SeminarNasional Teknologi Peternakan dart Veteriner 2001
MEDIA LOKAL UNTUK PERTUMBUHAN KAPANG NEMATOFAGUS SEBAGAI SEBUAH MODEL (The Local Media for Growth Nematophagous Fungi as A Model) RIZA ZAINUDDIN AHMAD Balai Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata 30, Bogor 16114
ABSTRACT
The requirement of media in research and technology application is absolutely needed . Media is needed for the growth and multiplication of microbe. The price of local stuff media is cheaper than those made in factories and imported, but the material must fulfill the main requirement such as cheap, easy to find and easy to be applied . Rice, sorghum, com, cassava in Indonesia are the basic materials fulfilling that requirement . The study used the 4 local materials and added with medium from import or made in factories; i.e.; corn meal agar (CMA), as control and comparison. This research used nematophagous fungi Dacytlella spp and Duddingtonia flagrans. The treatments of research are comparing the growth of these molds in medium CMA, CMA+corn, CMA+faecal, CMA+rice, com flour, cassava flour, rice flour and rice bran for a period of 3 days at room temperature with 10 replicates. The average result obtained in measuring the diameter of Dactylella sp growth in cm in these media mentioned above are; 3; 2,87; 2,84; 2,83; 3,55; 3,34; 4,64;0 respectively, and those of Duddingtoniaflagrans are; 4,58 ; 4,86; 4,61 ; 4,58; 4,45 ; 4,81 ; 5,61 ;0. From the results obtained the medium made oflocal rice bran is the best local material. Key Words: Local material, media, the growth ofmolds PENDAHULUAN Media merupakan suatu susunan bahan, baik berbentuk bahan alarm (seperti toge, wortel, daging, kentang dan sebagainya) atau bahan buatan (berbentuk senyawa kimia, organik ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan mikroba (SURIAWIRIA, 1990). Media merupakan tempat tumbuh dan berkembang biaknya mikroorganisma . Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu : 1 . Di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan peerkembangbiakan mikroba, yaitu Nitrogen, Karbon, Vitamin, Garam mineral, air (LAY dan HASTOWO, 1992). 2.Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba . 3. Media harus dalam keadaan steril (SURIAWIRIA, 1990).Di dalam media mutlak harus dipenuhi unsur-unsur yang diperlukan mikroorganisma. Namun harga media buatan pabrik apalagi impor haraganya relatif mahal sehingga bila suatu penelitian telah mencapai tahap aplikasi di masyarakat tak mungkin untuk diterapkan karena kendala biaya tersebut. Media yang baik adalah yang murah harganya, mudah didapat, dan mudah diaplikasikannya. Media lokal untuk pertumbuhan kapang nematofagus dapat dipakai sebagai salah satu model untuk diterapkan di Indonesia . Pada penelitian sebelumnya diketahui telah dipmukan beberapa isolat kapang nematofagus seperti
444
Arthrobotrys oligospora, Dactyllella SP, Monacrosporium spp, Verticillium spp, dan diduga Duddingtonia flagrans, bahkan beberapa isolat telah melalui seleksi in vitro dan in vivo (AHMAD, 2001 ; BERIAJAYA et al., 1999; AHMAD dan BERIJAYA 1999), dan untuk tahap aplikasi nantinya akan dilakukan. Sehubungan dengan itu penguunaan media mutlak diperlukan, maka penelitian untuk mencari media yang murah dan mudah didapat haruslah mulai diteliti dari sekarang sampai didapatkan media bahan lokal yang tepat. METODOLOGI Bahan-bahan yang dapat dijadikan media adalah beras, dedak, jagung, singkong, feses domba dan media pembanding corn meal agar (CMA). Air dipakai sebagai pelarut dan pengencer . Khlortetrasiklin dipakai untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Media yang sudah jadi dan siap digunakan disimpan pada petri. Isolat kapang nematofagus terpilih sebagai model adalah Dactylella spp . dan Duddingtonia flagrans. Penggaris dipakai untuk mengukur diameter pertumbuhan kapang yang diuji. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan pertumbuhan kapang pada media campuran bahan dengan media buatan pabrik (CMA) dan yang tidak, lalu diamati tiap hari pertumbuhannya selama 3 hari dengan 10 kali pengulangan. Sebagai kontrol dipakai media CMA tanpa dicampur dengan bahan baku lain,
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
media yang lain adalah media sedangkan CMA+Jagung, media CMA+feses, media CMA+beras, tepung jagung, tepung beras, tepung singkong dan dedak. Sebagai parameter diamati pertumbuhan kedua kapang yang diuji . Pembuatan media dilakukan dengan 4 tahap yaitu sbb : (1) . Pembuatan media corn meal agar (CMA) (CMA) (bahan pokok), dengan cara menimbang sebanyak 8,5 g, lalu dilarutkan sampai homogen dengan 300 ml aquadest, kemudian dipanaskan dan disterilkan . (2). Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam media tersebut yaitu; (a) Beras, digiling sebanyak 10 g, dilarutkan dengan 100 ml aquadest, dipanaskan sampai kental, kemudian 10 ml larutan beras ditambahkan ke dalam 500 ml media CMA kemudian dihomogenkan, setelah itu disterilkan. (b) Jagung, dipipil dengan menggunakan skapel, dihaluskan pada mortar sampai keluar airnya 10 ml dan tambahkan ke dihomogenkan dan dalam 500 ml larutan CMA, disterilkan . (c) Feses domba. Sebanyak lOg feses dihaluskan dilarutkan dengan 100 nil aquades sampai homogen dan disaring, tambahkan 10 ml larutan feses ke dalam larutan 500 ml larutan CMA, dihomogenkan dan disterilkan . (3) . Media lokal; Tepung beras, tepung jagung, tepung singkong dan dedak ditimbang masingmasing sebanyak 100 g lalu dilarutkan dengan 125 ml aquadest panas dan ditambahkan 2 ml klortetrasiklin (0,01 b/v), kemudian diaduk hingga homogen lalu ditambahkan ke dalam 10 cawan petri dengan diameter 5 cm, dipanaskan sampai mengental lalu biarkan hingga dingin . (4). Penggunaan media CMA beku dan cara menginokulasi inokulum:Media padat dicairkan di atas penangas air, lalu didinginkan sampai suhunya antara 40°C-50°C kemudian ditambahkan 5 ml klortetrasiklin (0,01 b/v), setelah homogen ditambahkan ke dalam 10 cawan petri yang berdiameter 5 cm, diamkan hingga media mengeras. Untuk semua media yang akan diinokulasi dilakukan inokulasi 1 cm biakan kapang nematofagus yang sudah ditanam selama 1 minggu ke dalam media pada masing-masing cawan petri. Inkubasikan pada suhu 25°C (suhu kamar) selama 3 hari. Amati diameter pertumbuhannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kapang nematofagus dapat tumbuh pada berbagai macam media yang mengandung zat-zat yang diperlukan seperti karbohidrat, protein, air, garamgaram mineral dan sebagainya . Diketahui nutrisi yang diperlukan mikroba pada media untuk pertumbuhan secara umum hampir sekitar 80-90% air dan sisanya berat kering terdiri atas unsure makro; C, H, O, N, S, P yang kurang lebih berjumlah 99%, sedangkan 1%nya berupa ion inorganik unsur mikro K, Mg, Fe, Ca, dan 0,1% berupa elemen pelengkap Co, Cu, Mo, Mn, Zn, Galium. Unsur-unsur
C, H, O, N, S, P, adalah unsur yang diperlukan untuk penyusunan asam amino di dalam pembentukan protein. Gula untuk membentuk polisakarida . Nukleotida diperlukan untuk pembentukan DNA dan RNA. Asetat untuk mmbentuk lipid, sedangkan unsur K, Mg, Fe, Ca diperlukan mikroorganisme kapang untuk ko faktor enzim, selain itu juga memerlukan vitamin, seperti Biotin (Vitamin H), Pyridoxine(Vit 136) dalam jumlah konsentrasi kecil yaitu part permillion (ppm) (FULLER 2001 ; ANONIM a.2002, ONIONS et al., 1981) . Tumbuhnya mikroba termasuk salah satu syarat keberhasilan suatu model aplikatip di lapangan, yang dalam hal ini sebagai model perbanyakan ialah media kapang nematofagus di dalam ranggka penanggulangan parasit nematodiasis. Ketersediaan media dengan bahan lokal yang cocok untuk tumbuh merupakan faktor pendukung utama . Beberapa kendala di dalam pembuatan media lokal ialah sterilisasi, dosis dan cara aplikasi . Penyediaan bahan dasar media, murah dan mudah didapat haruslah menjadi bahan pertimbangan di dalam memilih bahan lokal. Syarat media yang baik menurut SURIAWIRIA (1990) haruslah mempunyai komponen-komponen yang berfungsi untuk keperluan fisiologis, adapun susunan media yang baik ialah mempunyai : (a) Kandungan nitrogen, berasal dari protein, asam amino dan senyawa lain yang mengandung nitrogen. (b) Kandungan air. (c) Kandungan sumber energi atau unsur C, yang berasal dari karbohidrat, lemak, proteinataupun senyawasenyawa lain. (d) Faktor perturnbuhan, umumnya berasal dari vitamin dan asam amino. Adapun menurut bentuknya media terbagi atas 3 macam yaitu: (1) . Media padat, umumnya digunakan untuk bakteri, jamur dan kadang-kadang juga mikroalgae. (2). Media cair, umumnya digunakan untuk pembiakan mikroalgae tetapi juga mikroba lain terutama bakteri dan ragi. (3) . Media semi padat atau semi cair, umumnya penggunaannya untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anorganik atau fakultatif. Berdasarkan persyaratan tersebut, susunan media dapat berbentuk : a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahanbahan alarm seperti kentang, tepung, daging, telur, ikan, umbi-umbian dan sebagainya . b. Media sintetik, yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba . c. Media semi-sintesis, yaitu media yang disusun oleh campuran bahan-bahan alarni dan bahan sintesis . Dari kriteria-kriteria di atas maka pada penelitian media ini adalah termasuk pada golongan media padat semi-sintesis . Sementara itu kondisi Indonesia telah kita ketahui dengan keadaan alam dan kesuburan tanahnya merupakan faktor pendukung alam untuk Indonesia.
445
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Beberapa jenis bahan pakan pokok baik untuk manusia dan Lmak seperti beras, dedak, jagung dan singkong mudah didapat dan ditemui di kota maupun pelosok desa. Ke 4 jenis bahan dasar media ini harganya lebih murah dibanding bahan impor. Selain itu keempat jenis pakan ini sudah dikenali dan memasyarakat di Indonesia sebagai bahan makanan manusia dan ternak. Berdasarkan pertimbangan kondisi tersebut maka ke empat jenis bahan pokok tersebut dipakai sebagai model untuk pertumbuhan kapang nematofagus . Adapun komposisi kimia beras, jagung dan singkong tersaji pada tabel 1 . Sementara itu kapang-kapang yang di uji adalah Dactylella sp dan Duddingtonia flagrans, karena kedua kapang ini telah lulus seleksi in vitro , telah dipindahkan sebanyak 8 kali pada berbagai macam media (CMA, Souborouth glukosa agar (SGA), Soubourouth dekstrosa agar (SDA) dan Malt agar (MA), dan masih dapat hidup setelah disimpan selama 6 bulan di kulkas . Hasil penelitian media (tabel 2, gambar 1 dan 2) untuk pertumbuhan kapang nematofagus Dactylella sp dan Duddingtonia flagrans diamati panjang diameter pertumbuhan pada berbagai media secara berurutan adalah tepung beras (5,61 cm), CMA+Jagung (4,86cm),
tepung singkong (4,82cm), CMA+feses (4,61cm), CMA-beras, CMA (4,58 cm), tepung jagung (4,45 cm), dedak (0 cm terkontaminasi) untuk D. flagrans dan pada kapang Dactyllela sp adalah tepung beras(4,64cm), tepung jagung (5,55cm), tepung singkong (3,34cm), CMA (3,00 cm), CMA+Jagung (2,87cm), CMA+feses (2,84cm), CMA+beras (2,83cm), dedak(Ocm- terkontaminasi) . Bila di amati pertumbuhan kedua kapang nematofagus tersebut pada media tepung beras, ternyata lebih baik dibandingkan dengan media impor CMA (tabel 2). Pada pengamatan pertumbuhan kapang Duddingtonia flagrans dari rataan 10 kali ulangan pada hari ketiga diameternya mencapai 5,61 cm sedangkan media impor 4,58 cm, dan pada tepung jagung dan singkong secara berurutan ; 4,45 cm dan 4,82 cm. Sedangkan pada pertumbuhan kapang Dactylella sp dengan perlakukan yang sama pada media tepung betas, jagung dan singkong secara berurutan adalah ; 4,64 cm; 3,55cm; 3,34 cm, dan pada media CMA (impor) 3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam penelitian ini terbukti bahwa tepung betas merupakan media yang terbaik untuk pertumbuhan dibandingkan dengan CMA, jagung dan singkong.
Tabel l. Komposisi kimia per 100 gram beras, jagung, singkong . Komposisi kimia Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (mg) Vitamin B (mg) Vitamin C (g) Air - -
140 4,7 1,3 33,1 6,0 118 0,7 0 0,12 8 60,0
Jagung
146 1,2 0,3 34,7 33,0 40,0 0,7 0,0 0,06 0,3 62,5
Singkong
360 6,8 0,7 78,9 6 140 0,8 0 0,12 0 13,0
Sumber: Anonim b.(2002)
Beras giling
Tabel 2. Pertumbuhan kapang nematofagus pada berbagai macam media . Media 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan:
446
Hari ke 1 (Cm)
Dactyllela sp
0.13 1 .00 1 .00 0.08 1 .07 1 .04 1 .34 0
D flagrans
0.89 0.99 0.82 0.90 0.94 2.29 1 .93 0
Rataan Pertumbuhan kapang nematofagus Hari ke2(Cm) Dactyllela sp
1 .70 1 .56 1 .62 1 .56 2.22 2.23 2.73 0
1 . Com Meal Agar (CMA) 2. CMA +Jagung 5. Tepung Jagung 6. Tepung singkong
D .flagrans
3.37 3.54 3.37 3.60 3.24 3.37 4 .76 0
Hari ke3 (Cm) D.flagrans 4.58 4.86 4.61 4.58 4.45 4.82 5.61 0
Dactylella sp
3 .00 2.87 2.84 2.83 3.55 3.34 4.64 0
3 . CMA +Feses 7. Tepung beras
4. CMA+Beras 8. Dedak.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Dari hasil pengamatan pada gambar 2 terlihat pertumbuhan kapang Duddingtonia flagrans pada media tepung beras lebih cepat dibandingkan dengan ketiga media lainnya (tepung jagung, singkong, dedak) serta media-media CMA dengan beberapa tambahan bahan lainnya (jagung, beras, feses) . Dalam hal ini CMA dipakai sebagai kontrol dan media ini biasa dipakai untuk memperbanyak kapang nematofagus dan khamir . Hasil yang sama ditemui pula pada Dactylella
®CMA " Tepung jagung
sp yang tumbuh lebih cepat di media tepung beras dibandingkan dengan yang lainnya (gambar 1). Diduga di dalam penelitian ini cars pembuatan dan campuran yang terbaik adalah tepung beras, selain itu karena unsur-unsur pembentuk energi, karbohidrat, protein (tabel 2,3) yang diperlukan untuk pertumbuhan kapang lebih banyak terkandung pada beras dibanding bahan lainnya yaitujagung, singkong dan dedak.
" CMA +jagung ®Tepung singkong
DCMA+feses " Tepung beras
E3CMA+beras 0Dedak
Gambarl . Pertumbuhan kapang Dactyllella sp pada berbagai media pada suhu kamar
Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner 1001
Pertumbuhan kapang Duddingtonia flagians 6
5
4
3 a Y w Eco
E U E m v
2
0
Pertumbuhan pada hari ke ® CMA Tepung jagung
3
" CMA+jagung
OCMA+feses
D CMA+beras
®Tepung singkong
" Tepung beras
p Dedak
Gambar 2. Pertumbuhan kapang Duddingtonia flagrans pada berbagai media pada suhu kamar Pemakaian dalam bentuk tepung dilakukan dengan maksud untuk mempermudah pencampuran secara homogen media di dalam rangka mempercepat pertumbuhan kapang, selain itu memudahkan pengamatan serta proses aplikasinya . Pada media dedak tidak dapat dilakukan pengamatan karena faktor kontaminasi, diduga bahan utama dedak yang berupa sisa sekam (kulit padi) tersebut telah terkontaminasi lebih dahulu, hingga pada dedak diduga telah tumbuh spora jamurjamur kontaminan sehingga pada hari pertama pengamatan media telah ditumbuhi Mucor sp, dan dijumpai pula koloni Aspergillus sp dalamjumlah yang kecil pada hari ke 2 dan ke 3. Apabila akan diterapkan di petemak kecil di pedesaan maka kondisi dibuat simulasi untuk pedesaan. Sehingga perlakuan pembuatan media dengan bahan baku lokal ini tidak perlu 100% steril seperti di laboratorium yang memerlukan ruang steril khusus juga otokklaf yang bertekanan. Untuk membuat media cukup 44 8
air hangat yang telah matang kemudian di tambahkan campuran tepung bahan lokal dan antibiotik yang telah disaring. Selanjutnya dibuatkan cetakan adonan dalam piring (pengganti petri) untuk keperluan melakukan inokulasi kapang . Hal ini dilakukan dalam rangka antisipasi keadaan di petemak dan diharapkan petemak dapat melakukannya . Dosis terapan/aplikasi merupakan kendala namun karena kapang-kapang nematofagus yang akan diaplikasikan tak patogen untuk manusia dan hewan, dan dalam hal ini yang menjadi sasaran kapang nematofagus adalah larva infektif nematoda, maka untuk menghitung dosis tak perlu harus menghitung spora atau konida yang dibutuhkan dengan jumlah yang mutlak absolut, karena kita dapat memperkirakan jumlah spora tersebut di dalam pertumbuhan kapang dengan ukuran 1 cm persegi. Pemberian media dan kapang yang mudah adalah per oral, baik itu diberikan dengan dicampur dengan pakan ataupun diberikan langsung (dicekok) .
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Dengan demikian setelah didiskusikan hal-hal yang perlu dipikirkan seperti di atas temyata pada pertumbuhan ke 2 kapang tersebut masih lebih baik pada media bahan lokal tepung tepung beras dari pada singkong dan jagung . Namun bila dibandingkan dengan harga maka lebih mahal beras, karenanya untuk penerapan perlu dipertimbangkan faktor ekonomis ini . Selanjutnya diharapkan model media lokal ini dapat dikembangkan terhadap mikroorganisma selain kapang nematofagus untuk tujuan aplikasi .
KESIMPULAN DAN SARAN Media lokal dengan bahan baku beras adalah media yang terbaik dibandingkan dengan dedak, jagung, dan singkong untuk pertumbuhan kapang Dactylella spp dan Duddingtonia flagrans . Media ini sebaiknya dilanjutkan ujinya terhadap kapang dan khamir lainnya.
DAFTAR PUSTAKA AHMAD,R .Z dan BERIAJAYA. 1998 . Isolasi Verticillium spp untuk dipakai sebagai kontrol biologi cacing nematoda.Vol 7 no :2 . Jul-Des 1997 & Vol 8 no :l JanJun . :13-16
AHMAD ., R.Z . 2001 . Tesis . Isolasi dan seleksi kapang nematofagus untuk pengendalian haemonchosis domba. Program Pascasarjana. I .P .B . Bogor . ANONIM .a.2002 . http: WWW .cc . umanitoba .ca/-oresniki/210/lecture % 2020 html pages : 1-3 ditelusuri tanggal 9 Juli 2002 . ANONIM .b .2002 .www .ut.ac.id/ol-supp/fmipa/kulit4450/bua h .htm. ditelusuri tanggal 9 Juli 2002 . BERUAYA, R .Z. AHMAD dan E . KUSUMANINGTYAS. 2000. Efikasi kapang nematofagus pada domba dan kambing di daerah Kendal Jawa-Tengah . Prosiding Seminar Nasional dan Veteriner :498-503 FULLER, H .2002 . http :WWW .ucd .ie-botany/tut/fun/funans 4.htm .pages :I ditelusuri tanggal 9 Juli 2002 . LAY, BIBIANA,W dan SUGYO HASTOWO. 1992 . Mikrobiologi . Edisi ke satu . Cetakan kesatu. Rajawali Press .Jakarta . OmoNS .A .H .S, D .ALLSOPP and H .O.W .EGGINS .1981 . Smith Introduction to Industrial Mycology. Edward Arnold.Publisher Ltd. Seventh Edition : 271-184 . SURIAWIRIA, U . 1990 .Pengantar Mikroba Umum. Bandung. Penerbit . Angkasa Bandung .