ANALISIS KECENDERUNGAN PERSEBARAN “MEIOFAUNA” PADA “LAMUN” YANG DIPENGARUHI OLEH VARIABEL LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI PANTAI BAMA, TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO)
Mohammad Lail Kurniawan (1306 100 061)a,*, Muhammad Sjahid Akbar, M.Si. (19720705 199802 1 001)b, Dra. Dian Saptarini, M.Sc. (19690408 199203 2 001)c a
[email protected], Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya.
[email protected], Dosen Jurusan Statistika, ITS, Surabaya. c
[email protected], Dosen Prodi Biologi, ITS, Surabaya
b
Abstrak Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh dan berkembang pada dasar perairan laut dangkal. Organisme yang mempu beradaptasi dan menjadikan lamun sebagai tempat hidup adalah meiofauna. Meiofauna adalah semua kelompok hewan berukuran antara 0.063 – 1.00 mm. Perbedaan kondisi variabel lingkungan kemungkinan akan mempengaruhi persebaran meiofauna pada tiap lamun. Analisis Korespondensi Kanonik digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kecenderungan persebaran meiofauna pada lamun yang dipengaruhi variabel lingkungan. Lamun yang diamati adalah Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, dan Thalassia hemprichi sebagai jenis yang dominan di Pantai Bama. Variabel lingkungan yang menunjukkan perbedaan adalah komposisi sedimen pasir dan lumpur pada substrat ketiga lamun. Pantai dengan kandungan sedimen lumpur yang paling sedikit cenderung ditumbuhi oleh lamun Enhalus Acoroides. Pantai dengan kandungan sedimen lumpur yang paling banyak cenderung ditumbuhi oleh lamun Cymodocea rotunata. Pantai dengan kandungan sedimen pasir yang paling sedikit cenderung ditumbuhi oleh lamun Cymodocea rotunata. Pantai dengan kandungan sedimen pasir yang paling banyak cenderung ditumbuhi oleh lamun Enhalus Acoroides. Lamun Enhalus acoroides cenderung dihuni meiofauna jenis Prosobranchia, Ostracoda, dan Harpacticoida. Lamun Thalassia hemprichii cenderung dihuni meiofauna jenis Polychaeta. Lamun Cymodocea rotundata cenderung dihuni meiofauna jenis Cyatholaimus. Kata Kunci: Lamun, Meiofauna, Pantai Bama, Analisis Korespondensi Kanonik.
Pendahuluan Kondisi pantai secara umum adalah terdapat pasir, karang, dan air asin yang menggenangi saat pasang atau terbuka saat surut. Kondisi tersebut menjadikan “lamun” (seagrass) sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga yang hidup dan berkembang pada lingkungan pantai (Susetiono, 1998). Organisme yang mampu beradaptasi dengan baik dan menjadikan lamun sebagai tempat hidupnya adalah meiofauna.
Sumber: Kiswara, 1992.
Gambar 1 Asosiasi Meiofauna dengan Ekosistem
Meiofauna yang berasosiasi dengan suatu ekosistem memiliki peranan yang sangat penting, yaitu sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam
aliran energi dan siklus materi dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi, seperti kepiting, ikan dan udang (Schneider dan Mann, 1991). Asosiasi antara meiofauna dengan ekosistem seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Kiswara (1997) berpendapat, penelitian tentang persebaran meiofauna sangat penting kaitannya sebagai langkah awal ke tahap penelitian lebih lanjut mengenai peranannya terhadap rantai makanan di padang lamun. Penelitian pernah dilakukan Susetiono (1998) tentang sebaran meiofauna pada lamun di perairan pantai kuta (Lombok) dengan statistika deskriptif. Susetiono (1998) menunjukkan di sekitar vegetasi lamun monospesies Enhalus acoroides lebih didominasi oleh meiofauna capepoda. Penelitian oleh De Troch, et al (2001) di Gazi Bay, Kenya, dengan Analisis Korespondensi Kanonik didapatkan informasi bahwa ada kecenderungan persebaran meiofauna pada jenis lamun. Kecenderungan persebaran meiofauna pada lamun di Gazi Bay, Kenya menunjukkan meiofauna Nematoda, Polychaeta, Turbellaria, Kinorhyncha, Bivalvia, dan Ostracoda memiliki kecenderungan dekat dengan lamun H. ovalis dan H. wrightii. Lamun H. ovalis dan H. wrightii cenderung dipengaruhi kemiringan pantai yang tinggi. Meiofauna copepods dan nauplii memiliki kecenderungan dekat dengan lamun
2
Tinjauan Pustaka Analisis Korespondensi Analisis korespondensi adalah pengembangan teknik interdependensi yang memudahkan pengurangan dimensi dari urutan obyek ke dalam atribut dan perceptual maping atribut obyek ralatif (Hair et al, 1998). Analisis korespondensi adalah teknik yang lebih populer untuk mereduksi dimensi dan cenderung relatif bebas dari asumsi (Hair et al, 1998).
Tabel Kontingensi Tabel Kontingensi adalah tabulasi silang dua variabel ordinal atau kategorikal yang berisi frekuensi-frekuensi respon dalam setiap “sel” matriks. Apabila sebuah data dikumpulkan dalam bentuk r x c tabel kontingensi, analisis korespondensi mencari 2 vektor jarak dimana satu untuk baris dan satu untuk kolom tabel kontingensi. Tabel 2 Bentuk Umum Tabel Kontingensi 1
Baris (Variabel 1)
H. stipulacea. Meiofauna Nemapoda juga memiliki kecenderungan dekat dengan lamun S. isoetifolium. Lamun T. hemprichii dekat dengan meiofauna Nematodes, Copepods, nauplii, Ostracoda, dan Rotifera. Lamun T. hemprichii cenderung dipengaruhi kandungan SiO2 yang tinggi. Simbiosis meiofauna dan lamun di Indonesia dapat diamati di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo. Pantai Bama merupakan pantai yang padang lamunnya bervegetasi campuran. Spesies lamun yang tumbuh di Pantai Bama adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocoea routndata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila ovata, dan Syringodium isoetifolium (Wimbaningrum, 2003). Vegetasi campuran pada lamun dikarenakan adanya pengaruh dari lingkungan (fisik, kimia, biogenik, hidro-oceanografi). Kondisi pantai Bama tersebut memungkinkan dilakukan penelitian terhadap persebaran meiofauna pada lamun. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa persebaran meiofauna beserta data veriabel lingkungan pada tiap lamun. Data terdiri dari data dependen (persebaran meiofauna pada lamun) yang dipengaruhi data independen (variabel lingkungan pada lamun), sehingga metode yang tepat adalah Analisis Korespondensi Kanonik (Legendre & Legendre, 2003) Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana kecenderungan persebaran meiofauna pada jenis lamun yang dipengaruhi oleh variabel lingkungan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kecenderungan persebaran meiofauna pada jenis lamun yang dipengaruhi oleh variabel lingkungan. Meiofauna yang diamati dalam penelitian ini adalah meiofauna epifit (meiofauna yang hidup menempel pada permukaan daun). Jenis lamun yang dipilih adalah Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, dan Thalassia hemprichi sebagai jenis yang dominan (Wimbaningrum, 2003). Variabel lingkungan yang diamati adalah Salinitas, Suhu, pH, Dissolved Oxygen (DO), dan sedimen. Sedangkan metode yang digunakan adalah Analisis Korespondensi Kanonik. Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dalam pelestarian lamun yang berdampak pada kehidupan lamun maupun ekosistem. Disamping itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk lebih memahami penerapan metode statistika di bidang ekologi.
Kolom (Variabel 2) c 2 . .
Jumlah
1
n11
n12
. .
n1c
n1 .
2 . .
n 21
n 22
n 2c
n
. .
. .
. . . . . .
. .
. .
r
n r1
nr 2
. .
n rc
nr.
n .1
n .2
. .
n.c
n.. N
Jumlah
2.
Dimana : r
jumlah seluruh baris pada kolom ke- j : n . j n ij i 1 c jumlah seluruh kolom pada baris ke- i : n n i.
j 1 ij
r c
jumlah seluruh sampel : n.. n i 1 j 1 ij Bentuk Matriks Korespondensi Matriks korespondensi P didefinisikan sebagai matriks dari elemen-elemen matriks N dibagi jumlah keseluruhan N . N adalah matriks dengan elemenelemen tak negatif. (1) P (1 / n )N .. Dimana, n.. = jumlah total Vektor baris dan vektor kolom P dinotasikan oleh r P1 dan c P T 1 . Matriks diagonal dengan elemen-elemen vektor r dan c dinotasikan Dr dan D c dimana ri 0 , c j 0 untuk ( i = 1,2,..., r ), ( j = 1,2,..., c ) (Greenacre, 1984). D r diagonal (r ) dan Dc diagonal(c) Tabel 2 Proporsi Tabel Kontingensi Variabel II 1
2
3
. .
c
Massa Baris
1
p 11
p 12
p 13
. .
p rc
p1.
2
p 21
p 22
p 23
. .
p 2c
p 2.
3
p 31
p 32
p 33
. .
p 3c
p 3.
.
.
.
.
.
.
r
p r1
pr 2
pr3
. .
p rc
p r.
Massa Kolom
p .1
p .2
p .3
. .
p rc
1
Variabel I
.
.
3
Dimana : c
p i. p ij ; j 1
r
p. j pij ; i 1
r
c
p.. pij i 1 j 1
i = 1,2,..., r
j = 1,2,..., c Bentuk matriks diagonal jumlahan baris dan kolom dari matriks korespondensi adalah p1. 0 . . 0 p.1 0 . . 0 0 p2. 0 p.2 . . Dr . p3. . Dc . p.3 . . . 0 . . 0 0 . 0 . . 0 pi. . 0 p.j ~ r1T . R D r 1 P . ~ ri T
c~1T . C D c1 P T . c~T j
Profil vektor baris dan kolom didefinisikan sebagai elemen vektor-vektor baris dan kolom dari P dibagi dengan massanya. Sebanyak r profil baris anggota dari ruang berdimensi j ditulis dalam barisbaris R. Sebanyak c profil kolom anggota dari ruang berdimensi i ditulis dalam baris-baris C. Penguraian Nilai Singular Penguraian Nilai Singular digunakan untuk memperoleh koordinat baris dan kolom pada analisis korespondensi, dicari nilai singular yang merupakan salah satu atau metode yang sangat berguna dalam aljabar matrik yang melibatkan konsep eigen value atau dekomposisi singular. Penguraian nilai singular atau singular value decomposition (SVD) merupakan metode yang sangat berguna dalam aljabar matriks dan merupakan konsep yang membahas penguraian vektor ciri (eigen decomposition). Nilai singular digunakan untuk memperoleh koordinat baris dan kolom sehingga hasil analisis korespondensi dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik. (Greenacre, 1984). Nilai SVD dari P * adalah (2) P(*ixj ) U ix ( j 1) Λ ( j 1) x ( j 1) V( j 1) xj * Dimana, rank (P ) = rank ( P ) j 1 U T U V T V I ; Λ diagonal(1 , 2 ,...., j 1 ) ~ Maka SVD dari P adalah. c1 ~ (3) P P rc T UΛΛ T λ U V T j j j j1 Dengan, = Dr1/2 U ; = DC1/2 U Dimana, i = vektor kolom ke- i dari U ; j = vektor kolom ke- j dari V.
Kolom dari U mendefinisikan sumbu koordinat untuk menunjukkan profil kolom dari matriks P. Sehingga kolom dari V mendefinisikan sumbu koordinat untuk menunjukkan titik dari profil baris matriks P. Koordinat dari profil baris adalah: (4) X(ix( j 1)) Dr1 (ix1) V(ix( j 1)) Λ(( j 1) x( j 1)) Koordinat profil kolom adalah: Y(ix( j 1)) Dc1 (1xj) V( jx( j 1)) Λ(( j 1) x( j 1))
(5)
Penentuan Jarak Profil Jarak yang digunakan untuk dapat menggambarkan titik-titik pada plot korespondensi adalah jarak khi-kuadrat yang terdiri dari dua macam. a. Jarak antara dua titik ke- i dan ke- i ’, menurut Lebart et al (1984) adalah :
1 Pij Pi ' j Pi '. j 1 P. j Pi . c
d 2 (i, i' )
(6)
b. Jarak antara dua kolom ke- j dan ke- j ’ adalah : r
d 2 ( j, j ' ) i 1
Dengan, P
1 Pij Pij ' Pi. P. j P. j '
(7)
r c , pij 1 n i1j1
nij
Dimana, i = titik-titik baris ( i = 1,2,..., r ) j = titik-titik kolom ( j = 1,2,..., c ) Pi. = massa baris dari jumlahan baris matrik P P. j = massa kolom dari jumlahan kolom matrik P. Dalam jarak chi-square ini, pada setiap suku kuadratnya diboboti oleh kebalikan frekuensi masingmasing. Gagasan pe-ngambilan jarak chi-square ini didasarkan pada sifat-sifat sebaran yang sederajat (equivalenty distribusional) yaitu jika dua baris atau kolom memiliki profil sebaran serupa maka jarak antara keduanya adalah nol, sehingga titik yang dekat dapat dianggap sebagai satu titik tunggal. Dengan demikian akan dapat menyusutkan dimensi variabel, dengan tidak mengurangi informasi dari data asli. (Lebart, 1984). Jarak chi-square dapat dikonversikan menjadi nilai similarity dengan memberi tanda yang berlawanan pada nilai difference (Hair, 1998). Dimana nilai difference adalah. Difference = nilai ekspektasi – nilai aktual nilai Ekspektasi =
(total baris x total kolom) total keseluruhan
(8) (9)
Analisis Korespondensi Kanonik Analisis korespondensi kanonik atau Canonical Correspondence Analysis adalah metode ordinasi kanonik yang dikembangkan oleh Ter Braak pada
4
1986 dan diimplementasikan dalam program CANOCO (Legendre & Legendre, 2003). Analisis korespondensi kanonik merupakan pengembangan bentuk dari analisis korespondensi. Sebuah data tabel dalam Analisis korespondensi merupakan bentuk respon matriks N dari matriks W pada Analisis korespondensi kanonik. Dalam kasus ini adalah kelimpahan meiofauna pada lamun yang merupakan respon dari variabel lingkungan (sedimen). Matriks W distandarkan menggunakan pembobot mean dan standard deviation untuk tiap kolom. Matriks W standar diberi simbol . Pembobot diberikan oleh matriks doagonal Dc1/2, ini diterapkan untuk matriks W dimanapun itu terjadi dalam persamaan regresi sehingga menjadi: B = [ ' Dc ]–1 ' Dc1/2 (10) Dan = Dc1/2 B (11) Maka persamaan untuk perhitungan ini adalah: = Dc1/2 [ ' Dc ]–1 ' Dc1/2 (12) Dimana, B = parameter dalam persamaan regresi = matriks yang berisi nilai variabel lingkungan pada lamun yang telah distandarkan Dc = diagonal c
Koordinat variabel lingkungan dalam Analisis Korespondensi Kanonik
ˆU Z Dr1/2 Y
(13)
Dimana, Z = koordinat variabel lingkungan Dr = diagonal r U = eigen vektor Metodologi Penelitian Sumber Data Data yang diamati dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data Tugas Akhir mahasiswa S1 Biologi ITS, Ratna Mahardika Lestari (NRP:1506100031) tahun 2010. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 April 2010 di perairan seagrass bed (padang lamun) pantai Bama, Situbondo. Sampel meiofauna diambil dari daun lamun Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, dan Thalassia hemprichii saat air pasang siang hari menggunakan peralatan snorkeling. Tiap jenis lamun diambil tiga titik yang ditentukan secara random. Tiap titik diambil helai daun yang dibagi dua. Panjang daun dalam satu jenis lamun diambil yang mempunyai panjang relatif sama. Daun yang dipilih adalah daun yang tidak rusak. Kemudian daun tersebut diselubungi dengan plastik memanjang seperti Gambar 3. Setiap helai daun dan plastik pembungkusnya dimasukkan ke dalam botol plastik yang berisi
larutan pengawet formalin 4% dan perwarna eosin. Kemudian setiap plastik diberi label yang berisi lokasi, hari, waktu, dan titik pengambilan.
Gambar 3 Pengambilan Sampel Meiofauna
Sampel yang mengandung meiofauna tersebut disaring dengan menggunakan saringan bertingkat berukuran 0,5 mm mesh dan 0,063 mm mesh. Semua proses penyaringan tersebut dilakukan dalam ember berisi air yang telah difiltrasi dengan plankton net ukuran 0,042 mm mesh. Sampel yang digunakan hanya sampel yang tertinggal pada saringan dengan mesh 0,063 mm. Setelah disaring dan hendak diamati, sampel dituang ke dalam cawan petri yang telah berisi alkohol 70%. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop stereo. Pengukuran variabel lingkungan menghasilkan data tentang variabel lingkungan di vegetasi lamun. Variabel yang diukur adalah: a. Salinitas Salinitas diukur dengan menggunakan hand salino-refractometer “ATAGO ®” yang memiliki tingkat ketelitian hingga 1 ‰. b. Dissolved Oxygen (DO) Kadar oksigen terlarut (DO) diukur menggunakan alat DO meter digital “EUTECH ®”. c. pH pH diukur dengan menggunakan pH meter “LEUNTORNS ®” d. Suhu Suhu diukur dengan menggunakan termometer air raksa “PYREX ®”. e. Tipe Partikel Sedimen Tipe sedimen dianalisis dengan metode sebagai berikut: 1. Pada setiap titik pengambilan sampel meiofauna diambil ± 0,5 kg sedimen dasar. 2. Sedimen dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 800C selama 3 – 4 hari. 3. Berat kering sedimen ditimbang. 4. Sedimen disaring menggunakan saringan bertingkat ukuran 2 mm dan 0,063 mm, dan sisa
5
sedimen yang lolos saringan bertingkat ditampung dalam wadah. 5. Sisa sedimen dalam wadah diendapkan ± 15 menit lalu dibuang airnya sehingga tersisa sedimen yang mengendap. 6. Masing-masing sedimen dibungkus dengan kertas dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 800C selama 3-4. 7. Berat kering masing-masing tipe sedimen ditimbang dan dihitung presentasenya. Metode Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan analisis deskriptif terhadap data untuk melihat karakteristik persebaran meiofauna pada jenis lamun yang dipengaruhi variabel lingkungan. 2. Dilakukan Analisis Korespondensi untuk mengetahui kecenderungan persebaran meiofauna pada jenis lamun. Analisis Korespondensi dilakukan setelah uji dependensi, untuk mengetahui hubungan antar vegetasi lamun. H0 : Tidak ada hubungan antara jenis lamun dengan persebaran meiofauna. H1 : Ada hubungan antara jenis lamun dengan persebaran meiofauna. 3. Dilakukan Analisis Korespondensi Kanonik untuk mengetahui kecenderungan persebaran meiofauna pada jenis lamun yang dipengaruhi variabel lingkungan. Analisis dan Pembahasan Analisis yang digunakan dalam Tugas Akhir ini meliputi Analisis Deskriptif, Analisis Korespondensi, dan Analisis Korespondensi Kanonik. Analisis Deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik data persebaran meiofauna terhadap lamun. Analisis Korespondensi digunakan untuk mengetahui kecenderungan persebaran meiofauna pada lamun. Analisis Korespondensi Kanonik digunakan untuk mengetahui kecenderungan persebaran meofauna terhadap lamun yang dipengaruhi oleh variabel lingkungan. Statistika Deskriptif Metode statistik yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dari data adalah statistik deskriptif. Data yang diamati merupakan kelimpahan meiofauna pada lamun di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo. Komposisi Meiofauna pada Lamun Pengamatan terhadap sampel lamun Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Enhalus acoroides di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran,
Situbondo ditemukan 252 individu meiofauna dari ketiga lamun seperti pada Lampiran 1. Setiap lamun diambil satu helai daun yang dipisah menjadi dua bagian, yaitu ujung daun dan pangkal daun. Pengambilan sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Tabel 3 Data Persebaran Meiofauna pada Lamun Meiofauna
Bagian daun
Jumlah meiofauna (individu) 115 146 31
Enhalus acoroides
Ujung
Thalassia hemprichii
Ujung
35
Pangkal
29
Cymodocea rotundata
Ujung
20
Pangkal
22
Pangkal
64 42
Keragaman meiofauna (taksa) 17 19 10 13 9 9 9
% Individu 57.9%
16
25.4%
11
16.7%
Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata 84 individu meiofauna setiap helai daun lamun. Meiofauna paling banyak ditemukan pada lamun Enhalus acoroides dengan jumlah 146 individu atau 57,94%. Meiofauna paling sedikit ditemukan adalah pada lamun Cymodocea rotundata dengan jumlah 42 individu atau 16,66%. Keragaman tertinggi ditemukan pada lamun Enhalus acoroides (19 taksa) dan paling rendah pada Cymodocea rotundata (11 taksa). Jumlah meiofauna yang ditemukan pada ujung daun lebih banyak dari pada pangkal daun kecuali pada lamun Cymodocea rotundata seperti pada Tabel 3. Tabel 4 Data Persebaran Meiofauna pada Lamun Enhalus acoroides
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Meiofauna (taksa) Harpacticoida Cyatholaimus Ostracoda Spirorbidae Prosobranchia Dinophilidae Pisionidae Peneroplis Syllidae Turbellaria Gammaridae Hydracarina Desmocolex Nereidae Halacaroidea Bryozoa Ciliophora Labidoplax buskii Collembola Jumlah
Ujung Pangkal Daun Daun 34 8 23 0 18 2 9 10 7 1 4 2 4 2 2 3 4 0 3 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 115 31
Persen 28.77% 15.75% 13.70% 13.01% 5.48% 4.11% 4.11% 3.42% 2.74% 2.05% 1.37% 0.68% 0.68% 0.68% 0.68% 0.68% 0.68% 0.68% 0.68% 1
Jumlah individu dan jumlah taksa meiofauna lebih banyak pada daun Enhalus acoroides diban-
6
dingkan Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata, hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh alga epifit pada daun lamun. Pada penelitian ini, tampak daun Enhalus acoroides mempunyai penutupan alga epifit yang lebih luas dibanding Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata. Jumlah meiofauna sangat erat hubungannya dengan luas tutupan alga pada permukaan daun (Kiswara, 1994). Meiofauna pada daun lamun selain dipengaruhi oleh kuat arus yang melintas di perairan, juga dipengaruhi oleh lebar daun lamun tersebut (Jernakoff et al., 1996 dalam Susetiono, 2004). Panjang daun Enhalus acoroides (± 60 cm) lebih panjang dari pada Thalassia hemprichii (± 20 cm) dan Cymodocea rotundata (± 15 cm). Meiofauna jenis harpacticoida (kelas Copepod) merupakan meiofauna yang ditemukan terbanyak pada lamun Enhalus acoroides, yaitu 42 individu atau 28,77%. Meiofauna yang ditemukan paling sedikit pada lamun Enhalus acoroides adalah jenis Halacaroidea, Hydracarina, Desmocolex, Nereidae, Bryozo, Ciliophora, Labidoplax buskii, dan Colembola dengan jumlah masing-masing 1 individu atau 0,68%. Meiofauna yang ditemukan pada lamun Enhalus acoroides lebih banyak pada ujung daun dari pada pangkal daun, kecuali pada meiofauna jenis Spirorbidae, Peneroplis, Nereidae, dan Colembola seperti Tabel 4. Tabel 5 Data Persebaran Meiofauna pada Lamun Thalassia hemprichii
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Daun Lamun Persentase Ujung Pangkal Harpacticoida 8 6 21.88% Spirorbidae 5 6 17.19% Cyatholaimus 3 7 15.63% Dinophilidae 6 1 10.94% Ostracoda 2 2 6.25% Polygordiidae 0 4 6.25% Syllidae 3 0 4.69% Prosobranchia 1 1 3.13% Bivalvia 2 0 3.13% Pisionidae 1 0 1.56% Peneroplis 1 0 1.56% Hydracarina 0 1 1.56% Gammaridae 0 1 1.56% Desmocolex 1 0 1.56% Nereidae 1 0 1.56% Halacaroidea 1 0 1.56% Jumlah 35 29 1 Meiofauna
Meiofauna jenis harpacticoida (kelas Copepod) merupakan meiofauna yang ditemukan terbanyak pada lamun Thalasia hemprichii, yaitu 14 individu atau 21,88%. Meiofauna yang ditemukan paling sedikit pada lamun Thalasia hemprichii adalah jenis Pisionidae, Peneroplis, Hydracarina, Gammaridae, Halacaroidea, Desmocolex, dan Nereidae dengan jumlah masing-masing 1 individu atau 1,56%. Meiofauna
yang ditemukan pada ujung daun lebih banyak dari pada pangkal daun kecuali pada meiofauna jenis Spirobidae, Cyatholamus, polygordidae, Hydracarina, dan Gammaridae seperti Tabel 5. Meiofauna jenis Cyatolaimus (kelas Nematoda) didapatkan dengan jumlah terbanyak pada lamun Cymodocea rotundata, (12 individu atau 28,57 %), sedangkan yang paling sedikit adalah meiofauna jenis Prosobrancia (1 individu atau 2,38%). Meiofauna yang ditemukan pada ujung daun lebih sedikit dari pada pangkal daun seperti Tabel 6. Tabel 6 Data Persebaran Meiofauna pada Lamun Cymodocearotundata
No.
Meiofauna
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Cyatholaimus Harpacticoida Spirorbidae Ostracoda Dinophilidae Hydracarina Pisionidae Syllidae Peneroplis Turbellaria Prosobranchia Jumlah
Daun Lamun Ujung Pangkal 5 7 3 2 3 2 2 3 2 1 1 2 0 2 0 2 2 0 1 1 1 0 20 22
Persentase 28.57% 11.90% 11.90% 11.90% 7.14% 7.14% 4.76% 4.76% 4.76% 4.76% 2.38% 1
Meiofauna jenis Copepod merupakan meiofauna yang ditemukan terbanyak dan merupakan organisme yang umum menempati permukaan daun pada lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii, karena meiofauna ini penting sebagai sumber makanan ikan yang berasosiasi dengan lamun (Hall dan Bell, 1993 dalam Kiswara, 1994). Komposisi Variabel Lingkungan Hasil pengamatan variabel lingkungan pada tempat hidup ketiga lamun (Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides) menunjukkan bahwa terdapat kesamaan hasil pengukuran antar jenis lamun yaitu pada suhu, DO, salinitas, dan pH. Hasil pengukuran ini dikarenakan karakteristik topografi dan oceanografi di substrat ketiga lamun adalah sama. Variabel lingkungan yang menunjukkan ada perbedaan pada ketiga lamun adalah sedimen tempat tumbuh (substrat) lamun. Sedimen dalam penelitian ini berupa komposisi jenis sedimen. Jenis sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu lumpur (sedimen dengan ukuran <0,063 mm) dan pasir (sedimen dengan ukuran 0,063 - 2 mm). Komposisi sedimen ditunjukkan dalam persen. Penambahan persentase lumpur mengakibatkan berkurangnya persentase pasir, begitu juga sebaliknya. Dari komposisi tersebut, didapatkan informasi bahwa sedimen pasir terdapat dominan pada
7
Tabel 8 Data Meiofauna dan Lamun
Variabel Lingkungan Salinitas DO Suhu pH Sedimen Pasir Sedimen Lumpur
Lamun Enhalus Thalassia Cymodocea acoroides hemprichii rotundata 33 ‰ 33 ‰ 33 ‰ 6,49 mg/l 6,49 mg/l 6,49 mg/l 30o 30o 30o 8 8 8 95.59%
94.43%
85.99%
4.41%
5.57%
14.01%
Komposisi jenis sedimen pada substrat lamun digunakan untuk menentukan tipe sedimen. Tipe sedimen ditentukan dengan menggunakan segitiga Shepard (Minarto et al, 2008) yang mengacu pada komposisi jenis sedimen seperti pata Tabel 7. Segitiga Shepard menunjukkan tipe sedimen untuk ketiga lamun adalah pasir. Suhu lingkungan pada ketiga lamun dalam penelitian ini adalah 30OC. Suhu yang optimum untuk perkembangan meiofauna adalah 20–30ºC. Pada kisaran suhu yang tinggi sekitar 33–50ºC, menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan daur hidup, dan penurunan suhu menyebabkan perpanjangan waktu pergantian generasi (Heip et al. 1985 dalam Anonim, 2009). Hal ini menunjukkan lokasi tersebut mempunyai suhu yang optimum untuk perkembangan meiofauna. Analisis Korespondensi Analisis Korespondensi digunakan untuk melihat kecenderungan persebaran meiofauna pada lamun. Data persebaran meiofauna pada daun lamun terdiri dari nama meiofauna dan lamun seperti pada Tabel 8. Lamun yang diteliti dalam penelitian ini adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Data yang akan dianalisis menggunakan Analisis Korespondensi terlebih dahulu dilihat dependensinya. Proses ini dilakukan untuk mempermudah dalam anaisis, karena data yang tidak memiliki hubungan menyulitkan pembahasan pada Analisis Korespondensi atau Analisis Korespondensi Kanonik. Pengujian hubungan antara lamun dan meiofauna dilakukan menggunakan Uji Chi-Square Pearson.
Meiofauna-lamun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1
2
3
Cymodocea rotundata
Tabel 7 Hasil Pengamatan Variabel Lingkungan
Thalassia hemprichii
Hipotesis untuk uji dependensi adalah sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara lamun dengan persebaran meiofauna. H1 : Ada hubungan antara lamun dengan persebaran meiofauna
Enhalus acoroides
substrat ketiga lamun yaitu 95,59% pada lamun Enhalus acoroides, 94,43% pada lamun Cymodocea rotundata, dan 85,99% pada lamun Thalassia hemprichii. Sedangkan sedimen lumpur memiliki jumlah yang sangat sedikit seperti pada Tabel 7.
42 24 19 20 6 8 6 4 5 1 0 3 1 1 0 1 1 1 1 1 0 145
14 10 11 4 7 1 1 3 1 1 4 0 1 1 2 1 0 0 0 0 1 63
Harpacticoida Cyatholaimus Spirorbidae Ostracoda Dinophilidae Prosobranchia Pisionidae Syllidae Peneroplis Hydracarina Polygordiidae Turbellaria Halacaroidea Gammaridae Bivalvia Nereidae Bryozoa Labidoplax buskii Collembola Desmocolex Halalaimus Jumlah
5 12 5 5 4 1 2 2 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41
Jumlah
61 46 35 29 17 10 9 9 8 4 4 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 249
Pengujian hubungan atau dependensi dilakukan terhadap jenis meiofauna dengan taksa paling rendah yang ditemukan di lamun seperti pada Tabel 8. Hasil pengujian Chi-Square menunjukkan p-value 0,155. Nilai p-value lebih dari 0,05 memiliki arti diterimanya hipotesis awal (H0). Uji ini menunjukkan tidak ada hubungan antara lamun dengan meiofauna. Nilai ekspektasi kurang dari 5 sebanyak 76,2% (48 sel). Tabel 9 Hasil Uji Chi-Square Data Meiofauna dan Lamun Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided) .155 .120
Pearson Chi-Square 49.030a 40 Likelihood Ratio 50.705 40 Linear-by-Linear .393 1 .531 Association N of Valid Cases 249 a. 48 cells (76.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16.
8
Thalassia hemprichii
Polychaeta Harpacticoida Cyatholaimus Ostracoda Prosobranchia Jumlah
35 42 24 20 8 129
27 14 10 4 1 56
1 2 3 4 5
Cymodocea rotundata
meiofauna:lamun
Enhalus acoroides
Tabel 10 Data Meiofauna dan Lamun yang Mendukung Analisis
Jml
13 75 5 61 12 46 5 29 1 10 36 221
Gambar 4 menunjukkan kedekatan atau kecenderungan persebaran meiofauna pada lamun. Titik persegi berwarna merah muda adalah simbol dari jenis lamun yang diamati. Titik bulat berwarna biru adalah simbol dari jenis meiofauna yang hidup di lamun. Lamun Enhalus acoroides cenderung dihuni meiofauna Prosobranchia, Ostracoda, dan Harpacticoida. Lamun Thalassia hemprichii memiliki cenderung dihuni meiofauna jenis Polychaeta. Lamun Cymodocea rotundata cenderung dihuni meiofauna jenis Cyatholaimus. Analisis Korespondensi Kanonik Persebaran meiofauna pada lamun dipengaruhi beberapa variabel, salah satu variabel yang berpengaruh dan memiliki perbedaan dari satu lamun dengan lainnya adalah persentase jenis sedimen. Sedimen substrat lamun dibedakan menjadi dua yaitu pasir dan lumpur. Dilakukan Analisis Korespondensi Kanonik terhadap data persebaran meiofauna pada lamun. Data meiofauna, lamun, dan sedimen yang dianalisis seperti pada Tabel 11. Komposisi sedimen pada substrat lamun berpengaruh terhadap tumbuhnya jenis lamun. Pengaruh ini ditunjukkan dengan kecenderungan suatu substrat lamun yang ditumbuhi lamun tertentu. Plot Analisis Korespondensi Kanonik menunjukan kecenderungan ini dengan simbol panah. Simbol dari lamun adalah persegi berwarna merah muda, sedangkan bulatan biru adalah simbol dari meiofauna seperti pada Gambar 5 dan Gambar 6. Tabel 11 Persebaran Meiofauna pada Lamun dan Komposisi Sedimen
Lamun
0.8
Cymodoce a rotundata
Cyatholaim 0.6 us
Ostracoda
0.4
Prosobran chia
0.2 0 -0.8
-0.6
-0.4
-0.2
-0.2
0
0.2
0.4
Enhalus acoroides 0.6 0.8
1
Polychaeta Harpacticoida Cyatholaimus Ostracoda Prosobranchia Sedi > 0,063 mm Men < 0,063 mm
Meiofauna
1
Enhalus acoroides
Data pada Tabel 10 dilakukan Analisis Korespondensi. Plot Analisis Korespondensi menunjukkan kecenderungan persebaran meiofauna pada lamun seperti Gambar 4.
1.2
35 42 24 20 8 95.59% 4.40%
Thalassia hemprichii Cymodocea rotundata
Data yang digunakan dalam uji ini dikatakan memenuhi apabila nilai ekspektasi kurang dari 5 tidak lebih 20%. Data persebaran meiofauna pada lamun seperti Tabel 9 kurang mendukung untuk Analisis Korespondensi. Kurang mendukungnya data untuk Analisis Korespondensi karena lebih dari 20% data dengan nilai ekspektasi kurang dari 5. Langkah yang dapat ditempuh agar data memiliki hubungan adalah tidak diikutkannya beberapa meiofauna dalam analisis dan menaikkan beberapa meiofauna ke tingkatan yang lebih tinggi. Meiofauna jenis Dinophilidae, Spirorbidae, Pisionidae, Nereidae, Syllidae, dan Polygordiidae dinaikkan tingkatannya menjadi jenis Polychaeta. Beberapa meiofauna tidak diikutkan dalam analisis. Maiofauna yang diikutkan dalam analisis seperti pada Tabel 10. Nilai ekspektasi < 5 terdapat 20% dan hasil pengujian Chi-Squre menunjukkan p-value 0,039 terhadap data seperti Tabel 10 sehingga data sudah dependen dan dapat dilanjutkan Analisis Korespondensi.
27 13 14 5 10 12 4 5 1 1 94.43% 86.00% 5.57% 14.00%
Polychaeta -0.4
Thalassia hemprichi-0.6 i -0.8
Harpactico ida
-1
Gambar 4 Plot Analisis Korespondensi Persebaran Meiofauna pada Lamun
Arah panah %lumpur pada Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh bertambahnya persentase sedimen lumpur terhadap lamun Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotunata. Pantai dengan kandungan sedimen lumpur yang paling sedikit cenderung ditumbuhi oleh lamun Enhalus Acoroides. Lamun Enhalus Acoroides cenderung dihuni meiofauna jenis Harpacticoida, Prosobranchia, dan
9
Ostracoda. Secara tidak langsung, meiofauna jenis Harpacticoida, Prosobranchia, dan Ostracoda dipengaruhi oleh sedimen lumpur. 1
Cymodocea rotundata0.8 0.6 Cyatholaimu s
% lumpur
Ostracoda
0.4
Prosobranch ia
0.2
0 -0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
Enhalus acoroides 0.6 0.8
1
1.2
-0.2
Polychaeta Thalassia hemprichii
Harpacticoi da
-0.4
-0.6
-0.8
-1
Gambar 5 Pengaruh Sedimen Lumpur dalam Plot Analisis Korespondensi Kanonik Meiofauna, Lamun, dan Sedimen
Pantai dengan kandungan sedimen lumpur yang paling banyak cenderung ditumbuhi oleh lamun Cymodocea rotunata. Sedangkan lamun Cymodocea rotunata cenderung dihuni meio-fauna jenis Cyatholaimus. Secara tidak langsung, meiofauna jenis Cyatholaimus dipengaruhi oleh sedimen lumpur. Arah panah %pasir seperti Gambar 6 menunjukkan pengaruh bertambahnya persentase sedimen pasir terhadap lamun Cymodocea rotunata, Thalassia hemprichii, dan Enhalus acoroides. Pantai dengan kandungan sedimen pasir yang paling sedikit cenderung ditumbuhi oleh lamun Cymodocea rotunata. Lamun Cymodocea rotunata cenderung dihuni meiofauna jenis Cyatholaimus. Secara tidak langsung, meiofauna jenis Cyatholaimus dipengaruhi oleh sedimen pasir. 1 0.8 Cymodocea rotundata Cyatholaimu 0.6 s 0.4
Ostracoda
0.2 0 -0.8
-0.6
-0.4
-0.2
-0.2
Polychaeta Thalassia hemprichii
-0.4
0
0.2
0.4
Prosobranch ia Enhalus acoroides 0.6 0.8 1
1.2
Harpacticoi da
-0.6 -0.8
pasir -1
Gambar 4.3 Pengaruh Sedimen Pasir dalam Plot Analisis Korespondensi Kanonik Meiofauna, Lamun, dan Sedimen
Pantai dengan kandungan sedimen pasir yang paling banyak cenderung ditumbuhi oleh lamun Enhalus Acoroides. Lamun Enhalus Acoroides cenderung dihuni berurutan oleh meio-fauna jenis Harpacticoida, Prosobranchia, dan Ostracoda. Secara tidak langsung, meiofauna jenis Harpacticoida, Prosobranchia, dan Ostracoda dipengaruhi oleh sedimen pasir. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Variabel lingkungan yang menunjukkan perbedaan adalah komposisi sedimen pasir dan lumpur pada substrat ketiga lamun. Perbedaan komposisi lumpur dan pasir pada pantai mempengaruhi persebaran meiofauna pada lamun. Pantai dengan kandungan sedimen lumpur yang paling sedikit cenderung ditumbuhi oleh lamun Enhalus Acoroides. Pantai dengan kandungan sedimen lumpur yang paling banyak cenderung ditumbuhi oleh lamun Cymodocea rotunata. Pantai dengan kandungan sedimen pasir yang paling sedikit cenderung ditumbuhi oleh lamun Cymodocea rotunata. Pantai dengan kandungan sedimen pasir yang paling banyak cenderung ditumbuhi oleh lamun Enhalus Acoroides. Lamun Enhalus acoroides cenderung dihuni meiofauna jenis Prosobranchia, Ostracoda, dan Harpacticoida. Lamun Thalassia hemprichii cenderung dihuni meiofauna jenis Polychaeta. Lamun Cymodocea rotundata cenderung dihuni meiofauna jenis Cyatholaimus. Saran Penelitian di Pantai Bama berikutnya diharapkan meiofauna Polychaeta yang cenderung ditemukan di lamun Thalassia hemprichii diamati pada tingkatan yang lebih rendah misalnya ordo atau spesies.
Daftar Pustaka Agresti, Alan. (1990). An Introduction Categorical Data Analysis. Canada: John Willey & Sons. Anonim. (2009). zulkifliipbbab1. Retrieved 03 3, 2010, from www.damandiri.or.id: http://www .damandiri.or.id/file/zulkifliipbbab1.pdf Benzecri, J.P,. (1992), Correspondence Analysis Handbook, Dallas, Texas. De Leeuw, J., & Mair, P. (2008). Simple and Canonical Correspondence Analysis Using the R Package anacor. Journal of Statistical Software . De Troch, M., G., S., Fiers, F., & Vincx, M. (2001). Zonation and structuring factors of meiofauna communities in a tropical seagrass bed (Gazi Bay, Kenya). Journal of Sea Research, 45-61. Diffenauer, D. A. (2000). Job satisfaction and Perceived Organization Culture ou U.S. Military affiliated Personal.
10
Edgar, G. J., Shaw, C., Watson, G., & Hammond, L. S. (1994). Comparisons of species in floating detritus at a mangrove island, Twin Cays, Belize. Journal experiment Marine Biology Ecology, 176 , 201-226. Funch, P. dan R. M. Kristensen. (2002). Coda: The micrognathoz – a new class or phylum of freshwater meiofauna?. Freshwater meiofauna: Biology and ecology, 337 – 348. Greenacre, J. (1984), Theory and Application of Correspondence Analysis, Academic Press. London. Hair, J. F. Jr, et al. (1998) Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall, New Jersey. Higgins, R. P. and H. Thiel. (1988). Introduction to the Study of Meiofauna. London: Smathsonian Instituen Press Washington, D.C.
Iriawan, Nur. & Astuti, S.P. (2006). Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Andi. Johnson, R.A. and D.W. Wichern. (1988). Applied Multivariate Statistical Analysi. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Kiswara, W. (1997). Biomas Biota Penempel pada Daun Enhalus Acoroides di Teluk Kuta Lombok Selatan. Seminar Biologi XV (pp. 1-8). Lampung: Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Lampung - Universitas Lampung. Kiswara, W., & Winardi. (1994). Keanekaragaman dan Sebaran Lamun di Teluk Kuta dan Teluk Gerupuk Lombok Selatan. Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya (pp. 1533). Jakarta: Puslitbang Oseanologi-LIPI.
Kittler, J.E., Menard, W. & Phillips, K.A. (2007). Weight concerns in individuals with body dysmorphic disorder. Eating Behaviors, 8. (pp. 115-120). Lebart, L., Morineau, A. Dan Marwick, K. M. (1984) Multivariate Descriptive Statistical Analysis: Correspondence Analysis and Related
Technique for Large Matrices, John Wiley & Sons, New York. Analisis Chapter 11. Minarto, E., et al.(2008). Kaitan Aktivitas Vulkanik Dengan Distribusi Sedimen dan Kandungan Suspensi di Perairan Selat Sunda. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Montgomery, D. C. (2001). Design and Analysis of Experiments .5th edition. Newyork: wiley. Legendre, L., & Legendre, P. (2003). Numerical ecology 2nd English Edition. Amsterdam: Elsevier Scientific Publ. Co. Ngangi, E. L. (2003). Pemanfaatan, ancaman, dan pengelolaan ekosistem padang lamun. Bogor: IPB. Schneider, F. I. and K. H. Mann. (1991). Species specific relationships of invertebrates to vegetation in a seagrass bed: II. Experiments on the importance of macrophyte shape, epiphyte cover and predation. J. Exp. Mar. Biol. Ecol 145 (pp.119 – 139) Soemodiharjo, S., O. H. Arinardi, dan I. Aswandy. (1994). Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun di Pulau Lombok, Indonesia (pp. 34-36). Jakarta: Puslitbang Oseanologi – LIPI. Susetiono. (1998). Migrasi Horisontal Meiofauna diantara Lamun Monospesies Teluk Kuta Lombok. Aksentuasi dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya Kelautan Untuk Membangun Kawasan Timur Indonesia (pp. 19). Ujung Pandang: Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin. Susetiono.(2004). Fauna padang lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Pusat Jakarta:Penelitian Oseanografi – LIPI. Wiley John & Son. (1983). Multivariate Observations. John Wiley & Sons, Inc. Wimbaningrum, R. (2003). Komunitas Lamun di Rataan Terumbu, Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Jurnal ILMU DASAR 4 (pp. 25 – 32).