Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP DILUAR PENGADILAN Oleh: Zainal Abidin Pakpahan, S.H.,MH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu (
[email protected]) ABSTRAK Bentuk-bentuk proses penyelesaian sengketa pada hakikatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a). proses peradilan (ajudikasi) dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu, 1. Litigasi (proses Pengadilan), 2. Arbitrase, b). proses konsensual (non ajudikasi) atau di sebut sebagai alternatif penyelesaian sengketa (APS/ADR) seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi, konsultasi, penilaian/ pendapat ahli, evaluasi netral dini (early neutral evaluation), pencarian fakta netral (neutral fact-finding). Dengan berbagai macam alternatif penyelesaian sengketa yang ada, sehingga disini penulis lebih memfokuskan terhadap mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa diluar Pengadilan. Penelitian ini hanya bersifat Normatif yang mengkaji dari sisi peraturan perundangundangan. Maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini yaitu, bagaimana pelaksanaan mediasi sebagai alternatif dalam menyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan, dan bagaimana cara penyelesaiannya dengan bentuk mediasi sebagai bagian dari penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup juga dapat dilakukan melalui pengadilan atau diluar pengadilan dalam hal ini dapat dijelaskan didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab XIII bagian kesatu yang terdapat didalam pasal 84 ayat (1,2,3) yang menyatakan: ayat (1) “penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan. Pada ayat (2) “pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara sukarela oleh para pihak yang bersengketa. Pada ayat (3) ”gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh satu atau para pihak yang bersebngketa”. Sesuai yang diamanatkan dalam pasal tersebut dapat di interpretasikan bahwa penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat dilakukan dengan melalui jalur mediasi di lingkungan pengadilan dan di luar lingkungan pengadilan yang sudah dapat disepakati para pihak yang bersengketa. Disarankan kepada stakholders agar kiranya dapat menjadikan PERMA No. 01 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan sebagai prodak peraturan perundang-undangan agar penyelesaian dengan jalur mediasi yang dibantu oleh seorang mediator dapat lebih terkoordinir dengan baik. Kata Kunci: Mediasi, Lingkungan Hidup, Pengadilan I.
PENDAHULUAN
kita
sehingga
1.1 Latar Belakang Masalah
sistem
menjadikan
yang dapat
sebuah
menyelesaikan
Pada dasarnya pengambilan
perkara para pihak yang bersengketa
kata mediasi itu berawal dari negeri
dengan jalur perdamaian. Dalam hal
tercinta Indonesia yang ketika itu di
ini seluruh dunia mengadopsi sifat
sebut sebgai musyawah mupakat yang
prilaku yang dahulunya dilakukan
merupakan hasil dari nenek moyang
oleh bangsa ini. Akan tetapi kenapa
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 98
Zainal Abidin Pakpahan
Negara-negara
ISSN Nomor 2337-7261
yang
lebih
mengimplementasikan musyawah
tersebut?
pengalaman
Negara-negara
dahulu
yang
sistem
seperti, UU No. 23 tahun 1997 jo UU
Juga
dari
No.
lainlah
mengatur
32
tentang
tahun
Perlindungan
2009
dan
mediasi
tentang
Pengelolaan
yang menerapakan sistem mediasi ini
Lingkungan Hidup, UU No. 18 tahun
terlihat dampak yang positif terhadap
1999 tentang Jasa Kontruksi, UU No.
penyelesaian
08 tahun 1999 tentang Perlindungan
Indonesia
sengketa,
mulai
sehingga
menjajaki
atau
Konsumun, UU No. 30 tahun 2000
melangkah untuk menerapkan sistem
tentang Rahasia Dagang, UU No. 31
mediasi di pengadilan juga diluar dari
tahun 2000 tentang Desain Industri,
pengadilan.
UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten,
Eksistensi
dasar
hukum
UU No. 15 tanun 2001 tentang Merek,
mediasi di indonesia sebagai alternatif
UU No. 02 tahun 2004 tentang
penyelesaian
Pengadilan Hubungan Industrial, UU
sengketa
diluar
pengadilan dapat dilihat dalam pasal
No.
130 HIR dan pasal 154 RBG yang
Ombudsman RI, UU No. 39 tahun
telah mengatur lembaga perdamain.
1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU
Hakim
dahulu
No. 40 tahun 1999 tentang Pers, UU
yang
No. 32 tahun 2009 pasal 29 tentang
perkaranya
Kesehatan, UU No. 14 pasal 40
diperiksa, juga SEMA No 1 tahun
tentang Keterbukaan Informasi, UU
2002 tentang pemberdayaan lembaga
No. 25 tahun 2005 tentang Pelayanan
perdamaian dalam pasal 130 HIR/154
Publik,
Rbg, dan PERMA No 02 tahun 2003
No.8/5/PBI/2006
tentang
pembentukan
wajib
mendamaikan berperkara
terlebih para
sebelum
prosedur
pihak
mediasi
di
37
tahun
2008
Peraturan
tentang
B.I, tentang
lembaga
mediasi
Perbankan1.
Pengadilan, PERMA No 01 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di
Dalam
hal
ini
lingkungan
Pengadilan serta Mediasi atau APS di
hidup merupakan salah satu sumber
luar Pengadilan diatur dalam pasal 6
daya alam yang memiliki peran yang
UU No. 30 tahun 1999 tentang
sangat strategis terhadap keberadaan
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
makhluk
ciptaan
tuhan
termasuk
Sengketa. Sedangkan
perundang1
Sri Mamudji, Materi Pelatihan Sertifikasi Mediator, Jakarta: IICT, 2009. Hal. 99
undangan yang lainnya juga banyak
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 99
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
adalah manusia itu sendiri dan juga
meningkatkan nilai efektivitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, disamping akan membuka peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup sebagaimana yang dimaksud pada yat ini dapat berupa data, keterangan atau informasi lain yang berkenaandengan pengelolaan lingkungan hidup yang menburut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup, baik pemnantuan, penataan maupun pemantauan perubahan kualitas lingkungan hidup, dan rencana tata ruang”.
makhluk lainnya. oleh karena itu manusia sebagai subjek lingkungan hidup yang memiliki peranan yang sangat penting atas kelangsungan lingkungan hidup yang berada di sekitarnya.
Undang-undang
lingkungan hidup telah memberikan peranan
kepada
memberikan
manusia
untuk
peranannya
dalam
pengelolaan lingkungan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (1) UU Nomor
23
pengelolaan
Tahun
1997
tentang
lingkungan
hidup,
dinyatakan “ setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup
Peraturan Mahkamah Agung
yang baik dan sehat”. hak atas
RI (Perma RI) Nomor 1 Tahun 2008,
lingkungan yang sehat dan baik ini
menyebutkan bahwa mediasi sudah
berkaitan pula dengan hak dengan informasi peranan
lingkungan dalam
hidup
dimasukkan kedalam proses peradilan
dan
formal dalam pasal 2 ayat 1 yang
pengelolaan
menegaskan bahwa semua perkara
2
lingkungan hidup .
perdata yang diajukan kepengadilan
Sehubungan dengan informasi lingkungan
hidup
ini,
wajib
dalam
didahulukan
penyelesaian
melalui perdamaian dengan bantuan
penjelasan pasal 5 ayat (2) UU Nomor
mediator. Tidak menenmpuh prosedur
23 tahun 1997 dinyatakan bahwa:
mediasi berdasarkan peraturan ini
“hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkunagan hidup yang berlandaskan kepada asas keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan
merupakan
pelanggaran
terhadap
ketentuan pasal 130 HIR dan atau 154 RBG
yang mengakibatkan putusan
batal demi hukum. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang proses mediasi harus memerlukan beberapa
2
Supriadi, “Hukum Lingkungan di Indonesia”, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), Cet ke-6. Hal. 183
tahapan. Dalam sidang pertama yang
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 100
Zainal Abidin Pakpahan
dihadiri
ISSN Nomor 2337-7261
para
mewajibkan
para
berperkara terlebih
pihak, pihak
menempuh dahulu
sebelum
hakim
melakukan proses mediasi di luar
yang
pengadilan dengan kesepakatan para
mediasi
pihak mengenai siapa yang akan
sidang
ditunjuk menjadi mediatornya.
dilanjutkan ketahap selanjutnya dan
Jika
para
pihak
tidak
para pihak memilih para mediator dan
menghendaki kesepakatan perdamaian
hakim menunjuk dan menetapkan
dikuatkan kedalam akta perdamaian,
mediator dan sekaligus menyerahkan
kesepakatan
fhoto copy berkas perkara kepada para
membuat klausul pencabutan gugatan
mediator. Bila tercapai kesepakatan
dan atau klausula yang menyatakan
dalam proses mediasi maka para pihak
perkara telah selesai4.
merumuskan kesepakan secara tertulis
Bentuk-bentuk
dan
memberitahukan
hasil
perdamaian
penyelesaian
harus
proses
sengketa
kesepakatan itu kepada hakim untuk
hakikatnya
memenuhui pengukuhan kesepakatan
sebagai berikut: a). proses peradilan
sebgai akta perdamaian oleh hakim3.
(ajudikasi) dapat dibagi menjadi dua
Dengan
diklasifikasikan
kasus
komponen yaitu, 1. Litigasi (proses
lingkungan hidup yang selalu terjadi
Pengadilan), 2. Arbitrase, b). proses
di tengah-tengah masyarakat baik itu
konsensual (non ajudikasi) atau di
bentrok dengan perusahan yang ada di
sebut sebagai alternatif penyelesaian
sekeliling
sengketa
(APS/ADR)
negosiasi,
mediasi,
terjadi
berbagai
dapat
pada
masyarakat
diantara
juga
mereka,
dapat
sehingga
seperti konsiliasi,
setiap person ingin mempertahankan
konsultasi, penilaian/ pendapat ahli,
hak dan tuntutannya. Maka dapat
evaluasi netral dini (early neutral
dilakukan dengan tahap penyelesaian
evaluation), pencarian fakta netral
sengketa melalui mediasi. Dalam hal
(neutral
fact-finding).
Dengan
ini para pihak yang bersengketa
berbagai
macam
alternatif
diharapkan
penyelesaian
sengketa
dapat
mengusulkan
mediator kepada ketua pengadilan
sehingga
negeri setempat. juga para pihak bisa
memfokuskan sebagai
disini
yang
penulis
terhadap
alternatif
ada, lebih
mediasi
penyelesaian
sengketa diluar Pengadilan.
3
Sitepu, Runtung, Pemberdayaan Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Indonesia, disampaikan dalam pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang ilmu hukum adat pada fakultas ilmu hukum universitas sumatera utara, 2006. Hal. 6
4
PERMA No. 1 Tahun 2008, Pasal 17 angka 6.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 101
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Berdasarkan atas uraian di
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
atas, maka penulis lebih tertarik lagi untuk
mengangkat
dalam
1. Tujuan dari penulisan ini antara
sebuah
lain:
penelitian pada proses Tridharma
a) Untuk mengetahui bagaimana
Perguruan Tinggi seperti pengabdian,
pelaksanaan mediasi sebagai
pengajaran dan penelitian, dengan
alternatif dalam menyelesaian
penulisan yang dilakukan oleh peneliti
sengketa
dalam bentuk metode penelitian studi
diluar pengadilan.
normatif. maka untuk lebih terarah dan
memperjelas
ruang
lingkungan
hidup
b) Untuk mengetahui bagaimana
lingkup
penyelesaian
sengketa
permasalahan. Maka perlu diadakan
lingkungan
hidup
dengan
suatu pembatasan masalah yang akan
melakukan
mediasi
diluar
di tulis di dalam penulisan penelitian
pengadilan .
ini, yaitu penulisan penelitian ini lebih
2. Manfaat
Penulisan
di fokuskan kepada: “Mediasi Sebagai
sebagai berikut:
Alternatif
a) Memberi
Penyelesaian
Lingkungan
Sengketa
Hidup
Diluar
Penulis
berupa
khasanah
dalam
bidang
keilmuan hukum,
1.2 Perumusan Masalah tidak
menghendaki
yaitu
sumbangan
pemikiran
Pengadilan”.
ini
khususnya
hukum
lingkungan;
penulisan yang melebar, sehingga
b) Menambah referensi hukum
untuk mempertegas ke arah mana
yang dapat digunakan sebagai
penulisan makalah ini, sesuai dengan
acuan bagi penulisan dalam
batasan masalah di atas. Maka dapat
bidang yang relevan dengan
dirumuskan permasalahan yaitu antara
penulisan di masa mendatang
lain sebagai berikut:
dalam
1. Bagaimana pelaksanaan mediasi
detail, jelas dan mendalam;
sebagai
alternatif
dalam
lingkup
yang
c) Memberikan
lebih
penjelasan
menyelesaian sengketa lingkungan
kepada
hidup diluar pengadilan..?
terkait, khususnya kepolisian,
2. Bagaimana penyelesaian sengketa lingkungan
hidup
dengan
melakukan
mediasi
diluar
instansi-instansi
LSM dan LBH, ORMAS dan Pengadilan ketentuan-ketentuan
pengadilan ?
mengenai hukum
lingkungan yang menjelaskan Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 102
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
tentang
mediasi
sebagai
peluang
bagi
para
pihak
untuk
yang
altenatif penyelesaian sengketa
bersengketa
melakukan
diluar pengadilan.
kesepakatan perdamaian terhadap sengketa yang telah terjadi dengan melakukan
II. HASIL PENELITIAN 2.1
Pelaksanaan
Mediasi
Hidup
gugatan kepengadilan. Pada
Diluar para
Pengadilan Kegiatan alternatif
mediasi
penyelesaiaan
diluar
pengadilan tanpa perlu mengajukan
Sebagai
Alternatif Penyelesaian Sengketa Lingkungan
mediasi
sebagai
pelaksanan
pihak
yang
mediasi
bersengketa
diharapkan dapat untuk terlebih
sengketa
dahulu
sepakat
mengenai
lingkungan hidup yang dilakukan
penyelesaian
perusahaan ataupun para masyarakat
pengadilan sehingga para pihak yang
di
dapat
ingin nantinya memilih dengan jalur
dilakukan diluar pengadilan. Sesuai
mediasi, dapat diharapkan untuk
didalam pasal 85 ayat (1) UU
memilih
Nomor 32 Tahun 2009 tentang
ditunjuk
perlindungan
setiap
lingkungan
daerah
juga
sengketa
jalur
mediator para
diluar
yang
akan
pihak
yang
dan
pengelolaan
bersengketa, dalam hal ini sengketa
hidup
menjelaskan
lingkungan
hidup.
pihak
hidup diluar pengadilan dilakukan
mediator sebagai pihak ketiga dalam
untuk
menyelesaikan sengketa tersebut,
kesepakatan
mengenai:
mediator
a. Bentuk dan besarnya ganti rugi;
mrngumpulkan
b. Tindakan
mengundang
pemulihan
akibat
pencemaran dan/atau perusakan; c. Tindakan
menunjuk
diharapkan
bersengketa,
dapat informasi,
para
pihak
menyiapkan
yang tempat
untuk
perundingan, menyiapkan logistic
menjamin tidak akan terulangnya
dan dapat menyiapkan peralatan
pencemaran dan/atau perusakan;
seperti, agenda, pena dan buku tulis.
d. Tindakan timbulnya
tertentu
untuk
para
penyelesaian sengketa lingkungan
mencapai
sepakat
Setelah
untuk dampak
mencegah
Mediasi
negatif
penyelesaian
terhadap lingkungan hidup.
proses
Dengan adanya penjelasan pasal-pasal
tersebut
adalah
cara
sengketa
melalui
perundingan
untuk
memperoleh kesepakatan para pihak
merupakan
dengan
dibantu
oleh
mediator.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 103
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Mediasi merupakan penyelesaian
Pada
tahapan
mediator
pramediasi
konflik dengan melibatkan pihak
seorang
ketiga yang netral sebagai mediator
melakukan hal-hal sebagai berikut
yang tidak memiliki kewenangan
yaitu:
mengambil
keputusan
yang
a. Menjalin
membantu
pihak-pihak
yang
dengan
bersengketa mencapai penyelesaian
harus
hubungan para
dapat
dengan
pihak
yang
bersengketa
(solusi) yang diterima oleh kedua
b. Memilih
strategi
untuk
belah pihak. Mediasi merupakan
membimbing proses mediasi
suatu proses dimana pihak netral
c. Mengumpulkan dan menganalisa
yang telah disepakati oleh pihak-
informasi lata belakang masalah
pihak yang bersengketa, bertindak
d. Menyusun rencana mediasi
sebagai
e. Membangun kepercayaan dan
seorang
fasilitator
bagi
kepentingan negosiasi mereka dan
kerjasama diantara para pihak
memebantu mereka mencapai solusi
Setelah itu tahapan mediasi
yang saling mengguntungkan5.
yang
Peran pada saat perundingan mediator
nantinya
memimpin
diskusi
untuk
seharusnya
dilakukan
dapat
perlu
dalam
menyelesaikan
perkara di luar Pengadilan, dapat
perundingan,
dilakukan sebagai berikut:
memelihara atau menjaga aturan-
a. Memulai sesi mediasi
aturan perundingan, mendorong para
b. Merumuskan
pihak
untuk
menyampaikan
c. Mengungkapkan
secara terbuka, mendorong para agar
menyadari
dimenangkan
diselesaikan, mengajukan
bahwa
membantu
para
pihak
kepentingan
d. Membangkitkan pilihan-pilihan penyelesaian sengketa
tetapi
e. Menganalisa
mendengar,mencatat, pertanyaan
dan
tersembunyi para pihak
sengketa bukan pertarungan yang harus
masalah
menyusun agenda
masalah-masalah dan kepentingan
pihak
untuk
pilihan-pilihan
penyelesaian sengketa
dan
f. Proses tawar-menawar akhir
untuk
g. Mencapai kesepakatan formal
mencapai titik temu.
Agar dapat tugasnya
dengan
melaksanakan baik,
seorang
mediator harus memahami kunci apa 5
http://www.fmladr.com/services.html. available, diakses tanggal 23 maret 2012
saja ayng harus ia perankan dalam
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 104
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
suatu proses mediasi. Penerapan
dihapkan
konsep mediasi akan membawa hasil
perannya untuk menganilisis dan
yang maksimal apabila semua pihak
mendiaknosis
memiliki komitmen yang sama, niat
tertentu dan kemudian mendesain
yang sama dan saling memahami
serta
draf-draf
oleh
interpensi
lain
termasuk
menuntun
para
thingking
mencapai suatu mupakat yang sehat.
terhadap solusi yang ditawarkan
Peran penting yang harus dilakukan
para pihak sebagai mitra runding.
mediator dalam suatu mediasi antara
Kesamaan ini perlu dibangun agar
lain adalah melakukan diaknosa
sejak
tidak
konflik,
terjebak oleh egoisme semu dan
masalah
saling merasa paling benar semua
kepentingan
pihak harus mempunyai tekat untuk
agenda,
sepakat mengakhiri perselisian dan
mengendalikan
mencari solusi jika yang saling
mengajak para pihak dalam proses
mengguntungkan semua pihak, agar
keterampilan
semua pihak terikat dan dapat
membantu
melaksanakan hasil mediasi. Maka
mengumpulkan informasi penting,
materi perdamaian harus dituangkan
menyelesaikan
dalam
yang
menciptakan
dan
mendiagnosa
memiliki dasar hukum yang jelas.
memudahkan
Akibat perdamaian yang dihasilkan
problem6.
yang
semua
disodorkan
pihak, positif
mengutamakan
awal
semua
bentuk
transparan,
pihak
tulisan
sederhana,
riil
melalui mediasi sangat membantu
mampu
melaksanakan
suatu
sengketa
mnegendalikan
proses
dengan
tujuan
pihak
untuk
mengidentifikasikan serta
kepentingan-
kritis,
menyususn
memperlancarkan
dan
komunikasi,
tawawar
menawar,
para
pihak
masalah pilihan-pilihan sengketa
dan dan untuk
penyelesaian
Merekonsiliasi
dan
menyelesaikan konflik dengan lebih
memperbaiki hubungan antara para
singkat, mudah dan memupuk rasa
pihak
persaudaraan,
terciptanya kembali kehidupan yang
penyelesaian
apalagi
proses
perkara
dengan
sangat
harmonis,
mediasi dapat melalui by pass yang
diperlukan
damai
dan
demi
saling
pengertian. Pada dasarnya islam
sangat menguntungkan semua pihak. Dengan kemampuan
bekal
berbagai
tersebut
mediator
6 Garry Goodpaster, “Panduan Negosiasi dan Mediasi”, terjemahan Nagor Simanjuntak Jakarta: Proyek Ellips, 1999. Hal. 253
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 105
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
juga mengenal konsep perdamaian
mengembangkan laporan konstruktif
yang dikenal dengan shulhu/ishlah.
dengan
Sebagaimana ditegaskan
didalam
akan juga memuat aman bagi pihak-
Al-Quran Surat Al-Hujarat ayat
pihak untuk member informasi juga
(49):10 yaitu “Sesungguhnya orang-
akan menciptakan kondisi aman
orang mukmin adalah bersaudara
dimana
karena
mengemukakan
itu
damaikanlah
antara
pihak-pihak.
Kerahasian
pihak-pihak
dapat
kebutuhan
dan
kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepentingan tanpa kekawatiran akan
kepada
dirugikan.
Oleh
mendapat rahmat”. Konsep Shulhu
kerahasiaan
merupakan
tidak berbeda dengan mediasi yang
penting yang harus tetap dijaga
diperaktekkan disejumlah Negara-
dalam mediasi.
Allah
supaya
kamu
negara didunia. Penggunaan mediasi sebagai
penyelesaian
karenanya syarat
Peluang penerapan mediasi
sengketa
sebagai
alternatif
penyelesaian
bukan merupakan fenomena baru.
sengketa di Pengadilan juga diatur
Di
kelompok
dalam pasal 130 HIR/154 RBG,
imigran Quaker, Cina dan Jahudi
dimana pada persidangan pertama
mula-mula
cendrung
hakim wajib mendamaikan para
mediasi
pihak yang bersengketa. Namun dalam peraktek belum daya gunakan
amerika
serikat
lebih
menerapakan
model
dibanding
mengikuti
sistem
peradilan
Amerika,
serta
secara
optimal.
Hakim-hakim
perhimpunan tenaga kerja juga telah
dipengadilan masih bersifat pasif
menggunakan
mediasi
dan
dikeluarkannya
Arbitration
sejak Act
upaya
penyelesaian
18887.
menuju
kearah
sengketa
secara
perdamaian diserahkan sepenuhnya Mediasi
secara
akan
terlaksanan
menyakinkan
kepada inisaitif para pihak yang
bila
bersengketa.
dilaksanakan secara pribadi dan rahasia. membantu membantu
Kerahasiaan mediator kepercayaan
Mediasi
merupakan
salah
akan
satu proses penyelesaian sengketa
untuk
yang lebih cepat dan murah dan
dan
dapat memberikan akses yang lebih besar
kepada
menemukan
7 Jacqueline M. Nolan Haley, Alternatif Dispute Resolution In A Nutshell St. Paul Minnesota: West Publishing Co, 1992. Hal. 54-55
pihak
penyelesaian
yang yang
memuaskan dan memenuhi rasa
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 106
Zainal Abidin Pakpahan
keadilan
ISSN Nomor 2337-7261
dan
pengintegrasian
dimana para pihak yang berselisih
mediasi dalam proses beacara di
atau bersengketa memiliki sepakat
Pengadilan dapat menjadi salah satu
untuk menghadirkan pihak ketiga
intstrumen
yang independen guna bertindak
efektif
mengatasi
masalah penumpukan perkara di
sebagai
Pengadilan serta memperkuat dan
Dewasa ini mediasi digunakan oleh
memaksimalkan
Pengadilan
sebagai
proses
Pengadilan dimasyarakat. Sengketa
penyelesaian
sengketa.
Bentuk
disamping proses Pengadilan dan
penyelesaian
sengketa
dengan
bersifat memutus (ajudikatif) oleh
mediasi
karena
diperaktekkan
fungsi
upaya
lembaga
perdamaian
yang
mediator
(penengah).
yang
sekarang
integrasi
tercantum didalam 130 HIR/154
proses
RBG yang selama ini dilakukan oleh
sengketa dengan cara mediasi yang
hakim ditingkat pertama cara positif,
dewasa
perlu diubah menjadi bersifat aktif.
Pengadilan memiliki kekasan, yaitu
Dimana untuk mencapai hasil yang
dilakukan
optimal
didaftarkan di Pengadilan (connektif
Mahkamah
Agung
RI
dengan
ini
Penyelesaian
diperaktekkan
ketika
perkara
di
sudah
to the court).
merasa sikap aktif hakim perlu dilengkapi
Peradilan.
dengan
pengetahuan,
Landasan yuridisnya dimulai
kemampuan dan keterampilan yang
pada
cukup.
mengalami perbaikan baik dalam Selanjutnya
bahwa
upaya
tahun
proses
2002
dan
maupun
terus
dengan
perdamaian dapat ditempuh dengan
pelaksanaannya dengan peraturan
tahap-tahap,
Makamah Agung RI Nomor 2
pertama,
upaya
petitum
gugatan
penyempurnaan
Tahun
2003
dan
peraturan
sesuai dengan posita gugatan seperti
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
diatur
2008 tentang prosedur mediasi di
dalam
pasal
HIR/156RBG,
untuk
putusan
non
yang
132
mencegah
pengadilan.
eksicutable.
Bagi
para
pihak
yang
Kedua, mengupayakan para pihak
berperkara mediasi bertujuan untuk
memilih
(a)
penyelesaian
sengketa
melalui upaya perdamaian/dading. Mediasi
merupakan
tercapainya
sengketa
yang
penyelesaian menghasilkan
salah
keputusan yang dapat diterima oleh
satu upaya penyelesaian sengketa
semua pihak sehingga para pihak
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 107
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
tidak menempuh upaya banding dan
Sistem
penyelesaiaan
kasasi, (b) penyelesaian perkara
sengketa meliputi sarana pemilihan
lebih cepat dan biaya murah, (c)
hak melalui pengadilan maupun
hubungan baik para pihak yang
upaya penjajagan perdamaian di luar
bersengketa tetap dapat dijaga, dan
pengadilan.
(d) lebih tinggi tingkat kemungkinan
perbedaan yang amat mencolok
untuk melaksanakan kesepakatan.
antara UU Nomor 04 Tahun 1982
Sedangkan bagi pengadilan, tujuan
dengan UU Nomor 23 Tahun 1997
mediasi
mengurangi
jo UU Nomor 32 Tahun 2009,
kemacetan dan penumpukan perkara
merupakan wewenang berdasarkan
(cour cogestion) dipengadilan, dan
hukum
(b) memperlancar jalur keadilan
pengembangan
(acces to justice) di masyarakat.
sengketa lingkungan di luar lembaga
adalah
(a)
Sebab
untuk
salah
mengatur
satu
tentang
penyelesaian
Dengan demikian diharapkan
pengadilan
pihak
dapat
Pencantuman rumusan hukum bagi
menyelesaikan perundingan dengan
penyelesaian sengketa lingkungan
jalur
para
yang
mediasi
sudah
secara
kooperatif.
diluar
pengadilan
dalam Undang-Undang Nomor 2
melakukan
gugatan
Tahun 2009 mengandung konsekuen
kepengadilan sebagai pengukuhan
diperlukannya pedoman rinci yang
perkara mereka kedalam putusan
dapat
hakim yang nantinya dimasukkan
pengendalian dampak lingkungan
kedalam akta kesepakatan (akta
hidup di daerah yang diharapkan
fandading) guna tidak dapat lagi
dapat
untuk dieksekusi nantinya apabila
ketentuan-ketentuan tersebut dalam
para pihak yang mungkin mungkir
penyelesaiann
dari kesepakatan perdamaian yang
lingkungan di setiap daerahnya8.
telah dirundingkan dengan dibantu
Undang-Undang
untuk
membantu
mendorong
oleh mediator, dan mediator berhak
perlindungan
nantinya
lingkungan
untuk
pengukuhan
melakukan kesepakatan
individu
pelaksanaan
kasus-kasus
dan
pengelolaaan
hidup
mengamanahkan
perdamaian tersebut kepengadilan.
aparat
sudah
bahwa
memiliki
hak
setiap atas
2.2 Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Dengan Melalui Mediasi
8 P. Joko Subagyo, “Hukum Lingkungan Masalah Dan Penanggulangannya” (Jakarta:PT Rineka Cipta 1992),Cet ke-2. Hal. 89
Diluar Pengadilan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 108
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
lingkungan hidup yang baik dan
penyelesaian
sehat serta berkewajiban memelihara
pengadilan yang dipilih dinyatakan
lingkungan hidup dan mencegah
tidak berhasil oleh satu atau para
serta mengurangi kerusakan dan
pihak yang bersengketa”.
pencemarannya, juga memiliki hak
Sesuai
yang
diluar
diamanatkan
dan kewajiban untuk berperan serta
dalam
dalam
lingkungan
interpretasikan bahwa penyelesaian
hidup. Setiap orang yang ingin
sengketa lingkungan hidup dapat
menjalankan suatu bidang usaha
dilakukan
wajib
kelestarian
mediasi di lingkungan pengadilan
kemampuan lingkungan hidup yang
dan di luar lingkungan pengadilan
serasi
yang sudah dapat disepakati para
pengelolaan
memelihara
dan
menjunjung berkelanjutan
seimbang
untuk
pembangunan
yang
yang
pasal
sengketa
tersebut
dengan
dapat
melalui
di
jalur
pihak yang bersengketa.
berwawasan
Berkaitan
lingkungan.
dengan
hal
tersebut, maka sudah sewajarnya
Penyelesaian
sengketa
untuk segera difikirkan adanya suatu
dapat
sistem pengelolaan pengaduan dan
dilakukan melalui pengadilan atau
penyelesaiaan sengketa lingkungan
diluar pengadilan dalam hal ini
secara
dapat dijelaskan didalam Undang-
mekanisme
Undang Nomor 32 Tahun 2009
mempungsikan runglingkup tugas
Tentang
lingkungan
hidup
juga
kooperatif bottom
melalui up
dengan
Perlindungan
dan
dan pungsi yang sesuai denghan
Lingkungan
Hidup
permasalahan yang dimaksud. Hal
pada Bab XIII bagian kesatu yang
ini sudah barang tentu merupakan
terdapat didalam pasal 84 ayat
salah satu langkah positif dalam
(1,2,3) yang menyatakan: ayat (1)
rangka
“penyelesaian sengketa lingkungan
upaya
hidup
lingkungan.
Pengelolaan
dapat
ditempuh
melalui
pengadilan. Pada ayat (2) “pilihan
meningkatkan
efektivitas
penegakan
hokum
Didalam upaya mengatasi
penyelesaian sengketa lingkungan
permasalahan
lingkungan
hidup dilakukan secara sukarela oleh
pemerintah telah mulai menekankan
para pihak yang bersengketa. Pada
pentingnya pentaan dan penegakan
ayat (3) ”gugatan melalui pengadilan
hukum sebagai sarana pengendalian
hanya dapat ditempuh apabila upaya
pencemaran
dan
kerusakan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 109
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
lingkungan hukum dalam konteks
informasi
pengelolaaan
lingkungannya9.
lingkungan
paling
tidak dapat berfungsi sebagai sarana pencegahan
dan
tentang
Sebagai salah satu bentuk
kerusakan
konflik maka sengketa memisahkan
lingkungan, diantarnya hukum yang
pihak
mengatur
kepentingan
tentang
kondisi
kewajiban
yang
terlibat
menurut
yang
berbeda.
melakukan studi amal bagi kegiatan
Penyelesaiannya
yang berdampak penting terhadap
kondisi
lingkungan,
yang
pihak-pihak yang terlibat peduli dan
mengatur tentang perijinan yang
berbut sesuatu untuk penyelesaiaan
dikaitkan
sengketa yang berbeda dibandingkan
dan
hukum
dengan
pengendalian
memerlukan
yang
mampu
pencemaran. Disamping itu, hukum
apabila
sebagai saran pemuliahan hak-hak
mempunyai kepedulian yang sama.
yag terlanggar hal ini terkait drengan
Kasus
peraturan perundang-undangan yang
mendorong cara penyelesaiaannya
mengatur mengenai konpensasi atau
melalui pengadilan, sedangkan cara
ganti
yang kedua akan membawa para
rugi
serta
pemulihan
kedua
memaksa
yang
belah
pihak
pertama
lingkungan. Hukum sebagai sarana
pelaku
penangkal atau pembuat jera pelaku
perundingan.
pencemaran
terlibat Dallam proses penyelesaian
dan
pelaku-pelaku
untuk
akan
memilih
jalan
Pihak-pihak
yang
potensial lainnya. Agar hukum dapat
sengketa
melihat
berfungsi sebagai sarana penangkal
peluang
untuk
maka berbagai cara dapat ditempuh,
masalah
dengan
misalnya penerapan ancaman sanksi
karena ada unsur tawar-menawar
pidana penjara yang tinggi bagi
dan
pencemar lingkungan. Hukum dapat
langgeng. Sedangkan aspek yang
juga berfungsi untuk memperkuat
tidak ada peluang yang menyangkut
posisi
proses perhitungan bahwa masalah
masyarakat
dengan
cara
harapan
memberikan hak-hak hukum, yaitu
mereka
hak atas lingkungan hidup yang
diselesaikan
sehat dan baik, hak berperan serta
(misalnya
atau
hak
untuk
adanya
faktor
menyelesaikan baik
terutama
keberhasilan
tidak
yang
mungkin
dengan pengadilan)
dapat
cara
lain
kecuali
mendapatkan 9 Jur. Andi Hamzah, “Penegakan Hukum Lingkungan” (Jakarta:Sinar Grafika, 2005), Cet ke-1. Hal.83
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 110
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
perundingan karena mereka merasa
Namun proses tersebut akan
akan menghadapi masalah yang
dipengaruhi oleh aspek makro,
lebih rumit dan berkepanjangan
yaitu hal-hal lain yang berbeda
dilain pihak penyelesaian masalah
diluar jangkauan para pelaku
melalui pengadilan dapat didorong
yang
oleh beberapa hal:
kepentingan
1. Seseorang membawa perkaranya
keamanan. Dapat juga sengketa
kepengadilan
apabila
ia
bersengketa, publik
kepentingan
juga
perekonomian
bahwa
seperti
yang dinilai berkaitan dengan
menghadapi jalan buntu. Dapat terjadi
misalnya
upaya
masyarakat dan
luas, politik,
memejah hijaukan suatu perkara
penyelesaiannya
merupakan taktik atau cara yang
pengaruhi oleh pihak-pihak lain
digunakan oleh penuntut untuk
yang berkepentingan, terutama
memperkuat posisisnya dalam
berupa
proses tawar-menawar sehingga
menempuh
dapat memaksa tertuduh berbuat
sengketa yang dapat merugikan
sesuatu
kepentingan umum.10.
untuk
menyelesaikan
masalhnya dimeja perundingan. Artinya,
penuntutan
pengadilan
hanya
dorongan cara
Cara-cara
di
untuk
digunakan
akan
agar
di
tidak
penyelesaian
yang
ditempuh
menyelesaikan
sengketa
sangat dipengaruhi oleh sistem yang
sebagai alalt untuk memaksa
berlaku
tertuduh untuk berunding. Hal
kebiasaan-kebiasaan
tersebut terjadi antara pelaku
dimasyarakat ataupun aturan-aturan
sengketa yang kekuatannya tidak
formal
seimbang.
mengembangkan
2. Mejah
hijau
dipilih
karena
dimasyarakat,
yang
yang
berlaku.
baik ada
Untuk sistem
penyelesaian sengketa lingkungan
tingkat pelanggaran dinilai oleh
menurut
Sunoto,
perlu
penuntut telah melampaui batas
memperhatikan paling tidak lima (5)
toleransi.
aspek khusus, yaitu11:
3. Cara tersebut ditempuh hanya karena faktor kebiasaan, yaitu praktik-praktik dilakukan menghadapi
yang
lajim
masyarakat
apbila
suatu
10
Siswanto Sunarso, “Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa” Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet ke-1. Hal.112-113
masalah.
11
Ibid, Hal. 113-117
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 111
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
a. Karakteristik Kasus
kelalaiannya
Pengaduan
dan
membiarkan
terjadinya pencemaran.
penyelesaian sengketa dikaitkan
b. Kelembagaan
dengan lingkungan hidup, maka
Unsur
kelembangaan
persoalan menjadi lain, terutama
menyangkut
keberadaan
dan
apabila kasusnya bersekala besar
kemampuan
lembaga
yang
dan
berkaitan dengan penyelesaiaan
berkaitan
dengan
jenis
kegiatan pembangunan tertentu
sengketa
yang strategis. Hal ini adanya
Didalamnya
anggapan
pengetatan
adaministrasi dan mekanisme
pengawasan terhadap kegiatan
kerja lembga-lembaga eksekutif,
yang mengganggu lingkungan
judikatif, dan legislatif. Kesiapan
tidak
ketiga jenis lembaga tersebut
bahwa
menguntungkan
pembangunan.
Kelancaran
penyelesaian lingkungan
bagi
juga
penting
lingkungan. termasuk
karena
sengketa
lembaga
dipengaruhi
perannya
sistem
setiap
perlu
jenis
memainkan
dalam
sistem
oleh kesulitan-kesulitan teknis
penyelesaian sengketa yang akan
pembuktian
dikembangkan.
yang
dilapangan,
menyangkut
baik
tekhnologi
kemampuan
Apabila ketiga
jenis
dan kemampuan sumber daya
lembaga tersebut tidak dilakukan
manusia. Apabila suatu kasus
secara bersama-sama dan saling
tidak dapat dinaikkan menjadi
menunjang, maka akan terjadi
tingkatan sengketa maka kasus
ketidak
tersebut sulit untuk diselesaikan,
sistem yang akan dikembangkan.
kecuali
ada
seimbangan
dalam
unsur
tindak
Pihak lain yang memerlukan
beberapa
kasus
perhatian adalah kelembagaan
menunjukkan, bahwa tuntutan
masyarakat, terutama dikaitkan
tidak hanya ditujukan kepada
dengan
pihak yang mempunyai potensi
masyarakat
pencemaran tetapi juga instansi
cara-cara penyelesiaaan sengketa
pemerintah.
yang
pidanannya
Instansi-instansi
pemerintah tersebut bertanggung
jawab
dianggap
upaya dan
dilakukan
pemberdayaan penggunaan
berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
atas
c. Hukum
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 112
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Sejak
orang
mulai
perundangan yang berlaku.
mempelajari ilmu pengetahuan
Karena
hukum
peraturan perundangan yang
maka
sudah
ada
itu,
kelengkapan
pembagian hukum menjadi dua
mengatur
(2) macam yaitu, hukum publik
kegiatan pembangunan yang
dan hukum privat/hukum sipil.
berkaitan dengan lingkungan
Terdapat
mutlak diperlukan. Bahkan
perbedaan
hukum
lingkungan
dan
pubilk dan hukum sipil. Menurut
perlengkapan
Ulpianus hukum publik adalah
perundangan tersebut harus
hukum
yang
disertai dengan kemampuan
dengan
kepentingan
berhubungan Negara
untuk
peraturan
mengakomodasi
romawi, sedang hukum sipil
permaslahan-permasalahan
adalah hukum yang berhubungan
lingkungan dimasa depan.
dengan
kepentingan
orang-
2. Pengembangan
peraturan
orang, sebab ada hal-hal yang
perundangan
bersifat kepentingan umum dan
diperlukan
hal-hal
mempasilitasi para pelaku
yang
bersifat
kepentingan perseorangan. aspek
diperlukan
guna
terkait dalam mengefektifkan sistem
dan
mendukung
upaya
penelusuran
pengembangan
sistem
penyelesaian
penyelesaian
untuk
dan pihak-pihak lain yang
Pengembangan hukum
tersebut
tata
cara dan
kasus-kasus
sengketa
lingkungan, dengan landasan
lingkungan. Ada tiga (3) alasan
hukum dan prosedur yang
pengembangan aspek ini, yaitu:
jelas.
1. Pengelolaan
lingkungan
3. Pengembangan
peraturan
hidup dan kegiatan lain yang
perundingan
dibidang
berkaitan
lingkungan hidup diharapkan
dengan
pelanggaran harus dilihat dan
dapat
diselesaikan dalam kerangka
lembaga-lembaga
penegakan hukum. Karena
pemerintah
itu penyelesaian kasus-kasus
fungsi
atau
lingkungan
vertikal maupun horizontal.
harus berdasarkan peraturan
Aspek ini penting terutama
sengketa
mempasilitasi
menjalankan
koordinasi
baik
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 113
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
dikaitkan
dengana
yang
lebih
penting
adalah
kewenangan daerah dalam
dukungan terhadap upaya-upaya
mengkoordinasikan kegiatan
penegakan hukum lingkungan.
pembanguna, industri,
seperti
Berdasarkan uraian tersebut,
pertambangan,
maka dapat digambarkan bahwa
kehutanan dan pertanian.
penyelesaian sengketa lingkungan
d. Pemberdayaan masyarakat Aspek
hidup menurut UU Nomor 23 Tahun
pemberdayaan
1997 jo UU Nomor 32 Tahun 2009
masyarakat diasumsikan bahwa
dapat ditempuh melalui pengadilan
sengketa lingkungan akan selalu
atau diluar pengadilan, berdasarkan
melibatkan
pilihan berdasarkan suka rela para
masyarakat
senantiasa
dan
berkaitan
dengan
piohak
yang
kepentingan
orang
banyak.
Ketentuan
ini
Keterlibatan
masyarakat
memerlukan
perhatian
ini
melindungi
bersangkutan. dimaksud
hak
keperdataan.
dalam
Apabila
sistem
penyelesaian sengketa lingkungan
sengketa
hidup diluar pengadilan, guggatan
lingkungan yang menyangkut
melalui pengadilan hanya dapat
dua
yakni
ditempuh apabila upaya tersebut
pengembangan penyelesaian
kepentingan
telah
untuk
dipih
upaya
peningkatan
kesadaran
dan
dinyatakan tidak berhasil oleh salah
kepedulian
masyarakat
dan
satu
peningkatan
kekuatan
untuk
atau
para
bersengketa.
pihak
yang
Penyelesaian
diluar
berperan serta.
lembaga pengadilan ini tidak berlaku
e. Dukungan publik
terhadap tindak pidana lingkungan
Salah satuu prasaratan pengembangan
hidup.
sistem
penyelesaian
Ketentuan
dimaksudkanuntuk
ini mencegah
sengketa
terjadinya pututsan yang berbeda
adalah
mengenai satu sengketa lingkungan
dukungan publik, baik dalam
hidup untuk menjamin kepastian
bentuk
hukum.
lingkungan
hidup
kelompok,
sosial,
Penyelesaian
sengketa
lembaga swadaya masyarakat
lingkungan hidup diluar pengadilan
maupun media masa. dukungan
diselenggarakan
publik ini tidak hanya terbatas
kesepakatan mengenai bentuk dan
pada aspek legitimasi akan tetapi
besarnya
ganti
untuk
rugi
mencapai
dan/atau
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 114
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
mengenai tindakan tertentu guna
pihak ketiga yang netral yang dapat
menjamin tidak akan terjadinya
berbentuk:
aytau terulangnya dampak negative
a. Pihak ketiga netral yang tidak
terhadap
lingkungan
hidup.
memiliki
kewenangan
Penyelesaian sengketa lingkungan
mengambil
hidup melalui perundingan diluar
ketiga
pengadilan
sebagai pihak yang memfasilitasi
dialakukan
secara
keputusan.
netral
ini
Pihak
berfungsi
sukarela oleh para pihak yang
para
berkepentingan yaitu para pihak
berkepentingansehingga
dapat
yang
dicapai
Pihak
mengalami
kerugian
dan
pihak
yang
kesepakatan.
mengakibatkan kerugian, instansi
ketiga netral ini harus disetujui
permerintahan yang terkait denagan
oleh
subjek yang disengketakan, serta
bersengketa,
dapat
hubungan
melibatkan
pihak
yang
para
pihak
yang
tidak
memiliki
keluarga
dan/atau
mempunyai keperdulian terhadap
hubungan kerja dengan salah
pengelolaan
lingkungan
hidup.
satu pihak yang bersengketa,
Tindakan
tertentu
disisni
memilki
upaya
melakukan
dimaksudkan memulihkan
sebagai fungsi
lingkungan
ketetampililan untuk perundingan
atau
penegahan serta tidak memiliki
hidup drngan memperhatikan nilai-
kepentingan
nilai yang hidup dalam masyarakat
perundingan ataupun hasilnya.
setempat.
b. Pihak
Dalam penyelesaian sengketa
terhadap
ketiga
memiliki
netral
proses
yang
kewewnangan
linkungan hidup diluar pengadilan
mwngambil keputusan berfungsi
dapat digunakan jasa pihak ketiga
sebagai
baik
mempunyai
putusan arbitrase ini bersifat
keweangan mengambil kepetusan
tetap dan mengikat para pihak
maupun yang memiliki kewenangan
yang bersengkta.
yang
mengambil
tidak
keputusan,
untuk
arbiter
Disamping
dan
semua
itu
membantu penyelesaian sengketa
pemerintah/atau masyarakat dapat
lingkungan
Untuk
membentuk lembaga penyedia jasa
melancarkan lancarnya perundingan
pelayanan penyelesaian lingkungan
diluar pengadilan, para pihak yang
hidup yang bersifat bebas dan tidak
berkepetingan dapat meminta jasa
memihak. Lembaga penyedia saja
hidup.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 115
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
penyelesaian sengketa lingkungan
dengan bantuan mediator. Tidak
hidup ini dimaksudkan sebgai suatu
menenmpuh
lembaga yang mampu memperlancar
berdasarkan
pelaksanaan
pihak
merupakan pelanggaran terhadfap
dengan
ketentuan pasal 130 HIR dan atau
mekanisme
[penyelesaian
sengketa
mendasarkan para priendsif yang
154 RBG
tidak
putusan
berpihakan
dan
profesionalisme. Dalam
peraturan
mediasi ini
yang mengakibatkan batal
demi
hukum.
Peraturan Mahkamah Agung Nomor pasal
penyelesaian
prosedur
32
UULH
Tahun
2008
tentang
proses
diluar
mediasi harus memerlukan beberapa
pengadilan dapat diminta jasa pihak
tahapan. Dalam sidang pertama yang
ketiga yang netral. Pihak ketiga
dihadiri
harus memenuhi syarat, yakni:
mewajibkan
1. Disetujui
sengketa
1
oleh
pihak
yang
terlebih
memiliki
keluarga
dan/atau
pihak,
para
berperkara
bersengketa; 2. Tidak
para
pihak
menempuh
dahulu
sebelum
hakim yang mediasi sidang
hubungan
dilanjutkan ketahap selanjutnya dan
hubungan
para pihak memilih para mediator
kerja dengan salah satu pihak
dan
hakim
menunjuk
dan
yang bersengketa;
menetapkan mediator dan sekaligus
3. Memiliki
keterampilan
untuk
menyerahkan fhoto copy berkas
mengatur
perundingan
atau
perkara kepada para mediator. Bila
sebagai penengah; 4. Tidak
tercapai kesepakatan dalam proses
memiliki
kepentingan
mediasi
proses
perundingan
merumuskan
terhadap
maupun hasilnya.
maka
para
pihak
kesepakan
secara
tertulis dan memberitahukan hasil
Peraturan Mahkamah Agung
kesepakatan itu kepada hakim untuk
RI (Perma RI) Nomor 1 Tahun
memenuhui
2008, menyebutkan bahwa mediasi
kesepakatan
sudah dimasukkan kedalam proses
perdamaian oleh hakim12. Jika para
peradilan formal dalam pasal 2 ayat
pihak
1 yang menegaskan bahwa semua
kesepakatan perdamaian dikuatkan
perkara
kedalam
perdata
yang
diajukan
kepengadilan
wajib
didahulukan
penyelesaian
melalui
perdamaian
12
pengukuhan sebagai
tidak
akta
akta
menghendaki
perdamaian,
Runtung Sitepu, 2006, Opcit, Hal. 6
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 116
Zainal Abidin Pakpahan
kesepakatan
ISSN Nomor 2337-7261
perdamaian
membuat
klausul
harus
Priendsif penyelesaian secara
pencabutan
sukarela ini dimaksudkan agar para
gugatan dan atau klausula yang
pihak
menyatakan perkara telah selesai13
kehendaknya
Menurut Moh. Asikin bahwa
tidak
kasus.
memaksakan
untuk
penyelesaian
Perundingan
dilakukan
selain cara penyelesaian lingkungan
dengan cara kekeluargaan dan bebas
(mediasi) diatas, dikenal bentuk lain
dari prasangka buruk. Persetujuan
seperti, Praktik dijepang sejak tahun
yan dicapai merupakan hasil dari
1970 dalam kogai funso sorih ho
perundingan yang dilakukan dengan
yakni dengan berlakunya The law
bantuan
for therosulition of pullition this
memihak.
putes berupa konsiliasi, arbitrasi,
mediator
yang
Penyelesaian
tidak
sengketa
dan kuasi judicial arbitaese. Di
lingkungan hidup diluar pengadilan
amerika serikat dan kanada, ternyata
pada
penyelesaian kasus lingkungan lebih
berkembang
mengutamakan
serikat dan jepang. Sebagai Negara
penggunaan
umumnya
tumbuh
dinegara
dan
amerika
environmental mediation (mediasi
maju
lingkungan) dibanding dengan cara
dengan
lainnya
canggih dan banyak memeberikan
seperti
konsiliasi
arbitrasi.
Pilihan
ini
dengan
kesederhanaan
dan
dikaitkan
muncul
penggunaan
dampak
dalam
industri
sosial
modern tekhnologi
negatif
masyarakat
terhadap
disekitarnya.
prosedurnya dan berkebebasan para
Perkembangan sengketa lingkungan
pihak untuk menentukan pilihan
hidup diamerika serikat ini, dilatar
dalam
belakangi
perundingan,
hal
apa
oleh
kondisi
internal
sebaiknya untuk dilakukan untuk
dalam masyarakat setempat yaitu
mengakhiri
budaya konflik yang inheren dalam
bantuan
sengketa pasilitator
dengan
demikian
mediasi
lingkungan
priendsifnya
dengan (mediator)
sistem
karakteristik ini
adalah:
kehidupan
sehari-hari.
Dinegara jepang didasarkan pada
pada
latar
belakang
agama.
Bangsa
jepang yang menganut agama silto
1).
Kesukarelaaan, 2). Persetujuan, 3).
dengan
menggunakan
dan prosesnya tidak mengikat.
keseimbangan,
priensif keserasian,
keharmonisan, dalam sikap hidup 13
yang mengatur antara hubungan
PERMA No. 1 Tahun 2008 , Pasal 17 angka 6
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 117
Zainal Abidin Pakpahan
manusia
ISSN Nomor 2337-7261
dengan
lingkungan
2. Dalam penyelesaian sengketa
hidupnya14.
melalui
Penyelsaian
sengketa
pengadilan,
maka
akan menghasilkan putusan
lingkungan hidup diluar pengadilan
pengadilan
berupa
pihak
dapat dilakukan oleh orang-orang
yang menang dan/atau pihak
yang bersengketa secara langsung,
yang kalah.
atau juga melalui jasa pihak ketiga.
3. Putusan pengadilan hanya
Penyelesaian sengketa lingkungan
mamapu menyelesaikan yang
hidup melalui pengadilan atau tidak
bersifat konkrit dan dapat
diluar pengadilan didasarkan atas
terbukti
pihak berdasarkan suka rela yang
persidangan.
bersengketa. Adapun manfaat serta efektifitas melalui
penyelesaian pengadilan
dan
4. Putusan
sengketa
dalam
pengadilan
dasarnyabersifat
diluar
kepada
proses
pada
mengikat
pihak-pihak
pengadilan bagi pihak-pihak yang
bersengketa
bersengketa. Maka menurut Moh.
mengikat pada pihak lain
Asikin
untuk
terdapat
perbandingan
dan
yang
ikut
tidak
bertanggung
karekteristik antara kedua sistem
jawab dalam penyelesaian
kelembagaan penyelesaian sengketa
sengketa.
lingkungan hidup tersebut:
5. Proses penyelesaian sengketa
a. Penyelesaian sengketa melalui
melalui
pengadilan
hanya
pengadilan:
mengaktualisasikan
kepada
1. Yang dipermasalahkan hanya
ketentuan-ketentuan hokum
membahas masalah masalah-
acara yang bersifat kaku.
masalah soal teknis hokum
6. Model penyelesaian sengketa
normatif dan mengabaikan
cendrung bersifat uniform
hal-hal
yang
bersifat
atau seragam dan terkesan
subtantif
yang
menjadi
monoton dan tidak dinamis.
masalah
sengketa
pokok
7. Peran pengacara atau kuasa
lingkungan hidup.
hokum dalam penyelesaian sengketa melalui pengadilan cendrung dominan.
14
Koesnadi Hardjasoemantri, “Sebuah Studi Tentang Kankyo Kihon Ho (Undang-Undang Lingkungan Hidup Jepang 1993), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996. Hal. 21
b. Penyelesaian
sengketa
diluar
pengadilan:
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 118
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
1. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan
(ADR), sedangkan dalam hukum
lebih
Internasional alternatif penyelesaian
mengutamakan hal-hal yang
dilakukan
bersifat subtantif dari pada
Negosition, Kontiliation, Mediation,
yang bersifat teknis yuridis.
Fact
benar-benar
memuaskan
kedua
Finding,
Arbitration.
pihak-pihak yang bersengketa dan
belah
diselesaikan
secara
langsung.
Concilition, Mediation, Fact finding,
pihak.
Arbitration
3. Hal-hal yang tersirat atau yang
terpendam
dilakukan
dengan
mengunakan jasa pihak ketiga16.
dapat
Conciliation
diselesaikan secara tuntas.
memberikan
peran
4. Memeberikan peluang atau
kepada pihak ketiga hanya bersifat
memungkinkan pihak-pihak
pasif dan cendrung berperan sebagai
lain untuk ikut terkena dalam
pasilitator.
penyelesaian
meberikan
sengketa
tersebut.
Mediation
Model peran
kepada
pihak
ketiga lebih bersifat mengarahkan
5. Proses penyelesaian sengketa
kepada
hal-hal
subtantif
yang
bersifat lues dan tidak kaku
menjadi pokok masalah sengketa
atau pleksibel.
tersebut.
6. Model penyelesaian sengketa
Model
merupakan
fact
penyidik
finding
independen
dilakukan sesuai dari sifat
tentang pencarian dan pengumpulan
sengketa atas dasar pilihan
fakta
secara suka rela.
terekomendasi dalam memecahkan
7. Para
pihak
menyelesaikan
15
cara-cara:
Negotiation dilakukan oleh para
2. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan
dengan
yang
dan
persoalan
bersifat
sengketa.
sebagai
Conciliation,
Mediation, dan Fact finding tidak
sengketa
dapat lebih beperan dalam
mempunyai
penyelesaian sengketa15.
mengambil keputusan secara final,
Alternatif
penyelesaian
sedangkan
memberikan peran kepada pihak
sengketa
dalam
kepustakaan
Amerika
Serika
dinamakan
Alternatif
Dispute
Resolution
16
Siswanto Sunarso, 2005, Opcit. Hal. 122-123
kewenangan
model
untuk
Arbitation
Ibid, Hal. 123
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 119
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
ketiga dan diberikan kewenangan
Penyelesaian sengketa diluar
untuk mengambil keputusan final17. Pihak
ketiga
pengadilan dapat diselenggarakan
harus
untuk
mencapai
kesepakatan
mempunyai syarat-syarat, diantarnya
mengenai bentuk dan besarnya ganti
harus mendapatkan persetujuan dari
rugi dan/atau mengenai tindakan
pihak-pihak yang bersengketa, tidak
tertentu guna menjamin tidak akan
mempunyai hubungan keluarga atau
terjadinya atau terulangnya dampak
hubungan
negatif terhadap lingkungan hidup.
kerja,
dan
memiliki
keterampilan serta tidak memiliki
Kegiatan
kepentingan atau interes terhadap
lingkungan hidup yang dilakukan
pokok masalah sengketa tersebut.
para
Peran dan sifat dari pihak ketiga di
dahulu
tuntut sipat kepedulian terhadap
diantara keduanya agar para pihak
pokok
dan
juga dapat melukukan mediasi diluar
sebagai pihak bersipat netral. Dalam
pengadilan dengan meminta jasa
undang-undang lain yaitu Undang-
mediator, artinya mediator berhak
Undang Nomor 32 Tahun 2004
untuk
tentang pemerintahan daerah, dalam
perdamaian
pasal 43 dengan istilah “paksaan
lingkungan hidup yang telah terjadi
pemilihan
dimana
kepada para pihak, dan mediator
berdasarkan
tidak mempunyai wewenang untuk
hinder ordonanti. Penegakan hukum
memutus perkara dan sifatnya netral
lingkungan melalui intrumen hukum
tidak memiliki rasa nepotisme atau
perdata
keperpihakan kepada salah satu
masalah
lingkungan
hukum”
pencabutan
hukum
dalam
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 diatur dalam Bab
VII
lingkungan
tentang hidup
pihak
sengketa
seharusnya
memiliki
mencari
terlebih
kesepakatan
kesepakatan
terhadap
sengketa
mereka yang bersengketa.
sengketa penyelesaian
III. KESIMPULAN DAN SARAN
sengketa lingkungan hidup dapat
3.1 Kesimpulan
ditempuh melalui pengadilan atau diluar
penyelesaian
pengadilan
Dari hasil penelitian yang telah
berdasarkan
dipaparkan diatas, maka peneliti dapat
pilihan berdasarkan suka rela para
mengambil
beberapa
pihak yang bersengketa.
antara lain sebagai berikut:
kesimpulan
1. Bagi para pihak yang berperkara 17
mediasi
Ibid, Hal. 124
bertujuan
untuk
(a)
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 120
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
tercapainya penyelesaian sengketa
berhak nantinya untuk melakukan
yang
pengukuhan
menghasilkan
keputusan
kesepakatan
yang dapat diterima oleh semua
perdamaian tersebut kepengadilan.
pihak sehingga para pihak tidak
2. Penyelesaian sengketa lingkungan
menempuh upaya banding dan
hidup
kasasi, (b) penyelesaian perkara
melalui pengadilan atau diluar
lebih cepat dan biaya murah, (c)
pengadilan dalam hal ini dapat
hubungan baik para pihak yang
dijelaskan
bersengketa tetap dapat dijaga, dan
Undang Nomor 32 Tahun 2009
(d)
Tentang
lebih
tinggi
tingkat
juga
dapat
dilakukan
didalam
Undang-
Perlindungan
dan
kemungkinan untuk melaksanakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
kesepakatan.
bagi
pada Bab XIII bagian kesatu yang
pengadilan, tujuan mediasi adalah
terdapat didalam pasal 84 ayat
(a) mengurangi kemacetan dan
(1,2,3) yang menyatakan: ayat (1)
penumpukan
“penyelesaian
Sedangkan
perkara
(cour
sengketa
cogestion) dipengadilan, dan (b)
lingkungan hidup dapat ditempuh
memperlancar
melalui pengadilan. Pada ayat (2)
jalur
keadilan
(acces to justice) di masyarakat.
“pilihan
Dengan demikian diharapkan para
lingkungan hidup dilakukan secara
pihak
sukarela oleh para pihak yang
yang
sudah
menyelesaikan dengan
perundingan
jalur
pengadilan gugatan
mediasi
untuk
”gugatan
melakukan
Pada
sengketa
ayat
melalui
(3)
pengadilan
hanya dapat ditempuh apabila
sebagai
upaya
mereka
diluar pengadilan yang dipilih
yang
dinyatakan tidak berhasil oleh satu
perkara
putusan
bersengketa.
diluar
kepengadilan
pengukuhan kedalam
dapat
penyelesaian
hakim
penyelesaian
para
sengketa
nantinya dimasukkan kedalam akta
atau
kesepakatan (akta fandading) guna
bersebngketa”.
tidak dapat lagi untuk dieksekusi
diamanatkan dalam pasal tersebut
nantinya apabila para pihak yang
dapat di interpretasikan bahwa
mungkin
mungkir
dari
penyelesaian sengketa lingkungan
kesepakatan
perdamaian
yang
hidup dapat dilakukan dengan
yang
Sesuai
yang
telah dirundingkan dengan dibantu
melalui
oleh
lingkungan pengadilan dan di luar
mediator,
dan
mediator
jalur
pihak
mediasi
di
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 121
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
lingkungan pengadilan yang sudah
penulis
dapat disepakati para pihak yang
menawarkan kepada para pihak
bersengketa.
pembaca
yang
khususnya
3.2 Saran 1. Lahirnya Undang-undang Nomor 32
tidak
tahun
2009
perlindungan lingkungan
maupun
pengelolaan
hidup
budiman
kepada
bapak/
dan ibu
dosen pembimbing berupa kritik
tentang
dan
bosan-bosannya
saran-saranya
yang
sifatnya membangun makalah ini
adalah
kedepannya.
merupakan hal yang baru dalam sistem
pelestarian
DAFTAR PUSTAKA
lingkungan
masyarakat yang mengedepankan
Abbas, Syahrizal, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan Hukum Nasional, Jakarta: kencana, 2009.
azas kebersamaan yang militan. Hal tersebut tentu banyak yang masih
kurang
di
sana
sini,
Alternativedisputeresolution(ADR),http://ww w.fmladr.com/services.html.available, diakses tanggal 23 maret 2012.
wajarlah kiranya Undang-undang tersebut menjadi sebuah bahan
Arifin, Syamsul, Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Di Sumatera Utara, Medan: pustaka bangsa press, 2004.
pembicaraan atau diskusi, akan tetapi hendaknya janganlah sebuah produk hukum mandul atau sia-sia begitu saja.
Donzel, E., Van., B. Lewis, dkk, Encyclopedia of Islam, Leiden E.J: Brill, 1990.
2. Suatu tindakan dan perbuatan dalam kehidupan adalah merupan hak dan kewajiban bagi setiap
Fredmen, Lawrence M, American law and introduction, 2 and edition, penerjemah Wisnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Jakarta: pattatanusa, 2001.
insan serta sama didepan hukum sesuai pasal 28 UUD 1945, serta sebaliknya setiap warga negara indonesia
berhak
mengajukan
Goodpaster, Garry, “Panduan Negosiasi dan Mediasi”, terjemahan Nagor Simanjuntak Jakarta: Proyek Ellips, 1999.
pendapat dan masukannya berupa insfirasi.
Dari
itu
berbagai
penulisan dalam makalah yang Haley, M. Nolan, Jacqueline, Alternatif Dispute Resolution In A Nutshell St. Paul Minnesota: West Publishing Co, 1992.
simpel ini mungkin masih jauh dari kebenaran yang dapat untuk di kaji
kembali
perkuliahan.
dalam
Oleh
sebab
dunia itu
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 122
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Hamzah, Andi, Jur., “Penegakan Hukum Lingkungan” (Jakarta:Sinar Grafika, 2005), Cet ke-1.
Thariza, O.K, Teori Keadilan Persfektif John Rawls, dikutif dari www. okthariza.multifly. com/ journal/item, diakses tangggal 23 maret 2012.
Keraf, A. Sonny, “Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya”, Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 “Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Bandung:Citra Umbara, 2012),Cet ke-8.
Koesnadi, Hardjasoemantri, “Sebuah Studi Tentang Kankyo Kihon Ho (UndangUndang Lingkungan Hidup Jepang 1993), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996.
www. Google. Com.
Mamudji, Sri, Materi Pelatihan Sertifikasi Mediator, Jakarta: IICT, 2009. PERMA Nomor. 01 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, 2008. Rangkuti, Sundari, Siti, “Hukum Lingkungan dan Kebijakan Nasional”, Surabaya: Air Langga University Press, 2005. Rasjidi, Lili, dan Putra, IB Wyasa, “Hukum Sebagai Suatu Sistem”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. Sitepu, Runtung, Pemberdayaan Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Indonesia, disampaikan dalam pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang ilmu hukum adat pada fakultas ilmu hukum universitas sumatera utara, 2006. Supriadi, “Hukum Lingkungan di Indonesia”, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), Cet ke6. Subagyo, P. Joko, “Hukum Lingkungan Masalah Dan Penanggulangannya” (Jakarta:PT Rineka Cipta 1992),Cet ke-2. Sunarso, Siswanto, “Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa” Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet ke-1. Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 02. No. 02. September 2014 123