Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 2 Agustus 2013: 117 - 133
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit Kelud eruption on 690 ± 110 years ago is a very powerful eruption and have a greatly impact to the Kingdom of Majapahit Akhmad Zaennudin, Sofyan Primulyana, dan Darwin Siregar Badan Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung.
ABSTRAK
Gunung Kelud adalah gunung api tipe A berada di Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, Provinsi Jawa Timur. Karakter letusannya didominasi oleh letusan-letusan eksplosif cukup kuat sampai sangat kuat, baik yang terjadi pada pra sejarah maupun dalam masa sejarah manusia menghasilkan endapan-endapan freatik, freatomagmatik, aliran piroklastika, dan jatuhan piroklastika di sekitarnya. Salah satu letusan yang terbilang besar yang terjadi pada 690 ± 110 tahun yang lalu menghasilkan material yang cukup tebal, tersebar luas, dan berdampak besar. Dampak yang nyata melanda Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahan kerajaan ini terletak di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 40 km timur laut Gunung Kelud. Tanah yang semula subur makmur berubah seketika menjadi kering dan tandus, sarana dan prasarana yang ada porak poranda tertimbun oleh material. Lahar sebagai bahaya sekunder pasca letusan telah merusak dan mengukur bangunan dan fasilitas lainnya yang ada saat itu. Pusat Kerajaan Majapahit yang ada di sekitar gunung api ini terkena dampaknya secara langsung. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani tidak dapat mempergunakan lahannya lagi untuk bertani karena kekeringan yang melanda. Begitu juga semua fasilitas yang ada telah hancur dan tertimbun oleh endapan jatuhan piroklastika dan lahar, sehingga dapat melumpuhkan semua sendi-sendi kehidupan masyarakat dan pemerintahan kerajaan sebelum masuknya pengaruh Islam yang datang kemudian. Kata kunci: Gunung Kelud, Endapan Piroklastika, Kerajaan Majapahit, letusan eksplosif
ABSTRACT
Kelud volcano is an A type volcano which is located in Kediri, Blitar, and Malang Districts, East Java Province. The characteristic of these eruptions are dominated by moderate to strong explosive to produce phreatic, phreatomagmatic, pyroclastic flow, fall, and lahar deposits which are widely deposited around the volcano either in pre historic or historic times.The eruption of 690 ± 110 years ago produced thick materials which widely distributed to the surrounding area with a big impact to its environment, include the Majapahit Kingdom. The capital city of Majapahit Kingdom located in Trowulan, Mojokerto District, East Java Province is only 40 km to the north east of Kelud volcano. The fertile of used to land become waste and dry, and also all facilities were damaged and buried by Naskah diterima 17 Mei 2013, selesai direvisi 4 Juli 2013 Korespondensi, email:
[email protected] 117
118
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
these deposits of this eruption. Even lahar is as secondary hazard after the eruption broke and buried buildings and other facilities at that time. The capital city of Majapahit Kingdom which was present in around Kelud volcano was directly affected. Farmers could not work to grow their plants due to dryness. Also these facilities were damaged and buried by pyroclastic fall and lahar deposits that affected their life and government become weak before intervention of Islamic religion. Keywords: Mt. Kelud, Pyroclastic deposits, Majapahit Kingdom, explosive eruption.
PENDAHULUAN Gunung Kelud adalah gunung api aktif tipe A yang terletak di Kabupaten Blitar, Kediri, dan Malang, Jawa Timur merupakan gunung api yang sering meletus (Kusumadinata drr, 1979). Di wilayah ini selain gunung api ini masih ada gunung api tipe A lainnya yang terdapat di sekitarnya yaitu Gunung Arjuno – Welirang, tetapi gunung api ini dalam catatan sejarah tidak pernah meletus eksplosif secara hebat. Letusan-letusan Gunung Kelud dalam catatan sejarahnya didominasi oleh letusan eksplosif yang menghasilkan endapan-endapan piroklastika yang biasanya diawali dengan tertumpahnya air dan endapan danau kawah ke daerah di sekitarnya. Letusan terakhir gunung api ini terjadi pada November 2007 merupakan letusan yang sangat berbeda dengan letusan-letusan yang terjadi sebelumnya dengan membentuk sebuah kubah lava di dalam kawahnya. Sebelum letusan tersebut kawah gunung api ini berupa danau kawah yang airnya terdapat sekitar 3 juta m3 dengan keasaman netral. Dari catatan sejarah, diketahui bahwa aktivitas letusan gunung api ini sejak abad ke-10 berupa letusan eksplosif yang berpusat di kawah pusat yang berupa danau kawah, yang sekarang telah terisi oleh kubah lava.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan besar yang pernah ada di Indonesia pada abad ke-12 - 15. Pusat kerajaan ini terletak di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, yang berada sekitar 40 km di sebelah utara - timur laut Gunung Kelud. Banyak candi-candi peninggalan kerajaan tersebut terdapat di sekitar Mojo Agung, Blitar, Kediri, dan kota-kota lain di Jawa Timur. Candi yang terdapat di sekitar ketiga kota yang disebutkan tadi berada di wilayah yang telah tertimbun oleh material vulkanik baik berupa endapan-endapan jatuhan piroklastika, aliran piroklastika maupun endapan lahar. Endapanendapan tersebut berasal dari letusan-letusan eksplosif dari Gunung Kelud dan pasca letusan yang terjadi pada kurun waktu abad ke-12 15. Sebelum tahun 1901, informasi letusan Kelud hanyalah berisi data berupa mengakibatkan korban jiwakah atau tidak letusan itu dan sumber erupsinya. Informasi tentang letusan-letusan Gunung Kelud secara rinci baru didapatkan setelah terjadi letusan pada tahun 1901. Masa istirahatnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok yang terjadi sebelum tahun 1900 dan kelompok yang terjadi sesudah tahun 1900. Kelompok pertama mempunyai selang waktu istirahat antara 65 – 76 tahun
119
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
dan kelompok yang kedua adalah antara 1 – 31 tahun. Tetapi secara rata-rata pada kelompok kedua, selang yang terjadi antara 15 – 30 tahun. Pada masa yang akan datang sifat letusan dan selang waktu istirahat kemungkinan dapat mengalami perubahan yang tergantung pada proses-proses magmatik yang terjadi di bawah gunung api tersebut. Karena saat ini kawah utama sebagai pusat kegiatannya, telah tersumbat oleh kubah lava yang terbentuk tahun 2007, yang berubah juga adalah dampak letusannya. Dampak letusannya semula berupa lahar karena ada danau kawah, namun kini berubah akibat adanya kubah lava. Kondisi morfologi dan perubahan kawah secara signifikan dibandingkan sebelum letusan 2007 mengakibatkan Peta Kawasan Rawan Bencana berubah pulavdan harus dilakukan pemetaan baru untuk mengantisipasi letusan yang akan datang. Dalam makalah ini akan dibahas tentang jenis letusan dan endapan yang mungkin terjadi pada masa Kerajaan Majapahit. Letusan-letusan yang terjadi pada kurun waktu tersebut apakah mempunyai dampak yang sangat hebat pada lingkungannya termasuk keberadaan Kerajaan Majapahit yang terdapat di sekitar wilayah ini. Hasil analisis radiokarbon C14 dari dua endapan aliran piroklastika Gunung Kelud didapatkan berumur 680 ± 110 tahun yang lalu dan 640 ± 110 tahun yang lalu. Apakah kedua letusan yang pernah terjadi pada waktu tersebut merupakan salah satu penyebab kemunduran atau bahkan keruntuhan Kerajaan Majapahit? METODOLOGI Metode dalam penelitian ini adalah susunan stratigrafi endapan piroklastika yang diper-
kirakan terjadi pada kurun waktu abad ke-12 – 15 serta sebarannya secara rinci, khususnya pada endapan aliran piroklastika yang terdapat arang dan kayu di dalamnya. Disamping endapan batuan vulkanik yang menutupi dan mengubur candi-candi atau bangunan-bangunan lainnya yang didirikan pada masa Kerajaan Majapahit. Arang atau kayu yang terdapat dalam endapan vulkanik inilah yang dipergunakan untuk menentukan umur endapan secara mutlak berdasarkan analisis C14. Proses penentuan umur berdasarkan radiokarbon tersebut dilakukan di laboratorium Pusat Survei Geologi, Bandung. Teknik pengukuran dilakukan pada fasa gas yaitu gas asetilena (C2H2). Tahap reaksi pembentukan gas tersebut adalah sebagai berikut: Sampel (arang) + HCl pekat
CO2 gas
CO2 gas + 2 NH4OH (NH4)2CO3 + H2O (NH4)2 CO3 + CaCl2
CaCO3 + 2NH4Cl
CaCO3 + 2 HCl pekat
CO2 gas + CaCl2 + H2O
CO2 gas + 2 NH4OH
(NH4)2 CO3 + H2O
(NH4)2CO3 + SrCl2
SrCO3 + 2NH4Cl
2 Sr CO3 + 5 Mg Sr C2 + 2 H2O
Sr C2 + 5 MgO + SrO C2 H2 gas + Sr(OH)2
(asetilena) (bebas tritium)
Gas asetilena yang terbentuk dialirkan ke dalam detektor “Multi Anoda Anticoinidence”, dengan menggunakan rumus dan konstanta - k onstanta
120
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
tertentu maka dapat dihitung umur dari arang atau kayu yang terbentuk saat piroklastika diendapkan. GEOLOGI GUNUNG KELUD Gunung Kelud adalah salah satu gunung api Kuarter di Jawa Timur yang berada diantara gunung-gunung api yang berumur lebih tua seperti Gunung Kawi dan Gunung Butak di sebelah timur, Gunung Anjasmoro di timur laut, dan Gunung Wilis di baratnya (Gambar 1). Gunung Kelud hanya berketinggian 1.731 m di atas muka laut dan 1.500 m muncul di atas dataran sekitarnya. Gunung api ini terlihat se perti gunung api kecil yang bermorfologi sangat
kasar di daerah puncaknya yang terbentuk oleh kubah dan sumbat lava gunung api. Aktivitas vulkanik pertama dari kompleks Gunung Kelud berasal dari Gunung Lirang yang terjadi sekitar 238.000 tahun yang lalu. Setelah terbentuknya Kubah Lava Lirang, aktivitas berpindah ke arah timur membentuk Gunung Gajahmungkur yang dalam aktivitasnya diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kombang. Pada perioda ini terdapat erupsi samping Gunung Kramasan di kaki timur berjarak sekitar 6 km dari kawah sekarang yang juga diakhiri dengan pembentukan kubah lava berumur 99.000 tahun (Wirakusumah, 1991).
Gambar 1. Lokasi Gunung Kelud terdapat diantara gunung api tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang, dan KawiButak. Trowulan sebagai pusat Kerajaan Majapahit pada masa keemasannya.
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
121
Setelah aktivitas Gunung Kramasan terhenti, aktivitas vulkanik berpindah lagi ke daerah puncak menghasilkan aliran lava, aliran piroklastika, jatuhan piroklastika dari kawah Tumpak. Aktivitas ini kemudian diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kelud yang merupakan puncak tertinggi di Kompleks Gunung Kelud saat ini. Kubah Lava Pisang terdapat sebagai hasil erupsi samping setelah terbentuknya kubah lava Kelud. Kubah lava ini berada sekitar 6 km sebelah selatan kawah Kelud sekarang.
kawah Gajahmungkur, bagian barat kawah Tumpak, dan bagian utara Kawah Sumbing.
Aktivitas berikutnya terjadi di sebelah selatan kawah Tumpak membentuk dua kawah Sum bing. Aktivitas ini menghasilkan aliran lava, aliran piroklastika dan jatuhan piroklastika, serta Kubah Lava Sumbing yang terbentuk pada kawah Sumbing I (Wirakusumah, 1991). Setelah terbentuk Kawah Sumbing II, aktivitas berpindah ke arah selatan, yaitu di lereng barat daya membentuk Gunung Gupit. Gunung api ini mempunyai dua kawah yaitu Dargo dan Gupit. Aktivitas gunung api ini diakhiri de ngan terbentuknya kubah Gunung Umbuk yang berumur 39.000 tahun (Wirakusumah, 1991; Zaennudin dkk, 1992). Setelah terbentuknya kubah Gunung Umbuk, maka aktivitas Gunung Gupit terhenti dan kemudian berpindah ke arah timur laut dekat dengan kawah Gunung Lirang membentuk kawah Badak I dan II. Aktivitas ini tidak menghasikan aliran lava dan kubah lava (Wira kusumah, 1991). Kemungkin an besar sumbat lava terbentuk pada bagian konduitnya yang tidak muncul ke permukaan. Karena setelah aktivitas di kawah tersebut terhenti, aktivitas berpindah lagi ke arah timur membentuk kawah Gunung Kelud sekarang. Kawah ini telah menghancurkan bagian timur laut kawah Lirang, bagian selatan
ENDAPAN PIROKLASTIKA GUNUNG
Aktivitas dari kawah Gunung Kelud sekarang ini menghasilkan endapan freatik, freatomagmatik, dan endapan piroklastika yang tersebar hampir ke segala arah kecuali ke arah timur. Pada saat ini di bagian puncaknya terdapat danau kawah berukuran 600 x 500 m yang telah terisi oleh kubah lava hasil kegiatan November 2007 (Gambar 2).
KELUD Tubuh Gunung Kelud sebagian besar tersusun oleh endapan-endapan jatuhan dan aliran piroklastika. Endapan-endapan tersebut merupakan material lepas yang sangat mudah tererosi dan tertransportasi oleh air hujan untuk membentuk endapan lahar di daerah yang lebih rendah. Aliran lahar yang terjadi setelah letusan merupakan bahaya sekunder yang cukup serius karena dapat terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama setelah letusan berakhir. Penelitian endapan piroklastika dilakukan khususnya pada endapan-endapan yang terjadi zaman Kerajaan Majapahit. Ada empat lokasi yang dapat mewakili endapan-endapan piro klastika yang terjadi semasa Kerajaan Majapahit, yaitu lokasi Gunung Pedot, Bambingan, Sepawon, dan Candi Tondowongso. Keempat lokasi tersebut berada pada sisi barat dan barat laut dari Gunung Kelud. Hal ini dikarenakan bukaan kawah sejak abad ke-10 sampai sekarang belum mengalami perubahan yaitu ke arah barat, sehingga wilayah barat daya, barat, dan barat laut merupakan daerah yang sangat parah terkena dampak letusan khususnya endapan
122
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
a
b
Gambar 2. Danau kawah Gunung Kelud sebelum letusan November 2007 (a) dan kubah lava hasil letusan November 2007 (b). Foto: Akhmad Zaennudin, Juli 2007 dan Januari 2008.
lahar freatik (lahar letusan) yang langsung dari isi danau kawah yang tertumpakan seperti yang terjadi pada letusan tahun 1919, 1951, 1966, 1991 dan kemungkinan pada tahun 1586, tetapi pada tahun 1586 informasi letusan yang ada belum tertulis secara rinci, atau mungkin belum ada danau kawah. Ini yang masih perlu dilakukan penelitian khusus tentang kapan danau kawah Gunung Kelud mulai hadir. Gunung Pedot Lokasi ini hanya berjarak sekitar 700 m dari kawah Gunung Kelud. Susunan stratigrafi endapan piroklastika di lokasi ini diurutkan dari tua ke muda adalah aliran piroklastika berwarna abu-abu kemerah-merahan, berukuran dari abu sampai bongkah berukuran maksimum > 2 m dari fragmen andesit, sangat lepas dan mudah longsong. Endapan aliran piroklastika ini ter singkap dengan baik di tebing jalan menuju kawah yang diperkirakan dari hasil letusan yang berhubungan dengan pembentukan kubah lava karena sebagian besar tersusun oleh fragmen andesit, tidak ditemukan fragmen batuapung (Gambar 3), sehingga berumur cukup tua, mungkin terbentuk sebelum ada danau kawah. Di atas lapisan endapan aliran piroklastika ini
terdapat endapan jatuhan piroklastika yang disisipi oleh aliran piroklastika setebal 85 cm. Jatuhan piroklastika ini didominasi oleh fragmen batuapung berukuran lapili sampai 30 cm berwarna putih kekuning-kuningan sampai putih kemerah-merahan, lepas, pemilahan buruk, struktur graded kadang-kadang masih nampak. Ketebalan keseluruhan dari endapan jatuhan piroklastika ini sekitar 310 cm. Endapan jatuhan piroklastika ini terbagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh bidang erosi. Endapan jatuhan piroklastika bagian atas sedikitnya ada 6 lapisan jatuhan piroklastika, berwarna kuning keputih-putihan, didominasi fragmen batuapung berukuran 3 cm, maksimum berukuran 12 cm, lepas, dan mudah longsor. Ketebalan keseluruhan dari endapan piroklastika bagian atas ini lebih dari 300 cm. Pada bagian bawah kelompok ini terdapat endapan freatik setebal 40 cm, yang artinya endapan ini dihasilkan setelah terdapat danau kawah, yang berbeda dengan kelompok endapan jatuhan bagian bawah. Pada kelompok ini tidak ditemukan endapan freatik. Penampang stratigrafi dari endapan piroklastika di lokasi tipe Gunung Pedot terlihat dalam Gambar 4.
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
a
123
b
Gambar 3. Aliran piroklastika di Gunung Pedot yang mudah longsor (a), dan morfologi puncak Gunung Kelud yang sangat kasar terbentuk oleh kubah-kubah lava (b). Foto: Akhmad Zaennudin, Juli 2007.
Bambingan Lokasi ini terletak sekitar 2 – 3,5 km sebelah barat daya kawah Gunung Kelud di sepanjang jalan menuju kawah dapat dijumpai singkapansingkapan yang cukup baik dari endapan piro klastika tersebut. Tiga penampang stratigrafi pada lokasi antara 2 – 3,5 km secara keseluruhan mempunyai kesamaan jenis endapan dan ketebalannya, meskipun ada beberapa lapisan mempunyai perbedaan karena diendapkan secara sektoral. Secara umum perlapisan endapannya terdiri atas selang-seling antara endapan jatuhan piroklastika dan aliran piroklastika yang kadang-kadang disisipi oleh endapan freatik. Di lokasi 1 yang berjarak sekitar 2,5 km dari kawah tersingkap aliran piroklastika dengan ketebalan sekitar 4,5 m lebih yang banyak terdapat arang pohon. Tetapi pada lokasi yang berjarak sekitar 3 km dari kawah, ketebalannya menipis. Hal ini dikarenakan oleh sifat dari aliran piroklastika ketika terbentuk, yang biasanya mengalir melalui morfologi rendah seperti lembah atau sungai. Oleh karena itu di daerah yang rendah atau lembah sungai akan terendapkan aliran piroklastika lebih tebal dari pada di daerah punggungan. Di daerah yang lebih jauh lagi
yaitu di Bambingan (3,5 km) tersingkap minimal terdapat 5 lapisan aliran piroklastika. Pada bagian dasarnya tersingkap endapan lahar yang cukup kompak, berwarna coklat keabu-abuan, rata-rata komponennya berdiameter 6 – 8 cm, polikomponen terdiri atas batuapung, andesit, dan basaltik andesit. Endapan lahar ini tersingkap dengan baik di lokasi 1 yang terdapat se bagai alas dari endapan piroklastika. Di lokasi 5 (2 km) dan lokasi 2 (2,5 km) ter singkap dua lapiasan aliran piroklastika yang cukup tebal sekitar 6 m. Lapisan yang atas berupa aliran abu berwarna abu-abu keme rahan, lepas, didominasi oleh fragmen ber ukuran pasir kasar, tersingkap setebal 120 cm. Di bawahnya terdapat endapan aliran piro klastika, berwarna abu-abu kemerah-merahan, lepas, banyak mengandung accretional lapilli. Endapan piroklastika di daerah sekitar Bam bingan terdiri atas selang-seling antara endapan jatuhan dan aliran piroklastika (Gambar 5). Pada beberapa endapan aliran piroklastika terdapat arang pohon kayu berdiameter sampai 10 cm yang terarangkan secara sempurna. Hal ini mencerminkan bahwa aliran piroklastika ini mempunyai temperatur yang sangat tinggi saat
124
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
Deskripsi
Gambar 4. Penampang stratigrafi di Gunung Pedot.
terbentuknya. Salah satu endapan aliran piro klastika berumur 680 ± 110 tahun. Arang kayu dapat juga terbentuk dalam lapisan ini khususnya pada endapan yang masih dekat dengan sumber erupsi. Arang kayu ini diakibatkan oleh panas dari material yang dilemparkan dalam keadaan panas dan biasanya pohon yang terarangkan ini terlihat masih tegak berdiri (Gambar 6 B) yang berbeda dengan arang yang dihasilkan oleh endapan aliran piroklastika akan roboh dan biasanya terdapat pada bagian bawah dari suatu lapisan aliran piroklastika atau surge (Gambar 6 A). Di lokasi ini tersingkap minimal ada 9 bidang erosi atau ketidakselarasan yang membatasi setiap sekuen endapan yang satu dengan lainnya. Pada bidang erosi ini terkadang ditemukan lapisan tanah (soil) yang cukup tebal yang mencerminkan bahwa antara lapisan di atas dengan lapisan di bawahnya mempunyai selang waktu yang cu kup lama.
Susunan stratigrafi dari lokasi tipe Bambingan terdapat dalam Gambar 7. Sepawon Lokasi ini terdapat di sepanjang aliran Sungai Ngobo, sebelah barat Gunung Kelud yang berjarak sekitar 4,5 - 5 km dari kawah Gunung Kelud. Singkapan yang terdapat di lokasi ini umumnya berasal dari endapan-endapan hasil letusan pra sejarah manusia yang terdiri atas lapisan jatuhan, aliran piroklastika, dan lahar. Ada dua kelompok endapan yang tersingkap baik di lokasi ini. Kelompok bawah adalah endapan-endapan yang telah mengalami deformasi sehingga perlapisan endapan tersebut mi ring ke arah barat (Gambar 8 A). Sekuen perlapisan kelompok ini diurutkan dari perlapisan tua ke muda terdiri atas aliran piroklastika setebal > 2,5 m, lahar 4 m, jatuhan abu yang banyak mengandung accretionally lapilli sete-
125
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
Arang Pohon
Gambar 5. Singkapan endapan piroklastika di lokasi 1 yang berjarak sekitar 2,5 km dari kawah Gunung Kelud. Endapan tersebut adalah selang-seling antara jatuhan dan aliran piroklastika. Foto: Akhmad Zaennudin, Juli 2007.
a Arang Pohon
b Arang Pohon
Gambar 6. Endapan piroklastika yang tersingkap di lokasi berjarak 2 km dari danau kawah Gunung Kelud. Arang pohon terdapat pada lapisan jatuhan piroklastika terlihat masih berdiri tegak dengan tingkat efek pembakaran yang berbeda. Foto: Akhmad Zaennudin, Juli 2007.
bal 2,5 m, dan lahar setebal 3,5 m. Sedangkan kelompok atas merupakan endapan-endapan yang terbentuk kemudian setelah terjadi deformasi. Endapan kelompok atas terdiri dari endapan-endapan yang berturut-turut dari tua ke muda adalah lahar, aliran piroklastika batu apung setebal 2 m, selang-seling antara jatuhan piroklastika dan endapan permukaan setebal 8 m. Di atas bidang erosi dari sekuen perlapisan tersebut, kemudian diendapkan secara tidak selaran endapan aliran piroklastika setebal 15 m berumur 640 ± 110 tahun. Endapan aliran piroklastikaa yang paling muda ini terdiri atas abu yang berlimpahan fragmen-fragmen batu
apung berdiameter sampai 45 cm dan terdapat arang kayu berdiameter sampai 7 cm yang ter arangkan sangat sempurna (Gambar 8 B). Di atas endapan aliran piroklastika ini terdapat jatuhan piroklastika yang membentuk permukaan tanah sekarang. Candi Tondowongso Lokasi ini terletak sekitar 20 – 25 km sebelah barat – barat laut danau kawah Gunung Kelud. Endapan yang terdapat di lokasi ini berupa endapan lahar, jatuhan piroklastika halus yang didominasi oleh material abu - pasir halus, dan endapan permukaan bersifat fluvial yang
126
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
Deskripsi
Gambar 7. Susunan stratigrafi di lokasi tipe Bambingan.
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
t ersebar secara setempat-setempat (Gambar 10). Candi yang tertutup oleh endapan-endapan material hasil letusan Gunung Kelud, yang kemudian disebut oleh penduduk setempat adalah Candi Tondowongso. Candi ini terdapat pada daerah pedataran di kaki barat Gunung Kelud dekat dengan jalan yang menghubungkan Kota Kediri dan Pare, yang baru diketemukan pada bulan April 2007 terletak di Kampung Tondowongso, Desa Gayam, Kabupaten Kediri.
a
127
Sebelum candi diketemukan, daerah ini merupakan perkebunan tebu dan sawah penduduk yang kurang subur. Bangunan candi yang ber ada di bawahnya tidak muncul ke permukaan, setelah digali sedalam 3 m baru ditemukan bagian atasnya, sampai saat ini bagian dasar candi belum ditemukan. Berdasarkan dari jenis ba tuan dan bahan penyusunnya, dapat disimpulkan bahwa candi ini merupakan salah satu dari candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit.
b
Gambar 8. Endapan batuan vulkanik pra sejarah Gunung Kelud yang telah terdeformasi (A) dan endapan aliran piroklastika berumur 640 ± 110 tahun (B). Foto: Akmad Zaennudin, Juli 2007. Deskripsi
Gambar 9. Susunan stratigrafi di lokasi tipe Sepawon.
128
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
PEMBAHASAN Letusan-letusan Gunung Kelud baik yang terjadi dalam masa sejarah maupun yang terjadi dalam pra sejarah umumnya meletus secara eksplosif yang cukup besar menghasilkan endap an piro klastika cukup tebal. Endapan piroklastika hasil letusan-letusan tersebut hampir menutupi seluruh tubuh Gunung Kelud. Antara satu lokasi dengan lokasi lainnya ada beberapa lapisan endapan jatuhan piroklastika yang dapat dipergunakan sebagai lapisan penunjuk (key bed) untuk menentukan umur relatif dari endapan-endapan piroklastika. Korelasi dari penampang stratigrafi endapan piro klastika Gunung Kelud yang diendapan pada kurun waktu antara abad ke-12 – 15 disajikan pada Gambar 11, yang meliputi jenis endapan batuan, jarak dari sumber letusan, dan ketebalannya. Sumber erupsi dari endapan-endapan piroklastika pada perioda tersebut berasal dari kawah Gunung Kelud sekarang. Catatan sejarah letusan sejak abad ke 10 tidak pernah disebutkan adanya pembentukan kawah baru (Kusumadinata drr, 1979).
Hal ini dapat dikuatkan dengan terdapatnya endapan freatik dan freatomagmatik yang ber umur lebih dari 1000 tahun yang lalu pada singkapan-singkapan di sekitar wilayah Bam bingan, Margomulyo, Candisewu, dan lokasilokasi lainnya (Gambar 12). Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan besar di Jawa Timur yang hadir pada abad ke-12 – 15. Para ahli Belanda dan Inggris menemukan beberapa candi peninggalan Kerajaan Ma japahit telah tertimbun oleh endapan material vulkanik. Candi-candi Sumbersugih, Purwosari, dan Sumberagung di sebelah selatan, Candisewu, Penataran, dan Modangan di sebelah barat daya serta candi Tondowongso, Gayam, Kediri di sebelah barat laut yang baru ditemukan pada April 2007 semua telah tertutup oleh endapan vulkanik. Trowulan yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Majapahit hanya berjarak sekitar40 km di sebelah utara Gunung Kelud. Di wilayah ini ada gunung api tipe A lainnya, yaitu Gunung Arjuno – Welirang, tetapi gunung api ini dalam sejarah manusia
Gambar 10. Candi Tondowongso, di Desa Gayam, Kediri, yang diketemukan pada April 2007.
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
Ketebalan
129
Deskripsi
Gambar 11. Penampang stratigrafi endapan batuan vulkanik Gunung Kelud sebagai penutup Candi Tondowongso, Gayam, Kediri.
130
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
tidak pernah meletus eksplosif (Kusumadinata drr, 1979). Oleh karena itu endapan material vulkanik yang menutupi dan menimbun candicandi zaman Majapahit kemungkinan besar berasal dari hasil letusan-letusan Gunung Kelud. Dalam catatan sejarah letusan gunung api ini sering meletus secara eksplosif sejak abad ke -10, penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 1 (Kusumadinata drr, 1979). Berdasarka hasil penelitian pada endapanendapan piroklastika Gunung Kelud ditemukan bahwa ada dua letusan besar yang pernah terjadi pada 680 ± 110 tahun yang lalu dan 640 ± 110 tahun yang lalu. Pada letusan-letusan tersebut menghasilkan endapan-endapan aliran dan jatuhan piroklastika yang cukup tebal dan tersebar sangat luas di sekitar Gunung Kelud. Letusan-letusan tersebut kemudian diikuti oleh pembentukan endapan lahar sebagai hasil “re-
worked” dari material lepas endapan piroklastika baik jatuhan piroklastika, maupun aliran piroklastika. Endapan lahar ini dapat menutupi dan menimbun wilayah yang sangat luas sampai mencapai jarak lebih dari 40 km di kaki dan dataran rendah di sekitar suatu gunung api, tergantung volume endapan piroklastika yang diendapkan. Pusat Kerajaan Majapahit yang terletak 40 km di sebelah utara Gunung Kelud masih termasuk dalam zona tersebut. Sehingga ketika terjadi letusan pada 680 ± 110 tahun yang lalu dan 640 ± 110 tahun yang lalu atau dalam kurun waktu 1380 – 1420 banyak mempengaruhi kehidupan manusia dan ma hluk hidup lainnya pada zaman itu. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum ditaklukkan oleh Kesultanan Demak, Kerajaan Ma japahit telah mengalami bencana alam sangat hebat yang mengakibatkan kemunduran pada
Gambar 12. Korelasi endapan piroklastika hasil letusan Gunung Kelud dan lokasi singkapan.
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
131
Tabel 1. Cacatan Sejarah Letusan Gunung Kelud dari abad ke-10 (Kusumadinata, 1979) Tahun
Korban
Keterangan
Ada/Tidak
Jumlah
1000
?
?
Erupsi Pusat.
1311
Ada
?
Informasi kurang rinci.
1334
Ada
?
Informasi kurang rinci
1376
Ada
?
Erupsi Pusat. Kubah lava terbentuk: tidak ada awan panas.
1385
?
?
Informasi kurang rinci.
1395
?
?
Informasi kurang rinci.
1411
?
?
Informasi kurang rinci.
1451
?
?
Informasi kurang rinci.
1462
?
?
Informasi kurang rinci.
1481
?
?
Informasi kurang rinci.
1548
?
?
Informasi kurang rinci.
1586
Ada
10,000
Informasi kurang rinci.
1641
?
?
Informasi kurang rinci.
1716
Ada
?
20 Juli. Informasi tidak rinci.
1752
Tdk ada
-
1 Mei. Erupsi Pusat .
1771
Tdk ada
-
10 Januari. Erupsi Pusat.
1776
?
?
Informasi kurang rinci.
1785
?
?
Informasi kurang rinci.
1811
?
?
5 Juni. Informasi tidak rinci.
1825
Ada
?
Informasi tidak rinci.
1826
Tdk ada
-
11, 14, 18, dan 25 Oktober. Informasi tidak rinci.
1835
?
?
Informasi tidak rinci.
1848
Ada
?
16 Mei. Kawah terbuka ke arah selatan.
1851
?
?
24 Januari. Informasi tidak rinci.
1864
?
?
3 – 4 Januari. Informasi tidak rinci.
1901
Tdk ada
-
Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 22 – 23 Mei dengan volume material kira 20 juta m3.
1919
Ada
5,160
Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 20 Mei. Aliran piroklastika terendapkan pada beberapa lokasi.Sumbat lava terbentuk di dasar kawah dan tertutup air pada Desember 1921.
1920
Tdk ada
-
Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 31 Agustus. Bom vukanik jatuh sampai Wlingi, 17 km sebelah selatan kawah. Aliran piroklastika terjadi. Dasar kawah turun 79 m akibat letusan tersebut
1951
Ada
7
Erupsi eksplosif, volume material letusan ini sekitar 200 juta m3 dengan 2 juta m3 air. Lahar pada umumnya mengalir sepanjang Sungai Bladak (sebelah barat Gunung Kelud).
132
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, Agustus 2013: 117-133
Tabel 1. Cacatan sejarah letusan Gunung Kelud dari abad ke 10 (Kusumadinata, 1979). (Lanjutan). Tahun
Korban
Keterangan
Ada/Tidak
Jumlah
1966
Ada
210
Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 24 April menghasilkan aliran piroklastika. Volume material yang diletuskan sekitar 90 juta m3. Dasar kawah naik sekitar 43 m. Lahar panas mengalir ke dalam aliran Sungai Bladak. Lahar dingin mengalir hampir ke semua sungai yang berhulu di puncak
1990
Tdk ada
-
Erupsi eksplosif di kawah pusat dengan aliran piroklastika dan jatuhan piro klastika yang terjadi selama letusan. Volume material letusan sekitar 24 juta m3 dari endapan aliran piroklastika yang mengalir hampir ke segala arah dari kawah Gunung Kelud dan beberapa sungai.
2007
Tdk ada
-
Pembentukan kubah lava di dalam danau kawah yang sampai saat ini masih tumbuh.
berbagai segi kehidupan dan akhirnya kerajaan tersebut lemah. Bencana alam tersebut salah satu kemungkinannya adalah berhubungan dengan letusan gunung api yang sangat hebat, berdasarkan kenyataan semua candi-candi dan prasarana lainnya terkubur oleh material vulkanik akibat letusan Gunung Kelud pada kurun waktu 1380 – 1420 M. KESIMPULAN Letusan-letusan Gunung Kelud yang terjadi pada kurun waktu 1380 – 1420 M menghasilkan endapan batuan vulkanik berupa endapanendapan aliran piroklastika, jatuhan piroklastika, freatik, dan lahar yang menutupi seluruh wilayah di sekitar gunung api tersebut sampai mencapai jarak lebih dari 40 km. Materialmaterial tersebut dapat mengakibatkan lahan perkebunan dan pertanian yang subur menjadi tandus, memporakporandakan serta mengubur candi-candi, sarana, dan prasarana fital lainnya yang ada di sekitar Gunung Kelud. Kerajaan Majapahit yang ada di sekitar Gunung api Kelud mengalami bencana alam besar dari
letusan-letusan Gunung Kelud sehingga mengganggu segala segi pemerintahan kerajaan serta kehidupan pada saat itu. Kerajaan mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh setelah pe ngaruh Islam masuk. Ucapan Terima Kasih Dalam penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan dan arah dari berbagai pihak antara lain Ir. Yousana dan Dr. Ir. Mas Atje Purbawinata yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian tentang endapan prioklastika dan juga telah memberikan arahan-arahan dan koreksinya dalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Budianto dan Khairul, para pengamat Gunung Kelud yang tidak ada lelah membantu segala pekerjaan kami selama melakukan kegiatan lapangan. ACUAN Bemmelen, R. W., 1949, Geology of Indonesia, A, Government Printing Office, The Hague.
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit - Akhmad Zaennudin drr
Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunung api Indonesia, Bandung: Direktorat Vulkanologi. Mulyana, A. R., Nasution, A., Martono, A., Sumpena, A. D., Purwoto, dan Santoso, M. S., 2004. Volcanic Hazards Map of Kelud Volcano, East Java Province. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Whitford, D. J., 1975, Strontium isotopic studies of volcanic rocks of the Sunda Arc, Indonesia and their petrogenetic implication, Geochem. Cosmochim. Acta, 39, 1287-1302.
133
Wirakusumah, A.D, 1991, Some Studies Of Volcanology,Petrology And Structure of Mt. Kelut, East Java, Indonesia, Ph.D. Thesis in Research School of Earth Sciences, Victoria University of Wellington (Unpublished). Zaennudin, A., Dana, I.N., Wahyudin, D., Dalimin, R., dan Bacharudin, R., Laporan Pemetaan Geologi Gunung Kelud, 1986, Bandung. Direktorat Vulkanologi (Unpublished). Zaennudin, A., Dana, I. N., dan Wahyudin, D. 1992, Geological Map of Kelud Volcano, East Java. Bandung. Direktorat Vulkanologi.