IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI KECAMATAN SIMPANG RAYA DAN KECAMATAN BUNTA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2015/2016)
Oleh ALI SUPANGAT NIM : M2.14.023
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 i
ii
iii
ABSTRAK
IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, bagaimana teknik pelaksanaannya, dan apa kendala-kendalanya. Jenis penelitiannya kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses analisis data dideskripsikan dengan cara reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi akademik merujuk pada tupoksi dan pemenuhan syarat formal administrasi, yaitu pengawas menyiapkan program tahunan, program semester, perangkat supervisi, melakukan pertemuan dengan guru, melakukan kunjungan kelas, mendiskusikan hasil proses pembelajaran, membuat laporan. Tekniknya: Menggunakan teknik supervisi kelompok dalam bentuk KKG, dan teknik supervisi individual dalam bentuk pembinaan individu, kunjungan kelas, dan berdiskusi. Peningkatan kompetensi pedagogik guru setelah disupervisi yaitu: Guru PAI mampu membuat perangkat pembelajaran; Kinerja guru PAI meningkat dalam memperbaiki dan melaksanakan proses pembelajaran; Adanya perubahan perilaku; Memahami karakter siswa. Sedangkan kendala dalam pelaksanaannya dari aspek georgrafis wilayah sangat luas sehingga pembinaan kurang efektif; kurangnya jumlah pengawas; Dari aspek guru, background pendidikannya ada yang tidak cocok, kualifikasi akademik belum semua terpenuhi, sebagian besar guru belum memahami IT; Dari aspek sekolah, fasilitasnya belum memadai. Sebagai implikasi dari penelitian ini, penting bagi pengawas untuk melaksanakan tugas supervisi secara merata. Kemudian guru PAI harus kooperatif dalam semua aktivitas supervisi akademik, guna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
iv
ABSTRACT IMPLEMENTATION OF THE ACADEMIC SUPERVISION AS AN EFFORT TO INCREASE PEDAGOGICAL COMPETENCE OF TEACHERS OF PAI PRIMARY SCHOOL (A Case Study In The Subdistrict of Simpang Raya and Bunta Banggai District In 2015/2016)
This study aims to find out about how the implementation of the academic supervision carried out by PAI supervisors in the subdistrict of Simpang Raya and Bunta Banggai district, how the technical implementation, and what constraints. Types of qualitative research, with phenomenological approach. Techniques used in the collection of data through observation, interviews and documentation. Data analysis process is described by data reduction, exposure data, and drawing conclusions. The results showed that the supervisors in carrying out the task of academic supervision refers to the formal duties and eligibility administration, the supervisor prepares annual program, the semester program, device supervision, meetings with teachers, visiting classes, discuss the results of the learning process, make a report. The technique: Using the technique of group supervision in the form of KKG, and individual supervision techniques in the form of individual coaching, classroom visits, and discussions. Increased pedagogical competence of teachers after supervised namely: Teachers of PAI are able to make the learning device; PAI teacher performance increase in refining and implementing the learning process; The change of behavior; Understanding the character of the students. While the problems in implementation of the geographical aspects of the area is so large that less effective coaching; insufficient numbers of supervisors; From the aspect of teachers, academic background there is no match, the academic qualifications have not all met, most teachers do not understand IT; From the aspect of the school, the facility has not been adequate. As the implications of this research, it is important for the supervisors to carry out supervision duties evenly. Then the teacher of PAI should cooperate in all the activities of the academic supervision, in order to improve the quality of learning in schools.
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, berkat limpahan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan Tesis ini. Shalawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah mewariskan berbagai macam hukum sebagai pedoman umatnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini banyak terdapat bantuan moril maupu materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga dan segenap unsur pimpinan IAIN Salatiga, yang telah mendorong dan memberikan kebijakan kepada penulis dalam berbagai hal yang berhubungan dengan studi di Pascasarjana IAIN Salatiga.
2.
Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam proses administrasi sehingga proses penulisan tesis ini berjalan dengan lancar serta seluruh staf Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan arahan sejak awal proses penulisan tesis ini.
3.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag sebagai pembimbing yang dengan ikhlas membimbing penulis dalam menyusun tesis ini sampai selesai sesuai dengan harapan.
4.
Semua Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah mendidik Penulis dengan berbagai disiplin keilmuannya, semoga amal baik mereka membawa manfaat bagi peningkatan keilmuan penulis. vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................. iv PRAKATA ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi BAB
I
PENDAHULUAN ............................................................................ A. B. C. D. E. F.
BAB
II
Latar Belakang Masalah ............................................................. Rumusan Masalah ....................................................................... Signifikansi Penelitian ................................................................ Kajian Pustaka ............................................................................ Metodologi Penelitian ................................................................. Sistematika Penulisan .................................................................
1 7 10 12 16 23
KERANGKA TEORI ..................................................................... 26 A. Supervisi Akademik ..................................................................... 1. Pengertian supervisi akademik ............................................. 2. Tujuan supervisi akademik ................................................... 3. Teknik supervisi akademik ................................................... 4. Pelaksanaan supervisi akademik ........................................... 5. Tahapan supervisi akademik .................................................. B. Kompetensi Pedagogik ................................................................ 1. Pengertian kompetensi .......................................................... 2. Pengertian kompetensi pedagogik ........................................ 3. Aspek-aspek kompetensi pedagogik ...................................... 4. Standar kompetensi pedagogik guru ......................................
BAB
1
26 26 30 34 41 41 45 45 47 48 50
III PAPARAN DATA PENELITIAN ................................................... 57 A. Tinjauan Umum Tentang Pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai ...................................................................... 1. Keadaan pengawas PAI ......................................................... 2. Keadaan Sarana dan Prasarana Pengawas PAI .......... B. Implemensasi Supervisi Akademik sebagai Upaaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI ........................... viii
57 57 60 62
C. Teknik-teknik dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai ..................................................................... 63 D. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai ..................................................................... 65 BAB IV
ANALISIS DATA ............................................................................ 74 A. Implemensasi Supervisi Akademik sebagai Upaaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI................................................ 1. Teori supervisi dan implementasinya .................................... 2. Figur dan kualifikasi akademik pengawas PAI ..................... 3. Intensitas pelaksanaan supervisi pangawas PAI .................... B. Teknik-teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik ........................ 1. Teknik supervisi kelompok .................................................... 2. Teknik supervisi individual ................................................... C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik ......... 1. Jarak geografis ....................................................................... 2. Mismatch penempatan guru ................................................... 3. Kualifikasi akademik guru ..................................................... 4. Keterbatasan Informasi Teknologi ( IT ) ............................... 5. Sarana dan prasarana sekolah ................................................
BAB V
74 74 82 85 89 89 90 96 96 97 98 99 99
PENUTUP ........................................................................................ 101 A. Kesimpulan .................................................................................. 101 B. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 108 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................ 152
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 3.1 Keadaan Pengawas PAI pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016 ............................................................................... 59 3.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Pengawas PAI Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016 .......................... 61 3.3 Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SD/TK/Paud dan Guru PAI di Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016............................................................. 68 3.4 Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SMP, SMA, SMK dan Guru PAI di Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016 ........................................................ 69 3.5 Keadaan Jumlah Sekolah dan Guru PAI Tingkat SD di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016......................................................................................................... 71 4.1 Pelaksanaan Supervisi terhadap Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Tahun 2015/2016 ......................................................... 88
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara 2. Pedoman Observasi 3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Keterangan telah Meneliti 5. Daftar Informan 6. SK Pokjawas Kabupaten Banggai 7. Sertifikat Akreditasi Sekolah Dasar 8. Program Tahunan Pengawas Satuan Pendidikan SD/MI Kab. Banggai 9. Program Semester Pengawas Pendais Kementrian Agama Kab. Banggai 10. Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Kementrian Agama Kab. Banggai 11. Instrumen Supervisi Kegiatan Pembelajaran PAI 12. Instrumen Supervisi Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam 13. Foto-foto Penelitian 14. Biografi Penulis
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Kemampuan guru dalam mengajar merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar pada peserta didik. Agar di dalam melaksanakan tugasnya dapat berjalan secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai bekal kompetensi yang dimilikinya. Salah satu faktor rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah disebabkan tenaga pendidik yang masih kurang berkompeten. Untuk itu, guru sebagai komponen pendidikan harus menunjukkan kualitasnya sebagai tenaga pendidik yang berkompeten. Fenomena yang sering terjadi, khususnya ditingkat SD tenaga pendidik belum memenuhi kualifikasi sebagai guru yang berkompeten, khususnya kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran. Misalnya guru belum mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran atau belum mampu menyusun rancangan pembelajaran dengan baik. Padahal guru harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, maupun pembimbing yang senantiasa berupaya memaksimalkan perkembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk memiliki
1
kompetensi yang unggul dibidangnya, baik itu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun kompetensi profesional. Masalah kompetensi pedagogik guru merupakan salah satu masalah yang masih sering diabaikan oleh kebayakan guru. Hal ini bisa kita lihat dari realita di lapangan pola pembelajaran sebagai seorang profesional belum nampak secara signifikan. Hal ini menurut Abd. Kadim Masaong tergambar bahwa “dari tunjangan profesi yang diberikan belum signifikan mengangkat sebagian besar kinerja guru dalam pembelajaran, sistem penilaian yang belum berorientasi pada penilaian otentik.”1 Ini menunjukkan bahwa kompetensi guru di Indonesia masih rendah. Meski demikian, sebagaimana dikemukakan Samiyono bahwa “kinerja guru dapat ditingkatkan kuncinya terletak pada kemampuan guru, proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan pembinaan langsung dari supervisor.”2 Keberhasilan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru tidak terlepas dari peran pengawas, yaitu dengan adanya pengawasan langsung dari pengawas seperti kehadiran, kedisiplinan, dedikasi kerja, membimbing, memotifasi, merupakan peran yang sangat penting bagi peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di sekolah akan terwujud sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan.
1
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, Cetakan ke dua, 2013, 226. 2 Henry Ananto Samiyono, Etos Kerja Guru SMTIK – PIKA Semarang dan Aspirasi Terhadap Profesional Pekerja, Artikel Penelitian FPTK.IKIP Semarang, 1998, 1.
2
Guru PAI sangat membutuhkan pengawas sebagai mitra kerja dalam meningkatkan kinerjanya. Pengawas sekolah merupakan pejabat fungsional yang diatur oleh Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yakni “pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu.”3 Namun permasalahannya tidak jarang guru PAI yang masih kurang diperhatikan oleh pengawas agama. Pengawas agama jarang memantau kelas. Berbeda dengan pengawas umum yang jumlah pengawasnya relatif banyak. Pengawas PAI membina guru hanya lewat kehadiran diwaktu rapat untuk berceramah. Hal ini tidak akan banyak meningkatkan kemampuan kompetensi guru PAI. Namun hal ini tidak sepenuhnya karena kelalaian pengawas. Tetapi lebih cenderung karena kurangnya tenaga pengawas yang belum seimbang antara jumlah pengawas dengan jumlah guru yang harus dibina, sebagaimana uraian ini: Berdasarkan NUPTK Februari 2009 jumlah kepala sekolah 195.633 sedangkan pengawas 23.050 orang, berarti rata-rata pengawas harus membina 8 sekolah. Berkutat dengan rasio yang tidak ideal pengawas harus berhadapan dengan sulitnya medan untuk menjangkau lokasi binaan.4
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa terdapat adanya ketidak seimbangan antara jumlah pengawas dengan jumlah sekolah yang harus dibina oleh pengawas serta lokasi sekolah binaan yang menjadi wilayah kerja pengawas
3
Pupuh Faturrohman dan AA. Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Cet. 1, Bandung: PT. Refika Aditama, 2011, 141. 4 Pupuh Faturrohman dan AA. Suryana, Supervisi Pendidikan…,143.
3
yang medannya jauh dan terjal juga turut menambah permasalahan yang dihadapi pengawas dan guru, sehingga menyebabkan kinerjanya menjadi kurang maksimal. Kondisi tersebut tidak jauh beda dengan keadaan di kabupaten Banggai di mana jumlah pengawas untuk SD hanya ada tiga pengawas yang membina 311 SD, Belum lagi ditambah dengan sekolah TK dan PAUD yang berjumlah 279 sekolah, berarti jumlahnya 590 guru. Itu artinya bila dibagi tiga pengawas, berarti satu pengawas membimbing 194 guru. Hal ini sangat tidak ideal untuk mencapai keberhasilan maksimal. Idealnya satu pengawas adalah dua puluh guru binaan. Dalam Peraturan Menteri Agama RI N0 2 Thn 2012 tentang pengawas Agama dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah pasal 10 ayat 3 menjelaskan bahwa pengawas PAI pada Sekolah melaksanakan tugas pengawasan terhadap paling minimal 20 guru PAI pada TK, SD, SMP, dan/atau SMA.5 Dengan kondisi seperti ini, pengawas PAI harus mengatasi dan menyusun strategi yang tepat apa yang bisa disiapkan dalam melaksanakan berbagai kegiatan supervisi di sekolah. Selain persoalan di atas, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan bahwa masih banyak pengawas yang belum memahami secara detail tugas kegiatan supervisi yang harus dilakukannya.6 Sedangkan menurut Danim dalam Abdurahman R. Mala, mengatakan bahwa
5
Peraturan Menteri Agama RI N0 2 Thn 2012 tentang pengawas Agama dan Pengawas Pendidikan Agama Islam. 6 Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Pada Sekolah Umum, 2000, 2.
4
“masih ada kelemahan pada berbagai hal, terutama berkaitan dengan pemilihan strategi efektif dalam menerapkan prinsip, teknik, fungsi dan sasaran supervisi.”7 Menurut Nanag Fattah, “fakta menunjukkan bahwa kinerja guru di Indonesia rata-rata masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan negara-negara lain.”8 Guru yang profesional harus mengenal profesinya dengan cara: pertama, mempunyai persepsi yang kuat tentang tanggung jawabnya. Persepsi yang benar melahirkan niat dan motifasi yang benar. Kedua, guru harus selalu meningkatkan kompetensi dan ketrampilan dibidangnya.9 Selain itu, pemerintah, pengawas dan guru juga harus sama-sama bertekad untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-bainya. Amanah walaupun berat adalah tanggung jawab tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Anfal (8) ayat 27 berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanatamanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”10 Pengawas merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan baik kepada diri sendiri maupun kepada pemerintah sehingga pengawas harus mampu melaksanakan apa yang sudah diamanatkan. Allah Swt memberi arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain rencana apa yang akan dilakukan di 7
Abdurahman R. Mala, Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu Madrasah, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 02, Nomor 2 (Agustus 2014), 262. 8 Nanang Fattah, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Andika, 2000, 1. 9 Kunandar, Guru Profsional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, 31. 10
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya “Al-Qur‟anul Karim”, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005, 143.
5
kemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur‟an Surat Al Hasyr (59) ayat:18 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”11
Lafaz …
… menurut penafsiran As-Suyuti adalah
hendaklah setiap insan (diri) senantiasa memperhatikan diri (introspeksi) terhadap apa yang dia lakukan.12 Ayat ini menjelaskan bahwa seorang pengawas hendaklah introspeksi diri dalam melaksanakan tugas dan tangung jawabnya tidak hanya mencari kesalahan dan kekurangan yang ada pada guru, namun apa yang telah dilakukan untuk guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai mana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tentang tugas dan fungsi pengawas PAI pada sekolah yaitu: Menyusun program pengawasan, melakukan pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru, melakukan pemantauan penerapan standar nasional, melakukan penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan melakukan pelaporan tugas kepengawasan.13
11 12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya …, 43.
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terjemahan Bahrun Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, 2422. 13 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahaun 2012 Pasal 4 ayat 2.
6
Upaya peningkatan kualitas pendidikan saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah. Berbagai usaha mulai dari pembaharuan kurikulum, perbaikan sarana prasarana, pelatihan guru, sampai pada peningkatan kualitas kepengawasan pendidikan dengan melalui beasiswa supervisi S2. Namun nampaknya pemerintah saat ini masih belum melihat terhadap kekurangan pengawas agama diberbagai daerah khususnya di luar wilayah Jawa. Padahal sebagai salah satu sumber acuan dalam pengembangan kompetensi guru adalah pengawas. Penting rasanya diefektifkan kegiatan supervisi akademik oleh pengawas. Pengawas merupakan orang atau instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Dengan dimaksimalkan kegiatan supervisi akademik, diharapkan tenaga guru PAI dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan mengenai pembinaan guru PAI oleh pengawas kementerian agama dengan judul penelitian Implementasi Supervisi Akademik Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI Sekolah Dasar (Studi kasus di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2016).
B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi masalah Mengacu pada serangkaian teori dan fakta yang telah diungkapkan pada latar belakang masalah, maka dapatlah diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 7
a. Pengawasan guru PAI pada Sekolah Dasar di Kecamatan Simpang Raya dan Bunta masih relatif rendah, dan belum merata dalam melakukan kegiatan supervisi akademik. b. Pengawas PAI melakukan kunjungan dalam bentuk supervisi kelompok yang dilakukan pada saat KKG dalam rangka penyusunan program dan pembuatan soal semester. c. Kompetensi pedagogik guru PAI relatif rendah. Indikator ini bisa dilihat dari kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Guru sering mengabaikan terhadap karakteristik perkembangan siswa, kurang memperhatikan tentang perbedaan kemampuan peserta didik, perencanaan pembelajaran yang belum maksimal seperti menelaah dan menjabarkan materi yang tercantum dalam kurikulum, pelaksanaan pembelajaran menggunakan satu metode saja serta bentuk evaluasi yang belum memenuhi standar. Untuk itu, dengan adanya permasalah tersebut penulis ingin mengetahui melalui kajian penelitian tentang pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas Kementerian Agama dan ingin mengetahui kemampuan kompetensi pedagogik guru-guru PAI Sekolah Dasar yang ada di wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. 2. Pembatasan Masalah. Sasaran penelitian ini adalah satu orang pengawas guru PAI yang ada di Kementerian Agama Kabupaten Banggai yang merupakan pengawas di wilayah 8
yang diteliti, yaitu Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Sasaran selanjutnya adalah guru-guru Pendidikan Agama Islam yang berjumlah 23 guru di wilayah tersebut. Penulis mengambil dua kecamatan ini sebagai pembatasan lokasi penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan
yaitu pertimbangan pertama, ditinjau dari segi
akademik, sekolah-sekolah yang ada di dua kecamatan ini umumnya sudah terakreditasi B dan hanya sebagian kecil yang terakreditasi C, dan belum ada sekolah yang memperoleh akreditasi A. Kedua karena ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas guru PAI di dua kecamatan ini, mengingat dua kecamatan ini merupakan kecamatan yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten, dibanding dengan kecamatan kecamatan lain. Ketiga,
dari segi efisien dana dan waktu, Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta merupakan kecamatan yang terdekat jarak tempuhnya dengan peneliti.
Selain itu, pelaksanaan penelitian ini di batasi hanya pada tahun
pelajaran 2015-2016, dengan alasan karena periode ini masih sementara berjalaan. Adapun objek penelitian ini difokuskan pada Implementasi Supervisi Akademik yang dilaksanakan oleh pengawas Kementerian Agama khususnya pada peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI pada lokasi dimaksud. 3. Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah, serta identifikasi dan batasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini disusun sebagai berikut: 9
a.
Bagaimana implementasi program supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas Kementerian Agama dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016?
b.
Bagaimana teknik-teknik pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas Kementerian Agama dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai?
c.
Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai?
C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan penelitian Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: a) Untuk mendeskripsikan kegiatan implementasi program supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI terhadap pembinaan guruguru PAI Sekolah Dasar sebagai upaya peningkatan aspek kompetensi pedagogik yang ada di wilayah kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. b) Untuk mendeskripsikan teknik-teknik pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI sebagai upaya peningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. 10
c) Untuk mendeskripsikan kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. 2. Manfaat penelitian Secara umum penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat yang besar baik secara teoretis maupun praktis yaitu: a. Manfaat secara teoretis 1) Sebagai bahan analisis dan kajian tentang perlunya peningkatan supervisi akademik untuk diimplementasikan pada setiap guru sehingga
mampu
meningkatkan
kompetensi
guru
khususnya
kompetensi pedagogik. 2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang supervisi pendidikan terutama dalam peningkatan kualitas guru PAI dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. 3) Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang terkait dengan supervisi akademik, dan juga dapat memberi sumbangan kepada pengawas dalam meningkatan komptensi guru. b. Manfaat secara praktis Secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut: 1) Bagi penulis Bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam mengkaji serta menganalisis masalah supervisi akademik. Selain itu dapat dijadikan 11
sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang peningkatan
kompetensi
pedagogik
guru
melalui
kegiatan
implementasi supervisi akademik. 2) Bagi Instansi Memberikan masukan bagi pengawas dan guru PAI dalam upaya penyempurnaan dan perbaikan kinerjanya untuk peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu dapat juga dijadikan bahan perbandingan bagi pengawas PAI agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembinaan supervisi akademik. 3) Bagi masyarakat Penelitian produk dari supervisi akademik ini bisa dinikmati melalui peningkataan profesional guru, yang pada gilirannya berimbas kepada peningkatan prestasi peserta didik.
D. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan melihat penelitian yang relevan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tentang supervisi akademik, baik dalam bentuk jurnal, maupun dalam bentuk tesis. Telaah pustaka ini dilakukan untuk mempertajam penelitian ini, melihat sejauh mana masalah supervisi ini dikaji oleh penelitian sebelumnya, dibagian apa yang mereka teliti dimana letak perbedaannya dengan penelitian kita. Berikut ini adalah beberapa penelitian dalam bentuk jurnal dan tesis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelunya: Penelitian pertama tentang supervisi akademik yang ditulis oleh Syukri, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dalam 12
melakukan penyusunan program supervisi akademik, kepala sekolah sudah melibatkan sejumlah guru dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan supervisi akademik dilakukan dengan pendekatan tehnik supervisi akademik yang berbeda oleh masing-masing kepala sekolah, ada yang bersifat kelompok dan ada yang bersifat individual. Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik terhadap peningkatan kinerja guru-guru yaitu melaksanakan rapat guru di sekolah, mengirimkan sejumlah guru untuk mengikuti penataran, mewajibkan seluruh guru untuk membuat RPP, dan mengumpulkan seluruh instrumen evaluasi selanjutnya dijabarkan dalam laporan evaluasi akhir pembelajaran.14 Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel pengawasannya, dimana sampel penelitian supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, adapun penulis meneliti pada pengawas PAI yang dilakukan oleh kementerian Agama, sedangkan guru hanya sebagai sumber penelitian skunder. Selain itu, dalam penelitian terdahulu sampel yang diteliti menyangkut kinerja guru, sedangkan penulis menyangkut kompetensi pedagogik guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Sudin, dengan menggunakan metode deskriptif, yang secara umum dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,27%. Sedangkan
pelaksanaan
supervisi
14
yang
meyangkut
aspek
pengelolaan
Syukri, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Pada Gugus I Uptd Dewantara Aceh Utara”, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, ISSN 2302-0156, Volume 3, No. 2, (Mei 2015).
13
pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 56,37%. kemudian pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41%. Dan yang terakhir pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35,97%.15 Perbedaan dengan penelitian ini Selain tempat dan waktu penelitian yang berbeda, juga pada sampel penelitian yaitu pada semua guru mata pelajaran. Sedangkan penulis meneliti pada pengawas dan guru PAI saja. Penelitian Iskandar Hasan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai standar. Semakin banyak frekuensi supervisi Akademik semakin meningkat kompetensi guru dalam menyusun RPP.16 Perbedaan pada penelitian ini terletak pada objek penelitian serta kompetensi yang diteliti yaitu hanya pada pengawas serta kompetensi yang dijadikan ukuran adalah kompetensi dalam menyusun RPP, sedangkan penulis objek penelitiannya pada pengawas dan guru PAI yang menyangkut kompetensi pedagogik. Sugeng Riyadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptis, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan cara menyimpulkan. Hasil dari kesimpulan penelitian ini adalah: pelaksanaan supervisi akademik Pengawas Kemenag di Kabupaten Ponorogo secara teoritis telah sesuai dengan ciri-ciri supervisi yang bersifat ilmiah sistematis, objektif 15
Ali Sudin, “ Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang”, JURNAL, Pendidikan Dasar, Nomor: 9 (April 2008). 16 Iskandar Hasan, ”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA dalam Menyusun RPPMelalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri Gorontalo”, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8, Nomor 1 (Maret 2011), 20.
14
dan menggunakan instrumen. Teknik yang dikembangkan oleh pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik dilakukan dengan berfariasi. Kendala yang dialami dalam melakukan kegiatan pelaksanaan supervisi akademik terletak pada ketersediaan tenaga pengawas. Pengawas sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sesuai jumlaah madrasah/Guru. Upaya tindak lanjut yang dilakukan oleh pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik oleh pengawas belum optimal dalam pemberian pembinaan kepada para guru.17 Perbedaan penelitian ini dengan tesis penulis terdapat pada ruang lingkup penelitiannya yaitu objek penelitian menyangkut kompetensi guru bahasa Arab sedangkan dalam penulis pada guru PAI yang terkait dengan kemampuan pedagoguknya. M. Asyhari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa supervisi akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara dilakukan dengan memenuhi standar prosedural dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan dengan menggunakan seperangkat instrumen yang diperlukan serta dilakukan dengan cara-cara modern, meninggalkan cara konvensional-tradisional.18 Perbedaannya terletak pada sumber yang diteliti dimana penelitian ini mengfokuskan pada teknik pelaksanaan supervisi pada guru madrasah Tsanawiyah. Sedangkan penulis melakukan penelitian kepada pengawas dan pada guru PAI yang terkait dengan kompetensi pedagogik.
17
Sugeng Riyadi, Supervisi Akademik Pengawas Kemenag dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Arab, Tesis tidak dipuplikasikan, 2014. 18 M. Asyhari, Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara, Tesis tidak dipuplikasikan, 2011.
15
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan, untuk melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah-masalah yang diteliti. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis. Hal ini sejalan dengan pendapat Lexy J. Maleong yang mengatakan bahwa “Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan suatu penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.”19 2. Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 3. Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, alasan lain penulis menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena masalah yang diteliti ini bersifat alami. Sehingga penulis berkeyakinan bahwa pendekatan yang penulis gunakan dalam rangka penyusunan tesis ini sudah cocok dengan judul yang penulis maksud.
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 4.
16
4. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil objek studi pada pengawas PAI Kementerian Agama, dan guru-guru PAI yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. 5. Sumber data Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung berkenaan dengan masalah yang diteliti dan dokumenter. Seperti dikatakan Moleong, bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama dan data primer dalam suatu penelitian.20 Menurut Husein Umar “data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik individu atau perorangan, seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.21 Sedangkan menurut Burhan Bungin, “data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama dilapangan.”22 Berdasarkan kedua pendapat tersebut penulis dapat pahami bahwa data primer merupakan data utama penelitian kualitatif yang memberikan informasi bagi peneliti yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari pengawas PAI pada Sekolah Dasar, dan guru-guru Pendidikan Agama Islam, di kecamatan Simpang Raya dan kecamatan Bunta Kabupaten Banggai
sebagai subyek dalam
penelitian. 20
Lexy J. Moleong, Metodologi …, 112. Husein Umar, Metode Penelitian untuk skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. 4; Jakarta: Raja Grafindo, 2001, 42 22 Winarno Surakhmad, Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: Torsito, 1978, 155. 21
17
Sedangkan data sekunder adalah “data yang diambil secara tidak langsung atau yang terlebih dahulu dikumpulkan orang lain diluar dari penelitian sendiri.”23 Sedangkan menurut Husien Umar data sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel atau diagram.”24 Berdasarkan kedua pendapat tersebut, data sekunder sebagai data yang didapatkan dari dokumentasi yang merupakan data pendukung kelengkapan data atau informasi hasil penelitian yang berupa catatan rancangan dan hasil yang dilaksanakan oleh informan, misalnya perencaan supervisi, format penilaian supervisi dan lain sebagainya. 6. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam yang terdiri satu orang pengawas, diambil sebagai sampel penelitian (total sampling). Sedangkan penentuan sumber data untuk responden adalah guruguru Pendidikan Agama Islam yang ada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta yang berjumlah 23 guru PAI pada sekolah dasar. 7. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan, dalam penelitian kualitatif ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang terdiri atas: (1) Observasi, (2) wawancara secara mendalam, dan dokumentasi.25 Ketiga
23
Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 143. Nasution, Metode…, 46 25 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, 141. 24
18
teknik tersebut, peneliti gunakan dengan harapan dapat saling melengkapi antara ketiganya. Lebih rinci ketiga teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut: a.
Observasi Observasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
pedoman
sebagai
instrumen
pengamatan.26
Wirahmad
Surahman
mengemukakan: “teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap gejalagejala”.27 Peneliti terlibat langsung, sehingga observasi partisipan digunakan untuk mencari data-data tentang perencanaan dan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016. Teknik observasi dilakukan dengan cara tanya jawab secara informal dengan beberapa informan kunci yaitu pengawas Pendidikan Agama Islam dan guru-guru Pendidikan Agama Islam yang menjadi informan dalam penelitian ini. b.
Wawancara Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh dan memperkuat data hasil
observasi. Teknik wawancara dilakukan secara tak berstruktur sehingga lebih fleksibel. Menurut Lexy J. Moleong “wawancara adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dan sumber data.”28 Dengan demikian, wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan dan mencatat atau merekam jawaban pertanyaan tersebut. 26
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013, 217. Wirahmat Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet. 8, Bandung:Tarsito, 1998, 162. 28 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian…., 165. 27
19
Sumber utama yang di wawancarai tersebut adalah satu orang pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar yang akan dimintai penjelasan tentang implementasi supervisi akademik yang meliputi bentuk pelaksanaan pembinaan supervisi akademik, teknik pedoman pelaksanaan supervisi akademik, hambatan yang dialami, serta temuan-temuan lain di lapangan yang bisa dijadikan bahan laporan. Adapun sumber atau responden kedua yaitu guruguru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar yang berada di dua kecamatan tersebut, dalam mendapatkan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas PAI dengan menggunakan
daftar instrumen wawancara tentang
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas, tentang kendala-kendala yang hadapi guru PAI, tentang peningkatan kompetensi pedagogik yang mereka dapatkan dari hasil supervisi akademik dan informasi-informasi lain di lapangan yang bisa dijadikan bahan laporan. c.
Dokumentasi Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang profil pengawas yang ada di
Kementerian Agama Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah, data yang terkait dengan kegiatan-kegiatan supervisi akademik, Foto-Foto kegiatan, sarana prasarana dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu juga data tentang para guru PAI, serta data-data lain yang terkait dengan penelitian yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Propinsi sulawesi Tengah. 8. Teknik Analisis Data
20
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.29 Analisis data sebagaimana dikemukakan oleh Jam‟an Satori dan Komariah adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.30 Adapun alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang dikutip oleh Imam Gunawan yaitu; Reduksi data (data reduction), paparan data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verivikasi (conclusion drawing and verifying).31 Proses analisis data tersebut dideskripsikan sebagai berikut: a.
Reduksi Data Reduksi data merupakan satu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan, dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data itu apabila diperlukan. Mereduksi data menurut Sugiyono adalah upaya merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
29 30
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, 171. Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
2014, 200. 31 Imam Gunawan, Metode Penelitian..., 211.
21
yang penting, dan mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 32 Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman bahwa : Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan, sebagaimana kita ketahui reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.33
Berdasarkan uraian tersebut, reduksi data diterapkan pada hasil wawancara dengan mereduksi (membuang/menyaring) kata-kata yang dianggap oleh penulis tidak signifikan bagi permasalahan dalam penelitian ini, seperti gurauan informan dan sejenisnya. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. b. Paparan Data Paparan data adalah rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Paparan data diperlukan peneliti untuk lebih mudah memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman. Paparan data dapat berupa berbagai jenis matrik, gambar skema, jaringan kerja yang berkaitan dengan kegiatan dan juga tabel. Untuk itu, dalam penyajian data disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan masalah yang diteliti.34 c.
Penarikan Simpulan 32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2015, 338. 33 Mattew B. Milles, A Michael Huberman, Qualitative Data Analisis, Cet. I, Jakarta: UIPress, 1992, 16. 34 Iskandar, Metodologi Penelitian..., 225.
22
Penarikan simpulan atau verivikasi merupakan hasil penelitian yang bisa menjawab terhadap fokus penelitian atau fokus permasalahan yang diangkat dalam sebuah tesis berdasarkan dari hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif. Objek penelitian berpedoman pada hasil kajian penelitian.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka perlu kiranya terlebih dahulu penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis ini secara garis besar sebagai berikut: 1.
Bagian awal Bagian awal ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian tesis, abstrak, prakata penulis, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2.
Bagian isi Bab I : PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah sebagai pengantar untuk menjelaskan kelayakan, urgensi permasalahan dan arah penelitian. Rumusan masalah yang menjelaskan tentang identifikasi masalah dan pembatasan masalah, signifikansi penelitian, yang menjelaskan tentang tujuan penelitian dan manfaat dari penelitian. kajian pustaka, yang membahas tentang penelitian terdahulu. Metode penelitian, menjelaskan tentang pendekatan yang
23
digunakan, objek yang diteliti, teknik pengumpulan data yang digunakan dan metode analisis yang digunakan. Dan sistematika penulisan. Bab II
: KERANGKA TEORI
Kerangka teori menguraikan tentang landasan teori yang digunakan oleh peneliti untuk menyoroti dan sekaligus sebagai bahan analisis atas kondisi lapangan. Dalam bab ini terbagi dalam dua sub bab. Sub bab pertama membahas supervisi akademik, yang memuat definisi supervisi, definisi supervisi akademik, tujuan supervisi akademik, teknik supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik. Dalam sub bab kedua membahas kompetensi pedagogik guru. Yang memuat definisi kompetensi, definisi kompetensi pedagogik, dan standar kompetensi pedagogik guru. Bab III : PAPARAN DATA PENELITIAN Menguraikan gambaran umum tentang keadaan dilapangan yang akan diteliti, menyajikan paparan data lapangan, dan temuan penelitian, baik sebagai hasil pengamatan, wawancara, dan pencatatan. Pada bab ini terdiri dari enam sub bab; sub bab pertama berisi mengenai uraian tentang tinjauan umum geografis wilayah kerja pengawas PAI. Sub bab kedua mengenai tinjauan umum tentang keadaan pengawas PAI. Sub bab ketiga mengenai fisi misi pengawasan PAI. Sub bab keempat mengenai keadaan sarana dan prasarana. Sub bab kelima mengenai susunan pengurus kelompok kerja pengawas PAI. Dan sub bab keenam mengenai keadaan sekolah dan guruguru PAI yang menjadi wilayah binaan pengawas pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai dan secara khusus memaparkan keadaan sekolah dan 24
guru-guru PAI yang ada di dua kecamatan yang merupakan sampel penelitian. Bab IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa data hasil penelitian yang telah dilakukan diantaranya kegiatan implementasi supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI pada sekolah dasar, teknik-teknik yang digunakan dalam melakukan kegiatan supervisi akademik, dan kendala-kendala yang dialami oleh pengawas PAI dalam melakukan kegiatan supervisi akademik dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. Dan ini sekaligus merupakan jawaban dari permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini. Bab V : PENUTUP Merupakan penutup yang menyajikan simpulan dari serangkaian penelitian, disertai pemikiran atau saran-saran yang terkait dengan hasil penelitian. Bagian terakhir dari tesis ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran yang dianggap penting untuk kelengkapan tesis dan daftar riwayat hidup.
25
BAB II KERANGKA TEORI
A. Supervisi Akademik 1. Pengertian supervisi akademik Sebelum membahas tentang supervisi akademik, maka perlu diketahui terlebih dahulu apa itu supervisi. Supervisi bila dilihat dari sudut pandang etimologis, kata supervisi berasal dari kata ”super” dan ”visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas, atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.1 Hal ini senada dengan pendapat Ametembun bahwa, kata super berarti atas atau lebih, sedangkan kata visi berarti lihat, tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat, menilik dan mengawasi dari atas; atau sekaligus menunjukan bahwa orang yang melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari orang yang dilihat, ditilik, dan diawasi.2 Konsep supervisi yang mula-mula diterapkan adalah konsep supervisi tradisional (snooper vision), yaitu memata-matai dan menemukan kesalahan, hal ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan, kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah sebagaimana dikemukakan oleh Piet A. Sahertian, sebagai berikut:
1
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi, Aksara, 2012,
2
N.A. Ametembun, Guru dalam administrasi sekolah, Bandung: IKIP Bandung, 1981, 1.
248.
164
26
a. Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan kontinu. b. Obyektif, dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi. c. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas.3
Pemaknaan arti supervisi tersebut membawa implikasi dalam pola pelaksanaan
dan
disupervisi. Dahulu
hubungan guru-guru
antara
yang
menganggap
mensupervisi bahwa
dengan
seorang
yang
supervisor
merupakan atasan yang mempunyai otoritas untuk menilai bahkan menentukan baik-buruk, benar salah dari kinerja gurunya. Sedang pandangan modern sekarang ini memaknai supervisi sebagai suatu proses pembimbingan, pengarahan, dan pembinaan kepada arah perbaikan kualitas kinerja yang lebih baik, melalui proses yang sistematis dan dialogis. Maka pola hubungan antara supervisor dengan yang disupervisi adalah hubungan mitra kerja, bukan hubungan atasan dengan bawahan. Memang dalam pembahasan sekarang ini masih ada yang memakai kata atasan dan bawahan akan tetapi ini hanya untuk memudahkan orang dalam menggambarkan pola hubungan dalam posisi masingmasing antara supervisor dengan yang disupervisi, bukan untuk pemaknaan secara subtansial. Secara etimologi pengertian supervisi antara lain dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa supervisi adalah “suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
3
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 16.
165
melakukan pekerjaan mereka secara efektif.”4 Menurut Mc.Nerney (dalam Sahertian) berpendapat bahwa ”supervisi adalah prosedur memberi arah, serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran, menurutnya bahwa tugas supervisi merupakan suatu proses penilaian secara terus menerus. Ia juga menambahkan bahwa tujuan akhir dari supervisi harus memberi pelayanan yang lebih baik kepada semua murid.”5 Syaiful Sagala menjelaskan tentang hakikat supervisi sebagai bantuan dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok. Pandangan ini memberi gambaran bahwa supervisi adalah sebagai bantuan dan bimbingan atau tuntunan ke arah situasi pendidikan yang lebih baik kepada guru-guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai bagian dari peningkatan mutu pembelajaran, sehingga guru tersebut dapat membantu memecahkan kesulitan belajar siswa yang mengacu pada kurikulum yang berlaku, hal ini sangat penting untuk membantu guru memecahkan masalah yang dihadapi baik dalam pembuatan admnistrasi pendidikan maupun proses pembelajaran, sehingga memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.6 Pembicaraan tentang supervisi akademik sebenarnya telah lama muncul dalam teori dan konsep ilmu yang tertuang dalam buku-buku dan telah ada 4
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2008, 32. 5 Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Malang: Cetakan ketiga,1979, 20. 6 Syaiful Sagala, Adminstrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2009, 59.
166
dalam praktik di lapangan pendidikan persekolahan, akan tetapi secara legal formal pengawasan atau supervisi akademik baru muncul setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Nana Sujana menjelaskan bahwa supervisi akademik merupakan fungsi pengawas yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan terhadap peserta didik.7 Sementara Menurut Mulyasa, Supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera.8 Hal ini sejalan dengan pendapat Maunah yang mengatakan bahwa supervisi akademik dimaksudkan untuk pemberian bantuan teknis profesional pada guru-guru dan supervisi administratif bagi kegiatan administrasi lainya.9 Menurut Daresh, supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru
7
Nana Sujana et al., Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemdiknas, 2011, 19. 8 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. 9; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 249. 9 Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam, Teori dan Praktik, Yogyakarta: Teras, 2009, 181.
167
mengembangkan terhadap kemampuan profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.10 Ada tiga konsep pokok atau kunci dalam pengertian supervisi akademik yaitu: a. Supervisi akademik harus mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru secara langsung dalam mengolah proses pembelajaran. b. Perilaku supervisor harus didisain secara official dalam membantu guru yang mengembangkan kemampuannya, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu 11 memfasilitasi proses belajar bagi murid-muridnya.
Hal ini menunjukkan bahwa supervisi akademik sangat penting dilaksanakan salah satunya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa supervisi akademik adalah pengawasan, penglihatan, penilikan pada masalah-masalah akademik, yaitu halhal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran. Dan dilaksanakan oleh seorang yang mempunyai kedudukan lebih atau menempati posisi atas yang melakukan pekerjaan supervisi di bidang pendidikan. 2.
Tujuan supervisi akademik Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu berfungsi
untuk mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan yang lainnya. Apabila tujuan-tujuan tersebut sudah di aplikasikan dengan baik tentunya supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru, yang pada gilirannya nanti perubahan guru ke arah yang 10
L. Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011), 84. Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta, Diva Pres, 2012, 95-96. 11
168
berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Karena hasil
supervisi
akademik
berfungsi
sebagai
sumber
informasi
bagi
pengembangan profesinalisme guru, oleh karena itu waktu yang dibutuhkan tentu tidak bisa cepat karena ketiga tujuan tersebut merupakan pekerjaan berat.12 Salah satu kegiatan dalam supervisi akademik adalah pembinaan guru, yang memiliki tujuan antara lain: dapat meningkatkan pemahaman terhadap kompetensi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan dan pengimplementasian standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan dan standar penilaian, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas, dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan dapat meningkatkan kepercayaan diri guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.13 Sementara itu Suryosubroto menjelaskan bahwa tujuan supervisi akademik adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.14 Lebih lanjut Sergiovanni menjelaskan bahwa tujuan diadakannya supervisi akademik itu ada tiga yaitu: a. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik,
12
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif…, 102. Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2013, 19-20. 14 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 175. 13
169
kehidupan
kelas,
mengembangkan
keterampilan
mengajarnya,
dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. b. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya. c. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.15 Selain pendapat di atas Arikunto juga menjelaskan tentang tujuan supervisi akademik, yaitu: a. Meningkatkan kinerja siswa dalam perannya sebagai peserta didik yang belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara optimal. b. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan membimbing siswa dalam mencapai prestasi belajar dan pribadi sebagaimana yang diharapkan.
15
Thomas J. Sergiovanni & Robert J. Starratt, Supervision: A Redefinition, Fifth edition,United States of America, Mc Gra Hill, Inc, 1993, 220.
170
c. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung di milikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga. d. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk
dikelola
mengoptimalkan
dan
dimanfaatkan
keberhasilan
belajar
dengan siswa.
baik
sehingga
mampu
Meningkatkan
kualitas
pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana diharapkan. e. Meningkatkan situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan sekolah pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukan keberhasilan lulusan.16 Tujuan supervisi di atas menurutnya merupakan usaha atau bantuan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pengajaran termasuk pertumbuhan kepribadian dan sosialnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif, sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana pendidik merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu kegiatan supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif. Pelaksanaan supervisi harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip ilmiah (scientific).
16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar supervisi, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006, 41.
171
Ciri-ciri dari prinsip ini adalah supervisi dilakukan berdasarkan data objektif yang diperoleh dari observasi, wawancara ataupun angket yang setiap kegiatan itu dilakukan dengan sistematis (2) prinsip demokratis. Demokratis disini mengandung makna untuk menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, yang berdasarkan rasa kesejawatan (3) prinsip kerjasama. Prinsip ini bermaksud saling memberi support, mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama (4) prinsip konstruktif dan kreatif. Supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Keempat prinsip supervisi tersebut harus diperhatikan oleh pengawas atau kepala sekolah, agar dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor tidak mengintimidasi pendidik, tetapi memandang pendidik sebagai mitra atau rekan kerja yang bersama-sama memajukan lembaga pendidikan, sehingga dapat menciptakan kualitas pembelajaran.17 3. Teknik supervisi akademik Teknik adalah suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik adalah terampil dan tepat, teknik yang di pakai untuk menyelesaikan tugas yang dikerjakan sesuai rencana, spesifikasi atau tujuan yang dikaitkan dengan teknik yang bersangkutan. Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Setidaknya ada dua teknik yang sering digunakan, yaitu; teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Purwanto bahwa secara garis besar cara atau 17
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya: Usaha Nasional, 2000, 30.
172
tehnik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok. Selanjunntya dijelaskan lebih rinci oleh Purwanto yaitu: a. Teknik perseorangan Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan menurut Sahertian tentang teknik supervisi individu yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individu, dalam kunjungan kelas kegiatannya menilai diri sendiri, seperti meminta pendapat siswa terhadap proses KBM dan analisis tes, Portofolio Supervision, yaitu kegiatan supervisi terhadap portofolio guru, mulai dari silabus, RPP, proses pembelajaran, evaluasi, remedial dan catatan lain yang berkenaan dengan pembelajaran, Action Research yaitu guru melakukan penelitian tindakan berdasarkan masukan dari pengawas, Peer Coaching yaitu guru meminta teman sejawatmya dalam penerapan satu metode pembelajaran, monitoring dan induction, yaitu guru junior mengikuti program induksi di bawah bimbingan mentor seorang guru senior.18 Secara rinci teknik perseorangan atau teknik individual ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Kunjungan dan observasi kelas Kunjungan dan observasi kelas adalah “suatu kegiatan yang dilakukan oleh supervisor dengan mengunjungi kelas dan mengamati keadaan kelas dalam proses belajar mengajar, dengan maksud dan tujuan adalah untuk mewujudkan situasi belajar yang berkualitas.”19 Sahertian menambahkan bahwa pengertian kunjungan kelas yaitu: “Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk 18 19
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar…., 15-17. E. Mulyasa, Manajemen …, 160.
173
melihat cara guru mengajar di kelas.”20 Kunjungan dan observasi kelas dapat dilakukan dengan tiga pola sebagai berikut: a) Kunjugan dan observasi kelas tanpa memberi tahu pendidik yang akan dikunjungi di kelasnya. b) Kunjungan dan observasi kelas dengan terlebih dahulu memberi tahu. c) Kunjungan dan observasi kelas atas dasar undangan pendidik.21
Berdasarkan pola kunjungan dan observasi tersebut dapat dipahami bahwa ketiga pola tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, pola mana yang akan dipilih harus disesuaikan dengan tujuan utama kunjungan dan observasi kelas. 2) Pembicaraan individual Pembicaraan individu merupakan salah satu cara supervisi yang penting, karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual dengan pendidik dengan memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Pembicaraan individual memiliki peran yang sangat penting sebagaimana dijelaskan oleh Oteng Sutisna: Pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang sangat penting karena kesempatan yang diciptakan bagi kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan pendidik sehubungan dengan masalah-masalah profesional pribadinya dan peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan proses pembelajaran.22
Maksud dari uraian tersebut ialah kepala sekolah atau supervisor harus dapat menciptakan suasana demokratis dalam proses tersebut, yakni kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan ataupun suatu permasalahan, yang dilakukan dengan cara melakukan 20
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar…., 53. E. Mulyasa, Manajemen…., 160. 22 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional, Cet. 9; Bandung: Angkasa, 2000), 268. 21
174
pembicaraan individual dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Masalahmasalah yang mungkin dapat dipecahkan melalui pembicaraan individual sangat bermacam-macam antara lain: a) b) c) d) e)
Masalah-masalah yang bertalian dengan mengajar. Masalah kebutuhan yang dirasakan pendidik. Masalah dengan pilihan dan pemakaian alat peraga. Masalah dengan teknik dan prosedur. Masalah-masalah yang oleh kepala sekolah dipandang perlu untuk dimintakan pendapat pendidik.23
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor yang menggunakan teknik pembicaraan individual, berbagai permasalahan dapat diungkapkan oleh pendidik secara terbuka, sehingga kepala sekolah/supervisor dapat memberikan masukan sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh pendidik, karena dalam teknik pembicaraan individual supervisor dapat mengetahui permasalahan yang dialami oleh pendidik secara lebih mendalam. Pelaksanaan pembicaraan individual yang dipentingkan ialah perbaikan proses pembelajaran, karena pembicaraan individual tersebut berlangsung setelah supervisor mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam, dalam hubungan dengan hal tersebut Kyte (dalam Piet A. Sahertian) menjelaskan tiga unsur penting yang perlu diperhatikan supervisor sehingga terjadi suatu perjumpaan yang bermakna dalam menganalisis proses pembelajaran yang telah diobservasi, sebagai berikut: 1) Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran (strong point of the lesson) yang dilaksanakan guru, sewaktu mengajar di kelas, jadi supervisor bersifat konstruktif dalam mengemukakan segi-segi positif dari guru itu.
23
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan…., 269.
175
2) Kekurangan-kekurangan dari pelajaran (weak points of the lesson) dalam mengajar di kelasnya, supervisor bersifat kreatif mendekati maslaah yang dihadapi guru dan secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharusnya memperbaiki kekurangan tersebut. 3) Hal-hal yang masih meragukan (doubtful points not clearly understood) atau kurang dimengerti dengan baik oleh guru. secara langsung dilatih oleh supervisor dalam menyatukan dan memeprtahankan pendapatnya serta menghilangkan perasaan takut, tidak bebas dan sebagainya.24
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, pelaksanaan pembicaraan individual merujuk pada tiga hal utama yakni kelebihan-kelebihan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, kelemaham-kelemahan yang membutuhkan penyelesaian masalah dan hal-hal yang belum jelas atau meragukan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tersebut. b. Teknik kelompok Teknik supervisi kelompok ialah “teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.”25 Hal ini merupakan suatu teknik melakukan kegiatan bimbingan yang dilakukan secara bersama oleh beberapa guru. Pendapat senada dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa teknik supervisi kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: rapat guru, mengadakan diskusi kelompok, mengadakan penataran-penataran.26 Secara lebih rinci dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1) Demonstrasi mengajar
24
Piet A Sahertian, Konsep Dasar …, 77-78. Piet A Sahertian, Konsep Dasar …, 86 26 M. Ngalim Purwanto, Administrasi …, 122. 25
176
Demonstrasi mengajar merupakan teknik yang berharga dan sangat membantu guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik dalam peningkatan mutu pendidik khususnya bagi siswa. Dalam hal ini Sahertian dan Frans Mataheru (dalam E. Mulyasa) menyatakan bahwa demonstrasi mengajar ialah “proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga pendidik lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya.”27 Berdasarkan uraian tersebut, demonstrasi mengajar bertujuan memberi contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode dan media pembelajaran. Jadi, demonstrasi megajar merupakan teknik supervisi yang besar manfaatnya bagi pendidik-pendidik sehingga mempunyai dampak yang positif bagi siswa yang akan diajar, dan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. 2) Rapat guru Rapat guru merupakan salah satu teknik supervisi bersifat kelompok, karena itu sukses dan tidaknya rapat pendidik sebagian ditentukan oleh pimpinan rapat dalam hal ini adalah kepala sekolah. Ada banyak sekali jenis rapat yang disesuaikan dengan tujuan rapat itu sendiri. Berkenaan dengan pelaksanaan supervisi, maka rapat guru ditujukan untuk memberikan arahan, pembinaan, masukan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. 3) Penataran-penataran
27
E. Mulyasa, Manajemen…., 161.
177
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktikkan oleh pendidik-pendidik.28 Dengan demikian proses pelaksanaan kegiatan penataran antara lain berkenaan dengan bimbingan teknis terhadap perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran sehingga dapat meningkat profesionalisme pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas nampaknya teknik supervisi ada dua macam, yaitu teknik individual dan teknik kelompok. Pada teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitation, menilai diri sendiri. Dan untuk teknik supervisi kelompok meliputi orientasi, panitia penyelenggara, rapat guru, diskusi/seminar, tukar menukar pengalaman, lokakarya/workshop, symposium, demonstrasi, mengikuti kursus, laboratorium kurikulum, perjalanan sekolah. Dari teknik-teknik yang ada ini, belum tentu cocok untuk digunakan secara keseluruhan mengingat disetiap daerah memiliki berbagai persoalan, keadaan, yang berbeda-beda. Ini berarti bahwa supervisor harus bisa melakukan
28
M. Ngalim Purwanto, Administrasi…., 120-122.
178
improvisasi untuk menetapkan teknik mana yang tepat yang sekiranya mampu mengembangkan kemampuan guru. 4. Pelaksanaan supervisi akademik. Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi akademik perlu memperhatikan beberapa hal agar kepengawasan berjalan secara efektif, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh menurut Carl D. Glickman, dkk.: Effective supervision requires knowledge, interpersonal skills and technical skill. There are applied through the supervisory tasks of direct assistance to teachers,curriculum development, profesionaldevelopment, group development, and action research. This adhesive pulls together organizational goals, teacher needs and providers for improved learning.29
Keterangan tersebut di atas menjelaskan bahwa keefektifan pengawasan membutuhkan pengetahuan, keterampilan interpersonal dan keterampilan teknis. Ini diterapkan melalui tugas-tugas pengawasan dari bantuan langsung kepada guru, pengembangan kelompok dan penelitian tindakan. Kesemuanya ini menarik bersama-sama tujuan organisasi, kebutuhan guru dan penyedia untuk meningkatkan pembelajaran. 5. Tahapan supervisi akademik Tahap merencanakan program supervisi akademik yang baik berisi kegiatan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru yang harus dilakukan antra lain : kemampuan membimbing dalam menyusun perencanaan mengajar atau satuan pelajaran, kemampuan membimbing dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan baik, kemampuan membimbing dalam menilai proses hasil belajar, kemampuan membimbing dalam melakukan analisis materi
29
Carl D. Glickman, dkk, Supervision and Instructional Leadership: A Developmental Approach, Boston: Pearson Education, 2004, 9.
179
pengajaran, kemampuan untuk memberi umpan balik secara teratur dan terus menerus, kemampuan membimbing dalam membuat dan menggunakan alat bantu
mengajar
secara
sederhana,
kemampuan
membimbing
dalam
menggunakan atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran, kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan dalam belajar, kemampuan mengatur waktu dan menggunakannya secara efisien untuk menyelesaikan program-program belajar murid.30 Sedangkan menurut Mulyasa bahwa tahapan dalam melakukan kegiatan supervisi akademik, itu ada tiga tahap yaitu tahap pertemuan awal, tahap opservasi kelas, dan tahap pertemuan umpan balik. Tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap pertemuan awal, langkah yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah : 1) Supervisor menciptakan suasana yang akrab dengan guru, sehingga terjadi suasana kolegial, dengan kondisi itu diharapkan guru dapat mengutarakan pendapatnya secara terbuka. 2) Supervisor dengan guru membahas rencana pembelajaran yang dibuat guru menyepakati aspek mana yang menjadi fokus perhatian supervisi, serta menyempurnakan rencana pembelajaran tersebut. 3) Supervisor bersama guru menyusun instrumen observasi yang akan digunakan, atau memakai instrumen yang telah ada, termasuk bagaimana cara menggunakan dan menyimpulkannya.
30
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional Layanan Dalam Meningkatakan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010, 53.
180
b. Tahap observasi kelas, pada tahap ini guru mengajar di kelas, di laboratorium atau di lapangan, dengan menerapkan keterampilan yang disepakati bersama. supervisor melakukan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disepakati. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi, yaitu : 1) Supervisor menempati tempat yang telah disepakati bersama. 2) Catatan observasi harus rinci dan lengkap. 3) Observasi harus berfokus pada aspek yang telah disepakati. Dalam hal tertentu, supervisor perlu membuat komentar yang sifatnya terpisah dengan hasil observasi. Jika ada ucapan atau perilaku guru yang dirasa menganggu proses pembelajaran, supervisor perlu mencatatnya. c. Tahap pertemuan umpan balik. Pada tahap ini observasi didiskusikan secara terbuka antara supervisor dengan guru. Beberapa hal yang perlu dilakukan supervisor dalam pertemuan balikan, antara lain: 1) Supervisor memberikan penguatan terhadap penampilan guru, agar tercipta suasana yang akrab dan terbuka. 2) Supervisor mengajak guru menelaah tujuan pembelajaran kemudian aspek pembelajaran yang menjadi fokus perhatian dalam supervisi. 3) Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran. Sebabnya pertanyaan diawali dari aspek yang dianggap kurang berhasil. Supervisor jangan
memberikan
penilain
pendapatnya.
181
dan
biarkan
guru
menyampaikan
4) Supervisor menunjukan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterprestasikan. Beri kesempatan guru untuk mencermati data tersebut kemudian menganalisisnya. 5) Supervisor menanyakan kepada guru bagaimana pendapatnya terhadap data hasil observasi dan analisisnya. Dilanjutkan dengan mendiskusikan secara terbuka tentang hasil observasi tersebut. Dalam diskusi harus di hindari kesan ‟‟menyalahkan‟‟ usahakan agar guru menemukan sendiri kekurangannya. 6) Secara bersama menentukan rencana pembelajaran berikutnya, termasuk pengawas
memberikan
dorongan
moral
bahwa
guru
mampu
memperbaikinya. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan pembelajaran. Jika jumlah guru cukup banyak, supervisor dapat meminta bantuan guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi, yang memilki latar belakang bidang studi yang sama dengan guru yang ingin disupervisi.31 Selain itu, agar supervisi akademik dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka menurut Makawimbang perlu memperhatikan sasaran yang hendak dicapai dalam melakukan kegiatan supervisi akademik sebagai acuan mendasar bagi aktivitasnya. Berikut sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pelaksanaan supervisi akademik: merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil kegiatan pembelajaran dan bimbingan; Melaksanakan kegiatan pembelajaran atau bimbingan; Menilai proses dan hasil pembelajaran; Memberikan umpan
31
E. Mulyasa, Manajemen …, 250-260.
182
balik secara tepat dan teratur dan terus menerus kepada peserta didik; Memanfaatkan
sumber-sumber
belajar;
Mengembangkan
interaksi
pembelajaran; Mengembangkan inovasi pembelajaran dan melakukan penelitian praktis.32 Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pengawas di dalam menjalankan kegiatan supervisi agar sasaran tercapai, guru bisa bertukar pikiran, guru yang disupervisi merasa nyaman, dan menganggap bahwa pengawas adalah mitra kerja yang baik.
B. Kompetensi Pedagogik 1. Pengertian kompetensi Istilah kompetensi memiliki banyak makna. Terdapat beberapa definisi tentang pengertian kompetensi yaitu: dalam kamus ilmiah populer dikemukakan bahwa
kompetensi
adalah
kecakapan,
kewenangan,
kekuasaan
dan
kemampuan.33 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti “(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.”34 Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan, tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.
32
Jerry H.Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2011, 85. 33
Pius A.Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: PT. Arkola, 1994, 353. 34 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III; Cet.III Jakarta: Balai Pustaka, 2005, 795.
183
Dalam UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.35 Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan sesuatu dan hal ini bisa diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada perilaku nyata seorang guru dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugastugasnya sebagi pendidik. Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, bahwa ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik. c. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya 35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 10. 184
kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. d. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain). e. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang, tak senang, suka, tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain. f. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu.36 Dari keenam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi di atas, jika ditelaah secara mendalam mencakup empat bidang kompetensi yang pokok bagi seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat jenis kompetensi tersebut harus sepenuhnya dikuasai oleh guru.37 2. Pengertian kompetensi pedagogik Pedagogik berasal dari kata paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak, Pedagogi yang merupakan praktik pendidikan anak dan kemudian muncullah istilah “Pedagogik yang berarti ilmu mendidik anak.”38
Dengan
demikian, pedagogik merupakan teori mendidik yang mempersoalkan apa dan
36
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007, 38. 37 38
E. Mulyasa. Standar …, 40. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998, 35-40
185
bagaimana mendidik. Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau aktivitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran melaksanakan
peserta
didik,
pembelajaran,
yang
meliputi
merancang
dan
merancang
pembelajaran,
melaksanakan
evaluasi,
mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya peserta didik, serta memahami diri secara mendalam.39 Wibowo dan Hamrin mendefinisikan kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya.40 Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memahami karakter peserta didik dan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan tujuan agar peserta didik mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang ada. 3. Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik Aspek ini diartikan bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik menurut E. Mulyasa sekurang-kurangnya meliputi:
39
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2010, 67. 40
Agus Wibowo, Hamrin, Menjadi Guru yang Berkarakter, Kompetensi & Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, 110.
186
Strategi Membangun
a) Pemahaman landasan atau wawasan kependidikan Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina, selain itu, guru
memiliki pengentahuan dan pengalaman
dalam penyelenggaraan
pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dan lembaga pendidikan yang diakreditas pemerintah. b) Pemahaman terhadap peserta didik. Secara umum pemahaman peserta didik dapat berarti kemampuan guru dalam memahami kondisi siswa (baik fisik maupun mental) dalam proses pembelajaran, sedikitnya ada empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat (a) kecerdasan, yaitu: kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas dan suatu kemampuan mental individu yang ditunjukan melalui kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak/berbuat atau memecahkan masalah yang dihadapi. (b) kreativitas, seperti halnya pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik, guru juga diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. (c) cacat fisik, dalam bagian ini guru dituntut untuk dapat memahami kondisi fisik peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kelainan 187
(cacat). Dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka, sikap dan layanan yang berbeda dapat dilakukan sesuai dengan kondidi fisik yang dialami peserta didik dan (d) perkembangan kognitif, yakni terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang terendah sampai jenjang paling tinggi.41 c) Pengembangan kurikulum/silabus Untuk menjadi seoraang guru yang profesional, maka guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. d) Perancangan pembelajaran Perancangan pembelajaran merupakan kegiatan awal guru dalam rangka mengidentifikasi dan menginventarisasi segala komponen dasar yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Sedikitnya ada tiga kegiatan yang mendukung dalam melakukan perancangan pembelajaran ini, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.42 4. Standar kompetensi pedagogik guru Seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi yang profesional, salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Untuk itu setip guru harus memahami kompetensi yang harus dikuasi agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru bisa diharapkan keberhasilannya. Dalam Standar Nasional Pendidikan, kompetensi pedagogik guru pada Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa: 41 42
Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007, 117. E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Rosda Karya: 2008, 100.
188
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.43
Berdasarkan urian di atas dapat dipahami bahwa kompetensi akademik adalah kompetensi yang berkenaan dengan perencaan pembelajaran, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar siswa. Standar inti kompetensi pedagogik guru mata pelajaran pada SD/MI bisa dilihat sebagi berikut: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Kompetensi yang harus dikuasai dalam kaitannya dengan karakteristik peserta didik yaitu: 1) Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosialbudaya. 2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 3) Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
43
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VI Pasal 28, ayat 3 butir a.
189
2) Menerapkan
berbagai
pendekatan,
strategi,
metode,
dan
teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. 2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. 3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. 4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. 6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. 2) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. 3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di
lapangan
dengan
memperhatikan
dipersyaratkan. 190
standar
keamanan
yang
5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. 6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. 2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan 191
contoh, ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, respons peserta didik terhadap ajakan guru, reaksi guru terhadap respons peserta didik , dan seterusnya. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 5) Mengadministrasikan
penilaian
proses
dan
hasil
belajar
secara
berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen. 6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.
192
2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. 3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu: 1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. 3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.44 Guru yang kompeten
mempunyai
sifat
kesungguhan, efisiensi,
keberanian, ketegasan, penuh motivasi, taktis, dan berkepribadian. Dan ini dibutuhkan dalam memberikan pelayanan proses belajar mengajar mengingat bahwa guru berperan dalam kesuksesan belajar siswa.45 Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogik yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk memahami karakteristik peserta didik, kemempuan untuk memahami teori belajar
dan
prinsip-prinsipnya,
memahami
kurikulum,
melaksanakan
pembelajaran dengan benar, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, 44
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standa Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 45 Popi Sopiatin, Manajemen …, 70.
193
mampu memfasilitasi potensi peserta didik, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, mampu melaksanakan dan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi, serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
194
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Tinjauan Umum Tentang Pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai 1.
Keadaan pengawas PAI Berdasarkan dari hasil penjelasan yang disampaikan oleh ketua
POKJAWAS tentang bagaimana keadaan pengawas PAI yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai bahwa: Pengawas PAI
yang
membawahi Sekolah Dasar di Kabupaten Banggai saat ini tinggal tiga orang pengawas yang membawahi 22 kecamatan. Pembagian wilayah kerja pengawas PAI tidak berdasarkan pada jumlah wilayah kecamatan atau jumlah sekolah yang ada, akan tetapi berdasarkan pada kondisi letak georafis, sehingga dari jumlah 22 kecamatan yang ada tidak dibagi rata, melainkan melihat kondisi jarak tempuh wilayah yang ada Bahkan karena kurangnya pengawas, maka untuk Pengawas PAI pada tingkat SMP dan SMA dipegang oleh satu orang pengawas untuk satu kabupaten.1 Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai Nomor Kd.22.04/3/PP.02.1/2151 2014 tentang penetapan Susunan Pengurus Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) PAI
Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Banggai periode 2013/2016 adalah sebagai berikut: Ketua H. Tamar, S.Ag. S.Pd, M.M.Pd. Sekretaris: Slamet, S.Pd.I,
1
H. Tamar, Ketua Pokjawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai “wawancara”, pada tanggal 4 April 2016.
164
57
M.Pd. Bendahara: Kusmanto, S.Ag. Anggota: Muh. Amir, S.Ag, M.Pd. Ramlah Yusuf, A.Md. Abd. Rahman Lasida, A.Ma. (SK terlampir) Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa jumlaah pengawas adalah enam orang. Namun saat ini tinggal tiga orang. Hal ini disebabkan karena satu orang meninggal dunia, dua orang telah pensiun. Saat ini sudah ditambah satu orang pengawas PAI khusus untuk SMP, SMA, dan SMK. Jadi jumlah pengawas PAI saat ini empat orang pengawas. Kualifikasi akademik dari keempat pengawas yang ada, tiga orang telah berpendidikan S2 dan satu orang berpendidikan S1 yang membawahi 22 kecamatan yang terdiri dari 311 SD, 36 SMP, 18 SMA, dan
sembilan SMK. Jadi jumlah seluruhnya 374 sekolah,
sehingga dari jumlah pengawas yang ada masih jauh dari jumlah yang ideal. Adapun 13 kecamatan yang menjadi wilayah kerja H. Tamar, S.Ag, S.Pd. M.MPd sebelumnya diawasi oleh tiga orang pengawas, yaitu: (1) H. Tamar, S.Ag, S.Pd. M.MPd yang wilayah kerjanya adalah: Kecamatan Luwuk, Kecamatan Luwuk Utara, Kecamatan Luwuk Selatan, Kecamatan Luwuk Timur, Kecamatan Nambo, Kecamatan Masama, (2) Ramlah Yusuf, A.Md wilayah kerjanya adalah: Kecamatan Lamala, Kecamatan Mantoh, Kecamatan Pagimana, Kecamatan Lobu, dan (3) Abd. Rahman Lasida, A.Ma wilayah kerjanya adalah: Kecamatan Bunta, Kecamatan Simpang Raya, dan Kecamatan Nuhon. Namun seirng berjalannya waktu, Ramlah Yusuf, A.Md dan Abd. Rahman Lasida, A.Ma telah memasuki masa pensiun, sehingga tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya sebagai supervisor. Oleh karena itu, H. Tamar selaku ketua Pokjawas Kabupaaten Banggai membawahi ke 13 kecamatan tersebut hingga saat ini. 165
Perlu dijelaskan bahwa jenis pengawasan terbagi menjadi dua yaitu pengawas tingkat PAUD, TK, SD, dan pengawas tingkat SMP, SMA, SMK. Untuk pengawas PAI tingkat PAUD, TK, dan SD saat ini dipegang oleh tiga orang pengawas, yaitu bapak H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.M,Pd, bapak Muh. Amir, S.Ag, M.Pd, dan bapak Kusmanto, S.Ag. Sedangkan pengawas PAI tingkat SMP,
SMA, dan SMK dipegang oleh satu orang pengawas yaitu bapak Muh. Ridwan, S.Ag, M.Pd. Adapun pengawas tingkat sekolah madrasah seperti MI, Mts, dan
Aliyah tidak dibahas dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan pengawas PAI yang ada di Kementerian Agama Kabupaten Banggai dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Keadaan Pengawas PAI pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016
NO
Nama Pengawas
L/P
Ijazah Akhir
Jenis Pengawas
Jumlah sekolah yang dibina
1
H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.M,Pd
L
S2
PAI SD
190 SD,
3
Muh. Amir, S.Ag, M.Pd
L
S2
PAI SD
66 SD,
4
Kusmanto, S.Ag
L
S1
PAI SD
55 SD,
7
Muh. Ridwan, S.Ag, M.Pd
L
S2
PAI SMP, SMA, SMK
36 SMP, 18 SMA, 9 SMK
Sumber: Ali Supangat, Observasi Penelitian tentang keadaan pengawas PAI di Kantor POKJAWAS, Luwuk, 27 April 2016.
166
2.
Keadaan sarana dan prasarana pengawas PAI Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lokasi penelitian
menunjukkan bahwa pangawas PAI belum memiliki sarana ruang khusus. Para pengawas saat ini masih menempati ruang aula sebagai tempat kerjanya dan bergabung dengan pengawas madrasah, dan sewaktu-waktu digunakan untuk kegiatan pertemuan. Selain itu sampai saat ini, nampak bahwa para pengawas PAI maupun pengawas madrasah masih kekurangan sarana-prasarana yang dapat menunjang tugas mereka, seperti yang dituturkan oleh Bapak H. Tamar dalam wawancara bersama penulis beliau mengatakan bahwa: “sarana ruang kerja pengawas PAI sebenarnya merupakan ruang aula yang dimanfaatkan sebagai ruang kantor sehingga masih bersifat pinjaman. Sedangkan
untuk
penunjang belumlah memadai.”2 Harapan para pengawas adalah diberikan sarana penunjang dalam mendukung kinerja mereka, seperti sepeda motor, laptop, lemari, dana operasional dan perawatan. Sampai saat ini baru dua orang pengawas yang mendapatkan bantuan kendaraan sepeda motor, yaitu satu untuk pengawas madrasah dan satu untuk pengawas SD. Namun biaya untuk perawatan sampai saat ini belum ada kejelasan yang pasti sehingga masih menggunakan anggaran pribadi.3 Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh para pengawas PAI yang ada di kantor
2
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016. 3 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
167
Kementerian Agama masih kurang. Hal ini sangat dirasakan oleh pengawas PAI terutama kendaraan sebagai pendukung dalam pekerjaan di mana sebagian besar sulit dijangkau oleh transportasi umum. Kondisi inilah yang dikeluhkan oleh para pengawas terlebih lagi jangkauan kepengawasan yang cukup jauh hingga puluhan kilometer. Untuk mengetahui lebih jelas tentang gambaran umum sarana dan prasarana kantor pengawas PAI yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai saat ini, maka perlu kiranya ditampilkan data dokumen dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 3.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Pengawas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016
No
Nama Barang
Jumlah
Kondisi Rusak ringan Rusak berat 7 0
1
Meja Kerja pengawas
15
Baik 8
2
Kursi Kerja pengawas
5
4
1
0
3
Meja tamu
4
4
0
0
4
Kursi Tamu
4
4
0
0
5
Lemari
6
5
1
0
6
Computer
1
1
0
0
7
Printer
1
1
0
0
8
Sepeda motor
4
2
0
2
Sumber: Ali Supangat, Hasil Observasi Penelitian tentang keadaan sarana prasaran di Kantor POKJAWAS, Kemenag Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016. Berdasarkan dari daftar tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa lemari pengawas belum mencukupi sehingga kondisi meja pengawas penuh dengan berkas-berkas yang itu sangat menggangggu kerja pengawas. Komputer hanya 168
satu. Kendaraan untuk pengawas yang bisa di gunakan hanya ada dua, satu untuk pengawas PAI dan satu lagi untuk pengawas Madrasah, yang dua dalam kondisi rusak berat, sehingga pengawas yang lain menggunakan kendaraan sendiri dalam melakukan kunjungan pengawasan.
B. Implemensasi Supervisi Akademik Kompetensi Pedagogik Guru PAI
sebagai
Upaaya
Peningkatan
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa dukumen kegiatan supervisi yang dipakai sebagai bahan acuan pelaksanaan supervisi. Dokumen tersebut adalah dokumen program tahunan, dokumen program semester satu dan semester dua, dokumen Rencana Kepengawasan Akademik (RKA), instrumen supervisi kegiatan pembelajaran PAI, dan instrumen kinerja guru pendidikan agama Islam. Sesuai hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi bersama H. Tamar selaku pengawas PAI yang sudah menjadi pengawas selama 14 tahun, menjelaskan bahwa pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta tahun ajaran 2015/2016, dilakukan dengan cara pengawas merencanakan program supervisi akademik yang meliputi program tahunan, program semester ganjil dan semester genap. Adapun
proses
pelaksanaannya mengacu pada Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) dan Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM).
4
4
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 20 Juli 2016.
169
Dalam penyusunan program kegiatan
supervisi akademik, pengawas
menyusun berdasarkan juknis yang ada, dan disesuaikan dengan keadaan guru dan sekolah yang disusun bersama dalam kegiatan pokjawas. Dalam melakukan kegiatan supervisi akademik, pengawas mempertimbangkan jumlah sekolah binaan, keadaan guru, dan keadaan sekolah. Tujuan kegiatan supervisi akademik adalah untuk mengubah prilaku mengajar guru. Untuk itu dalam melaksanakan pembinaan terhadap
guru,
pengawas tidak membedakan antara guru yang PNS dan guru yang non PNS. Mereka diberlakukan sama terhadap tugas dan kewajibannya sebagai guru. Mereka diberikan motivasi, dukungan dan bimbingan yang sama dalam bentuk kegiatan supervisi kelompk dan supervisi perorangan. Mereka juga sama-sama ditekankan untuk melengkapi administrasi pembelajaran. Pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi akademik menggunakan beberapa tahapan. Tahap pertama melakukan pertemuan awal dengan guru, tahap kedua melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang bentuknya berupa kunjungan kelas, tahap ketiga melakukan proses diskusi dengan guru PAI.
C. Teknik-teknik dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Dari hasil wawancara tentang teknik-teknik pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta, diperoleh penjelasan bahwa pengawas melakukan kegiatan supervisi akademik ini dengan menggunakan dua teknik yaitu teknik 170
supervisi kelompok dan teknik supervisi perorangan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh pengawas sebagai berikut: “dalam melakukan bimbingan, pembinaan dan pengembangan guru PAI, saya melakukan supervisi akademik dalam bentuk kelompok dan perorangan.”5 Dari informan lain membenarkan hal serupa yaitu: “ya, supervisi kelompok dilaksanakan pada saat KKG yaitu di awal dan di akhir semester.”6 Adapun muatan dalam kegiatan supervisi kelompok dijelaskan oleh informan berikut: Pada saat melakukan supervisi kelompok dalam KKG tersebut, kami diberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun perangkat pembelajaran, misalnya penyusunan program tahunan, program semester, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), Silabus, RPP, Hari Efektif Sekolah (HES), Hari Efektif Belajar (HEB), kalender pendidikan dan lain sebagainya. Dalam kegiatan tersebut, pengawas hadir dan memberikan materi yang berkaitan dengan agenda KKG saat itu.7
Dalam kegiatan supervisi kelompok, pengawas mengumpulkan dua samapai tiga kecamatan yang terdiri dari beberapa guru PAI untuk dilakukan pembinaan, pembimbingan dan pengembangan profesi guru PAI dalam bentuk Kelompok Kerja Guru Agama (KKGA) yang dilakukan pada awal dan akhir semester. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan secara perorangan, sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh pengawas diperoleh penjelasan bahwa: pada saat melakukan supervisi terhadap perangkat pembelajaran, pengawas menemui guru PAI di kantor dan memeriksa program
5
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 6 Asirah H. Manrapi, Guru PAI SDN Bohotokon Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, „wawancara”, Ruang Kelas IV, 23 Juli 2016. 7 Siti Kasmini, Guru PAI SD Inpres Dwipakarya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
171
tahunan, program semester, silabus, dan RPP, selain itu pengawas mengoreksi dan memberi masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran. Adapun bentuk supervisi lainnya adalah melaksanakan kunjungan kelas, yakni mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI, memberi penilaian terhadap aspek-aspek proses pembelajaran tersebut ke dalam lembar supervsisi, mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup samapai proses evaluasi dan melakukan diskudi.8 Sejalan dengan pendapat tersebut H. Samidin, selaku Guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya menjelaskan: “proses kunjungan kelas yang dilaksanakan oleh pengawas yaitu pengawas datang ke kelas memantau dan memperhatikan proses pembelajaran yang saya laksanakan.”9 Lebih lanjut Nurhayati K. Malihat selaku guru PAI di Salabenda menambahkan “pengawas melakukan wawancara dengan saya membahas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, memberikan masukan dan saran-saran yang baik.”10 Inilah bentuk teknik yang telah dilaksanakan oleh pengawas PAI di dalam melakukan kegiatan supervisi.
D. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Kabupaten
Banggai adalah
salah
satu
Daerah
Tingkat
II
di
Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Luwuk. Luas wilayah Kabupaten Banggai 9.672,70 km2 atau sekitar 14,22 persen dari 8
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 9 H. Samidin, Guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya ”wawancara”, Ruang Guru, 19 Juli 2016. 10 Nurhayati K. Malihat, Guru PAI SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta, “wawancara”, Ruang Kelas, 23 Juli 2016.
172
luas
wilayah
Provinsi
Sulawesi
Tengah
dan
wilayah
teritorial
laut
20.309,68 km2 serta panjang garis pantai sepanjang 613,25 km. Kabupaten Banggai secara administratif terdiri atas 22 kecamatan 339 desa/kelurahan. Keadaan wilayahnya sebagian besar terdiri dari pegunungan dan perbukitan, sedangkan daratan rendah yang ada pada umumnya terletak di sepanjang pesisir pantai.11 Kantor kerja pengawas berada di ibu kota kabupaten tepatnya berada di Jl. G. Merapi No. 27 Telp (0461) 22329 Fex. 22968 Kelurahan Mangkio Kecamatan
Luwuk Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Jarak
wilayah dari kecamatan yang satu ke kecamatan yang lain sangat berjauhan. Begitu pula dengan jarak antar desa, paling dekat tiga kilo meter sampai sepuluh kilo meter. Sebahagian wilayah belum dapat mengakses jaringan telepon seluler, jalan yang dilalui harus melawati lereng-lereng gunug yang tinggi, jalan yang rusak, dan masih terus dalam perbaikan. Wilayah kerja pengawas PAI yang dilakukan oleh bapak H. Tamar S.Ag, S.Pd. M.Mpd terdiri dari 13 kecamatan dari total seluruhnya 22 kecamatan. Adapun 13 kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Luwuk, Kecamatan Luwuk Utara, Kecamatan Luwuk Selatan, Kecamatan Luwuk Timur, Kecamatan Nambo, Kecamatan Masama, Kecamatan Lamala, Kecamatan Mantoh, Kecamatan Pagimana, Kecamatan Lobu, Kecamatan Bunta, Kecamatan
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banggai, 4 April, 2016.
173
Simpang Raya, dan Kecamatan Nuhon, dengan jumlah sekolah 190 Sekolah Dasar, belum lagi ditambah dengan sekolah TK dan sekolah PAUD.12 Kecamatan yang termasuk dekat dengan kota kabupeten hanya ada empat kecamatan yaitu Kecamatan Luwuk, Kecamatan Luwuk Utara, Kecamatan Luwuk Selatan, dan Kecamatan Luwuk Timur. Selebihnya berada di luar kota kabupaten. Untuk wilayah bagian timur dari kota kabupaten, yaitu Kecamatan Simpang Raya, Bunta dan Nuhon merupakan kecamatan yang cukup jauh dari kota kabupaten yang jika ditempuh oleh kendaraan roda dua bisa memakan waktu hingga tiga sampai empat jam perjalanan atau mencapai 200 km. Inilah kondisi dimana saya melakukan penelitian yaitu Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. Berdasarkan hasil penelitian dokumen di kantor pengawas PAI, bahwa jumlah sekolah di kabupaten Banggai baik itu sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK mencapai 374 sekolah, dalam 23 kecamatan. Untuk jumlah sekolah SD binaan yang menyelenggarakan PAI berjumlah 311 Sekolah Dasar, sedangkan untuk sekolah SMP, SMA/SMK yang menyelenggarakan PAI berjumlah 63 sekolah yang diawasi oleh satu orang pengawas. Adapun jumlah guru PAI untuk SD berjumlah 257 guru PAI, untuk SMP berjumlah 70 guru PAI, untuk SMA 24 guru PAI, dan untuk SMK berjumlah 13 guru PAI.13 Dari 275 Jumlaah guru PAI SD yang ada, hanya 56 guru PAI yang dekat dengan ibukota kabupateen. Selebihnya berada di luar kota kabupaten. Ini 12
Data dokumen pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, 4 April, 2016. Data dokumen kepengawasan PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, data diperoleh pada tanggal 4 April 2016. 13
174
menunjukka bahwa banyak guru-guru PAI yang berada di luar kota yang jarak tempuhnya untuk melakukan supervisi mencapai satu sampai empat jam perjalanan. Untuk lebih jelasnya di sini ditampilkan tabel keadaan jumlah sekolah tingkat SD/TK/PAUD dan Guru PAI yang ada di wilayah Kabupaten Banggai sebagai berikut: Tabel 3. 3 Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SD/TK/PAUD dan Guru PAI di Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Kecamatan Luwuk Luwuk Utara Luwuk Selatan Luwuk Timur Nambo Masama Lamala Mantoh Pagimana Lobu Bunta Simpang Raya Nuhon Kintom Batui Batui Selatan Toili Toili Barat Bualemo Balantak Balantak Utara Balantak Selatan Jumlah
Jumlah Guru SD TK PAI 25 21 16 10 12 7 9 7 6 12 14 9 11 9 7 12 14 7 6 9 9 1 10 5 22 33 24 3 8 6 16 18 12 8 14 9 16 21 17 11 11 5 15 15 5 14 14 3 17 17 7 9 9 4 24 29 23 6 11 8 5 5 4 5 10 6 257
311
199
PD 8 3 4 4 2 4 4 3 6 4 3 4 3 3 2 2 5 3 4 5 2 2
Nama Pengawas/Nip
H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.MPd 19590310 198203 1 003
Muh. Amir, S.Ag, M.M.Pd 19570413 198402 1 002
Kusmanto, S.Ag 19710215 200003 1 007
74
Sumber: Dokumen pengawas Kantor Kemenag Kabupaten Banggai. 175
Pengawasan guru agama Islam pada tingat pertama sapai tingkat lanjutan atas masih di pegang oleh satu orang pengawas. Sebagai tambahan data, perlu kiranya dimasukan data-data sekolah untuk tingkat SMP, SMA, SMK, dan Guru PAI di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015/2016. Berikut tebel data jumlah sekolah dan Guru PAI di Kabupaten Banggai: Tabel 3. 4 Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SMP SMA SMK dan Guru PAI di Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jumlah SMP SMA SMK Nama Kecamatan GPAI SKL GPAI SKL GPAI SKL H H H Luwuk 13 5 6 4 9 5 Luwuk Utara 3 2 Luwuk Selatan 1 1 Luwuk Timur 3 2 1 1 1 1 Nambo 3 1 Masama 5 2 1 1 Lamala 1 1 2 1 Mantoh Kintom 3 3 1 1 Batui 6 5 3 1 Batui Selatan 1 1 Toili 8 5 2 1 1 1 Toili Barat 2 1 1 1 Pagimana 3 3 1 1 Lobu Bunta 8 5 2 2 Simpang Raya Nuhon 2 2 2 2 Bualemo 5 3 1 1 1 1 Balantak 4 2 1 1 Balantak Utara Balantak Selatan -
Nama Pengawas Nip
Moh. Ridwan, S.Ag, M.Ag 19750520 200501 1 005
Sumber: Ali Supangat, Observasi Penelitian tentang keadaa jumlah sekolah dan guru PAI tingkat SMP, SMA, SMK di Kantor POKJAWAS, Luwuk, 27 April 2016. 176
Adapun data sekolah dan guru PAI pada tingkat dasar yang ada di dua kecamatan yang menjadai fokus penelitian ini, yaitu Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta, dapat diperoleh keterangan sebagai berikut: Jumlah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Simpang Raya adalah 14 sekolah, dan hanya delapan sekolah yang ada guru Agama Islam, hal ini dikarenakan enam sekolah tidak ada murid yang beragama Islam. Mayoritas di enam sekolah tersebut adalah Kristen. Adapun di Kecamatan Bunta, jumlah sekolah ada 21 sekolah. 15 Sekolah Dasar ada guru agama Islamnya, dan enam sekolah tidak ada guru agama Islam. Hal ini juga dikarenakan mayoritas adalah Kristen. Selain itu di dua kecamatan ini juga ada sekolah Madrasah dan SD Muhammadiyah,
namun
tidak
kami
kunjungi/teliti
mengingat
fokus
penelitiannya pada sekolah dasar umum saja. Jumlah guru PAI yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta baik yang sudah PNS maupun yang masih honorer berjumlah 23 guru PAI. Dari 23 guru PAI yang ada, 18 guru PAI sudah PNS, lima guru PAI masih honorer. Bila ditinjau dari kualifikasi pendidikan, maka ada 15 guru PAI yang sudah sudah S1 berarti telah memenuhi syarat kualifikasi akademik. Adapun guru PAI lainnya belum memenuhi syarat minimum karena masih berpendidikan D2, dan bahkan ada satu orang guru yang masih berpendidikan SLTA yang mengajar PAI dikarenakan di daerah tersebut masih kekurangan tenaga yang memiliki pendidikan tinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini ditampilkan data berupa tabel keadaan jumlah sekolah dan guru PAI tingkat Sekolah Dasar se Kecamatan Simpang 177
Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai tahun 2015/2016, yang diperoleh dari hasil survai di lokasi penelitian yang dilakukan pada bulan April Tahun 2016, sebagai berikut: Tabel 3. 5 Keadaan Jumlah Sekolah dan Guru PAI Tingkat SD di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Sekolah SD INP 01 Beringin Jaya SD INP 02 Beringin Jaya SD INP Rantau Jaya SD INP Sumber Air SD INP Dwipa Karya SD INP 01 Sumber Mulya SD INP 02 Sumber Mulya SD INP 03 Sumber Mulya SD INP Balanga SDN Lontio SDN Koili SDN Toima SDN Longgolian SD INP Tuntung SDN 01 Pongian SDN 02 Pongian SD INP 03 Bunta SDN 02 Bunta SD INP 01 Bunta SDN 04 Bunta SDN Bohotokong SD INP Salabenda SDN Demangan Jaya SDN Hi‟on Jumlah
Sumber:
Status Kepegawaian PNS Honorer 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 5
Tingkat Pendidikan SLTA 1 1
D2 1 1 1 1 1 1 1 7
S1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
S2
Ali Supangat, Observasi Penelitian tentang keadaan jumlah sekolah dan guru PAI tingkat SD di Kantor POKJAWAS, Luwuk, 27 April 2016.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa tugas kepengawasan yang menjadi tanggung jawab H. Tamar, S.Pd, S.Ag, M.Pd untuk wilayah 178
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta adalah 24 Sekolah Dasar. Kecamatan Simpang Raya berjumlah delapan SD, yaitu SD Inpres 01 Beringin Jaya, SD Inpres 02 Beringin Jaya, SD Inpres Rantau Jaya, SD Inpres Sumber Air, SD Inpres Dwipakarya, SD Inpres 01 Sumber Mulya, SD Inpres 02 Sumber Mulya, SD Inpres 03 Sumber Mulya. Untuk kecamatan Bunta berjumlah 16 SD, yaitu SD Inpres Balanga, SDN Lontio, SDN Koili, SDN Toima, SDN Longgolian, SD Inpres Tuntung, SDN 01 Pongian, SDN 02 Pongian, SDN 04 Bunta, SD Inpres 03 Bunta, SDN 02 Bunta, SD INP 01 Bunta, SDN Bohotokong, SD Inpres Salabenda, SDN Demangan Jaya dan SDN Hi‟on. Dari hasil survei yang ditemukan ternya ada dua guru PAI
yang
background pendidikannya bukan berasal dari PAI melainkan sarjana PKN dan bahkan satu guru PAI yang hanya tamatan Aliyah. Selain itu masih ada satu sekolah yang belum ada guru agama Islamnya padahal muridnya ada yang beragama Islam yaitu SD Inpres Balanga sehingga yang mengajar adalah guru kelas masing-masing. Dari hasil wawancara dengan para guru-guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta tentang pemahaman guru terhadap pemanfaatan IT ditemukan jawaban dari 23 guru PAI hanya lima guru PAI yang bisa memanfaatkan penggunaan IT dalam melakukan kegiatan pembelajaraan. Hal ini diperkuat dari pernyataan pengawas bahwa: Kendala-kendala yang saya alami dalam melaksanakan supervisi antara lain dari aspek guru, yakni masih adanya guru-guru terutama guru-guru dipedesaan yang belum sama sekali menguasai IT, misalnya tidak bisa mengoperasikan laptop sehingga kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran.14 14
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
179
Dari faktor sekolah masih banya sekolah yang belum memiliki sarana musolla untuk kegiatan ibadah dan praktek agama di sekolah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut: Masih banyak sekolah-sekolah yang fasilitasnya kurang memadai dalam pengembangan materi PAI , misalnya banyak sekolah-sekolah dasar yang tidak memiliki musholla atau masjid sebagai sarana mempraktekkan materi pelajaran PAI , sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI lebih bersifat teori dari pada dipraktekkan, hal ini tentu menjadi kendala bagi peserta didik untuk memahami materi pelajaran secara utuh.15
Ini sejalan dengan penjelasan informan bahwa: “ya, di sekolah ini belum ada sarana ibadah seperti Musholla, untuk melaksanakan sholat duha sebagaimana anjuran pengawas belum bisa dilaksanakan karena tempat ibadah atau masjid yang ada jauh dari sekolah.”16
15
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 16 Suhuria A. Rompas, Guru PAI SDN 02 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 23 Juli, 2016.
180
164
BAB IV ANALISIS DATA
A. Implementasi Supervisi Akademik Kompetensi Pedagogik Guru PAI
Sebagai
Upaaya
Peningkatan
1. Teori supervisi dan implementasinya Pengawas merencanakan program supervisi akademik mengacu pada juknis yang ada yang meliputi program tahunan, program semester ganjil dan semester genap. Proses pelaksanaan supervisi berdasar pada Rencana Kepengawasan Akademik (RKA). hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses supervisi. Di dalam Rencana Kepengawasaan Akademik tercantum aspek-aspek yang disupervisi, tujuan kepengawasan, indikator keberhasilan, teknik supervisi, skenario kegiatan, sumber daya yang diperlukan, instrumen penilaian dan rencana tindak lanjut, sehingga ketika melaksanakan proses supervisi, sudah mengetahui apa yang harus dilakukan, dan aspek-aspek apa yang harus dinilai dari guru PAI tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, implementasi supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai mengacu pada format yang telah ada berupa Rencana Kepengawasan Akademik (RKA). Selain format di atas, pengawas juga membuat intrumen supervisi berdasarkan contoh format yang ada
164
74
165
yang dikembangkan secara bersama dalam kelompok kerja pengawas. Berikut penjelasannya : Membuat rencana waktu pelaksanaan supervisi (time schedule), hal ini sangat penting dibuat agar proses supervisi dapat berjalan dengan baik, selanjutnya menyiapkan instrumen penilaian supervisi baik standar prosesnya maupun standar manajerialnya yang menjadi acuan saya dalam memberikan penilaian terhadap berbagai aspek yang disupervisi.1
Ini menunjukkan bahwa untuk melaksanakan supervisi di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, pengawas perlu merencanakan waktu pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan dan menyiapkan instrument supervisi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pelaksanaan supervisi secara terarah sesuai dengan tujuan pelaksanaannya, untuk membina guru-guru PAI agar proses pendidikan yang dilaksanakan tidak bermasalah yang dapat memberi dampak buruk pada pencapaian tujuan pendidikan. dijelaskan oleh informan berikut: Saya membuat instrumen supervisi kegiatan pembelajaran PAI , instrumen ini berupa rangkaian penilaian pada aspek-aspek tertentu yang menuju pada pencapaian unjuk kerja guru PAI dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran yang baik, jadi isntrumen supervisi tersebut merupakan alat untuk menilai proses tersebut.2
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, persiapan pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi ternyata merujuk pada tupoksi dan pemenuhan syarat formal administasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya data temuan penelitian, seperti: a. Dokumen program tahunan
1
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 20 Juli 2016. 2 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 20 Juli 2016.
165
166
Bentuk program tahuhan meliputi: program dan rincian tupoksi, yang isinya mengenai jenis kegiatan supervisi akademik dan jenis supervisi manajerial; Tujuan, yang isinya mengenai kegiatan supervisi pembelajaran, pemantauan ujian, dan lain-lain; Sasaran sekolah dan frekuensi waktu kegiatan; Hasil yang diharapkan hendaknya 100% kegiatan bisa terlaksana; Jaadwal kerja dimulai dari bulan apa sampai bulaan apa; Cara kerja atau metode misalnya melalui kunjungan kelas atau wawancara; Biaya dan sumber dana dalam hal ini biasanya menyangkut uang perjalanan dinas (dokumen terlampir). b. Dokumen program semester Dokumen ini terdiri dari beberapa kolom, yaitu kolom nomor, kolom program, kolom rincian tupoksi dan kolom bulan pelaksanaan. Pada kolom program diisi dengan supervisi akademik, pada kolom rincian tupoksi terdiri dari berbagai rincian kegiatan supervisi, sedangkan kolom bulan pelaksanaan diisi dengan memberikan tanda waktu pelaksanaan kegiatan tersebut (dokumen terlampir). c. Dokumen Rencana Kepangawasan Akademik (RKA), Dokumen
ini
terdiri
dari
beberapa
kolom
yakni,
kolom
nomor,
aspek/masalah, tujuan kepengawasan, teknik supervisi, skenario kegiatan, sumber daya yang diperlukan, instrumen penilaian dan rencana tindak lanjut yang diisi sesuai dengan aspek-aspek yang disupervisi (dokumen terlampir). Program waktu pelaksanaan kegiatan supervisi (Time schedule) dibuat oleh pengawas PAI untuk memudahkan pelaksanaan supervisi, sehingga seluruh
166
167
program kegiatan supervisi dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang direncanakan. d. Dokumen instrumen supervisi. 1) Instrumen supervisi kegiatan pembelajaran PAI. Instrumen ini menilai tentang kegiatan pembelajaran PAI (standar proses). Muatan dalam instrumen ini terdiri dari beberapa kolom, kolom pertama yaitu nomor, kolom kedua aspek yang diamati, kolom ketiga adanya aspek-aspek yang disupervisi beserta satuan nilai, nilai yang tertinggi empat dan terendah nilai satu, kemudian kolom tidak ada dan kolom keterangan. Isi
pada kolom aspek yang diamati terdiri dari
berbagai rincian dalam kegiatan supervisi yakni perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang dibuat dan dilaksanakan oleh guru. Adapun satuan nilai diisi sesuai fakta yang diperoleh pengawas di lapangan satuan nilai kemudian dijumlah dan dibagi untuk memperoleh total penilaian, kemudian diakhir instrumen ditulis catatan yang berisi kesimpulan atau saran pengawas terhadap guru yang disupervisi dan ditandatangani disahkan oleh guru PAI yang bersangkutan, kepala sekolah dan pengawas. 2) Instrumen supervisi kinerja guru PAI Instrumen ini menilai tentang kompetensi. Salah satunya kompetensi pedagogik guru. Muatan dalam instrumen ini terdiri dari beberapa kolom. Kolom pertama yaitu: nomor, kolom kedua: aspek atau elemen yang dimonitor dan dievaluasi. Kompetensi pedagogik guru yang akan dinilai 167
168
seperti penguasaan terhadap kerakter peserta didik, penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsipnya, penguasaan kurikulum, dan kemampuan dalam evaluasi. Kolom ketiga: berisi skor perolehan nilai beserta satuan nilai. Nilai yang tertinggi lima dan nilai terendah satu. Kemudian jumlah skor nilai akhir yang diperoleh dikali seratus dibagi dengan skor maksimum (dokumen terlampir). Paparan di atas dapat dipahami bahwa, instrumen supervisi yang disiapkan oleh pengawas menjadi pedoman dalam melaksanakan supervisi, sehingga hasil dari supervisi tersebut dapat menjadi masukan yang sangat penting bagi guru dalam upaya meningkatkan konpetensi pedagogiknya. Adapun implementasinya di lapangan membuktikan bahwa pengawas melakukan supervisi akademik sesuai dengan program yang telah dibuat. Hal ini sebagaimana uraian pengawas bahwa melaksanakan proses supervisi sesuai dengan rencana kepengawasan akademik (RKA) dan rencana waktu pelaksanaan supervisi, dalam hal ini pengawas datang ke sekolah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, bertemu guru PAI, memeriksa perangkat pembelajaran, memberikan saran, masukan dan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat guru, melakukan kunjungan kelas dan mendiskusikan hasil proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dengan demikian dapat dipahami bahwa supervisi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan waktu yang telah ditentukan yaitu memeriksa perangkat pembelajaran, melakukan kunjungan kelas, dan berdiskusi dengan guru setelah berakhirnya proses pembelajaran. Pengawas dalam melakukan kegiatan 168
169
supervisi menggunakan beberapa tahapan. Berikut penjelasan dari pengawas bahwa: Ada tiga tahapan dalam implementasi supervisi yang saya laksanakan. Pertama pertemuan awal, dalam hal ini didahului dengan memberitahukan kepada kepala sekolah yang bersangkutan tentang rencana pelaksanaan supervisi dan melakukan pertemuan awal, hal-hal yang saya lakukan yaitu membahas persiapan yang dilakukan oleh guru PAI dalam melaksanakan pembelajaran serta menjelaskan aspek-aspek yang menjadi fokus supervisi yang terangkum dalam instrumen supervisi.3
Langkah awal yang dilakukan pengawas dalam kegiatan supervisi akademik adalah mengadakan pertemuan dengan guru untuk membicarakan beberapa hal yang terkait dengan persiapan mengajar. Hal ini sejalan dengan penjelasan guru yang mengatakan bahwa: Pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas guru PAI , antara lain dengan memeriksa dan mewawancarai saya tentang persiapan dalam melaksanakan proses pembelajaran, termasuk memeriksa dan mengoreksi perangkat yang saya buat yaitu program tahunan, program semester, silabus dan RPP serta buku-buku yang saya gunakan, kemudian memberikan masukan agar saya dapat memperbaiki perangkat pembelajaran tersebut.4
Berarti pengawas melakukan pertemuan awal untuk berdiskusi dengan guru PAI membahas berbagai persiapan yang telah dilakukan oleh guru PAI, termasuk dalam kegiatan tersebut, pengawas memeriksa dan mengoreksi perangkat pembelajaran yang telah dibuat guru, agar relevan dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Tahap selanjutnya dijelaskan oleh informan berikut: Tahap kedua yaitu tahap pengamatan proses pembelajaran bentuknya berupa kunjungan kelas, dalam hal ini saya mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan mencatat pelaksanaan pembelajaran dalam format
3
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 4 Sirjon, Guru PAI SDN Longgolian Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 20 Juli 2016.
169
170
instrumen supervisi terhadap berbagai aspek yang telah disampaikan pada guru pada tahap pertama.5
Pengawas melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan mencatat aspek-aspek yang menjadi penekanan dalam supervisi tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, informan lainnya menjelaskan bahwa: “pengawas pernah mengunjungi kelas, pengawas mengamati proses pembelajaran yang saya laksanakan dan mengisi lembar penilaian yang telah disiapkan.”6 Merujuk pada informasi di atas dapat dipahami bahwa, pengawas melakukan observasi pada proses pembelajaran, sehingga pengawas dapat menilai secara langsung kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tahap ketiga yaitu: Proses diskusi dengan guru PAI setelah berakhirnya proses pembelajaran tersebut untuk membahas hasil dari observasi yang saya lakukan. Pada tahap ini dibahas hasil dari pembelajaran, saya memberikan saran dan masukan terhadap berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran tersebut dan memberi penguatan pada guru untuk mempertahankan aspek-aspek yang sudah tercapai dengan baik, agar guru termotivasi untuk memperbaiki kelemahannya dan mempertahan berbagai hal yang telah tercapai dengan baik.7
Pada tahap ketiga ini, pengawas melakukan
proses diskusi antara
pengawas dan guru PAI yang dilaksanakan segera setalah proses pembelajaran berakhir. Adapun hal-hal yang didiskusikan yaitu: hasil dari proses pembelajaran, kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran, saran dan masukan yang disampaikan pengawas, dan pemberian penguatan terhadap guru
5
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 6 Saidah Alfa, Guru Mata Pelajaran PAI SD Inpres Sumber Air Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 10 Mei 2016. 7 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
170
171
PAI agar mempertahankan berbagai hal yang telah tercapai dengan baik dan memperbaiki kelemahannya. Informan lain menjelaskan: Pengawas mendiskusikan hasil dari proses pembelajaran yang telah saya laksanakan, pengawas membantu menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi, baik yang berkenaan dengan pengelolaan kegiatan kelas maupun yang berkaitan dengan pembuatan perangkat pembelajaran, semua didiskusikan dan dicarikan solusi yang terbaik.8
Hal ini membuktikan bahwa, pengawas membahas hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru, proses pembahasan tersebut dalam bentuk diskusi antara pengawas dan guru. Di sini guru dapat mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi dan pengawas membantu guru menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memberikan saran dan masukan yang dapat membantu guru menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah telakhir dalam kegiatan supervisi akademik diunngkapkan oleh instrumen berikut : Membuat laporan supervisi, yaitu mengumpulkan seluruh instrumen supervisi yang telah dilaksanakan disertai dengan bukti telah melaksanakan supervisi berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah yang telah disupervisi, laporan tersebut kemudian diserahkan ke atasan sebagai bukti telah melaksanakan tugas.9
Berarti pengawas setelah selesai melakukan kegiatan supervisi harus membuat laporan hasil pelaksanaan tugas supervisi, sebagai bukti bahwa pengawas yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya, sesuai dengan aturan yang berlaku.
8
Rafiqa Matarang, Guru Mata Pelajaran PAI SD Inpres 01 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, tanggal 18 Juli 2016. 9 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
171
172
Berdasarkan
beberapa
uraian
di
atas,
dapat
dikatakan
bahwa
implementasi supervisi akademik yang dilaksanakan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai sudah melakukan tugas supervisi akademik sesuai dengan teori supervisi, termasuk langkah-langkah dan teknik pelaksanaannya, yang mengacu pada juknis dalam bentuk contoh format yang disediakan dari Kementerian Agama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, dan pengawas mampu melakukan improvisasi pengawasan berdasarkan pengamatan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. 2. Figur dan kualifikasi akademik pengawas PAI Salah satu problem pengawas di zaman dahulu adalah figur pengawas. Pengawas masa dulu masih kurang karismatik dan tidak mempunyai kewibawaan yang penuh bagi kepala sekolah dan guru. Hal ini disebabkan karena kualifikasi pendidikan pengawas masih setara dengan kepala sekolah dan guru. Oleh karena itu gelar magister merupakan salah satu yang menjadi pendukung yang sangat relevan dan dihormati oleh guru, sehingga hal ini dapat menambah kewibawaan dan reputasi pengawas di mata guru. Figur seorang pengawas PAI di sekolah merupakan pribadi yang dihormati oleh setiap guru. Pengawas merupakan panutan dan mitra kerja bagi guru yang berkewajiban untuk membantu meningkatkan kemampuan profesional guru. H. Tamar, S.Ag. S.Pd, M.M.Pd, merupakah salah satu sosok pengawas yeng memenuhi kriteria tersebut. Sikap dan prilaku pengawas akan dilihat, didengar, dan ditiru. 172
173
H. Tamar, S.Ag. S.Pd, M.M.Pd, adalah pengawas PAI yang wilayah kerjanya mencapai 13 kecamatan, termasuk Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta. Sebelum menjabat sebagai pengawas PAI, beliau mengawali karirnya sebagai guru PAI di Kabupaten Banggai selama 14 tahun, tepatnya di Kecamatan Bunta pada SDN Pongian sejak 1 Maret 1982, sampai 1 November 1996. Sejak Tahun 1996 beliau diangkat oleh Kementerian Agama Kabupaten Banggai untuk menjadi pengawas PAI pada sekolah umum. Beliau lulus seleksi pengawas pada Tahun 1998. Berarti beliau diangkat menjadi pengawas terlebih dahulu baru ikut seleksi pengawas. Hal ini karena pada saat itu belum ada aturan. Pengabdian beliau sebagai pengawas tergolong sangat besar, karena selain mendapat tugas untuk melakukan supervisi kepada guru-guru PAI, beliau juga merupakan ketua POKJAWAS yang membawahi semua pengawas di Kementerian Agama Kabupaten Banggai. Pekerjaan pengawas merupakan pekerjaan yang sangat berat dan melelahkan. Hal ini sebagaimana pernyataan beliau: “tugas pengawas itu sangat berat membutuhkan pengorbanan, namun tugas ini harus dijalani dengan penuh kesabaran dan kegigihan.”10 Hal ini tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa beliau adalah sosok yang gigih dan bertanggung jawab, mengingat luasnya wilayah kerja beliau dari kecamatan yang satu ke kecamatan yang lain belum lagi jarak antar sekolah yang berjauhan beliau tetap menjalankan tugas tersebut dengan maksimal.
10
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 30 Juli 2016.
173
174
Sebagaimana dijelaskan pada paparan data tentang geografis, jarak yang harus ditempuh oleh pengawas untuk melakukan kunjungan supervisi ke wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta memakan waktu hingga empat jam perjalanan dengan menggunakan alat transportasi berupa sepa motor melaui medan pegunungan yang berliku-liku, sehingga dalam satu hari hanya bisa mengunjungi satu atau dua sekolah saja. Ini merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Sebagaimana disampaikan oleh beliau: “ketika jadwal kunjungan supervisi di daerah yang jauh, maka saya harus berangkat dari rumah sehabis shalat subuh dengan menggunakan sepeda motor agar saya masih bisa bertemu dengan guru PAI di sekolah.”11 Dari hasil wawancara kepada guru-guru PAI tentang figur pengawas diperoleh keterangan bahwa pengawas PAI adalah sosok yang dihormati karena pengawas mampu membina guru-guru dengan baik dan bersahabat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh salah satu informan bahwa: “pengawas PAI sudah melakukan kegiatan supervisi dengan baik dan sangat bersahabat, bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokoknya, namun kelemahannya hanya pada faktor kurangnya intensitas kunjungan.”12
Informan lain juga berpendapat
bahwa “kegiatan pengawasan sudaah baik, namun pengawas PAI sejauh pengamatan saya belum bisa memanfaatkan teknologi dalam melakukan kegiatan supervisi.”13
11
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 12 Musriyah Guru PAI SD Inpres 03 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 23 Juli 2016. 13 Mahfudin MN, Guru PAI SD Inpres 01 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
174
175
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa figur pengawas PAI yang diharapkan oleh kebanyakan guru PAI di Kabupaten Banggai sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pengawas sudah melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Sehinga tidak salah jika figur pengawas PAI di Kabupaten Banggai termasuk figur yang bertanggung jawab, gigih, dan tidak patah semangat dalam menghadapi tantangan yang ada, namun perlu ada ide-ide baru dalam melakukan kegiatan supervisi agar dengan ide baru itu semua guru PAI dengan mudah mendapatkan pembinaan yang merata. Untuk jabatan sebagai pengawas, maka salah satu kualifikasi yang harus dimiliki adalah kualifikasi akademik. Kualifikasi akademik pengawas minimal berpendidikan harus S1 dan diutamakan S2. Dari hasil data penelitian menunjukkan bahwa pengawas PAI yang ada di Kabupaten Banggai telah memenuhi syarat kualifikasi akademik. Dari tiga pengawas PAI yang ada, dua orang pengawas sudah berpendidikan S2, dan satu pengawas berlatar belakang pendidikan S1. Ini membuktikan bahwa pengawas PAI dari kualifikasi akademik telah terpenuhi. 3. Intensitas pelaksanaan supervisi pangawas PAI Setiap kegiatan memerlukan penanganan yang serius dan berkelanjutan agar kegiatan bisa berhasil maksimal. Secara teori bahwa intensitas pelaksanaan supervisi akademik sangat mempengaruhi kemampuan kompetensi guru. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa intensitas kegiatan supervisi akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta masih sangat kurang. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara dengan para guru PAI yang umumnya 175
176
menyarankan kepada pengawas agar kegiatan supervisi sebaiknya ditambah waktu kunjungannya. Berikut kutipan penjelasan dari informan : Dalam pelaksanaan supervisi, pengawas belum pernah melakukan kunjungan kelas, hanya memeriksa perangkat pembelajaran yang saya buat dan wawancara berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan, karena itu saya sangat berharap dalam pelaksanaan pembelajaran, saya dapat diamati oleh pengawas sehingga saya dapat mengetahui aspek-aspek yang menjadi kelemahan saya untuk dapat diperbaiki dan ditingkatkan.14
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa, pelaksanaan supervisi masih belum efektif karena masih ada guru yang hanya diperiksa perangkat pembelajaran saja. Belum semua guru memperoleh masukan perbaikan dari pengawas yang berkenaan dengan aspek-aspek yang lemah dalam proses pembelajarannya. Informan berikut juga memberi masukan terhadap kinerja pengawas sebagai berikut: “kalau bisa, pengawas sering-sering melakukan supervisi jangan hanya pada saat ujian akhir saja atau pada saat awal tahun pelajaran untuk melakukan sidak.”15 Informan lainnya menambahkan: “pengawas hanya melakukan wawancara dengan saya menanyakan berbagai persiapan saya dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena harus melakukan supervisi ke sekolah lainnya.”16 Hal ini juga dijelaskan oleh informan: “dalam pelaksanaan supervisi, pengawas hanya datang satu kali dalam satu semester untuk memeriksa perangkat pembelajaran.”17 Masih pendapat guru lainnya, juga menjelaskan tentang intensitas kunjungan yang dilakukan 14
Moh. Yamin Hi Saenong, Guru PAI SDN 02 Pongean Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 21 Juli 2016. 15 Suhuria A. Rompas, Guru PAI SDN 02 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, tanggal 18 Juli 2016. 16 Riyanto, Guru PAI SD Inpres 02 Sumber Mulya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang kelas, 17 Mei 2016. 17 Nuriani La‟ami, Guru PAI SDN Toima Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 20 Juli 2016.
176
177
pengawas, dalam penjelasannya mengatakan bahwa dari aspek kunjungan ke sekolah, pengawas juga kurang efeektif karena dalam satu semester pengawas hanya dua kali datang itupun hanya datang di ruang guru saja, sementara kami juga masih sangat membutuhkan proses bimbingan dan pembinaan lebih lanjut agar dapat menambah atau meningkatkan kemampuan saya dalam melaksanakan proses pengajaran.18 Berdasarkan beberapa pernyataan guru di atas dapat dipahami bahwa dalam proses supervisi akademik yang dilakukan pengawas PAI masih terdapat kelemahan. Kelemahan itu terletak pada intensitas pelaksanaannya di mana pengawas belum bisa menambah alokasi waktu kunjungan ke sekolah-sekolah karena faktor kurangnya jumlah pengawas dan faktor jarak tempuh yang harus dilalui. Pengawas juga belum bisa memberikan solusi lain agar bisa mengatasi kelemahan tersebut seperti memanfaatkan IT agar bisa menjangkau seluruh guru PAI dalam waktu singkat seperti menggunakan sarana telekomunikasi HP dalam bentuk What App misalnya. Karena bila ini diterapkan setidaknya bisa mempermudah pengawas dalam membantu kesulitan-kesulitan yang dialami guru. Kegiatan kunjungan supervisi bisa dilihat dari intensitas kunjungan pengawas PAI ke sekolah. Untuk lebih jelasnya berikut ditampilkan tebel pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta:
18
Rosdiana Mayang, Guru PAI “wawancara”, Ruang Guru, 21 Juli 2016.
SDN Lontio Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
177
178
Tabel: 4.1 Pelaksanaan Supervisi Terhadap Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Tahun 2015-2016
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Nama Sekolah SD Inp 01 Beringin Jaya SD Inp 02 Beringin Jaya SD Inpres Rantau Jaya SD Inp Sumber Air SD Inp Dwipakarya SD Inp 01 Sumber Mulya SD Inp 02 Sumber Mulya SD Inp 03 Sumber Mulya SDN Lontio SDN Koili SDN Toima SDN Longgolian SD Inp Tuntung SDN 01 Pongian SDN 02 Pongian SDN 04 Bunta SD Inp 03 Bunta SDN 02 Bunta SD Inp 01 Bunta SDN Bohotokong SD Inp Salabenda SDN Demangan Jaya SDN Hi‟on Rata-rata
Sepervisi Perangkat Pernah Tidak √ (3x) √ (2x) √ (2x) √ (2x) √ (2x) √ (1x) √ (2x) √ (2x) √ (2x) √ (2x) √ (1x) √ (2x) √ (1x) √ (2x) √ (2x) √ (2x) √ (3x) √ (1x) √ (2x) √ (2x) √ (1x) √ (1x) √ (1x) 100 % -
Kunjungan Kelas Pernah Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 65,21 % 34,78 %
Sumber : Hasil wawancara terhadap Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Juli-Agustus 2016. Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan supervisi akademik belum merata, karena dalam pelaksanaannya terdapat guru-guru PAI yang belum mendapat kunjungan kelas. Presentasi pelaksanaan lebih menekankan pada aspek administratif mencapai 100 %, sedangkan pelaksanaan kunjungan kelas hanya mencapai 65,21 %. Berarti masih ada 34,78 % guru belum mendapatkan kesempatan kunjungan kelas. 178
179
B. Teknik-Teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik 1.
Teknik supervisi kelompok Berdasarkan hasil penelitian, yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, dapat dijelasakan bahwa teknik supervisi yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu teknik kelompok dan teknik perorangan. Pengawas PAI melakukan bimbingan dan pembinaan kepada guru PAI di wilayah kerja melalui supervisi kelompok. Kegiatan ini dilakukan pada setiap awal dan akhir semester. Kegiatan supervisi kelompok ini dilaksanakan per Kelompok Kerja Guru (KKG) setiap kecamatan ataupun beberapa kecamatan disatukan dan diadakan pembinaan kelompok, karena dengan lewat forum ini pengawas bisa mengumpulkan semua guru di kecamatan-kecamatan untuk diberi arahan, pembinaan, dan pelatihan yang berkenaan dengan proses pembelajaran, agar guru-guru PAI
dapat lebih
memahami kompetensinya sehingga dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik akan lebih baik. Sejalan dengan uraian di atas, Asirah H. Manrapi, selaku guru PAI pada SDN Bohotokon menjelaskan bahwa: “ya, supervisi kelompok dilaksanakan pada saat KKG yaitu di awal dan di akhir semester.” 19 Adapun muatan dalam kegiatan supervisi kelompok dijelaskan oleh informan berikut: Pada saat melakukan supervisi kelompok dalam KKG tersebut, kami diberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun perangkat pembelajaran, misalnya penyusunan program tahunan, program semester, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), Silabus, RPP, Hari Efektif Sekolah (HES), Hari Efektif Belajar (HEB), 19
Asirah H. Manrapi, Guru PAI SDN Bohotokon Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, „wawancara”, Ruang Kelas IV, 23 Juli 2016.
179
180
kalender pendidikan dan lain sebagainya. Dalam kegiatan tersebut, pengawas hadir dan memberikan materi yang berkaitan dengan agenda KKG saat itu.20
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa proses pelaksanaan kegiatan supervisi kelompok dilaksanakan oleh pengawas guru PAI melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Dalam kegiatan tersebut pengawas memberikan materi yang berkaitan dengan bimbingan teknik penyusunan perangkat pembelajaran atau materi lain yang diagendakan dalam pertemuan tersebut. 2.
Teknik supervisi individual Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pengawas PAI dalam teknik ini
antara lain: pembinaan individu. Bentuk pembinaan individu yaitu pengawas memeriksa perangkat pembelajaran apakah seudah sesuai dengan indikator yang ingin dicapai atau belum. Berikut penjelasan pengawas: Supervisi terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru PAI , yaitu memeriksa secara teliti perangkat pembelajaran tersebut, misalnya program tahunan, program semester, silabus, dan RPP, saya mengoreksi dan memberi masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran tersebut.21
Dapaat dijelaskan bahwa teknik supervisi ini dilakukan dengan cara pengawas melaksanakan supervisi terhadap perangkat pembelajaran, pengawas mengoreksi dan memberikan masukan dan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran tersebut. Berkenaan dengan ini, informan lainnya juga menjelaskan bahwa: “ya, perangkat pembelajaran yang saya buat diperiksa oleh
20
Siti Kasmini, Guru PAI SD Inpres Dwipakarya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016. 21 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 30 Juli 2016.
180
181
pengawas dan apabila ada kesalahan langsung dikoreksi pada saat itu juga.”22 Dengan demikian pada teknik supervisi ini, pengawas memeriksa dan mengoreksi perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru, agar dapat diperbaiki untuk kesempurnaan perangkat pembelajaran tersebut. Adapun bentuk supervisi lainnya sebagai mana diungkapkan oleh pengawas adalah: Melaksanakan kunjungan kelas, yakni mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI , dan memberi penilaian terhadap aspek-aspek proses pembelajaran tersebut ke dalam lembar supervsisi, mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup dan proses evaluasi yang dilaksanakan oleh guru diakhir kegiatan pembelajaran tersebut.23
Dalam bentuk teknik kunjungan kelas, pengawas mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, pengawas juga mengisi lembar atau instrumen supervisi sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditentukan. Sejalan dengan pendapat tersebut informan lainnya menjelaskan: “proses kunjungan kelas yang dilaksanakan oleh pengawas yaitu pengawas datang ke kelas memantau dan memperhatikan proses pembelajaran yang saya laksanakan.” 24 Dengan demikian dalam teknik kunjungan kelas, pengawas berada di dalam kelas untuk memantau atau mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tersebut. Adapun
waktu
pelaksanaannya
yaitu:
“kadang-kadang
melalui
pemberitahuan kepada kepala sekolah namun kadang-kadang juga tanpa
22
Bace Andi Latondro, Guru PAI SD Inpres Tuntung Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 21 Juli 2016. 23 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 24 H. Samidin, Guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya ”wawancara”, Ruang Guru, 19 Juli 2016.
181
182
pemberitahuan, sehingga guru harus menyiapkan diri dengan baik.” 25 Ini berarti waktu pelaksanaan supervisi ada yang melalui pemberitahuan dan ada yang tanpa pemberitahuan. Hal ini membuat guru-guru PAI berusaha melengkapi administrasi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin, ini tentu memberikan dampak positif terhadap peningkatan komptensi pedagogik dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Adapun bentuk teknik supervisi individual selanjutnya berdasarkan dari informan berikut: Melakukan diskusi dari hasil proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI , yaitu hal-hal yang dinilai kurang dalam proses pembelajaran tersebut serta memberikan saran dan masukan untuk perbaikan pada proses pembelajaran kedepan, memberikan motivasi moral untuk mempertahankan aspek-aspek yang sudah baik dan termasuk memberikan saran dan masukan dalam proses evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru.26
Bentuk teknik supervisi ini adalah berdiskusi dengan guru mata pelajaran PAI setelah melakukan supervisi proses pembelajaran. Dalam hal ini pengawas dan guru membahas berbagai kelemahan dan kelebihan dalam proses pembelajaran tersebut, pengawas memberikan motivasi pada guru untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran serta memberikan dorongan moril untuk mempertahan aspek-aspek yang dianggap telah baik dilaksanakan oleh guru dalam proses tersebut. berkenaan dengan hal ini, informan lainnya menjelaskan: “pengawas melakukan wawancara dengan saya membahas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, memberikan masukan dan saran-saran yang baik.”27
25
2016.
Haryono K. Sajiu, Guru PAI SDN Demangan Jaya ”wawancara”, Ruang Guru, 17 Mei
26
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 27 Nurhayati K. Malihat, Guru PAI SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta, “wawancara”, Ruang Kelas, 23 Juli 2016.
182
183
Berdasarkan implementasi dan teknik supervisi yang dilaksanakan pengawas guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, terdapat sejumlah peningkatan kompetensi pedagogik yang dirasakan oleh guru PAI , sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut: Melalui proses supervisi akademik yang dilaksanakan pengawas guru PAI, saya menjadi semakin memahami pembuatan perangkat pembelajaran yang baik yang memanfaatkan berbagai sumber belajar di sekitar sekolah, sehingga perangkat pembelajaran tersusun rapi dan proses pembelajaran menjadi terarah.28
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa proses pelaksanaan supervisi
akademik
yang
dilaksanakan
oleh
pengawas
PAI,
berhasil
meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran yang benar dengan memanfaat berbagai sumber belajar di sekolah, sehingga proses pembelajaran menjadi terarah. Hal ini sejalan dengan pendapat informan lainnya: “pengawas mengoreksi dan memberi saran terhadap perangkat pembelajaran saya, sehingga saya menjadi lebih memahami tentang penyusunan perangkat pembelajaran yang baik.”29 Ini menunjukkan bahwa proses supervisi akademik yang dilaksanakan tersebut dapat meningkatkan komptensi pedagogik guru khususnya dalam menyusun perangkat pembelajaran. Berkenaan peningkatan pengetahuan guru ini, informan lainnya menjelaskan bahwa: “ya benar, melalui kunjungan kelas yang dilakukan pengawas, dapat lebih meningkatkan pengetahuan saya dalam melaksanakan proses pembelajaran, misalnya peningkatan pengetahuan cara mengelola
28
Ngatifah, Guru PAI SD Inpres Rantau Jaya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kantor guru, 23 Juli 2016. 29 Norodin, Guru PAI SD Inpres 03 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 20 Mei 2016.
183
184
kelas.”30 Dengan demikan, bentuk kegiatan supervisi perorangan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Informan lainnya menjelaskan bahwa: “melalui supervisi ini, ada semacam dorongan dalam diri saya untuk berusaha memperbaiki berbagai kekurangan saya dari tadinya malas menjadi lebih rajin, dari yang asal-asalan dalam membuat perangkat menjadi lebih terencana.”31 Berarti supervisi akademik dapat meningkatkan minat guru dalam usaha memperbaiki sikap guru. hal ini juga dijelaskan oleh informan berikut: Benar, bahwa dengan adanya pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas, dapat meningkatkan atau merubah perilaku saya dalam membuat perangkat maupun melaksanakan proses pembelajaran, misalnya saya menjadi giat dalam membuat persiapan mengajar (silabus dan RPP) dan berusaha mengajar dengan metode yang baik, karena termotivasi akan adanya pengawas yang akan datang melakukan supervisi.32
Ini berarti guru mengalami perubahan standar perilaku dan sikap. Terbukti adanya upaya guru untuk merubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik, sehingga ada upaya kreatif dari guru melengkapi perangkat, dan berusaha melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini dilakukan karena termotivasi terhadap kedatangan pengawas ke sekolah. Sedangkan informan lainnya menjelaskan bahwa: “melalui pendekatan teknik individual ini, terdapat
30
H. Sallang, Guru PAI SDN 04 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang kantor guru, 20 Juli 2016 31 Hamka Dain, Guru PAI SDN Hi‟on Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kantor Guru, 19 Juli 2016 32 Luluk Yulianti, Guru PAI SD Inpres 01 Beringin Jaya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 25 Juli 2016.
184
185
peningkatan pada pemahaman saya dalam mengelola waktu dan memahami karakter siswa.”33 Informan lainnya menambahkan bahwa: Saat berdiskusi dengan pengawas, disampaikan kelemahan pembelajaran yang saya laksanakan salah satunya dari aspek pemahaman karakter belajar peserta didik yang berbeda, sehingga saya disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik yang berbeda-beda karakternya tersebut dapat memahami materi pelajaran yang saya sampaikan.34
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa pengawas telah memberikan pemahaman terhadap guru PAI melalui kegiatan supervisi akademik bagaimana cara menggunakan metode pembelajaran yang tepat, untuk menghadapi berbagai macaam karakter belajar siswa. Selain itu, juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi, hal ini juga dijelaskan oleh informan berikut: Proses supervisi yang dilakukan oleh pengawas juga mengoreksi dan memberi masukan tentang cara evaluasi yang saya lakukan, misalnya: pengawas mengarahkan agar dalam memberikan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pembelajaran dan materi yang disampaikan, agar siswa tidak bingung dan mampu menyelesaikaan soal yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman saya tentang cara mengevaluasi yang baik dan benar.35
Beberapa penjelasan dari informan, dapat dikatakan bahwa peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI setelah disupervisi yaitu: guru menjadi lebih paham dalam membuat perangkat pembelajaran, minat guru untuk melakukan perubahan prilaku kerja meningkat lebih baik, peningkatan pemahaman dalam mengelola waktu, dan memahami karakter belajar siswa, dan peningkatan pemahaman terhadap proses evaluasi yang baik dan benar.
33
Mahfudin MN, Guru PAI SD Inpres 01 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016. 34 Musriyah Guru PAI SD Inpres 03 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 23 Juli 2016. 35 Sirdjoyo Radjagiu, Guru PAI SDN 01 Pongian Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 25 Juli 2016.
185
186
C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik 1.
Jarak geografis Sebagaimana telah diuraikan dalam paparan umum georafis wilayah
kerja pengawas PAI pada bab sebelumnya, di mana Kabupaten Banggai merupakan daerah yang sebahagian besar merupakan pegunungan, yang jarak antar kecamatan berjauhan hingga mencapai puluhan kilometer. Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta merupakan wilayah yang jauh dari ibu kota kabupaten. Pengawas berkantor di ibu kota kabupaten yang jarak tempuh untuk mencapai ke kecamatan tersebut memakan waktu hingga empat jam perjalanan. Ini yang menyebabkan kegiatan supervisi kurang maksimal, sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut: Pengawas berkantor di ibukota kabupaten, sementara wilayah kerja saya meliputi 13 kecamatan yang jaraknya mencapai 200 km, sehingga saya harus kerja ekstra untuk melaksanakan tugas sebagai pengawas, hal ini juga menjadi kendala yang besar buat para guru, karena banyak sekolah-sekolah yang tidak dapat dibina secara intensif.36
Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa, kondisi geografis di mana pengawas harus menempuh jarak sampai 200 km dan melaksanakan tugas supervisi mencapai 13 kecamatan, sangatlah beralasan untuk dijadikan sebagai suatu kendala dalam pelaksanaan supervisi. Selain keadaan geografis keadaan jumlah pengawas juga merupakan faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi. Keadaan pengawas PAI untuk sekolah umum sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya memang sangat kurang. Pengawas PAI yang
36
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
186
187
ada saat ini untuk sekolah dasar hanya tinggal tiga pengawas yang mengawasi 22 kecamatan yang sebelumnya diawasi oleh lima pengawas. Kecamatan Simpang Raya dan kecamatan Bunta merupakan bagian dari wilayah kecamatan yang diawasi oleh satu orang pengawas yang membawahi 13 kecamatan. Dan ini sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan supervisi. Supervisi jadi tidak efektif karena waktu tidak mencukupi untuk menjangkau seluruh wilayah binaan, sehingga alternatif yang bisa dilakukan hanya melalui kegiatan KKG agar semua guru merasakan supervisi. Pengawas belum melakukan inovasiinovasi lain terkait dengn kurang efektifnya pelaksanaan supervisi di kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta. 2.
Mismatch penempatan guru Salah satu syarat menjadi guru profesional adalah faktor kualifikasi
akademik harus sesuai dengan tugasnya sebagai guru. Guru akan mudah melakukan pekerjaannya manakala pekerjaan itu sesuai dengan profesinya. Dari hasil penelitian ditemukan adanya guru PAI yang background pendidikannya bukan berasal dari guru agama Islam, sehingga kurang memahami materi pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dikemukakan oleh informan dalam uraian berikut: Latar belakang pendidikan saya adalah PKN, kemudian di sekolah saya disuruh memegang pelajaran agama Islam, sehingga saya kesulitan mengajar yang bukan bidang keahlian saya, di sini tidak ada guru PAI , sehingga sayalah yang ditunjuk untuk membawakan materi tersebut.37
Ini menunjukkan bahwa penempatan guru PAI tidak sesuai, dan menjadi hambatan bagi pengawas dan juga bagi guru itu sendiri dalam melaksanakan 37
Indrawati Saneka, Guru PAI “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
SDN Koili Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
187
188
tugasnya, karena gurunya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, sehingga kurang menguasai materi pelajaran. 3.
Kualifikasi akademik guru Syarat untuk menjadi seorang guru, minimal harus memiliki kualifikasi
akademik S1. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta masih ada guru PAI yang belum memenuhi standar untuk bisa melaksanakan tugas sebagai guru. Dari data guru yang ada, yang berjumlah 23 guru baru 15 guru PAI yang sudah memenuhi satandar kualifikasi S1. Tujuh guru kualifikasi D2. Dan bahkan ada satu guru baru setingkat SMA. Ini menandakan bahwa tingkat kualifikasi akademik guru PAI di kecamatan Simpang Raya dan kecamatan Bunta belum sepenuhnya memenuhi satandar kualifikasi. Kendala lain dari aspek guru yang dirasakan oleh pengawas juga dikemukakan sebagai berikut: Di sekolah-sekolah terdapat guru non-PNS yang diberikan kewajiban yang sama dengan guru PNS, misalnya membuat program-program pembelajaran serta melaksanakan proses pembelajaran yang sama dengan guru PNS, sehingga saya mendapat tugas ekstra yakni membina guru PAI yang PNS dan juga membina guru PAI yang non-PNS.38
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa, kendala lainnya yang dihadapi pengawas adalah membina guru PAI yang non PNS. Berkenaan dengan permasalahan tersebut pengawas menjelaskan bahwa: “karena itu saya mengikut sertakan guru-guru PAI yang non-PNS ke dalam kegiatan KKG, agar guru-guru yang non PNS dapat berbagi informasi dengan guru-guru yang lain.”39
38
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 39 H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
188
189
4.
Keterbatasan Informasi Teknologi ( IT ) Pemahaman terhadap IT akan mempermudah guru dalam mengerjakan
tugasnya sebagai guru. Walaupun sebagian sekolah ada alat pendukungnya, namun dalam kenyataan di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar guru-guru PAI belum bisa memanfaatkan IT. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan guru-guru di daerah tersebut masih sangat sedikit yang bisa memahami IT. Dari 23 guru PAI baru lima guru yang paham tentang penggunaan laptop. Berdasarkan temuan di atas dapat dipahami bahwa kendala dari aspek guru pada umumnya terletak pada kesulitan masalah IT. Guru-guru PAI belum bisa menguasai IT sehingga kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran. Ini berarti, para guru dalam membuat perangkat pembelajaran mesih manual menggunakan buku album yang ditulis dengan tangan, dan ini memakan waktu lama. Apalagi guru dituntut untuk mempersiapkan semua perangkat. 5.
Sarana dan prasarana sekolah Salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan suatu kegiatan
pendidikan adalah faktor sarana dan prasarana. Untuk membentuk mental siswa, salah satunya sarana ibadah untuk kegiatan praktik. Belajar pendidikan agama Islam bukan sekedar memahami materi saja namun perlu praktik. Oleh karena itu sarana untuk kegiatan tersebut semestinya harus ada di setiap sekolahsekolah, agar kegiatan praktik ibadah bisa terlaksana dengan baik. Kurangnya sarana untuk kegiataan ibadah masih dirasakan oleh sebagian besar sekolahsekolah yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut: 189
190
Masih banyak sekolah-sekolah yang fasilitasnya kurang memadai dalam pengembangan materi PAI , misalnya banyak sekolah-sekolah dasar yang tidak memiliki musholla atau masjid sebagai sarana mempraktekkan materi pelajaran PAI, sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI lebih bersifat teori dari pada dipraktekkan, hal ini tentu menjadi kendala bagi peserta didik untuk memahami materi pelajaran secara utuh.40
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa salah satu kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang kurang memadai, antara lain masih banyaknya sekolah-sekolah yang tidak ada sarana Ibadah, sehingga materi pelajaran lebih bersifat teori, hal ini tentunya dapat menghambat pemahaman peserta didik terhadap materi PAI . Ini sejalan dengan penjelasan informan bahwa: “ya, di sekolah ini belum ada sarana ibadah seperti Musholla, untuk melaksanakan sholat duha sebagaimana anjuran pengawas belum bisa dilaksanakan karena tempat ibadah atau masjid yang ada jauh dari sekolah.”41 Dengan demikian, aspek kelengkapan sarana dan prasarana yang kurang memadai dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi khususnya yang berkenaan dengan kurang berhasilanya guru PAI dalam menanamkan karakter peserta didik karena siswa hanya diberikan teori dan tidak dipraktekkan, karena fasilitas pendukung yang terbatas.
40
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”, Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016. 41 Suhuria A. Rompas, Guru PAI SDN 02 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 23 Juli, 2016.
190
191
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebaagi berikut: 1.
Implementasi Supervisi Akademik dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016, dilaksanakan sesuai dengan tupoksi dan pemenuhan syarat formal administrasi yaitu: pengawas menyiapkan program
tahunan,
program
semester,
perangkat
berupa
Rencana
Kepengawasan Akademik (RKA), dan menyiapkan instrumen supervisi. Figur dan kualifikasi pengawas sudah terpenuhi, namun pelaksanaan supervisi masih kurang efektif . Hal ini disebabkan karena luasnya wilayah, dan kurangnya jumlah pengawas. 2.
Teknik-teknik pelaksanaan
supervisi akademik yang diterapkan oleh
pengawas PAI ada dua teknik yaitu: a. Teknik supervisi kelompok dalam bentuk Kelompok Kerja Guru (KKG), dalam hal ini pengawas mengumpulkan guru-guru PAI pada satu atau beberapa kecamatan, kemudian memberikan pembinaan, pengarahan, pelatihan dan sebagainya yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru.
191 101
192
b. Teknik supervisi individual, dalam hal ini pengawas melakukan pembinaan supervisi terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru PAI, melakukan kunjungan kelas, yakni mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dan mengisi instrumen supervisi sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditentukan, melakukan diskusi terhadap hasil pengamatan. Adapun
peningkatan
kompetensi
pedagogik
guru
setelah
pelaksanaan supervisi yaitu: (a) Peningkatan pengetahuan guru dalam membuat
perangkat
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran;
(b)
Peningkatan minat guru dalam memperbaiki dan melaksanakan proses pembelajaran; (c) Peningkatan standar perilaku guru dari yang malas ke rajin, dari yang asal-asalan menjadi lebih terencana; (d) Peningkatan pemahaman dalam mengelola waktu dan memahami karakter belajar siswa. 3.
Kendala-kendala dalam pelaksanaan Supervisi Akademik yaitu: (a) Dari aspek georgrafis wilayah kerja pengawas PAI sangat luas dan jauh dari kota kabupaten, sementara wijayah kerjanya mencapai 13 kecamatan sehingga pembinaan kurang efektif; Jumlah pengawas masih sangat kurang belum sebanding dengan jumlag sekolah yang di supervisi; (b) Dari aspek guru, masih ada guru PAI yang
background pendidikannya tidak cocok;
kualifikasi akademik belum semua terpenuhi; Masih banyak guru yang belum bisa memanfaatkan IT, sehingga kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran, (c) Dari aspek sekolah, masih banyak sekolah-sekolah yang fasilitas pendukung pembelajaran PAI belum memadai. 192
193
B. Saran Ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan setalah melakukan penelitian tesis ini seagai berikut: 1. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dan dinas pendidikan Kabupaten Banggai harus bisa kerja sama dan lebih memperhatikan guru PAI
salah satunya dari aspek jumlah supervisor yang diturunkan ke
sekolah-sekolah agar ditambah sehingga pengembangan kompetensi guru lebih maksimal. 2. Sarana dan prasarana sekolah untuk kegiatan pendidikan agama harus diperhatikan dengan baik. 3. Guru-guru PAI
juga sangat membutuhkan pembinaan dan pelatihan-
pelatihan dari supervisor agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. 4. Penelitian ini masih dapat dikembangkan kembali, misalnya dari sudut penelitian kuantitatif dengan tema permasalahan yang sama.
193
194
DAFTAR PUSTAKA Al-Mahalli, Jalaluddin & Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terjemahan Bahrun Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995. Ametembun, NA. Guru dalam administrasi sekolah, Bandung: IKIP Bandung, 1981. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar supervisi, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006. Asmani, Jamal Ma‟mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta, Diva Pres, 2012. Asyhari, M. Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara, Tesis tidak dipuplikasikan, 2011. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya “Al-Qur‟anul Karim”, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005. Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Pada Sekolah Umum, 2000. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III; Cet.III Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Fattah, Nanang. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Andika, 2000. Faturrohman, Pupuh dan AA. Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Cet. 1, Bandung: PT. Refika Aditama, 2011. Glickman, Carl D. dkk, Supervision and Instructional Leadership: A Developmental Approach, Boston: Pearson Education, 2004. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Iskandar Hasan, ”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA dalam Menyusun RPP Melalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri Gorontalo”, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8, Nomor 1 (Maret 2011). Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013. Kunandar, Guru Profsional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. 194
195
Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011. Mala, Abdurahman R. Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu Madrasah, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 02, Nomor 2 (Agustus 2014), 262. Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Cet. 2, Bandung: Alfabeta, 2013. Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam, Teori dan Praktek, Yogyakarta: Teras, 2009. Milles, Mattew B. dan A Michael Huberman, Qualitative Data Analisis, Cet. I, Jakarta: UI-Press, 1992. Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Muhadjir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2013. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. 9; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Mulyasa, E. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi, Aksara, 2012. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Rosda Karya: 2008. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: PT. Arkola, 1994. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 Pasal 4 ayat 2. Peraturan Menteri Agama RI N0 2 Thn 2012 tentang Pengawas Agama dan Pengawas Pendidikan Agama Islam. 195
196
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VI Pasal 28, ayat 3 butir a. Prasojo, Diat L. dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011. Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2008. Riyadi, Sugeng. Supervisi Akademik Pengawas Kemenag dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Arab, Tesis tidak dipuplikasikan, 2014. Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998. Sagala, Syaiful. Adminstrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2009. Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya: Usaha Nasional, 2000. Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sahertian, Piet A. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Malang: Cetakan ketiga, 1979. Samiyono, Henry Ananto. Etos Kerja Guru SMTIK – PIKA Semarang dan Aspirasi Terhadap Profesional Pekerja, Artikel Penelitian FPTK.IKIP Semarang, 1998. Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014. Sergiovanni, Thomas J. & Robert J. Starratt, Supervision: A Redefinition, Fifth edition,United States of America, McGRAW-HILL,INC, 1993. Sopiatin, Popi. Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010. Sudin, Ali. “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang”, Jurnal, Pendidikan Dasar, Nomor: 9 (April 2008). 196
197
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2015. Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional Layanan Dalam Meningkatakan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010. Sujana, Nana. et.al., Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemdiknas, 2011. Surahman, Wirahmat. Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet. 8; Bandung:Tarsito, 1998. Surakhmad, Winarno. Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: Torsito, 1978. Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Cet. 9; Bandung: Angkasa, 2000. Syukri, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Pada Gugus I Uptd Dewantara Aceh Utara”, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, ISSN 2302-0156, Volume 3, No. 2, (Mei 2015). Umar, Husein. Metode Penelitian untuk skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. 4; Jakarta: Raja Grafindo, 2001. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 10. Wibowo, Agus dan Hamrin, Menjadi Guru yang Berkarakter, Strategi Membangun Kompetensi & Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banggai, 4 April, 2016.
197
198
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pengawas/Supervisor Guru PAI di Kab Banggai 1. Bagaimana persiapan yang bapak lakukan dalam melaksanakan supervisi? 2. Apakah bapak membuat time schedule dalam melaksanakan supervisi? 3. Bagaimana dengan instrumen supervisi? 4. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi yang bapak laksanakan? 5. Bagaimana tahapan pelaksanaan supervisi yang bapak lakukan? 6. Bagaimana teknik pembinaan, pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru PAI yang bapak laksanakan dalam proses supervisi akademik? 7. Apakah bapak melakukan supervisi terhadap perangkat pembelajaran? Bagaimaan teknik dan prosesnya? 8. Apakah bapak melaksanakan kunjungan/observasi kelas dalam pelaksanaan supervisi akademik? Bagaimana teknik pelaksanaannya? 9. Bagaimana dengan proses pelaksanaan teknik supervisi pembicaraan individual? 10. Lalu bagaimana dengan proses pelaksanaan supervisi kelompok, apakah ada strategi tertentu yang bapak lakukan? 11. Setelah pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru-guru PAI, apakah terdapat peningkatan kompetensi pedagogik guru? bagaimana bapak menjelaskan hal tersebut? 12. Bagaimana contoh peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI setelah dilaksanan supervisi? 13. Apa kendala-kendala yang bapak hadapi dalam melaksanakan supervisi akademik? 14. Dari aspek letak geografis, mungkin kendalanya? 15. Dari aspek guru, mungkin kendalanya? 16. Dari aspek jumlah sekolah yang harus dibina, mungkin kendalanya? 17. Atau ada kendala dari aspek lainnya? 18. Dari aspek fasiltas sekolah, apakah ada kendalanya?
198
199
PEDOMAN WAWANCARA B. Guru PAI di Kab. Banggai 1. Berapa kali dilaksanakan supervisi oleh pengawas guru PAI dalam satu semester? 2. Bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas/supervisor terhadap bapak selaku guru PAI? 3. Apakah pengawas melakukan supervisi terhadap perangkat pembelajaran? Bagaimana proses pelaksanaannya? 4. Apakah pengawas melakukan kunjungan kelas? Bagaimana proses pelaksanaannya? 5. Apakah pengawas melaksanakan pembicaraan individual setelah melaksanakan kunjungan kelas? Hal-hal apa saja yang dibicarakan? 6. Berikan penjelasan bagaimana cara pengawas melakukan supervisi pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran? 7. Apakah pengawas melaksanakan supervisi kelompok?, bagaimana proses pelaksanaanya? 8. Apa kendala-kendala yang bapak/ibu hadapi/rasakan dalam proses supervisi yang dilaksanakan pengawas? 9. Menurut bapak/ibu apakah ada peningkatan kompetensi pedagogik, setelah dilaksanakan proses supervisi oleh pengawas? Contohnya? 10. Apa saran/masukan bapak/ibu terhadap proses pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas/supervisor guru PAI? 11. Apakah pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan pengetahuan guru PAI,? jelaskan! 12. Apakah pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran? jelaskan! 13. Apakah pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan Nilai/standar perilaku (misalnya dari yang kurang kreatif menjadi kreatif, dari yang malas menjadi rajin, dari yang asal-asalan menjadi terrencana dan? Jelaskan! 14. Apakah pelaksanaan supervisi dapat mengubah sikap guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran? Jelaskan! 15. Apakah pelaksanaan supervisi dapat mengubah Minat guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran? Jelaskan! 16. Bagaimana dari aspek proses evaluasi, apakah ada peningkatan? 17. Bagaimana dengan pemahaman karakter belajar siswa apakah ada peningkatan? 18. Apaakah bapak/ibu bisa menggunakan komputer/laptop sebaga sarana pembelajaran 199
200
PEDOMAN OBSERVASI 1. 2. 3. 4.
Letak geografis Wilayah Kerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Banggai? Visi Misi Pengawasan PAI Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai? SK Pengawas guru PAI Kab. Banggai? Keadaan pengawas guru PAI Kab Banggai?
NO
Nama Pengawas
L/P
Ijazah Akhir
Jenis Pengawas
Jumlah sekolah yang dibina …..
1.
……………
…
…
…..
2.
…………..
…
…
…..
…..
3.
…………..
…
…
…..
…..
Sumber data: 5.
Sarana dan prasarana Pengawas PAI Kantor Kemenag Kab. Banggai! Kondisi No Nama Barang Jumlah Rusak Baik Rusak berat ringan 1. Meja Kerja pengawas 2. Kursi Kerja pengawas 3. Meja tamu 4. Dll…. Sumber data:
6.
Jumlah sekolah yang menjadi wilayah kerja pengawas guru PAI Kab. Banggai untuk SD? Jumlah Nama No Nama Pengawas/Nip Guru Kecamatan SD TK PD PAI 1 …….. 2 3 4 ……
5 Sumber Data:…….
200
201
7.
Jumlah guru SD mata pelajaran PAI di Wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamaatan Bunta Kab Banggai? No
Nama Sekolah
Status Kepegawaian PNS Honorer
1 2 3 4 5
Sumber data:….
201
Tingkat Pendidikan SLTA
D2
S1
S2
202
202
203
203
204
204
205
205
206
206
207
207
208
208
209
209
210
210
211
211
212
212
213
213
214
214
215
215
216
216
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara dengan Pengawas guru PAI Kabupaten Banggai H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.MPd
Salah satu proses supervisi “pembicaraan individual” yang dilakukan Pengawas terhadap guru PAI SD Inpres Sumber Air Kec. Simpang Raya
146
147
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres Dwipa Karya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai: Siti Kasmini, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres Rantau Jaya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai: Ngatifah, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai: H. Samidin, A.Ma 147
148
Wawancara dengan guru PAI SDN Hi‟on Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Hamka Dain, A.Ma
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres Sumber Air Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Saidah Alfa, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres 03 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Norodin, BA 148
149
Wawancara dengan guru PAI SDN 02 Pongian Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Muh. Yamin Hi.Saenong, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SDN 04 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: H. Sallang, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SDN Tuntung Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Bace Andi Latondro 149
150
Wawancara dengan guru PAI SDN Koili Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Indrawati, Saneka, S.Pd
Wawancara dengan guru PAI SDN Longgolian Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Sirjon, S.Ag Indrawati
Wawancara dengan guru PAI SDN Toima Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai: Nuriani La‟ami, S.Pd 150
151
Proses Supervisi perangkat pembelajaran guru PAI SD Inp. 01 Sumber Mulya Kec. Simpang Raya Kab Banggai: Mahfudin MN, S.Pd.I
Memberi materi pada kegiatan supervisi kelompok. Kelompok Kerja Guru (KKG)
sss Proses kegiatan dalam supervisi kelompok. Kelompok Kerja Guru (KKG) 151
152
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Ali Supangat
NIM
: M2.14.023
Jenil Kelamin
: Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir
: Banyumas 23 Juni 1972
Alamat email
: alisupangat72@ gmail.com
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: Supervisi Pendidikan Agama Islam
Biografi Penddikan
:
-
SD SMP ALIYAH S1
: 1981 (masuk)1987 (lulus) SD Inp Beringin Jaya : 1987 (masuk)1990 (lulus) SMPN Bunta : 1990 (masuk)1993 (lulus) MAN 02 Palu : 1994 (masuk)1999 (lulus) STAIN Palu
Adapun dalam tugas kesehariannya adalah sebagai tenaga guru PAI di SD Inpres Rantau Jaya Kecamatan Simpang Raya. Selanjutnya dalam status pribadi penulis telah menikah dengan seorang wanita yang bernama “FAUZIAH” Berkat do‟a dan motifasi dari teman-teman, kini Alhamdulillah penulis bisa menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana Program Studi Supervisi Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga. Semoga apa yang menjadi niat kita adalah yang terbaik bagi kita, Agama, Bangsa dan Negara. Amin Ya Robbal „Alamin…
152