ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN NASIONAL
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
M. SAKTI SHOLIKHIN NIM : 106081002445 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN NASIONAL
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: M. SAKTI SHOLIKHIN NIM : 106081002445
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ
NIP : 196902032001121003
NIP: 196905282008012010
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H / 2010M
ii
Hari ini, Jum’at Tanggal Empat Mei Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian skripsi atas nama M. Sakti Sholikhin NIM : 106081002445 dengan judul skripsi
“ANALISIS
PENGARUH
STRUKTUR
KEPEMILIKAN,
PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
HUTANG
PADA
PERUSAHAAN
PERBANKAN
NASIONAL”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 04 Juni 2010 Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ
Ketua
Sekretaris
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB
Arief Mufraini, Lc.Msi
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Murdiyah Hayati, S.Kom., MM Penguji proposal iii
Hari ini, Senin Tanggal Tiga Mei Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama M. Sakti Sholikhin NIM: 106081002445 dengan judul skripsi
“ANALISIS
PENGARUH
STRUKTUR
KEPEMILIKAN,
PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
HUTANG
PADA
PERUSAHAAN
PERBANKAN
NASIONAL”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Arief Mufraini. Lc.Msi
Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat Lengkap
Domisili
Agama Ayah Ibu Telp/Hp Email PENDIDIKAN FORMAL 1994 – 2000 2000 – 2003 2003 – 2006 2006 – 2010
: M. Sakti Sholikhin : Lamongan, 01 Oktober 1987 : Laki-laki : Desa Kanugrahan Rt 06 Rw 01, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, 62261 : Jl. Raya Ceger No 48 Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, 15223 : Islam : Muhari : Zumaroh : 085719465987 :
[email protected]
: MI Bahrul Ulum Kanugrahan, Lamongan : SMP Negeri 1 Maduran, Lamongan : SMA Negeri 1 Sekaran, Lamongan : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2003 – 2004 : Koord. Seksi bidang OSIS SMA Negeri 1 Sekaran 2003 – 2004 : Dewan kerja ambalan (DKA) pramuka SMA Negeri 1 Sekaran 2006 : Lembaga dakwah kampus (LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 – 2010 : Wakil sekretaris umum Forum mahasiswa Lamongan (FORMALA) Jabodetabek
v
ABSTRACT THE INFLUENCE OF OWNERSHIP STRUCTURE, PROFITABILITY, AND FIRM GROWTH TO DEBT POLICY ON CORPORATE NATIONAL BANKING
This research purpose to analyse ownership structure influence and control variable to debt policy. This research is focused on corporate banking firm up to period 2004 – 2008. By use of convience is sampling gotten 11 firm those are taken as sample. This research uses multiple linear regression model. Base regression quiz result points out that simultaneously of ownership structure variable and control variable significanty affect to debt ratio. And partially, ownerships structured variable which consisting of institutional ownership and public ownership are significanty affect to debt ratio. Meanwhile stockholder amount variable are not significanty affect to debt ratio. Controls variable that consisting of profitability and firm growth also have significanty affect to debt ratio.
Key word: Debt ratio, Institutional's ownership, Public ownership, Total Stockholder, Profitability, firm growth, agency theory.
vi
ABSTRAK ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN NASIONAL
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh struktur kepemilikan dan variabel kontrol yang mempengaruhi kebijakan hutang. Penelitian ini difokuskan pada perusahaan perbankan selama periode 2004 – 2008. Dengan menggunakan convience sampling diperoleh 11 perusahaan yang diambil sebagai sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan bahwa secara simultan variabel struktur kepemilikan dan variabel kontrol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan secara parsial, variabel struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Sedangkan variabel jumlah pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Variabel kontrol yang terdiri dari profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang.
Kata kunci : Rasio Hutang, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Publik, Jumlah Pemegang Saham, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Teori Keagenan.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas nikmat, rahmat, dan kekuatan yang diberikan Allah SWT padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Perbankan Nasional”. Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan, namun dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meski masih jauh dari kesempurnaan.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Ayahku dan Ibuku tercinta, yang selalu menguatkan diriku dengan do’a, yang selalu memberiku kasih sayang, semangat, serta menasehatiku dan membimbingku untuk keberhasilan dalam segala hal. 2. Seluruh Adik-adiku : Kesmey Nur Mayatun, Vicky Ade Irawan, dan Lailatus Sabrina, yang turut memberikan semangatnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada mereka, Amin. 3. Seluruh keluarga, tetangga, dan sahabat baik yang berada di Jakarta dan sekitarnya maupun di kampung, terimakasih atas dukungan, serta bantuannya. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 5. Bapak Prof. Dr. Ahamad Rodoni, Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis selaku dosen pembimbing I, yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
viii
6. Bapak Indoyama Nasarudin, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis. 7. Bapak Arif Mufraini Lc. Msi. selaku dosen mata kuliah metodologi penelitian, seminar perbankan, dan Dosen Pembimbing Akademik,
terima kasih atas
bimbingan, motivasi dan arahan yang berharga kepada penulis sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis.
8. Ibu Ir. Ela Patriana MM. AAAIJ, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya . 9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah khususnya jurusan Manajemen yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga bagi saya pribadi.. 10. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 11. Orang yang tersayang, yang selalu memberiku semangat dan dukungannya, menasehati dan selalu menghiburku di saat jenuh dan bosan. 12. Sahabat-sahabat terbaikku di kelas Manajemen C, Hery, Ipul, Ilman, Iqbal, Hesti, yang telah memberi warna dalam hidupku. 13. Sahabat-sahabatku di kelas Manajemen: Imam, Ibnu, Irna, Fiqhy, Maya, Hansen, Ma’ul, Heri, Hizburrahman, Ade, Finna, Pokayah, Milah, Achi, Intan Suti, Ucil, Ega, Iah, Kasna, Kiky, Hastri, Noris, Ucok, Madun, Muslim, Nresna, Nana, Nuri, Rihlah, Nurul Janah dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih atas semuanya. 14. Keluarga besar FORMALA (Forum Mahasiswa Lamongan) Jabodetabek. 15. Dan berbagai pihak yang telah membantu selama masih kuliah dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.
ix
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita. Amiinnn
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Juni 2010 Penulis M. Sakti Sholikhin
DAFTAR ISI
x
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR.................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori..................................................................................... 11 1. Teori Keagenan .............................................................................. 11 2. Struktur Kepemilikan Perusahaan.................................................. 24 3. Kebijakan Hutang........................................................................... 29 4. Variabel Kontrol yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang ............ 35 5. Rasio Keuangan ............................................................................. 38 B. Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 41
xi
C. Kerangka Pemikiran............................................................................. 45 D. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 50 B. Metode Penentuan Sampel................................................................... 50 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 53 D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis ...................................................... 54 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel................................... 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 63 1. Bank Indonesia............................................................................... 63 2. Institusi Perbankan di Indonesia .................................................... 67 B. Deskriptif Analisis ............................................................................... 69 1. Deskriptif Data Sampel .................................................................. 69 2. Deskriptif Analisis Data................................................................. 69 C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis.................................................. 82 1. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 82 2. Uji Hipotesis ................................................................................. 91 D. Interpretasi ........................................................................................... 98 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .......................................................................................... 102 B. Saran..................................................................................................... 103 C. Implikasi............................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 110
DAFTAR TABEL
xii
Nomor
Keterangan
Halaman
3.1 Daftar Perusahaan Perusahaan Perbankan Nasional .............................. 51 3.2 Daftar Perusahaan Sampel ...................................................................... 52 4.1 Rasio Hutang.......................................................................................... 71 4.2 Struktur Kepemilikan Institusional ........................................................ 74 4.3 Struktur Kepemilikan Publik ................................................................. 76 4.4 Jumlah Kelompok Pemegang Saham..................................................... 78 4.5 ROA ....................................................................................................... 79 4.6 Growth ................................................................................................... 80 4.7 Hasil Uji Multikolineritas ...................................................................... 88 4.8 Nilai Durbin Watson .............................................................................. 89 4.9 Nilai Koefisien Determinasi................................................................... 92 4.10 Pengujian Variabel Independen secara Simultan................................... 93 4.11 Pengujian Variabel Independen secara Parsial ...................................... 95
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................... 47 4.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia ...................................................... 67 4.2 Grafik Normal Probability Plot ................................................................. 84 4.3 Grafik Histogram ................................................................................... 85 4.4 Hasil Uji Normalitas Data...................................................................... 86 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 91
DAFTAR LAMPIRAN xiv
Nomor
Keterangan
Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan Nasional.................................. i Lampiran 2 Struktur Kepemilikan Perusahaan .......................................... ii Lampiran 3 Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan ........................... iv Lampiran 4 Rasio Hutang Perusahaan ....................................................... vii Lampiran 5 Hasil Regresi Output SPSS ................................................... x Lampiran 6 Hasil Regresi Output SPSS setelah Ditransformasi ............... xiv Lampiran 7 Charts Output SPSS................................................................ xvi Lampiran 8 Profil Bank.............................................................................. xviii
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan nilainya, yaitu untuk memakmurkan pemilik (pemegang saham). Kemakmuran pemilik perusahaan ditentukan oleh semakin meningkatnya harga saham. Harga saham menunjukkan nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Untuk memperoleh nilai perusahaan yang diharapkan, pemilik (pemegang saham) memberikan kepercayaan kepada professional (manajer dan komisaris) untuk mengelola dan menjalankan perusahaan (Brigham Gapenski, 2001 : 79) Pengendalian perusahaan ini diserahkan kepada manajer profesional karena pemilik perusahaan tidak mampu lagi mengelola perusahaan, pemilik perusahaan kemampuannya terbatas untuk mengendalikan perusahaan yang semakin besar dan kompleks. Dengan demikian, manajemen dapat dipandang sebagai agen dari pemilik perusahaan (prinsipal) yang mempekerjakan mereka, memberikan wewenang, dan kekuasaaan untuk mengambil keputusan terbaik yang dapat meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002 : 11). Manajemen bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholders) melalui keputusan atau kebijakan investasi, pendanaan dan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Semakin tinggi 1
harga saham di pasar modal berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat (Mugiharta, 2003: 2). Dalam menjalankan dan mengelola perusahaan, manajer memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, baik
untuk
kegiatan operasional maupun untuk ekspansi perusahaan. Dan salah satu alternatif perusahaan untuk memperoleh dana adalah dengan kebijakan hutang (Sukmaja, 2009 : 26). Penerbitan hutang juga rawan terhadap masalah keagenan. Menurut Brigham dan Daves dalam Masdupi (2005 : 3), manajer seharusnya memperhatikan kepentingan pemilik perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya, manajemen juga berkepentingan terhadap kemakmuran dirinya sehingga mernbuat manajer enggan untuk mengambil keputusan yang lebih beresiko. Jika investasi yang beresiko tersebut gagal, maka laba perusahaan akan turun. Padahal, ukuran kinerja manajerial adalah laba yang dihasilkan. Dengan demikian, kegagalan investasi tersebut dapat mengakibatkan manajer tidak memperoleh insentif atau bonus seperti yang diharapkan. Akibatnya, manajer tidak lagi memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melainkan mengambil jalan tengah dengan meminimumkan kerugian potensial dari pemilik perusahaan. Penyebab lain konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah keputusan investasi. Para pemegang saham hanya peduli terhadap resiko sistematis dari saham perusahaan. Oleh karena itu, mereka akan melakukan diversifikasi portofolio asetnya untuk meminimalkan resiko. Sedangkan
2
manajer lebih mempertimbangkan resiko perusahaan secara keseluruhan. Dalam konteks keuangan, masalah tersebut muncul antara prinsipal dan agen. Masalah keagenan tersebut dapat terjadi antara pemilik (shareholders) dengan manajer, manajer dengan debtholder, serta manajer dan shareholders dengan debtholder. Konflik tersebut dikenal sebagai masalah keagenan (agency problem) (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002: 12). Fama dalam penelitian yang dilakukan Masdupi (2005 : 3), teori keagenan merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi kontrol dengan fungsi kepemilikan. Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham suatu perusahaan kurang dari seratus persen, sehingga manajer mendapatkan insentif dan kesempatan untuk melakukan tindakan yang tidak menguntungkan bagi pemilik lain, melainkan cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya. Insentif tersebut ada karena manajer memperoleh keuntungan dari tindakan mereka tanpa harus menanggung semua biaya finansial atas kesalahan dalam pengambilan keputusan dan tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam keputusan pendanaan. Sedangkan kesempatan (peluang) muncul sebagai akibat ketidakmampuan pemegang saham luar untuk melakukan pengawasan atas semua tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dapat diminimalkan
dengan
suatu
rnekanisme
pengawasan
yang
dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut. Namun adanya mekanisme
3
pengawasan akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost. Untuk menekan hal itu, Jensen dan Meckling dalam Sukmaja (2009 : 32) menyarankan agar manajer dan komisaris diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian, pertimbangan kepemilikan dapat menciptakan kehati-hatian para manajer dan komisaris dalam mengelola perusahaan. Kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemilik utama, namun para manajer dan komisaris juga akan ikut menanggungnya. Sehingga konsekuensinya para manajer dan komisaris akan bertindak hati-hati dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu, kepemilikan saham oleh para manajer dan komisaris menjadi pertimbangan penting ketika hendak meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan saham oleh institusi juga merupakan sarana efektif untuk memonitoring
perilaku
manajer
dalam
perusahaan.
Dengan
adanya
konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar, seperti institutional investors akan dapat memonitor perilaku manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Meningkatnya kepemilikan saham oleh institusi juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Moh’d, et. al dalam Sukmaja (2009 : 37), bentuk distribusi saham antara pemegang dari luar (outside shareholder) yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan publik dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini karena kepemilikan institusional dan kepemilikan publik memiliki hubungan negatif
4
dan signifikan dengan kebijakan hutang. Artinya jika kepemilikan publik memiliki proporsi saham yang tinggi dalam perusahaan, maka akan membantu kepemilikan
institusional
untuk
mengawasi
kinerja
manajer
dalam
menggunakan hutang dan aktifitas operasional perusahaan. Sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya keagenan. Kebijakan hutang juga bergantung pada pertumbuhan asset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang mempunyai asset besar tentu lebih mudah memperoleh hutang atau pinjaman dari pada perusahaan yang tidak mempunyai asset yang besar. Menurut Gapenski dan Daves dalam Sukmaja (2009 : 42), perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang dari pada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Kebijakan hutang juga perlu didukung oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan dananya pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Return terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahamnya oleh investor. Karena investor tersebut mengharapkan tingkat return yang seimbang dengan tingkat resiko yang diambilnya. Selain itu, semakin tinggi laba yang diperoleh maka semakin banyak cadangan dana yang disiapkan untuk membayar hutang tersebut.
5
Penelitian mengenai hubungan kepemilikan dengan hutang perusahaan telah dilakukan oleh banyak peneliti. Kim dan Sorensen (1986), Agrawal dan Mendelker (1987) dan Mehran (1992), sebagaimana diungkapkan oleh Wahidahwati (2001), menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan rasio hutang perusahaan. Sedangkan penelitian Frend dan Hasbrouk (1988) dan Jensen et al (1992), sebagaimana juga diungkapkan oleh Wahidahwati (2001), menemukan hubungan negatif antara persentase saham yang dipegang oleh manajer dengan rasio hutang perusahaan. Penelitian Bathala et al (1994), sebagaimana diungkapkan oleh Wahidahwati (2001), menemukan bukti bahwa institusional mempunyai pengaruh negatif terhadap rasio hutang dan kepemilikan manajerial. Demikian pula penelitian Moh’d et al (1998), sebagaimana diungkapkan oleh Masdupi (2005), menemukan bukti bahwa kepemilikan saham oleh pihak institusional mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio. Penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti Indonesia. Wahidahwati (2001) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Tetapi dalam penelitian selanjutnya, Wahidahwati (2002) menemukan bahwa kepemilikan manajerial
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan. Penelitian Hanafi dan Ismiyanti (2003) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian Tarjo (2005) menemukan
6
bukti bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif terhadap level hutang. Atas pertimbangan penelitian sebelumnya, maka penelitian kali ini mencoba menggabungkan beberapa variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang, yaitu : struktur kepemilikan manajerial, struktur
kepemilikan
institusional, struktur kepemilikan publik, jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Peneliti juga ingin melakukan penelitian dengan objek perusahaan yang berbeda yaitu industri perbankan. Peneliti mengambil sampel perusahaan perbankan karena pemilik suatu bank pasti menginginkan manajemen dari banknya dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada pada bank tersebut, sehingga manajemen mampu menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan akhir dari pengelolaan bank adalah profit yang tercermin dengan adanya kinerja yang bagus dari bank tersebut. Untuk mencapai tujuan yang bersifat profit motives dari pemegang saham atau pemilik bank tersebut, maka pemilik bank senantiasa akan memilih manajemen yang diharapkan mampu menjalankan usaha bank tersebut dengan baik dan menguntungkan. Secara umum pemilik bank tidak akan memilih manajemen yang diperkirakan akan merugikan banknya. Oleh sebab itu, dalam hubungan antara pemilik bank dengan manajemen selalu ada “performance contract” di mana pemilik bank mempersyaratkan manajemen yang dipilih oleh pemilik untuk memaksimalkan keuntungan untuk kepentingan pemilik bank tersebut.
7
Keberhasilan suatu bank untuk dapat menghasilkan suatu keuntungan merupakan suatu prestasi yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam mengelola banknya secara baik dan benar. Dengan demikian maju tidaknya kegiatan operasional suatu bank sangat tergantung dengan kemampuan dari manajemen tersebut mengelola banknya masing-masing. Di samping besarnya peran manajemen dalam mengelola bank agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, peran dari pemilik bank itu sendiri juga cukup besar untuk memberikan kontribusi dalam memilih manajemen yang bagus. Pemilik suatu bank seperti halnya pemilik usaha lainnya maupun investor senantiasa berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan meminimalkan resiko usaha yang sekecil mungkin (risk-averse) ( Firmansyah Raditya, 2006 : 11 ). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Perbankan Nasional”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah
variabel-variabel
independen
(kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang saham,
8
profitabilitas, dan pertumbuhan asset) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 2. Variabel independen apakah yang berpengaruh paling dominan terhadap kebijakan hutang. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk
menganalisis
pengaruh
variabel-variabel
independen
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan pertumbuhan asset) terhadap kebijakan hutang. b. Untuk menganalisis variabel independen yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kebijakan hutang. 2. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi ilmiah bagi kalangan akademisi terutama berkaitan dengan pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang dalam mengontrol masalah keagenan. b. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh. c. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.
9
d. Perusahaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan manajer dalam menentukan kebijakan hutang untuk mengurangi masalah keagenan. e. Investor dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam mempertimbangkan keputusan investasi yang berkaitan dengan teori keagenan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Telah lama diketahui bahwa para manajer mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, di mana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory) (Brigham dan Houston, 2006 : 126). Bagi perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, lebih-lebih yang telah terdaftar di pasar modal, seringkali terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga agent) dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham (principal). Di samping itu, untuk perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya, apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh para pemilik perusahaan mungkin sekali akan hilang, tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak diikutsertakan untuk menutup kerugian tersebut (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002 : 11).
11
Pada tahun 1976, Michael C. Jensen dan William H. Meckling menerbitkan paper mengenai penerapan teori keagenan dalam manajemen keuangan. Mereka mendefinisikan bahwa hubungan keagenan muncul ketika yang mana satu atau lebih principal (pemegang saham) menggunakan orang lain atau agent (manajer) untuk bertindak atas namanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Agency theory examines the relationship between the owners and the managers of the firm. Because of diversified ownership interest, conflicts between managers and shareholders can arise that impact the financial decision of the firm (Stanley Block dan A. Hirt, 2000: 10). . Brigham dan Houston (2006 : 201), hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika salah satu atau lebih individu yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agent, untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenagan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam manajemen keuangan, hubungan keagenan utama terjadi di antara (1) pemegang saham dan manajer dan (2) manajer dan pemilik utang. J.Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2000 : 7) menyatakan bahwa pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar. Kegiatan operasi perusahaan dijalankan oleh para manajer, yang biasanya tidak mempunyai kepemilikan saham yang besar. Dalam teori, para manajer merupakan agen atau wakil dari pemilik, akan tetapi
12
pada kenyataannya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan demikian bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik perusahaan. Ini disebut “masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan yang timbul antara pemilik perusahaan dengan agennya. Agency problem also arise in creditors and equityholder having different objectives, thereby causing each party to want to monitor the others. Similarly, other stakeholders-employees, suppliyer, customer, and communities – may have different agendas and may want to monitor the behavior of equityholders and managements. Agency problem occur in investment, financing, and dividend decisions bu a company (James C. Van Horne, 2001 : 5). Masalah keagenan muncul dalam dua bentuk, yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dan dengan pihak manajemen (agent).
Tujuan
normatif pengambilan keputusan keuangan yang menyatakan bahwa keputusan
diambil
untuk
memaksimumkan
kemakmuran
pemilik
perusahaan, hanya benar apabila pengambil keputusan keuangan (agent) memang mengambil keputusan dengan maksud untuk kepentingan para pemilik perusahaan, (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002 : 12). Menurut Dermawan Sjahrial (2006: 6), masalah keagenan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham), manajer, dan karyawan. Ketiga kelompok tersebut menimbulkan pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan perusahaan.
13
Ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu dari pada tujuan perusahaan. Tmbulnya pertentangan ini antara lain apabila perusahaan memiliki free cash flow yang sangat besar, selain itu juga apabila ada transaksi akuisisi atau pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan besar dengan menggunakan hutang yang biasa disebut sebagai leveraged buy out (LBO). Masalah keagenan tersebut bisa terjadi karena adanya asymmetric information antara pemilik dan manajer. Manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya (Harmono, 2009 : 3) Teori Asymmetric information theory dikemukakan oleh Myers dan Majulf pada tahun 1984. Asymmetric information theory adalah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) mengenai prospek perusahan dari pada yang dimiliki investor. Asimetris informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada pemodal. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada
14
pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah (Brigham dan Houston, 2006 : 127). Menurut Mishkin (2008: 268), informasi asimetris mempunyai dua tipe. Tipe pertama, adverse selection. Pada tipe ini, pihak yang merasa memiliki informasi lebih sedikit dibandingkan pihak lain tidak akan mau untuk melakukan perjanjian dengan pihak lain tersebut apapun bentuknya, dan jika tetap melakukan perjanjian, dia akan membatasi dengan kondisi yang sangat ketat dan biaya yang sangat tinggi. Contohnya, adalah kemungkinan konflik yang terjadi antara orang dalam (manajer) dengan orang luar (investor potensial). Berbagai cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memperoleh informasi
lebih
dibandingkan
investor,
misalnya
dengan
menyembunyikan, menyamarkan, memanipulasi informasi yang diberikan kepada investor. Akibatnya, investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan, atau membeli saham perusahaan dengan harga sangat rendah. Contoh lain dari informasi asimetri adalah ketika kreditor dan pemegang saham minoritas memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan manajer dan pemegang saham mayoritas. Tipe kedua dari informasi asimetri Menurut Mishkin (2008 : 269) adalah moral hazard. Moral hazard terjadi ketika manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk keuntungan pribadinya dan menurunkan kesejahteraan pemilik. Contohnya, pada perusahaan yang relatif
besar,
dengan
terpisahnya
kepemilikan
dan
pengendalian
15
manajemen, maka sulit bagi pemegang saham dan kreditur untuk melihat sejauh mana kinerja manajer sejalan dengan tujuan yang diinginkan pemegang saham, manajer mungkin cendrung bekerja kurang optimal. Moral hazard juga menghambat operasi perusahaan secara efisien. Berdasarkan teori keagenan, laporan keuangan dipersiapkan oleh manajemen sebagai pertanggung-jawaban stewardship mereka kepada prinsipal. Dalam kapasitasnya sebagai pihak yang menyediakan informasi keuangan dan secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, manajemen memiliki insentif untuk melaporkan segala sesuatu yang dapat memaksimumkan utilitas dirinya. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan merekayasa laba (earnings) yang menjadi fokus utama perhatian
pihak
eksternal
sesuai
dengan
motivasi
yang
melatarbelakanginya. Brigham dan Houston (2006 : 179), masalah keagenan potensial terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100 persen, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri dan bukan memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi ini terjadi karena adanya pemisahan antara fungsi pengambilan keputusan dan fungsi penanggung resiko. Menurut Fama dalam Masdupi (2005 : 3), para manajer yang bertanggung jawab atas keputusan pendanaan tidak mampu melakukan diversifikasi investasi pada human capital. Di pihak lain, pemegang saham pada umumnya hanya mempertimbangkan resiko
16
sitematis atas saham perusahaan. Hal ini terjadi karena pemegang saham melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik sedangkan manajer lebih suka mempertimbangkan resiko perusahaan secara keseluruhan.
a. Hubungan Keagenan antara Pemegang Saham dan Manajer Brigham dan Houston (2006 : 137), masalah keagenan potensial terjadi bila proporsi kepemilikan saham manajer kurang dari 100 persen di perusahaan tersebut. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan perseorangan yang dikelola pemiliknya, manajer-pemilik diasumsikan akan mengoperasikannya sehingga akan memaksimalkan kekayaannya sendiri. Akan tetapi, jika manajer-pemilik menjual sebagian sahamnya kepada pihak luar sehingga perusahaannya tidak lagi dimilikinya sendiri. Sebuah potensi konflik kepentingan langsung akan
terjadi.
Manajer
mungkin
tidak
akan
memaksimumkan
keuntungan pemegang saham, karena hanya sebagian dari keuntungan tersebut akan dibayarkan kepadanya. Untuk mengatasi konlik kepentingan tersebut, masih menurut Brigham dan Houston (2006 : 146), yaitu dengan mendorong manajer untuk bertindak sesuai kepentingan utama dari pemegang saham melalui insentif-insentif yang memberikan imbalan atas setiap kinerja yang baik atau hukuman atas kinerja yang buruk. Beberapa mekanisme
17
spesifik yang digunakan untuk memotivasi para manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham antara lain : 1. Kompensasi Manajerial Para manajer sudah harus diberi kompensasi yang bertujuan untuk menarik dan mempertahankan manajer-manajer yang cakap serta untuk menyelaraskan tindakan manajer sedekat mungkin dengan
kepentingan
pemegang
saham
yang
umumnya
berkepentingan dengan memaksimalkan harga saham. seringkali, perusahan memberikan saham kinerja (performance share), di aman eksekutif menerima sejumlah saham tergantung dari kinerja actual perusahaan dan jasa-jasa yang berkelanjutan dari eksekutif tersebut. Perusahaan juga memberikan opsi saham eksekutif (executive stock option), yang memungkinkan manajer membeli saham di waktu ke depan dengan harga tertentu (Brigham dan Houston, 2006 : 147). 2. Intervensi Langsung Pemegang Saham Bertahun-tahun yang lalu kebanyakan saham dimiliki oleh perorangan. Tetapi saat ini mayoritas dimiliki oleh investorinvestor institusi seperti perusahaan asuransi, dana pension, dan reksadana. Oleh karena itu, para manajer institusional memiliki kekuatan, jika mereka memilih untuk menggunakannya, untuk menerapkan pengaruh yang cukup besar atas operasi sebagian besar perusahaan. Pertama, mereka dapat berbicara dengan
18
manajemen perusahaan dan membuat saran mengenai bagaimana bisnis perusahaan dijalankan. Kedua, setiap pemegang saham dapat memberikan usulan yang harus diputuskan dalam rapat umum tahunan pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006 : 147). 3. Ancaman Pemecatan Hingga saat ini, penyingkiran manajemen dari sebuah perusahaan besaroleh pemegang sahamnya hanya mempunyai kemungkunan kecil, sehingga hanya memberikan sedikit ancaman. Situasi ini terjadi karena saham dari sebagian besar perusahaan telah terdistribusi dengan begitu luasnya, disertai dengan pengendalian manajemen atas mekanisme voting yang begitu kuat, sehingga hamper tidak mungkin bagi para pemegang saham yang tidak
setuju
mendapatkan
suara
yang
dibutuhkan
untuk
menggulingkan suatu tim manajemen (Brigham dan Houston, 2006 : 148). 4. Ancaman Pengambilalihan Pengambilalihan tidak bersahabat (hostile takeover) (ketika manajemen
tidak
menginginkan
perusahaan
diambil
alih)
kemungkinan besar akan terjadi ketika saham sebuah perusahaan dinilai terlalu rendah relatif terhadap potensinya akibat manajemen yang buruk. Dalam pengambil alihan yang tidak bersahabat, para manajer dari perusahaan yang diakuisisi biasanya dipecat dan jika ada yang bisa tinggal akan mendapat status dan wewenang yang
19
tidak pasti. Jadi, para manajer memiliki insentif yang kuat untuk mengambil
tindakan-tindakan
yang
dirancang
untuk
memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2006 : 149). . b. Hubungan Keagenan antara Pemegang Saham (melalui Manajer) dan Kreditor Konflik juga bisa terjadi antara kreditor dan pemegang saham (melalui manajer). Kreditor memiliki klaim atas sebagian dari laba perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok utang, dan mereka memiliki klaim atas asset perusahaan di waktu terjadi kebangkrutan. Akan tetapi, pemegang saham memiliki kendali (melalui manajernya) atas keputusan-keputusan yang mempengaruhu profitabilitas dan resiko keuangan. Jika
pemegang
saham
bertindak
melalui
manajemennya,
menyebabkan sebuah perusahaan menjalankan suatu proyek besar baru yang jauh beresiko dari pada yang diantisipasi oleh para kreditornya. Peningkatan resiko ini akan menyebabkan tingkat pengembalian yang diminta dari utang perusahaan ikut meningkat, dn hal ini akan menyebabkan jatuhnya nilai dari utang yang masih belum jatuh tempo (Brigham dan Houston, 2006 : 150).
20
Untuk mengatasi masalah keagenan, diperlukan mekanisme untuk mengawasi (monitoring) manajer agar perilaku oportunistik manajer dapat dicegah dan manajer bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan. Namun munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Menurut Jensen dan Meckling, biaya keagenan adalah jumlah dari pengeluaran untuk pengawasan (monitoring) yang dikeluarkan oleh pemegang saham. Agency cost is cost associated with monitoring management to ensure that it behaves in ways consistent with the firm’s contractual agreements with creditors and shareholders (Van Horne and Wachowicz, 2001 : 276). Terdapat tiga macam biaya keagenan, yaitu : biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengawasi aktifitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dan premi asuransi untuk melindungi asset perusahaan. Biaya bonding yang ditanggung manajer untuk memberikan jaminan kepada pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan perusahaan. Sedangkan residual loss adalah biaya yang ditanggung pemegang saham untuk mempengaruhi keputusan manajer agar meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (Slamet Haryono : 2005 : 13).
21
Biaya keagenan menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2000 : 7) adalah : a. Sistem audit untuk membatasi perilaku manajemen. b. Berbagai jenis perjanjian yang menyatakan bahwa para manajer tidak akan menyalahgunakan wewenangnya. c. Dan perubahan pada sistem organisasi untuk membatasi para manajer menjalankan praktik-praktik yang tidak dikehendaki. Dermawan Sjahrial (2006 : 6), dalam upaya untuk meminimumkan agency problem, diperlukan biaya yang disebut agency cost yang tercermin dalam empat alternatif : a. Pengeluaran untuk monitoring. b. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi yang konsisten dalam memaksimumkan nilai perusahaan. c. Fidelity bond, yaitu kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga di mana pihak ketiga (bonding company) setuju untuk membayar perusahaan jika manajer berbuat tidak jujur, cara kerjanya mirip dengan asuransi kerugian. d. Golden parachutes, yaitu kontrak antara manajemen dan pemegang saham yang menjamin bahwa manajemen akan mendapatkan
22
kompensasi sejumlah tertentu apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain atau terjadi perubahan pengendalian perusahaan. Dalam mengatasi masalah keagenan dan mengurangi biaya keagenan, maka dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut : pertama dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan Meckling dengan pendekatan ini, masalah keagenan dapat dikurangi apabila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer akan merasakan langsung dampak keputusan yang telah diambilnya. Sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik lagi. Kedua, pendekatan pengawasan internal. Pendekatan ini dilakukan melalui pendekatan hutang. Jensen menyatakan bahwa hutang dapat mengendalikan free cash flow secara berlebihan oleh manajer dan dapat menghindarkan perusahaan dari investasi yang sia-sia. Ketiga adalah kepemilikan institusional dan kepemilikan publik sebagai monitoring agent.
Moh’d, et. al
menyatakan bahwa bentuk
distribusi saham dari luar yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan penyebaran kepemilikan dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan karena kepemilikan oleh institusional merupakan sumber kekuasaan yang didapat untuk mendukung atau menentang keberadaan manajemen. Maka konsentrasi atau penyebaran kepemilikan menjadi satu hal yang relevan.
23
2. Struktur Kepemilikan Perusahaan Struktur kepemilikan merupakan persentase saham yang dimiliki oleh insider shareholder dan persentase saham yang dimiliki oleh outside shareholder. Menurut Jansen dan Meckling dalam Tendi Haruman (2008 : 6), istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal perusahaan tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan ekuitas perusahaan. Tetapi juga oleh persentase kepemilikan oleh manager dan institutional. Managerial
ownership
dan
institutional
investor
dapat
mempengaruhi pencarian dana apakah melaui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh dari hutang, berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat. Sehingga akhirnya akan meningkatkan resiko (Tendi Haruman, 2008 : 8). Hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang menyebar mengakibatkan pemantauan yang lemah atas tindakan dan keputusan yang dibuat manajer, sehingga sulit bagi para pemegang saham untuk secara efektif mengkoordinasikan tindakannya. Sedangkan struktur kepemilikan yang lebih terkonsentrasi akan meminimalkan masalah keagenan karena adanya jalinan lebih kuat antara kepentingan para pemegang saham dan para manajer.
24
Menurut Bhatala et, al, semakin terkonsentrasi kepemilikan, pemegang saham semakin intensif untuk memonitor manajer, agar mereka bertindak selaras dengan kepentingan pemegang saham. Namun konsentrasi kepemilikan juga berpotensi menimbulkan kerugian. Menurut Slamet Haryono (2005 : 68), pemegang saham yang terkonsentrasi, akan lebih mementingkan pemenuhan kesejahteraan lainnya. Seringkali hak-hak minoritas terabaikan karena pemegang saham minoritas akan selali kalah dalam pengambilan keputusan strategis meskipun keputusan tersebut terkadang lebih tepat. Kerugian lainnya adalah pemegang saham akan menanggung resiko bisnis dan biaya pengawasan sendiri. Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan meliputi : a.
Struktur Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Jensen dan Meckling kepemilikan manajerial dapat mengatasi keagenan dan dapat mengurangi biaya keagenan. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang diambil sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik lagi. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial, maka kepentingan pemegang saham dan manajer semakin sejajar. Secara matematis nilai kepemilikan manajerial diperoleh dari persentase kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris.
25
Chen dan Steiner dalam Tendi Haruman (2008 : 9), menyatakan bahwa kepemilikan manajerial menyebabkan penurunan hutang karena adanya subtitusi monitoring. Sehingga kepemilikan manajerial bisa menggantikan peranan hutang dalam mengurangi biaya keagenan. Friend dan Lang, menunjukkan bahwa debt ratio mempunyai hubungan negatif dengan manajerial ownership. Ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang akan semakin berkurang seiring dengan meningkatnya kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Selanjutnya Moh’d, et. al dalam Sukmaja (2009 : 21), mengadakan studi mengenai dampak struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikanmanajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Artinya, dengan meningkatnya kepemilikan manajerial di dalam perusahaan, maka perusahaan akan dapat mengurangi tingkat penggunaan hutang. Dalam kaitannya dengan kebijakan hutang, kepemilikan manajerial mempunyai kepentingan lebih besar dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan karena resiko hutang non-difersifiable manajemen lebih besar dari investor publik. Dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang, maka dapat mengancam likuiditas perusahaan
dan
posisi
manajemen.
Manajer
yang
memiliki
kepemilikan saham yang lebih besar dalam perusahaan akan memiliki
26
keinginan yang lebih besar dalam meminimalkan resiko struktur modal. Jika struktur kepemilkan saham manajerial tinggi, maka manajer akan manjadi risk averse. Maksudnya, dengan meningkatnya kepemilikan manajerial, akan menyebabkan manajer semakin berhatihati dalam menggunakan hutang dan menghindari perilaku yang oportunistik karena mereka ikut menanggung resikonya. Sehingga hal ini dapat mengontrol masalah keagenan.
b.
Struktur Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, perseroan terbatas, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain).
Kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi struktur modal. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Menurut Tendi Haruman (2008: 7), kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam memgelola perusahaan. Investor subtitusional dapat disubtutusikan
27
untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt (hutang) dalam struktur modal. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan dapat berdampak
pada
pengendalian
dan
pelaksanaan
pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Agency cost dapat diminimalisir dengan beberapa alternatif, salah satunya dengan adanya kepemilikan investor institusional yang dapat berfungsi sebagai agen monitor. Moh’d, et. al menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu investor institusional akan mengurangi biaya agensi. Keberadaan pemegang saham institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Meningkatnya kepemilikan saham oleh institutional investor juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Dengan demikian, kehadiran institutional investor di dalam perusahaan akan berhubungan negatif dengan rasio hutang perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh institutional investor, akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik oleh para manajer dan memaksa para manajer untuk mengurangi tingkat hutang secara optimal, sehingga dapat mengurangi agency cost (Shleifer dan Vishny dalam Faisal, 2003: 16).
28
c. Struktur Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan publik menggambarkan kepemilikan saham oleh masyarakat, di mana besarnya masing-masing saham yang dimiliki kurang dari 5% dari total saham yang beredar. Menurut Moh’d, et. al, bentuk distribusi saham antara pemegang saham dari luar (outside shareholder) yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan publik dapat mengurangi agency cost karena mempunyai hubungan negaif
dan signifikan terhadap debt ratio, artinya jika
kepemilikan publik memiliki kepemilikan saham yang tinggi dalam perusahaan, maka mereka akan membantu kepemilikan institusional untuk mengawasi kinerja manajer dalam penggunaan hutang dan aktifitas operasional perusahaan dengan begitu manajer dapat menggunakan hutang seoptimal mungkin sehingga dapat mengurangi biaya keagenan.
3. Kebijakan Hutang Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut IAI, kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
29
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi ( Ghozali dan Chairiri, 2007) dalam Nina Diah P (2009 : 23). Menurut Munawir (2004) dalam Nina Diah P (2009: 23), hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Kebijakan hutang menurut Nina Diah P (2009 :
24) adalah
kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Kebijakan hutang merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan mengenai bagaimana manajer atau pemegang saham menciptakan dan menggunakan hutang. Hutang merupakan instrument yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Proporsi hutang dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap nilai perusahaan. Hutang menurut Nina Diah P (2009: 24) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. a. Hutang Jangka Pendek Hutang jangka pendek merupakan hutang yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu 1 tahun, meliputi : 30
1. Hutang dagang adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan. 2. Hutang wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tertentu dimasa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya. 3. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 4. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayaran. 5. Penghasilan yang diterima dimuka ( Deferred Revenue) adalah penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum terealisir. b. Hutang Jangka Panjang Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca dan sumbersumber untuk melunasi hutang jangka panjang adalah sumber bukan dari kelompok aktiva lancar.
31
Hutang jangka panjang terdiri dari: 1. Hutang obligasi merupakan surat pengakuan hutang (dengan bunga) jangka panjang yang akan dibayar pada tanggal tertentu 2. Hipotik merupakan penggadaian kekayaan nyata tertentu untuk mendapatkan suatu pinjaman dengan beban bunga yang tetap. Kekayaan nyata didefinisikan sebagai real estate, gedung, dan lainlain. 3. Hutang bank Sisi kewajiban (hutang) pada neraca bank mencerminkan kegiatan penghimpunan dana yang berasal dari berbagai sumber. Dana bank pada dasarnya berasal dari masyarakat atau pihak ketiga. Menurut Dahlan Siamat (2004 : 96), sisi kewajiban pada neraca bank antara lain : a. Giro, yaitu simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan.giro ini terdiri dari rekening giro nasabah dan rekening giro bank lainnya. b. Kewajiban segera lainnya, yaitu kewajiban yang segera harus dibayar antara lain kepada pemerintah pusat, atau kantor perbendaharaan kas Negara, transfer antar bank , interbank call money, dan traveler check valuta asing yang telah dijual.
32
c. Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek ataupun bilyet biro. d. Deposito berjangka, yaitu simpanan yang hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dan bank. e. Sertifikat deposito, yaitu simpanan dalam bentuk deposito, yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan. f. Surat berharga yang diterbitkan, dapat berupa surat pengakuan utang atu promes, wesel dan obligasi. g. Pinjaman yang diterima, yaitu semua pinjaman yang diterima bank antara lain kewajiban kepada bank sentral berupa kredit likuiditas, fasilitas diskonto, dan pinjaman dari bank lain. h. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang diperoleh dari pihak terkait dengan bank dan atau dari pihak lain yang memenuhi persyaratan tertentu, misalnya jangka waktu dan persyaratan pencairan atau pembayaran kembali sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Kebijakan hutang dikonfirmasikan dengan rasio hutang (debt ratio), rasio ini menggambarkan besarnya aktiva perusahaan didanai oleh hutang (Weston dan Copeland, 2000 : 228). Oeh karena itu, semakin rendah rasio hutang, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan dalam
33
struktur modal, maka semakin besar pula kewajibannya. Pada gilirannya peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Para pemilik perusahaan lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai perusahaan. Hal ini dapat tercapai bila perilaku manajer dan komisaris harus dapat dikendalikan melalui keikutsertaan dalam kepemilikan saham perusahaan. Sehingga kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemilik utama, tetapi manajer juga ikut menanggungnya. Konsekuensinya, manajer manajer akan berhati-hati dalam menentukan hutang perusahaan. Oleh karena itu, kepemilikan oleh manajer menjadi penting ketika hendak meningkatkan nilai perusahaan (Michael C. Jensen) dalam Arthur J. Keown, et. al (2000 : 127). Myers dan Majluf dalam S. David Young dan Stephen F. O’byrne (2001: 138) merumuskan teori struktur modal yang disebut pecking order teory. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik (asimetric information), suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen memiliki informasi yang lebih banyak (tentang prospek, resiko, dan nilai perusahaan) dari pada pemodal publik. Manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah yang mengambil keputusan-keputusan keuangan, yang menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya.
34
Informasi asimetrik ini mempengaruhi pilihan antara sumber dana internal (yaitu dana dari hasil operasional perusahaan) ataukah dana eksternal. Karena itu, teori ini disebut sebagai pecking order theory. Disebut sebagai pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber daya yang paling disukai. Sesuai dengan teori ini, maka investasi akan dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu (yaitu laba yang ditahan) kemudian baru diikuti oleh penerbitan hutang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru. Menurut Gordon Donalson dalam Sukmaja (2009 : 23), apabila terjadi asymmetric information akan mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang, bukan menerbitkan saham baru. Ini bisa dipahami karena para pemodal akan melihat bahwa penawaran saham baru sebagai sinyal buruk, sehingga harga saham tersebut akan turun bila saham baru tersebut diterbitkan. Dengan demikian biaya modal sendiri menjadi tinggi dan nilai perusahaan cenderung menurun. Karena itu bila ada asymmetric information,
Gordon
Donalson
menyarankan
perusahaan
untuk
menggunakan dana dengan urutan laba ditahan, hutang, penjualan saham baru. 4. Variabel Kontrol yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang a.
Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Penentuan pertumbuhan perusahaan ini
35
didasarkan pada total asset perusahaan pada tahun berjalan dikurangi total asset tahun sebelumnya, kemudian dibagi total aset tahun sebelumnya (Sujoko, 2007: 4). Tingkat pertumbuhan perusahaan dicerminkan oleh pertumbuhan dalam
aktivanya. Pertumbuhan aktiva perusahaan dapat dijadikan
indikator bagi kesempatan pengembangan perusahaan pada waktu yang akan datang. Karena dapat memberikan gambaran kebutuhan dana secara total dalam perusahaan (Moeljadi, 2006 : 28). Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuannya mengakses pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa asset bernilai lebih besar dibanding perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan besar akan cenderung menggunakan dana seiring pertumbuhannya. Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat. Pertumbuhan
perusahaan
berbanding
lurus
dengan
ukuran
perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan
36
kecil. Perusahaan yang besar akan lebih aman dalam memperoleh hutang karena perusahaan mampu dalam pemenuhan kewajibannya dengan adanya diversifikasi yang lebih luas dan memiliki arus kas yang stabil. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat, haruns lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar dari pada biaya untuk penerbitan surat utang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang (Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston : 2001 : 164). b. Profitabilitas Profitabilitas diinvestasikan
menunjukkan dalam
kemampuan
keseluruhan
aktiva
dari untuk
modal
yang
menghasilkan
keuntungan bagi investor. Sedangkan menurut Sartono (2000 : 89), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang, akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini.
37
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang
relative
kecil.
Tingkat
pengembalian
yang
tinggi,
memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan dari kegiatan internal (Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, 2001: 168). Smith dan Skousen dalam Sisca Christianty Dewi (2008 : 5), analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dan
sejauh
mana
keefektifan pengelolaan perusahaan. Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset (ROA) yang diperoleh dengan cara laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan dibagi dengan rata-rata total aset yang dimiliki perusahaan (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). 5. Rasio Keuangan Rasio keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 67) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat menilai secara cepat hubungan
38
antara pos tadi dan dapat membandingkan dengn rasio lainnya sehingga kita dapat memperoleh informasi dan penilaian. Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Sofyan Syafri Harahap, 2007: 67). Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Sofyan Syafri Harahap, 2007: 71). .Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam
39
penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan (Sofyan Syafri Harahap, 2007: 76). Adapun rasio yang sering digunakan menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 79) adalah : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangkapanjangnya atau kewajiban – kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. c. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas Rasio rentabilitas atau disebut juga prifitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui kemampuan dan sumber yang ada seperi kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. d. Rasio Leverage Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset.
40
e. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. f. Rasio Pertumbuhan Rasio ini menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahan dari tahun ke tahun. g. Market Based (Penilaian Pasar) Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. h. Rasio Produktivitas Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. B. Penelitian Sebelumnya Mugiharta (2004), melakukan penelitian untuk menguji pengaruh variabel Kepemilikan Saham Manajemen (KSM), Dividend Payout Ratio (DPR), Pertumbuhan Aset, Price Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI) dan pertumbuhan penjualan terhadap Debt to Equity Ratio (DER) di 15 perusahaan dari 330 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil analisis 41
menunjukkan variabel KSM, PER dan ROI yang menunjukkan hasil yang signifikan terhadap DER perusahaan di BEJ periode 2000-2002, sedangkan variabel lainnya (DPR, Pertumbuhan Asset, dan pertumbuhan penjualan) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Pratiwi Wahyu Hidayati (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode 2001-2004. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari empat variabel yang diajukan dalam penelitian tersebut yaitu pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pertumbuhan total aktiva, dan kepemilikan saham manajerial, hanya variabel profitabilitas, pertumbuhan total aktiva, dan kepemilikan saham manajerial saja yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal atau leverage. Sujoko (2007), meneliti tentang Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, faktor intern dan faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan, faktor ekstern, faktor intern,dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil studi ini tidak mendukung teori keagenan, Jensen dan Meckling (1976), tetapi hasil studi ini mendukung pecking order theory, Myers (1984), serta trade off model dan signaling theory, Bhattacarya (1979). Farid
Kasenda
kepemilikan
(2005),
institusional,
melakukan
aktiva
penelitian
berwujud,
ukuran
tentang
pengaruh
perusahaan,
dan
profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan dalam industri barang
42
konsumsi di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional, aktiva berwujud, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal yang diproyeksikan dengan rasio total hutang terhadap total asset. Menurut Erni Masdupi (2005), dalam penelitiannya tentang analissis dampak struktur kepemilikan
pada kebijakan hutang dalam mengontrol
konflik keagenan ditemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusi. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak manajerial, maka perusahaan akan mampu untuk mengurangi peran hutang sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan. Demikian pula kepemilikan institusi. Kepemilikan institusi memiliki hubungan negatif signifikan
terhadap
kebijakan hutang perusahaan. Ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusi dapat
digunakan
sebagai
alat
untuk
memonitoring
dalam
rangka
meminimalkan biaya keagenan yang ditimbulkan oleh hutang (agency cost of debt). Penelitian juga menganalisis pengaruh penyebaran kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang. Hasilnya penyebaran saham berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena jumlah pemegang saham di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang saham (tidak menyebar). Namun arah hubungan negatif menunjukkan bahwa penyebaran tidak begitu berpengaruh terhadap posisi manajemen yang
43
konservatif dalam menggunakan hutang. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan variabel kontrol yang juga mempengaruhi kebijakan hutang. Hasilnya adalah dari lima variabel kontrol yang digunakan, hanya tiga variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel tersebut adalah pembayaran deviden (DPR), ukuran perusahaan (SIZE), dan struktur asset perusahaan. Sedangkan variabel profitabilitas dan tingkat pajak tidak signifikan terhadap rasio hutang. Wing Istia Herlambang (2004), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh kepemilikan saham pada struktur modal perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan : pertama, struktur kepemilikan saham perusahaan dari kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Kedua, kepemilikan saham institusional berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap struktur modal. Variabel kontrol yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah ukuran perusahaan dan fixed asset. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ernie Hendrawaty (2008), penelitian yang berjudul pengaruh struktur kepemilikan manajemen internal perusahaan, resiko bisnis, dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : kepemilikan manajemen internal perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal yang diproyeksikan dengan debt ratio. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajemen internal perusahaan sangat kecil, karena rata-rata
44
saham perusahaan pada sektor manufaktur dikuasai oleh perusahaan atau instansi. Resiko bisnis yang diproyeksikan dengan ROA berpengaruh negatif terhadap resiko bisnis yang diproksikan dengan debt ratio perusahaan. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap resiko bisnis yang diproyeksikan dengan debt ratio. Hal ini berarti semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka hutang perusahaan juga semakin meningkat. Devita Aryasari (2005), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara insiders ownership, institutional investor, insiders dan institutional dispersion, firm growth, firm size, asset structure, firm profitability, dan tax rate terhadap kebijakan utang. Penelitian ini dilakukan terhadap 21 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001 sampai tahun 2003. Hasil penelitian didapatkan bahwa insiders dan institutional dispersion, firm size dan asset structure berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang. Insiders ownership dan tax rate berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan utang. Sedangkan institutional investor dan firm growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan utang.
C. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dengan mengamati perusahaan perbankan umum nasional yang ada di dalam bank Indonesia periode tahun 2004-2008.dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, akhirnya diperoleh 11 perusahaan.
45
Kemudian, dari perusahaan tersebut, peneliti mengambil data laporan keuangan yang berupa : neraca, laporan laba rugi, rasio-rasio keuangan dan modal saham yang terdiri dari struktur kepemilikan yang terdiri dari : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan penyebaran kepemilikan saham. Data tersebut diolah untuk mendapatkan variabel-variabel yang diperlukan dalam penelitian. Setelah variabel-variabel tersebut diperoleh, kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan model regresi linear berganda. Sebelumnya, dilakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk memastikan bahwa model yang digunakan tidak mengandung : multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya dilakukan uji koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen dan dalam hal ini, peneliti menggunakan Adjusted R2. Setelah itu, dilakukan uji F untuk melihat pengaruh variabel independen secara simultan dan uji t untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil penelitian kemudian dapat diambil kesimpulan dan dapat diinterpretasikan. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, yang disesuaikan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
46
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
BANK INDONESIA Struktur Kepemilikan Saham 1. Kepemilikan Institusional 2. Kepemilikan Manajerial Kebijakan Hutang
3. Kepemilikan Publik
(Debt Ratio)
4. Jumlah Kelompok Pemegang Saham Variabel Kontrol 1. Profitabilitas 2. Pertumbuhan aktiva
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
Regresi Linier Berganda 1. Koefisien Determinasi 2. Uji F 3. Uji t
Interpretasi
47
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian disusun berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, sehingga dapa ditarik interfensi terhadap masalah penelitian dalam bentuk hipotesis alternatif sebagai jawaban sementara penelitian. Hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut : 1.
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen (kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan) terhadap kebijakan hutang secara simultan. Bi = 0 H1 :
terdapat
pengaruh
(kepemilikan
yang
manajerial,
signifikan kepemilikan
variabel
independen
institusional,
jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan) terhadap kebijakan hutang secara simultan. Bi ≠ 0 2.
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen (kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan) secara parsial terhadap kebijakan hutang. B1, B2, B3, … Bx = 0
48
H1 :
terdapat
pengaruh
(kepemilikan
yang
manajerial,
signifikan kepemilikan
variabel
independen
institusional,
jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan) secara parsial terhadap kebijakan hutang. B1, B2, B3, … Bx ≠ 0
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang. Data yang digunakan adalah data yang diperoeh dari Bank Indonesia yang berupa daftar emiten yang masuk dalam Bursa Efek Indonesia, laporan keuangan, dan laporan modal saham perusahaan perbankan umum nasional periode 2004 – 2008. Adapun variabel yang diteliti adalah rasio hutang (debt ratio) sebagai indikator kebijakan hutang. Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan jumlah pemilik saham sebagai indikator struktur kepemilikan. Sedangkan variabel kontrol seperti : profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. B. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah bank-bank umum nasional yang ada di bank Indonesia dan sudah berbadan hukum serta telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data bank yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah data perbankan secara time series pada periode tahun 2004 - 2008
50
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Perbankan Nasional NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
NAMA BANK Bank Nasional Indonesia tbk Bank Rakyat Indonesia tbk Bank Tabungan Negara Bank Ekspor Impor Bank Mandiri tbk Bank Antar Daerah Bank Arta Graha Bank Arta Niaga Kencana tbk Bank Bumi Arta Bank Bumiputera Indonesia Bank Central Asia tbk Bank Danamon Indonesia tbk Bank Halim Indonesia Bank Internasional Indonesia Bank Mestika Dharma Bank Metro Express Bank Maspion Indonesia Bank Nusantara Parahyangan tbk
NO 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NAMA BANK Bank Bukopin Bank Windu Kentjana Bank Century tbk Bank Ekonomi Raharja Bank Ganesha Bank Haga Bank Hagakita Bank IFI Bank Kesawan tbk Bank Lippo tbk Bank Mayapada Internasional Bank Mega tbk Bank Niaga tbk Bank NISP tbk Bank Permata tbk Pan Indonesia Bank tbk Bank swadesi tbk
38
Bank Syariah Mandiri
19
Bank Shinta Indonesia
39
Bank Syariah Muamalat Indonesia tbk
20
Bank Buana Indonesia tbk
18
Adapun sampel
ditentukan menggunakan convience sampling, yaitu
anggota sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif (Abdul Hamid, 2007) dengan kriteria sebagai berikut : 1. Bank umum nasional konvensional yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang beroperasi di Indonesia. 51
2. Masih beroperasi hingga tahun 2008 3. Tersedia
daftar
pemegang
saham
lengkap
dengan
proporsi
kepemilikannya. 4. Tersedia laporan keuangan tahunan publikasi tahun 2004 sampai tahun 2008 yang terdiri dari : neraca, laporan laba / rugi dan saldo laba, laporan perubahan ekuitas, laporan penyediaan modal minimum, laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Setelah dilakaukan seleksi dengan kriteria di atas, diperoleh 11 emiten yang menjadi sampel penelitian, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Sampel NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KODE BBMI BBNI BBRI BNII BBCA BDMN BNLI MEGA NISP BABP BNGA
EMITEN PT Bank Mandiri tbk PT Bank Nasional Indonesia tbk PT Bank Rakyat Indonesia tbk PT Bank Internasional Indonesia tbk PT Bank Central Asia tbk PT Bank Danamon Indonesia tbk PT Bank Permata tbk PT Bank Mega tbk PT OCBC NISP tbk PT ICB Bumiputera tbk PT CIMB Niaga tbk
52
C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang berasal dari Bank Indonesia (BI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan website masing- masing bank. Sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan Untuk memperoleh data, peneliti mengadakan penelitian langsung. Data yang diperlukan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia). Data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory, website BEI, website BI, dan website masing-masing bank. Data sekunder berisi tentang data-data laporan keuangan dan komposisi kepemilikan saham tahun 2004 - 2008. 2. Library Research Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku, artikel, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahanbahan yang berkenaan dengan penelitian. Sumber – sumber tersebut digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan membahas permasalahan penelitian ini.
53
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis 1. Metode Analisis Regresi Berganda Metode analisis yang paling tepat untuk penelitian ini adalah metode regresi berganda, yaitu model yang digunakan untuk menganalisa pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Bentuk persamaan model regresi berganda yang menggunakan data cross section dirumuskan sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6X6+ e Di mana : Y
= Rasio hutang (debt ratio)
a
= Konstanta (intersept)
b
= Koefisien regresi variabel independen
X1
= Struktur kepemilikan manajerial
X2
= Struktur kepemilikan institusional
X3
= Struktur kepemilikan publik
X4
= Jumlah kelompok pemegang saham
X5
= Profitabilitas
54
X6
= Pertumbuhan perusahaan
e
= Error term Pelaksanaan perhitungan dari persamaan analisis regresi beganda
menggunakan bantuan program statistical program for social science (SPSS) for windows realese 17.0. 2. Uji Asumsi Klasik Metode analisis regresi linier berganda dikatakan baik apabila memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik seperti : normalitas, multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Cara untuk mendeteksi normalitas data menurut Nugroho (2005 : 27), adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah : 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
55
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Multikolineritas Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara satu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolineritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsian masing-masing variabel independen. Salah
satu
cara
untuk
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
multikolineritas di dalam model regresi menurut Nugroho (2005 : 30), adalah dengan melihat nilai tolerance dan variace inflation factor (VIF). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang
dari
0,1,
maka
model
dapat
dikatakan
bebas
dari
multikolineritas. Selain itu, jika nilai koefisien determinan R2, R square di atas 0,6 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka ditengarai model tersebut terkena asumsi multikolineritas.
56
c. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model regresi berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan, sepanjang berkaitan satu sama lain. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi menurut Nugroho (2005 : 33), adalah dengan cara sebagai berikut : 1. 1,60 < DW < 2,40. Kesimpulannya tidak terjadi kondisi autokorelasi. 2. 1,39 < DW < 1,60 atau 2,40 < DW < 2,61. Tidak dapat disimpulkan (inconclusive). 3. DW < 1,39. Kesimpulannya terjadi autokorelasi negatif. 4. DW > 2,61. Kesimpulannya terjadi autokorelasi positif.
d. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentzed delete residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentzed 57
delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan nilai tersebut homokesdastisitas. Menurut Nugroho (2005 : 35), model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika pada pola gambar scatterplot : 1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3. Penyebaran
titik-titik
data
tidak
boleh
membentuk
pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 3. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent menjelaskan variabel dependen. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara apabila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.
58
b. Pengaruh Variabel Independen Secara Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai F
hitung
lebih besar dari F
tabel
atau tingkat
signifikannya lebih kecil dari 5% (α = 5% = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ho ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menghitung F hitung digunakan rumus sebagai berikut: F =
Dimana:
R2 / 2 1 − R 2 / (n − k −1 )
(
)
R2
= Koefisien Determinasi
n
= Jumlah pengamatan/sampel
K-1
= Jumlah variabel eksogen
Apabila Fhitung > Ftabel = H0 ditolak, H1 diterima Apabila Fhitung < Ftabel = H0 diterima, H1 ditolak c. Pengaruh Variabel Independen Secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen secara parsial. Bila t
hitung
lebih besar atau
lebih kecil dari t tabel atau nilai signifikan lebih kecil dari 5% (α = 5% =
59
0,05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai berikut:
Thitung = Di mana: r = koefisien regresi n = jumlah variabel T hitung > T tabel = H0 ditolak, H1 diterima T hitung < T tabel = H0 diterima, H1 ditolak
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Kebijakan Hutang (Y) Kebijakan hutang merupakan kebijakan tentang seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang dikonfirmasikan dengan rasio hutang (debt ratio). Rasio ini menggambarkan besarnya aktiva perusahaan didanai oleh hutang (Weston dan Copeland, 2000 : 228). Rasio hutang diberi simbol DR dan diukur dengan rumus sebagai berikut :
60
2. Struktur Kepemilikan a.
Kepemilikan Manajerial (X1) Kepemilikan manajerial menggambarkan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen terhadap jumlah saham yang beredar (Iturriaga dan Sanz dalam Sukmaja, 2009 ; 57). Rasio ini diberi simbol INSDR.
b.
Kepemilikan Institusional (X2) Kepemilikan institusional merupakan gambaran kepemilikan saham oleh investor institusi yang diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah saham yang beredar (Moh’d, et al).
61
c.
Kepemilikan Publik (X3) Kepemilikan publik merupakan gambaran kepemilikan saham oleh masyarakat yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan jumlah saham yang beredar (Moh’d, et al).
d.
Penyebaran Kepemilikan Saham (X4) Penyebaran kepemilkan saham adalah jumlah kelompok pemegang saham perusahan dari tahun ke tahun. Variabel ini diberi simbol JML.
3. Variabel Kontrol a.
Profitabilitas (X5) Profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA, yaitu dengan menggunakan hasil bagi laba bersih sebelum pajak dengan rata-rata total aktiva (Moh’d, et al).
62
b.
Pertumbuhan Perusahaan (X6) Pertumbuhan perusahaan diukur dari pertumbuhan total aktiva dari tahun ke tahun. Rasio ini diberi simbol Growth.
63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Bank Indonesia a. Status dan Kedudukan Bank Indonesia Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan / atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undangundang ini. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia
64
juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan. b. Misi, Visi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia 1. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. 2. Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan
65
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. 3. Sasaran Strategis Bank Indonesia Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Bank Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu : a. Terpeliharanya kestabilan moneter b. Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan c. Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat dan akuntabel d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter e. Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan pengawasan
bank,
surveillance
sektor
keuangan,
dan
manajemen krisis serta (ii) mendorong fungsi intermediasi f. Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran g. Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem informasi h. Memperkuat institusi melalui good governance, efektivitas komunikasi dan kerangka hukum i. Mengoptimalkan pencapaian dan manfaat inisiatif Bank Indonesia.
66
c. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia 1. Tujuan Bank Indonesia Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah. 2. Tugas Bank Indonesia Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan yang terakhir adalah mengatur dan mengawasi bank. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan
67
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. d. Struktur Organisasi Bank Indonesia Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia
DEWAN GUBERNUR
KANTOR PUSAT
Moneter
Perbankan
Kantor Bank Indonesia (41)
Sistem Pembayaran
Kantor Perwakilan (4)
Manajemen Intern
2. Institusi Perbankan di Indonesia Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
68
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Bank umum adalah bank yang dapat menghimpun dana dari masyarakat dalarn bentuk giro, deposito berjangka, dan tabungan, memberikan pinjaman dan jasa lalu lintas pembayaran dalam bidang keuangan kepada masyarakat. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dari masyarakat hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya disamakan dengan itu dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank sistem, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
69
B. Deskriptif Analisis 1.
Deskriptif Data Sampel Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive sampling, maka diperoleh data sebagai berikut : a.
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah go public selama periode 2004 – 2008, berjumlah 11 perusahaan.
b.
Menerbitkan laporan keuangan secara kontinyu selama periode 2004 – 2008 dan mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember, berjumlah 11 perusahaan.
c.
Perusahaan tidak menunjukkan saldo total ekuitas dan laba negatif selama periode 2004 – 2008, berjumlah 11 perusahaan.
d.
Perusahaan
memiliki
struktur
kepemilikan
yang
terdiri
dari
kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik berjumah 11 perusahaan. Dan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial berjumkah 11 perusahaan. 2.
Deskriptif Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Penjelasan lebih lanjut dari variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
70
a. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang merupakan kebijakan tentang seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang dikonfirmasikan dengan rasio hutang (debt ratio). Rasio ini menggambarkan besarnya aktiva perusahaan didanai oleh hutang. Rasio hutang diukur dengan membandingkan total aktiva. Adapun rasio yang diperoleh berdasarkan perhitungan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Rasio Hutang Rasio Hutang NO KODE 2004 2005 2006 0.8855 0.8923 0.8893 1 BBMI 0.8975 0.9048 0.9199 2 BBNI 0.8855 0.8961 0.9035 3 BBRI 0.9275 0.9263 0.9018 4 BABP 0.9167 0.9052 0.9078 5 BBCA 6 BDMN 0.8429 0.8388 0.8621 0.8999 0.8936 0.8854 7 BNII 0.935 8 MEGA 0.9361 0.9452 9 BNGA 0.9254 0.8762 0.9371 0.9026 0.8659 0.8793 10 NISP 0.9397 0.9312 0.9036 11 BNLI Tertinggi 0.9397 0.9452 0.9371 Terendah 0.8429 0.8388 0.8621 Rata-rata 0.9053 0.8977 0.9022 Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
2007 0.9068 0.9055 0.9162 0.9127 0.9144 0.858 0.8854 0.9329 0.924 0.8755 0.8983 0.9329 0.858 0.9027
2008 0.9197 0.9136 0.922 0.9129 0.9147 0.9094 0.8775 0.898 0.8683 0.8762 0.9198 0.922 0.8683 0.9029
Tabel di atas menunjukkan bahwa rasio hutang tertinggi pada tahun 2004 dimiliki oleh PT Bank Permata tbk sebesar 0,9397 71
(93,97%), pada tahun 2005 dimiliki oleh PT Bank Mega tbk sebesar 0.9452 (94,52%), pada tahun 2006
dimiliki oleh PT Bank CIMB
Niaga sebesar 0.9371 (93,71%), dan pada tahun 2008, rasio hutang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia tbk (BRI) yaitu sebesar 0.922 (92,2%). Sedangkan rasio hutang terendah pada tahun 2004,2005,2006 dan 2007 dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia tbk sebesar 0,8429 (84,29%), 0,8388 (83,88%), 0.8621 (86,21%) dan 0,858 (85,8%). Sedangkan rasio hutang terendah pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga tbk yaitu sebesar 0.8683 (86,83%). Dan rata-rata rasio hutang pada tahun 2004 sebesar 0,9053 (90,53%), artinya pada tahun 2004, rata-rata perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian tersebut rata-rata sebesar 90,53 %, lebih dari setengah dari aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Dan jika aset itu tidak digunakan seoptimal mungkin, maka akan meningkatkan resiko kebangkrutan. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, rata-rata rasio hutang tersebut menunjukkan angka: tahun 2005 sebesar 0,8977 (89,77%), tahun 2006 sebesar 0,9022 (90,22%), tahun 2007 sebesar 0,9027 (90,27%) dan tahun 2008 sebesar 0,9029 (90,29%). b. Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), kepemilikan publik (X3), dan jumlah
72
pemegang saham (X5). Penjelasan lebih lanjut dari variabel struktur kepemilikan adalah sebagai berikut : 1. Kepemilikan Manajerial (X1) Kepemilikan
manajerial
menggambarkan
kepemilikan
saham oleh direksi dan komisaris perusahaan. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki direksi dan komisaris perusahaan. Rasio ini digunakan untuk
mengetahui
proporsi
kepemilikan
oleh
manajemen
perusahaan terhadap jumlah saham beredar. Data yang diperoleh dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial perusahaan perbankan nasional yang menjadi objek penelitian periode 2004-2008 adalah 0% atau kurang dari 5%. Ini menunjukkan bahwa dengan kepemilikan manajerial yang rendah, kekuasaan yang dimiliki oleh pihak manajemen atas perusahaan juga semakin rendah. Hal ini juga menyebabkan segala tindakan dan keputusan yang dilakaukan oleh manajer diawasi oleh pihak institusi atau publik. 2. Kepemilikan Institusional (X2) Kepemilikan institusional menggambarkan kepemilikan saham oleh investor institusi seperti pemerintah, bank, asuransi, dan lain sebagainya. Kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi 73
terhadap jumlah saham yang beredar. Adapun rasio yang diperoleh dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Struktur Kepemilikan Institusional KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL 2004 2005 2006 2007 2008 0.6954 0.7876 0.6786 0.6727 0.6697 1 BBMI 0.9912 0.9912 0.9912 0.7636 0.7636 2 BBNI 0.5908 0.5816 0.5697 0.5683 0.5679 3 BBRI 0.7328 0.7328 0.7305 0.7305 0.7305 4 BABP 0.5627 0.5118 0.5152 0.5152 0.4834 5 BBCA 6 BDMN 0.7626 0.7641 0.7424 0.6805 0.6786 0.6856 0.6844 0.6242 0.6805 0.9752 7 BNII 0.522 0.5522 0.5782 8 MEGA 0.5728 0.5728 0.6 0.6425 0.9388 0.6313 0.9388 9 BNGA 0.6456 0.7946 0.7946 0.7957 0.819 10 NISP 0.8927 0.8926 0.8901 0.8901 0.8901 11 BNLI Tertinggi 0.9912 0.9912 0.9912 0.8901 0.9752 Terendah 0.5627 0.5118 0.5152 0.5152 0.4834 Rata-rata 0.7029 0.7232 0.7270 0.6800 0.7359 Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
NO
KODE
Struktur kepemilikan saham oleh institusi merupakan kepemilikan yang dominan. Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kepemilikan saham institusi 0,7029 (70,29%) pada tahun 2004, 0,7232 (72,32%) pada tahun 2005, 0,7270 (72,70%) pada tahun 2006, dan 0,68 (68%) pada tahun 2007 serta 0,7359 (73,59%) pada tahun 2008.
74
PT Bank Nasional Indonesia tbk (BBNI) merupakan perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusi tertinggi sebesar 0,9912 (99,12%) selama tahun 2004-2006. Pada tahun 2007, kepemilikan saham institusi tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata
tbk,
yaitu
sebesar
0,8901
(89,01%),
sedangkan
kepemilikan saham tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia tbk yaitu sebesar 0,9752 (97,52%). Sementara kepemilikan saham institusi terendah adalah PT Bank Central Asia tbk (BBCA), sebesar 0,5627 (56,27%) pada tahun 2004, 0,5118 (51,18%) pada tahun 2005, 0,5121 (51,52%) pada tahun 2006 dan 2007 serta 0,4834 (48,34%) pada tahun 2008. Dengan kepemilikan institusi yang dominan, menunjukkan bahwa pemegang saham institusi dapat melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen dengan lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, meningkatnya
kepemilikan
saham
oleh
institusi
dapat
mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. 3. Kepemilikan Publik (X3) Kepemilikan publik menggambarkan kepemilikan saham oleh publik atau masyarakat luas, diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki masyarakat. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
75
Tabel 4.3 Struktur Kepemilikan Publik KEPEMILIKAN PUBLIK 2004 2005 2006 2007 0.3046 0.2124 0.3214 0.3273 1 BBMI 0.0088 0.0088 0.0088 0.2364 2 BBNI 0.4092 0.4184 0.4303 0.4317 3 BBRI 0.2672 0.2672 0.2695 0.2695 4 BABP 0.4373 0.4882 0.4848 0.4848 5 BBCA 6 BDMN 0.2374 0.2359 0.2576 0.3195 0.3144 0.3156 0.3758 0.3145 7 BNII 0.478 0.4478 8 MEGA 0.4272 0.4272 0.4 0.3575 0.0612 0.3687 9 BNGA 0.3544 0.2054 0.2054 0.2043 10 NISP 0.1073 0.1074 0.1099 0.1099 11 BNLI Tertinggi 0.4373 0.4882 0.4848 0.4848 Terendah 0.0088 0.0088 0.0088 0.1099 Rata-rata 0.2970 0.2767 0.2729 0.3194 Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
NO
KODE
2008 0.3303 0.2364 0.4321 0.2695 0.5166 0.3214 0.248 0.4218 0.612 0.181 0.1099 0.612 0.1099 0.3344
Dari data di atas, struktur kepemilikan saham publik atau masyarakat pada tahun 2004 memperlihatkan rata-rata sebesar 0,2970 (29,70%), kemudian menurun menjadi 0,2767 (27,67%) pada tahun 2005, dan 0,2729 (27,29%) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, rata-rata kepemilikan saham publik mengalami peningkatan menjadi 0,3194 (31,94%) dan pada tahun 2008, kepemilikan publik sebesar 0,3344 (33,44%). Kepemilikan saham publik tertinggi adalah PT Bank Central Asia tbk (BBCA), yaitu sebesar 0,4373 (43,73%) pada
76
tahun 2004, 0,4882 (48,82%) pada tahun 2005, dan 0,4848 (48,48%) pada tahun 2006 dan 2007. Sedangkan kepemilikan saham publik tertinggi pada tahun 2008 adalah PT Bank CIMB Niaga, yaitu sebesar 0,612 (61,2%). Kepemilikan saham publik terendah adalah PT Bank Nasional Indonesia tbk (BBNI) yaitu 0,0088 (0.88%) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008, kepemilikan saham publik terendah dimiliki oleh PT Bank Permata tbk, yaitu sebesar 0,1099 (10,99%). Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemilikan publik perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian memiliki kepemilikan mulai dari 0,88% hingga 61,2%. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
kepemilikan
publik
dapat
menimbulkan usaha pengawasan dan kontrol yang kuat terhadap perilaku oportunistik manajer, sehingga pemanfaatan akan aktiva perusahaan akan semakin efektif dan efisien. 4. Jumlah Kelompok Pemilik Saham (X4) Jumlah kelompok pemilik saham adalah penyebaran kepemilikan saham, baik itu kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, maupun kepemilikan saham publik (Erni Masdupi : 2005). Jumlah pemilik saham adalah sebagai berikut :
77
Tabel 4.4 Jumlah Kelompok Pemegang Saham JUMLAH PEMEGANG SAHAM 2004 2005 2006 2007 2008 3 3 2 2 2 1 BBMI 2 2 2 2 2 2 BBNI 2 2 2 2 2 3 BBRI 3 3 3 3 3 4 BABP 4 3 4 4 4 5 BBCA 3 3 3 2 2 6 BDMN 5 4 3 4 3 7 BNII 2 2 2 2 2 8 MEGA 2 2 3 2 3 9 BNGA 5 3 3 3 3 10 NISP 4 4 3 3 3 11 BNLI Tertinggi 5 4 4 4 4 Terendah 2 2 2 2 2 Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
NO
KODE
Dari data di atas, jumlah pemilik saham tertinggi ada 5 orang atau kelompok pemegang saham. Sedangkan jumlah pemilik saham terendah yaitu 2 orang atau kelompok pemegang saham. Hal ini disebabkan, jumlah pemegang saham di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang saham (tidak menyebar).
78
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang 1. Profitabilitas (X5) Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
dari
investor
.
Profitabilitas
diukur
dengan
menggunakan return on asset (ROA) yang diperoleh dengan cara laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan dibagi dengan ratarata total aset yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan data, diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut ini : Tabel 4.5 ROA ROA 2004 2005 2006 2007 0.0319 0.0319 0.0047 0.024 1 BBMI 0.0245 0.0161 0.0185 0.0085 2 BBNI 0.0577 0.0504 0.0436 0.0461 3 BBRI 0.0127 -0.0124 0.0026 0.0057 4 BABP 0.0321 0.0344 0.038 0.0334 5 BBCA 0.024 0.025 6 BDMN 0.0451 0.0426 0.0235 0.0172 0.0143 0.0123 7 BNII 0.008 0.0233 8 MEGA 0.0299 0.0125 0.021 0.0227 0.025 9 BNGA 0.0291 0.025 0.0152 0.0155 0.0131 10 NISP 0.023 0.012 0.012 0.019 11 BNLI Tertinggi 0.0577 0.0504 0.0436 0.0461 Terendah 0.0127 -0.0124 0.0026 0.0057 Rata-rata 0.0304 0.0219 0.0185 0.0214 Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
NO
KODE
2008 0.0269 0.0112 0.0418 0.0009 0.0342 0.0158 0.0123 0.0198 0.011 0.0154 0.017 0.0418 0.0009 0.0187
79
Dari data di atas, rata-rata kemampuan perusahaan untuk memperoleh profitabilitas tahun 2004 adalah sebesar 0.03034 (3,03%). Kemudian pada tahun 2005, profitabilitas rata-rata mengalami penurunan menjadi sebesar 0.0219 (2,19%) dan pada tahun 2006, profitabilitas rata-rata menjadi 0,0185 (1,85%). Namun pada tahun 2007, profitabilitas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 0,0214 (2,14%) dan pada tahun 2008, profitabilitas ratarata kembali menurun menjadi 0,0187 (1,87%). Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa profitabilitas tertinggi pada tahun 2004 sampai tahun 2008 dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia tbk (BBRI), yaitu sebesar 0,0577 (5,77%) pada tahun 2004, 0,0504 (5,04%) pada tahun 2005, 0,0436 (4,36%) pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008, berturutturut adalah 0,0461 (4,61%) dan 0,0418 (4,18%). Sedangkan perusahaan yang memiliki profitabilitas terendah adalah Bank ICB Bumiputera tbk (BABP). Selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun 2004 sebesar 0,0127 (1,27%), tahun 2005 sebesar -0,0124 (1,24%), tahun 2006 sebesar 0,0026 (0,26%), dan tahun 2007 dan 2008 berturut-turut adalah 0,0057 (0,57%) dan 0,0009 (0,09%). Dari uraian di atas, diketahui bahwa perusahaan-perusahaan objek penelitian, mengalami fluktuasi dalam memperoleh profit. Hal ini menunjukkan bahwa dengan profitabilitas yang rendah, kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang relatif besar. 80
2. Pertumbuhan Perusahaan (X6) Perusahaan
dengan
asset
yang
fleksibel
cenderung
menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang memiliki asset yang tidak fleksibel. Variabel pertumbuhan asset menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang dengan jaminan jumlah asset yang dimiliki (collateral value of asset). Rasio ini diukur dari pertumbuhan total aktiva dari tahun ke tahun. Rasio pertumbuhan perusahaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
81
Tabel 4.6 Growth GROWTH 2004 2005 2006 2007 -0.0224 0.0545 0.0075 0.1556 1 BBMI 0.0347 0.0757 0.1285 0.0725 2 BBNI 0.1152 0.1282 0.2065 0.2401 3 BBRI 0.1438 0.1183 0.2028 0.1467 4 BABP 0.1061 0.0061 0.1505 0.1888 5 BBCA 0.086 0.1367 0.1612 0.081 6 BDMN 0.0332 0.2438 0.0191 0 7 BNII 0.2558 0.1893 0.1127 8 MEGA 0.2583 0.229 0.2593 0.1096 0.5019 9 BNGA 0.1339 0.1131 0.1708 0.1644 10 NISP 0.0864 0.0866 0.0841 0.0361 11 BNLI Tertinggi 0.2583 0.2593 0.2065 0.5019 Terendah -0.0224 0.0061 0.0075 0 Rata-rata 0.1094 0.1343 0.1299 0.1545 Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
NO
KODE
2008 0.1033 0.0917 0.1724 -0.0093 0.1126 0.1737 0.0466 -0.0013 0.0911 0.1541 0.2738 0.2738 -0.0093 0.1098
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan perusahaan yang menjadi objek penelitian tahun 2004 adalah 0,1094 (10,94%), kemudian pada tahun 2005, pertumbuhan perusahaan mengalami peningkatan menjadi 0,1343 (13,43%). Namun, pada tahun 2006, rata-rata pertumbuhan perusahaan kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 0,1299 (12,99%). Pada tahun 2007, rata-rata pertumbuhan perusahaan 0,1545 (15,45%) dan pada tahun 2008, rata-rata pertumbuhan asset perusahaan sebesar 0,1098 (10,98%). Peningkatan pertumbuhan perusahaan akan dapat memberikan peluang yang lebih besar 82
dalam mengakses pasar modal. Kemudahan dalam mengakses pasar modal, berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk mendapatkan dana. Petumbuhan perusahaan tertinggi pada tahun 2004 dimiliki oleh PT Bank Mega Tbk, yaitu sebesar 0,2583 (25,83%). Pada tahun 2005, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga tbk, yaitu sebesar 0,2593 (25,93%). Pada tahun 2006, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia tbk (BBRI), yaitu sebesar 0,2065 (20,65%). Sedangkan pada tahun 2007, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga tbk, yaitu sebesar 0,5019 (50,19%), dan pada tahun 2008, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata tbk, yaitu sebesar 0,2738 (27,38%). Perusahaan
yang
memiliki
pertumbuhan
perusahaan
terendah adalah PT Bank Mandiri tbk, yaitu sebesar -0,0224 (2,24%)
pada
tahun
2004.
Sedangkan
pada
tahun
2005,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia tbk (BBCA), yaitu sebesar 0,0061 (0,61%). Pada tahun 2006, pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Mandiri tbk, yaitu sebesar 0,0075 (0,75%). Dan pada tahun 2007, pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia tbk, yaitu sebesar 0 %. Pada tahun 2008,
83
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank ICB Bumiputera, yaitu sebesar – 0,0093 (- 0,93%).
C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis 1. Uji Asumsi Klasik Metode analisis regresi berganda dikatakan baik apabila memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik seperti : multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji bahwa variabel linear yang tidak bias. Variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan publik, jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Setelah dilakukan uji asumsi klasik dengan bantuan program SPSS 17.0, variabel struktur kepemilikan manajerial dikeluarkan karena nilainya konstan atau tidak mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Hal ini disebabkan karena semua perusahaan yang menjadi objek penelitian tidak memiliki struktur kepemilikan manajerial. Akhirnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan publik, jumlah pemegang saham, profitabiitas, dan pertumbuhan perusahaan.
84
a. Uji Normalitas Normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan kurva normal P-plot. Data dikatakan normal apabila gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Uji normalitas dalam model ini menyatakan bahwa data yang ada tidak terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0 menggunakan uji normalitas dengan melihat grafik normal probability plot. Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot
Sumber : output SPSS (data setelah diolah)
85
Dari grafik normal probability plot terlihat titik – titik yang menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak menjauh dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi menyalahi atau tidak memenuhi asumsi klasik. Akhirnya penulis menggunakan transformasi data dengan Ln(x) untuk variabel dependen dan variabel independen. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan grafik dari hasil regresi yang telah ditransformasi. Gambar 4.3 Grafik Histogram
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah) Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.2 tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetri tidak menceng ke kanan atau ke kiri atau dapat dikatakan grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal.
86
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah) Hasil uji normalitas data di atas, menunjukkan bahwa data menyebar dan mengikuti arah garis diagonal. Maka, dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam analisis ini telah memenuhi asumsi normalitas data.
87
b. Uji Multikolineritas Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen yang lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara satu variabel independen dengan satu variabel yang lain. Selain itu, deteksi terhadap uji multikolineritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Salah
satu
cara
untuk
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
multikolineritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas.
88
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolineritas Collinearity Statistic VIF Tollerance Kepemilikan Institusional 0,365 2,739 Kepemilikan Publik 0,401 2,494 Jumlah Pemilik saham 0,915 1,093 Pertumbuhan Perusahaan 0,935 1,070 Profitabilitas 0,816 1,226 Sumber : Output SPSS (data setelah diolah) 2004-2008
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan niai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini berarti bahwa model ini terbebas dari multikolineritas dan layak digunakan dalam penelitian. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model regresi, terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan, sepanjang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi adalah dengan cara sebagai berikut :
89
1. 1,60 < DW < 2,40. Kesimpulannya tidak terjadi kondisi autokorelasi. 2. 1,39 < DW < 1,60 atau 2,40 < DW < 2,61. Tidak dapat disimpulkan (inconclusive). 3. DW < 1,39. Kesimpulannya terjadi autokorelasi negatif. 4. DW > 2,61. Kesimpulannya terjadi autokorelasi positif.
Tabel 4.8 Nilai Durbin Watson Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
.539a
.291
.217
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
.0239110
2.015
a. Predictors: (Constant), LNROA, LNJML, LNPUBLIC, LNGROWTH, LNINS b. Dependent Variable: LNDR Sumber : output SPSS (data setelah diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson adalah 2,015. Nilai ini terletak antara 1,60
90
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain. Atau, adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan nilai tersebut homoskedastisitas. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika : 1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3. Penyebran
titik-titik
data
tidak
boleh
membentuk
pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
91
Gambar 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah) Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di atas, di bawah, dan di sekitar angka nol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi
berganda
ini
terbebas
dari
asumsi
klasik
heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian. 2. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi (Adjusted R2) merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Hal ini karena Koefisien determinasi (Adjusted R2) dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
92
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai Adjusted R2 dikatakan baik jika di atas 0,5. hal ini karena nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Nilai Adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai Adjusted
R2
mendekati
1
berarti
variabel-variabel
dependen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dengan model regresi linear berganda, diperoleh hasil pengujian sebagai berikut : Tabel 4.9 Nilai Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
.539a
.291
.217
Std. Error of the Estimate .0239110
a. Predictors: (Constant), LNROA, LNJML, LNPUBLIC, LNGROWTH, LNINS b. Dependent Variable: LNDR Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Berdasarkan tabel di atas, nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (adjusted R2) sebesar 0,217. Artinya 21,7% variabel dependen (rasio hutang) dijelaskan oleh variabel independen seperti kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang
93
saham, profitabilitas (ROA), dan pertumbuhan perusahaan (growth). Sedangkan sisanya 78,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel independen yang digunakan. b. Pengaruh Variabel Independen Secara Simultan (Uji F) Uji simultan dengan uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Apabila F
hitung
lebih besar dari F
tabel
(F
hit
> F
tab)
dan tingkat
signifikannya lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig < α), maka hal itu menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan model regresi berganda, diperoleh hasil pengujian sebagai berikut : Tabel 4.10 Pengujian Variabel Independen secara Simultan ANOVAb Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
.011
5
.002
3.933
.005a
Residual
.027
48
.001
Total
.039
53
1Regression
a. Predictors: (Constant), LNROA, LNJML, LNPUBLIC, LNGROWTH, LNINS b. Dependent Variable: LNDR Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
94
Berdasarkan tabel di atas, nilai F hitung sebesar 3,933 dan nilai F tabel sebesar 2,56. Ini berarti bahwa F
hitung
> F
tabel
(3,933 > 2,56). Dan
tingkat signifikasinya lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig < α), maka hal itu menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa semua variabel independen seperti : kepemilikan institusonal, kepemilikan publik, jumlah pemilik saham, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio hutang. c. Pengaruh Variabel Independen Secara Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Apabila T hitung lebih besar dari T dan nilai signifikan T
hitung
tabel
(T
hit
>T
tab)
lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig < α),
berarti terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen secara parsial dengan variabel dependen. Dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil sebagai berikut :
95
Tabel 4.11 Pengujian Variabel Independen secara Parsial
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1 (Constant)
-.203
.033
LNINS
-.106
.028
LNPUBLIC
-.017
LNJML LNROA LNGROWTH
Std. Error
Collinearity Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-6.092
.000
-.774
-3.849
.000
.365
2.739
.006
-.603
-3.139
.003
.401
2.494
.001
.012
.014
.107
.915
.915
1.093
-.012
.005
-.339
-2.517
.015
.816
1.226
.006
.003
.255
2.026
.048
.935
1.070
a. Dependent Variable: LNDR
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah) Berdasarkan tabel di atas, besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut : kepemilikan institusional, dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa T hitung > T tabel (-3.849 > 1,675) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar – 0,106 menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya, jika terjadi perubahan struktur kepemilikan
96
institusional sebesar 1%, maka rasio hutang akan mengalami penurunan sebesar 0,106 (10,6%). Pada tabel 4.13 diketahui bahwa kepemilikan publik menunjukkan nilai T
hitung
> T
tabel
(- 3.139 > 1,675) dan tingkat signifikasinya
sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Artinya, kepemilikan publik juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar – 0,017 juga menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya, jika terjadi perubahan struktur kepemilikan publik sebesar 1%, maka rasio hutang juga akan mengalami penurunan sebesar 0,017 (1,7%). Sebaran kepemilikan saham yang diukur dari jumlah pemegang saham dalam tabel 4.13 diketahui bahwa variabel jumlah kepemilikan saham menunjukkan nilai T
hitung
<
T tabel
(0,107 < 1,675) dan tingkat
signifikasinya sebesar 0,915 lebih besar dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 diterima dan hipotesis H1 ditolak. Artinya, jumlah pemegang saham
tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar 0,001 menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, jika terjadi perubahan jumlah pemegang saham sebesar 1%, maka rasio hutang juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,001 (0,1%).
97
Profitabilitas yang diukur dengan ROA memiliki nilai T tabel
hitung
>T
(-2,517 > 1,675) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,015 lebih
kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Artinya, kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (profitabilitas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar – 0,012 juga menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya, jika terjadi perubahan profitabilitas sebesar 1%, maka rasio hutang juga akan mengalami penurunan sebesar 0,012 (1,2%). Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) memiliki nilai T hitung > T
tabel
(2.026 > 1,675) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,048 lebih
kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Artinya, pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar 0,006 menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, jika terjadi perubahan growth sebesar 1%, maka rasio hutang akan meningkat sebesar 0,006 (0,6%). Konstanta sebesar -0.203 menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu : kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan bernilai tetap atau konstan, maka nilai dari variabel dependen yaitu rasio hutang adalah sebesar – 0,203 (-20,3%). 98
D. Interpretasi Berdasarkan tabel 4.13 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = – 0,203 - 0,106 X2 - 0,017 X3 + 0,001 X4 - 0,012 X5 + 0.006 X6 + e Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterpretasikan bahwa dari 5 variabel yang digunakan, ada 4 variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (rasio hutang), yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan publik, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Sementara variabel jumlah pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (rasio hutang). Kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini konsisten dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Moh’d et al (1998), Bathala et al (1994), dan Erni Masdupi (2005). Kehadiran institusional investor dapat digunakan sebagai alat untuk memonitoring manajemen dalam rangka untuk meminimumkan biaya keagenan yang ditimbulkan oleh hutang (agency cost of debt). Hal ini karena kepemilikan oleh institusional merupakan sumber kekuasaan yang didapat untuk mendukung atau menentang keberadaan manajemen. Meningkatnya kepemilikan saham oleh institusional investor juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Dengan demikian, kehadiran institusional investor di dalam perusahaan, akan
99
berhubungan negatif dengan rasio hutang perusahaan (Shleifer dan Vishny dalam Faisal : 2003). Kepemilikan saham oleh publik (masyarakat) juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Penelitian ini konsisten dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Moh’d et al (1998), Kepemilikan saham publik yang tinggi dalam perusahaan, maka mereka akan dapat membantu kepemilikan institusional untuk mengawasi kinerja manajer dalam penggunaan hutang dan aktifitas operasional perusahaan. Dengan begitu, manajer dapat menggunakan hutang seoptimal mungkin sehingga dapat mengurangi biaya keagenan. Pengaruh penyebaran saham yang diukur dari jumlah kelompok pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini disebabkan jumlah pemegang saham di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang saham (tidak menyebar). Sehingga penyebaran pemegang saham tidak begitu mempengaruhi terhadap posisi manajemen yang konservatif terhadap penggunaan hutang. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Koefisien regresi sebesar – 0,012 juga menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya, jika terjadi perubahan profitabilitas sebesar 1%, maka rasio hutang juga akan mengalami penurunan sebesar 0,012 (1,2%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang
100
dalam sumber pendanaannya. Hal ini disebabkan ROA yang tinggi memungkinkan perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja (Brigham dan Houston, 2006:43). Hasil pengujian hipotesis ini konsisten dengan teori dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Myers (1984), Jensen et al (1992), Moh’d et al (1998), dan Erni Masdupi (2005) yang mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan memperoleh laba mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan rasio hutang. Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) juga mempunyai pengaruh yang signifikan dan terhadap rasio hutang. Arah hubungannya juga positif. sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan dicerminkan oleh pertumbuhan aktivanya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal dimaksudkan untuk mengantisipasi peningkatan di semua bidang. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan growth rate mempunyai pengaruh signifikan yang positif terhadap struktur modal (Brigham dan Houston, 2006:43). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Moh’d, et. al (1998), dan Wahidahwati ( 2001 ) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pertumbuhan perusahaan terhadap hutang dengan pendekatan agency theory. Dalam hal ini perusahaan cenderung untuk meningkatkan hutang karena perusahaan membutuhkan dana yang besar seiring pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan tidak mencukupinya dana internal sehingga perusahaan membutuhkan dana eksternal berupa hutang.
101
Dari empat variabel yang signifikan, yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan publik, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan, maka dapat dilihat variabel yang paling dominan terhadap kebijakan hutang, yaitu kepemilikan institusional, karena nilai Betanya paling besar yaitu 0,106.
102
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada babbab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat
pengaruh
(kepemilikan
yang
institusional,
signifikan
antara
kepemilikan
saham,profitabilitas, dan pertumbuhan
variabel
publik,
jumlah
independen pemegang
perusahaan) terhadap variabel
dependen (kebijakan hutang) secara bersama-sama pada perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian pada periode 2004 - 2008. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kepemilikan saham oleh publik (masyarakat) juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Pengaruh penyebaran saham yang diukur dari jumlah kelompok pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dan terhadap rasio hutang. 2. Dari empat variabel yang signifikan, yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan publik, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan, maka
103
dapat dilihat variabel yang paling dominan terhadap kebijakan hutang, yaitu kepemilikan institusional, karena nilai Betanya paling besar yaitu 0,106.
B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
yang
telah
diuraikan,
meka
penulis
mengemukakan beberapa saran yang mungkin bermanfaat, di antaranya : 1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan 21,7% saja terhadap variabel dependen, sehingga untuk penelitian lebih lanjut, dapat
dilakukan
dengan
mengganti
atau
menambahkan
variabel
independen dengan variabel lain selain variabel yang telah digunakan. sehingga dapat menjelaskan secara keseluruhan. 2. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun amatan dan juga memperbanyak jumlah sampel untuk penelitian yang akan datang. 3. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan memperluas model penelitian sebelumnyan. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
104
C. Implikasi 1. Bagi investor, kebijakan hutang dan struktur kepemilikan dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilaksanakan. Karena setiap investor menginginkan prospek yang baik bagi perusahaannya di masa depan. 2. Bagi manajemen perusahaan, selain variabel insiders, institutional, dan public investor yang telah dijelaskan di atas, juga disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai kabijakan hutang perusahaan. Karena faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dengan mempertimbangkan
faktor
tersebut,
diharapkan
akan
membantu
perusahaan dalam membuat kebijakan tentang tingkat hutang yang optimal dalam struktur modal perusahaan sehingga dapat meminimumkan biaya keagenan dan memaksimumkan nilai perusahaan. 3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat terus dikembangkan dengan memperluas sampel penelitian, tidak hanya pada perusahaan perbankan. Namun juga pada kelompok – kelompok perusahaan yang lainnya. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan dengan model penelitian yang baru.
105
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Faisal. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kelima. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Ahmad B, Thoriq. 2008. Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakn Hutang dengan Menggunakan Kontrol Deviden dan Asset pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Http://etd.eprints.ums.ac.id /788/1/B100030447. Aryasari, Devita. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Utang Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107567. Bank Indonesia. 2009. Kajian Stabilitas Keuangan. No. 13, September 2009. Jakarta. Block, Stanley B. dan Geoffrey A. Hirt. 2000. Foundation of financial management. The McGraw-Hill Compenies, Inc. Brigham, E.F, Gapenski, E.C dan Daves P.R. 2001. Intermediate Financial Management. USA : The Dryden Press, Harcourt Brace College Pub. Brigham, E.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Buku Dua. Jakarta : Erlangga. ------------------------------------------------. 2006. Foundamental of Financial Management, (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan) edisi 10. Jakarta : Salemba Empat. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. Copeland, Thomas E. dan J. Fred Weston. 2000. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Deviden. Jurnal bisnis dan akuntansi, Vol. 10, No.1. Faisal. 2003. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.5, No.3.
106
Fabozzi, Frank J. dan Pamela P. Peterson. 2003. Financial Management & Analysis. New Jersey: John Wiley & Sons, inc. Feliana, Yie Ke. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi dengan Pihak-Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa terhadap Daya Informasi Akuntansi. Makassar: Simposium nasional akuntansi X. www.unhas.ac.id. Haddad, Muliaman D, dkk.2003. Kajian Mengenai Struktur Kepemilikan Bank di Indonesia. www.bi.go.id. Hamid, Abdul. 2007 .Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta : FEIS UIN Press. Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan : Berbasis Balance Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta : PT Bumi Aksara. Haruman, Tendi. 2008. Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan, dan Nilai Perusahaan. Finance and Banking Journal, Vol. 10, No. 2. Haryono, Slamet. 2005. Struktur kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.5, No.1. Hendrawaty, Ernie. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajemen Internal Perusahaan, Resiko Bisnis dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Http://digilib.unila.ac.id /files/disk1/32/laptunilapp-gdl-res-2009-penelitier-1570-2008_lp_-i. Herlambang, Wing Istia. 2004. Pengaruh Kepemilikan Saham pada Struktur Modal Perusahaan (Suatu Studi Empiris pada Pasar Modal di Indonesia). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Http : www.digilib.ui.ac.id /opac/themes/libri2/detail.jsp?id=94130. Husnan, Suad, dan Enny Pudjiaastuti. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Ismiyanti, Fitri dan M. Hanafi Mamduh. 2004. Struktur Kepemilikan, Resiko, dan Kebijakan Hutang : Analisis Persamaan Simultan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.19, No.2. Isnanta. 2008. Pengaruh Corporate Governancedan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Rac.uii.ac.id.
107
Jensen, Michael C, dan William H. Meckling. 1976. Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economic. No.3. Jensen, Michael C. 1986. Agency Cost of free cash flow, corporate finance, and takeovers. American Economic Review. Jensen, G.D. Solberg, dan T. Zorn. 1992. Simultaneous Determination Of Insider Ownership, Debt, And Deviden Policies. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Judisseno, Rimsky. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kasenda, Farid. 2005. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perussahaan dalam Industry Barang Konsumsi di BEJ. Fakultas Ekonomi UI. Http://Garuda.Dikti.Go.Id. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers. ---------. 2004. Pemasaran Bank. Jakarta : Kencana Prenada Media. ---------. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya : Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Keown, Arthur J. dan David S. Scott, Jr et al. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua. Jakarta : Salemba Empat. Mankiw, Gregory. 2006 Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro). Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat. Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.20, No.1. I-Lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataid=8863. Mayasto, Hartawan Hari. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Jumlah Dewan Komisaris Perusahaan terhadap Pengaturan Laba (Earnings Manajemen). Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. www.ums.ac.id. Mishkin, Frederic. C. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan : Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat. Modigliani, Franco, Frank J. Fabozi, dan Michael G. Ferri. 2000. Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat, Prentice Hall. 108
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Jilid 1. Surabaya : Bayumedia Publishing. Moh’d, Mahmoud A, Larry G. Perry, dan James N. Rimbey. 1998. The Impact Of Ownership Structure On Corporate Debt Policy : A Time Series CrossSectional Analysis. Journal of Finance. Mugiharta. 2003. Analisis Kepemilikan Saham Manajemen dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Debt to Equity Ratio Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. www.eprints.undip.ac.id/8194/1/mugiharta.pdf. Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Pithaloka, Nina Diah. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang: dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Http://fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/ 0511031013. Raditya, Firmansyah. 2006. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Persero dan Perbankan Swasta Nasional Go Public. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Www. rac.uii.ac.id/server/document/Public. Ramadhan, Taufan. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Periode 2004-2006. Fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Http : //etd.eprints.ums.ac.id. Rodoni, Ahmad. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Center for Sosial Economics Studies. Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Setiawan, Maman dkk. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi terhadap Kinerja Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Www.unpad.ac.id. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana Media. 109
Sugeng, Bambang.2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal ekonomi bisnis tahun 14 no. 1. Www. Fe.um.ac.id. Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN. Sukmaja. 2009. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Masalah Keagenan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Susilo, dkk. 2000. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta Tarjo. 2005. Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.8, No.1. Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat. Umar, Husein. 2000. Research Methode in Finance and Banking. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Wahidawati. 2001. Pengaruh kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah perspektif Agency Theory. Simposium Nasional Akuntansi IV. Weston, J. Fred. 2001. Manajemen Keuangan : Edisi Kesembilan Jilid Satu. Jakarta : Binarupa Aksara. Wijaya, Faried dan Soetatwo Hadiwigeno. 2000. Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank, Edisi Dua. Yogyakarta : BPPFE. Van Horne, James. C. 2001. Financial Management and Policy. New Jersey : Prestice Hall, inc. Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, Jr. 2005. Fundamental of Financial Management. New Jersey : Prestice Hall, inc. Young, S.David, dan Stephen F. O’byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta : Salemba Empat. 110
111
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan Nasional NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
NAMA BANK Bank Nasional Indonesia tbk Bank Rakyat Indonesia tbk Bank Tabungan Negara Bank Ekspor Impor Bank Mandiri tbk Bank Antar Daerah Bank Arta Graha Bank Arta Niaga Kencana tbk Bank Bumi Arta Bank Bumiputera Indonesia Bank Central Asia tbk Bank Danamon Indonesia tbk Bank Halim Indonesia Bank Internasional Indonesia Bank Mestika Dharma Bank Metro Express Bank Maspion Indonesia Bank Nusantara Parahyangan tbk
NO 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NAMA BANK Bank Bukopin Bank Windu Kentjana Bank Century tbk Bank Ekonomi Raharja Bank Ganesha Bank Haga Bank Hagakita Bank IFI Bank Kesawan tbk Bank Lippo tbk Bank Mayapada Internasional Bank Mega tbk Bank Niaga tbk Bank NISP tbk Bank Permata tbk Pan Indonesia Bank tbk Bank swadesi tbk
38
Bank Syariah Mandiri
19
Bank Shinta Indonesia
39
Bank Syariah Muamalat Indonesia tbk
20
Bank Buana Indonesia tbk
18
i
Lampiran 2 TABEL STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
BANK/TAHUN
bank mandiri 04 bank bni 04 bank bri 04 bank bumi putera 04 bank bca 04 bank danamon 04 bii 04 bank mega 04 bank niaga 04 bank nisp 04 bank permata 04 bank mandiri 05 bank bni 05 bank bri 05 bank bumi putera 05 bank bca 05 bank danamon 05 bii 05 bank mega 05 bank niaga 05 bank nisp 05 bank permata 05 bank mandiri 06 bank bni 06 bank bri 06 bank bumi putera 06 bank bca 06 bank danamon 06 bii 06 bank mega 06 bank niaga 06 bank nisp 06 bank permata 06 bank mandiri 07 bank bni 07 bank bri 07 bank bumi putera 07 bank bca 07
Institusional
Manajerial
Publik
Jumlah Pemegang Saham
0.6954 0.9912 0.5908 0.7328 0.5627 0.7626 0.6856 0.5728 0.6 0.6456 0.8927 0.7876 0.9912 0.5816 0.7328 0.5118 0.7641 0.6844 0.5728 0.6425 0.7946 0.8926 0.6786 0.9912 0.5697 0.7305 0.5152 0.7424 0.6242 0.522 0.9388 0.7946 0.8901 0.6727 0.7636 0.5683 0.7305 0.5152
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.3046 0.0088 0.4092 0.2672 0.4373 0.2374 0.3144 0.4272 0.4 0.3544 0.1073 0.2124 0.0088 0.4184 0.2672 0.4882 0.2359 0.3156 0.4272 0.3575 0.2054 0.1074 0.3214 0.0088 0.4303 0.2695 0.4848 0.2576 0.3758 0.478 0.0612 0.2054 0.1099 0.3273 0.2364 0.4317 0.2695 0.4848
3 2 2 3 4 3 5 2 2 5 4 3 2 2 3 3 3 4 2 2 3 4 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 ii
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
bank danamon 07 bii 07 bank mega 07 bank niaga 07 bank nisp 07 bank permata 07 bank mandiri 08 bank bni 08 bank bri 08 bank bumi putera 08 bank bca 08 bank danamon 08 bii 08 bank mega 08 bank niaga 08 bank nisp 08 bank permata 08
0.6805 0.6805 0.5522 0.6313 0.7957 0.8901 0.6697 0.7636 0.5679 0.7305 0.4834 0.6786 0.9752 0.5782 0.9388 0.819 0.8901
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.3195 0.3145 0.4478 0.3687 0.2043 0.1099 0.3303 0.2364 0.4321 0.2695 0.5166 0.3214 0.248 0.4218 0.612 0.181 0.1099
2 4 2 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 2 3 3 3
iii
Lampiran 3 TABEL PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
N
BANK/TAHUN
1
BANK MANDIRI 04
2
BANK BNI 04
3
BANK BRI 04
4
BANK BUMI PUTERA 04
5
BANK BCA 04
6
BANK DANAMON 04
7
BII 04
8
BANK MEGA 04
9
BANK NIAGA 04
10
BANK NISP 04
11
BANK PERMATA 04
12
BANK MANDIRI 05
13
BANK BNI 05
14
BANK BRI 05
15
BANK BUMI PUTERA 05
16
BANK BCA 05
17
BANK DANAMON 05
18
BII 05
19
BANK MEGA 05
20
BANK NIAGA 05
ROA
GROWTH
0.0319
-0.0224
0.0245
0.0347
0.0577
0.1152
0.0127
0.1438
0.0321
0.1061
0.0451
0.086
0.0235
0.0332
0.0299
0.2583
0.0291
0.229
0.025
0.1339
0.023
0.0864
0.0319
0.0545
0.0161
0.0757
0.0504
0.1282
-0.0124
0.1183
0.0344
0.0061
0.0426
0.1367
0.0172
0.2438
0.0125
0.2558
0.021
0.2593
iv
21
BANK NISP 05
22
BANK PERMATA 05
23
BANK MANDIRI 06
24
BANK BNI 06
25
BANK BRI 06
26
BANK BUMI PUTERA 06
27
BANK BCA 06
28
BANK DANAMON 06
29
BII 06
30
BANK MEGA 06
31
BANK NIAGA 06
32
BANK NISP 06
33
BANK PERMATA 06
34
BANK MANDIRI 07
35
BANK BNI 07
36
BANK BRI 07
37
BANK BUMI PUTERA 07
38
BANK BCA 07
39
BANK DANAMON 07
40
BII 07
41
BANK MEGA 07
42
BANK NIAGA 07
43
BANK NISP 07
44
BANK PERMATA 07
0.0152
0.1131
0.012
0.0866
0.0047
0.0075
0.0185
0.1285
0.0436
0.2065
0.0026
0.2028
0.038
0.1505
0.024
0.1612
0.0143
0.0191
0.008
0.1893
0.0227
0.1096
0.0155
0.1708
0.012
0.0841
0.024
0.1556
0.0085
0.0725
0.0461
0.2401
0.0057
0.1467
0.0334
0.1888
0.025
0.081
0.0123
0
0.0233
0.1127
0.025
0.5019
0.0131
0.1644
0.019
0.0361
v
45
BANK MANDIRI 08
46
BANK BNI 08
47
BANK BRI 08
48
BANK BUMI PUTERA 08
49
BANK BCA 08
50
BANK DANAMON 08
51
BII 08
52
BANK MEGA 08
53
BANK NIAGA 08
54
BANK NISP 08
55
BANK PERMATA 08
0.0269
0.1033
0.0112
0.0917
0.0418
0.1724
0.0009
-0.0093
0.0342
0.1126
0.0158
0.1737
0.0123
0.0466
0.0198
-0.0013
0.011
0.0911
0.0154
0.1541
0.017
0.2738
vi
Lampiran 4 TABEL RASIO HUTANG PERUSAHAAN
N
BANK/TAHUN
RASIO HUTANG
1
BANK MANDIRI 04
0.8855
2
BANK BNI 04
0.8975
3
BANK BRI 04
0.8855
4
BANK BUMI PUTERA 04
0.9275
5
BANK BCA 04
0.9167
6
BANK DANAMON 04
0.8429
7
BII 04
0.8999
8
BANK MEGA 04
0.9361
9
BANK NIAGA 04
0.9254
10
BANK NISP 04
0.9026
11
BANK PERMATA 04
0.9397
12
BANK MANDIRI 05
0.8923
13
BANK BNI 05
0.9048
14
BANK BRI 05
0.8961
15
BANK BUMI PUTERA 05
0.9263
16
BANK BCA 05
0.9052
17
BANK DANAMON 05
0.8388
18
BII 05
0.8936
19
BANK MEGA 05
0.9452
20
BANK NIAGA 05
0.8762
21
BANK NISP 05
0.8659
22
BANK PERMATA 05
0.9312
vii
23
BANK MANDIRI 06
0.8893
24
BANK BNI 06
0.9199
25
BANK BRI 06
0.9035
26
BANK BUMI PUTERA 06
0.9018
27
BANK BCA 06
0.9078
28
BANK DANAMON 06
0.8621
29
BII 06
0.8854
30
BANK MEGA 06
0.935
31
BANK NIAGA 06
0.9371
32
BANK NISP 06
0.8793
33
BANK PERMATA 06
0.9036
34
BANK MANDIRI 07
0.9068
35
BANK BNI 07
0.9055
36
BANK BRI 07
0.9162
37
BANK BUMI PUTERA 07
0.9127
38
BANK BCA 07
0.9144
39
BANK DANAMON 07
0.858
40
BII 07
0.8854
41
BANK MEGA 07
0.9329
42
BANK NIAGA 07
0.924
43
BANK NISP 07
0.8755
44
BANK PERMATA 07
0.8983
45
BANK MANDIRI 08
0.9197
46
BANK BNI 08
0.9136
47
BANK BRI 08
0.922
48
BANK BUMI PUTERA 08
0.9129
viii
49
BANK BCA 08
0.9147
50
BANK DANAMON 08
0.9094
51
BII 08
0.8775
52
BANK MEGA 08
0.898
53
BANK NIAGA 08
0.8683
54
BANK NISP 08
0.8762
55
BANK PERMATA 08
0.9198
ix
Lampiran 5 HASIL REGRESI OUTPUT SPSS
Warnings For models with dependent variable DR, the following variables are constants or have missing correlations: MNJ. They will be deleted from the analysis.
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
GROWTH, ROA,
Method . Enter
JML, PUBLIC, INSa a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.443a
.196
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .114
.0227521
Durbin-Watson 2.164
a. Predictors: (Constant), GROWTH, ROA, JML, PUBLIC, INS b. Dependent Variable: DR
x
Coefficientsa
Model 1 (Constant)
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error .992
.044
INS
-.092
.042
PUBLIC
-.058
JML ROA GROWTH
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
22.326
.000
-.535
-2.182
.034
.273 3.660
.041
-.335
-1.428
.160
.298 3.361
.000
.004
-.034
-.258
.797
.951 1.052
-.541
.251
-.302
-2.157
.036
.838 1.194
.062
.036
.231
1.707
.094
.897 1.115
a. Dependent Variable: DR
xi
xii
xiii
Lampiran 6 HASIL OUTPUT SPSS SETELAH DITRANSFORMASI
Regression
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
LNGROWTH,
Method . Enter
LNPUBLIC, LNJML, LNROA, LNINSa a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model 1
Adjusted R
Std. Error of the
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
.539a
.291
.217
.0239110
2.015
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, LNPUBLIC, LNJML, LNROA, LNINS b. Dependent Variable: LNDR
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
.011
5
.002
3.933
.005a
Residual
.027
48
.001
Total
.039
53
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, LNPUBLIC, LNJML, LNROA, LNINS b. Dependent Variable: LNDR
xiv
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1 (Constant)
-.203
.033
LNINS
-.106
.028
LNPUBLIC
-.017
LNJML LNROA
Std. Error
Collinearity Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-6.092
.000
-.774
-3.849
.000
.365
2.739
.006
-.603
-3.139
.003
.401
2.494
.001
.012
.014
.107
.915
.915
1.093
-.012
.005
-.339
-2.517
.015
.816
1.226
.006
.003
.255
2.026
.048
.935
1.070
LNGROWTH
a. Dependent Variable: LNDR Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
-.144344
-.070084
-.103750
.0145646
54
-2.787
2.311
.000
1.000
54
.004
.015
.008
.003
54
Adjusted Predicted Value
-.145429
-.070629
-.103603
.0154507
54
Residual
-.0556045
.0555437
.0000000
.0227552
54
Std. Residual
-2.325
2.323
.000
.952
54
Stud. Residual
-2.408
2.433
-.003
.991
54
-.0596145
.0609299
-.0001466
.0247295
54
-2.541
2.571
-.004
1.014
54
Mahal. Distance
.778
19.117
4.907
4.336
54
Cook's Distance
.000
.096
.014
.020
54
Centered Leverage Value
.015
.361
.093
.082
54
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: LNDR
xv
Lampiran 7
Charts
xvi
xvii