“MAKNA PERAYAAN LIMBE DALAM MASYARAKAT DENGKA DULU DAN SEKARANG” [Sebuah Penjelajahan Sosio-Antropologi Terhadap Perayaan Limbe di Nusak Dengka, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur]
TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Oleh:
JEFRISON MESAKH MALAIKOSA 75 2010 023
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
ii
iii
PRAKATA Penyusun menyadari bahwa hanya karena kasih karunia Tuhan yang sangat besar, maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan, karenanya dengan keyakinan yang sungguh bahwa Tuhan Yesus senantiasa menyediakan masa depan bagi orang yang percaya akan kuasa-Nya, maka ungkapan syukur yang sebesar-besarnya penyusun panjatkan kepada Tuhan Yesus. Dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang dengan sukacita, ketulusan hati, dan penuh cinta kasih mendoakan, mendukung, menguatkan dan menjadi saluran berkat bagi penyusun selama penulisan tesis ini. Dengan demikian dalam karya ini, penyusun dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, Ed.D. dan Pdt. Dr. Thobias Messakh sebagai pembimbing yang telah membantu penyusun dari awal hingga penyelesaian tesisi ini. Terima kasih untuk waktu dan pengertian baik yang telah diberikan bagi penyusun serta ilmu yang telah penyusun peroleh. Semoga berkat Tuhan Yesus selalu melimpah dalam kehidupan bapak dan keluarga. 2. Dr. David Samiyono, MTS, MSLS. yang telah berkenan menjadi penguji dalam pengujian tesis ini. Tuhan Yesus memberkati bapak dan keluarga. 3. Papa dan mama terima kasih untuk doa & nasihat, air mata & keringat, perhatian & pengertian, lebih dari pada itu terima kasih untuk kepercayaan yang sudah diberikan untukku. Aku percaya bahwa salah satu alasan Tuhan Yesus memberkatiku adalah karena papa dan mama. 4. Saudara-saudariku yang terbaik sedunia trimakasih untuk cinta, kasih sayang, dan perhatiannya.
5. Elsye A. Malaikosa-Hilli, trimakasih yang tak terhingga untuk segalanya. Tuhan kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau apabila kita berjauhan (Kejadian 31 : 49).
iv
6. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu. Penyusun sangat berterima kasih atas bantuan, dukungan dan doanya. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Salatiga, Desember 2012 Penyusun,
Jefrison Mesak Malaikosa
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................
i
SURAT PERNYATAAN ............................................................ ii LEMBARAN PENGESAHAN ..................................................
iii
PRAKATA ................................................................................... iv
BAB I
DAFTAR ISI ...............................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………….
viii
DAFTAR TABEL ……………………………….......................
viii
ABSTRAKSI ...............................................................................
ix
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang .............................................................................. 1
I.2
Rumusan Masalah ........................................................................
I.3
Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
I.4
Metode Penelitian ........................................................................
I.5
Manfaat Penelitian………………………………………………. 11
I.6
Kerangka Penulisan……………………………………………...
BAB II
TELAAH TEORITIS MASYARAKAT
ANIMISME
6 7 11
DALAM
II.1
Teori Asal Usul Agama…………….............................................
13
II.2
Animisme………………..............................................................
17
II.2.1
Asal Usul Animisme…………………………………………….. 18
II.2.2
Animisme sebagai Agama Primitif……………………………...
II.2.3
Akibat Animisme terhadap Keyakinan Masyarakat….................. 20
II.2.4
Bentuk Penyembahan atau Kultus dalam Animisme……………
20
II.2.5
Sikap Animisme terhadap Roh Orang Mati…………………….
22
II.3
Unsur-unsur Pokok Religi……………………………………….
24
BAB III
KEPERCAYAAN MASYARAKAT DENGKA DAN MAKNA PERAYAAN LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MULA-MULA
19
III.1
Rote Ndao..................................................................................
28
III.2
Nusak Dengka………….. ..........................................................
35
III.3
Bentuk Kepercayaan Masyarakat Nusak Dengka………….……
38
vi
III.4
Hus atau Limbe…………………………………………………
49
III.4.1
Tempat Pelaksanaan Limbe……………………………………..
50
III.4.2
Benda yang dipakai dalam Upacara Limbe……………………..
52
III.4.3
Pelaksana Upacara Limbe………………………………………
53
III.4.4
Liturgi Pelaksanaan Upacara Limbe…………………………….
55
III.4.5
Makna Perayaan Limbe bagi Masyarakat Dengka Mula-mula….
60
BAB IV
MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI
IV.1
Pengantar.......................................................................................
63
IV.2
Interpretasi atas lahirnya Kepercayaan Dinitiu………………….
64
IV.3
Unsur Positif dan Negatif dalam Limbe…………………………
66
IV.4
Makna Limbe bagi Masyarakat Dengka Masa Kini..…………
69
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan……………………………………………………… 72
V.2
Saran…………………………………………………………….
76
KEPUSTAKAAN ......................................................................
77
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4
Nusak-nusak di Pulau Rote Pohon Penyembahan Upacara Limbe Foti Hus Uma Nitu
33 50 57 59
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Daftar Nama Suku Nusak Dengka
35
viii
ABSTRAKSI Masyarakat adalah kumpulan individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, setiap masyarakat memiliki kebudayaan, baik dalam bentuk yang masih sederhana maupun yang telah kompleks. Kebudayaan dalam setiap masyarakat tersebut terdiri dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal, yang salah satunya ialah religi atau sistem kepercayaan. Edward Burnett Taylor mengemukakan asal usul suatu sistem kepercayaan ialah bahwa manusia sadar akan adanya paham jiwa. Pemahaman ini berlanjut pada kepercayaan manusia bahwa jiwa akan lepas meninggalkan tubuh yang telah mati dan menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia, serta memiliki kekuatan yang mampu mendatangkan kesejahteraan maupun kecelakaan bagi manusia. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai macam bentuk penyembahan melalui berbagai ritual atau upacara untuk menjalin hubungan dengan roh-roh tersebut serta memperoleh kesejahteraan dan dijauhkan dari segala bahaya. Sistem kepercayaan yang demikian, oleh Tylor disebut animisme. Bentuk religi ini nampak dalam kehidupan masyarakat Rote mula-mula, khususnya masyarakat Nusak Dengka, yang sebagian kecil warganya menjalani hidup sebagai penganut Dinitiu. Dinitiu adalah suatu sistem kepercayaan yang mendasarkan keyakinan akan adanya roh-roh nenek moyang yang disebut nitu uma serta dewa yang dikenal dengan istilah nitu mo’ok yang mendiami alam semesta dan berkuasa untuk mensejahterakan maupun mencelakakan manusia, baik yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia maupun yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian. Salah satu upacara besar dalam Dinitiu adalah Limbe atau yang dikenal secara umum dengan istilah Hus. Limbe adalah ritual kepercayaan Dinitiu yang diselenggarakan secara sakral, dan yang masih tetap berlangsung hingga kini, meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menerima dan menjadi penganut agama Kristen Protestan. Oleh karena itu, hubungan gambaran kepercayaan Dinitiu serta makna perayaan Limbe bagi masyarakat Dengka mula-mula dan masyarakat Dengka masa kini secara khusus merupakan bagian penting dalam penelitian tesis ini. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dianalisis secara deskritif, penyusun mencoba untuk memperoleh apa yang menjadi tujuan penelitian ini. Dengan didasarkan pada pemetaan teori animisme Tylor yang mendukung analisa dalam penelitian ini, maka ditemukan beberapa hal yaitu pertama, bentuk kepercayaan masyarakat Dengka mulamula adalah Dinitiu. Salah satu wujud sistem kerpecayaan tersebut diimplementasikan dalam upacara Limbe. Kedua, Limbe bagi masyarakat Dengka mula-mula memiliki makna ganda yakni sebagai bentuk penghormatan dan penyembahan manusia dalam upaya mencari dan menjaga hubungan yang telah sekian lama berlangsung dengan para roh nenek moyang dan dewa; serta sebagai upaya memohon curah hujan yang tinggi. Namun bagi masyarakat Dengka masa kini hal tersebut tidak dimaknai sebagaimana masyarakat Dengka mula-mula memaknainya. Dimana bagi masyarakat Dengka secara umum perayaan Limbe hanya dipahami sebagai warisan budaya dan tidak lagi bermakna religius.
ix