MCDONALDISASI DAN DEHUMANISASI PEGAWAI RESTORAN CEPAT SAJI DI BALI Tendi Setyoko, Ikma Citra Ranteallo, Wahyu Budi Nugroho Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT This Research use term of George Ritzer, that is McDonaldization and of dehumanization worker to perceive five branch of McDonald's in Bali. This Research have purpose to know all kind of dehumanization in interpretation worker of restaurant fast food McDonald's, what later, then exposed in the form of erudite study. Pursuant to result of descriptive research method qualitative observation and explanative in field, and also circumstantial interview to ten worker of McDonald's, writer find matters which is equal to found by Ritzer in the year 1993 ago, that is: efficiency, power of arithmetic, power of prediction, and technological control to worker to reach satisfaction of customer . Key words: McDonaldization, dehumanization, worker, technology. kemudian akan diikuti dengan meningkatnya jumlah gerai restoran cepat saji.
PENDAHULUAN
Peningkatan Perkembangan dikenalnya
restoran
serta cepat
semakin saji
seperti
pada
makanan
pengolahan
kebutuhan
masyarakat
mengakibatkan
makanan
menjadi
produk lebih
McDonald’s tidak terlepas dari berbagai macam
berkembang. Restoran cepat saji menjadi salah
kelebihan yang dimiliki oleh restoran cepat saji
satu jawaban dari perilaku makan manusia yang
misalnya pelayanan ekstra cepat dan ramahnya
menginginkan sesuatu yang praktis. Ferdy
pegawai
Susilo
terhadap
pelanggan
termasuk
menjelaskan
bahwa
McDonald’s
glokalisasi atau penyesuaian layanan serta
merupakan dasar perkembangan yang paling
menu terhadap kondisi budaya masyarakat
berpengaruh dalam masyarakat kontemporer
lokal. Pelayanan yang diberikan McDonald’s
(Susilo, 2015: 209). Layanan restoran cepat saji
terbukti telah meningkatkan loyalitas pelanggan
yang mengedepankan efisiensi, kepraktisan,
terhadap menu makanan yang ditawarkan dan
dan
sekaligus keadaan ini juga meningkatkan jumlah
merupakan produk global, semakin akrab dan
restoran cepat saji McDonald’s di Indonesia.
meluas hingga di adopsi dalam berbagai sektor
Menurut Castro dan Armaro (dalam Aryani dan
kehidupan masyarakat di Indonesia. Ritzer
Rosinta, 2010: 1), loyalitas pelanggan tidak
(dalam Susilo, 2015: 209) mengingatkan bahwa
hanya akan meningkatkan nilai dalam bisnis,
sistem
tetapi juga dapat menarik pelanggan baru yang
McDonald’s akan mendominasi berbagai aspek
kecepatan
atau
yang
mana
prinsip-prinsip
hal
yang
tersebut
dibangun
kehidupan masyarakat, yang disebut Ritzer
Takaki mencirikan situasi terasionalisasi sebagai
sebagai McDonaldisasi.
tempat di mana diri sendiri di tempatkan dalam
Mengkritisi sistem McDonald’s yang semakin
mendominasi
sendi
dikuasai (Ritzer, 2014: 50). Artinya, situasi
kehidupan manusia, George Ritzer menjelaskan
tersebut merupakan situasi di mana manusia
McDonaldisasi sebagai bentuk fenomena yang
yaitu
tidak dapat dihindari. McDonaldisasi dapat
selayaknya manusia yang memiliki berbagai
diartikan sebagai bentuk kenyamanan yang
macam
diberikan oleh layanan restoran cepat saji.
pemikirannya dalam situasi kerja. Pernyataan
Ritzer
berjudul
lebih tajam juga dikemukakan oleh George
menjelaskan
Ritzer mengenai sistem McDonald’s sebagai
dalam
karyanya
“McDonaldisasi bahwa
berbagai
peti mati, emosinya dikontrol, dan jiwanya
yang
Masyarakat”
McDonaldisasi tercipta dari sistem
pegawai
potensi
bentuk
menghancurkan
mendominasi
pernyataan
manusia
tanpa
bisa
selalu
untuk
birokratik
pelayanan restoran cepat saji yang senantiasa kehidupan
tidak
mengembangkan
modern
yang
manusia.
Zygmunt
bertindak
akan
Mengadopsi
Bauman
mengenai
terkecuali pegawai restoran cepat saji itu sendiri
Holocaust Nazi sebagai rasionalitas birokratik
(Suyanto, 2013: 161).
modern, George Ritzer menyatakan bahwa
Perbincangan tentang McDonaldisasi
praktek McDonaldisasi tak ubahnya seperti
dan dehumanisasi akan senantiasa menarik,
pembantaian massal dalam Holocaust Nazi
apalagi
dengan
(Nugroho, 2015: 153-154). Dengan kata lain,
keadaan
sistem yang ter-McDonaldisasi seperti yang ada
tersebut. Bahkan dalam era modern seperti ini
di McDonald’s merupakan bentuk pembunuhan
manusia
terhadap pemikiran manusia secara massal.
jika
ketidaksadaran
dihubungkan manusia
semakin
tentang
nyaman
dan
menikmati
berbagai macam bentuk McDonaldisasi yang diterimanya.
Restoran
cepat
di
atas
semakin
seperti
mempertegas bahwa manusia yang berada
McDonald’s merupakan jaringan McDonaldisasi
pada sistem yang ter-McDonaldisasi memiliki
yang memberikan pengaruh besar terhadap
peran
pembatasan
untuk
menuangkan pemikiran ataupun inovasi. Akibat
melakukan inovasi, dalam hal ini pegawai
rasionalisasi yang begitu dominan, pemikiran,
menjadi aktor serta korban utama dari sistem
peran,
yang ter-McDonaldisasi. Ciri dasar munculnya
seyogyangya dapat berperan lebih menjadi tidak
McDonaldisasi
terlihat.
pemikiran
yaitu
saji
Pernyataan
manusia
terletak
pada
adanya
yang
dan
sangat
sedikit
keterampilan
Sistem
mengutamakan
perusahaan atau aktivitas masif dari modernitas.
manusia
Komentar yang menarik dikemukakan
efisiensi
tingkat
tinggi
manusia
hanya
berperan
oleh
Ronald
Takaki
ketika
mengomentari
manusia
McDonald’s
irasionalitas dari sebuah sistem yang ada pada
teknologi
untuk
dalam
mencapai
yang
yang
ketimbang
lebih tenaga
efektifitas
menjadikan sebagai
hal
dan
tenaga pelayan
restoran cepat saji sebagai sistem birokrasi
dalam sistem yang ada, kemampuan serta
yang menjadi tempat dehumanisasi. Ronald
inovasi yang dimiliki oleh manusia telah dibatasi
oleh prosedur atau standardisasi kerja yang ada
McDonald’s. Konsep glokalisasi didefinisikan
dalam McDonald’s. Pegawai dalam restoran
sebagai bentuk interpenetrasi global dan lokal,
makanan cepat saji McDonald’s tidak perlu
yang memberikan hasil unik dalam wilayah
memiliki
memiliki
geografis yang berbeda. Glokalisasi mengarah
pendidikan Tata Boga melainkan cukup dengan
pada pandangan bahwa dunia sangat berfariasi
mengikuti takaran-takaran dan aturan memasak
dan berkembang semakin pluralistik (Ritzer,
yang sudah ada pada McDonald’s. Keadaan
2014: 269). McDonald’s dalam pemasarannya
inilah yang kemudian penulis pahami sebagai
tidak serta merta memaksakan menu yang
awal munculnya dehumanisasi pada pegawai
menjadi andalan kepada masyarakat. Restoran
McDonald’s.
cepat
pada dengan
keahlian
memasak
atau
saji
McDonald’s
khusus
atau
andalan
Ironisnya, dehumanisasi yang terjadi
memodifikasi
pegawai
McDonald’s demi mendekati masyarakat lokal.
McDonald’s
adanya
telah
standardisasi
tertutupi
kerja
yang
menu
secara
Glokalisasi
utama
yang
diciptakan
dari
memberikan kemudahan serta kenyamanan
komodifikasi produk makanan serta pelayanan
bagi pegawai McDonald’s. Selain itu, proses
McDonald’s, semakin memperkuat pengaruh
standardisasi kerja yang ada pada McDonald’s
McDonaldisasi dan dehumanisasi yang harus
telah menutup mata masyarakat bahwa proses
diterima
pemasakan yang dilakukan pegawai merupakan
glokalisasi ini akan memberikan dampak pada
hasil
dari
pegawai yang akan terus mencintai sistem
kemampuan atau keahlian memasak pegawai
McDonald’s dan senantiasa terperangkap dalam
McDonald’s.
keadaan
ter-McDonaldisasi.
McDonaldisasi sudah masuk dalam sendi-sendi
karena
glokalisasi
kehidupan
kesadaran
kerja
dari
teknologi,
Keadaan
ini
masyarakat
bukan
terjadi
modern
karena
sehingga,
pegawai
McDonald’s.
Hal
telah
manusia
Konsep
ini
terjadi
meminimalisir
akan
peningkatan
terbentuk konstruksi sosial yang menganggap
homogenitas secara global (Suyanto, 2013:
keadaan yang diterima merupakan sesuatu
167).
yang wajar dan umum dilakukan oleh pegawai.
Gambaran
yang
diberikan
dalam
Namun, yang lebih pasti, konstruksi yang
pemikiran Ritzer di atas, telah terlihat merasuk
diciptakan memiliki tujuan untuk mengeruk
pada berbagai sektor kehidupan masyarakat,
keuntungan
tanpa terkecuali pegawai McDonald’s. Melalui
yang
tinggi
bagi
pemilik
McDonald’s.
sistem standardisasi kerja McDonald’s yang
Konstruksi yang diciptakan juga tidak
memudahkan
terlepas dari berbagai bentuk penawaran dari
pekerjaannya,
McDonald’s
sistem,
mengesampingkan keadaan dehumanisasi yang
termasuk penyesuaian tampilan serta produk
diterimanya. Melihat kondisi tersebut, maka
terhadap wilayah geografis. Pertimbangan lokal
dengan ini penulis ingin melakukan penelitian
dan global (glokalisasi) pun tidak luput dari
mengenai
perhatian McDonald’s dalam melindungi sistem
dehumanisasi
untuk
memperkuat
pegawai
dalam
membuat
kemunculan yang
melakukan pegawai
McDonaldisasi diterima
dan
pegawai
Widjoyo., Rumambi., & Kunto (2013),
McDonald’s. Penelitian ini juga mempunyai signifikansi
akademis
yaitu
untuk
dalam
penelitiannya
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan serta menguji kembali karya
menganalisa pengaruh dari kualitas layanan
George Ritzer yang berjudul “McDonaldization
terhadap kepuasan pelanggan pada layanan
of
drive
Society”.
Permasalahan
mengenai
thru
McDonald’s
Basuki
Rahmad
menjadi
Surabaya. Drive thru merupakan layanan yang
karena
hanya dimiliki oleh restoran cepat saji termasuk
Ritzer
McDonald’s. layanan ini memberikan pelayanan
tersebut masih memiliki keterbatasan, yaitu
kepada pelanggan dengan membeli produk
terletak pada karyanya yang belum mencapai
McDonald’s tanpa harus turun dari kendaraan.
kedalaman sistem McDonald’s atau sebatas
Penelitian ini menjelaskan bahwa layanan drive
menceritakan
thru telah memberikan kontribusi sangat besar
McDonaldisasi penting
dan
untuk
pemikiran
dehumanisasi
diungkap
serta
kembali
pandangan
tanpa
George
berada
pada
situasi
pegawai yang didehumanisasi oleh sistem
terhadap
McDonald’s. Melihat dari latar belakang di atas
peningkatan pembelian di McDonald’s. Dapat
dan
maka
dilihat dalam penelitian ini bahwa pelanggan
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,
yang melakukan impulse buying ketika drive thru
bagaimana
cukup banyak yaitu sebesar 43%. Alasan
berpijak
pada
judul
pegawai
penelitian,
menginterpertasi
kepuasan
pelanggan
serta
proses
pelanggan lebih memilih menggunakan layanan
penyajian makanan di restoran cepat saji
drive thru dari pada dine in didominasi karena
McDonald’s?
ingin mengkonsumsinya diperjalanan dan tidak
Tujuan Penelitan
ingin mengantri ketika melakukan transaksi.
pengalaman
dehumanisasi
dalam
serta
Drive Thru pada McDonald’s telah
rumusan masalah di atas maka yang menjadi
memberikan kemudahan dan kepraktisan bagi
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
pelanggan. Dengan adanya layanan tersebut
Bertolak
dari
Mengetahui
latar
belakang
segala
bentuk
restoran cepat saji McDonald’s dengan mudah
pegawai
mengontrol
perilaku
restoran cepat saji McDonald’s, yang kemudian
melakukan
pembelian.
dipaparkan dalam bentuk kajian ilmiah.
memberikan
dehumanisasi
dalam
interpretasi
sistem
Dalam penelitian ini penulis juga tidak terlepas dari adanya penulis-penulis terdahulu telah
meneliti
pelayanan
Penelitian tentang
makanan
dalam ini
juga
bagaimana yang
terus
berkembang demi kepuasan pelanggan dan
KAJIAN PUSTAKA
yang
gambaran
pelanggan
mengenai
McDonald’s
daya kontrol McDonald’s terhadap masyarakat semakin kuat. Evawati
(2012),
dalam
penelitian
maupun dehumanisasi, yang mana penelitian
Kualitas Produk dan Citra merek (Brand Image)
tersebut dijadikan penulis sebagai tinjauan
McDonald’s
pustaka dalam penelitian ini.
pelanggan, penulis menjelaskan bahwa kualitas
pengaruh
terhadap
kepuasan
dan citra merek telah memberikan kepuasan
pada pelanggan. Dengan adanya hal tersebut
menunjukkan bahwa kepercayaan pelanggan
maka
merek
dan harapan pelanggan memiliki pengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
positif terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini
kepuasan pelanggan. Kualitas produk serta citra
juga
merek McDonald’s telah memberikan daya tarik
penyedia layanan dalam mendorong kepuasan
yang sangat kuat kepada pelanggan yang
dan mengembangkan loyalitas dalam jangka
kemudian
panjang.
kualitas
produk
secara
dan
tidak
citra
langsung
akan
terkait
membawa pelanggan pada kepuasan diri dalam menikmati hidangan yang disajikan.
dengan
adanya
mekanisme
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dari semua penelitian-penelitian yang memfokuskan
McPhail., Chapman., & Began, (2011)
pada makanan cepat saji, belum ada yang
Kesimpulan dalam studi kualitatif lintas-nasional
menyatakan kondisi yang dialami pelanggan,
praktek makanan Kanada ini adalah keterlibatan
pegawai, maupun segala sistem dan pelayanan
remaja dalam “pekerjaan batas moral” yang
McDonald’s merupakan keadaan dehumanisasi
artinya pilihan mengkonsumsi makananan cepat
atau
saji dilakukan atas dasar sehat atau tidak sehat,
Penelitian
dan baik atau buruk, bukan karena untuk
mengenai McDonaldisasi dan dehumanisasi
menarik perbedaan kelas.
yang
Takano penjelasannya
(2013),
ter-McDonaldisasi.
sebelumnya
terjadi
pada
tidak
membahas
restoran
cepat
saji
McDonald’s, melainkan lebih banyak membahas mengenai kehidupan modern secara luas yang
makanan
kemudian menjelaskan bagaimana manusia
sosial
menjadi konsumerisme tingkat tinggi. Penulis
perusahaan. McDonald’s Holding Jepang adalah
telah melakukan penelusuran berbagai jurnal
perusahaan makanan cepat saji terkemuka di
serta sumber lain yang berkaitan dengan
Jepang. Pada tahun 2002 dan 2003 restoran ini
McDonaldisasi masyarakat. Dengan hasil bahwa
mengalami penurunan penjualan yang sangat
belum
signifikan
sebagai
melalui
kegiatan
akibat
keamanan
peningkatan
yang
citra
perusahaan
tentang
memberikan
masyarakat
pendidikan tanggungjawab
adanya
pangan
ada
isu
menurunnya
memfokuskan
termasuk
merebaknya
dehumanisasi.
penyakit sapi (BSE) di Jepang. Namun, pada
penelitian pada
Namun,
yang
benar-benar
McDonaldisasi
penelitian
dan
yang
menjadi
memiliki
banyak
tahun berikutnya yaitu pada tahun 2004 restoran
tinjauan
ini mengalami peningkatan penjualan sampai
persamaan dalam apa yang ingin dibahas dalam
akhirnya pada tanggal 13 juli 2015, perusahaan
penelitian
mendirikan sebuah website pendidikan untuk
berbagai macam bentuk aktivitas masyarakat
anak, “Time For Food Education”.
yang ter-McDonaldisasi seperti yang dikatakan
Sahagun., & Vasquez-paraga, (2014) dalam
menjelaskan
pelanggan
makanan
pelanggan
yang
tentang cepat
loyal.
Studi
bagaimana saji
menjadi
empiris
ini
George
pustaka
ini,
Ritzer
di
atas
yang
didalamnya
dalam
teori
memuat
McDonaldisasi
masyarakat. Seperti kenyamanan yang telah terjadi pegawai
pada dan
pelanggan pegawai
karena sendiri
pelayanan yang
juga
menikmati pekerjaannya sebagai buruh tenaga
penelitian
ini
menggunakan
tiga
teknik
manusia di McDonald’s.
pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Metode penelitian ini
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
dalam
model
penelitian
menggunakan
tulisan
ini
deskriptif
diharapkan
mampu
memperoleh
hasil
penelitian yang sesuai dengan target dan tujuan dari
penelitian
sehingga
menjawab
eksplanatif dan disajikan dengan menggunakan
rumusan
metode kualitatif atau penelitian lapangan.
mengenai McDonaldisasi dan dehumanisasi
Metode
deskriptif
pegawai ini diharapkan peneliti akan memenuhi
akan
memberikan
sendi-sendi keilmiahan penelitian ilmu sosial-
mengenai
munculnya
kualitatif
dengan
eksplanatif
dimaksudkan
gambaran
kembali
McDonaldisasi
dan
model
dehumanisasi
masalah
dapat
penelitian.
Penelitian
humaniora.
dalam
restoran cepat saji McDonald’s dan sekaligus
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
akan menguji kembali teori “McDonaldisasi Masyarakat”
George
Ritzer.
Data
yang
Gambaran
Umum
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
Pegawai
bukan angka, sehingga dapat menggambarkan
McDonald’s.
secara utuh terhadap apa yang ingin diteliti.
Dehumanisasi
Restoran
Restoran
Cepat
cepat
saji
Saji
McDonald’s
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari
merupakan salah satu bentuk industri restoran
naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
waralaba yang cukup berkembang dan dikenal
dokumen pribadi, catatan atau memo, serta
di Bali khususnya kota Denpasar. Tercatat
dokumen
Penggambaran
sebelas gerai McDonald’s yang berdiri di tanah
penulis
Bali ini. Sistem yang begitu akurat menggapai
menggunakanan data primer dan data skunder
hati pelanggan membuat restoran ini digemari
demi memperoleh data yang relevan (Sugiyono,
oleh berbagai kalangan masyarakat di Bali.
2013: 225). Data serta informasi mendalam
Selain
mengenai
dan
McDonald’s terbukti juga telah memberikan
dehumanisasi cara makan ini didapatkan penulis
kenyamanan pada pegawai. Kenyamanan ini
melalui informan yang sudah dipilih dengan
terkait dengan kemudahan pegawai dalam
kriteria sesuai apa yang dibutuhkan dalam
melakukan tugasnya sebagai pegawai restoran
menggali informasi.
cepat
resmi
terjadinya
lainnya.
McDonaldisasi
gejala
McDonaldisasi
Lokasi penelitian ini di fokuskan pada
itu,
saji
sistem
tanpa
yang
harus
dibangun
pintar
dalam
oleh
hal
memasak.
lima McDonald’s yang ada di Pulau Bali, yaitu:
Pegawai yang termuat dalam penelitian
McDonld’s New Dewata Ayu (NDA) Sudirman,
ini merupakan pegawai crew yaitu, orang yang
McDonald’s
Kuta,
senantiasa akan terus berhadapan dengan
McDonald’s Jimbaran, dan McDonald’s Sunset
sistem standardisasi kerja restoran cepat saji
Stars.
McDonald’s. Bahkan, pegawai McDonald’s bisa
Sanur,
Dimana
McDonald’s
pengumpulan
data
pada
dikatakan adalah pelaku sekaligus korban dari
pemikiran atau potensi skill yang dimiliki oleh
McDonaldisasi.
pegawai dalam proses penyajian makanan, baik
Pegawai
dikatakan
sebagai
pelaku karena, pegawai lah yang melakukan
itu
proses
pemasakan
segala aktivitas yang bersinggungan langsung
pelayanan ke pelanggan.
maupun
proses
dengan konsumen baik itu proses pemasakan Crew merupakan sebutan dari pegawai
sampai dengan proses pelayanan saat masakan
yang berada pada struktur paling rendah dalam
tersebut sudah disajikan. Pegawai dikatakan
restoran
sebagai korban atau ter-dehumanisasi karena sistem
standardisasi
McDonald’s
telah
kerja
memberikan
cepat
saji
McDonald’s.
Crew
McDonald’s setiap harinya memiliki jobs kerja
perusahaan
yang diaggap penulis merupakan pekerjaan
pembatasan
yang minim kreativitas. Jobs Kerja Pegawai McDonald’s No
Jenis Jobs Kerja Pegawai
Jumlah
Tugas
1.
Lobby
2
Membersihkan ruangan
seluruh
yang
ada
di
McDonald’s, termasuk toilet dan
bekas
makanan
pelanggan
Melayani 2
Counter/ OT
3
makanan
3
Kitcen/ MFC
1
Memasak
pemesanan
ayam/Goreng
ayam
4
BCG
2
Goreng petis dan kentang
5
Asamblier
1
Ngerap/membungkus produk
6
Inisiator
1
Menyiapkan produk
7
Runner
1
Closing produk ke costemer
8
DOT
1
Melayani proses pemesanan melalui delivery order
Stok up segala keperluan 9
242
1
pelayanan pada pelanggan, seperti
gelas
minuman
habis, stok nasi habis, dan lain sebagainya.
Jumlah pegawai per siff (Sumber:
hasil
wawancara
13 pegawai dengan
AM
[pegawai
McDonald’s],
18
Juli
Interpretasi Pengalaman Dehumanisasi
keterampilan,
Dalam Proses Penyajian Makanan di
regulasi, prosedur dan teknik (Ritzer, 2014:
Restoran Cepat Saji McDonald’s.
166).
Pengalaman
dehumanisasi
pengetahuan,
peraturan,
yang
Restoran cepat saji McDonald’s dirasa
termuat dalam penelitian ini yaitu, adanya
tidak memerlukan pegawai sekelas koki atau
ketidakberdayaan pegawai terhadap sistem
juru masak ahli, yang diperlukan McDonald’s
standardisasi proses penyajian makanan di
hanyalah pegawai yang mampu menerapkan
McDonald’s yang membuat mereka-pegawai
alur penyajian makanan yang sudah ada.
jenuh dan tidak bisa mengembangkan potensi
Sangat rumit memang, namun aturan yang
skill yang ada pada dirinya. Seperti yang
dibuat telah banyak membantu pegawai dalam
dijelaskan oleh Haslam dalam tulisannya yang
melakukan segala pekerjaannya. Selain itu,
mengatakan bahwa dehumanisasi merupakan
adanya alur penyajian makanan tersebut telah
suatu
memberikan
penyangkalan
terhadap
esensi
kepuasan
pada
pelanggan
kemanusiaan yaitu, penyangkalan terhadap
McDonald’s. Konsistensi rasa yang dihasilkan
atribut-atribut
oleh pegawai McDonald’s tidak dihasilkan oleh
kemanusiawian
yang
menyebabkan orang lain memandang dan
keahlian
memperlakukan
bumbu makanan. Konsistensi ini dihasilkan
manusia
lain
seolah-olah
masak
pegawai
dalam
meracik
binatang, dan penyangkalan terhadap kodrat
dari
manusia
pihak
standardisasi perusahaan. Dengan kata lain,
memandang dan memperlakukan manusia
manusia yaitu pegawai dalam gerak kerjanya
lain seperti objek atau mesin (Haslam, 2006).
maupun pemikirannya sangat dikontrol oleh
yang
membuat
Keberadaan perusahaan
sistem
sudah
satu
standardisasi
menjadi
fenomena
universal di dunia makanan cepat saji. Dengan kata
lain,
sistem
mengedepankan maupun
non
standardisasi
praktek mesin
teknologi akan
yang
senantiasa
ter-dehumanisasi atau nilai-nilai kemanusiaan terrampas.
Sebagaimana
dikatakan
dalam teori McDonaldisasi Ritzer bawasannya kontrol teknologi terhadap manusia di dalam restoran cepat saji akan terus menerus berjalan seperti manusia berada di dalam sel penjara yang akan terus dikontrol oleh pihak luar sampai orang tersebut keluar dari penjara. Teknologi yang dimaksudkan disini bukan hanya teknologi mesin semata melainkan juga termasuk
didalamnya
terdapat
material,
penyajian
standardisasi
makanan
perusahaan
yang
atau
ada
di
McDonald’s.
Munculnya
Irasionalitas
atas
Rasionalitas
mesin
menjadikan pegawai sebagai manusia yang
yang
alur
Irasionalitas merupakan
wujud
dalam dari
penelitian
ini
ketidakberdayaan
pegawai untuk menolak kenyamanan yang diberikan oleh McDonald’s. Secara sadar atau tidak sadar terhadap apa dampak yang diterima
dari
proses
standardisasi
kerja
McDonald’s, pegawai tetap melaksanakan atau mengikuti dengan senang hati alur standardisasi
kerja
yang
ada.
Konsep
penyajian makanan yang begitu dilembagakan atau
distandardisasikan
ditunjukkan
oleh
sangat
McDonald’s.
kentara Menyimak
kembali bagaimana penjelasan mengenai alur penyajian burger misalnya, pegawai yang
harus menata saus, kecap, daging dan
diakibatkan oleh teknologi penyajian makanan
sayuran yang harus sesuai dengan alur
di McDonald’s. Informan yang berinisial AN ini
penyajian yang sudah ada di McDonald’s.
selain bekerja sebagai pegawai McDonald’s
Penyajian
demikian,
juga merupakan salah satu mahasiswa di
penggorengan, kematangan, sampai batas
Universitas Udayana. Adapun penjelasan AN
kentang tersebut harus dibuang, ada alur yang
sebagai berikut:
kentang
pun
juga
harus diikuti oleh pegawai. Selain itu, adanya teknologi mesin juga sangat berpengaruh
“Memang benar bahwa menjadi pegawai
besar terhadap tingginya irasionalitas yang
McDonald’s
ada di McDonlad’s. Apabila ditilik apa yang
dehumanisasi
ada di McDonald’s saat ini peran pegawai
tepatnya pembatasan tenaga kerja … mereka
semakin sedikit. Konsep restoran cepat saji
mempersedikit tenaga kerja yang digantikan
McDonald’s lebih memilih untuk memainkan
dengan alat [mengurangi jumlah pegawai dan
peran
mesin
digantikan dengan alat]… contohnya drivetrue
akan
dulu di Sanur menerima pesanan satu orang,
selalu
menerima pembayaran satu orang, sekarang
yang
ketimbang
lebih
pada
pegawai,
menciptakan
kondisi
teknologi
karena yang
mesin akan
konsisten.
gerak
kami
memang
telah
benar
dibatasi, terjadi
…
banyak pekerjaaan dilimpahkan ke teknologi.. sekarang
ada
pendengar
speaker
yang
melakukan
atau
handset
membantu
pekerjaan
yang
pegawai seharusnya
dikerjakan dua orang dikerjakan satu orang [dulu dikerjakan dua orang sekarang menjadi satu
orang]
drivetruenya
…
di
Sanur
menerima
sekarang
pesanan
ini dan
menerima pembayaran cuma dilakukan satu orang [pelayanan drivetrue dilakukan satu orang]”, ungkap AN. (Wawancara dengan AN, 23 tahun, laki-laki, 15 April 2016|11.00 WITA).
Pegawai dalam Teori McDonaldisasi Masyarakat Melihat
irasionalitas
yang
begitu
kentara, semakin membuat peneliti sadar Sedikit curahatan hati pegawai McDonald’s
bahwa teori “McDonaldisasi Masyarakat” yang
tersebut
memberikan
dicetuskan oleh George Ritzer beberapa tahun
gambaran mengenai irasionalitas yang harus
silam memang tetap berlaku dan semakin
diterima oleh pegawai McDonald’s. Dalam
jelas meskipun dizaman yang berbeda. Teori
wawancara yang dilakukan penulis dengan
“McDonaldisasi Masyarakat” yang dicetuskan
salah seorang pegawai McDonald’s Sanur ini
oleh
merupakan pernyataan yang sangat jelas
sekaligus
tentang
setidaknya
kemunculan
dapat
irasionalitas
yang
George pisau
Ritzer
menjadi
pembedah
gambaran
yang
sangat
komplit dalam penelitian ini. Seperti yang
proses
sudah disinggung sebelumnya bahwa Ritzer
McDonald’s
membagi
massal
konsep
McDonaldisasi
menjadi
penyajian
makanan
bagaikan
untuk
menjadikan
mesin
manusia
pembunuh
yang
terlibat
empat bagian yaitu efisiensi, daya hitung,
didalamnya,
daya prediksi, serta kontrol pada pelanggan,
pelanggan McDonald’s. Apabila ditilik, dengan
pegawai, dan manager. Berpijak pada konsep
pegawai
tersebut,
pengalaman
teknologi proses penyajian makanan maka
dehumanisasi yang dialami oleh pegawai
mereka-pegawai menjadi pelaku pembunuhan
McDonald’s dapat disajikan secara sitematis
untuk
dan komprehensif melalui analisis dari teori
penyajian makanan telah membunuh pegawai
McDonaldisasi Masyarakat tersebut.
dalam hal nilai kemanusiaan untuk bebas
kiranya
interpretasi
baik
itu
menerima
pelanggan,
pegawai
begitu
dan
maupun
saja
arahan
teknologi
proses
menjadi dirinya sendiri. Seperti yang sudah Sebagaimana
diungkapkan
Ritzer,
aktivitas sosial yang terstandardisasi dengan peran teknologi yang semakin mendominasi, entah
disadari
disadari atau
tidak telah
menjadikan manusia ter-McDonaldisasi dan ter-dehumanisasi. Keadaan ini mengingat, McDonaldisasi
sekaligus
merupakan
bagian
terpisahkan
dari
dehumanisasi
yang
tidak
akan
terstandardisasinya
kehidupan manusia. Geliat McDonaldisasi dan dehumanisasi
semakin
hangat
dilingkup
restoran cepat saji, cukup dengan menjadi pegawai McDonald’s manusia akan terdeteksi bahwa mereka-pegawai sudah terdegradasi kemanusiaannya.
terlihat di McDonald’s saat ini, ramainya pelanggan McDonald’s merupakan akibat dari kenyamanan yang diberikan oleh pegawai dalam
segi
konsisten,
pelayanan dalam
yang
cepat
pandangan
dan
pertama
pelanggan McDonald’s merupakan restoran dengan pelayanan yang nyaman konsisten, nyaman,
dan
cepat.
Pelanggan,
dalam
pertimbangan awalnya bukan terletak pada rasa dan keamanan produk makanan yang dihasilkan melainkan melihat pelayanan dari restoran tersebut.
Sangat riskan apabila
makanan tersebut tidak berada pada kondisi benar-benar
bersih
dari
bakteri,
dengan
makanan yang dihasilkan oleh standardisasi
Sejatinya, nilai kemanusiaan dalam
proses penyajian makanan bukan dihasilkan
yang
dari kemampuan seorang manusia, maka
sungguh amat penting. Nilai kemanusiaan
secara tidak langsung pegawai tidak akan
menjadi
memperdulikan kesehatan makanan tersebut,
diri
manusia
merupakan
penting
karena,
sesuatu
dengan
nilai
kemanusiaan yang kuat manusia tidak akan
pegawai
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
bagaimana
sesuatu atau keuntungan. Restoran cepat saji
mengikuti
menjadi salah satu contoh dimana proses
makanan yang ada pada perusahaan.
dehumanisasi tersebut berlangsung begitu kuat.
Nilai-nilai
kemanusiaan
pada
diri
manusia yang terlibat didalamnya serasa tidak ada artinya, apa yang dilakukan McDonald’s dengan menerapkan teknologi sebagai acuan
hanya
akan
memperdulikan
melayani
pelanggan
standardisasi
proses
dengan penyajian
Kondisi tersebutlah yang kemudian menjadikan proses dehumanisasi di restoran cepat saji McDonald’s menjadi sangat kuat. Pernyataan ini diperkuat dengan interpretasi dari
para
pegawai
McDonald’s
yang
menyatakan
bahwa,
McDonald’s
hanya
pegawai
bekerja
mengikuti
di
perintah
melainkan adanya kerugian tersendiri yang didapatkan
oleh
pegawai
yaitu,
ter-
standardisasi kerja perusahaan saja tanpa
dehumanisasinya pegawai atau terbatasnya
pemikiran yang lebih dari pegawai di atas, baik
gerak, serta pemikiran pegawai yang mana,
dalam hal pemasakan, kebersihan maupun
sejatinya
layanan cepat antar. Bahkan, untuk mencoba
dikembangkan.
memiliki
potensi
yang
dapat
mencicipi produk makanan saja, pegawai tidak lah bisa melakukan hal tersebut. Sangat disayangkan
apabila
manusia
yang
seharusnya memiliki jiwa sosial dan nilai kemanusiaan mudah
yang
dijadikan
tinggi
dapat
budak
oleh
dengan teknologi
Pengkajian yang memang belum bisa dikatakan usai atau selesai atau bahkan sempurna,
keraguan
ini
terucap
karena
memang keterbatasan wawasan penulis yang menyebabkan serangkaian tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, yang bahkan belum
standardisasi proses penyajian makanan.
bisa dikatakan sebagai karya yang berkualitas. Namun, dengan keterbatasan itulah karya ini
KESIMPULAN
mungkin dapat memberikan sedikit informasi
Berpegang analisis penelitian
yang
pada
penulis
mengenai
pengkajian lakukan
dan
yang mungkin nanti dapat dikaji kembali dalam
terhadap
tulisan yang sempurna dan lebih berkualitas.
McDonaldisasi
dan
Selain itu, penulis juga mempunyai harapan
dehumanisasi Pegawai Restoran Cepat saji
tulisan ini dapat sedikit menambah khasanah
yang ditinjau dari Proses Penyajian Makanan
keilmuan
di McDonald’s, kiranya terdapat benang merah
sosiologi pada khususnya.
sosial-humaniora,
dan
disiplin
yang dapat ditempatkan sebagai kesimpulan dari pengkajian dan pengolahan data di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Interpretasi dari subyek pegawai di
Buku Bacaan:
lima McDonald’s Bali, mampu menguatkan
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
sekaligus membuktikan bahwa benar adanya,
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
McDonaldisasi dan dehumanisasi telah terjadi
Cipta.
di restoran cepat saji McDonald’s khususnya Blalock, H.M.Jr. (1994). Pengantar Penelitian
McDonald’s yang berada di Bali.
Sosial.
Jakarta:
Melalui pengkajian data yang telah didapatkan
Manajemen
dari
Persada.
subyek
dianalisis
dengan
McDonaldisasi menunjukkan makanan
penelitian,
di
yang
menggunakan
Masyarakat, bahwa
kemudian
proses
McDonald’s
tulisan
PT
Raja
Pers
Grafindo
teori ini
penyajian Bali
Rajawali
telah
memberikan kenyamanan dan kemudahan
Bodgan, R., & Tailor, S.J. (1993). Kualitatif Dasar-dasar
Penelitian.
Surabaya:
Usaha Nasional. Brannen,
J.
(2002).
Memadu
bagi pegawai. Namun, kemudahan tersebut
Penelitian
bukan berarti keuntungan untuk pegawai
Samarinda: Pustaka Pelajar.
Kualitatif
&
Metode
Kuantitatif.
Bungin,
B.
(2007).
Penelitian
Kualitatif.
Artikel Ilmiah (Edisi Pertama). Jakarta:
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kencana Prenadamedia Group.
Nazir. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Hefner,
R.W.
(2000).
Masyarakat
dan
Budaya
Pasar,
Moralitas
dalam
Kapitalisme Asia Baru. Jakarta: PT Rachman, M. (1999). Strategi dan Langkahlangkah
Penelitian
Pustaka LP3ES Indonesia.
Pendidikan.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Jurnal Ilmiah
Ratna, K. (2010). Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aryani, D.,& Rosinta, F. (2010). Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan Loyalitas
dalam
Membentuk
Pelanggan
[elektronic
version]. Jurnal Ilmu Administrasi dan
Ritzer, G., & Douglas J.G. (2004). Teori Sosiologi Modern (Edisi Keenam). Jakarta: Kencana.
Organisasi, 17(2), 114-126. Evawati. (2012). Kualitas Produk dan Citra merek
Ritzer, G. (2014). McDonaldisasi Masyarakat.
(Brand
pengaruh
Image)
terhadap
McDonald’s kepuasan
pelanggan [elektronic version]. Jurnal
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ekonomi dan Sosial, 1(2), 184-191. Sanderson, S.K. (2010). Makro Sosiologi: Sebuah
Pendekatan
Terhadap
Haslam,
N.
2006.
Dehumanization:
An
Realitas Sosial (Edisi Kedua). Jakarta:
Integrative Review [elektronic version].
PT Rajagrafindo Persada.
Personality and Social Psychology Review, 10(3), 252-264.
Scott, J. (2012). Teori Sosial: Masalahmasalah
Pokok
dalam
Sosiologi.
McPhail, D., Chapman, G.E., & Began, B.L. (2011). "Too much of that stuff can’t
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
be good": Canadian teens, morality, Sugiyono.
(2013).
Kuantitatif,
Metode Kualitatif,
Penelitian dan
R&D.
Bandung: Alfabeta. Suyanto,
B.
(2013).
version]. Social Science & Medicine, 73, 301-307.
Sosiologi
Ekonomi:
Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme (Edisi Pertama).
and fast food consumption. [elektronic
Jakarta:
Maditias, G. (2015). Konsumsi Junk Food dan Pubertas Dini. [elektronic version]. Majority, 4(8), 117-120.
Kencana Nugroho, W.B. (2015). Menyoal Fantasi dan
Prenadamedia Group.
Emansipasi dalam “Foodgasm”. Jurnal Tanjung, N.B., & Ardial. (2005). Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi,
dan
Tesis)
dan
Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis
Ilmiah Widia Sosiopolitika, 6(4), 148157.
Sahagun, M.A., & Vasquez-Paraga, A. (2014).
Perumahan Manyar Kota Surabaya)
Can fast-food consumers be loyal
[electronic
customers, if so how? Theory, method
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
and
Ilmu
findings
[elektronic
version].
Journal of Retailng and Consumer
version].
Politik,
Departemen
Universitas
Airlangga
Surabaya.
Services, 21, 168-174. Purwanto, H. (2011). Faktor-Faktor yang Susilo, F. (2015). Fragmentasi Manusia dalam
Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Kultur Makan Masa Kini. [elektronic
dan
version]. Melintas, 201-219.
Restoran Cepat Saji di Yogyakarta.
Word-Or-Mouth
Pelanggan
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Takano, K. (2013). McDonald’s Japan: A case
Universitas Atmajaya Yogyakarta.
study of effective public relations [elektronic version]. Publik Relations Review, 39, 60-62.
Sayogi,
Y.S.
(2013).
Analisis
Glokalisasi
Perusashaan Multinasional sebagai Bentuk Strategi Komunitas terhadap
Widjoyo, I.O., Rumambi, L.J., & Kunto, Y.S. (2013). Analisa Pengaruh Kualitas Layanan
terhadap
Kepuasan
Konsumen pada Layanan Drive Thru McDonald’s
Basuki
Rahmat
di
Surabaya [elektronic version]. Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(1) 1-12.
Sumber
Lain/
Materi
yang
Tidak
Kaum
Bridgehead
McDonald’s
(studi
dan
kasus
mahasiswa
Universitas Indonesia). Makalah NonSeminar. Depok: Program Studi Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Suryanti, R. (2013). Gambaran Jenis dan
Diterbitkan
Jumlah Konsumen Fast Food dan Soft
Daulay, V. (2013). Persepsi Pelanggan dalam
Drink pada Mahasiswa Obesitas di
Memilih Makanan Cepat Saji. Skripsi.
Universitas Hasanuddin Tahun 2013.
Bengkulu: Fakultas Ilmu Sosial dan
Skripsi. Makasar: Program Studi Ilmu
Ilmu Politik, Universitas Bengkulu.
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Husyein,
A.
(2006).
Konsumen McDonald’s
Aanalisis Terhadap
Preferensi Restoran
Indonesia.
Skripsi.
Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah.
Tua Mengenai Konsumsi Junk Food Anak
Media Internet McDonald’s.
(2015).
Mengenai
Profil
McDonald’s. Diakses pada tanggal 26 maret 2016 pukul 17.00 WITA dari http://mcdonalds.co.id.
Pratama, H.S. (2015). Konstruksi Sosial Orang
untuk
Universitas Hasanuddin.
di
Perkotaan
(Studi
Deskriptif pada Ibu yang Memberikan Konsumsi Junk Food pada Anak di
Facebook.
(2016).
Mengenai
Status
Muhammad Ikhsan. Diakses pada tanggal 7 September 2016 pukul 08.41 WITA dari www.facebook.com,