-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENGAPRESIASI DRAMA Rokhmaniyah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Sebelas Maret
Abstract This research was aimed at applying contextual teaching to improve Junior High School (JHS) students’ skill in appreciating dramas. The subject of this research was students grade 2 of State JHS 1 Buluspesantren Kebumen. This research involved the principal of state JHS 1 Buluspesantren Kebumen, as the collaborator. The data were collected using a test, a ield note, and questionnaire, and through observation, interview, and documentation, and were analyzed using the qualitative-quantitative descriptive analysis. The validity was obtained through triangulation based on the democratic and dialogic validation. The result of this research reveals that the teaching management improved the skill of JHS students in appreciating for dramas. It proved that the students are able to ind out the intrinsic elements of dramas. Their learning motivation improved after the use of various media in the form of Timun Emas drama script, Gedung Wakil Rakyat Itu Megah illustration, and Kiamat Sudah Dekat ilm, and after the change of during the action research. The last cycle of the research shows the improvement of he student’s in appreciating dramas. This can be seen in the increase of the average class and score 18, 20%, and 100% of their csore has passed the mastery limit of 69 of Indonesian language and literature. This result shows that 95% of the students absorve above 70%. This research also produces subsequent effects consisting of the improvement in the teacher’s professional performance in the teaching management through his performance, re lection, and renovation. Keywords: contekstual teaching management, drama appreciatie
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pembelajaran kontekstual sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama. Subjek penelitian ialah siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Buluspesantren. Penelitian ini melibatkan kepala sekolah sebagai kolaborator. Pengumpulan data menggunakan tes, observasi, angket, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penentuan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dengan didasarkan pada validitas demokratik dan validitas dialogis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa manajemen pembelajaran kontekstual meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama. Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik drama. Penggunaan variasi media berbentuk naskah drama Timun Mas, gambar dan ilustrasi Gedung Wakil Rakyat Itu Megah, dan ilm Kiamat Sudah Dekat serta diadakannya perubahan setting kelas selama tindakan berlangsung, meningkatkan motivasi belajar siswa. Tindakan akhir menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 18, 20% dan 100% nilai siswa melampaui standar ketuntasan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan nilai minimal 69. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95% siswa mencapai daya serap di atas 70 %. Penelitian ini juga menghasilkan dampak pengiring yaitu adanya peningkatan kinerja profesional guru dalam manajemen pembelajaran. Kata kunci: manajemen pembelajaran kontekstual, apresiasi drama
Pendahuluan Pada era globalisasi dan transformasi dewasa ini profesi guru berperan sebagai ujung tombak bagi keseluruhan proses pendidikan dan pembelajaran. Guru dituntut agar memiliki pengetahuan yang memadai tentang disiplin ilmu manajemen pembelajaran sehingga dapat menentukan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat memilih metode, model 492
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
belajar, media pembelajaran, dan sumber belajar yang dimanfaatkan untuk didayagunakan dalam perencanaan pembelajaran (Paul Suparno, 2002: 63). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa pembelajaran sastra pada jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah lebih ditekankan pada kemampuan siswa mengapresiasi sastra Indonesia dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat paling tinggi yaitu siswa dapat menghasilkan karya sastra walaupun dalam bentuk sederhana (Depdiknas: 2003). Kenyataan di lapangan selama ini tidak semua guru Bahasa dan sastra Indonesia mampu memberdayakan sarana penunjang yang ada, mampu menyajikan pembelajaran apresiasi drama dengan baik sehingga pembelajaran apresiasi drama belum dapat meningkatkan kemampuan siswa pada tingkat apresiasi yang paling tinggi. Guru yang mampu mengajarkan bahasa belum tentu mampu mengajarkan apresiasi drama dengan baik. Untuk itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang menarik bagi siswa dalam hal ini adalah pendekatan kontekstual. Kenyataan di lapangan, pendekatan kontekstual belum digunakan sebagai strategi mengajar oleh seluruh guru pengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan hasil MGMP Bahasa dan Sastra Indonesia Indonesia se-Kabupaten Kebumen pada bulan Januari 2005 menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMP sekarang umumnya belum seluruhnya sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini disebabkan oleh: (1) masih terbatasnya kemampuan guru terhadap pembelajaran sastra drama untuk siswa; (2) media pembelajaran terbatas, sedangkan sumber belajar yang tersedia belum efektif dan maksimal didayagunakan; (3) materi drama yang diajarkan cenderung pada kesenangan guru; (4) sistem ujian akhir yang sudah terlaksana masih sebatas teori belum mengacu pada pengukuran praktik (MGMP, 2005). Hasil pra survei pada tanggal 29 April 2005 menunjukkan bahwa kemampuan mengapresiasi drama siswa SMP Negeri 1 Buluspesantren masih sebatas pada teori belum mengacu pada praktik. Materi yang disampaikan hanya sebatas pada sumber buku paket dan buku pegangan guru. Pembelajaran tampak monoton. Terlihat para siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Untuk itu, pada kondisi semacam ini diperlukan perbaikan manajemen pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, masalah yang muncul dalam konteks ini sebagai berikut: 1. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama? 2. Bagaimanakah manajemen pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama? 3. Bagaimanakah efektivitas manajemen pembelajaran kontekstual sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama ? Manajemen Pembelajaran Kontekstual Terry (1977: 4) mengemukakan “Management is distinct procces consiting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources.” Sudjana (2002: 12) menjelaskan manajemen berarti semua kegiatan yang diselenggarakan oleh seseorang atau lebih dalam suatu kelompok atau organisasi/lembaga, untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga yang telah ditetapkan. Selanjutnya, Sudjana mengemukakan fungsi-fungsi manajemen yang dikembangkan oleh Fayol, Gullick, Milles, Koonts dan Donell, Terry, Comor, Flippo dan Musinger, Hersey dan Blanchard, Siagian dan Schermerhorn sebagai berikut; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan. Knowles (Syamsu Mappa dan Anisah Basleman, 1994: 12) berpendapat “Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengupayakan perubahan perilaku, dibentuk atau dikendalikan.” 493
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Selanjutnya, dikemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan yang dapat memberikan hasil. Selanjutnya, Oemarjati (1983: 59) mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses belajar mengajar di dalam lingkungan formal yang bertujuan mengembangkan potensi individu siswa sesuai dengan kemampuan siswa. Jadi manajemen pembelajaran adalah sebuah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang berlangsung dalam pembelajaran untuk melakukan perubahan perilaku berdasarkan informasi yang diterima. Belajar kontekstual (CTL) lebih ditekankan pada lingkungan dunia nyata siswa sehingga hasil belajar tidak hanya sebatas pada pengenalan nilai, tetapi penghayatan nilai dalam kehidupan nyata. Keberhasilan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dapat dilihat sejauh mana CTL mampu menumbuhkan daya kreasi, nalar, rasa keingintahuan, dan eksperimen untuk menemukan hal baru, menumbuhkan demokrasi, serta memberikan toleransi pada kekeliruan akibat kreativitas berpikir. Pada praktiknya pendekatan ini melibatkan tujuh komponen pembelajaran yang efektif, yaitu; konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya, dan re leksi (Nurhadi, 2002). Apresiasi Drama Effendi (Badudu, 176: 5) mende inisikan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Drama termasuk ke dalam karya sastra (Rendra, 1985: 9). Menurut Zaidan (1991: 31) drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Berdasarkan pengertian di atas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa drama adalah suatu tindakan atau permainan dalam bentuk dialog yang dipertunjukkan di atas pentas, yang merupakan cermin dari kehidupan nyata. Bila dikaitkan dengan pengertian apresiasi, apresiasi drama adalah proses melakukan analisis untuk memperoleh pemahaman terhadap isi naskah drama sehingga dapat mengekspresikan secara tepat di depan penonton dan dapat memberikan penghargaan atau penilaian terhadap karya drama tersebut. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kebumen. Waktu penelitian dimulai bulan April s.d. Mei tahun 2005. Observasi awal untuk menemukan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di kelas dilaksanakan pada awal April 2004. Subjek penelitian ini ialah siswa kelas 2B SMP Negeri 1 Buluspesantren Kebumen berjumlah 48 anak. Sebagai kolaborator kedua dalam penelitian ini adalah kepala sekolah. Kepala sekolah ikut terlibat melakukan observasi dan monitoring sebagai bahan masukan ketika melaksanakan re leksi. Keberhasilan penelitian dilihat berdasarkan adanya peningkatan kemampuan apresiasi drama pada siswa. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus kegiatan. Setiap siklus melewati 4 tahap, yaitu penjajagan ( re leksi awal), perencanaan tindakan, implementasi tindakan, dan analisis data. Observasi dan re leksi dilakukan saat pelaksanaan tindakan sampai dengan selesai (Soedarsono, 2001: 18). Teknik yang dilakukan dalam mengecek kebenaran dan keabsahan data adalah teknik triangulasi dengan didukung validitas dialogis dan demokratik. Hasil Penelitian Hasil evaluasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat pra tindakan (pre test) yaitu 65,25. Selanjutnya, nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tindakan siklus I adalah 68,42, pada tindakan siklus II adalah 72,15, sedangkan pada tindakan siklus III adalah 77,13. Jika dipersentase dari pre test ke siklus I adalah 4,85%, dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan 5,45%, dan dari siklus II ke siklus III terjadi kenaikan sebesar 7,23 %. Adapun, 494
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
nilai rata-rata kelas dari penilaian praktik apresiasi drama pada siklus I sebesar 67,94, siklus II sebesar 71,17, sedangkan pada siklus III naik menjadi 76,42. Bila dipersentase dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 4,75 % dan dari siklus II ke siklus III mengalami kenaikan 7,38%. Dari kenaikan nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama. Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini, disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Pelaksanaan manajemen pembelajaran apresiasi drama dengan pendekatan kontekstual meningkatkan kemampuan siswa SMP dalam mengapresiasi drama. Hal ini ditunjukkan adanya perubahan sikap, perilaku, dan nilai rata-rata kelas dalam mengapresiasi drama yang cukup berarti dari pelaksanaan tindakan siklus I sampai dengan siklus III. 2. Penerapan langkah-langkah pembelajaran kontekstual (konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya, dan re leksi) dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. Variasi media berupa naskah Timun Emas pada siklus I, gambar dan ilustrasi Gedung Wakil Rakyat Itu Megah pada siklus II, dan pemutaran CD Kiamat Sudah Dekat pada siklus III meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengapresiasi drama. Perubahan setting tempat duduk yang dilakukan pada setiap siklus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu, variasi sumber belajar dari naskah Timun Emas ke peristiwa aktual Gedung Rakyat Itu Megah sampai dengan peristiwa nyata yang dialami siswa menciptakan suasana belajar yang menarik. Penerapan metode sosiodrama mampu mencetak siswa yang dapat memerankan adegan drama. 3. Pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Prestasi siswa dapat mencapai target ketuntasan belajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 1 Buluspesantren Kebumen yang ditetapkan, yaitu 100% siswa dapat memperoleh nilai minimal sebesar 69 dan hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa 95% siswa dapat mencapai daya serap di atas 70%. Manajemen pembelajaran apresiasi drama di kelas2B SMP Negeri 1 Buluspesantren Kebumen dengan CTL dari perencanaan sampai dengan pengawasan/penilaian meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga upaya peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama dapat tercapai. Saran 1. Guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam manajemen pembelajaran kontekstual sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama dari perencanaan sampai dengan pengawasan/ penilaian. 2. Guru hendaknya berupaya untuk dapat memberdayakan media dan sumber belajar yang ada dan melakukan variasi setting ruang pembelajaran sehingga motivasi belajar dan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama meningkat. 3. Manajemen pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran apresiasi drama hendaknya dipersiapkan secara matang dari perencanaan sampai dengan pengawasan/penilaian.
Daftar Pustaka Badudu, Jus. 1975. Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: CV Pustaka Prima. Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004: Standar kompetensi mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia: Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiah. Jakarta. 495
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Mappa, Syamsu. & Basleman, Anisah. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Dirjen Dikti. Nurhadi.2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Oemarjati, B. 1983. Pengajaran Sastra Indonesia dan Pembinaan Apresiasi Sastra Konggres Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Rendra. 1985. Tentang Bermain Drama. Bandung: Pustaka Jaya. S. Suparno. et al. 2003. Bahasa & Sastra Indonesia untuk SLTP Kelas 3. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Soedarsono, F.X. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Sudjana, D. 2002. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan SDM. Bandung: Falah Production. Suparno, P. et al. 2002. Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomedasi. Yogyakarta: Kanisius. Terry, G.R. 1977. The Principles of Management. Homewood: Richard D. Irwin. Zaidan, A.R. et al. 1991. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Pusbinbangsa, Depdikbud.
496