Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
MANFAAT FINANSIAL PENGGUNAAN RANSUM BERBASIS SILASE BIOMASA JAGUNG PADA PETERNAKAN SAPI PERAH FINANCIAL BENEFITS OF BIOMASS SILAGE RATION CORN BASED ON SMALL HOLDER DAIRY FARMS Andrian Lutfiady*, Rochadi Tawaf**, dan Hasni Arief** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2014 hingga 14 November 2014 di peternakan sapi perah rakyat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan besarnya manfaat finansial yang diperoleh dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum pada ternak sapi perah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan informan kunci berjumlah 12 orang diantaranya 11 orang peternak dan 1 orang pihak yang mewadahi dilaksanakannya Demo Research Silage Program. Berdasarkan hasil analisis anggaran parsial, nilai net income change pada tiap peternak bervariasi. Pada informan kunci yang berjumlah 11 orang, ada 7 orang yang mendapatkan nilai net income change positif dan 4 orang mendapatkan nilai net income change negatif dengan besar nilai net income change dari masing-masing peternak adalah sebagai berikut. Anang sebesar Rp2.445,37/ekor/hari; Nandang sebesar Rp -12.561,08/ekor/hari: Enos sebesar Rp 5.655,75/ekor/hari; Tisnawati sebesar Rp -10.800,50/ekor/hari; Rusman sebesar Rp 15.330,65/ekor/hari; Yunan sebesar Rp4.992,86/ekor/hari; Ade sebesar Rp -6.113,48/ekor/hari; Dedi sebesar Rp9.351,13/ekor/hari; Carman sebesar Rp13.497,40/ekor/hari; Mamat sebesar Rp-2.198,96/ekor/hari; Ujang sebesar Rp10.974,49/ekor/hari. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa secara keseluruhan penggunaan ransum berbasis silase biomasa jagung memberikan manfaat finansial pada peternak sapi perah. Kata kunci: net income change, silase biomasa jagung
ABSTRACT This research had been conducted from October 14th, 2014 until November 14th, 2014 at small holder dairy farm Ciater, Subang. The aim of this study is to determine how and how much the financial benefits derived from the used of biomass corn silage in the ration on dairy cattle. Case study method is used in this research, with 12 informant, 11 farmers and a person from Demo research Silage Program. Based on the result of the partial budget analysis, the changes in the value of net income per farmer was varied. From 11 farmers, there are 7 farmers get positive net income change and 4 farmers get negative net income change. The value of net income changes for each farmer is Anang IDR 2,445.37/head/day; Ade IDR -6,113.48/head/day; Nandang IDR-12,561.08/head/day; Enos IDR 5,655.75/head/day; Dedi IDR 9,351.13/head/day; Rusman IDR 15,330.65/head/day; Yunan IDR 4,992.86/head/day; Carman IDR 13,497.40/head/day; Tisnawati IDR -10,800.50/head/day; Mamat IDR -2,198.96/head/day;
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
Ujang IDR 10,974.49/head/day. Based from all value of net income change, the biomass silage ration corn gives financial benefits for small holder dairy farmers. Keywords: net income change, silage corn biomass
PENDAHULUAN Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013 menyebutkan bahwa populasi sapi perah di Indonesia hanya sekitar 636.064 ekor dengan pertumbuhan 3,94 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah tersebut, sekitar 98 persen terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini beralasan karena Industri Pengolahan Susu masih terpusat di Pulau Jawa. Menurut data Kementrian Perindustrian Tahun 2013, total kebutuhan bahan baku susu tercatat 3,2 juta ton per tahun, sedangkan pasokan dari peternak lokal hanya 690.000 ton yang dihasilkan oleh sekitar 597.135 ekor sapi perah. Artinya, hanya 21% bahan baku industri susu olahan yang bisa dipenuhi oleh peternak, sedangkan 79% masih harus diimpor. Saat ini peternak sapi perah lokal hanya bisa memenuhi sedikit kebutuhan susu dalam negeri. Angka ini terus merosot seiring dengan banyaknya peternak yang meninggalkan usahanya. Banyak diantaranya karena alasan biaya produksi yang relatif tinggi, sementara produksi dari usaha ternaknya berbanding terbalik. Salah satu upaya untuk menekan biaya produksi, dipilih bahan pakan dengan nutrien yang sesuai kebutuhan ternak dengan harga jual yang cukup rendah, salah satu diantaranya tanaman jagung. Tanaman jagung memiliki potensi sebagai sumber makanan ternak, namun tidak semua bagian dari tanaman jagung yang memiliki serat kasar, palatabilitas, dan daya cerna yang tinggi. Oleh karena itu, tanaman jagung perlu diberi perlakuan secara biologis yaitu diolah menjadi silase. Silase dapat mengawetkan tanaman jagung sehingga kadar nutriennya tidak menurun dan bisa digunakan pada saat kekurangan hijauan. Selain itu, peningkatan daya cerna silase jagung, membuat kandungan zat nutrisi yang ada di dalamnya menjadi lebih mudah tercerna dan dapat berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Banyak penelitian mengenai silase biomasa jagung yang telah dilaksanakan di Indonesia. Salah satunya adalah Demo Research Silage Program yang telah selesai dilaksanakan oleh Yayasan Sahabat Cipta pada Januari – Maret Tahun 2014 berlokasi di peternakan sapi perah rakyat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Jawa Barat. Penelitian Demo Research Silage Program bermaksud memperkenalkan silase biomasa jagung kepada peternak sapi perah rakyat
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
untuk bisa mengatasi permasalahan langkanya hijauan pada musim kemarau. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ransum berbasis biomasa jagung dapat menahan penurunan produksi dan kualitas susu sapi Friesian Holstein pada bulan laktasi akhir. Artinya, penggunaan ransum berbasis biomasa jagung pada sapi perah terbukti berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu yang dihasilkan. Meningkatnya produksi susu yang menggunakan ransum dengan silase jagung ini dapat meningkatkan pendapatan peternak dari hasil penjualan susu tersebut, namun perlu dipertimbangkan tambahan biaya akibat peningkatan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan silase biomasa jagung tersebut. Sampai saat ini belum ada informasi yang jelas, apakah peningkatan biaya pembuatan silase biomasa jagung dapat ditutupi oleh peningkatan produksi susu. Uraian di atas menjadi dasar ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Biomasa Jagung Pada Peternakan Sapi Perah”. Penelitian dilaksanakan di peternakan sapi perah Ciater Jawa Barat. Penelitian ini pula bermaksud melanjutkan penelitian Demo Research Silage Program, karena seperti yang telah diutarakan dalam paragraf sebelumnya, bahwa belum ada informasi yang jelas terkait hasil dari penelitian Demo Research Silage Program mengenai penambahan biaya dan keuntungan yang diperoleh peternak akibat penggunaan silase berbasis biomasa jagung pada peternakan sapi perah rakyat.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, mulai tanggal 14 Oktober 2014 – 14 November 2014. Penelitian dilaksanakan di kandang peternakan sapi perah rakyat yang megikuti Demo Research Silage Program.
Objek Penelitian Objek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah benda, hal, dsb yang dijadikan sasaran untuk diteliti. Sejalan dengan pengertian tersebut, Arikunto (2006) mengemukakan bahwa objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Bertitik tolak dari hal tersebut bahwa objek penelitian ini adalah untuk melihat manfaat finansial dari penggunaan ransum berbasis silase biomasa jagung pada peternakan sapi perah. Adapun peternak yang mengikuti Demo Research Silage Program,
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
seakan-akan merupakan objek penelitian, sebenarnya adalah subjek penelitian (tempat menghimpun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini).
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus. Pertimbangan digunakannya studi kasus adalah karena peneliti ingin memperoleh informasi secara rinci dan menyeluruh mengenai manfaat finansial yang didapat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum pada peternakan sapi perah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Paturochman (2012) bahwa studi kasus merupakan metode penelitian yang mempertahankan keutuhan unit analisis yang diteliti
Teknik Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan informan kunci yang berjumlah 12 orang.
Operasionalisasi Variabel 1. Komponen tambahan biaya, adalah komponen biaya yang timbul sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum, berupa biaya silase biomasa jagung. Biaya silase biomasa jagung adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan silase biomasa jagung selama 3 bulan yang dinyatakan dalam satuan Rp/ Kg 2. Komponen biaya yang hilang, adalah komponen biaya yang tergantikan sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. 3. Komponen tambahan pendapatan, adalah komponen pendapatan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. 4. Komponen pendapatan yang hilang, adalah komponen pendapatan yang tergantikan sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum selama 3 bulan dan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
Analisis Data Penelitian ini menggunakan 2 analisis data, yaitu (1) Analisis deskriptif kualitatif dan (2) Analisis anggaran parsial (partial budget analysis) menurut Prawirokusumo (1990), adalah prosedur penelitian yang hanya menghitung perubahan-perubahan biaya dan keuntungan akibat adanya usul perubahan suatu usaha (sebagian).
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
HASIL DAN PEMBAHASAN Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase Biomasa Jagung Pada Peternakan Sapi Perah Hasil penelitian ini menunjukkan nilai net income change yang bervariasi dari tiap peternak. Hal tersebut disebabkan oleh selisih antara jumlah biaya dari penggunaan silase dan tanpa silase lebih besar dibandingkan dengan selisih antara pendapatan dengan penggunaan silase dan tanpa silase. Hal ini terlihat dari sisi produksi, seluruh peternak tidak mendapatkan kenaikan produksi susu sebagai akibat dari penggunaan silase berbasis biomasa jagung, kecuali Peternak Rusman. Disamping itu, biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan ransum berbasis silase biomasa jagung lebih kecil daripada biaya pakan yang sebelumnya digunakan oleh peternak. Selain itu faktor bulan laktasi yang berbeda pada tiap sapi perlakuan bisa menjadi faktor bervariasinya nilai net income change tersebut. Berikut merupakan hasil perhitungan net income change dari tiap peternak.
Tabel 11. Nilai Net Income Change Tiap Peternak No Nama Perlakuan Nilai net income change Peternak 1. Anang R1 Rp 2.445,37/ ekor/ hari 2. Nandang R1 Rp -12.561,08/ ekor/ hari 3. 4.
Enos Tisnawati
5.
Ade
R2, R3
6. 7. 8. 9. 10.
Rusman Yunan Dedi Carman Mamat
R2, R3 R2, R3 R3 R4 R4
11. Ujang
R1 R2
R4
Kesimpulan
Memberikan manfaat finansial Tidak memberikan manfaat finansial Rp 5.655,75/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial Rp -10.800,50/ ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial Rp -12.226,96/ 2 ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial Rp 30.661,30/ 2 ekor/ hari Memberikan manfaat finansial Rp 9.985,73/ 2 ekor/ hari Memberikan manfaat finansial Rp 9.351,13/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial Rp 13.497,40/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial Rp -4.397,93/2 ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial Rp 10.974,49/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial
Berdasarkan nilai net income change pada Tabel, didapat hasil yang bervariasi. Jika dilihat satu demi satu, tiap peternak memiliki komponen nilai perhitungan net income change yang berbeda (dapat dilihat selengkapnya pada bagian lampiran perhitungan nilai net income change). Secara keseluruhan, tidak ada peternak yang mendapatkan komponen tambahan
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
pendapatan lebih besar dari komponen berkurangnya pendapatan. Meskipun demikian, terdapat hasil perhitungan nilai net income change yang positif. Hal tersebut jika dilihat dari hasil perhitungan, kemungkinan disebabkan karena adanya penghematan biaya akibat penggunaan silase biomasa jagung pada tiap perlakuan dengan komposisi ransum yang berbeda. Penurunan pendapatan yang dialami peternak pada tiap perlakuan mungkin disebabkan terjadi karena beberapa faktor. Jika dikaitkan dengan faktor pakan, produksi susu yang menurun adalah akibat dari penggunaan silase dalam ransum. Namun bila dipandang lebih jauh aspek teknisnya dan dikaitkan dengan faktor laktasi, penurunan produksi dan kualitas susu tersebut (dapat dilihat pada lampiran produksi dan kualitas susu dengan atau tidak menggunakan silase) kemungkinan diakibatkan karena sapi sudah melewati masa puncak laktasi. Masa laktasi adalah masa sapi itu sedang menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi 2 bulan. Demikian pula kadar lemak susu mulai menurun setelah 1-2 bulan masa laktasi, dan setelah 2-3 bulan masa laktasi maka kadar lemak susu mulai konstan dan naik sedikit (Sudono, 1999). Pada peternak dengan perlakuan R1 dengan komposisi ransum 60% Silase-0 + 40% rumput + 0% konsentrat, tiap peternak mengalami penurunan pendapatan akibat penggunaan silase biomassa jagung. Namun, penurunan pendapatan tersebut diiringi dengan penurunan biaya yang dikeluarkan, sehingga tetap mendapatkan keuntungan, terkecuali peternak Nandang. Peternak Nandang mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp 20.850,32/ekor/hari, sedangkan biaya yang dihemat adalah sebesar Rp 8.289,23/ekor/hari. Dengan demikian Peternak Nandang mengalami penurunan pendapatan yang lebih besar dan tidak sebanding dengan pengeluaran biaya, sehingga diduga itu menyebabkan net income change menjadi negatif. Peternak Nandang mendapatkan perolehan nilai terendah diantara tiap peternak yang mendapat perlakuan R1, juga diantara 11 peternak yang mengikuti Demo Research Silage Program. Perbedaan tiap peternak mengenai jumlah ekor sapi yang mendapat perlakuan didasarkan pada kepemilikan jumlah sapi laktasi ke-2 sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Ade, Rusman dan Yunan memiliki 2 ekor sapi perah laktasi ke-2 pada saat Demo Research Silage Program belum dilaksanakan, sehingga 2 ekor sapi milik mereka digunakan, dan itulah sebabnya 3 orang peternak tersebut mendapatkan 2 perlakuan yang berbeda. Sementara itu 8 peternak yang lain hanya memiliki 1 ekor sapi perah laktasi ke-2. Selain hal tersebut, keinginan peternak mengikuti Demo Research Silage Program merupakan faktor keikutsertaan 11 peternak tersebut diantara seluruh peternak di wilayah Ciater, Subang.
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
Pada peternak yang mendapat perlakuan R2 dengan komposisi ransum 60% Silase-1 + 10% rumput + 30% konsentrat atau R3 dengan komposisi ransum 60% Silase-2 + 20% rumput + 20% konsentrat atau yang mendapat 2 perlakuan R2 dan R3, peternak Rusman mendapatkan nilai net income change tertinggi sebesar Rp30.661,30/2ekor/hari atau senilai dengan Rp 15.330,65/ekor/hari. Hal tersebut disebabkan akibat pengurangan biaya pakan yang semula Rp 135.600/2 ekor/hari menjadi Rp 94.934,22/2ekor/hari, artinya ada penghematan biaya sebesar Rp 40.665,78/2 ekor/hari atau Rp 20.332,89/ekor/hari. Penghematan biaya tersebut adalah yang terbesar dibandingkan dengan peternak lain yang mendapat perlakuan R2 atau R3 atau R2 dan R3. Pada perlakuan R4 dengan komposisi ransum 60% Silase-3 + 30% rumput + 10% konsentrat, hanya peternak Mamat yang mendapatkan nilai net income change negatif yaitu senilai Rp -4.397,93/2 ekor/hari atau senilai dengan besaran Rp -2.198,96/ekor/hari. Hal tersebut diakibatkan karena penurunan pendapatan sebesar Rp 12.677,59/2 ekor/hari lebih tinggi dibandingkan dengan biaya dihemat sebesar Rp 8.279,66/ 2 ekor/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai net income change pada tiap peternak menunjukkan nilai terbesar pada peternak Rusman dengan nilai Rp30.661,30/2ekor/hari atau senilai dengan Rp 15.330,65/ ekor/ hari. Sedangkan nilai net income change terendah adalah pada peternak Nandang dengan nilai Rp-12.561,08/ekor/hari. Secara keseluruhan didapat 4 peternak yang memberikan nilai net income change negatif, dan sisanya yaitu 7 peternak memberikan nilai net income change positif. Keempat peternak yang mendapatkan nilai negatif adalah 1 peternak dengan perlakuan R1, 1 peternak dengan perlakuan R2, 1 peternak dengan perlakuan R2, R3, dan 1 peternak dengan perlakuan R4. Secara garis besar, dilihat dari sudut pandang per perlakuan, R4 adalah perlakuan terbaik karena menghasilkan manfaat finansial diatas perlakuan lainnya. Peternak Rusman memang mendapatkan perlakuan R3 dengan nilai net income change tertinggi, namun nilai net income change dari 3 peternak lain yang mendapat perlakuan R3 masih dibawah dari yang mendapatkan perlakuan R4. Kemudian meskipun ada 1 orang peternak yang mendapatkan nilai net income change negatif, perlakuan R4 tetap menjadi perlakuan yang terbaik yang memberikan manfaat fnansial. Hal itu disebabkan karena nilai net income change negatif yang didapat peternak Mamat masih lebih besar dibandingkan dengan nilai net income change negatif yang didapat peternak Nandang pada perlakuan R1, peternak Tisnawati pada perlakuan R2, dan peternak Ade pada perlakuan R2 dan R3. Perlakuan R4 menjadi perlakuan yang
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
direkomendasikan untuk penerapan di lapangan dengan komposisi ransum 60% S3 (70% cacahan jagung + 30% konsentrat) + 30% rumput + 10% konsentrat.
SIMPULAN 1) Terdapat 7 orang peternak menghasilkan nilai net income change positif, dan sisanya 4 orang peternak menghasilkan nilai net income change negatif. Hal tersebut memberikan makna bahwa penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum terhadap sapi perah memberikan manfaat finansial. 2) Berikut merupakan besar manfaat finansial yang didapat oleh tiap peternak. Anang sebesar Rp2.445,37/ekor/hari;
Nandang
sebesar
Rp-12.561,08/ekor/hari:
Enos
sebesar
Rp5.655,75/ekor/hari; Tisnawati sebesar Rp-10.800,50/ekor/hari; Rusman sebesar Rp15.330,65/ekor/hari;
Ade
Rp4.992,86/ekor/hari;
Dedi
Rp13.497,40/ekor/hari;
Mamat
sebesar sebesar sebesar
Rp-6.113,48/ekor/hari Rp9.351,13/ekor/hari; Rp-2.198,96/ekor/hari;
Yunan
sebesar
Carman
sebesar
Ujang
sebesar
Rp10.974,49/ekor/hari. Nilai net income change positif mamberikan makna bahwa peternak mendapatkan keuntungan dengan besaran nilai net income change hasil perhitungan, akibat penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. Selanjutnya, nilai net income change negatif memberikan makna bahwa peternak mendapatkan kerugian dengan besaran nilai net income change hasil perhitungan, akibat penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima Kasih kepada Dr. Ir. H. Rochadi Tawaf, M.S., pembimbing utama dan pembimbing anggota Dr. Hasni Arief, S.Pt, M.P., yang tak pernah lelah untuk membimbing, mendukung dan meluangkan waktunya bagi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yayasan Sahabat Cipta dan KPSBU yang sudah memfasilitasi dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian Tahun 2014.
Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase........................………………Andrian Lutfiady
DAFTAR PUSTAKA Arikanto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. “Populasi Sapi Perah Menurut Provinsi dari tahun 2009 hingga tahun 2013”. [Online]. Available at www.deptan.go.id/infoeksekutif/nak/pdf-eisNAK2013/Pop_SapiPerah_Prop_2013.pdf Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Balai Pustaka. Jakarta. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Bandung: Unpad Press. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Sudono, Adi. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor