama memperebutkan sebuah kedudukan tertentu dalam bidang pekerjaan tertentu. Tentu saja kompetisi yang dijalankan adalah persaingan yang sehat. Persaingan adalah sesuatu yang tidak terelakkan akan terjadi di mana-mana dan dalam banyak hal. Maka dunia pendidikan harus menghadapinya sebagai sebuah tantangan. Bagaimana pendidikan dapat menciptakan anak didik yang secara terlatih berani menghadapi Ibid., 56-57. J. Sudarminta, “Pendidikan dan Pembentkan Watak yang Baik”, dalam Ikhwanuddin Syarief dan Dodo Murtadlo, Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru: 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. (Jakarta: Grasindo, 2002), 460. 10 11
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|79
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
persaingan secara sehat dan berani menerima kekalahan dalam persaingan. Sikap inilah yang disebut sebagai sikap sportif. Diharapkan ke depan, pendidikan harus berani menawarkan garansi bahwa perilaku berani bersaing sehat sudah menjadi darah dagingnya.12 Oleh karena itu, untuk menumbuhkan semangat sportivitas di kalangan peserta didik, tekanan pendidikan seharusnya tidak hanya pada aspek kemampuan bernalar semata. Tetapi harus dapat ditumbuhkan proses pendidikan yang mengagungkan watak dan menghaluskan hati nurani sehingga dapat ditumbuhkan kesadaran tentang kemampuan yang dimiliki dan ketidak mampuan yang juga dimiliki peserta didik. Usaha ini tentu saja memerlukan dukungan dari lingkungan di luar sekolah, yakni keluarga dan masyarakat. Ketiganya harus secara sinergis melakukan hal yang serupa. Artinya lingkungan anak didik harus memberikan contoh teladan yang terbaik untuk menumbuhkan semangat bersaing secara sehat, kendati persaingan tersebut telah secara sadar disusupkan ke dalam dunia pendidikan. Karena yang diperlukan saat ini bukan hanya keunggulan akademis tetapi juga keunggulan kompetitif. Karena itu pula setiap sekolah harus menciptakan keunggulannya ma-sing-masing agar peserta didiknya dibiasakan dengan budaya bersaing. Budaya bersaing bisa terwujud apabila ada motivasi yang kuat untuk berubah. Berubah berarti tidak vakum/statis, melainkan ada perkembangan dan kemajuan. Berubah merupakan konsep al-Qur‟an yang populer dengan istilah taghyir,13 yakni suatu landasan untuk mengubah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan bersaing dan berkompetisi menjadi mampu bersaing dan berjiwa kompetitif. Dengan kata lain, dari manusia yang tidak memiliki sumber daya
12 Suyanto dan M.S. Abbas, Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), 32-33. 13 Q.S. ar-Ra‟du (3): 11, yang artinya: “Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri”.
80 |
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
menjadi memiliki sumber daya manusia. Konsep ini terkandung dalam Q.S. ar-Ra‟du:11, yang berkaitan erat dengan perubahan sosial. Penggunaan kata qawm (dalam Q.S. ar-Ra‟du:11) berarti bahwa perubahan itu harus dilakukan secara bersama-sama dalam masyarakat. Di mana hukum kemasyarakatan ini tidak saja berlaku untuk kaum Muslim, satu suku atau ras tertentu, tetapi berlaku umum, kapan dan di manapun mereka berada. Kemudian karena ayat ini berbicara tentang kaum, maka berarti sunnatullah yang dibicarakan berkaitan dengan kehidupan duniawi, bukan ukhrawi.14 Dengan demikian yang dimaksudkan oleh ayat ini berarti bahwa setiap manusia diharuskan untuk bekerja dan berkarya, melakukan perbaikan dan mengupayakan peningkatan taraf hidup yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dunia-winya dan untuk mencapai kebahagiaan duniawi secara ma‟ruf. Kaedah taghyir atau perubahan juga mengindikasikan bahwa masyarakat harus berubah, karena masyarakat yang statis berarti masyarakat yang memegang status quo. Dalam wawasan Islam, masyarakat itulah yang harus melakukan perubahan.15 Perubahan sosial tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja, melainkan harus disadari bersama oleh seluruh lapisan masyarakat dan kemudian dilaksanakan secara serentak dan berkelanjutan. Meskipun tidak menutup kemungkinan ide dan semangat perubahan itu bermula dari satu orang, yang kemudian disebarluaskan kepada masyarakat. Ide, pola pikir, dan sikap perseorangan tersebut perlahan-lahan menjadi ide bersama yang mewabah kepada masyarakat luas. Namun demikian dalam kaedah taghyir ini terdapat dua pelaku perubahan. Pelaku pertama adalah Allah dan pelaku kedua adalah manusia itu sendiri. Pelaku pertama yang menganugerahkan nikmat kepada manusia, dan pelaku kedua yang melakukan perubahan
14 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 231-3. 15 Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), 292.
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|81
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
menuju pencapaian nikmat tersebut.16 Manusia harus terlebih dahulu melakukan aktivitas/usaha untuk dapat meraih perubahan. Jadi dalam konsep taghyir ada yang relatif ada pula yang mutlak. Taghyir yang relatif ada di tangan manusia, namun nilai abadi berasal dari Allah Swt. Maka kombinasi antara hak manusia dan Allah tersebut dapat menjadikan Islam lebih bermakna.17 Islam yang dianut hendaknya Islam yang dinamis dan bukan statis, dengan tujuan agar tetap sadar bahwa hidup dan kehidupan ini selalu berubah dan suatu masyarakat tidaklah hidup dalam fakum, akan tetapi senantiasa berubah dan berkembanng seiring perubahan zaman itu sendiri. Semua agama memiliki komitmen untuk meningkatkan sumber daya manusia, demikian juga agama Islam dengan proses pendidikannya.18 Pendidikan Islam dalam mempersiapkan sumber daya manusia guna menghadapi era kompetitif tidak terlepas dari tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Sebagaiman telah disinggung sebelumnya bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menyiapkan individu-individu yang berkualitas tinggi baik pada bidamg iptek atau imtak guna mencapai kehidupan yang lebih baik serta mempunyai daya saing yang patut dibanggakan. Dalam rangka menciptakan kualitas sumber daya manusia, pendidikan hendaknya memandang jauh ke depan atau orientasinya adalah masa depan yang berkualitas. Krisis sumber daya manusia terjadi disebabkan oleh karena adanya krisis dalam pendidikan itu sendiri. Jika kita mendambakan kehidupan di masa depan yang lebih baik, maka kuncinya terletak pada pendidikan. Oleh karena itu pendidikan dengan proses pencapaian tujuan hidup seharusnya menjadi prioritas yang diutamakan.19 Pendidikan juga harus diartikan
Shihab, Tafsir al-Mishbah…, 233. Filsafat …, 292. 18 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam (Jakarta: Grasindo, 2001), 34-37. 19 Musa Asy‟arie, Pendidikan, Kebebasan Berpikir, dan Praktek Hidup, dalam Kompas tanggal 30 April 2003. 16
17Assegaf,
82 |
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
sebagai usaha untuk membangun kehidupan yang lebih baik, baik bagi individu, masyarakat maupun bangsa. Maka dalam hal ini membangun kehidupan menjadi tanggung jawab bersama semua manusia dalam berbagai lingkungan pendidikan. Karena itu, untuk menentukan kehidupan umat Islam yang lebih baik tidak bisa dilimpahkan seratus persen kepada lembaga pendidikan formal seperti pesantren dan madrasah, tetapi dalam hal ini dibutuhkan juga peran mendasar dari dua lingkungan pendidikan, yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa watak dan kepribadian atau jiwa anak mulai dibentuk sejak masih usia dini, bahkan sebelum ia memasuki jenjang pendidikan formal (sekolah). Demikian pula anak akan terus menerus berinteraksi dengan lingkungannya, dari sebelum ia sekolah, saat bersekolah dan sampai tamat sekolah. Maka pendidikan seutuhnya menjadi tanggung jawab bersama lembaga pendidikan formal, pendidikan keluarga dan lingkungan masyarakat. Kemudian, konsep Islam dalam kaitannya dengan peningkatan kehidupan yang lebih baik adalah iqra‟. Realisasi perintah tersebut menurut Quraish Shihab tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Kata iqra‟ memiliki objek yang bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang dapat terjangkau, menyangkut bacaan suci yang berasal dari Tuhan maupun bukan, menyangkut ayat-ayat tertulis maupun tidak tertulis, mencakup telaah terhadap alam, masyarakat, dan diri sendiri.20 Pengkajian tentang kata tersebut bukan hanya diartikan sebagai membaca huruf atau tulisan. Lebih dalam harus diartikan sebagai interpretasi terhadap Tuhan, alam, manusia, serta hubungan antara ketiganya. Manusia seharusnya mampu membaca realitas yang dihadapinya. Artinya iqra‟ menjadi sebuah metodologi pendidikan Islam agar dapat membaca kehendak hakiki Tuhan, membaca karunia alam dan segala yang dikandungnya, serta membaca kemampuan 20
Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 15, 454-5.
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|83
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
manusia untuk mampu memanfaatkan alam dengan semaksimal mungkin demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Pengkajian tentang Tuhan akan melahirkan idealisme dan nilainilai universal yang merupakan idealitas manusia dan pedoman hidup yang absolut. Pengkajian tentang manusia akan melahirkan ilmu-ilmu sosial kemanusiaan yang akan memberikan gambaran riil kebutuhan, tujuan dan persoalan hidup. Sedangkan pengkajian tentang alam akan melahirkan sains dan teknologi untuk sarana hidup.21 Maka semuanya tergantung pada kemauan manusia untuk dapat memaksimalkan kemampuannya dalam mengkaji ketiganya. Semakin dalam memahaminya akan semakin banyak pula manfaat yang dapat diraih dalam hidup dan akan semakin mudah memperoleh kesejahteraan duniawi sekaligus kebahagiaan di akhirat nanti. Mengacu pada konsep pendidikan Islam di atas, baik konsep taghyir maupun iqra‟, maka pada dasarnya pendidikan Islam telah memiliki konsep yang sangat jelas, dan jika saja umat Islam mampu menerapkannya, niscaya paradigma pendidikan Islam tidak akan seperti apa yang kita saksikan saat ini. Hal ini terjadi karena kurangnya (atau jika tidak dikatakan tidak adanya) disiplin, rasa percaya diri, dan kurang peka terhadap konteks etika sosial sebagai realita kehidupan. Karena walau bagaimanapun kultur dan fakta tetap lebih kuat dari pada struktur dan kata-kata. Membangun kehidupan yang lebih baik pada dasarnya juga menjadi tanggung jawab masyarakat dan bangsa yang harus diemban oleh setiap individu atau institusi yang ada. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan itu pendidikaan harus menumbuhkan semangat atau etos kerja setiap outputnya. Di sinilah letak peranan penting lembaga pendidikan Islam dalam konteks pembangunan bangsa, bukan hanya sekedar sebagai pendukung munculnya generasi bangsa yang cerdas saja, tetapi lebih dari itu, yaitu mengemban keharusan untuk
21
84 |
Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), 44.
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
menciptakan generasi yang memiliki etos kerja yang tetap menjiwai semangat keagamaan (Islam).22 Al-Qur‟an sebagai pedoman umat Islam sendiri menegaskan bahwa pedoman atau cara yang terbaik untuk mendapatkan prestasi dalam hidup ini adalah dengan bekerja. Karena pada dasarnya seseorang tidak akan memperoleh sesuatu selain yang diusahakannya (Q.S. 53: 39).23 Huruf lam dalam pada kata lil-insani berarti memiliki, yakni sesuatu yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan kata sa‟a yang digunakan di akhir ayat ini menggunakan fi‟il madli yang berarti sudah diusahakan. Ini berarti bahwa untuk memperoleh sesuatu, seseorang harus terlebih dahulu berusaha dan bekerja. Memperoleh prestasi yang sah dalam Islam dilakukan dengan bekerja yang sungguhsungguh dan memenuhi persyaratan yang diperlukan dengan tidak lupa berdoa. Perolehan prestasi yang diperoleh secara tidak sah tidak akan membawa pada kesejahteraan, karena hal itu bertentangan dengan sunnatullah di atas, sehingga akan menjadi beban dan rasa dosa yang menghantui pikiran dan perasaan. Penutup Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya yang dilakukan melalui proses pendidikan berlandaskan pada filsafat keislaman. Artinya dalam proses pendidikan Islam hendaknya senantiasa mengacu pada pedoman Islam, yakni al-Qur‟an dengan tidak terlepas dari peranan manuisa untuk menginterpretasinya. Pendidikan Islam meng-upayakan pencapaian tujuannya yang juga merupakan tujuan hidup bagi umat Islam, yaitu pencapaian kebahagaiaan dunia dan akhirat. Untuk itu pendidikan Islam harus mengupayakan pengembangan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, melalui penanaman beberapa kompetensi yang akan menjadi 22 Ahmad Darmadji, “Pendidikan Islam dan Pembangunan Sumber Daya Manusia” dalam Muslih Usa & Aden Wijdan, Pendidikan Islam dan Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), 193-4. 23 Q.S. an-Najm: 39: “Dan bahwa seorang manusia tiada memiliki selain apa yang telah diusahakannya”.
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|85
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
bekal bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupannya ke depan. Pendidikan dalam meng-upayakan pengembangan sumber daya manusia juga harus dinamis, tidak statis. Artinya bahwa pendidikan harus kembali pada realitas yang akan dihadapi oleh peserta didik. Pendidikan dalam tuntutan zaman juga harus mampu menanamkan jiwa kompetitif dan kreatif, sehingga mampu menjalankan apa yang disebut dengan kerja keras dan kerja cerdas. Konsep ini sangat relevan dengan konsep taghyir sebagaimana termaktub dalam Q.S. al-Ra‟d ayat 11 di atas. Konsep taghyir menuntut umat Islam agar mau mengubah diri mereka sendiri sehingga mampu berkompetisi dalam kehidupan yang sangat kompetitif. Hal ini berkaitan dengan konsep Islam untuk berlombalomba dalam meraih kebaikan (fastabiqul khairat). Pencapaian kehidupan yang lebih baik juga harus didukung dengan konsep iqra‟, yakni konsep yang mengajarkan kepada umat Islam untuk senantiasa membaca, baik ayat-ayat kawniyah maupun qawliyah. Sehingga dapat difahami anugerah Allah di bumi sekaligus dapat mendatangkan manfaat bagi semesta alam. Daftar Pustaka Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Asy‟arie, Musa. 2002. Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual. Yogyakarta: LESFI. ____________. 2003. Pendidikan, Kebebasan Berpikir. dan Praktik Hidup. Kompas tanggal 30 April 2003. Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos. Darmadji, Ahmad. 1997. “Pendidikan Islam dan Pembangunan Sumber Daya Manusia”, dalam Muslih Usa & Aden Wijdan (ed.), Pendidikan Islam dan Peradaban Industrial. Yogyakarta: Aditya Media. Fajar, A. Malik. 19998. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: LP3NI, 1998. 86 |
Fitrah Jurnal Studi Pendidikan
Luthfiyah, Mekanisme Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Sumber Daya…
Kasiram, Moh. 2002. “Penelitian Pendidikan dalam Perspektif Pemberdayaan Sumber daya manusia”, dalam Mudjia Raharjo (ed.), Quo Vadis Pendidikan Islam: Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Pengetahuan. Malang: Cendekian Paramulya. MS, Djohar MS. 2003. Pendidikan Strategik: Alternatif Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: LESFI. Nata, Abuddin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo. Shihab, Quraish. 2002. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur‟an. Jakarta: Lentera Hati. Sudarminta, J. 2002. “Pendidikan dan Pembentukan Watak yang Baik”, dalam Ikhwanuddin Syarief dan Dodo Murtdlo (Tim editor), Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru: 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. Jakarta: Grasindo. Sukidi. 2002. „Kado Spesial untuk Prof. Tilaar‟, dalam Ikhwanuddin Syarief dan Dodo Murtdlo (Tim editor), Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru, 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. Jakarta: Grasindo. Suyanto dan M.S. Abbas. 2001. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Syarief, Hidayat. 2002. “Pembangunan Sumber daya manusia Berwawasan Iptek dan Imtak”, dalam Komaruddin Hidayat (Pengantar), Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Logos. Tilaar, H.A.R. 1997. Pengembangan Sumber daya manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi, dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020. Jakarta: Grasindo. Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Vol. 5, No. 1, Juni 2014
i
|87