•
MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang
•
Oleh Nurman Said NIM: 973083/SJ
DISERTASI
.
Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Dok.tor dalam Ilmu Agama Islam· YOGYAKARTA
2007 MILIK PERPUSTAKAAN P>~CASAllJANL j lTE-r ::·~AN K.\ll.t • JA l NO.INV <::eooo 's<{I rl I @.
'6r-·1
TANGGAL:
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nam.a NIM
Jenjang
: Drs. Nurman Said, MA : 973083/83 : Doktor
menyatakan, bahwa disertasi ini secara keseluruhan adalah basil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sum.hem.ya.
Yogyakarta, S September 2007
/
ii
DEl'ARTEMEN A
llNl\'ERSITAS ISLAl\1 NEGERI Sl'NAN KAUJAGA
PROGRAM PASCASAIUANA
Promotor
Pro motor
Prof. Dr. H. Sunyoto Usman
(
)
Dr. H. M. Thoha Hamitn
(
)
v C:\Data\S3\nut:i dim1s\Tl>k.rtf
NOTADINAS Kepada Yth.
Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
.Assalamu 'alaikum wr. wb. Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola lntegrasi Sosial antara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang yang ditulis oleh: Nama NIM
Program
: Drs. Nurman Said. M.A. : 973083/83 : Dok.tor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke program pascasrjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Dok.tor (83) dalam rangka memperoleh gelar Dok.tor daJam bidang Ilmu Agama Islam.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
VI
NOTADINAS Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Assalamu 'alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang yang ditulis oleh: Nama NIM Program
Drs. Nurman Said, MA 973083/S3 Doktor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 4 September 2007
Vil
NOTADINAS
Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan K.alijaga Yogyakarta
Assalamu alaikum wr. wb. Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:
MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: (Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara Muslim Pagama dan Muslim Sosorang) yang ditulis oleh: Nama NIM Program
: Drs. Nurman Said, MA : 973083/83 : Doktor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya bependapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan K.alijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam.
Wassalamu alaikum wr. wb. Yogyakarta, 1 Juni 2007 Pro~ota Penilai, Thoha
Vlll
~:im, Ph.D.
NOTADINAS Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu 'alaikum wr. wb. Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang yang ditulis oleh: Nama NIM Program
: Drs. Nurman Said, MA : 973083 : Doktor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal l 0 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (83) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam
Wassalamu 'alaikum wr. wb. Yogyakarta, 28 Agustus 2007
lX
NOTADINAS
Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu alaikum wr. wb. Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi teotang Pola-pola Integrasi Sosial aotara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang
yang ditulis oleh: Nama NIM Program
: Drs. Nurman Said, MA : 973083 : Doktor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (83) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam
Wassalamu alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 28 Agustus 2007 Anggota Penilai,
f. Dr. H. Djam'annuri, MA
x
NOTADINAS Kepada Yth., Direktm Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Assalamu 'alaikum wr. wb. Disampaikan dengan honnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:
Studi tentang Pola-pola lntegrasi Sosial antara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang yang ditulis oleh: Nam.a NIM Program
: Drs. Nunnan Said, MA : 973083 : Doktor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal l 0 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 28 Agustus 2007 Anggota Penilai,
~~ Drs. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D
Xl
-·
;;.<
. ("'
~
$·
'
t.'
l-!
.e·
"l.
·-
(:
~
s::.
..
\-
-
·C.
~
".
-
l.-
t'"
~ 1:- ~
s::.
.
f:'
~
C-
t:"
• •
r'•
•
fe ,
•
G
1:- }-. ~. ~1-~· 'tt
Ll-.! ~ c.
-
-
""
{
-
(:
.
•
'f
J,.
C-
-
)·
_:. .
.IC"'
•
-
-
-
t:1~ ·b'tr~~~. ·~ c. e:&· r
(;_
·-
i ~· [• ~ \: \: ~
••
;t
®
·~
- _ -.!
·~
-c.
1
f' \- ~ ·~ f Zr ~
r
t;.. .-
x~ 1t.
o·
s: f ~ ~ ~ ~
~
·t'
&·
\;;,
t.
f. \. ·t
C-
1...
"t f;
t-
. \ ~ 1 i l r~ ~ i ~ r t s } t ~ ~ ~ 11· . C \. L - ~· t~ + ~· ~ 1 1 .~ 1 { ~f ~ .:. ( ~ ~ t l ·~ ~·. ~ ~
t'"
11e,ti!itf v - f c. - "-· ~ '°T.c.. Q
~i~iii'~ t! ~ "- t-1 ~ ~ i.l: t·t' ~-~ ~L~f 1- ~~c;.:{ \.~ ~ 1 oi~ rt.! £ ~ { I ' t C:. J;. '\Tl ~Q ~C.·-.!f 1'~ ~.•.t ·~· f..c ¥:.-1 ~ rJ: -iJ ~ ·t; f \: -i'\T t· ~:(;_
·t'
.!
·~ ~ ~ ~ ~ r t:[~~t1f~ r~· ~· r -~ ~ -.c..t c. •.
~
c;
1'"'
c-. )._
t
{ ei ~ l:.. \. • i
t: ~ l " c:. ~.:.. ~ •l t ( ~·". ~r ~ r f ~~. i ~". 1.- i ~~· '~ l ' 1 k-r: ~ ~t~.;-tft'1{ ..~ t1~ .. ~1··.t i ~ ~ ~ r: ~· \;. ~ <;..
t·
.r~ s: ·r ~ ·~ { ~ ~ ~ ~ r ~ .r: (.. ~ .c.- <:;~ ~); &.);r: ~~v r G ~ ~§ t: ~·...:..
'f
~
-i..
~
~
~
1
'-
.. ..
>
r
~
~
~
('<'
,f:
ci
..,
f"
\
C.·
~
t:!.
..-
l
~
~ t'lt..
&· "
r 'l.~ ·-l
1~
fl.
§ ~
~
~'"" ~.~ Jf.
~
f
~·
~· ~
~
~ ~
~
1&·
<J pagama r-1--
9-\;
~ ¥1....;;:.,.'JI U')\.JI 0i Jl ~ ~\ l.il ~
~ r~ <,?..ill ~./~1 ¥1....:>.-'JI oW :W>l.i 4l'J,) ~_ri 9-t r:;-- sossorang r-1--J ~fi ~l_,AJI ~I; J
~I
l..y.. ~ 4'1.,AJI U')\.JI Y. .r"~· ~I...;;:.,.'JI J ~IJ .:>l)\rl
_pv y. W"' <$.r"LS:il ~ 4ilj o..b-} ;_,,-)rl (.JJ ·.r"lS:.,. ~ ..b-IJ
<J
~ ~,)~'JI olJW.1
..,..t....i
Js-
o_,>-\rl
(.JJ
Js-
..L,;aall parailcatte <,?~I
.~_,All ¥1....;;:.,. 'JI r:;--WI ~I; ~I~ ~ .r"lS:.,. j.Ai j.-.- ~~'JI or)r4 J Jfal
J1 J~ sossorang ~J pagama ~ ~ ~..UI ..:.i~WIJ ~Lil.I JI.:-- J')b:.I ~I
J}
j>-1.:i
~..UI ~I .~I
J ~I
~
ft-!.
<,?.ill ¥\....:>..'JI
~\.Jal.i.,:J.I ~
U')\.JI
~ 4/t....;;,,.'JI j _,;jl Jl ~ 4/1....;;:.,.'JI ,)J..b- ~,.ul Jl oJ jlJ ~I Jl ~
~b.:t ~\fl
r1-9 ~
Js- ut... Jl.;t'l ~..UI ~\J-JIJ r-:'°WI J';i.::.:.'JI rl.;>-'l ~WI
.~I
l>l .r"lS:... ~ J) ~ ~_#I ¥1....;;:.,.'JI ~l.i')\.JI .or-:-11 ~'JJ~I Jl
,fa_ ~_ri ~\j <J sossorang r-1- ,)l)i ~J ~\j <J sossorang
r-1-J pagama
(pangngadakkang) ~1.)WI ..,..t....i
Js-
~Ip ~..UI ~YoJ ~bWI ~Yo i:>i
Js- J--'l ~I l.i.J. ·rA'-:>- <J L...~ ~i <,?.ill
WI ¥1....;;:.,. 'JI ~\J.-11 Jl \j )i; l~l ~
~1f"'i r:;-- ~r-5' r~'il J~1 ·.)""'~· <.i"~'il ~ ~.,Ji ol:>-
j.Ai ol:>- <J r+f41
rjA
~
~.,-11 ¥1....;;:.,.'JI ~1.:iw4 ~}I ~l}I ~ pangngadaklcang
~\J-31 4J_} Jl I~ <)-1 \.i,,. 0-al.!...
<J
<J I*')J
~I ,)l)i ~ j.-.- ~_,JI .r"lS:.,.
.~..UI r-:'°l.All J';i.::.:.I Jl ~\ ~ ~ u;}I ~1.rJI ~ o~I ¥I....:>..'ii
~~WI (.lyi ~ r:;-- ~,au; i:>i
,fa_
.r"~ ~~'JI ~I ~ ~}I ~l_;ll
.~..UI ~.)~)'I oljWIJ ';ye\11 o'lJ oy.ij ,apW'JI U..uJ.IJ ,14.il.,AJI ~ ,¥~'/I
Jl sossorang r-1--J pagama r-1--
L@~I
':J5 JJbJ ..::J~WI e..1;\11 o.l. ~ y.
·I*'=! e:_il}I J';i.::.:."jl ~l.-
xm
ABSTRACT
Title of Dissertation Writer Student Number
: The Muslim Community of Makassar: A Study on the Patterns of Social Integration between Pagama Muslims and SOssonmg Muslims : Nurman Said : 973083/83
This study aims at illustrating the relation between religious understanding and its implementation ifi ofie side attd the patterns of social integratiofi among the muslim community of Makassar that is between those who are categorized true muslims known as pagama and those who do not consistently practice Islamic teachings known as sossorang (nominal) muslims in the other side. Exploring this social-religious phenomenon, this study tries to gather information regarding the position of the religious understanding and its practices as exposed in the daily life of the people of Makassar as significant data needed by the writer to be able to identify the nature of their religious accomplishment as muslims. Working on this matter, the writer tries to examine the tendencies of social inclination of each group regarding their religious understanding and its implementations or practices as manifested in the patterns of social integration between the religious muslims (pagama) and the nominal one (sossorang). Technique of colJecting data was done through both observation and interview. Information collected through observation was done either by taking part in certain social activities carried out by the community known as participant observation or by observing the processes of social integration of the community without being involved in the activities. In addition to this technique, the researcher conducted depth interview with numbers of respondents, most of which were purposively selected from researched community and some others with several informants who understand the nature of social life of the people of Makassar. All collected data were analyzed by applying functional theory assuming community as an organism where each social unit has its own function in the community and has to support each other on the basis of social consciousness of mutual assistance. As religious-social study, this research made use of several academic approaches namely theological, historical, and social approaches. Theological or religious approach was used to understand the tendency of religious understanding and practices of the community as the fundamental element in the life of the people ofMakassar. Historical approach was used to understand the reality of the religious-social behavior of the people of Makassar as historical facts closely related with the dynamic of the social life in accordance with the dynamic of human's life. Sociological approach was used to understand the religious behavior of the community of Makassar as social expression of their social life. The Conclusion of this research indicates that integrative-social relations between the religious muslims (pagama) in one side and the nominal muslims (sossorang) in the other one indicates the necessity of fostering social integration among the Makassar as the manifestation of their cultural system through which every individual and group in the community of Makassar have to maintain harmonious relations among their fellow ethnic based on the sense of brethren as one big family of Makassar as explicitly stated in the Makassar term parailcatte supported by the sense of brotherhood based on the
likeness or the uniformity of their faith as muslim known as ukbuwwab Jslimiyab brotlierliOOO) liavc Made the MW.ssat as one oomMwiiy who bave a very strong sense of social solidarity among them. The different tendencies of religious understandings and practices employed by the pagama muslims in one side and the sossorang Muslims iii am.otbtt sidt has oomribUted to the polarit.ation of social telatioii between them in their social life. Fanaticism of religious group in the community of Makassar has promoted the tendency of exclusivism which in tum may lead to the process of improving social discrepancy among different groups in the respected community. The spirit of tolerance needed to enable each member of the community to accept and respect different religious understanding and practices based on Islamic teachings has not been fully implemented in their social life and therefore need to be introduced to them continuously and systematically. The social relation coloring the interaction between the pagama muslims and the sossorang one or between the same member of respective groups has to be seen as the expression of their commitment to implement their cultural system known as panngadaklrang that bas been rooted deeply in their social life. This research implies that both cultural identity and religious identity complement and strengthen each other in everyday life of the people of Makassar. The acceptance of Islam as an integrated component of panngadakkang in addition to the commitment to the tradition practiced by the Makassar from one generation to another in their daily life have made the individuals as well as the social groups of this sub-ethnic group of the Bugis able to develop social activities on the basis of strong social solidarity among them regardless their different inclinations of religious understandings and . practices. Social solidarity that bas strongly tied the relations among different groups in the muslim community of Makassar bas manifested in various patterns of social integration among them covering kinship pattern, economic interdependency pattern, patron-client pattern, and the resemblance of Islamic faith. Both groups, the pagama muslims and the sossorang muslims have tried to accept and respect each other regardless their different religious understandings and practices by making use of these patterns of social integrations.
(lslamie
..I
PEDOMAN TRANSLITERASI 1.
Penulisan Konsonan
JI>
:4
!\ :k
: dz
j,
:~
J
:I
)
:r
~
:~
~
:m
j
:z
iJ
:n
J
:w
: Q.
""J'
:s
t .' t : gh
: sy
J :f
: kh
,.,,,
:~
J :q
\
:a
,)
:d
~
:b
~
~
:t
~
: ts
.
[. :j
c. t
_,.
:h -. .. ,
~
2. Penulisan Vokal Panjang dan Diptong
a i = ii
-
a panJang
. 1
panjang u panjang
XIV
1, jl •
au u-
~I-
a1
.
:y
DAFfAR SINGKATAN
AG AGH BPS DDI
Anre Gurutta (Bugis); Anrong Gunmta (Makassar) Ann Gunilla Haji (Bugis); Anrong Gunmla Haji (Makassar) Badan Pusat Statistik Damd Dakwah wal Irsyad (Arab: Dir al-Da'wah wa al-Irsyid)
Dg.
Daeng
DVI1I DPR DPRD Dr.
Dami Islam/fentara Islam Indonesia Dewan Perwakilan Rakyat DeWaD Perwaldlan Rakyat Daerab Doktor Gurutta (Bugis); Gurunta (Makassar} Gurutta Hiiji (Bugts); Gunmta Haji (Makassar) Golongan Karya Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam Haji Himpunan Mahasiswa Islam Institut Agama Islam Negeri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia lkatan Mahasiswa Muhammadiyah lkatan Masjid M~lah Indonesia Muttahidah Ikatan Remaja Muhammadiyali Kiyai Komite Penegakan Syari'at Islam Kiyai Haji Laki-laki Masehi Madi'a$8b Tsanawiyah Madrasah Aliyah Madrasah al-' Arabiyah al-Is18miyah MadtiiSali lbtidaiyah Majelis Permusyawaratan Rakyat Majelis Ulama Indonesia Nahdattil Ulama Perempuan Professor l>erguruan Tinggt Agama Islam Rukun Keluarga Rukun Tetangga Ruktiii Warga ~alli allib alaib wa sallam Syarikat Islam Sekolah Tiiiggi Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sulawesi Selatan
G GH Golkar GUPPI H HMI
IA1N ICMI IMM
IMMIM IRM K.
KPSI
K.H. Lk. M M.Ts. MA MAI MI
MPR MUI NU Pr. Prof. PTAI RK RT RW
saw SI STAI STAIN Sulsel
swt
su~iiiiiiliu wa ta'ilii
xv
TKA
Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an
1NI
Tenmra NasiOnaI Indonesia
TPA
Taman Pendidikan Al-Qur'an Universitas Islam Negeri Universitas Muslim Indonesia Universitas Hasanuddin Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan
UIN UMI Unhas YKSS
XVI
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga bisa merampungkan karya tulis ini untuk. diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam. Tanpa izin-Nya, usaha penulis untuk merampungkan karya ilmiah ini tidak akan bisa terwujud. Salawat dan salam tidak lupa pula penulis persembahkan kepada Rasulullah Muhammad saw atas jasanya yang tidak ternilai dalam berusaha memberikan pencerahan bagi umat manusia. Penulis sangat menyadari makna kehadiran beliau dalam sejarah umat manusia khususnya dalam mendorong peradaban yang bersendikan ilmu pengetahuan. Proses penulisan disertasi ini berikut berbagai tahapan kegiatan yang menyertainya menghabiskan waktu yang cukup lama. Keterlibatan sejumlah pihak dalam mendukung setiap usaha penulis, mulai dari pelaksanaan studi awal, penulisan proposal penelitian, studi pustaka, penelitian lapangan untuk. menghimpun data yang diperlukan, analisis, penulisan laporan basil penelitian hingga penyuntingan dalam format disertasi, penulis rasakan sebagai anugerah yang sangat berharga. Tanpa bantuan sejumlah pihak yang memberikan dukungan kepada penulis niscaya disertasi ini sulit terwujud. Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan disertai ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Sunyoto Usman yang telah menuntun dan membimbing penulis merambah wilayah kajian yang pada awalnya penulis rasakan seperti belantara yang sangat asing. Kesediaan beliau meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing berikut kesabaran dalam menuntun penulis
xvn
dalam melakukan penelitian, menganalisis data, dan menulisnya dalam bentuk disertasi telah memberikan pelajaran sangat berharga bagi penulis dalam memasuki dunia akademik yang meniscayakan ketekunan dan kemampuan intelektual yang memadai. Tidak kalah pentingnya, bimbingan yang sangat berharga penulis dapatkan dari Dr. H. M Thoha Hamim yang dalam banyak hal lebih memposisikan diri sebagai teman berdiskusi sambil mengasah kepekaan intelektual penulis agar bisa melaksanakan penelitian kemudian menuliskannya dalmn bentuk karya ilmiah seperti dalam bentuknya sekarang ini sungguh-sungguh merupakan pengalaman sangat berharga bagi penulis yang tidak mungkin bisa dilupakan. Kepada keduanya, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya diiringi doa semoga amal beliau diberi pahala bertipat ganda oleh Yang MahaKuasa.
Dukungan yang tidak temilai dari Pimpinan Fakultas Ushuluddin IAIN, kini UIN, Alauddin berturut-turut Ors. H. Nihaya M., M. Hum., Prof. Dr. H. Hamka Haq, MA., Prot Dr. H. M. Galib M., MA., Dan Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. serta segenap
kawan-kawan penulis yang terdiri atas staf pengajar dan karyawan di lembaga
pendidikan ini memberikan kekuatan yang luar biasa kepada penulis untuk merampungkan studi program doktor dengan baik.
Nam~
setumpuk aktivitas
institusional dan kemasyarakatan berikut "kelalaian" penulis dalam memanfaatkan waktu secara baik menyebabkan usaha merampungkan studi terbengkalai hingga nyaris berujung pada kegagalan.
Penulis merasakan hal ini sebagai "dosa institusional"
terhadap pimpinan Fakultas dan kawan-kawan di tempat penulis bekerja. Karena itu penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih berikut permohonan maaf karena mungkin telah "mengecewakan" mereka. Hal yang sama penulis sampaikan pula kepada seluruh kawan di UIN Alauddin yang tidak pemah
XVlll
berhenti memberikan dorongan kepada penulis agar terus berusaha mengupayakan langkah-langkah penyelesaian studi. Penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan disertai ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Abel. Muin Salim yang saat menjadi rektor tidak hanya memberikan izin tetapi juga memberikan dukungan yang
sangat berharga sehingga memungkinkan penulis bisa menempuh pendidikan jenjang doktor (SJ), suatu kesempatan yang demikian berharga bagi setiap orang yang menjalani kehidupan di dunia akademik. Tanpa dukungan beliau, penulis sulit membayangkan apakah bisa sampai pada tahapan pendidikan seperti sekarang ini. Ungkapan yang sama pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA yang dalam masa kepemimpinan
beliau tetap
memben"kan
kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan studi yang telah penulis jalani meski telah mengbabiskan waktu yang relatif lama. Ketika melakukan penelitian, penulis bertemu dengan sejumlah orang baik sebagai pribadi maupun dalam kapasitas mereka sebagai pejabat yang demikian tulus memberikan bantuan tidak temilai guna melancarkan usaba pengumpulan data guna mendukung proses penulisan disertasi ini. Tanpa bantuan mereka penulis pasti akan menghadapi kesulitan dalam usaha menghimpun data dan akibatnya sangat mengganggu proses penulisan disertasi ini.
Penulis patut menyampaikan ucapan
terima kasih
sebesar-besamya kepada kepala dan staf perpustakaan yang sering penulls kunjungi untuk membaca buku-buku baik yang berkaitan dengan teori-teori ilmu sosial yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, maupun buku-buku serta dokumen lainnya yang memuat informasi awal yang penulis butuhkan sebagai bahan untuk memperoleh gambaran awal menyanglrut latar belakang serta kondisi masyarakat yang
XIX
menjadi obyek penelitian. Karena itu penulis patut menyampa1"kan ucapan terima kasih kepada Kepala beserta Staf Perpustakaan Abdul Rasyid Daeng Lurang, Sunggwninasa, Gowa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membaca sejumlah koleksi mereka yang berkaitan dengan masyarakat Sulawesi Selatan. Hal yang sama penulis ingin sampaikan pula kepada pengelola Balai Penelitian Sejarah dan Budaya Sulawesi Selatan yang setia melayani keperluan penulis tatkala membutuhkan dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Tidak. lupa pula penulis menyampailcan terima kasih kepada Kepala beserta Staf pada Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan yang cukup membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan literatur yang mendukung penelitian dan penulisan disertasi ini. Tentu saja tidak. bisa penulis lupakan jasa Kepala serta Staf Perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikan kemudahan kepada penulis setiap saat membutuhkan buku atau dokumen lainnya yang penulis butuhkan guna memperlancar proses penelitian dan penulisan disertasi ini. Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terlma kasih kepada Kepala beserta semua staf Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas pelayanan yang tutus kepada penulis setiap saat membutuhkan literatur baik untuk kepentingan pengembangan wawasan keilmuan maupun dalam rangka penulisan disertasi ini. Hal yang sama pula penulis sampaikan kepada pengelola Perpustakaan Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang telah memberikan pelayanan yang sangat berharga bagi penulis, baik ketika masih bergumul dengan tugas-tugas kuliah maupun pada saat menulis disertasi ini. Semoga pelayanan yang tutus dari mereka mendapat imbalan yang setimpal dari Allah swt. Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih tidak terhingga kepada Pimpinan Departemen Agama RI yang menyediakan beasiswa tennasuk bantuan
xx
penulisan disertasi yang telah membantu penulis mengatasi sebagaian kesulitan biaya yang secara umum menjadi problema krusiat bagi mahasiswa Program Pascasarjana. Tanpa dukungan beasiswa berikut bantuan penulisan disertasi dari Depatemen Agama RI tersebut, penulis pasti menghadapi kesulitan dalam menekuni dan menyelesikan program studi jenjang doktor ini. Penulis menyampaikan penghargaan disertai ucapan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada Rektor UIN Sunan Kalijaga beserta seluruh unsur pimpinan clan staf lembaga pendidikan tinggi ini atas semua k.ebaikan yang telah di"berikan kepada penulis sejak menjalani kuliah sampai saat menempuh masa-masa sulit merampungkan disertasi ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sama pula penulis sampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga beserta segenap unsur pimpinan clan
staf institusi ini atas segala bantuan pelayanan yang diberikan guna mendukung upaya penyelesaian studi penulis. Usaha untuk menuntaskan program studi jenjang dok.tor yang penulis jalani pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga tidak dapat dilepaskan dari dukungan dari
sejumlah pribadi yang tidak mungldn bisa disebutkan seluruhnya pada kesempat.an yang sangat terbatas ini. Sejumlah nama yang patut disebutkan di sini lantaran jasa mereka yang demikian besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi jenjang doktor pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yakni Prof. Akhmad Minhaji, Ph.D. yang tidak hanya memberikan dorongan bagi penulis untuk menuntaskan studi yang ftyaris
terhenti, tetapi juga telah menjadi host bagi penulis saat-saat awal berada di Yogyakarta untuk menempuh pendidikan jenjang 83,
Dr. Atiandi Mochtar yang senantiasa
memberikan petunjuk dan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan studi, Muhammad Shabri AR yang menjadi teman berdiskusi dalam memperluas wawasan akademik, baik pada saat masih menjalani kuliah maupun pada saat menulis disertasi ini.
XXl
Hal yang sama penulis sampaikan kepada M. lrfan yang selalu siap memberikan bantuan
setiap saat penulis membtituhkannya. Jasa-jasa mereka tidak mungkin penulis lupakan. Semoga mendapat imbalan berlipat ganda dari Allah swt. Dukungan tidak ternilai bagi penulis datang dari kedua orangrua tercinta.
Kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis sehingga tumbuh menjadi manusia dewasa, sangat menentukan perjalanan akademik hingga sampai pada jenjang pendidikan 83. Dukungan doa yang tidak pemah putus dari ibunda Hj. Maryam Abady serta ayahanda Muhammad Said menjadi "energi" yang sangat kuat dalam membangkitkan semangat penulis untuk memasuki dunia akademik dengan berbagai problematika yang ada di dalamnya. Dukungan doa mereka sungguh-sungguh memberi kekuatan bagi
penulis saat "berjuang" menaldukkan berbagai kendala yang merintangi usaha penyelesaian studi jenjang S3. Dukungan yang sama datang dari ibu menua penulls Hj. Marwah yang senantiasa memberikan semangat berikut doa yang tidak pemah putus. Penulis merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang memiliki komitmen luar biasa dalam mendukung perjalanan akademik penulis yang tidak hanya datang dari orangtua penulis di atas, tetapi juga dari saudara-saudara penulis. Semoga Allah swt. membalas ketulusan hati mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda. Last but nt>t the least, penulis ingin mengungkapkan "kebanggaan" menjadi
suami dari istri tercinta Rahmatiah Raut: serta menjadi ayah dari tiga buah hati tersayang
masing-masing Emily Nur Saidy, Hamdy Nur Saidy dan Humaidy Nur Saidy yang telah menunjukkan dukungan berupa ketabahan dan kesabaran luar biasa untuk menerima resiko hidup dalam "keterbatasan" ak.ses terhadap berbagai kebutuhan hidup standai' sebagai akibat logis dari upaya memberikan dukungan optimal kepada penulis guna menyelesaikan studl dengan baik. Pengorbanan dalam bentuk kesabaran yang mereka tunjukkan tersebut telah menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk berdiri tegak sambil terus mengayunkan langkah hingga mampu mencapai posisi seperti sekarang ini. Kepada merekalah penulis persembahkan disertasi ini.
xxii
Meskipun penulis telah berusaha mempersembahkan kemampuan terbaik yang penulis miliki guna merampungkan disertasi in~ namun disadari sepenuhnya jika karya ilmiah ini hanyalah merupakan produk manusia yang tidak luput dari berbagai kekurangan dan keterbatasan. Terlepas dari semua i~ penulis berharap kiranya karya ilmiah ini bisa mengisi satu ruang tertentu dalam khazanah intelektual keagamaan Islam yang masih perlu dikembangkan terus-menerus, khususnya menyangkut hubungan agama dengan realitas sosial. Semoga disertasi ini bermanfaat.
AUih a'lam bi al-pwib
Yogyakarta, 5 September 2007
NurmanSaid
XX.111
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL ............................................. :............................ ~······ ...... .
l
ii PERNYATMN KEASLIAN .......................................................................... . iii PENGESAHAN" REKTOR ....................................................... :................... . IV DEWAN PENGUJI .................................. :..................................................... . PENGESAHAN PROMOTOR ................................................................ .. . .. . . ' v vi NOTADIN'AS ............................................................................................. . xii ABSTRAK ..........................·.......................................... ;........ ··· PEOOMAN TRANSLrrERASI ..................................................................... . xiv . . DAFTAR·SIN'.GKATAN ..... ::........................................................................... . xv XVII KATA PENGANTAR .............................................. ;..................................... . xxiv DAFI'AR ISI ....... _.. ,.................................................... :................................. . ~~ I
J)~~tJAN
.. ~ .... ~.................................................
A. Lam Belakang Masal.ah .••••••••. ••••••••••••••.••••••••••••••••••••
1 1
B. RlllDusan. Masai.ab. . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......... .... ............... ...........
ii
D. Tmjauan Pustaka ................................................... ··~···· E. Kerangka Teori dan Pendekatan ..................................... F. Metod.e Penelitlan. . . . .. .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13 18 31
G. SiSteiriatika PenwiSan................................................ ...
36
BAB ii oAMBARAN UMUM MASYARAKAt MAKASSAR ...... .......
40
D. Struktur Sosial Masyarakat Makassar.................................
40 48 62 71
DAB iii PERSPEKtiF MASYARA.KAT MUSUM MAKASSAR .. .. ........
84
A. Pengertian dan ~ Lingkup Masyarakat Makassar ... .. ....... B. Adat-istiadat (Panngadakkang) ........................ ~... •• . ••. •.•. C. Pandangan ltidup Orang Makassar ............ ... .. ... ... ... .. .......
A. Islamiasi M~ ............... ... ......... .... .. ... .. .. .. .. .......
B. Persentuban Islam dengan K.epercayaan Lokal . . . . •. . . •. •. .. . . •... C. Islam dan Identitas Budaya Makassar .... ..... ........ ....... ....... 1. Kesetiaan kepada Panngadakkang . . •. . . •. . •. •. •. .••. •. . •. . . •••• 2. Keunggulan Islam terhadap Kepercayaan Lokal •. . . . ••. . •. . .. 3. Pe~ Identitas Kesukuan. •....•.•.......•.•....•.•.....•.•..•
84 97 109 111 114 116
o. Tnmsmisi Peillikirtm Islam ..... .. .. .. .... ...... .. .. .. •... .. ... .. .. ... .
11 s
1. Lembaga-lembaga Pengkaderan Ulama . . . .. . . . . . •. . . . . .. . . . .. . 2. Genealogi Pemikiran Islam Ulama-ulama Bugis . . . . •. . . . •. ...
125
XXIV
133
BAB iV VARiAN KEAGAMAAN MASYARAl
BAB
V
MAKASSAR ......... ...... ............. ........... .................. ....... A. Polarisasi Pemabaman dan Pengamalan Ajaran Islam . . . . . . . . . . . .
146 146
:B. Mulim Pagama ... .. .... ..... . ... ... .... .. ... . .. . .. ... . .. . .. .... .. ..... .
i 69
C. Muslim Sossorang . .. . . . .. . . . . . . . .. . .. .. . . .. . . .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . ....
20 l
POLA-POLA INTEGRASI SOSIAL KOMUNITAS MUSLIM MAKASSAR................................................... A. Hubungan Kekerabatan . . ... .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. ... .....
228 228
B. Ketergantungan EkonomJ. .................... ........ .. ........... .. ...
266
C. Hubungan Patron-Klien................................................. D. Kesamaan Keyakinan Agama .. .. . . .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. ...
279 297
PENUTUP .. .. .. . . . .. .. . . . .. .. .. .. .. .. .. . . . .. .. .. .. . .. . . . .. . . . . .. . . . . .. . . . ..
A. Kesimpulan . . . . .. . . . . . . . . . . •. . . . . . . .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . .. . . . .. . .. . .. . .. . B. Implikasi Penelitian ....... "......................................... ...
318 318 323
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
325
LAMPIRAN...................... ......................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS......... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
330 332
BAB VI
xxv
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat muslim Makassar, seperti halnya masyarakat Bugis pada umumnya, dikenal sebagai penganut Islam yang "fanatik". Fanatisme keberagamaan masyarakat Bugis-Makassar diakui oleh Christian Pelras yang menggambarkan semangat keberagamaan orang-orang Bugis tergolong sangat kuat seperti halnya beberapa suku yang juga dikenal sebagai penganut Islam yang taat seperti suku Minang, Sunda dan Banjar.
1
Penerimaan syariat Islam menjadi salah satu bagian penting dalam
panngadalckang (Makassar) atau panngaderreng (Bugis), sistem kebudayaan BugisMakassar, menjadikan Isiam sebagal saiah satu s1tnboi ldentitas pentlng budaya Bugis. Dengan demkian maka tidaklah mengherankan jika orang Bugis, pada umumnya, menganggap bahwa secara normatif seorang Bugis haruslah beragama Islam. Karena itu - jika ada orang Bugis yang tidak menganut agama Islam dianggap menyalahi kecendenmgan umum (main stream) dan dianggap bukan lagi seorang Bugis dalam arti yang sesungguhnya. Pandangan ini dipegang secara merata di kalangan orang Bugis sebagai konsekuensi dari penerimaan Islam (sara' [Bugis-Makassar] atau syaii'ab [Arab]) sebagai bagian integral dari panngadalckang. Karena itulah agama non-Islam kurang berkembang di kalangan masyarakat Bugis sebab dianggap menyalahi kelaziman. Jika di lingkungan masyarakat Bugis terdapat penganut agama non-Islam, umumnya, mereka tidak berasal dari Suku Bugis melainkan suku lain baik yang merupakan
1
Christian Petras, The Bugis (Oxford: Blackwell Publisher's, 1996), him. 4.
1
2 penduduk asli Sulawesi Selatan seperti suku Toraja,2 ataupun dari kalangan pendatang yang berasal dari luar Sulawesi Selatan seperti Maluku, Minahasa, Cina, Jawa, Bali, Fiores, Papua dan Bataic yang secara umum diidentlkkan sebagal non-musiim. Realitas kehidupan sosial keagamaan masyarakat Makassar menunjuk:kan karakteristik yang menarik untuk dikaji guna mendapatkan gambaran yang jelas,
khususnya menyangkut kaitan antara tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang mereka ya.kini dengan pola-pola integrasi sosial yang mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang tepat tentang hal ini akan berguna untuk menjelaskan seberapa jauh pengaruh pemahaman keagamaan dalam menentukan bentukbentuk interaksi sosial antarkomunitas muslim Makassar. Di samping itu, usaha-usaha pemberdayaan masyarakat sebagai bagian penting dalam proses pembangunan meniscayakan perlunya analisis sosiologis terhadap realitas sosial yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kepentingan-kepentingan praktis yang berhubungan dengan
upaya untuk merumuskan serta mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kehidupan masyarakat. 3 Karena itu maka persoalan pertama yang bendak ditelusuri secara mendalam adalah kecenderungan serta tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat Makassar yang menjadi obyek penelitian.
Upaya berikutnya adalah mengkaji secara cennat pola-pola hubungan
timbal-balik yang dipraktikkan oleh masing-masing komunitas tersebut dalam menjalani aktivitas sehari-hari sebagai sesama komunitas Makassar.
2
Suku Toraja adalah salah satu suku penduduk asli Sulawesi Selatan yang umumnya menganut kepercayaan Alukta atau biasa disebut Alu/c Todolo (Ajaran Leluhur). Sebagian lainnya menganut agama Kristen (Protestan clan Katolik) clan hanya sebagian kecil menganut agama Islam. 3 Lihat Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi (Yogyakarta: CIReD, 2004),hlm. 10.
3
Pemahaman terhadap kedudukan agama sebagai salah satu suniber nilai yang berfungsi unruk membimbing dan mengarahkan perilaku sosial penganutnya perlu dikaji secara mendalam. Penelitian ini bennaksud unruk meneliti secara meridalam pola-pola integrasi sosial antara dua kelompok dalam masyarakat muslim Makassar yang memiliki tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang berbeda, yakni antara komunitas muslim yang secara umum di kalangan masyarakat muslim Makassar dikenal dengan sebutan
tu
pagama
(Bugis: to pagama) berarti orang yang taat beragama unruk
selanjutnya disebut pagama di satu sisi, dengan komunitas muslim lainnya yang dikenal dengan sebutan muslim sossorang (muslim keturunan) di sisi yang lain. Penelitian terhadap perilaku sosial keagamaan ini bertujuan unruk menjelaskan posisi pemahaman dan pengamalan agama dalam mempengaruhi perilaku sosial masyarakat muslim
Makassar. Hubungan yang selama ini terbina secara baik antara muslim pagama dengan muslim sossorang di kalangan masyarakat Makassar mendorong munculnya pertanyaan menyangkut posisi perbedaan tingkat pemahaman dan pengamalan agama terhadap perilaku sosial yang bersanglrutan. Hal ini cukup menarik unruk dikaji sebab memiliki ciri khusus yang menunjukkan adanya perbedaan dengan keadaan yang secara umum dipahami berdasarkan pertimbangan: ( l) emosi keagamaan yang cukup kuat tidak jarang menjadi pemicu sikap intoleran terhadap perbedaan keyaki~ (2) perbedaan tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran agama secara umum berjalan seiring dengan perbedaan tingkat kehidupan sosial-ekonomi yang sampai batas tertentu dapat menjadi pemicu terjadinya kecemburuan sosial di kalangan masyarakat. Bagi muslim pagama, pengamalan ajaran Islam yang bemuansa sinkretistik sebagaimana yang biasa diamalkan oleh muslim sossorang merupakan penyimpangan yang dapat merusak kemurnian ajaran
4
Islam. Sebaliknya, bagi muslim sossorang, pengabaian terbadap tradisi keagamaan yang telah tumbuh dan mengakar dalam kehidupan masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan pengingkaran terhadap warisan leluhur yang dapat beraktbat bencana yang merugikan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, penolakan terhadap tradisi keagamaan yang telah dipraktikkan secara tunm-temurun merupakan sikap yang berlebih-lebihan, sehingga orang-orang yang menganjurkan unruk menghilangkan tradisi keagamaan tersebut dipandang sebagai penganjur "agama baru" yang dapat merusak "agama" yang sudah mapan dalam masyarakat. Terlepas dari perbedaan pandangan keagamaan tersebut, tampaknya, relasi sosial antarwarga Makassar tetap terpelihara secara baik sebagaimana terlihat pada keakraban yang terjalin baik di kalangan masyarakat Makassar. Perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan di kalangan mereka, selama ini, tidak sampai mengganggu hubungan sosial antark.omunitas di kalangan masyarakat Makassar. Perbedaan tingkat kehidupan sosial-ekonomi antara muslim pagama dengan muslim sossorong berpeluang memicu terjadinya kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat mendorong timbulnya kecemburuan sosial antark.omunitas dalam masyarakat Makassar. Jika dalam masyarakat terdapat kelompok yang secara psikologis mudah tersinggung karena beban hidup yang mengbimpit maka hal ini bisa memicu terjadinya konflik antarkelompok dalam masyarakat tersebut.
Kekhawatiran ini,
tampaknya, tidak berlaku di kalangan masyarakat Makassar yang selama ini telah terbiasa dengan perbedaan tingkat kehidupan sosial-ekonomi. Pertanyaan yang perlu dijawab berkaitan dengan kenyataan ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat pemahaman dan pengamalan agama dengan pola interaksi sosial antarwarga di kalangan masyarakat muslim Makassar.
5
Proses-proses sosial yang terjalin antara muslim pagama dengan muslim
sossorang di blangan masyarabt Makassar, secara umum, dapat digambarkan sebagai hubungan yang lebih mencerminbn hubungan sating menerima (assosiatij) dibanding hubungan sating menolak (dissosiatij).
Semangat tolong-menolong yang mewamai
kehidupan sehari-hari masyarakat muslim Makassar sebagaimana tercennin pada
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran, khitanan, selamatan, pemikahan dan kematian merupakan bukti kuat yang menunjukkan tingginya ibtan solidaritas sosial antarindividu maupun antarkelompok dalam masyarakat Makassar. Semangat kekeluargaan di kaJangan masyarakat Mabssar yang sangat kuat boleh jadi merupakan fak.tor signifikan yang sangat berperan dalam membentuk hubungan antarindividu maupun antarkelompok di kalangan masyarakat Makassar. Meskipun demikian, hat ini sama sekali tidak menafikan kemungkinan terjadinya hubungan yang kurang harmonis yang dapat berbentuk ketegangan antarindividu
atau
antarkelompok di kalangan masyarakat Makassar sebagai akibat
adanya perbedaan pandangan yang sewaktu-waktu dapat memicu terjadinya ketegangan sosial dalam masyarakat. Hubungan sosial yang cenderung mengedepankan sibp sating menerima antarkomunitas sosial dibanding sikap sating menolak di kalangan masyarakat muslim Mabssar mejadi fokus utama penelitian ini. Apakah semangat sating menerima tersebut memiliki kaitan dengan pemahaman dan penghayatan keagamaan, ataukah justru merupakan sikap yang dibentuk oleh sistem budaya yang menjadi acuan kehidupan sosial masyarakat Bugis? Untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan ini maka penelitian ini berusaha untuk mengkaji secara mendalam kaitan antara faktor-faktor keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim Makassar sebagaimana yang
6
terwujud dalain kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, penelitian ini berusaha pula wtuk mengidentifikasi dan selanjutnya menjelaskan ciri-ciri integrasi sosial berikut saluran-saluran integrasi sosial yang digunakan dalam menjalankan ak.tivitas sosial mereka, khususnya dalam berhubungan antara satu dengan lainnya. Penelitian ini mengasumsikan kelompok muslim pagama sebagai orang-orang yang memiliki kesadaran beragama yang tinggi sebagaimana terwujud dalam ketaatan menjalankan ibadah ritual sehari-hari. Orang-orang yang dapat dikategorikan sebagai muslim pagama, umumnya, memiliki keterkaitan dengan salab satu organisasi sosial keagamaan seperti Mubammadiyah, Nabdatul Ulama (NU), Syarikat Islam (SI), Darud Dakwah wal-Irsyad (Arab: Dir al-da 'wab wa al-irsyid) yang biasa ditulis DDI atau organisasi kemasyarakatan Islam lainnya. Keterkaitan ini dapat berbentuk keterlibatan sebagai pengurus atau sebagai anggota dari organisasi .kemasyarakatan tersebut, atau
.
.
sebagai simpatisan karena kesamaan pandangan keagamaan. Tidak sedikit penduduk
muslim Makassar yang secara tunm-temurun telah menjadi anggota atau simpatisan organisasi kemasyarakatan Islam tertentu misalnya anggota atau pengurus NU atau Muhammadiyah. Keterlibatan mereka ke dalam perhimpunan tersebut secara umum disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu: pertama, mengikuti tokoh informal yang merupakan panutan mereka; kedua, pengaruh lingkungan sosial seperti keluarga dan masyarakat; ketiga, basil dari pendidikan formal yang dibina oleh lembaga pendidikan keagamaan di bawah organisasi kemasyarakatan Islam tertentu; keempat, ketertarikan pada pola pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang dikembangkan oleh organisasi kemasyarakatan Islam tertentu; dan kelima, keterlibatan langsung ataupun tidak langsung ke dalam ak.tivitas yang dikelola oleh salah satu organisasi menjalankan ak.tivitasnya di lingkungan tempat tinggal mereka.
k~asyarakatan
yang
7
Berbeda halnya dengan mereka yang dikategorikan sebagai kelompok muslim
sossorang yang dipersepsikan sebagai orang-orang yang secara turun-temurun telah menganut agama Islam namun tidak menjalankan aktivitas ritual secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan alcses untuk memperoleh bimbingan dan pengajaran tentang seluk-beluk ajaran agama Islam meajadi penyebab utama munculnya orangorang yang dikelompokkan sebagai muslim nominal tersebut.
Meskipun demikian
mereka diketahui memiliki emosi keagamaan yang sangat kuat sebagaimana terlihat pada pembelaan diri mereka secara emosional jika dianggap bukan penganut Islam. Bagi mereka, Islam adalah identitas keagamaan yang tidalc dapat dipisahkan dengan identitas kebugisan. Manifestasi simbolik dari keberagamaan mereka lebih banyalc mengambil bentuk upacara-upacara keagamaan yang terkait dengan siklus kehidupan (life cycle) seseorang seperti kegiatan yang berkaitan dengan kelahiran, pemikahan, dan kematian. Demikian juga dengan upacara-upacara keagamaan yang bersifat tradisi seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., kunjungan ke tempat-tempat yang dikeramatkan seperti kuburan raja-raja yang dihonnati, dan semacamnya. Pemahaman keagamaan mereka lebih mengedepankan hal-hal yang bemuansa congregational
ceremony dibanding pengamalan individu.
Kelompok ini tidak tertarik: untuk ikut
terlibat di dalam salah satu organisasi sosial kemasyarakatan Islam, meskipun mereka, umumnya, merasa lebih diterima oleh orang-orang NU karena sikap apresiatif para ulama atau tokoh organisasi kemasyarakatan Islam ini terhadap praktik-praktik keagamaan yang bemuansa tradisi bahkan cenderung sinkretistik. Orang-orang Muhammadiyah yang dikenal lebih menekankan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang mereka yakini bebas dari unsur-unsur yang bersifat tahyul (ta/liyu/J, khurafat (khurifit) dan bid'ah (bid'ah) menampi1kan corak keberagamaan
8
yang bersifat puritan. Kecenderungan ini mendorong mereka untuk menolak praktik-
praktik keagamaan bemuansa sinkretistik. yang dilakukan oleh kelompok muslim
sossorang karena mereka anggap telah mencampuradukkan Islam dengan unsm-unsur non-Islam.
Sikap seperti ini tidak diduk.ung oleh ulama-ulama "tradisional" yang
memilih lebih bersikap toleran terhadap praktik-praktik keagamaan yang telah melembaga secara turun-temurun dalam kehidupan masyarakat muslim Makassar. Perbedaan sikap di kalangan kelompok muslim ini, sampai batas tertentu, tidak jarang mengundang munculnya sikap fanatisme kelompok yang berpeluang mengganggu hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat muslim Makassar. SaJah satu bentuk "ketegangan" yang terjadi karena perbedaan pandangan keagamaan tersebut adalah munculnya perdebatan sekitar persoalan khilafiyah seperti boleh tidaknya tahlilan terhadap orang yang meninggal, makan di rumah duka yang tertimpa musibah kematian, kunjungan ke tempat-tempat yang dikeramatkan, dan semacamnya. Penolakan terhadap gagasan-gagasan ''pemurnian" ajaran Islam dari unsm-unsm "non-Islam", sejauh ini, tidak sampai menisak hubungan antarkornunitas rnuslim Makassar. lkatan persaudaraan yang terbangun kuat di kalangan masyarakat Makassar terbukti efektif menanamkan kesadaran pentingnya rnemelihara hubungan yang baik di antara sesama warga Makassar. Perbedaan kecenderungan pemahaman dan pengamalan keagamaan di kalangan masyarakat umumnya dipandang sebagai wilayah yang menyangkut urusan pn'badi setiap orang, dan oleb karenanya harus disikapi secara wajar dan proporsional. lkatan solidaritas yang sudah terbangun di kalangan warga Makassar sebagai satu keluarga besar berdasar etnisitas, tampakny~ berhasil mendorong semangat kebersamaan yang cukup efektif.
Adanya jargon-jargon budaya yang menyiratkan
semangat persaudaraan sesama warga Bugis seperti: saribattang (sekandung), abbulo
9
sibatang (serumpun bambu), parai/ratte (sesama keluarga), samhori' sampa'rasangang (sekampung), dan semacamnya, merupakan idiom penting yang menunjukkan ekspresi rasa kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat Makassar. Hal yang sama juga dikenal di kalangan Bugis seperti ungkapan sempugi' (sesama Bugis),pada idi' (sesama keluarga), pada elo' (sekehendak), sipatuo (saling menghidupkan), sipatokkong (saling menopang). Atas dasar pandangan ini maka setiap individu dalmn komunitas Makassar memandang keharusan memelihara hubungan persaudaraan di antara sesama warga Makassar merupakan hal yang sangat penting.
Itulah sebabnya maka orang..orang
Makassar seperti halnya juga orang-orang Bugis selalu berusaha mengukuhkan pertalian mereka sebagai satu keluarga etnis dengan memanfaatkan simpul-simpul budaya tertentu seperti bahasa, upacara-upacara tradisional, dan semacamnya untulc menjadi perekat dalam hubungan antarsesama mereka.
Hal ini terbukti sangat efektif dalam
mempertegas ikatan solidaritas sosial di kalangan masyarakat Bugis-Makassar sehingga dikenal sebagai salah satu etnis di Indonesia yang memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Semangat kebersamaan ini kemudian mendapat penguatan dari ajaran Islam yang menekankan perlunya setiap individu muslim membina kehidupan bersama atas dasar persaudaraan (ukhuwwah), baik atas dasar kesamaan iman sebagai muslim, maupun atas dasar kesamaan etnis dalam bentulc keluarga Makassar. Penerimaan Islam di kalangan warga Makassar menandai awal pembentukan komunitas muslim Makassar dengan berbagai variabel yang berkaitan dengan tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sebagaimana yang telab disinggung sebelumnya bahwa secara umum, terdapat dua kelompok masyarakat muslim Makassar berdasarkan kecenderungan tingkat pemahaman dan pengamalan agama yang mereka anut itu. Kelompok yang pertama dikategorikan
10
sebagai komunitas penganut agama Islam taat yang disebut muslim pagama, sedang kelompok kedua adalah kelompok yang dikategon1can sebagai komunitas penganut Islam nominal yang dalam bahasa Makassar disebut muslim sossorang.
Masing-masing
komunitas ini memiliki ciri-ciri khusus yang secara umum berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kehidupan keagamaan komunitas muslim pagama ditandai oleh ketaatan menjalankan ibadah formal seperti shalat dan puasa, sedang kehidupan keagamaan muslim sossorang ditandai oleh ketaatan menjalankan kegiatan ritual yang bercorak sinkretistik.
Terlepas dari perbedaan itu, dalam kebidupan pergaulan sehari-hari,
hubungan sosial kedua komunitas tersebut, secara umum, berlangsung secara baik. Realitas kehidupan sosial yang dipraktikkan oleh umat Islam sering tidak berjalan seperti apa yang dituntut oleh ajaran Islam itu sendiri lantaran hadimya sejumlah variabel
non-keagamaan yang justru memberikan pengaruh yang jelas terhadap pola perilaku sosial umat Islam yang bersangkutan. Tidak jarang faktor-faktor non-keagamaan seperti politik, ekonomi dan budaya justru memberi pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan pola hubungan interaksi sosial antarkomunitas dalam satu lingkungan
sosial masyarakat muslim. Suasana kehidupan sosial yang mengedepankan kerja sama untuk sating mendukung upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi, politik dan budaya sangat berpengaruh dalam mendukung terjadinya proses interaksi sosial yang saling menerima dalam satu lingkungan sosial tertentu. Sebaliknya, suasana kehidupan yang diwarnai oleh hubungan yang saling berkompetisi, membuka peluang terjadinya persaingan yang tidak sehat dan pada saatnya dapat mendorong terjadinya interaksi sosial yang tidak kooperatif. Hubungan sosial koperatif yang berjalan efektif di kalangan masyarakat muslim Makassar yang melebihi hubungan yang bersifat kompetitif: merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji secara mendalam. Studi ini berusaha
11
untulc menganalisis faktor-faktor keagamaan di samping juga faktor-faktor non-
keagamaan yang berpengaruh dalam membentulc pola hubungan assosiatif di kalangan masyarakat muslim Makassar yakni
antara komunitas muslim yang dikategorikan
sebagai muslim pagama di satu sisi dengan komunitas muslim sossorang di sisi yang lain.
B. Rumusan Masalah Masalah utama yang hendak dijawab oleh penelitian ini adalah "Bagaimana polapola integrasi sosial antara komunitas muslim pagama dengan komunitas muslim
sossorang di kalangan masyarakat Makassar?" Untulc menemukan jawaban terhadap masalah in~ maka penelitian diarahkan untulc menjawab pertanyaan-pertanyaan berilrut ini: 1. Apa kaitan pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim
Makassar? 2. Sejauh mana pengaruh pemahaman keagamaan terhadap perilaku sosial masyarakat muslim Makassar? 3. Bagaimana bentulc pola-pola integrasi sosial antara komunitas muslim pagama dengan komunitas muslim sossorang!
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan secara jelas kaitan antara pemahaman keagamaan masyarakat muslim Makassar yang terdiri atas kelompok muslim pagama di satu sisi dengan kelompok muslim sossorang di sisi yang lain dalam menjalani kehidupan sosial sehari-hari sebagai bagian integral dari masyarakat Makassar.
12
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang bisa dijadikan salah satu referensi menyangkut hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat
muslim Makassar berikut faktor-faktor dominan yang berpengaruh dalam proses hubungan antarkomunitas tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini berusaha menjelaskan karak.teristik hubungan sosial antara komunitas muslim pagama dengan komunitas muslim sossorang melalui berbagai bentuk aktivitas sosial sehari-hari di kalangan masyarakat Makassar.
Pemahaman terhadap karakteristik pola-pola
hubungan sosial ini memiliki makna yang sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penetapan kebijakan yang terkait dengan kehidupan sosial keagamaan masyarakat muslim Makassar. Pemahaman yang tepat terhadap pola-pola hubungan sosial di kalangan masyarakat muslim Makassar, selain menjadi sangat penting dalam menjelaskan kaitan antara pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat yang bersangkutan, juga dapat menjadi bahan bandingan terhadap hal serupa dalaln masyarakat yang memiliki kesamaan-kesamaan tertentu dengannya. Atas dasar ini maka penelitian ini diharapkan dapat menyediakan bahan-bahan yang turut memperkaya basil penelitian yang sudah ada menyangkut kehidupan sosial masyarakat muslim Makassar. Berdasarakan tujuan penclitian yang dikemukakan di atas, maka studi ini
diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis di samping juga manfaat praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah tersedianya basil kajian akademik yang lahir dari satu rangkaian proses studi yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mengungkapkan kaitan antara pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial di kalangan masyarakat muslim Makassar. Hasil penelitian ini dapat diajukan sebagai salah satu referensi untuk merumuskan asumsi dasar dalam usaha memahami fenomena sosial keagamaan
13
masyarakat muslim Makassar sebagai salah satu suku di Indonesia yang dikenal secara umum sebagai kelompok yang memiliki fanatisme keagamaan yang tinggi di samping juga memiliki solidaritas sosial yang kuat. Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya bahan-bahan pustaka yang dapat menjawab tuntutan perlunya pemahaman yang benar terhadap proses-proses sosial, khususnya faktor-faktor yang mendorong terjadinya integrasi sosial yang demikian kuat di kalangan masyarakat muslim Makassar tanpa mempersoalkan perbedaan kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. Pemahaman tersebut diharapkan dapat menjadi bahan yang sangat berguna bagi siapa saja yang berk.epentingan terhadap usaha-usaha pengembangan masyarakat, khususnya pihak-pihak pemegang otoritas penentu kebijakan yang terkait dengan kehidupan masyarakat muslim Makassar.
D. Tinjauan Putaka
Perhatian peneliti keagamaan terhadap fenomena sosial keagamaan masyarakat muslim Makassar, tampaknya, masih relatif kurang. Hal ini terbukti pada kenyataan sulitnya menemukan basil-basil penelitian yang dilakukan secara sungguh-sungguh mengenai realitas kehidupan sosial keagamaan masyarakat tersebut.
Kurangnya
penelitian keagamaan yang secara khusus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana proses interaksi sosial antara komunitas muslim pagama di satu sisi dengan komunitas muslim sossorang di sisi yang lain menjadikan penelitian ini sebagai salah satu dari penelitian yang tergolong awal dalam menjelaskan fenomena hubungan antarkomunitas sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat muslim Makassar.
14
Studi yang dilakukan oleh Clifford Geertz pada tahun 1950-an terhadap religiusitas masyarakat Jawa sebagaimana yang ditulis dalam karyanya The Religion of Java (1960) merupakan salah satu penelitian yang penting dalam menjelaskan hubungan
antarkomunitas muslim di Indonesia. Meskipun penelitian Geertz ini dilakukan di Mojokuto (Pare, Kediri), namun, sampai batas tertentu, dapat dijadikan bahan bandingan yang sangat berguna dalam melihat hubungan antara kecendenmgan pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim Makassar sebagaimana halnya juga dengan beberapa komunitas muslim lainnya di Indonesia.
Penelitian yang
dilakukan oleh Geertz ini sangat menolong peneliti dalam menentukan mode ofapproach dalam melihat proses interaksi sosial yang terjadi di kalangan masyarakat muslim
Makassar. Model varian keagamaan priyayi, santri dan abangan yang dikemukakan oleh Geertz, 4 dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melihat proses interaksi sosial antara berbagai komunitas yang memiliki perbedaan kecendenmgan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat muslim Makassar. Dalam penelitian ini Geertz berusaha menjelaskan bagaimana bentuk interaksi yang terjadi antara masingmasing sub-komunitas muslim akibat perbedaan tingkat pemahaman ajaran Islam yang mereka anut yang dalam pengamatannya lebib banyak mengambil bentuk konflik sehingga tidak jarang menimbulkan ketegangan di antara sesama komunitas muslim tersebut. Penelitian yang diJakukan oleh Achmad Fedyani Saifuddin terhadap pola-pola interaksi sosial antarkomunitas muslim di Kecamatan Alabio, Kabupaten Hulusungai Utara, Kalimantan Selatan, s menjelaskan faktor-faktor keagamaan yang berpengaruh 4
Clifford Geertz. The Religion ofJava (New York: The Free Press, 1969). hlm. 5. s Achmad Fedyani Saifuddin, Konjlik dan lntegrasi: Perbedaan faham dalam agam.a Islam (Jakarta: Rajawal~ 1986).
15
dalam proses interaksi sosial di kalangan masyarakat muslim di Alabio.
Achmad
Fedyani Saifuddin mengemukakan bahwa konflik dan integrasi sosial di kalangan masyarakat muslim di Alabio merupakan hal yang sangat terkait dengan perbedaan interpretasi mengenai perangkat-perangkat ajaran Islam dan implementasinya dalam kehidupan sebari-hari. Selain itu, konflik-kontlik ataupun integrasi sosial yang terjadi tidak terlepas dari kaitannya dengan proses-proses sosial dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan sebagai manifestasi dari kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.6 Terdapat sejumlah studi yang khusus dilakukan oleh beberapa peneliti untuk menjelaskan bagaimana proses interaksi sosial terjadi di kalangan masyarakat muslim Bugis. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Djamas tentang varian keagamaan orang Makassar di Desa Timbuseng, Kabupaten Gowa yang dilaksanakan pada tahun 198211983 menunjukkan adanya dua kelompok masyarakat berdasarkan tingkat pemahaman dan pengamalan agama mereka sehari-hari. Kelompok pertama adalah muslim nominal yakni mereka yang terdiri atas orang-orang yang mengaku beragama Islam namun masih terikat pula kepada tradisi dan kepercayaan yang berasa1 dari leluhur mereka. Kelompok kedua adalah muslim taat yakni mereka yang memiliki kesadaran untuk menjalankan ajaran Islam secara munti dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha meninggalkan praktik-praktik keagamaan yang bercorak talJayul, khurifit dan bid'a/J. 7 Tampaknya, basil penelitian Nurhayati Djamas tersebut sangat berguna sebagai salah satu bahan anaHsls untuk menentukan asumsl-asumsi
dasar yang dapat cilajadilcan tltlic
tolak untuk menelusuri secara lebih mendalam varian keagamaan masyarakat muslim 6
Ibid., hlm. 99. Nurhayati Djamas, "Varian Keagamaan Orang Makassar: Studi Kasus di Desa Timtmsefig Kabtip8tefi Gi>Wil" aatam SUdjimgi (ed.), Agan.a di11i MQSyili'iJkilt (Jakafta: Badafi Penelitian dan Pengembangan Departemen Agarna RI, 1992/1993), him. 302-316. 7
16
Makassar. Kesamaan etnis sebagai komunitas Makassar merupakan salah satu faktor penting yang memberi jaminan tentang adanya unsur-unsur kebudayaan yang bersifat fundamental di kalangan sesama warga Makassar. Kenyataan ini menjadi salah satu faktor dalam membentuk kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran agama di kalangan mereka secara tunm-temurun.
Karena itu pebedaan kecenderungan
pemahaman dan pengamalan keagamaan di kalangan masyarakat muslim Makassar diterima sebagai keniscayaan budaya masyarakat Sama dengan apa yang telah dilakukan oleh Nurhayati Djamas, salah satu penelitian yang juga dtlakukan untuk menjelaskan hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat muslim Bugis adalah studi yang dilak.ukan oleh M. Atho" Mudzhar terhadap komunitas Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang disingkat Sidrap, Sulawesi Selatan.
Penelitian yang berjudul "Mesjid dan Bakul
Keramat Konflik dan Integrasi dalam Masyarakat Bugis Amparita'' ini berusaha menjelaskan fenomena konflik dan integrasi yang di antara komunitas yang memiliki kecendenmgan penghayatan dan pengamalan keagaman yang berbeda, dalam antarsesama komunitas muslim, maupun antara muslim dengan komunitas non-muslim.8
Hasil penelitian menyimpuJkan bahwa konflik ·dan integrasi yang terjadi di kalangan masyarakat Bugis Amparita tergolong komplcks scbab melibatkan berbagai faktor yang antara satu dengan yang lainnya sating terkait Munculnya konflik atau integrasi · bisa saja bermula dari faktor keagamaan, namun kemudian dalam perkembangan berikutnya melibatkan faktor-taktor non-keagamaan, misalnya faktor sosial, ekonomi, politik atau budaya.
Atau sebaliknya, konflik yang terjadi berawal dari faktor-faktor non-
keagamaan, lalu berkembang melibatkan sentimen keagamaan sehingga terkesan 1
M. Atho' Mudzhar, Pendekatan Studi Islam daJam Teorl dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1988), him. 228-231.
17
menjadi konflik keagamaan. Namun demikian, Jain halnya dengan proses integrasi yang terjadi di kalangan masyarakat Bugis Amparita. Tampaknya, proses integrasi sosial ini lebih mudah dijelaskan jika tidak dikaitkan sama sekali dengan sentimen keagamaan. Apakah hal ini merupakan manifestasi dari kesadaran yang telah dibangun oleh masingmasing
su~komunitas
keagamaan di kalangan masyarakat Bugis Amparita untuk tidak
menjadikan alasan perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan sebagai penghalang dalam membina hubungan sosial di antara sesama masyarakat Bugis Amparita, M. Atho' Mudzhar melihatnya sebagai konsekuensi dari adanya sejumlah
elemen perekat yang bersifat non-k.eagamaan seperti adanya kesamaan pandangan pragmatis yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari seperti kepercayaan terhadap Bulu Lowa (Gunung Lowa), warisan kebudayan lama, lingkungan alam, mata pencaharian, afiliasi kecenderungan politik, kekerabatan, pendidikan dan aktivitas sosial.9 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan keagamaan memiliki potensi yang sangat signifikan terhadap terjadinya ketegangan sosial di antara penganut keyaidnan yang
berheda. Namun demildan potensi konfiik
atas
dasar perbedaan
keyakinan itu bisa dikesampingkan jika terdapat kekuatan-kekuatan perekat lainnya yang berfungsi secara efektif dalam mengintegrasikan kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kecenderungan penghayatan keagamaan tersebut. Hasil penelitian M. Atho'
Mudzhar ini menunjukkan bahwa konflik dan integrasi yang terjadi antarkomunitas Bugis Amparita tergolong kompleks sebab melibatkan berbagai faktor, baik yang bersifat keagamaan maupun non-keagamaan.
Meskipun komunitas muslim Makassar memiliki akar budaya yang sama dengan komunitas muslim Bugis, namun perwujudan solidaritas sosial mereka cenderung 9
Ibid, him. 230.
18
berbeda. Jika hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat Bugis lebih bercorak kompetitit: maka lain halnya dengan hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat Makassar yang lebih bercorak kooperatif. Masyarakat Bugis yang terdiri atas sejumlah subkomunitas yang semula berbentuk kerajaan-kerajaan Bugis ditambah lagi dengan lingkungan sosial yang lebih variatif dengan berbagai kecendenmgan masing-masing menyebabkan ikatan solidaritas sesama Bugis tidak sekuat ikatan solidaritas sosial yang terbangun di kalangan masyarakat Makassar. Corak kehidupan sehari-hari masyarakat Makassar yang lebih menunjukkan polapola yang relatif homogen dibandingkan dengan masyarak.t Bugis, memungkinkan mereka untuk mengembangkan komunikasi secara lebih efektif dan intensif. Kesamaan bahasa Makassar sebagai salah satu simbol budaya yang sangat menonjol terbukti mampu menjadi salah satu kekuatan perekat yang sangat penting dalam pergaulan hidup sehari-hari masyarakat Makassar. Lain bafnya dengan masyarakat Bugis yang meskipun memiliki bahasa Bugis sebagai alat komunikasi antarsesama warga Bugis, namun luasnya wilayah Bugis ditambah lagi dengan banyaknya dialek Bugis yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Bugis menyebabkan hubungan antarsesama Bugis terasa kurang akrab dibanding dengan hubungan antarsesama komunitas Makassar.
E. Kenngka Teori dan Pendekataa Penelitian ini berusaha untuk memahami hal-hal pokok yang berkaitan dengan proses integrasi sosial yang terjadi di kalangan masyarakat muslim Makassar khususnya antara komunitas muslim pagama di satu sisi dengan muslim sossorang di sisi yang lain sebagai akibat langsung dari perbedaan kecendenmgan pemahaman dan pengamalan
•
19
keagamaan mereka. Tuntutan untuk membina hubungan sosial yang baik antarsesama penganut Islam sebagaimana yang diisyaratkan dalam sejumlah ayat al-Qur'an maupun badis Rasulullah saw. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan ajaran Islam secara keseluruhan.
Sangat banyak petunjuk normatif di dalam Islam yang
mengharuskan para penganutnya untuk membina dan mengembangkan hubungan sosial yang harmonis, tidak hanya terbatas di kalangan sesama muslim saja, tetapi juga dengan sesama manusia tanpa melihat perbedaan·perbedaan yang ada sebagai konsekuensi kehidupan historis manusia. Adalah menarik untuk diteliti seberapa jauh pengaruh ajaran Islam terhadap perilaku sosial penganut·penganutnya. Apakah realitas kehidupan sosial mereka, khususnya menyangkut pola-pola integrasi yang dilakoninya tumbuh dan berakar pada pemahaman ajaran agama yang dianutnya. Ataukah justru perilaku sosial
tersebut merupakan hal yang lebih menunjukkan kesadaran kultural yang tidak terkait dengan ajaran agama yang dianutnya. Proses integrasi sosial, pada dasarnya, adalah proses penyesuaian untuk sating menerima keadaan, pandangan dan tindakan dalam satu tatanan kehidupan sosial yang harmonis. Proses penyesuaian ini dapat terjadi bila didukung oleh kesadaran dari masing·masing komponen dalam suatu komunitas untuk bersama·sama membina hubungan timbal·balik yang baik atas dasar norma·nonna sosial yang disepakati. Norma·norma itu dapat tumbuh dan berakar pada ajaran·ajaran agama atau sistem kepercayaan, serta dapat pula tumbuh dan berakar pada sistem budaya yang hidup dan melembaga dalam kehidupan sehari·hari masyarakat secara turun·temurun. Kebutuhan akan pentingnya membina integrasi sosial muncul sebagai konsekuensi dari keinginan sejumlah individu dalam satu kelompok sosial untuk sating berinteraksi sebagai keharusan untuk memenuhi kebutuhan·kebutuhan hidup yang tidak
20 mungkin dipenuhi sendiri tanpa keterlibatan orang lain. Atas dasar ini maka setiap individu ti
Sebatiknya, setiap
individu berusaha memposisikan diri secara tepat dalam lingkungan sosialnya sehingga membentuk kelompok sosial yang terbina atas dasar sating membutuhkan. Dengan demikian, maka masing-masing individu berusaha untuk menjalin hubungan dengan individu lainnya, baik dalam lingkup yang kecil maupun dalam lingkup yang besar. Menurut Charles Horton Cooley, sebagaimana yang dikutip oteh Peter M. Blau bahwa integrasi antara individu-individu dalam ketompoknya terletak pada hubungan-hubungan tangsung antara orang-orang dalam kelompok yang sama. Demikian juga interaksi antarkelompok dalam masyarakat dengan cara yang sama terletak pada pertalianpertalian antara ketompok yang muncul dalam hubungan langsung antara orang-orang yang tennasuk dalam kelompok-kelompok yang terlibat dalam proses sosial tersebut.10 Proses terjadinya integrasi sosial berawal dari munculnya kesepakatan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain yang kemudian melahirkan komunikasi dalam bentuk kontak sosial antarindividu dalam satu kelompok maupun antarkelompok dalam satu lingkungan sosial. Jika proses interaksi ini tejadi berulang-ulang, maka masingmasing individu maupun kelompok yang terlibat di dalamnya secara bersama-sama akan melahirkan sistem nonna yang berfungsi sebagai acuan bagi masing-masing anggota dari masing-masing kelompok dalam melakukan aktivitas sosial dalam lingkungan sosial mereka. Konsensus yang tahir dari kebutuhan untuk membina kehidupan bersama dalam suasana sating menghargai dan sating menguatkan akan berjatan efektif setama para anggota dari masing-masing kelompok yang berbeda merasakan manfaat secara fungsionat hubungan sosial yang mereka jalani sebagai manifestasi dari kehidupan sosial 10
Peter M. Blau, Inequality and Heterogeneity: A Primitive Theory of Social Structure (New York: The Free Press, 1977), hbn. 10.
21
mereka. Dengan demikian maka untuk menumbuhkan hubungan sosial yang diinginkan bersarna diperlukan adanya komitmen yang kuat untuk menjunjung tinggi nonna-nonna yang menjadi acuan dasar dalam membina kehidupan sosial secara baik. Komitmen itu hanya bisa tumbuh dari kesamaan persepsi di samping kesamaan sikap terhadap normanonna yang telah disepakati tersebut. Tanpa kehadiran nonna-nonna yang menjadi acuan kehidupan bersama, sulit diharapkan tercipta proses interaksi sosial yang dapat menjamin terciptanya tatanan kehidupan bersama yang dibingkai oleh semangat persaudaraan yang kuat sebagai sesama anggota dalam satu komunitas sosial. Komitmen untuk merajut hubungan yang harmonis di kalangan sesama warga Makassar selain berakar pada nilai-nilai budaya dan agama yang menyatu dalam sistem panngadalrkang, juga terkait erat dengan kenyataan sating membutuhkan dalam wujud sating ketergantungan dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesadaran sating membutuhkan ini muncul sebagai konsekuensi dari realitas sosial yang menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai kelompok sosial dengan fungsi dan peran sosialnyanya masing-masing. Dalam masing-masing kelompok.pun terdapat sejumlah individu yang masing-masing memiliki kedudukan tersendiri yang berbeda dari yang lainnya. Kenyataan ini mengharuskan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompoknya untuk mendukung terciptanya tatanan kehidupan sosial yang terbina atas dasar semangat tolong-menolong.
Ini berarti kelangsungan hidup satu
masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa kehidupan sosial senantiasa diwamai oleh hubungan saling mendukung antarindividu atau bahkan antarkelompok dalam satu masyarakat.
Semangat persaudaraan di kalangan sesama masyarakat
Makassar ditambah lagi dengan kesadaran perlunya saling tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari mendorong mereka untuk menjalin hubungan baik dengan sesama
22
warga tanpa dihalangi oleh perbedaan-perbedaan status sosial, tingkat kehidupan ekonomi maupun kecenderungan pemahaman keagamaan. Perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan, tidak dapat disangkal, sering menjadi pemicu terjadinya hubungan sosial yang kurang harmonis dalam masyarakat. Kelompok masyarakat yang mengik.uti kecenderungan pemahaman keagamaan yang puritanistik kadang-kadang demikian mudah menuduh kelompok masyarakat yang mengikuti kecenderungan tradisional sebagai orang-orang yang tidak tahu agama, bahkan tidak jarang dianggap sebagai orang-orang yang merusak kemumian agama. Lebih mengberankan Jagi jika orang yang tidak sepaham dengannya dikategorikan sebagai orang-orang yang berusaba merusak agama dengan cara memasukkan unsurunsur non-Islam ke dalam agama Islam. Sebaliknya, kalangan penganut agama yang mengikuti kecendenmgan pemahaman keagamaan yang bersifat tradisional menganggap bahwa cara terbaik dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama adalah dengan mengikuti kecenderungan pemahaman dan pengamalan keagamaan yang telah berlangsung secara turun-temurun di dalam masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka ini menganggap bahwa pemahaman dan pengamalan keagamaan
yang diajarkan oleb kelompok puritan merupakan penyimpangan dari ajaran agama yang sudah berakar dalam masyarakat. Lebih dari itu, mereka menganggap orang-orang yang mengajarkan model pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang berbeda dengan model pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang sudah diprak.tikkan secara turuntemunm merupakan penganut agama bant yang, pada dasarnya, berbeda dengan agama yang sudah menjadi anutan masyarakat secara pennanen. Pandangan keagamaan seperti ini dapat ditemukan di kalangan masyarakat muslim Makassar.
23
Penerimaan Islam sebagai bagian tidak terpisahkan dari sistem panngadaklcang menjadikan masyarakat Makassar, umumnya, berpandangan bahwa keislaman adalah identik dengan kebugisan. 11 Pandangan ini mensyaratkan agar setiap orang Makassar dan Bugis pada umumnya yang sudah dewasa berakal ( 'iqil biligb), yakni sekitar usia
12 tab~ haruslah menjalankan ajaran pokok agama Islam dalam kehidupannya seharihari. Ajaran pokok tersebut meliputi ibadah fonnal yang umum yaitu
~alit
lima kali
sehari semalam, berpuasa pada bulan suci Ramacjin, serta membayar zakat fitrah (zakih al-fitr). Berdasarkan pandangan umum ini maka tidaldah mengherankan jika muncul kesan di kalangan masyarakat awam bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang dianut oleh orang-orang Bugis yang meliputi Bugis, Makassar dan Mandar. Adapun orang-orang Toraja pada umumnya menganut agama atau kepercayaan Alukta dan sebagian lainnya menganut agama Kristen dan Islam. Namun karena proses Islamisasi di kalangan warga Makassar tidak merata maka secara umum dilihat dari segi tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari dikenal dua kelompok masyarakat sebagaimana telah dikemukakan terdahulu yakni mereka yang
tergolong memiliki tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang dikategorikan bailc yang di kalangan masyarakat Bugis dan Makassar dikenal sebagai tupagama atau
topagama di satu sisi, dan mereka yang tergolong sebagai muslim nominal lantaran lahir sebagai orang Makassar dan mewarisi agama Islam dari orang tua mereka, namun tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari relatif sangat rendah yang di kalangan masyarakat Bugis dikenal sebagai muslim sossorang atau biasa juga disebut sebagai "muslim KTP" (Kartu Tanda Penduduk). Masing-masing
11
Mattulada, Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politi/c Orang Bugis
(Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995), him. 383.
24
kelompok ini mengembangkan pola pemahaman dan pengamalan agama yang berbeda antara satu kelompok dengan yang lainnya. Perbedaan ini,
sesungguhny~
berpotensi
menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya jarak sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat muslim Makassar. Sejaub mana perbedaan pemabaman dan pengamalan ajaran Islam ini mempengaruhi proses integrasi sosial antarkomunitas muslim Makassar merupakan hat yang menarik untuk dikaji secara mendalam untuk mengetahui hubungan perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan tersebut dengan ikatan sosial yang telah terbina begitu kuat di kalangan masyarakat Makassar. Mereka yang digolongkan sebagai orang-orang pagama,
umumn~
memiliki
tingkat kehidupan ekonomi, pendidikan dan sosial yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok sossorang. Meskipun tidak semua orangpagamo tergolong benmtung menjalani kehidupan ekonomi yang lebih baik berdasarkan kenyataan masih terdapat sejumlah diantaranya yang secara ekonomi tergolong miskin, kelompok ini umumnya dapat dikategorikan memilild alcses terhadap kegiatan ekonomi yang lebih baik. Mereka
pada umumnya memilild penghasilan yang tetap, baik sebagai petani pemilik lahan
pertanian atau perkebunan, pedagang, pegawai negeri atau swasta serta pengusaha. Kehidupan ekonomi yang terbilang baik tersebut memungkinkan mereka untuk memberikan perhatian memadai kepada pemenuhan kebutubann spiritual dengan jalan berusaha menunaikan kewajiban agama yang membutubkan kemampuan ekonomi
memadai,
misalny~
membayar 7.8kat, memberi infaq atau sadaqah, tennasuk berusaha
menunaikan ibadah haji yang hanya diwajibkan kepada orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang memungkinkan yang bersangkutan menunaikannya. Dilihat dari sisi pendidikan,
umumny~
kelompok pagama memiliki tingkat pendidikan yang
lebih baik dari kelompok sossorang. Pada umumny~ orang-orang yang memiliki tingkat
25
pendidikan relatif baik memiliki kesadaran beragama yang memungkinkan yang bersangkutan untu1c menganut agama at.as dasar pengetahuan yang diperoleh baik dengan cara belajar sendiri ataupun dengan cara menempuh pendidikan agama secara formal. Jika dilihat dari perspektif kehidupan sosial, kelompok muslim pagama, umumnya, terdiri atas orang-orang yang berada pada lapisan sosial menengah ke atas. Hal ini merupakan konsekuensi dari proses Islamisasi yang bermula dari kalangan bangsawan kerajaan-kerajaan Bugis. Atas jasa merekalah, Islam kemudian berkembang di kalangan lapisan masyarakat umum. Tidak sedikit dari keluarga kerajaan tergolong orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi penganjur Islam di tengahtengah masyarakat Bugis.
Syekh (Arab: Syaikh) Yiisuf al-Makassari (w. 1699) salah
seorang ulama besar asal Makassar adalah anggota keluarga kerajaan Gowa yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mendalami ajaran Islam kemudian mengajarkannya kepada umat Islam di berbagai tempat di tanah kelahirannya di Gowa, di Banten, di Sailan dan di Afrika Selatan.12 Nama lain dari keluarga kerajaan Bugis yang sangat bersemangat menganjurkan pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat Bugis khususnya di lingkungan Kerajaan Bone adalah La Maddaremmeng (Raja Bone ke-13) yang memerintah tahun 1631-1640. Beliau dikenal sebagai penguasa reformis Kerajaan Bone yang berusaha menghapus perbudakan dalam wilayah kekuasaannya karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Beliau bahkan berusaha untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bone. Demikian halnya di Tana Wajo tatkala diperintah oleh Arung Matoa Wajo (antara tahun 18211825) upaya peneguhan syariat Islam dalam bentuk pembersihan dari unsur-unsur syirik, 12
Lihat Mattulada, Menyusurl Jejak Kehadiran Makassar da1am Sejarah (1510-1700) (Makassar: Bhakti Baru-Berita Utama, 1982), cet. ke-1, hlm. 124-133. Lihatjuga Abu Hamid, Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Su.ft don Pejuang (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), h1m. 112.
26
perbaikan masjid, pengharusan bagi wanita untulc memakai kerudung serta beberapa ketentuan lainnya menyangkut pelaksanaan syariat Islam mendapat perhatian sangat besar dari beliau. 13 Semua ini menunjukkan bagaimana proses Islamisasi dijalankan secara sruktural dengan menggunakan otoritas politik secara top-down yang dimulai dari keluarga kerajaan. Peranan yang dhnainkan oieh penguasa daiam mendukung proses islamisasi di kalangan masyarakat Bugis memberi dorongan yang kuat bagi kalangan bangsawan Bugis-Makassar untulc menjadikan diri mereka sebagai teladan dalam
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam.
Selain itu, adanya penghargaan yang
diberikan oleh masyarakat terhadap orang-orang yang memiliki tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang baik mendorong para penguasa serta pemuka masyarakat untulc berusaha memahami dan menjalankan ajaran Islam secara baik. Karena itulah maka identitas keislaman sangat kuat di kalangan kaum bangsawan Bugis. Berdasarkan keterangan di atas maka komposisi masyarakat muslim Makassar menurut tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dikaitkan dengan latar belakang kehidupan sosial mereka dapat digambarkan sebagai berikut:
13
Mattulada, Latoa, hlm. 385.
27
Sketsa di atas menunjukkan adanya perbedaan antara komunitas pagama yang umumnya terdiri atas orang yang memiliki tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan komunitas sossorang.
Perbedaan ini, sesungguhnya, dapat
menjadi sumber kecemburuan sosial yang pada gilirannya dapat menyulut terjadinya konflik sosial yang berpeluang merusak hubungan antarkomunitas di dalmn masyarakat. Terjadinya konflik, umumnya, merupakan akibat langsung dari perbedaan dan pertentangan kepentingan, pendapat, ide dan paham.
Dilihat dari sudut perbedaan
kepentingan, misalnya, menurut Marek dan Snyder sebagaimana dikutip oleh Denis C. Pirages bahwa perpecahan dapat terjadi karena kelangkaan posisi dan sumber-sumber yang diperebutkan. Makin sedikit posisi yang diperoleh, maldn tajam pula konflik dan persaingan di antara peserta konflik. 14 Disebabkan karena perbedaan kepentingan, faham dan ide merupakan keniscayaan dalam kehidupan masyarakat, malca sudah pasti konflik
menjadi sesuatu yang seiaiu hac:Hr sepanjang peijaianan kehidupan masyarakat tersebut.
Karena itu maka tidak bisa dihindarkan terjadinya konflik di dalam masyarakat. Namun dalam melihat konflik yang terjadi di dalam masyarakat perlu dibedakan antara konflik dengan kekerasan (violence), dengan konflik yang tidak menggunakan kekerasan (non-
violence). 15 Meskipun hubungan antarkomunitas di kalangan masyarakat muslim Makassar tidak sepenubnya bebas dari konflik antarindividu maupun antarkelompok, namun hal tersebut sangat jarang terjadi. Adanya kesadaran untuk sating memahami dan menerima keadaan masing-masing individu ataupun kelompok menjadi faktor utama dalam 14
Denis C. Pirages, StabUitas Politik dan Pergolakan Koriflik (Jakarta: FIS-UI, 1982),
15
Haryanto, Elite, Mossa dan Konjlik Ciogyakarta: PAU-Studi Sosial UGM, 1993), him.
him. 7. 67.
28 menjalin hubungan antarindividu maupun antarkelompok di kalangan masyarakat Makassar. Kesadaran ini merupakan konsekuensi logis dari pandangan masyarakat yang berakar pada nilai-nilai budaya panngadalckan&l'panngaderreng.
Kesadaran untulc
menjalin hubungan yang harmonis di kalangan sesama warga Makassar tumbuh di atas keinginan untulc saling menerima keadaan, pandangan dan tindakan dalam satu tatanan kehidupan bersama yang diliputi semangat saling menghargai sebagai manusia yang dahun istilah Bugis disebut sipakatau. Sepanjang semangat sipakotau ini dijadikan rujukan utama di dalam berhubungan dengan orang lain maka bisa dipastikan terjadinya hubungan yang saling menghargai antarsesama manusia tanpa mempedulikan perbedaan yang terjadi sebagai akt'bat dari perbedaan cara pandang terhadap kehidupan (world view) tennasuk perbedaan paham dan kecenderungan pengamalan keagamaan. Hubungan sosial yang didasarkan atas semangat saling menghargai merupakan modal penting dalam kehidupan bersama. Semangat sating menghargai sebagai sesama warga masyarakat ~in dalam berbagai kegiatan sehari-bari masyarakat Makassar. Kesetiaan terhadap nonna-norma sosial dan budaya yang sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan merupakan kekuatan pengikat dalam menjalin berbagai aktivitas sosial baik antara individu satu dengan individu lainnya dalam satu komunitas yang sama maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya di dalam masyarakat
Proses terjadinya integrasi sosial berawal dari munculnya
kesempatan untulc mengadakan interaksi dengan orang lain yang kemudian melahirkan komunikasi dalam bentuk kontak sosial antarindividu maupun antarkelompok yang terlibat dalam kontak sosial tersebut. Proses interaksi yang terjadi berulang-ulang secara terus menerus antara masing-masing individu dalam satu kelompok atau antara masingmasing kelompok dalam satu komunitas akan melahirkan norma-nonna yang menjadi
29 acuan atau penuntun bagi masing-masing anggota dari masing-masing individu atau kelompok dalam melakukan tindakan sosial. Konsensus yang lahir dari kebutuhan untuk membina kehidupan bersama dapat berfungsi secara baik selama para anggota dari masing-masing kelompok yang berbeda merasakan manfaatnya secara :fungsional dalam membina tata hubungan sosial di kalangan mereka. Dengan demikian maka untuk memelihara dan membina proses interaksi sosial yang baik sebagaimana yang diinginkan bersama diperlukan adanya nilai-nilai yang bersifat fundamental yang menjadi dasar bagi setiap individu maupun kelompok dalam membangun sikap serta tindakan-tindakan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sistem nilai budaya dan agama merupakan sumber nilai yang sangat penting di kalangan masyarakat Makassar. Kedua sistem nilai yang sudah mengajar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Makassar tersebut menempati kedudukan istimewa dalam pembentukan pola-pola integrasi sosial di kalangan masyarakat muslim Makassar. Dalam rangka memahami pola-pola integrasi sosial yang terjadi di kalangan masyarakat muslim Makassar, penelitian menggunakan kerangka pikir yang dikemukakan oleh Sunyoto Usman yang mensyaratkan tiga a1asan utama yang menjadi dasar terjadinya proses integrasi sosial tersebut. Ketiga alasan utama yang dimaksud adalah: 1. Adanya nilai-nilai sosial :fundamental yang disepakati sebagai acuan normatif dan praktis dalam berinteraksi dengan sesama warga masyarakat. 2. Adanya kesadaran untuk memelihara kesetiaan ganda kepada masing-masing unit sosial (cross-cutting affiliations) sebagai wadah menjalin serta memelihara hubungan sosial sambil tetap memelihara kesetiaan kepada masing-masing unit sosial tersebut (cross-cutting loyalities).
30
3. Adanya tuntutan untuk bekerja sama sebagai konsekuensi sating ketergantungan
antarindividu maupun antarkelompok dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.16 Dalam rangka memahami pola-pola dan saluran integrasi sosial di kalangan masyarakat musiim pendekatan.
Mak.assar
secara proporsionai, peneiltl menggunakan beberapa
Pendekatan teologis digunakan untuk memahami kecenderungan
pemahaman dan pengamalan keagamaan masyarakat Makassar dalam hubungannya dengan perilaku sosial mereka sehari-hari.
Dengan menggunakan pendekatan ini,
peneliti berusaha untuk memahami atau mengidentifikasi apakah terdapat kaitan antara paham keagamaan yang dianut tersebut dengan pola-pola dan saluran-saluran integrasi yang digunakan dalam menjalin hubungan sosial dengan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki pemahaman keagamaan yang berbeda dalam lingkungan sosial mereka. Untuk maksud tersebut maka peneliti merasa perlu berusaha untuk memahami secara tepat kecenderungan-kecendenmgan pemahaman keagamaan di kalangan masyarakat muslim Makassar. Sebagai suatu studi terhadap perilaku sosial keagamaan di kalangan masyarakat
muslim Makassar maka penelitian ini menggunakan pula pendekatan sosiologis dengan jalan memanfaatkan kerangka pikir sosiologis yang telah dikembangkan oleh sejumlah sosiolog unmk melihat kaitan
antara
pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial.
Dengan menggunakan pendekatan sosiologis penelitian ini berusaha untuk memahami pengaruh timbal-balik antara agama di satu sisi dengan realitas sosial masyarakat muslim Makassar di sisi yang lain. Teori fungsionalisme struktural digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis dan memahami pola relasi sosial yang diteliti berdasarkan 16
Sunyoto Usman, Pembangunan don Pemberdaya.an Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 79-80.
31
kenyataan kuatnya semangat kebersamaan yang terjalin di kalangan masyarakat Makassar. Di samping itu, penelitian ini menggunakan pula sejumlah teori sosiologi untulc memahami pengaruh timbal balik antara pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial kelompok komunitas keagamaan.
Selain itu, pendekatan sosiologis juga
digunakan untulc melihat bagaimana kontribusi pemahaman dan pengamalan keagamaan terhadap proses sosial yang terjadi dalam masyarakat Makassar. Pendekatan antropologis digunakan dalam penelitian ini untulc memahami posisi pemahaman keagamaan sebagai manifestasi dari cara pandang manusia dalam merespons lingkungan seki1amya dengan seperangkat pennasalahannya. Pandangan ini lahir dari
pemahaman peneliti bahwa pemahaman keagamaan tidak bisa dilepaskan sepenuhnya dari nilai-nilai budaya yang telah tumbuh dan melembaga dalam kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain, paham keagamaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan komunitas keagamaan tertentu merupakan hasil dari ikhtiar manusia untuk memahami kehendak Tuhan. Hasil dari upaya untulc memahami ajaran agama ini harus dipandang sebagai budaya keagamaan. Pemahaman yang tepat terhadap budaya keagamaan ini dapat diWU:judkan melalui studi yang dilakukan secara cermat dengan menggunakan pendekatan antropologis.
F. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus (case study) yang bertujuan untulc mengkaji secara mendalam hubungan tingkat pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim Makassar dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menyangkut kesadaran untulc memelihara integrasi sosial di kalangan mereka. Sebagai sebuah studi kasus, penelitian ini berusaha untulc mengkaji secara mendalam sejumlah fakta sosial
32
yang menjadi obyek penelitian dengan menggunakan tehnik simultaneous cross-
sectionol yaitu dengan mengamati proses-proses sosial dalatn bentuk interaksi sosial yang diperankan oleh sejumlah subyek penelitian dalam tenggang waktu selama 2003 2006. Untuk memperoleh data yang diperlukan sebagi bahan kajian studi ini, maka peneliti menggunakan dua bentuk tehnik pengumpulan data, yaitu:
1. Studi Pustaka Studi Pustaka digunakan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan obyek penelitian ini yang berasa1 dari hasil-hasil penelitian yang ada baik dalatn bentuk buku maupun dalam bentuk dokumen lain.
Dalam hal ini penulis berusaha
menghimpun informasi tentang sejarah kehidupan sosial keagamaan masyarakat Makassar. Penelitian terhadap bahan-bahan pustaka ini dimaksudkan untuk: a.
Mendapatkan informasi awal menyangkut berbagai hat tentang obyek penelitian yang dalam hat ini kehidupan sosial keagamaan masyarakat B~ pada umumnya, serta masyarakat Makassar, khususnya, melalui studi terbadap
sejumlah bahan pustaka mengenai masalah kehidupan sosial keagamaan masyarakat muslim Makassar. Bahan pustaka yang dimaksud dapat berupa laporan penelitian baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. b. Menelusuri teori-teori sosial yang dikemukakan oleh beberapa pemikir sosial keagamaan untuk menentukan asumsi-asumsi awal yang diperlukan untuk merumuskan kerangka teori yang akan dijadikan acuan dasar dalam memahami serta menganalisis data berkaitan dengan problema penelitian.
33
2. Studi Lapangan Sebagai studi empirik, penelitian ini membutuhkan data primer yang umumnya diperoteh di tapangan dengan cara menghimpun data metatui tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Obsenasi Dalam melaksanakan observasi, peneliti menggunakan tehnik pengamatan tertibat (participant obsenation) di samping juga pengamatan tidak tertibat
(non-participant observation). Tehnik pengamatan terlibat digunakan untuk memperoteh informasi yang obyektif dan mendalam tentang berbagai kegiatan sosial keagamaan masyarakat yang diteliti dengan pertimbangan bahwa melalui cara ini penetiti berharap bisa menangkap secara tepat informasi yang diperlukan sebagai bahan kajian studi ini. Adapun pengamatan tidak terlibat digunakan untuk memahami aktivitas sosiat masyarakat yang tidak memertukan keterlibatan langsung peneliti ke dalam aktivitas sosial masyarakat yang diteliti. Hat-hat yang mungldn sutit dikemukakan oleh informan melatui wawancara dapat diperoleh dengan cara mengamati secara teliti aktiviras sosial keagamaan masyarakat baik dengan cara metibatkan diri secara langsung da1am kegiatan yang menjadi obyek penelitian maupun dengan cara mengamati dari luar sehingga dapat diperoleh infonnasi yang jelas mengenai hat-hat yang pertu diketahui sebagai bahan analisis yang diperlukan guna mendukung studi
ini.17
Dengan demikian penetiti berusaha untuk ik.ut terlibat dalam berbagai aktivitas sosial keagamaan seperti ritus-ritus yang terkait dengan sildus kehidupan, 17
Lihat James P. Spradley dan David McCurdy, Anthropology: Cultural Perspectves
(New York: John Wiley and Sons, 1975), hlm. 43-71.
34
peringatan hari-bari besar Islam maupun kegiatan-kegiatan sosial masyarakat seperti
gotong-royong
membangun
masjid,
mendirikan
rumah,
dan
semacamnya.
b. Wawancara
Tehrulc pengumpulan data melalui wawancara peneliti lakukan untulc memperoleh infonnasi yang lebih mendalam dari sejumlah orang, baik dengan mereka yang menjadi obyek penelitian ini, maupun dengan pihak-pihak tertentu yang dapat memberikan informasi yang dipertukan guna mendukung penetitian ini. Karena tehnik wawancara ini dimaksudkan untulc memperoleh infonnasi yang lebih detail dan mendalam, maka tehnik wawancara yang diguanakan adalah interview mendalam (depth interview).
3. Metode Penentaan Wilayall Penetitian Berhubung wilayah hunian masyarakat muslim Makassar tersebar di sejumlah kabupaten yang demikian 1uas yakni meliputi tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan maka penelitian ini membatasi diri pada dua desa yang sengaja dipilih di dua kabupaten yang penduduknya seluruhnya merupakan sub etnis Makassar yang
beragama Islam. Masing-masing desa yang dipilih memiliki karakteristik yang mencenninkan kondisi umum dari wilayah yang menjadi hunian masyarakat muslim Makassar.
Pada umumnya masyarakat Makassar mendiami wilayah
dataran rendah yang sebagian merupakan wilayah yang subur untuk kegiatan mata pencaharian dengan mengandalkan pengolahan tanah sebagai petani sawah atau kebun. Atas dasar ini maka dipilihlah salah satu desa yang penduduknya hampir
35 seluruhnya menekuni pekerjaan sebagai petani. Adapun wilayah hunian tainnya merupakan dataran rendah yang bersentuhan langsung dengan pantai menjadika.n penduduknya sebagian besar menjatani mata pencabarian sebagai nelayan. Dari wilayah dengan ciri seperti ini dipilih satu desa sampel wilayah penelitian yang dijadikan tempat penelitian.
Wilayah penetitian dengan ciri pekerjaan
penduduknya sebagai petani sawah atau kebun dipilih dari salah satu desa di Kabupaten Gowa yaitu Desa Pattallassang, K.ecamatan Pattallassang, sedang wilayah penelitian dengan ciri utama pekerjaan penduduknya sebagai petani dan nelayan adalah satah satu desa di K.abupaten Jeneponto yaitu Desa Arungkeke,
Kecamatan Arungkeke.
4. Metode Penentuan Sampel Responden
Pemilihan sampel responden dilakukan secara proporsional seperti halnya dengan penentuan sampet wilayah penetitian. Penentuan responden ditetapkan atas dasar pertimbangan yang wajar sehingga layak dianggap representasi dari populasi
penelitian. Tehnik pemilihan responden yang penetiti gunakan adatah melalui
snowballing sample yakni berusaha mencari responden dengan memanfaatkan informasi dari responden yang sedang diwawancarai. Guna memperoteh data yang diinginkan maka peneliti berusaha mewawancarai sejumlah informan dari berbagai unsur dalam masyarakat secara berimbang baik berdasarkan latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi serta tingkat pemahaman dan pengamalan keagamaan mereka. Untuk melengkapi dan memperjelas informasi yang diperoleh dari basil wawancara dengan para responden, peneliti juga berusaha untuk mewancarai
36
sejumtah infonnan ahli yang sengaja dipilih menurut kapasisitas keahtiannya menyangkut hal-hal tertentu yang terkait dengan penelitian ini.
5. Anatisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan faktafakta sosiat keagamaan yang diteliti adalah anatisis kuatitatif deskriptif. Setiap data yang dihimpun dari berbagai sumber dikategorisasikan menurut sifat dan bentuknya untuk mempennudah upaya memahaminya. Fakta-fakta sosiat yang diteliti tidak hanya dideskripsikan secara eksplisit melainkan juga dikaji secara mendalam guna menemukan makna substansiat fakta-fakta sosial tersebut. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan tehnik analisis komparatif datam pengertian data yang diperoleh dianatisis dengan cara memperbandingkannya satu sama lain. Dengan menggunakan tehnik analisis ini, penulis melakukan analisis dalam dua tangkah pokok, yaitu: 1. Memperbandingkan setiap data yang diperoleh untuk. menentukan kategori data
tersebut. 2. Memperbandingkan dan mengintegrasikan kategori-kategori dan sifat-sifatnya guna merumuskan hipotesis sebagai proses menuju perumusan teori.
G. Sistematika Penotisan
Disertasi ini terdiri atas enam bab yang masing-masing memuat uraian yang dibagi ke datam beberapa sub-bab berdasarkan wilayah cakupan pembahasannya masing-masing. Tiap-tiap sub-bab membahas satu tema yang terkait erat dengan pokok
37
pembahasan yang dijetaskan datam bab yang bersangkutan. Pembahasan sub-bab dimaksudkan untuk mengbadirkan gambaran yang lebih jelas tentang ide utama yang
didiskusikan pada masing-masing bab. Bab pertama yang berisi pendahuluan memuat sejumlah informasi menyangkut penetitian ini. Uraian bab ini pada dasamya berusaha menjawab sejumtah pertanyaan seperti: mengapa penelitian ini perlu dilakukan, apa yang menjadi permasalahan utama yang hendak dijawab oteh penetitian ini, apa kerangka teori yang digunakan untulc memahami permasalahan yang diteliti, pendekatan apa yang digunakan dalam menganatisis permasatahan yang ditetiti serta bagaimana tebnik yang digunakan untuk menghimpun, mangkategorisasi dan menganalisis data yang diperoleh. Semua informasi ini dikemukakan untuk memberikan gambaran umum menyangkut proses persiapan, penelitian dan penulisan disertasi ini dengan harapan dapat membantu para pembaca datam memahami karya ilmiah ini. Bab kedua memuat uraian tentang masyarakat Makassar sebagai satu suku yang memi1iki sistem budaya tersendiri yang menjadi acuan normatif bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik secara individual maupun secara kolektif. Sistem budaya tersebut merupakan satah satu faktor utama yang membentuk cara pandang manusia Makassar terhadap lingkungannya termasuk mengenai asal-usul genelogis orang-orang Makassar yang berimplikasi pada pengelompokan sosiat yang menempatkan mereka ke dalam unit-unit sosial yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bab ketiga mendiskusikan sejarah panjang proses pembentulcan masyarakat muslim Makassar sejak kedatangan Islam pertama kali di wilayah mereka sampai kepada usaha-usaha sistematis yang dilakukan oteb para ulama atau ustadz dalam membina kehidupan beragama di kalangan masyarakat Makassar. Proses islamisasi masyarakat
31 Makassar yang mempertemukan Islam di satu sisi dengan kepercayaan dan kebudayaan lokal yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Makassar di sisi yang lain menimbutkan berbagai bentuk respons masyarakat mutai dari penerimaan secara baik hingga penolakan secara total.
Bentuk-bentuk respons itu bisa disaksikan daJam
kehidupan keagamaan sehari-hari masyarakat Makassar. Tertepas dari berbagai bentuk respons masyarakat tersebut, peranan penting ulama atau ustadz dalam membina kehidupan beragama masyarakat mustim Makassar tidak bisa dipandang sebelah mata. Justru semangat keberagamaan yang demikian kuat di kalangan masyarakat muslim MakaS!iar menjadi buk:ti kuat betapa besar jasa mereka dalam mengawal proses islamisasi di kalangan masyarakat Makassar. Perbedaan pola pembinaan dan metode pembinaan yang diterapkan oleh masing-masing utama atau ustadz memberikan peluang kepada terjadinya perbedaan kecendenmgan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam masyarakat muslim Makassar sebagaimana dapat dilihat dalam kehidupan mereka seharihari. Bab keempat menjetaskan ragam pola pemahaman dan pengamatan ajaran Islam di kalangan masyarak.at Makassar. Untuk memahami ragam serta pola pemahaman tersebut maka pada bab ini dikemukakan latar belakang terjadinya potarisasi pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat muslim Makassar sebagai
konsekuensi dari perbedaan a1cses terhadap proses pembinaan pemahaman dan pemahaman ajaran Islam yang dilaksanakan oleh para ulama atau ustadz. Sealain itu, perbedaan kecenderungan pemahaman dan pengamatan ajaran Islam masyarakat Makassar juga dibentuk oleh perbedaan metode serta perbedaan kecenderungan pema:haman keagamaan yang diperkenatkan oleh ulama atau ustadz yang bersangkutan dalam membina pengikut-pengikut mereka. Orang-orang Makassar yang beruntung
39
memperoleh alcses yang lebih besar untulc mendapatkan bimbingan dalam kehidupan keagamaan menjadi kelompok muslim yang dikategorikan sebagai muslim pagama, sedang mereka yang hanya memiliki akses yang sangat terbatas . atau bahkan tidak memiliki alcses sama sekali untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam menjadi kelompok muslim sossorang.
Masing-masing kelompok ini
mengembangkan cara kehidupan beragama yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bab kelima menguraikan secara mendalam pola-pola integrasi sosial yang berlangsung antara berbagai kelompok dalam masyarakat muslim Makassar khususnya antara muslim pagama di satu sisi dengan muslim sossorang di sisi yang lain. Pembahasan tentang pola-pola integrasi sosial di kalangan masyarakat muslim Makassar metiputi pota kekerabatan yang terkait erat dengan sistem budaya yang telah berakar kuat di kalangan mereka, pola ketergantungan ekonomi sebagai konsekuensi adanya perbedaan akses terhadap sumber-sumber ekonomi yang ada, pola patron-klien yang terjadi sebagai akibat dari adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat serta pola kesamaan keyakinan agama sebagai mustim. Masing-masing pola integrasi sosial di atas mempertemukan kelompok muslim pagama di satu sisi dengan muslim sossorang di sisi yang lain. Bab keenam yang merupakan bagian penutup berisi poin-poin utama yang merupakan temuan penelitian yang dikemukakan dalam bentuk kesimputan. Temuan penelitian ini merupakan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Melengkapi bagian ini dikemukakan pula rekomendasi sebagai implikasi dari temuan penelitian.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas muslim Makassar memiliki fanatisme yang kuat terhadap adatistiadat dan agama (Islam). Perilaku sosial mereka terkait erat dengan fanatisme k.ultural serta fanatisme keagamaan tersebut. Sistem budaya panngadakkang telab membentuk pandangan dunia (worldview) manusia Makassar menjadikan mereka sebagai salab satu etnis yang memiliki identitas budaya yang sangat kuat. Hal ini menjadi sumber motivasi yang mempengaruhi sikap maupun perilaku sosial seharihari. Di sisi lain, semangat keberagamaan yang tertanam dalam benak setiap orang Makassar mendorong terjadinya proses akulturasi antara budaya dengan agama
yang melabirkan dua varian keberagamaan yakni kelompok yang berusaba melaksanakan ajaran agama secara mumi - menurut apa yang mereka yakini sebagai upaya untuk mengukuhkan identitas keberagamaan mereka dan kelompok yang menerima Islam secara formal namun tetap berusaba mempertabankan keyakinan atau tradisi keagamaan pra-Islam yang sudab melembaga dalam kehidupan orang-orang Makassar secara turun-temurun.
Kelompok pertama
disebut muslim pagama, sedang kelompok kedua disebut muslim sossorang. Kelompok muslim pagama di Pattallassang yang sebagian besar terdiri atas penganut tarekat Naqsyabandiyah dan tarekat Khalwatiyab, seperti juga orangorang Muhammadiyab, memiliki kesadaran untuk menjadikan ajaran agama yang mereka yakini masing-masing sebagai sumber motivasi dalam menjalankan aktivitas sosial mereka sehari-hari. Perbedaan kecenderungan pemahaman dan
318
319
pengamalan ajaran agama yang mereka yakini memberikan pengaruh dalam merefleksikan perilaku sosial mereka. Pengikut tarekat Naqsyabandiyah bersikap lebih terbuka dan toleran dalam menjalankan aktivitas sosial mereka sebagai implikasi dari pandangan yang mengidentifikasi jamaah mereka sebagai bagian integral dari kelompok mayoritas muslim yakni ahlussunnah waljama'ah. Pengikut tarekat Khalwatiyah cenderung mengembangkan pola hubungan sosial yang tertutup (eksklusit) dalam berhubungan dengan kelompok muslim lainnya. Pola perilaku sosial ini merupakan implikasi dari ajaran Khalwatiyah yang bersifat tertutup yakni cenderung membatasi wilayah cakupan interaksi sosial mereka dalam lingkungan jamaah Khalwatiyah yang terdiri atas orang-orang yang telah menerima baiat sebagai pengikut tarekat tersebut.
Adapun orang-orang Muhammadiyah,
termasuk juga orang-orang yang diidentifikasi sebagai kelompok Salafi, cenderung mengembangkan perilaku sosial yang terkesan pogresif dalam mengaplikasikan pemahaman keagamaan mereka dalam kehidupan sosial sehari-hari sehingga turut ''mempertajam" batas-batas sosial (social boundaries) sebagai akibat perbedaan paham keagamaan dalam masyarakat Kelompok muslim pagama di Arungkeke umumnya terdiri atas orangorang Muhammadiyah dan NU dan sebagian lainnya adalah orang yang tidak menjadi anggota dari salah satu organisasi keagamaan tersebut tetapi memiliki pemahaman tentang Islam yang relatif baik. Komposisi penduduk Arungkeke menurut afiliasi organisasi keagamaan yang sebagian besar adalah pengikut Muhammadiyah menyebabkan tingkat persaingan antarkelompok di kalangan masyarakat tidak terasa. Jika di kalangan masyarakat muslim Pattallassang terjadi polarisasi kelompok antarmuslim pagama berdasarkan perbedaan kecenderungan
320
pemahaman keagamaan masing-masing, maka di kalangan masyarakat muslim Arungkeke polarisasi tersebut terjadi antara kelompok muslim pagama di satu sisi dengan kelompok muslim sossorang di sisi yang lain. Dengan demikian maka hubungan sosial antarkelompok muslim di Arungkeke dilihat dari perspektif kedalaman pemahaman dan penghayatan ajaran agama merupakan refleksi dari persinggungan antara keinginan untuk mengamalkan ajaran Islam secara baik yang diperankan oleh kelompok muslim pagama di satu sisi dengan keinginan untuk mempertahankan keyakinan dan tradisi keagamaan lokal yang diperankan oleh muslim sossorang di sisi yang lain. Pengaruh pemahaman keagamaan terhadap perilaku sosial masyarakat Makassar dapat dikelompok:kan ke dalam tiga kategori utama. Pertama, pengaruh yang lahir dari kesadaran untuk menjalankan ajaran Islam secara total (kBffab) dalam k.ehidupan sehari-hari termasuk dalam menjalankan aktivitas sosial. Implikasinya adalah munculnya kecenderungan yang terkesan eksklusif sehingga cenderung menghambat proses interaksi sosial secara intensif antarsesama warga yang berasal dari kelompok masyarakat muslim lainnya. Mereka yang termasuk ke dalam k.elompok ini adalah pengikut Muhammadiyah dan kelompok Salafi. Kedua, pengaruh yang lahir dari kesadaran untuk menjalankan ajaran agama tanpa meninggalkan praktik-praktik keagamaan maupun kebiasaan masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun sepanjang tidak bertentangan secara tegas dengan ajaran dasar Islam. Dalam kategori ini terdapat dua kecenderungan yang berbeda yakni (1) kelompok yang lebih membatasi diri dalam menjalankan aktivitas sosial dengan kelompok lainnya sebagaimana yang dikembangkan oleh pengikut tarekat Khalwatiyah, dan (2) kelompok yang agak terbuka menjalankan aktivitas sosial
321
dengan kelompok muslim lainnya sebagaimana yang dikembangkan oleh pengikut tarekat Naqsyabandiyah. Ketiga, pengaruh yang tidak didasarkan atas kesadaran untuk menjalankan ajaran Islam tetapi semata-mata didasarkan atas pemahaman sebagai bagian dari kebiasaan (tradisi) yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
Orang-orang yang termasuk dalam kategori ini, umumnya, tidak
memiliki pemahaman yang baik tentang ajaran Islam.
Oleh karena itu maka
perilaku sosial mereka sama sekali tidak didasarkan atas ajaran Islam. Mereka yang tergolong ke dalam kategori ketiga inilah yang di dalam masyarakat Makassar disebut sebagai muslim sossorang. Keberadaan
kelompok-kelompok
sosial
berdasarkan
perbedaan
kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam tersebut memberikan pengaruh terhadap pola-pola relasi sosial antarkelompok dalam komunitas muslim Makassar. Kenyataan ini membuka peluang terjadinya pengkotakan masyarakat ke dalam berbagai unit sosial yang secara potensial berpeluang mendorong munculnya persaingan bahkan pertentangan dalam bentuk konflik kepentingan yang bisa mengganggu hubungan sosial antarkelompok dalam masyarakat yang bersangkutan. Kekhawatiran ini tidak terjadi di kalangan masyarakat muslim Makassar di Arungkeke maupun di Pattallassang, khususnya antara kelompok muslim pagama di satu sisi, dengan kelompok muslim sossorang di sisi yang lain. Relasi sosial yang selama ini terjalin antara muslim pagama dengan muslim sossorang menunjukkan hubungan yang lebih bersifat apresiatif untuk memelihara hubungan kekerabatan antarsesama warga masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor nonkeagamaan yang diperkuat oleh ikatan kesamaan keyakinan agama yang mengajarkan persaudaraan dan persamaan derajat umat manusia. Faktor-faktor
322
non-keagamaan yang menjadi pijakan utama bangunan kehidupan sosial masyarakat Makassar adalah sistem kebudayaan (cultural system) panngadakkang. Setiap individu dalam masyarakat Makassar terikat ke dalam satu sistem kebudayaan yang telah berakar kuat dan melembaga dalam kehidupan sehari-hari orang-orang Makassar secara turun-temurun. Kesadaran sebagai warga Makassar mengharuskan setiap orang dalam komunitas ini untuk memelihara siri' (harga diri) di samping juga memelihara ikatan solidaritas sosial dalam bentuk kasih sayang yang disebut pacce. Ketergantungan ekonomi merupakan salah satu alat perekat yang terbukti berhasil menjadi 'jembatan" yang menghubungkan antara orang-orang yang tergolong kaya yang sebagian besar merupakan orang-orang yang memiliki kesadaran beragama yang tergolong baik sebagaimana ditunjukkan melalui ketaatan menjalankan kewajiban pokok ajaran Islam dengan orang-orang yang tergolong miskin yang umumnya merupakan orang-orang yang "kurang" taat melaksanakan ajaran pokok Islam seperti ~iit, puasa dan zakat Orang-orang kaya membutuhkan orang-orang miskin untuk bekerja membantu majikannya mengurus berbagai hal yang berkaitan dengan usaha serta harta milik mereka. Atas dasar ini, orang-orang yang tergolong kekurangan merasa memperoleh bantuan dari majikan mereka. Hubungan saling membutuhkan antara orang-orang yang tergolong muslim pagama dengan orang-orang yang tergolong muslim sossorang merupakan alat pengikat hubungan sosial yang efektif dalam masyarakat Makassar. Sama halnya dengan hubungan berdasarkan ketergantungan ekonomi, sejumlah orang dalam masyarakat terikat ke dalam hubungan patron-klien atas dasar saling membutuhkan. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi
323
memelukan sejumlah orang lain yang dapat memberikan dukungan kepada mereka bilamana diperlukan. Dukungan tersebut bisa berbentuk tenaga, suara (politik), bahkan uang untuk suatu kepentingan tertentu.
Sebaliknya, orang-orang yang
berada pada lapisan sosial yang rendah membutuhkan perlindungan dari orangorang yang memiliki status sosial yang terhonnat dalam masyarakat. Tidak sedikit orang dalam masyarakat masyarakat Makassar berusaha menjalin hubungan yang baik dengan orang lain lantaran merasa hubungan tersebut memberikan manfaat yang tidak sediki dalam kehidupan sosial. Semua instrumen perekat sosial yang dikemukakan di atas menjadi semakin kuat karena mendapat dukungan kesamaan keyakinan agama. Hal itu semakin kuat jika diikuti oleh kesamaan kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. Orang-orang tergolong sebagai muslim pagama memiliki pandangan bahwa seorang muslim terhadap sesamanya muslim haruslah berusaha menjalin hubungan yang baik dalam bentuk sating rnenghargai dan saling tolong-rnenolong. Atas dasar pandangan ini maka setiap muslim yang baik haruslah berusaha rnenjalin hubungan yang baik pula dengan sesama muslim, terlepas apakah orang tersebut tergolong
pagama atau muslim sossorang. Di sisi yang lain, orang-orang yang tergolong sebagai rnuslim sossorang lebih terdorong untuk menjalin hubungan sosial yang baik dengan sesama warga Makassar sebagai konsekuensi dari keharusan adatistiadat untuk sating rnenghonnati dan sating rnenghargai.
B.
lmplikasi Penelitian Hubungan sosial yang terbangun secara baik antara muslim pagama dengan muslim sossorang sebagaimana yang dikemukakan di atas merupakan modal sosial
324
yang sangat penting dalam menggerakkan pembangunan untulc mewujudkan kebahagiaan clan kesejahteraan hidup masyarakat.
Kemampuan masyarakat
Makassar untulc menjaga dan mengembangkan pola-pola integrasi sosial yang jauh dari konflik negatif perlu dikaji lebih mendalam untulc dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya mempersempit peluang terjadinya konflik sosial yang dapat merusak tatanan kehidupan sosial masyarakat. Kurangnya perhatian yang selama ini diberikan kepada usaha-usaha untulc menggali nilai-nilai budaya lokal membuka peluang bagi suburnya semangat "ignoransi" terhadap kearifan lokal yang telah melembaga dalam masyarakat secara turun temurun.
Nilai-nilai
persaudaraan clan solidaritas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal yang diperkuat oleh penghayatan terhadap ajaran persaudaraan clan persamaan dalam Islam, tidak dapat dimungkiri merupakan sumber inspirasi yang sangat potensial dalam membangun suasana kehidupan harmonis antarwarga dalam masyarakat.
Atas dasar ini maka penelitian ini
menganggap perlu meminta perhatian para penentu kebijakan publik serta pemikir sosial kemasyarakatan untulc meningkatkan upaya menjadikan kearifan budaya serta ajaran agama sebagai
modal sosial yang strategis bagi usaha-usaha
memantapkan proses integrasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Hamid, Manusia Bugis Makassar: Suatu Tinjauan Historis terhadap Pola Tingkah La/cu don Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar, Jakarta: Inti ldayu Press, 1985. Ahimsa-Putra, Heddy Shri, Minawang: Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan, Yogyakana: Gajali Mada University Press, t 988. Andaya, Leonard Y., Worisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad Ke-17, terj. Nurhadi Sirimorok, Makassar: lninnawa, 2004. Arief, Aburaerah, Kamus Makassar - Indonesia, t.t.p.: Yayasan Perguruan Islam Kapita DDI, 1995. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Oowa, Kabupaten Gowa dalam Angka Tahun 2004, Sungguminasa: BPS Kabupaten Gowa, 2005. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Jeneponto dalam Angka Tahun 2004, Bontosunggu: BPS Kabupaten Jeneponto, 2005. Blau, Peter M., Inequality and Heterogeneity: A Primitive Theory of Social Structure, New York: The Free Press, 1977. Burbani, Danawir Ras, "Sejarah Peikembangan Pendidikan di Sulawesi Selatan", Laporan Penelitian, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam
tahun 1984. Chabot, Hendrik Th., ''Bontoramba, Sebuah Desa Goa, Sulawesi Selatan" dalam
Koentjanmhlgrat (ed.), Masyarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984: 194-212. Chehab, Tharik, Asal-Usu/ Para Wali, Susuhunan, Sultan don Sebagainya di Indonesia, u.p•• t.p., 1975. Departemen Agama RI, Al-Qur'indan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'in Tahun 1990/1991. Departemen P dan K, Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan, 198111982. Djamas, Nurbayati, "Varian Keagamaan Orang Bugis Makassar: Studi Kasus di Desa Timbuseng, Oowa", Laporan Penelitian, Ujung Pandang: PLPilS Unhas,
i9g:J. Friedericy, H.J., "De Standen bij de Boeginezen en Makassaren" dalam Bijdragen tot
de Taal-; Land- en VQ/kenktmdet 90 (19JJ). Geertz, Clifford, The Religion ofJava, New York: The Free Press (Paperback Edition), 1969. Getteng, Abd. Rahman, "Muhammadiyah dan Pengembangan Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan'', Disertasi, IAIN SyarifHidayatullah Jakarta, 1996.
325
326
Goldziher, Ignaz, Introduction to Islamic Theology and Law, trans. Andras dan Ruth Hamoii; New Jersey: Ptinceron University PreSS; 198 I; Al-Hafidh, M. Radhi et a., "Karya Tulis Ulama di Sulawesi Selatan", Laporan Basil Penelitian, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama - IAIN Alauddin,
t98i/i982. Hamid, Abu, "Selayang Pandang tentang Islam dan Kebudayan Orang BugisMakassat'' dalam Andi Rasdiyanah Amir (ed.); Bugis MokliSsar diilam Peta Jslamisasi Indonesia, Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1982. _ __. "Sistem Kebudayaan dan Peranan Pranata Sosial dalam Masyarakat Orang Makassar", (Laporan Penelitian Ufihas Ujtiiig Pandafig, 1982).
__
_.
"Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan" dalam Taufik Abdullah (ed.), Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta: Jambatan,
i983. _ __, Syekh Yusuf Seorang Ulama Sufi dan Pejuang, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1994. Hamzah, Aminah P. dkk., Monogroft Kebudayoan Bugis di Sulawesi Selatan, Ujung Pandang: Pemda Tk. I Sulawesi Selatan, 1984. Haryanto, Elite, Massa dan Konjlik, Yogyakarta: PAU - Studi Sosial UGM, 1992. Harvey, Barbara Sillars, Pemberontakan Kahar Mudzakkar dari Tradisi Ice DllTJJ, terj. Tim Ptistaka Utama Grafiti; Jakarta: Ptistaka Utama Grafiti, 1989. Junus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara, 1995. Khalli.f, 'abd at-Wahhib, Jlmu Ushul Fiqh, terj. Zuhri dan Ahmad Qarib, Semarang: Dina Utama, 1994. Koentjaraningrat,
''Konsep Desa di Indonesia" dalam Koentjaraningrat (ed.), Jakattii~ Yayasan Peneroit Falrultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1967: 346-370.
Masyarakiit Desa di Indonesia Masa Im.
Lampe, Musni et al., Perubahan Nilai Upacara Tradisional pada Masyarakat Makassar di SUiawesi &Iman, Makassart Depattemen Pendidikafi Nasional; Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan NilaiONilai Budaya Sulawesi Selatan, 2000. Ligvoet, A., "Transcriptie van bet Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo, met Vertalung en Aanteerkeningen" daJam BKI dee) V, 1880.
Lubis, Nabi1ah, Syeth Yiisuf al-Ti} al-Kbalwatl al-Makt1$Sail: Menytngkap lt111'ari Segala Rahasia, Bandung: Mizan, 1997. Mappangara, Suriadi dan Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi Selatan, Makassar:
Biro KAPP sekretanat Daenm Propinsi Sulawesi setatm Bekerjasama dengan Lamacca Press, 2003. Marzuki, Laica, Siri': Bagian Kesadaran Hu/cum Rakyat Makassar (Sebuah Telaah Filsaftil Hiiltiim, Ujtiiigpandang: Hasanuddiii University Press, 1995.
327
Mattulada, "Islam di Sulawesi Selatan" dalam Taufik Abdullah (ed.), Agama dan Peruhahmi SiJsial, Jakatta: Penetbit Djmnbatan, 1970. _ __, "Kebudayaan Bugis-Makassar'' dalam Koentjaraningrat (ed.), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1984.
_ ___. Latoa: Suatu Lukisan Ana/its terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995. Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah (1510-1700), Ujung Pandang: Bhakti Baru - Berita Utama, 1982. _ ___, "Perubahan Sosial dan Kebudayaan Suku•Suku Bangsa di Sulawesi Selatan" dalam E.K.M. Masinambow (ed.), Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia, 1977. _ __, Sejarah Masyaralrat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Makassar: Lembaga Penerbitan Unhas, 1998. _ __, ''Sulawesi Selatan Pra-lslam", Yapema, No. 12, Th. III (Maret 1979). Mudzhar, M. Atho', Pende/catan Studi Islam dalam Teori dan Pralctek, Yogyakarta: PUStaka Pelajar, 1998. Mukhlis (ed.), Dinamika Bugis Makassar, Jakarta: PT. Sinar Krida, 1986. _ _ _ et al., Sejarah Kebudayaan Sulawesi, Jakarta: Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Depdikbud, 1995. _ _ _ dan Edward Poelinggomang, Batara Gowa: Messianisme dalam Gera/can di Tanali Makassar, Ujung Pandaiig: Toyota Foundatio°' 1985. Myerhoff, Barbara G., Linda A. Camino dan Edith Turner, "Rites of Passage: An Overview", dalam Mircea Eliade et al. (eds), The Encyclopedia of Religion, voi. Xi, New York: Simon and Schuster Macmillan, 1955: 380-386. Nasikun dick, "Agama dan Perubahan Sosial: Studi tentang Hubungan antara Islam, Masyarakat, dart StrUktur Sosial-Politik Indonesia", Laopran Penelitian; Pusat Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1992/1993. Nasikun, Sistem Sosia/ Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1988. Niebuhr, Richard, Christ and Culture, New York: Harper and Row, 1951. Pals, Daniel L., Seven Theories ofReligion, New York: Oxford University Press, 1996. Petras, Christian, "Religion, Tradition, and the Dynamics of lslamisation in South Sulawesi", Archipel, 21 (1981). _ __,The Bugis, Oxford: Blackwell Publisher's, 1996.
Pirages, Denis C., Stabilitas Politik dan Pergola/ran Konflilc, Jakarta: FIS-Ul, 1982. Rahim, Abdul dan Anwar Ibrahim, Nilai Demo/crasi dalam Budaya Bugis Makassar, Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, 2004.
328
Rahim, Abdul dan Ridwan Borahima, Sejarah K.erajaan Tallo (Suatu Transkripsi Uimara ), Ujung Pandang: Pemda Tk:. I Sul-SeI kerjasama P3NBS Sul-Sel, 1974. Rahman, Ahmad, "Profil Keturunan Arab (Studi tentang Kehidupan Sosial Keagamaan KetUM\Bn Arab di Ujung Pandang)" da1am M. Yusf'ie Abady (ed.), LiijJOron Hasil Penelitian Studi Sosial dan Keagamaan di Sulawesi Selatan, Seri II (Agama dan Kehidupan Sosial), Ujung Pandang: Balai Penelitian Lektur Keagamaan, 1988/1989. Rahman Rahim, A. Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis, Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1992. Raja, Aminuddin, "Profil Ulama di Sulawesi Selatan Abad XX" Laporan Penelitian, Proyek IAIN Alauddin Tahun Anggaran 1994/1995. Rasdiyanah Amir, Andi, "Integrasi Sistem Pangngaderreng (Adat) dengan Sistem Syari'at sebagai Pandangan Hidup Orang Bugis dalam Lontara Latoa", Disertasi, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1995. Razak Daeng Patunru, Abdur, Sejarah Gowa, Ujung Pandang: YKSS, 1993. Saifuddin, Ahmad Fediyani, Konjlik dan lntegrasi: Perbedaan Faham dalam Agama Islam; Jakarta: Rajawali; 1986. Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo (Peny.), Sosiologi Pedesaan (Kumpulan Bacaan), Yogyakarta: Ga<\jah Mada University Press, 1999. Saransi, Ahmad, Tradisi Masyaralcat Islam di Sulawesi Selatan, Makassar: Biro KAPP Setda Sulsel bekerja sama Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Tradisi Masyarakat Sulawesi Selatan; 2003. Sewang, Ahmad M, lslamisasi Kerajan Gowa (Abad XVI sampai Abad XVII), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Spradley, James P. dan David McCurdy, Anthropology: Cultural Perspectives, New York: John Wiley and Sons, 1975. Tibi, Bassam, Islam and the Cultural Accommodation of Social Change, Terjemahan ke Inggris oleh Clare Krojzl. Boulder, San Fransisco, & Oxford: Westview Press, 1990. Tudjimah, Syelch Yusu/Makassari: Riwayat danAjarannya, Jakarta: UI Press, 1997. Usman, Sunyoto, Pembangunan clan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. --~
Sosiologi: Sejarah, Teori clan Metodologi, Yogyakarta: DIReD, 2004.
Walinga, M. Hatta, "K. H. Muhammad As'ad: Hidup dan Perjuangan", Skripsi, Fakultas Adah IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1981. Wojowasito, S, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid II, Jakarta-Yogyakarta: KalittUi~o, 1957. Wolhoff, G. J. dan Abdurrahim, Sejarah Gowa, Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1959.
329
Yamin, Muhammad, Gadjah Mada, Jakarta: Balai Pustaka, 1945. Zainal Abidin Farid, AndL Lontara Sebagai Sumber Sejarah Terpendam (Masa 15001800), Ujung Pandang: Lembaga Penelitian Hukum Fakultas Hukum Unhas, 1970. _ ___,Capita Selecta Kebudayaann Sulawesi Selatan, Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1999.
Lampiran: DAFTAR RESPONDEN
Abd Malik Dg Lewa (70) Arungkeke
Hasanuddin (47) Pattallassang
Abd. Rahman Nur (M) Arungkeke
Hatta Dg. Raja (SJ) Arungkeke
Abdul Jabbar, H (52) Sungguminasa
Ibrahim (48) Pattallassang
Abu Yusuf(Jl) Arungkeke
Ibrahim Dg Nuntung (60) Pattaliassang
Abubakar Paka, H. (58) Makassar
Jafar (38) Sungguminasa
Amir (3S) Arungkeke
Jamaiuddin (47) Arungkeke
Anwar (52) Arungkeke
Jufri(53)Arungkeke
Basir (56) Pattallassang
iuma' (43) Arungkeke
Borahima (49) Arungkeke
Jumriati (42) Pattallassang
Cegeie, H. (63) Arungkeke
Jumari (JS) Pattallassang
Daeng Beta (62) Arungkeke
Kilo, Haji (62) Pattallassang
Daeng Sunga (61) Pattailassang
:Kuiie Dg Muntu (S2) f>attaiiassang
Daeng Gappa (65) Pattallassang
Kulle, Haji (56) Arungkeke
Daeng Gassing (53) Arungkeke
Labbakkang, H. (61) Arungkeke
Daeng Jarre (58) Arungkeke
Mahadi Gassing (57) Arungkeke
Daeng Nai; (00) .Pattaiiassang
Makmur (S l) Paccinnongang
Daeng Nawing (62) Pattallassang
Masseng (57) Pattallassang
Daeng Ngemba (61) Arungkeke
Minggu (52) Pao-Pao
Daeng Ngittung (50) Pattallassang
Muhammad Ishaq (63) Arungkeke
f>aeng Nompo (49) Arungkeke
Muhammad Nasir (63) Pattallassang
Daeng Ramang (53) Arungkeke
Muhammad Ramli (44) Arungkeke
baeng Sija (59) Pattaiiassang
Muhammad Rusdi (52) Arungkeke
Darul Aqsa, Haji (42) Makassar
Muhsin Dg Ago (54) Pattallassang
Fathi Raja, H. (62) Arungkeke
Mukhtar Waiiatie (60) Makassar
Gaffar, Abd. (52) Bontosunggu
Mustafa Dg Beta (57) Arungkeke
Halim, H. (59) Arungkeke
Najamuddin (45) Pattallassang
Hasan Basri, H. (50) Arungkeke
Nawing (62) Songkolo
Haruna Dg Lurang (SS) :Pattaiiassang
Raja, Haji (57) Arungkeke
330
331
Ramli Nur, M. (55) Arungkeke
Syamsinar Dg Cora (32) Pattallassang
Saleh Dg i..ewa (SS) Pattallassang
Syamsuddin (40) Arungkeke
Saribanong (47) Pattallassang
Syarifudding (57) Arungkeke
Sufii, M. (43) Arungkeke
Tona, Haji (57) Pattallassang
Sunnari (44) Arungkeke
Usman Dg Lipung (44) Pattallassang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri Nama Tanggal Lahit Tempat Lahir NIP Partgkat/Golongart Jabatan Alamat Rumah
Alamat Kantor Na.ma Ayah Namalbu Nama Istri NamaAfiak
: : : : : : :
Drs. Nurman Said, MA 6 Maret 1959 Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan 150232980 Pembina Tiiigkat I I IV-b Lektor Kepala Kompleks Pao-Pao Permai Blok C-3/13 StiliggumifuiSi4 Gow~ 92113 Tip. (0411) 885277 : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin JI. Sultan Alauddin No 63 Makassar : Muruunmad Said : Hj. Maryam Abady : Rahmatiah Rauf: SE : 1. Emily Nut saidy 2. Hamdy Nur Saidy 3. Humaidy Nur Saidy
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal: a. Sekolah J;)asar Negeri 6 Tahun tamat 1971 b. PGAN 4 Tahun tamat 1975 c. PGAN 6 Tahun tamat 1977 d; Sarjana Muda Ilmu DakWali Faktiltas Usliuluddifi IAIN Alauddifi Cabaiig Palopo tahun 1981 e. Sarjana Ilmu Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin tahun 1986 f. Magister Studi Islam, Institute of Islamic Studi~ McGill University, Canada tahun 1993 2. Pendidikan Non-Formal: a. Penataran Kepemimpinan Mahasiswa IAIN Alauddin di Makassar tahun 1979 b. Penatanm Pembina I>aetiih Generasi Muda disekmggarakafi oleli Kan.wit Depag Prop. Sulawesi Selatan di Makassar tahun 1979 c. Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IAIN se Indonesia Timur di Makaassar talitiii 1979 d. Latihan Penuntun Pemuda Propinsi Sulawesi Selatan di Makassar tahun 1981 e. Pendidikan Dasar Militer bagi Resimen Mahasiswa Wolter Monginsidi tahun 1981 f. Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IAIN se-Jawa dan Sulawesi di Jakarta tahun 1983 g; Latilian Pemtika Pemuda dalam rangka Program Kapal Pemuda Asia Tenggara dan Jepang tahun 1984 di Jakarta h. Pembibitan Caton Dosen IAIN se-Indonesia (Pre-departure Course for overseas Study) taliun Juli 1988 - Maret 1989 di Semarang
332
333
i. Latihan Prajabatan bagi CPNS di Makassar tahun 1988 j. Ktimis Kependudtikmi ttan Lmgktiiigan Hidup Kerjasama Kementenan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Universitas Hasanuddin di Makassar tahun 1988 k. Englisn for Academic PUrpOse (EAP-11) dilakSa.nakafi oleh World University Service of Canada dan UGM di Y ogyakarta tahun 1989/1990 1. Penataran Tutor Program Penyetaraan D-11 Guru Pendidikan Agama Islam SDIMI ttan n-m Guru Pendidikafi Agama Islam SLTPIM.Ts. Sulawesi Selata.n di Makassar tahun 1994 m. Pelatihan Metodologi Penelitian bagi Tenaga Edukasi IAIN Alauddin dan PTAIS Wilayali vm di Makassat talitifi 1994 n. Penataran P-4 Tingkat Nasional Pola 144 Jam tahun 1995 di Makassar o. Penataran Metodologi Pengajaran tahun 1999 P• Workshop Desai.Ii Pembelajaran UIN Atauddifi Makassar taliun 2005
C. Riwayat Pekerjaan l. Calofi PegaWai Negeti Sipil (CPNS) talitifi 1987-1988 2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1988 - sekarang 3. Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat IAIN/UIN Alauddin 1988- sekarang 4. Wakil Kepala rusat Pengkajian Islam dan Masyatakat (PPIM) IAIN Alatiddifi tahun 1995-1997 5. Ketua Program Pembelajaran Bahasa Asing Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin tahtifi 1999-2000 6. Ketua Penyunting (Editor in Chief) Jumal Al-Filer Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Makassar tahun 2001-2004. 7, Pembantu Dekmi Bidang KemahaSiswaan Faktilw Ushtiluddm IAIN Alauddifi Makassar tahun 2000-2004 8. Angota Senat Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Makassar tahun 2000-2004 9" Afiggota SCiiat IAIN Alatiddifi Makassat talitifi 2001 - 2005 10. Koordinator Lembaga Indonesia Timur untuk Studi Agama dan Sosial (Lintas) Makassar.
D. Preastasi/Penghargaan 1. Juara terbaik II Lomba Karya Tulis Ilmiah Keagamaan Mahasiswa Perguruan Tiriggi Agama ISiam se-Iiidonesia taliilii 1986. 2. Alumni terbaik Jurusan Perbadingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Tahun Wisuda 1986. 3. Dosen terbaik Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin tahun akademik 1996/1997.
E. Pengalaman Organisasi 1. Organisasi I Kegiatan Kepemudaan a. Pengurus OSIS PGAN 6 Tahun Palopo tahun 1975-1976 b. Pengurus Remaja Masjid Al•Mujahidin Palopo tahun 1979-1981
334
c. d. e. f.
Ketua DPD II KNPI Kabupaten Luwu 1979-1982 Pengurus Remaja MaSjid Al-lklilasli di Makassar taboo 1983-1986 Peserta Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang tahun 1984 Sekretaris Alumni Pertukaran Pemuda Indonesia-Luar Negeri (PCMI) Sulawesi selatim 1985-1987. g. Wakil Serkretaris BKPRMI Sulawesi Selatan 1985-1987
2. Organisasi Kemahasiswaan
a. Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Cabang Palopo tahun 1979-1980. b. Ketua Umum Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Cabafig Patopo tiil'itifi 1980-1981" c. Ketua Umum Pengurus HMI Cabang Palopo Periode tahun 1979-1980 d. Pengurus Resimen Mahasiswa Batalyon IAIN tahun 1981-1982 e. Pen.gurus Majelis Pemlimrum Kegiatim MaliaSiswa (MPKM) IAIN Alauddin tahun 1984-1986 3. Organisasi Kemasyarakatan
a. Pengurus ICMI Orsat Alauddin tahun 1993-1995 b. Pengurus MUI Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2002-2005; 2006-2011 c. Pengurus KAHMI Kota Makassar periode tahun 2004-2008 & Sek:retaris Jendetal lkaun Keluarga Alumni IAIN/UIN Alauddifi pefiooe tahun 2005-2007
F. Karya Ilmiah 1. Buku:
a. Pembinaan Generasi Muda Melalui Kegiatan Minat dan Ba/rat (1986), (Booklet Lornba Katya Ilmiali MaliasiSWa) b. Al...(Jhazali's Works and Their Influence on Islam in Indonesia (1996), (Tesis MA Diterbitkan Oleh Depag)
Small Enterpriaes mMakiissar: Post-KriSmon Stagnation or Success? (2005), Laporan Penelitian Bersama Dr. Sarah Turner (Canada) d. Sinergi .Agama dan Sains: Jkhtiar Membangun Pusat Peradaban Islam
e;
(2005)~ (Editor);
2. Artikel:
a. "Pendekatan Filosofis dalam Studi Agama" dalam Uswah (1993). b. "lbn Taymiyah's Attitude toward Sufism" dalam WartaAlauddin (1993). c. "Transmisi Pemikiran Islam di Kalangan Ulama Bugis" dalam Samiang Katu (ed.)~ Islam di Sulawesi &latiiil (1996) d. "The Significance of Al-Ghazali's Works for Indonesian Muslim: A Prelminary Study" dalam Studia lslamika, vol. 3, No. 3 (1996). e; "Beberapa Pendapat Mufassit tentimg Penyaliban Isa its." dalain Jziiriiil Ushuluddin, vol. 3, No. 2 (1999).
335
f. "Signifikansi Karya-karya Al-Ghazali terhadap Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia" dllam Dody s. Ttufia dan IsmatU Ropi (eds~); Pranata Islam di Indonesia (2002). g. "Religion and Cultural Identity among the Bugis" dalam INTER-REUGJO (2004). h. "The Early Indonesian Islam (A Preliminary Remark)" dalam Al-Hikmah (2004). t "Agree to Disagree: Mengayuh di Selah K.ara.ng dan Badal Petbedaati" Wihun Waspada Santing dan Hadi Daeng Mapuna (eds.), HB. Amiruddin Maula: Bersatu di Atos Keragaman (2004). j; "Memimpin Secara Bijak: Melacak Akar Kepemimpinan berdasark:.afi Kearifan Budaya Lokal Bugis-Makassar" dalam Annin Mustamin Toputiri dan A.S. Kambie (eds.) Kearifan Lokal Kepemimpinan Sulawesi Selatan: Ttt1f1Sftirmasi Nilai dan AJariiil Kepemimpimn Kuna di Sulawesi &liitiiil dalam Kehidupan Bernegara (2006). k. "Some Notes on the Problem of Teaching for Tolerance in Indonesia" in Recep Kaymakcrui ruid Oddbjom Leirvik (eds;), Teaching for Tolerante in Muslim Majority Societies (2007).
3. Penelitian: a. "Pengaruh Modemisasi terhadap Kehidupan Keagamaan Generasi Muda di Palopo" (Risalah Sarjana Muda Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Cabang Palopo, 1981). b; "Murld-Mutid Jesus" (Sklipsi Satjana Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Makassar, 1986). c. "Al-Ghaz.ali's Works and Their Influence on Islam in Indonesia" (Thesis MA, Institute oflslmnic StudieS; McGill University, Monttea4 Canada, 1993)~ d. ''Tarekat Khalwatiyah Samman dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat di Pate'ne, Maros" (1995) e. ''lfiteraksi Sosial di Kalangan Masyarakat Muslim Matwar'' (2001) f. ''Gender and Employment: A Study of the Role of IAIN Makassar in the Development of Human Resources in South Sulawesi ftom 1991-2000". g. ''The Sifting FottUnes of Small scale Enterprises iii Makassar' (2003) h. "Kehidupan Sosial Keagamaan di Bulukumba, Sulawesi Selatan" (2007) Yogyakarta, 5 September 2007 Nunnan Said