LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O L E H ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara
LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O L E H ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020 Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara
LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020 Pembimbing 1
Pembimbing 11
Drs . Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D.
Drs. Fadlin, M.A
NIP : 19651221 199103 1 001
NIP : 1961 0220 1989 03 1003
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN Diterima oleh : Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi di Fakultas Sastra USU Medan.
Medan Hari
:
Tanggal :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan
Dr .Syahron Lubis, M.A NIP: 1951 1013197603 1 001
Panitia Ujian : 1.
(……………….)
2.
(……………….)
3.
(……………….)
4.
(……………….)
5.
(……………….)
Universitas Sumatera Utara
DISETUJUI OLEH :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA MEDAN
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI Ketua ,
Drs . Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan serta kesempatan kepada penulis, sehingga karena kasih dan rahmat-NYA penulis mampu menyelesaikan skripsi. Skripsi ini berjudul ’’LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI’’, yang diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana seni (S.Sn) pada Depertemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih kurang dan terbatas dalam menulis oleh karena itu, penulis merasa bahwa tulisan ini belumla sempurna karena masih banyak kekurangan-kekurangan didalam tata cara penulisan, perbendaharaan kata ataupun makna yang terkandung dalam tulisan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis meminta maff dan perhatian kepada para pembaca sebelumnya, agar dapat memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun di dalam penyempurnaan tulisan ini. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat menyelesaikan dengan sendiri, ada banyak pihak yang telah membantu dan mendukung agar terlaksana dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepda pihak yang telah membantu didalam penyelesaian skripsi ini. Kepada: 1.
Ibu dan Ayah yang sudah melahirkan, membesarkan, mendoakan, dan mendukung mencukupi kebutuhan setiap hari hingga dapat hidup dan meraih gelar sarjana beserta kakaku Jonner, Eni, Diman, dan Adiku Terbit dan Serta yang selalu ada pada waktu suka dan duka.
Universitas Sumatera Utara
2. Dosen pembimbing 1 sekaligus Ketua Jurusan, Bapak Drs. Muhammad Takari, M. Hum, Ph.D dan pembimbing 2, Bapak Drs. Fadlin M. A, yang paling banyak memberikan masukan-masukan dan saran kepada penulis 3. Ibu Dra. Heristina Dewi M. Pd, selaku Dosen Wali, Ibu Arifni Netrirosa SST, M. A dan Ibu Dra. Ritaony Hutajulu , M.A yang memberikan saran dan buku-buku pendukung serta masukan-masukan yang mendukung akan skripsi ini. 4. Ibu adly S.S sebagai pegawai yang selalu membantu banyak mengenai administrasi dan surat menyurat Penulis sebagai mahasiswa sehingga dapat berjalan dengan baik 5. Monang Butar-Butar S.Sn, selaku informan kunci serta para penari anggota dan juga informan lainya yang pernah terlibat pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang sudah memberikan banyak informasi. 6. Kepada Rebecca dan Vanesia terma kasih buat bantuannya dalam mentranskripsi dan menganalisis melodi yang penulis teliti. Kepada sahabat-sahabtku Imes, Dussel yang selalu setia bersama di dalam perkuliahan, dan juga Rizky, Winka serta Kak Becca, Kak Miti, Kak Destri, Kak Tety, Kak Inta, Kak Eva, Kak Sanri, Kak Seridah, Kak Jery, Kak Nova, Kak Eunika, Bang Jefri, Bang Junaedi, Bang Amran serta sahabat-sahabtku di kosan Septian, Herman, Jonatan, Daniel, Natal yang selalu mengingtakan penulis dikala penulis sedang malas dan selalu memberikan semangat. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Medan , 2011 Penulis, Arah S. Situmorang
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………….…….1 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….…….1 1.2 Pokok Permasalahan……………………………………………...………….…....14 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………….…...14 1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………………………….……14 1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………………………….…..15 1.4 Konsep dan Teori ……………………………………………………………..…..15 1.4.1 Konsep…………………………………………………………….……15 1.4.2 Teori………………………………………………………………..……16 1.5 Metode Penelitian………………………………………………………………....19 1.5.1 Studi Kepustakaan………………………………………………….….20 1.5.2 Kerja Lapangan………………………………………………….….….20 1.5.3 Wawancara……………………………………………………….…….21 1.5.4 Observasi………………………………………………….……….…...22 BAB II SEJARAH LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA 2.1 Sejarah Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara…………………………….…...23 2.2 Jenis kesenian yang diproduksi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara………..29 2.3 Visi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ………………………...…….……31 2.4 Misi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara………………………...………..…31 BAB III
PENGELOLAAN LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA 3.1 Organisasi…………………………………………………………….…………….33 3.1.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara….…….35 3.1.2 Sistem Pembagian Honor……………………………………………..…41 3.1.3 Penerimaan Anggota………………………………………………..…...42 3.1.4.Sistem pendanaan………………………………………………….….....44 3.2 Pelatihan………………………………………………………………………..…..45 3.2.1 Jadwal Latihan……………………………………………………….…..46 3.2.2 Tempat Latihan…………………………………………………….….…47 3.2.3 Pelatih…………………………………………………………………....49 3.2.4 Alat Musik yang digunakan ………………………………………..……50 3.2.5 Pemusik………………………………………………………………..…51 3.2.6 Penari……………………………………………………………….........53 3.3 Produksi…………………………………………………………………................57 3.3.1 Tahap-Tahap Produksi……………………………………………….….58 3.3.2 Produksi Musik ……………………………………………………...... 58 3.3.3 Pemasaran Produk ………………………………………………….…....59
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI PERTUNJUKAN SENI 4.1 Seni Pertunjukan………………………………………………………………63 4.2 Tari………………………………………………………………..……...........65 4.2.1 Deskripsi Tari yang sering dibawakan. …………………….………….66 4.2.1.1 Tari Persembahan Melayu………………………….…………..67 4.2.1.1.1 Kostum Tari Persembahan Melayu ………….….……..68 4.2.1.2 Tari Tortor Cawan……………………………...…...……..…...69 4.2.1.2.1 Kostum Tari Tortor Cawan…..…………………..……..70 4.2.1.3 Kostum Pemain Musik………………………………………….74 4.3 Musik ………………………………………………………...…………….…75 4.3.1 Deskripsi Musik yang sering dibawakan………………….………….76 4.4. Instrumen.…………………………………………………………...………..77 4.4.1 Ensambel Musik Gondang Hasapi (uning-uningan)………….. ... ... .79 4.5 Alat Musik Pengiring Tari………………………………………….…...…. 84 4.5.1 Alat Pengiring Tari Persembahan Melayu……………………….…...84 4.5.2 Alat Pengiring Tari Tortor Cawan……………...……………………86 4.6 Tempat Pelaksanaan Pertunjukan……………………………………………..92 4.7 Deskripsi Struktur Musik ………………………………….…………. .…….94 4.7.1 Proses dan Transkripsi………………………………………………..94 4.7.2 Melodi dan Analisis …………………………………………...……..95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….……..116 5.2 Saran……………………………………………………………………….…119 GAMBAR LAMPIRAN….…………………………………………….…………………......120 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… ...122 DAFTAR INFORMAN……………………………………………………...…….………….124
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan bersosialisasi, mereka langsung atau tidak langsung selalu melibatkan orang lain. Dengan hal itulah manusia membentuk kelompok-kelompok
dan organisasi tertentu, guna melakukan
aktivitas yang mereka sepakati. Begitu juga halnya dengan organisasi yang mereka bentuk akibat bersosialisasi. Setiap organisasi yang mereka ciptakan membutuhkan pengelolaan yang baik demi kelangsungan organisasi manusia itu sendiri. Pengelolaan atau manajemen ialah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok atau orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (Terry dan Rue 2000:1). Dengan kata lain, keberhasilan suatu lembaga juga ditentukan oleh manajemen yang diterapkan oleh pengelola dan kemampuan untuk mengelola, yang setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan berkesenian. Manusia yang terlibat di dalamnya membutuhkan sistem pengolaan agar prosesnya terjadi secara teratur, terpadu, dan mencapai sasaran yang tepat. Untuk mengkaji seni, manusia menggunakan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi tari, antropologi teater, musikologi, dan etnomusikologi. Etnomusikologi adalah studi tentang musik sebagai peristiwa budaya (R.Supanggah 1995:64). Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu, merupakan fusi atau gabungan dari dua induk ilmu yaitu etnologi (antropologi) dan musikologi.
Penggabungan ini sendiri telah
menimbulkan dampak yang kompleks dalam perkembangan etnomusikologi. Jika kemudian ia berfusi lagi dengan ilmu lain, katakanlah arkeologi, maka akan terjadi sesuatu perkembangan yang menarik. Dalam konteks etnomusikologi, bidang musikologi selalu dipergunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan struktur
musik yang mempunyai hukum- hukum internalnya sendiri--
sedangkan etnologi memandang musik sebagai bagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut. Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4). Dari kutipan paragraf di atas, menurut Merriam para pakar etnomusikologi membawa dirinya
sendiri kepada
benih-benih
pembahagian
percampuran dua bagian
keilmuan yang
terpisah,
Kemudian menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan
ilmu, untuk yaitu
itu selalu dilakukan
musikologi
masalah
besar
dan
etnologi.
dalam rangka
mencampur kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teoriteori evolusioner difusi, dimulai
dengan
melakukan studi musik
dalam
konteks
etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas. Hal
tersebut
telah disarankan secara tentatif oleh Nettl yaitu terdapat
karakteristik "aliran-aliran"etnomusiko-logi di Jerman dan
kemungkinan
Amerika, yang sebenarnya tidak
persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersem-hkan teknik analisis suara musik. Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin dasar yaitu etnologi dan musikologi, walau
terdapat variasi penekanan bidang yang
berbeda
dari masing-masing
ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya. Lebih jauh, perkembangan etnomusikologi sekarang cenderung mempergunakan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin ilmu. Selain fusi induknya dua ilmu yaitu musikologi dan etnologi, etnomusikologi juga terbuka menerima ilmu-ilmu lain seperti linguistik, sosiologi, kimia,
Universitas Sumatera Utara
psikologi, dan dalam hal ini manajemen. Namun ilmu-ilmu bantu ini digunakan sesuai dengan proyek penelitian yang dilakukan oleh para etnomusikolog. Berangkat dari pengertian di atas, salah satu unsur kebudayan tersebut adalah kesenian, di dalam melakukan kesenian itulah manusia memerlukan pengelolan atau yang disebut dengan manajemen. Kesenian itu baik tradisional maupun modern harus dikelola dengan baik agar menghasilkan produk yang baik juga,
guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Kemudian, hasil atau produk tersebut misalnya musik, tari, teater, akan dipertunjukkan pada masyarakat sesuai dengan fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai permintaan pasar . Tujuan dari sebahagian aktivitas berkesenian itulah adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku kesenian. Namun terlepas dari hal materi, hasil dari berkegiatan berkesenian itulah yang menjadikan etnomusikologi berkaitan dengan manajemen (pengelolaan) karena hasil akhirnya dapat dipandang sebagai kajian etnomusikologi. Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Lembaga yang beralamat di Jl. Bahagia, No. 60. Teladan ini adalah salah satu lembaga non formal yang menerapakan manajemen. Seperti 5 fungsi utama manajemen yaitu: (1) planning, atau dalam bahasa Indonesia disebut perencanaan, yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada masa yang akan datang dan apa yang akan diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu. (2) organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut pengorganisasian, adalah pengelompokan, dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu. (3) Staffing, (penentuan sumber daya manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4) Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan yang hendak dicapai. (5) Contolling, yaitu pengawasaan kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (lihat Takari 2008:43). Lembaga kesenian ini berdiri sejak tahun 1988 dengan nama awal Ria Agung, yang beranggotakan 19 orang, yaitu 7 orang pemusik dan 12 orang penyanyi dan belum memiliki badan hukum. Baru pada tahun 1990 Ria Agung berubah nama menjadi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara oleh Edward Silitonga (Edward Silitonga adalah pendana pada lembaga ini ). Nama ini dibuat dengan tujuan untuk memberi kegembiraan pada siapa pun yang menikmatinya. Menurut hasil wawancara yang berlangsung pada Senin, 13 Desember 2010, bertempat di lembaga kesenianya, Monang Butar Butar S.Sn (lebih akrab dipanggil Bang Monang yang juga merupakan alumni Etnomusikologi). Saat ini anak didiknya ada sebanyak 30 orang. Mereka yang datang belajar pada lembaga kesenian ini mulai berumur 16 tahun sampai yang sudah tua (54 tahun) Marsius Sitohang yang juga pernah bergabung di dalam lembaga kesenian ini, yang saat ini merupakan dosen luar biasa pada departemen Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara. Setiap anak yang ingin masuk menjadi anggota pada lembaga kesenian ini tidak dipungut biaya apa pun namun dituntut kesetiaan dan loyalitas dan yang tidak kalah pentingnya ialah penampilan yang layak atau paras cantik bagi para penari wanita. Tidak ada syarat utama dalam kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh setiap anggota yang ingin masuk, hanya saja dituntut disiplin pada waktu latihan, loyalitas dan kesetiaan pada lembaga kesenian ini. Namun, masalah diterima atau tidak selanjutnya tergantung pada ketua lembaga ini. Aktivitas dimulai pada pukul
14:00 WIB bertempat di Jl. Bahagia. No. 60. Teladan
Medan, setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Masing-masing anggota tidak hanya latihan untuk satu bidang saja tetapi juga diharapkan juga menguasai bidang lain misalnya penari tidak hanya menari tetapi juga diharapkan bisa menyanyi dan memainkan alat musik demikian
Universitas Sumatera Utara
juga pemusik dituntut untuk dapat menari dan menyanyi. Dalam sistem pembagian pupur atau uang terima kasih, uang capek, uang jalan dan sebagainya ialah 50% untuk anggota tergantung tingkat kesenioritasnya, 30% untuk kas, dan 20% untuk biaya make-up dan kostum anggota. Untuk sistem pengajaran, pada lembaga ini memberdayakan murid yang sudah mahir (biasanya senior) untuk melatih murid yang masih dalam kemampuan dasar sedangkan untuk tahap penyempurnaan
sebelum
memasuki
materi baru, ketua langsung terjun untuk melatih.
Sedangkan murid yang belum menguasai materi akan diajarkan oleh senior sampai murid tersebut mahir sebelum memasuki materi berikutnya. Untuk anggota saat ini berjumlah 31 orang baik pemusik maupun penari, mereka yang belajar dan menjadi anggota berasal dari latar belakang yang berbeda-beda Nandra misalnya, anak seni Tari Universitas Medan ini sudah belajar dan menjadi anggota Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara selama satu tahun sedangkan Willy anak SMA. N. 2 Medan masih 11 bulan. Sejak tahun 1990 jumlah anggota tiap tahunnya sebanyak 40 orang. Hal ini disebabkan untuk memenuhi anggota dipaduan suara pada lembaga ini sampai pada tahun 1999, awal tahun 2000 anggota sudah berkurang menjadi 30 Orang, sampai saat ini juga masih terjadi pergantian anggota. Hal ini disebabbkan karena sebahagian anggota sudah sibuk dengan kegiatan masingmasing. Kepengurusan pada lembaga ini tiap tahunya tidak menentu hanya saja ketuanya dari tahun 1988 sampai saat ini tetap Monang Butar Butar. Setiap anggota akan selalu diberi kesempatan untuk tampil pada acara yang mengundang lembaga kesenian ini, baik lokal, nasional maupun internasional tetapi dengan syarat menguasai materi. Kesenian yang sering mereka bawakan adalah kesenian Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatra Barat yang dikemas sedemikian menarik yaitu dengan konsep seni pertunjukann,
baik materi yang sudah ada
Universitas Sumatera Utara
ataupun dibuat komposisi musik baru kembali tampa melibatkan alat musik modern atau barat, misalnya lagu Soleram, Anakkon Hi do Hamoraon Diau, Dekke Jahir, Opio, Cindai, Tak Tong Tong, dan juga lagu-lagu medley lainya lembaga ini memang biasanya membawakan kesenian tradisional Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat tetapi lebih memperkuat dan lebih sering membawakan kesenian Batak Toba sebagai spesifikasinya.
Sementara untuk produksi tari
misalnya tarian massal yang dibuat sendiri oleh Monang Butar Butar. Produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, yang berwujud ataupun tidak berwujud (Hjaslim, 1996:6) dalam hal ini produk yang dimaksud adalah musik dan tari yang dipertunjukkan. Untuk memproduksi tarian dan musik biasanya pertama yang dibuat adalah tarian yang sudah ada di olah kembali, diolah dalam artian ditambah atau dibuat jadi berbeda dengan yang biasa, penambahan yang dimaksud adalah geraknya. Setelah itu kemudian dibuat musiknya tetapi dengan penambahan variasi misalnya menambahkan alat musik lainya. Barulah digabungkan antara musik dan tari. Di dalam memproduksi musik dan tari, unsur tradisional sangatlah kuat, ”kami tidak mencampurkan alat musik barat seperti keyboard untuk tarian dan musik yang akan kami bawakan tetapi harus menggunakan alat musik tradisional jika kami membawakan secara live atau langsung . Di sinilah letak keistimewaan kami disetiap panggung“ tuturnya di samping itu, usaha setiap organisasi dapat berjalan dengan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat memberi kepuasan kepada konsumenya, dalam hal ini konsumen adalah yang mengundang mereka. Seperti yang dikemukan oleh Asiyanto: Apapun jenis usaha suatu oraganisasi usaha (perusahaan), dapat berjalan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat memberikan kepuasan kepada komsumenya. Konsumen selalu memberikan produknya, dan perusahan selalu berusaha untuk membuat produk yang
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan tersebut, dan memperoleh laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup usaha dan bahkan berkembang bila ia dapat mengembangkan produk yang terjual (2005:1).
Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jika mereka diundang untuk suatu acara, mereka akan membawakan pertunjukan lebih dari pada yang diminta oleh sang pengundang (konsumen) sehingga diharapkan mereka akan tetap diundang untuk acara selanjutnya. Selain memperbaiki hubungan dengan para mitranya, lembaga ini mengembangkan ikatan yang lebih kuat dengan pelanggan akhirnya guna menjalin kelangsungan lembaga ini. Lembaga kesenian yang sudah sering tampil keluar negeri ini, memiliki hubungan baik dengan Pemerintah kota Medan, Sumatera Utara, Direktoral Pariwisata Jakarta dan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) sudah dimulai sejak tahun 1988 sejak awal berdirinya lembaga kesenian ini. Ketua lembaga ini juga menambahkan bahwa untuk saat ini, setiap kali mereka diundang untuk tampil ke luar negeri mereka tidak pernah membawa banyak alat musik, disamping pihak pengundang telah menyediakan sebahagian alat musik, hal itu memberatkan secara dana, walau dana yang membiayai mereka berasal dari pihak pengundang dimana uangnya terlebih dahulu di transfer ke rekening pihak yang diundang dan disponsori oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara atau KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Ia juga menambahkan, untuk menajemen waktu penampilan mereka di luar negeri mereka akan tampil 1 hari dan mempelajari lingkungan setempat selama 3 hari. ’’Jadi untuk mencapai eksistensi dan kelangsungan suatu lembaga dibutuhkan pengelolaan yang baik dan cara pengelolaan yang tepat sehingga dapat bertahan. Kami tidak hanya tampil tetapi, semaksimalnya menjalin hubungan atau relasi yang baik’’ tuturnya. Jenis kesenian yang mereka sering bawakan adalah kesenian yang berasal dari Sumatera Utara tidak jarang juga membawakan tarian dari Aceh, dan Sumatra Barat. Seperti tari Cawan
Universitas Sumatera Utara
dari Sumatra Utara, Serampang Dua Belas dari melayu dan tari Saman dari Aceh serta Tari Zapin Darah Medan yang diakui Monang Butar-Butar sebagai hasil karyanya. Kebanyakan Taritarian yang sudah ada ini mereka buat dengan komposisi baru (komposisi baru disini mengarah pada jumlah penari laki-laki dan perempuan serta kostum yang dipakai karena setiap sanggar mempunyai keunikan yang berbeda-beda tetapi dengan gerak dan makna tari yang sama, tari Cawan
misalnya mereka hanya menggunakan 3 laki-laki saja lainya adalah perempuan,
sedangkan untuk tari Serampang Dua Belas dan tari Persembahan lebih sering hanya perempuan saja atau tarian Gandang yang melibatkan perempuan dan laki-laki. Walaupun kesenian Sumatera Utara mereka pelajari namum diantara kesenian Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir dan Nias, Kesenian Batak Toba menjadi kesenian yang sering mereka bawakan. Untuk para pemusik dan penari lembaga ini juga kadang menggunakan sistem cabut dari luar sesuai kebutuhan. Hal ini juga dibenarkan oleh Marsius Sitohang, Pemusik yang pernah tergabung di lembaga ini membenarkan hal itu: ”Sewaktu saya bergabung di lembaga kesenian itu,
pemusik dan penari
sebahagian
menggunakan sistem cabut dari Lembaga Kesenian lainya salah satunya dari Lembaga Kesenian Cindai. Cindai adalah Lembaga Kesenian milik gubernuran yang dibentuk oleh Gubernur Tengku Rizal dimasa kepemimpinannay pada tahun 1999, dimana melibatkan Monang ButarButar, Marsius Sitohang beserta kawan-kawan bergabung didalamnya. Di sinilah pimpinan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara semakin dikenal setelah sebelumnya bergabung dengan Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara dan kemudian menjadi ketua pada waktu
itu di lembaga kesenian Cindai ,
besamaan dengan jabatanya sebagai ketua
Universitas Sumatera Utara
dilembaganya
saat itu , yang dibentuk
setelah
adanya
Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara. Hal itu disebabkan karena belum adanya anggota yang menetap dan cukup menguasai materi, setelah saya tidak lagi bergabung, tetap menggunakan sistem cabut untuk sebahagian pemusik alasanya karena pemusik yang berasal dari mahasiswa hanya sebahagian yang mampu untuk membawakanya dengan baik dan berbeda ketika yang membawakanya materi musik itu seniman
tradisional karena bagaimanpun musisi tradisional lebih bisa menjiwai materinya
karena sudah akrab dengan materinya” tuturnya (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 Wib). Untuk latihan dan dipanggung pertunjukan para penari menggunakan musik rekam juga mereka membawakan musik secara langsung sesuai dengan keiginan pihak yang mengundang. Sementara untuk ensambel yang sering dibawakan mereka menamakan ensambel gondang sabangunan yang kadang ditambahkan dengan seruling sebagai kreasi baru, yang terdiri dari Tagading, Gordang, Gong 4 buah yaitu (Oloan, Panggora, Ihutan dan Doal) Sarune Bolon dan Hesek dan sebuah seruling. Di setiap pertunjukan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jarang membawakan hanya tarian saja atau hanya bentuk ensambel saja tetapi menggabungkan keduanya tetapi jika penampilan diluar negeri kadang kami sering membawakan Ensambel Gondang Sabangunan dengan reportoar yang sering seperti Sitampar Api, Partahuak Ni Manuk serta Haro-Haro’’ tutur Monang Butar-Butar. Disetiap pertunjukan kesenianya mereka didukung oleh musik, baik musik yang digunakan untuk mengiringi tarian atau musik yang digunakan untuk mengiringi vokal grup. Tarian yang sangat dipengaruhi oleh musik, dimana semakin cepat pemain musik memainkan musiknya jika membawakan musik langsung atau live maka akan mempengaruhi gerak tubuh para penari untuk mempercepat tarianya. Semua musik dan tari atau jika
Universitas Sumatera Utara
membawakan vokal grup yang dibawakan oleh lembaga ini didukung oleh musik. Tari dan musik yang dibawakan dikemas dengan konsep seni pertunjukan yaitu bertujuan untuk menghibur para penonton atau pihak pengundang. Pertunjukan yang mereka bawakan tidak mengarah atau dinikmati untuk satu suku tertentu tetapi untuk umum.
Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang berpihak dengan pihak lain (Sunarto 2006:4) dalam hal ini bagaimana cara lembaga ini untuk mempromosikan dan Untuk sistem pemasaran produk, selain membuat pamplet depan lembaga kesenianya juga pada akun jejaring sosial facebooknya serta e-amil Monang ButarButar, lembaga ini tidak membuat dalam bentuk kaset sehingga pemasaranya hanya melalui teman keteman dan hubungan yang baik dari pihak ketika mereka pertama kali diundang, sampai saat ini, tidak jarang ketika mereka selesai diundang mereka atau pimpinanya tetap melakukan kontak salah satu pihak yang mengundang sehingga mereka berharap kerja sama bisa terus berjalan. Tetapi terlepas dari apa yang didapat untuk saat ini, hal yang tidak bisa dilupakan adalah ilmu yang didapat dari Departemen Etnomusikologi dan diterapakn dilapangan sehingga dapat bertahan sebagai salah satu Lembaga Kesenian di Sumatera Utara. Dengan latar belakang di atas, maka saya tertarik membuat peneliatian ini ke dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara: Deskripsi
Pengelolaan dan Pertunjukan Seni.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Pokok Permasalahan Dari uraian di atas, maka penulis akan membuat batasan masalah dengan tujuan menghindari terjadinya kesimpangsiuran di dalam pembahasan nantinya. Selain itu, juga agar lebih mendapatkan kejelasan yang lebih akurat tentang pokok permasalahan. Adapaun pokok permasalahannya adalah: 1. Bagaimana pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara? 2. Bagaimana pertunjukan seni Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, sesuai yang dikatakan oleh Mantle Hood tentang etnomusikologi dan Willi Apel (1969:298), yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu metode untuk mengajari musik apapun dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubunganya dengan konteks budaya. Maka berdasarkan pendapat tersebut penulis membuat tujuan dari penelitian ini yaitu: Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi: a. Untuk mengetahui deskripsi pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara b. Untuk mengetahui deskripsi pertunjukan seni yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi mamfaat sebagai berikut : 1. Sebagai masukan kepada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dalam penerapan pengelolaan lembaga 2.Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan dengan topik penelitian.
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini sesuai dengan judul yang dibahas. Dalam penelitian dan penulisan ini yang dimaksud dengan kata deskripsi, yaitu pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci atau penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-sebenarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya ( Kamus Umum Bahasa Indonesia : 1991). Dalam hal ini penulis akan mengambarkan atau memaparkan pengelolaan serta pertunjukan seni yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Dalam hal ini penulis akan megambarkan pengelolaan lembaga yang penulis teliti. Manajemen berasal dari kata to manage (bahasa Inggris) yang artinya mengurus, mengatur, mengelola. Menurut Terry dan Reu (2000:1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka
Universitas Sumatera Utara
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuantujuan organisasional atau maksud-maksud yang yang nyata. Pertunjukan merupakan sesuatu yang memiliki waktu pertunjukan yang terbatas, awal dan ahir, acara kegiatan yang terorganisir, sekelompok pemain, sekelompok penonton, tempat pertunjukan, dan kesempatan untuk mempertunjukanya (Siger, 1996:165). Sedangkan seni mempunyai arti suatu karya yang diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa, seperti musik, ukiran, tari dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
1.4.2 Teori Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalahmasalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34). Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dan dianggap relevan serta mendukung tulisan. Untuk mendeskripsikan
pengelolaan
lembaga kesenian Ria Agung
Nusantara, penulis menggunakan teori Georgi R Terry dan Leslie W Rue dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen, ditulis bahwa: manajemen adalah suatu proses atau kerangka
Universitas Sumatera Utara
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuantujuan oraganisasional atau maksud-maksud yang nyata Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan yang pelaksanaanya adalah managing, atau pengeloloan, sedangkan pelaksanaanya disebut manajer. Teori ini juga menggunakan lima fungsi dari manejemen yaitu: 1.
Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan dilapangan. Dikatakan juga bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana jangka panjang menegah dan di atas perencanaan jangka panjang menegah ini pula, ia harus menentukan
perencanaan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya. 2.
Kata organizing artinya mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dam
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu. 3. Penentuan sumber daya manusia yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. 4. Motivasi yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan yang hendak dicapai. 5.
Pengawasan yaitu kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan-
tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakantindakan korektif yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk mendeskripsikan pertunjukan seni pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, maka penulis menggunakan teori yang dikatakan oleh Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) dalam Henry Situmorang, juga menjelaskan bahwa pertunjukan memiliki: 1.
Waktu pertunjukan yang terbatas
2.
Awal dan akhir
3.
Acara kegiatan yang terorganisir
4.
Sekelompok pemain
5.
Sekelompok penonton
6.
Tempat pertunjukan
7.
Kesempatan untuk mempertunjukannya Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk mengambarkan pertunjukan yang sering
dibawakan oleh lembaga yang bersangkutan melalui video dukumentasi yang diperoleh oleh penulis. Untuk membahas aspek musik yang disajikan dan sering dibawakakan serta menjadi sampel yang dibahas oleh penulis, maka penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukan William P.Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan, yaitu: 1. tangga nada, 2. nada dasar, 3. wilayah nada, 4. jumlah nada, 5. interval, 6. pola-pola kadensa, 7. formula melodi, dan 8. kontur.
1.5 Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu masing masing, guna untuk mencari kebenaran. Metode penelitian adalah cara-cara bekerja untuk dapat memahami objek penelitian dan merupakan bagian yang
Universitas Sumatera Utara
penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Metode penelitian memberikan ketentuanketentuan dasar untuk mendekati suatu masalah dengan tujuan menentukan atau memproses hasil yang benar-benar akurat. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dalam perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Arief Furchan 1992:21). Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini, peneliti ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian umumnya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka yang menunjukan kuantitas. Penelitian deskriftif mengumpulkan data, menentukan dan melaporkan yang ada menurut kenyataan
1.5.1 Studi Kepustakaan Sebelum penulis mengadakan penelitian, maka terlebih dahulu penulis melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku atau tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian sebagai kerangka landasan berfikir di dalam tulisan ini. Bahan tersebut berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul yang bersangkutan.
1.5.2 Kerja Lapangan Penulis melakukan kerja lapangan dengan cara menonton video dokumentasi, menganalisis vodeo you tube serta mengamati langsung ke tempat penelitian yaitu di Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang beralamat di Jl. Bahagia. No. 60. Teladan Medan. Dalam kerja lapangan ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber pendukung (anggota yang pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara).
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Wawancara Salah satu tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan tehnik wawancara. Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancar” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara terpimpin),
wawancara bebas terpimpin (focused/semi-structured
interviews) dan wawancara pribadi dan kelompok tetapi, penulis juga melakukan wawancara tidak berstruktur dan dengan sistem catat. Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang dibahas oleh penulis. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu Monang Butar Butar. Pada saat melakukan wawancara dengan informan kunci, penulis melakukan wawancara bebas dimana pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan berlangsung dari satu masalah ke masalah lainya, namum tetap menyangkut pada pokok permasalahan. Sebagai alat bantu wawancara, penulis menggunakan telepon seluler (hand phone) Samsung Star Wife untuk merekam dan juga menggunakan sistem tulis.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4 Observasi Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera pengelihatan, yang berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan. Salah satu tehnik dalam pengumpulan data yang cukup baik untuk diterapkan adalah observasi langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam mengadakan observasi penulis secara langsung ketempat Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang beralamat di Jl. Bahagia.No.60. Teladan Medan. Observasi ini dilakukan oleh penulis sejak Bulan Oktober 2010 dan dilakukan secara berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II SEJARAH LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA
2.1 Sejarah Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah lembaga yang dikelola dan dimiliki perorangan.
Lembaga Kesenian ini salah satu lembaga kesenian yang terdapat di kota Medan
dari sekian banyak lembaga kesenian yang berdiri, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara cukup lama bertahan yaitu sudah kurang lebih dari 22 tahun hingga saat ini. Lembaga ini memiliki Akte Notaris, Farida Hanum, S,H,, Sp.N. SK. MENKEH DAN HAM RI TGL, 24 APRIL 2001. NO. C251 HT. 03. 01-2001, seperti pada Gambar 2.1. Pada tahun 1988, beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara
dari beberapa
Fakultas, seperti Sastra, Hukum, Pertanian, Ekonomi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dan bahkan mahasiswa dari Universitas lainya seperti Nommensen yang memiliki bakat dan kegemaran berseni ingin membentuk sebuah vokal grup, namum karena ketidakadaan tempat dan ketua yang memiliki latar belakang seni menjadikan mereka susah untuk membentuk vokal grup tersebut. Sebelum akhirnya menemukan Monang Butar-Butar yang sampai saat ini mejadi ketua, beberapa mahasiswa ini sering berkunjung ke Jurusan Etnomusikologi. Dikarenakan pada waktu itu Etnomusikolgi di bawah ketua Jurusan Rizaldi Siagian sangat cukup populer dan cukup dikenal.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Akte Notaris Pendirian Ria Agung Nusantara Medan
Akhirnya pada suatu kegitan kampus yang dilaksanakan di Pendopo, Universitas Sumatera Utara, yang pada saat itu melibatkan lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara atau sering disebut LK-USU menjadi media atau penghubung hingga beberapa mahasiswa ini bertemu dengan Monang Butar-Butar. Pada waktu itu beliau masih aktif pada Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara
mulai dari tahun 1988 dan juga tercatat sebagai mahasiswa
Etnomusikologi stambuk 1988. Setelah beberapa kali melakukan pertemuan dan menceritakan niatnya, para mahasiswa tersebut beserta Monang Butar-Butar sepakat untuk membentuk sebuah vokal grup. Setelah
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan itu terjadi baru, Pada akhirnya kelompok mahasiswa ini memberi nama Ria Agung Vokal Grup Nusantara. Nama ini dibuat bertujuan untuk memberikan kecerian terhadap orangorang yang mendengarnya yang di ketuai oleh Monang Butar-Butar dan bendahara oleh Lidia Purba dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan total keseluruhan anggota kurang lebih dari 12 orang saja. Kelompok ini belum memiliki pembina dan karena sifatnya hanya untuk menyalurkan minat dan bakat saja, bahkan visi dan misi belum ada pada waktu itu. Lagu-lagu yang mereka bawakan merupakan lagu-lagu yang berasal dari Batak Toba seperti Dekke Jahir, Opio dan beberapa lagu-lagu batak lainya dibawakan secara medley dengan alat musik yang masih sederhana yakni gitar dan jimbe. Walaupun kelompok ini berbentuk vokal grup, tetapi mereka dominan ingin belajar tari juga, karena Monang Butar-Butar memiliki hubungan kerja sama dengan dosen etnomusikologi, dosen luar biasa seperti Marsius Sitohang dan orang yang memiliki kemampuan berseni seperti Janter Sagala, Dasa Manao, Martogi Sitohang, Jasa Tarigan, dan masih ada lagi yang lainnya, serta masih aktif di Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara, membuat vokal grup ini mulai berkembang. Perkembangan lembaga ini pada waktu itu juga terlihat dari sudah belajar tari-tarian dan bukan hanya vokal grup saja. Tempat latihan pertama vokal grup ini adalah di Jalan Bahagia No.40. Teladan. Medan, hal ini berlanjut sampai tahun 1990. Ada hal yang menarik dari perjalanan lembaga ini, yaitu ternyata sebelum dibentuknya lembaga ini, Monang Butar-Butar telah bergabung di Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara. Baru di tahun 1988 kelompok Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dibentuk, tetapi belum berbentuk lembaga hanya berbentuk vokal grup saja. Selang beberapa tahun, tepatnya tahun 1999 Monang Butar-Butar, bergabung pada Lembaga Kesenian Cindai yang saat itu dibawah naungan Gubernur Sumatera Utara dan menjabat sebagai ketua (dalam hal ini Monang
Universitas Sumatera Utara
Butar-Butar mengetuai dua Lembaga Kesenian secara bersamaan0. Baru di awal tahun 2000 diketuai oleh Anton Sitepu (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 WIB dengan Marsius Sitohang). Memasuki tahun 1991, vokal grup ini berubah nama dari Ria Agung Vokal Grup Nusantara menjadi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dan resmi memiliki badan hukum dengan Pembina Bapak Edward Silitonga, pemilik PT Tulung Agung dan masih diketuai oleh Monang Butar-Butar dengan wakil Binahar Hutapea serta sekretaris Rina Tobing dengan jumlah anggota sebanyak 40 Orang. Lembaga
ini masih tetap beranggotakan
mahasiswa yang
kebayakan berasal dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara, sedangkan yang lainya dari Universitas Nommensen dan dengan bantuan beberapa dosen luar biasa dan juga Bapak Rizaldi Siagian dan vokal grup ini sudah membawakan tari Tortor Cawan. Di tahun inilah Lembaga Kesenian ini pertama kali diundang ke luar negeri yaitu dimulai dari Hongkong, dengan membawakan kesenian dari Batak Toba yaitu Tortor Cawan dan musik Gondang Sabangunan. Konsep pertunjukan yang dibawakan merupakan konsep seni pertunjukan yakni menghibur, bukan untuk acar ritual atau keagamaan dengan anggota yang mereka bawakan sebanyak 21 orang. Sedangkan untuk sistem pendanaan lembaga ini sepenuhnya dibiayai oleh Bapak Edward Silitonga dan tempat mereka latihan di Jalan Listrik Medan karena sudah dipindahkan dari jalan Bahagia No 40. Medan, karena tempat tersebut akan dijadikan hotel oleh Bapak Edward Silintonga. Para anggota dibiayai mulai dari ongkos latihan sampai biaya keperluan lainya. Penerimaan anggota pada saat itu sudah melakukan target yang dibutuhkan hanya 40 orang saja dikarenakan lembaga ini juga sudah membawakan Paduan suara, vokal grup, tari, dan musik tradisional, tidak hanya sebatas vokal grup lagi. Hal itu berlanjut sampai pada tahun 1993 akhir.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1994 awal, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ini sudah memiliki misi dan visi. Adapun visinya: memperkuat kemampuan berkesenian kepada muda-mudi di Kota Medan. Adapun misinya: memberikan tempat untuk berkreasi bagi kaum muda mudi Medan, dan menjadikan seni sebagai salah satu alat pemersatu. Setelah mampu berkarir karena sudah sering diundang ke berbagai acara, seperti pesta pernikahan, ulang tahun Kodam Kota Medan, dan sudah mulai terkenal. Ketua mengusulkan untuk Bapak Edward Silintonga tidak perlu lagi membiayai anggota kecuali jika dibutuhkan dana yang cukup besar. Namun masih tetap sebagai pembina, sampai berlanjut pada tahun 2000. Bedanya di tahun 1997 tempat mereka latihan pindah lagi ke jalan Kesaman Huddin. Pada tahun 2000 anggota berkurang menjadi 30 orang dengan pembina masih tetap Bapak Edward Silitonga, penasehat Okto Simanjuntak, ketua Monang Butar-Butar, dan bendahara Siska Uli Cempaka, yang merupakan istri dari Monang sendiri. Pergantian pengurus terjadi karena banyaknya anggota yang sudah tamat dan sudah bekerja. Sampai saat ini tempat latihan bertempat di Jalan Bahagia. No. 60. Teladan Medan. Mulai dari tahun 1991 Lembaga Kesenian ini sudah sering ke luar negeri dimulai pada tahun 1991 kunjungan pertama mereka ialah Hongkong baru tahun-tahun berikutnya berlanjut ke Korea, Jepang, Australia, Malaysia, Singapura, Belgia, Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugal, Thailand. Saat ini Lembaga ini tengah mempersiapkan kegiatan yang akan dibawakan bulan Mei ke Inggris. Pada saat ini jumlah anggota pada lembaga ini adalah sebanyak 31 orang. Jumlah pemusik ada 6 orang sebagai pemusik saja dan penari, 25 orang terkadang penari juga memainkan alat musik jika diperlukan. Namum untuk paduan suara tidak ada lagi hal mereka hanya kadang membawakan vokal grup saja, anggota ini berasal dari latar belakang pendidikan
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda-beda mulai dari yang Kuliah di Universitas Negeri Medan, Universitas Sumatera Utara, SMA Negeri 2. Medan, SMA Bayangkara, SMA Muhammaddiah bahkan yang sudah bekerja, begitu juga halnya dengan waktu bergabung ada yang sudah 2 tahun, 1 tahun dan bahkan yang baru masuk. ” saya sudah lama bergabung di lembaga ini sudah 2 tahun, ada yang masih 1 tahun juga ada yang sudah kerja tapi tetap masih anggota disini” tutur Nandra salah satu penari perempuan. Berkurangnya anggota
hal ini disebabkan kurangnya minat kaum muda untuk mencintai tradisional karena zaman sekarang sudah didominasi dengan musik barat.
2.2 Jenis Kesenian yang diproduksi oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Setiap bentuk usaha apapun yang dikelola manusia memiliki tujuan yang pada akhirnya adalah untuk menghasilkan keuntungan uang atau financial. Untuk menghasilkan keuntungan tersebut manusia itu melakukan output yang akan dipasarkan dan dinikmati oleh masyarakat banyak. Produksi merupakan proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang dan jasa yang bernilai. Proses tertentu dapat secara simultan mencakup aspek-aspek fisik, insan, dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk mengubah seperangkat unsur-unsur input menjadi seperangkat unsur-unsur output yang spesifik (Kumarruddin 1991:11). Dalam hal ini proses input yang dimaksud oleh penulis pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah proses dari keseluruhan aktivitas setiap latihan mulai dari menyediakan materi yang mereka latih misalnya tari Cawan, Serampang Dua Belas, lagu-lagu Opera dan yang lainya serta penyediaan alat musik, tempat, dan proses latihan sampai kemampuan anggota untuk mengetahui materi yang diajarkan dan proses output yang dimaksud oleh penulis adalah
Universitas Sumatera Utara
penguasaan materi sampai mereka mempertunjukan kesenian yang dibawakan dan di pertun jukan untuk penonton atau audiens pada waktu mereka diundang dalam setiap acara. Produk barang dan jasa yang dihasilkan ini diharapakan dapat membawa keuntungan bagi para pelaku usaha yang begerak dibidangnya masing-masing. Khususnya dalam hal ini pihak pengelola Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang bergerak di bidang kesenian tradisional. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh akan tergantung pada pengelolaan keseluruhan bagian dari lembaga mulai dari proses latihan, peguasaan materi bagi para anggota dan kemampuan dipanggung serta kemampuan dalam mepromosikan atau marketing nama lembaga. Keberhasilan produk dan sistem pemasaranya sangat mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh pengelola usaha tersebut. Keuntungan yang banyak akan didapat oleh pelaku usaha jika mereka memasarkan nya dengan baik dan mendapat respon baik dari masyarakat. Produk atau dalam hal ini kesenian yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah kesenian yang berasal dari Sumatera pada umumnya, khususnya Sumatera Utara, tetapi tidak jarang juga dari Aceh dan kadang juga Sumatera Barat. Jenis kesenian yang dibawakan memang sudah ada, seperti Tortor Cawan yang berasal dari Etnis Batak Toba, Tolu Sahundulan dari Simalungun, Par Tu Aek dari Tapanuli Selatan, Cindai, Serampang Dua Belas, Tari Biring Manggis Dari Kabupaten Tanah Karo namum dalam hal ini, lembaga ini hanya membawakan kembali jenis kesenian yang sudah ada dengan konsep seni pertunjukan, kecuali Zapin Dara Medan dari Melayu yang merupakan hasil yang diciptakan oleh Ketua Lembaga itu sendiri. Musik dan tarian merupakan dua hal yang mereka padukan sebagai salah salah satu karya yang mereka hasilkan untuk ditampilkan. Kesenian yang mereka bawakan ini merupakan kesenian yang telah ada dan juga sudah sering dibawakan oleh lembaga
Universitas Sumatera Utara
kesenian lainya dikota Medan dengan berbagai variasi masing-masing sebagai ciri khas dari lembaganya masing-masing, seperti lembaga ini dalam penampilannya tidak menggabungkan alat musik moderen atau barat.
2.3 Visi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Pada umumnya untuk mencapi suatu lembaga dapat bertahan lama serta dapat menghasilkan keuntungan, lembaga itu harus memiliki visi dan misi untuk menjadikan lembaga atau usaha itu sukses baik lembaga formal maupun non-formal, demikian halnya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, walaupun lembaga ini sudah ada sejak tahun 1988 dengan nama yang berbeda yaitu Ria Agung Vokal Grup Nusantara yang kemudian di tahun 1991 mengganti nama yaitu Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara lembaga ini belum memiliki visi misi, baru ditahun 1994 lembaga ini pun membuat visi dan misinya. Visi yang diterapkan oleh lembaga kesenian ini ialah Untuk Melestarikan Kebudayaan Indonesia khususnya Sumatera Utara. Dengan adanya misi yang dibuat, lembaga ini berharap keseluruhan pertunjukan seni yang mereka lakukan merupakan pencintaan dan bentuk melestarikan budaya Indonesia yang ada terkhusus budaya Sumatera Utara.
2.4 Misi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Misi yang diterapkan oleh lembaga ini ialah memberikan tempat untuk berkreasi bagi kaum muda mudi Medan karena salah satu alat pemersatu ialah seni. Dengan adanya misi ini, mereka dalam hal ini Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara berharap anak-anak muda mudi lebih bisa bersatu walau beda suku dan lebih bisa berkarya untuk menghasilkan hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
bernilai positif bagi mereka dan lingkunganya. Di samping hal itu juga semakin banyaknya kaum muda mudi yang tidak lagi mengenal akan kebudayaannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGELOLAAN LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA
3.1 Organisasi Bisa dikatakan bahwa manusia selalu berhubungan dengan organisasi, bahkan sejak lahir sampai dengan meninggal pun, hampir tidak pernah lepas dari organisasi baik organisasi kecil maupun organisasi besar. Setiap lembaga atau usaha yang dibangun oleh manusia pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Usaha-usaha yang dibagun oleh manusia itu sendiri difungsikan juga untuk keperluan manusia itu sendiri. Organisasi atau usaha apapun didirikan memiliki tujuan dan manusia merupakan pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikanya sebuah organisasi atau sebuah lembaga. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial, sukar untuk mencapai tujuannya jika dilakukan semuanya secara sendiri, sehingga ia harus membutuhkan sebuah usaha-usaha tertentu. Di dalam melakukan usaha tersebutlah manusia itu harus bekerja sama dengan yang lainya dengan tugas masing-masing yang sudah disepakati bersama sehingga membentuk sebuah organisasi dan memerlukan organisasi guna mencapai tujuan yang di inginkan. Berdasarkan pendapat Malayu S. P. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) mengatakan bahwa didalam sebuah manajemen, organisasi sangatlah penting dikarenakan: 1. Organisasi adalah syarat utama adanya manajemen, tanpa organisasi manajemen tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
2. Organisasi merupakan wadah dan alat pelaksanaan proses manajemen dalam mencapai tujuan. 3. Organisasi adalah tempat kerjasama formal dari sekelompok orang dalam melakukan tugas-tugasnya. 4. Organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang kesenian yang di mana di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas kesenian juga melakukan kegiatan organisasi terbukti seperti yang dikemukan oleh Achmad Sobirin dalam Budaya Organisasi. Dalam kiprahnya terhadap kehidupan manusia dan dalam upayanya agar bisa diterima manusia (lingkungan masyarakat), organisasi dengan kemampuanya berusaha menciptakan nilai tambah dan berbagai output yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan beberapa kelompok orang yang berbeda kepentinganya. Secara umum proses penciptaan nilai tambah terjadi dalam tiga tahap yaitu: masukan (input), proses transformasi (konversi) dan keluaran (output). Sesuai dengan pendapat yang dikemukan diatas, hal serupa juga dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, guna untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelompok dalam hal ini masyarakat, maka lembaga ini melakukan kegiatan atau penciptaan, ide-ide pimpinan, tempat atau materi sebagai masukan (input), proses latihan, menjalin relasi atau hubungan sebagai proses transformasi (konversi) dan pertunjukan atau kesenian yang dikemas dan di pertunjukan dipanggung yang mengundang sebagai keluaran (output)
Universitas Sumatera Utara
3.1.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia struktur adalah susunan atau bagunan. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan bagimana susunan pengurus yang diterapkan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Menurut S. P. Hasibuan dalam bukunya
yang
berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) struktur organisasi adalah suatu gambar yang mengambarkan tipe organisasi atau bagan organisasi (organization chart), pendepertemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dalam hal ini yang penulis maksud adalah struktur
kepengurusan dalam Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara yang menggunakan tipe Piramid yaitu: Dimana bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari puncak pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya (2002:36). Pada masa sekarang ini beberapa sistem pengelolaan atau manajemen dari budaya barat diambil oleh kelompok-kelompok kesenian yang terdapat di nusantara.
Seperti yang
dikemukakan oleh Muhammad Takari: Bentuk organisasi kesenian banyak yang menggunakan sistem organisasi Barat, Seperti adanya ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, ketua bidang musik, ketua bidang tari, tata busana, make-up, manajer panggung, dan lain-lainya. Dalam kebudayaan barat sistem manajemen seperti inidisebut sebagai sistem organisasi bentuk garis (2008:23).
Struktur organisasi rancang dan dibangun sesuai dengan perkembangan organisasi dan sesuai dengan sumber-sumber kemampuanya, biasanya disusun oleh pihak pimpinan. Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Lembaga yang sudah berdiri selama 22 tahun ini mengadopsi sistem yang berasal dari Barat, namum masih
Universitas Sumatera Utara
dalam tahap yang sederhana dan sistemnya dibuat sendiri oleh ketua lembaga. Hal itu terlihat pada adanya ketua, bendahara, dan ketua bidangnya masing-masing seperti: penanggung jawab peralatan musik, penanggung jawab vokal, penanggung jawab make-up, penanggung jawab tari, penanggung jawab pemusik, penaggung jawab,anggota, dan administrasi. Di samping itu sistem organisasi lembaga ini masih sangat sederhana. Sehingga lima fungsi manejemen yaitu: (1) planning, atau dalam bahasa Indonesia disebut perencanaan, yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada masa yang akan datang dan apa yang akan diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu. (2) organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut pengorganisasian, adalah pengelompokan,
dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu. (3) Staffing, (penentuan sumber daya manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4) Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan yang hendak dicapai. (5) Contolling, yaitu pengawasaan kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (lihat Takari 2008:43). Kurang efektif terlihat dari keseluruhan aturan dilakukan secara bersama-sama oleh anggota dan kekuasaan utama di pegang oleh ketua lembaga kesenian. (1) Planning atau perencanaan Untuk mencapai tujuan supaya lebih sering tampil keluar negeri maka, manajer atau ketua lembaga ini melakukan latihan yang rutin setiap hari Senin sampai dengan Jumat, tidak menggabungkan alat musik barat disetiap kali pertunjukan disamping itu tidak adanya pungutan apaun yang dikenakan terhadap anggota disisi lainya selalu melakukan kontak dengan pihak-pihak pengundang yang dianggap mampu bekerja sama.
Universitas Sumatera Utara
(2) Organizing atau pengorganisasian Pembagia tugas yang terjadi pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara bersifat tertulis saja, hal ini terlihat karena keseluruhan anggota saling bekerja sama dan saling menjagadengan yang lain untuk melakukan tugas-tugas tanpa harus menunggu anggota yang lain yang merupakan bidang masing-masingnya. Walau memang ada penaggung jawab dalam setiap bidang namun fungsinya hanya sebagai pegawas dimana tugas yang dikerjakanya sedikit lebih banyak dibanding anggotanya untuk bertanggung jawab atas bidangnya. Namum walau sebagai ketua penaggung jawab dalam bidangnya ia juga harus membantu bidang lainya. Para pemusik dan penari bekerja sama untuk melakukan tugastugas bersama karena sudah dianggap bagian dari satu keluarga. (3) Staffing atau penentuan sumber daya manusia Karena lembaga ini bukanlah lembaga yang besar atau seperti sebuah perusahaan maka sistem yang digunakanpun untuk menentukan Sumber Daya Manusianya sangatlah berbeda. Anggota tidak yang ingin bergabung didalamnya ditentukan oleh ketua lembaga ini. Tidak ada kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anggota yang mau bergabung namum mengenai keputusan diterima atau tidaknya diputuskan oleh manajer atau ketua pimpinan. (4) Motivating atau pengarahan Untuk memotivasi para anggotanya ketua lembaga ini menggunakan sistem siapa yang rajin, loyal dalam artian setia pada lembaga ini, maka ia akan lebih sering tampil pada acara-acara yang melibatkan lembaga ini, walau kesempatan selalu diberikan pada keseluruhan anggota.
Universitas Sumatera Utara
(5) Contolling atau pengawasan Keseluruhan pengawasaan dilakukan oleh ketua lembaga yaitu Monang Butar-Butar bersama bendahara Siska Uli Cempaka yang juga merupakan istri dari ketua lembaga ini. Semua pengawasan mulai dari hal inventaris lembaga, pelatihan, atau masalah pada waktu pertunjukan semuanya dipegang oleh ketua dan bendahara. Dan pengawasan tersebut tidak bersifat tertulis atau sebuah laporan . Struktur yang dibuat hanya sebagai syarat terpenuhinya sekumpulan orang untuk disebut sebagai organisasi, yang pada kenyataan di dalamnya tidak dikenal namanya jalur perintah dan laporan, saling tumpang tindih pekerjaan karena seluruh bagian dalam organisasi dituntut untuk menjadi serba bisa. Pembagian tugas tersebut hanya bersifat diatas kertas saja khususnya para bagian penaggung jawab. hal ini terjadi karena semua anggota dituntut juga untuk saling menjaga dan tidak hanya mengurusi bagianya saja. hal ini juga terlihat dimana setiap penari atau pemusik juga kadang mengurusi bagian lain misalnya penanggung jawab make-up kadang mengangkat atau mengurusi pakian juga atau sebaliknya . Berhubung anggota pada lembaga ini yang masih aktif dan bertahan berjumlah 31 Orang maka pembagian tugas juga tidak begitu spesifik, tumpang tindih bagi para penanggung jawab dan anggota sering terjadi. Masing-masing kepala satuan hanya sebagai Ketua masing-masing bidang saja yang berfungsi sebagai ketua pengarah tidak memberi pertanggung jawaban atas tugasnya kepada ketua lembaga karena keseluruhan tugas-tugas dikerjakan oleh keseluruhan anggota dalam sistem gotong royong (Lebih lanjut lihat Gambar 3.1).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Sistem Pembagian Honor Setiap usaha seseorang manusia hendaknya dihargai, penghargaan itu dapat berupa materi atau sebagainya. Manusia yang bergabung dalam suatu organisasi atau lembaga yang tujuan akhir dari lembaga tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan maka dia akan menerima upah kerja kerasnya dari lembaga tempat ia bergabung. Besar kecilnya penghargaan yang diterima khusunya untuk lembaga kesenian tradisional yang kadang memakai jasa seniman lain atau yang bukan menetap menjadi anggota pada organisasi atau lembaga tersebut biasanya dilihat dari seberapa terkenalnya seniman tersebut di wilayahnya. Di sisi lainya jika dia anggota tetap juga dilihat dari seberapa lama dia bergabung pada lembaga kesenian tersebut. Sementara untuk para penari cabutan pembagian upah dilakukan juga berdasarkan besar kecilnya proyek yang diterima. Pembagian honor atau pupur pada setiap kesenian tradisional biasanya tergantung besarnya proyek yang dijalankan dan tingkat kesenioritasnya, biasanya diberikan setelah penampilan selesai atau tergantung cepatnya pupur atau upah yang diberikan oleh pihak pengundang, tetapi berbeda jika ke luar negeri biasanya pupur atau upah diberikan seminggu sebelum keberangkatan. Pembagian uang pupur atau honor tidak dilakukan setiap bulan. Pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara pembagian uang pupur, uang terimakasih, uang capek, uang jalan, dan sejenisnya dikelola sendiri oleh ketua lembaga bersama bendahara lembaga secara lebih pribadi artinya tidak dipublikasikan kepada anggota berapa bayaran yang didapat dari hasil melakukan pertunjukan. Dalam sistem pembagian pupur yang diberlakukan oleh lembaga ini ialah 50% untuk anggota tergantung tingkat kesenioritasnya, 30% untuk kas, dan 20% untuk biaya make-up dan kostum anggota.
Universitas Sumatera Utara
3.1.3 Penerimaan Anggota Anggota dalam sebuah organisasi merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa adanya anggota maka sistem yang diterapkan tidak akan berjalan dengan baik, tidak akan mungkin seorang ketua akan menjalankan semua pekerjaan. Seorang yang akan mendirikan sebuah organisasi apapun maka ia akan merencanakan anggota, tempat dan modal. Dalam hal ini anggota yang bergabung dalam lembaga yang diteliti oleh penulis. Sistem penerimaan anggota pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara untuk saat ini tidak membuat target untuk jumlah anggotanya setiap tahun, lembaga ini juga tidak secara resmi membuka pendaftaran untuk para anggota, artinya siapapun yang ingin bergabung dalam lembaga ini bebas datang kapan saja, tetapi yang harus diperhatikan ialah ketekunan dalam latihan dan kesetian pada lembaga dan yang tidak kalah penting ialah penampilan yang layak atau paras cantik bagi para penari wanita. Karena lembaga ini merupakan lembaga kesenian tradisional, terbukti dari aktivitas kesenian yang sering dibawakan yaitu kesenian tradisional yang berasal dari Sumatera Utara pada khususnya, maka sebahagian para pemusik dan penari kadang menggunakan sistem cabutan. Seperti yang dikemukan oleh Muhammad Takari (2008i: Dalam rangka penentuan sumber daya manusia atau staffing, banyak kelompok seniman tradisional Nusantara, yang membentuknya berdasarkan seniman-seniman ”cabutan.” Maksud seniman cabutan dalam tanda kutip ini, adalah seniman dari kelompok lain atau seniman yang tak terikat oleh kelompok disatu-satukan untuk memenuhi permintaan kesenian dalam satu atau beberapa kali pertunjukan.
Demikian halnya yang terjadi pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, baik para pemusik dan penari, kadang menggunkan sistem cabut dari lembaga kesenian lainya yang dianggap pemusik dan penarinya sudah berpengalaman dibidangnya masing-masing. Hal terjadi karena sebahagian dari pemusik tetap pada lembaga ini kurang menguasai materi dan juga bukan
Universitas Sumatera Utara
pemain musik yang sudah mahir seperti halnya seniman tradisional yang memang keseluruhan hidupnya digunakan untuk bermusik. Di sisi lain juga karena alasan para seniman, dimana para seniman juga ingin memperbanyak keuangannya melalui banyaknya pertunjukan. Mereka tidak mau terikat dalam satu organisasi kesenian saja juga dikarenakan karena jarang sebuah lembaga kesenian membayar upah para senimanya setiap bulan dalam jumlah tertentu atau gaji d dalam perusahan yang menetap tanggal terima dan jumlahnya, hal itu terjadi khususnya bagi para pemusik. ”Saya pernah ikut menari di Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, memang baru sekali, entah apa yang membuat mereka meminta saya untuk ikut menari pada sebuah acara waktu itu, tapi dengar-dengar karena mereka kekurangan anggota, soalnya konsep untuk pertunjukan mereka pada waktu itu menari sambil menyanyi pada acara 17 Agustus di rumah Gubernuran’’ tutur Jerry yang merupakan mahasiswa Etnomusikologi (wawancara, Senin, 5 Juni 2011, pukul 11:00 Wib) ’’Saya bukan anggota tetap di situ (Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara), saya juga bukan pemain dan anggota tetap di lembaga yang lain, tetapi saya cuma kadang dipanggil, untuk mengisi acara yang mengatasnamakan lembaga itu. Jika sesuai dengan honorya, ya saya terima, karena memang itulah pekerjaan saya’’ tutur Marsius Sitohang (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 Wib)
3.1.4 Sistem Pendanaan Pada tahun 1990, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara mendapatkan pembiayaan dana dari Bapak Edward Silintonga mulai dari tempat untuk latihan, biaya untuk make-up, ongkos untuk para anggota juga masih dibiayai, hal itu berlanjut sampai awal tahun 1993 akhir,
Universitas Sumatera Utara
namun menjelang tahun 1994 mereka tidak lagi meminta dana dari Bapak Edward Silitonga, hal ini disebabkan karena sudah mulai banyaknya tawaran yang diterima, sehingga mereka menganggap khususnya ketua lembaga ini tidak perlu memberatkan Bapak Edward Silitonga dan juga ingin mandiri, kecuali jika mereka membutuhkan dana yang
cukup
besar dan ada
keperluan mendadak. Hal itu berlanjut sampai saat ini. Namum jika diundang atau mereka dibawa oleh walikota medan keluar negeri yang membiayai sepenuhnya ialah wali kota dengan pihak yang mengundang, mulai dari pengurusan pass vord, tiket serta akomodasi, uang saku dan biaya makan semuanya ditanggung. 3.2 Pelatihan Pelatihan merupakan kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Di dalam melakukan latihan, materi yang dilatih bukan harus materi yang diminta oleh sang pengundang saja, tetapi lain dari pada itu juga mempelajari materi lain sebelum memasuki materi yang akan difokuskan hal ini dilakukan untuk memperbanyak pengetahuan tari dan sebagai pemanasan. Untuk tampil maksimal di dalam membawakan kesenian dipanggung maka dibutuhkan pelatihan yang harus dikelola dengan baik, mengingat lembaga ini sudah sering tampil di dalam dan di luar negeri. Pelatihan ini dilakukan guna membangun penguasaan terhadap materi yang akan mereka bawakan oleh para anggota sehingga para anggota yang terlibat di dalam setiap pertunjukan tidak hanya menguasai materi tapi juga dituntut prima. Baik pemusik didalam menguasai alat musiknya terhadap materi yang akan dibawakan dan juga para penari didalam menarikan tarian yang akan dibawakan, kelenturan tubuh, penguasan gerak, tempo dan
Universitas Sumatera Utara
penguasaan panggung pada saat pertunjukan adalah unsur yang dituntut harus dikuasai oleh para anggota khususnya penari dan tempo serta penguasaan materi untuk pemusik. Khusunya bagi para penari, hal ini disebabkan karena mereka tidak melihat panggung secara langsung. Pada waktu pelatihan ini juga setiap anggota dibentuk mentalnya untuk siap menerima kritikan dari pelatih dan teman jika melakukan kesalahan yang bertujuan untuk membagun ke arah yang lebih baik. Sebelum dilakukan latihan terlebih dahulu para penari melakukan pemanasan yaitu dengan lonjat-lonjat diatas tali, hal ini dilakukan sebagai syarat utama sebelum melakukan latihan guna mencegah terjadinya keseleo pada kaki pada waktu menari. Pemanasan dilakukan kurang lebih 10 menit sebelum memasuki latihan, dan hal wajib dilakukan oleh setiap anggota setiap kali mengikuti latihan.
3.2.1 Jadwal Latihan Aktivitas latihan biasa, dimulai pada pukul 00:14 WIB sampai pukul 00:16 WIB dari Senin sampai Jumat, khususnya para penari. Untuk penampilan yang akan mereka terima dalam waktu dekat biasa latihan dimulai pada pukul 00:14 WIB sampai pukul 00:19 WIB, tetapi jika ada job (biasanya sebutan untuk perkerjaan atau panggilan manggung) keluar negeri jadwal latihan di mulai pada pukul 00:16 WIB sampai pukul 00:22 WIB di tambah hari Sabtu, Tetapi untuk para pemusik karena Lembaga ini kadang menggunakan pemusik dari luar atau sistem cabut sehingga waktu latihan ditentukan atas kesepakatan bersama, kadang pemusik bergabung dengan para penari sehari sebelum hari yang ditentukan untuk pertunjukan yaitu latihan terakhir, khususnya jika mereka akan tampil di wilayah kota Medan, tetapi berbeda jika mereka akan diundang keluar negeri, jadwal latihan biasanya lebih dipadatkan dari hari biasanya.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Tempat Latihan Aktivitas latihan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara beralamat di JL. Bahagia. No. 60. Teladan. Medan. Tempat latihan ini merupakan rumah kediaman pribadi Monang Butar-bitar dan keluarganya. Tempat latihan dilakukan di ruangan samping kanan rumah tersebut. Ruangan ini berukuran 5 kali tujuh meter. Di dalam ruangan ini terdapat alat-alat musik miliki Ria Agung Nusantara, yaitu seperangat taganing, ogung (oloan, ihutan, panggoran, doal), dan gendang ronggeng Melayu. Alat-alat musik ini diletakkan berjajar di bagaian kanan ruangan tersebut. Lihat denah ruangan latihan dan rumah kediaman Monang Butar-butar berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 Denah
Keterangan gambar: Tempat latihan
Ruangan dapur
Tempat alat musik
Ruang tamu
Ruang depan sebagai warnet
Pintu masuk/gerbang
Teras rumah
Ruang tidur
Jalan raya
Tembok sekeliling rumah
Pekarangan rumah
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Pelatih Untuk melatih anggota yang belum menguasai materi dibutuhkan pelatih yang memiliki kemampuan lebih dari anggota sehingga para anggota mampu menerima materi yang diajarkan dengan cepat. Di dalam melatih para anggota pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara khusunya tari dalam menguasai gerak dasar adalah Monang Butar-Butar, setelah semua anggota mengetahui gerak dasar barulah ketua lembaga mempercayakan sebahagian pada anak didik yang lebih menguasai materi dan biasanya lebih senioritas untuk melatih para anggota lain yang belum menguasai materi dasar sebelum berlanjut untuk materi berikutnya. Sedangkan untuk para pemusik kebanyakan dari mereka biasanya sudah saling mengetahui materi yang mereka pelajari sehingga sesama pemusiklah yang menentukan dan saling belajar sedangkan untuk vocal biasanya terlebih dahulu mereka mendengarkan lagu-lagu yang akan dipelajari melalui kaset atau CD yang diputar tetapi semua perintah berasal dari pimpinan lembaga. Untuk setiap latihan mereka hanya menggunakan kurang lebih 5 menit untuk setiap istirahat, jika ada murid yang masih belum latihan padahal waktu latihan sudah mulai, maka senior akan menegurnya. Sementara untuk murid yang akan telat datang haruslah memberi pemberitahuan sebelumnya tetapi bagi mereka yang tidak hadir tampa pemberitahuan akan ditegur besoknya.
3.2.4 Alat Musik yang Digunakan Alat merupakan sebuah sarana yang membantu untuk meringankan segala pekerjaan. Alat yang digunakan diharapakan dapat memberi kemudahan untuk manusia yang menggunakanya. Apapun alat yang dugunakan oleh manusia itu bertujuan untuk mendukung aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adapun alat musik yang digunakan untuk setiap latihan adalah menggunakan musik rekaman, tape, cd berisi lagulagu dan tari-tarian yang kadang disertai
video atau bahkan hanya musiknya saja yang
merupakan milik lembaga ini. Musik rekaman inilah yang digunakan pada waktu latihan atau bahkan ketika mereka tidak membawakan musik secara live atau langsung. Hal ini dilakukan lebih efektif karena jika menggunakan musik langsung dengan pemusik akan terlalu kewalahan karena biasanya terjadi pengulangan-pengulangan untuk satu tarian. Pengulangan-pengulangan sering terjadi ketika para penari tidak hafal dengan gerak, sehingga akan diulang atau kurangnya kekompakan pada setiap diri penari. Karena jika menggunakn musik secara langsung maka akan memungkinkan para pemusik kewalahan sehingga mereka menggunakan musik rekaman dimana musik yang sudah ada dalam bentuk kaset atau CD tersebut memilik kemampuan yang tidak terbatas untuk diputar berulang-ulang. Berbeda jika mereka meggunakan musik secara langsung (live) untuk latihan atau ketika mereka sedang melakukan pertunjukan, hal itu tergantung dengan tarian serta musik yang mereka bawakan misalnya ensambel gondang sabangunan yang terdiri dari tagading, gordang, gong 4 buah yaitu (oloan, panggora, ihutan, dan goal) sarune bolon, dan hesek.
3.2.5 Pemusik Jumlah pemain musik tetap untuk saat ini berjumlah 6 Orang, dimana semuanya pemusik inilah yang memainkan semua musik yang akan dibawakan ketika mereka melakukan sebuah pertunjukan secara langsung (live). Tetapi mereka juga tidak jarang melakukan sistem cabutan dari lembaga lain atau pemusik yang sudah mereka kenal dan bisa diajak kerja sama, hal itu
Universitas Sumatera Utara
terjadi jika seorang pemain musik yang bersangkutan memiliki kendala disamping itu hal ini terjadi karena sebahagian anggota khusunya pemusik kurang menguasai materi musik. Biasanya para pemain pemusik cabutan ini lebih banyak dilakukan jika acara keluar negeri atau nasional karena hal ini akan mempengaruhi nama lembaga kesenian yang diundang, artinya untuk tampil di luar negeri persiapan dan berform atau pertunjukan lebih baik lagi ketimpang dalam negeri karena di luar negeri melibatkan orang-orang luar negeri serta menjaga nama baik lembaga. Disamping itu juga tergantung pada materi yang dibawakan, kadang penari di saat menari membawa alat musik seperti rebab misalnya pada tarian Zapin.
Daftar nama-nama pemain musik LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Untuk tarian Dara Zapin Thomas Saragih keseluruhan penari Monang Butarperempuan butar memainkan alat musik marwas Bertua yang dimainkan sitanggang pada waktu Alcoboy menari
Muller Turnip
Willy Aby Udur Jagar
Universitas Sumatera Utara
Deskripsi masing-masing pemain musik: Nama
Keterangan
Muller Turnip
menguasai instrumen : Sarune, Suling, Taganing, Garantung,Hasapi Toba
Thomas Saragih
accordion, Hasapi Toba, Garantung, Guitar,Piano, Organ, Gendang Padang, Talempong, gendang simalungun, gendang Karo, Gordang Toba, Gordang Sambilan, Gendrang Pakpak, Vokal
Monang Butar-butar
Taganing Toba, Garantung, Hasapi Toba, semua alat musik Gendang budaya Sumatera, Gambus Melayu, Talempong, kalondang Pakpak Dairi, Piano, Organ
Bertua sitanggang
seluruh instrumen Toba, Gendang Karo, seluruh alat musik tiup Budaya Sumatera.
Alcoboy
alat musik Minangkabau, dan beberapa alat musik Sumatera Utara seperti Hesek dan Gong
Willy
Talempong, seluruh alat musik Gong Sumatera, Gondang Sambilan
Aby
Talempong, Gong, Doal, Guitar
Udur Jagar
seluruh alat musik Gendang Sumatera, Guitar, Hasapi
3.2.6 Penari Jumlah penari yang terdaftar untuk saat ini berjumlah 25 Orang, 8 laki-laki dan 17 Perempuan. Penari ini berasal dari latar belakang pendidikan, umur dan waktu bergabung.
Universitas Sumatera Utara
Daftar nama-nama penari PEREMPUAN LAKI-LAKI Ika Pratiwi
Aby
Puji Tan
Willy
Nandra
Alcoboy
Elsa Grace
Rizky
Virza Isnaini
Yono
Diana Hairani
Wikky Prayoga
Wirda
Masri
Malianti
Zikri
Siti Sarah
Andi Gunawan
Jesika Tria Rizky Ainul Husni Martina Harahap Pitri Ani Sopian Siska Uli Cempaka Nirna Marpaung Diana Septiana Nova Rizky
Universitas Sumatera Utara
Deskripssi masing-masing penari: Nama Penari Perempuan
Tarian yang dikuasai
Ika Pratiwi
pandai menari tarian persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas ( 18 tahun)
Puji Tan
pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tor-tor Batak, Dara Zapin, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (19 tahun)
Nandra
pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tor-tor Batak, Dara Zapin, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (20 tahun)
Elsa Grace
pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (19 tahun )
Virza Isnaini
dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring Manggis (16 tahun)
Diana Hairani
dapat menari tarian Persembahan Melayu dan
Universitas Sumatera Utara
Biring Manggis (17 tahun ) Wirda
dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring Manggis(18 tahun)
Malianti
dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring anggis (17 tahun)
Siti Sarah
pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Saman, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul (21 tahun)
Jesika
Tria Rizky
dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring Manggis ( 17 tahun) pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis,Tari Tortor Batak, Dara Zapin ,Si Hutur Sanggul, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (24 tahun)
Ainul Husni
pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul (22 tahun)
Martina Harahap
dapat menari tarian Persembahan Melayu, Saman, Tortor Batak dan Biring Manggis (18 tahun)
Universitas Sumatera Utara
Pitri Ani Sopian
dapat menari tarian Persembahan Melayu, Saman, Si Hutur Sanggul, Tortor Batak dan Biring Manggis dan Tarian yang berasal dari Sumatera Utara (18 tahun)
Siska Uli Cempaka
Istri Monang Butar-butar pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, tari Saman, Tortor Batak, dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan tari Si Hutur Sanggul dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara(35 tahun)
Nirna Marpaung
dapat menari tarian Persembahan Melayu, Tortor Batak dan Biring Manggis (22 tahun)
Diana Septiana
dapat menarikan tari Persembahan Melayu(18 tahun
Nova Rizky
pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara (23 tahun)
Universitas Sumatera Utara
Nama Penari Laki-Laki
Tarian yang dikuasai
Aby
dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul dan Silat (20 tahun)
Willy
dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul, Biring Manggis, Silat dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara (17 tahun)
Alcoboy
dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul, Biring Manggis dan Silat (19 tahun
Rizky
dapat menarikan tarian Tortor batak (19 tahun)
Yono
dapat menarikan tarian Tortor batak (21 tahun)
Wikky Prayoga
dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul dan Silat (20 tahun)
Masri
dapat menarikan tarian Biring Manggis (18 tahun)
Zikri
dapat menarikan tarian Biring Manggis (19 tahun)
Universitas Sumatera Utara
Andi Gunawan
dapat menarikan Tarian Biring Manggis dan Si Hutur Sanggul dan Serampang Dua Belas (22 tahun)
Sumber : facebook, 21 Agustus 2011
3.3 Produksi Produksi setiap proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang atau jasa yang mempunyai kegunaan atau nilai. Proses tertentu dapat secara simultan mencakup aspekaspek fisik, insan, dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk mengubah seperangkat unsurunsur input menjadi seperangkat unsur-unsur output yang spesfik (Kumaruddin 1991:11) dalam bukunya yang berjudul Asas Asas Menejemen Produksi. Dalam hal ini produksi yang dimaksud oleh penulis ialah kesenian yang dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Dalam pertunjukannya. kesenian yang dibawakan dan dipertontonkan untuk orang banyak merupakan sebuah produksi yang dihasilkan dari proses latihan atau proses belajar, yang dimana keseluruhan hasil yang berupa kesenian itu memiliki nilai dan kegunaan bagi masyarakat yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1 Tahap-Tahap Produksi Pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara kesenian (musik dan tari serta vokal) yang sering mereka bawakan atau tampilkan ketika diundang untuk mengisi suatu acara adalah jenis kesenian yang sudah ada dikemas kembali, seperti Gondang Hasapi misalnya, tarian Persembahan, tari Gandang, tari Tor-Tor Tunggal Panatuan, Tot-Tor Cawan serta lagu-lagu seperti Soleram, Dekke Jahir, Opio atau lagu-lagu opera batak yang dibawakan secara medley biasanya mereka langsung mempelajari tarian terlebih dahulu melalui video yang sudah ada sebelumnya, setelah mempelajari gerak dengan hitunganya, baru mereka memainkan dengan musik rekaman jika menggunakan musik rekaman. Sedangkan untuk lagu-lagu mereka biasanya akan mendengarkan liriknya terlebih dahulu dinyanyikan oleh pelatih atau melalui media rekam, baru membuat musiknya dengan alat musik seperti gitar.
3.3.2 Produksi Musik Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara tidaklah memproduksi musik sebagai ciptaan mereka sendiri secara keseluruhan namum ada tarian yang diciptakan sendiri oleh ketua lembaga ini mulai dari musik sampai tarianya yakni Tari Zapin Dara Medan, “Tari Zapin Dara Anak Medan, adalah tarian yang saya ciptakan sendiri, mulai dari tariannya sampai musiknya, saya yang buat sendiri, tarian ini juga sering dibawakan keluar negeri, begitu juga dengan Tor-Tor 7 Cawan atau Orang Batak bilang Saowan, tari 7 Cawan itu pertama sekali yang buat saya baru karena sering dibawakan kepertunjukan jadi ditiru oleh orang lain“ Tuturnya (Wawancara, 24 Juni 2011) tetapi lebih sering lembaga ini membawakan kembali jenis musik yang sudah ada seperti halnya musik yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah musik Gondang Sabagunan serta lagu-lagu Opera Batak.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Pemasaran Produk Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan meyerahkan barang dan jasa konsumen dan perusahaan. Orang pemasaran melakukan pemasaran dari 10 jenis wujud yang berbeda: barang , jasa, pengayaan pengalaman, orang,
tempat,
kepemilikan, organisasi, informasi dan gagasan. Dari 10 ruang lingkup pemasaran diatas menurut penulis bahwa Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara memasararkan produk dalam wujud jasa, yaitu jasa mencakup hasil kerja perusahaan penerbangan, hotel, penyewaan mobil, orang yang melakukan pemeliharaan dan perbaikan, juga para professional seperti akuntan, pengacara, insinyur, dokter dan konsultan keuangan. Dan menurut penulis bahwa pertunjukan yang dilakukan oleh Lembaga Ria Agung disetiap pertunjukan adalah salah satu bentuk jasa yaitu untuk menghibur orang banyak. Setiap kesenian yang mereka bawakan diharapkan memberi hiburan buat para yang penontonya khusunya para pihak pengundang. Menurut
Sunarto dalam bukunya “Pengantar Manajemen Pemasaran” (2006 : 4-5)
Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelakasanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi. Dalam hal ini pemasaran yang penulis maksud adalah tujuan cara-cara lembaga ini untuk memasarkan atau mecari relasi untuk menampilkan kesenian yang mereka latih guna untuk mendapatkan keuntungan yakni uang. Karena Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah lembaga perseorangan maka tujuan dari akhir mengarah pada material atau laba. Hal ini juga sesuai dengan tujuan akhir dari konsep pemasaran yaitu membantu organisasi mencapai tujuan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kasus perusahaan swasta, tujuan utama adalah laba; dalam kasus organisasi public dan nirlaba, tujuan utama adalah bertahan hidup dan menarik cukup dana guna melakukan yang bermanfaat. Setiap lembaga yang dikelola oleh setiap manusia baik lembaga yang besar atau kecil jika ingin mendapatkan laba atau keuntungan haruslah memiliki startegi pemasaran yang berbeda dengan yang lainya. Untuk konsep bersaing seperti yang dikemukan oleh Sunarto yakni ada empat konsep bersaing yang dijadikan sebagai pedoman organisasi melakukan pemasaran: konsep produksi, konsep produk, Konsep penjualan, dan konsep pemasaran. Konsep yang digunakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ialah konsep pemasaran, konsep ini menegaskan bawha kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan oleh perusahaan atau lembaga tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai kepada sasaran pasar yang terpilih. Konsep pemasaran inipun telah diekspresikan dalam cara yang beraneka ragam: -
“temukan keinginan dan penuhilah”
-
“cintailah pelanggan, bukan produk”
-
“lakukan dengan cara anda”. Menurut penulis bahwa Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara juga memakai konsep
diatas hal ini terlihat dari: “Kami jika diundang ke suatu pertunjukan akan memberikan pertunjukan yang lebih dari yang diminta oleh panitia, jika mereka meminta 3 pertunjukan maka kami akan memberikan 5 pertunjukan, 2 sebagai bonus, walau tidak disetiap pertunjukan kami lakukan tetapi jika keluar negeri sejauh ini masih tetap memberikan bonus, sehingga kami berharap mereka semakin suka dengan penampilan kami sehingga mereka juga terpuaskan oleh penampilan yang kami berikan, disamping itu kami selalu melakukan kontak terus menerus
Universitas Sumatera Utara
terhadap pihak pengundang kami sehingga berharap jika mereka akan memakai kami kembali” tutur Monang Butar-Butar (wawancara, Senin, 13 Desember 2010). Menurut Porter dalam buku yang berjudul Pengantar Manajemen Pemasaran, Strategi adalah sebagai penciptaan posisi unik dan bernilai yang mencakup perangkat unik dan berbeda. Dalam hal ini bagaimana cara lembaga ini untuk dikenal oleh masyarakat sehingga mereka memiliki mitra atau kerja sama untuk mereka dapat dipakai atau bagaimana cara lembaga ini menyalurkan produk mereka dimana mereka sebagai produsen ke konsumen atau pemakai jasa (pihak pengundang). Pihak pengundang bagi mereka merupakan pasar yang perlu dijaga sebagai konsumen agar nantinya jasa lembaga ini digunakan kembali. Lembaga ini berharap dengan pemberian bonus penampilan para pengguna jasa atau pihak pengundang dapat merasa puas, Di dalam memasarkan hasil dari kesenian, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara tidak memasarkan dalam bentuk kaset atau CD, tetapi hanya dipasarkan melalui promo nama saja, artinya mereka hanya mengenalkan nama lembaga ini saja misalnya buat pamplet depan lembaga kesenian, promo lewat facebook atau e-mail dan melakukan kontak dengan pihak pengundang terdahulu, disamping itu melalui teman ke teman dan juga kerja sama dengan Pemerintah kota Medan, Sumatera Utara, Direktoral Pariwisata Jakarta dan KBRI (kedutaan Besar Republik Indonesia) yang sudah dimulai sejak tahun 1988 sejak awal berdirinya lembaga kesenian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI PERTUNJUKAN SENI
4.1 Seni Pertunjukan Menurut buku yang berjudul Masyarakat dan Kesenian di Indonesia (2008: 6) seni pertunjukan yang didukung oleh musik, tari dan teater menjadi satu bahagian dari konsep estetika. Musik sendiri adalah sebuah aktivitas yang material dasarnya adalah bunyi-bunyian yang mengandung nada dan ritem tertentu. Sementara tari menggunakan medium utamanya yaitu gerak-gerik tubuh manusia, dan teater melibatkan berbagai medium baik bunyi-bunyian, gerakgerik, alam sekitar maupun bahasa dan sastera. Dalam seni pertunjukan biasanya satu genre tertentu telah memuat unsur musik atau tari dan teater sekaligus. Namun, ada yang mengandung hanya satu bidang saja . Pertunjukan adalah komunikasi dimana satu orang atau lebih mengirim pesan merasa bertanggung jawab kepada seorang atau lebih penerima pesan dan sebuah tradisi seperti yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas (a subset of behaviour) (Sal Murgyanto 1995) bagitu juga halnya dengan kesenian-kesenian yang dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, kesenian yang mereka bawakan merupakan sebuah konsep estetika, dimana disetiap pertunjukan mereka menampilkan sesuatu yang memiliki nilai keindahan baik dari sisi gerak maupun segi musikkalnya (dalam hal ini penulis tidak akan membahas mengenai tehnik-tehnik gerak dan musikkalnya disebabkan karena kemampuan penulis sehingga penulis hanya akan mendeskripsikan pertunjukan seni secara umum saja). Tarian yang sangat dipengaruhi oleh musik, dimana semakin cepat pemain musik memainkan musiknya jika membawakan musik langsung atau live maka akan mempengaruhi gerak tubuh
Universitas Sumatera Utara
para penari untuk mempercepat tarianya. Semua musik dan tari atau jika membawakan vokal grup yang dibawakan oleh lembaga ini didukung oleh musik. Tari dan musik yang dibawakan dikemas dengan konsep seni pertunjukan yaitu bertujuan untuk menghibur para penonton atau pihak pengundang. Pertunjukan yang mereka bawakan tidak mengarah atau dinikmati untuk satu suku tertentu tetapi untuk umum. Hal itu terlihat dari ketika misalnya ada perkawinan orang melayu yang mengundang mereka, mereka tidak hanya membawakan tarian yang berasal dari melayu saja tetapi juga tarian yang berasal dari suku atau etnis lainya dengan waktu pertunjukan yang sudah ditentukan oleh pihak pengundang. Disamping itu tema-tema pertunjukan seninya tidak jauh dari latar belakang yang erat hubunganya dengan pandangan hidup, pergaulan, maupun kegiatan atau kehidupan sehari-hari. Di dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan beberapa jenis kesenian sebagai sampel penelitian karena kesenian ini lebih sering dibawakan dalam pertunjukan seni yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Deskripsi ini dilakukan berdasarkan dari hasil video dokumentasi yang diamati oleh penulis.
4.2 Tari Tari adalah ekspresi perasaan tentang sesuatu lewat gerak ritmis yang indah yang telah mengalami stilisasi atau distorsi (Jurnal Panggung, STSI Bandung) Tari = tarian adalah gerakan badan serta tangan dan kaki berirama mengikuti musik (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 2002:1378). Dalam buku yang berjudul Masyarakat Kesenian Di Indonesia menyatakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
Pengertian tari dalam konteks bahasa dan budaya melayu Indonesia dan Malaysia memiliki
berbagai makna. Yang pertama tari adalah gerakan badam atau serta tangan dan kaki
berirama mengikuti rentak musik. Dalam pengertian ini tari sangat berkaitan dengan irama (ritme dan melodi) musik. Biasanya jika ada aktivitas tari selalu menggunakan musik dalam budaya melayu. Jarang ditemukan tari yang berdiri sendiri tanpa diiringi musik. Tari yang dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara merupakan tari yang tidak terlepas dari keberadaan iringan musik dan bertemakan tentang kehidupan sehar-hari. Musik berfungsi untuk mengiringi tarian, pergantian dari satu gerak atau motif tari menuju ke gerak selanjutnya dipengaruhi oleh iringan musik. Semakin cepat musik dimainkan, maka gerak tarian juga akan semakin cepat dan sebaliknya hal ini tergantung tarian yang mereka bawakan. Di dalam menarikan setiap tarian, anggota dituntut untuk menjiwai tarian yang diperagakan sehingga tidak kelihangat kaku tetapi lebih natural.
Ekspresi wajah dan kelenturan tubuh sangat ditekankan didalam membawakan setiap tarian. Salah satu motif tari yang paling asas adalah mengespresikan dan mengkomunikasikan emosi. Manusia dan juga beberapa jenis hewan selalu menari dengan cara menyalurkan perasaan. Motif tari ini bukan saja diperkuat oleh gerakan meloncat, menghentakkan kaki dan melompat lompat namun juga didukung oleh emosi yang intens. Penari dituntut untuk dapat mengkomunikasikan tema tarian yang dibawakan sehingga para penonton dapat terhibur.
4.2.1 Deskripsi Tari yang sering Dibawakan Dalam pertunjukan kesenian Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, tari dan musik merupakan dua unsur yang sangat berhubungan. Dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan
Universitas Sumatera Utara
tarian yang lebih sering dibawakan oleh lembaga kesenian ini. Tarian yang mereka bawakan selalu diiringi oleh musik.
Penggabungan antara musik dan tari dalam meyajikan tarian
merupakan satu hal yang sangat berpengaruh dimana kecepatan gerak tari sejalan dengan tempo musik. Tarian yang sering ditampilkan juga merupakan tarian yang bertemakan tentang latar belakang kebudayaan suku tersebut dan sudah sering ditampilkan saat ini untuk hiburan. Walau ada delapan suku setempat yang terdapat di Sumatera Utara, serta lembaga ini mempelajari bebarapa tarian tiap suku tersebut, namun tarian yang sering mereka bawakan adalah tari Tortor Cawan dari Etnis Batak Toba serta tari Persembahan dari Melayu. Namun secara umum keseluruhan tari yang mereka bawakan digunkan hanya untuk hiburan saja, bukan untuk acara ritual dan yang lainya.
4.2.1.1 Tari Persembahan Melayu Tari Persembahan Melayu merupakan tari yang digunakan untuk tari penyambutan untuk tamu-tamu yang dihormati pada waktu dan acara tertentu. Menurut buku Muhammad Takari dan Heristina Dewi dalam bukunya yang berjudul ’’ Budaya Musik dan Tari Melayu Smatera Utara’’ Bahwa didalam budaya Melayu Sumatera Utara, tari-tarian Melayu berdasarkan akar budaya dan fungsinya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. b) Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan yang berhubungan dengan nelayan. c) Tari-tarian Melayu yang menirukan atau mimesis kegiatan alam sektar d) Tari-tarian yang berkaitan dengan kegiatan agama islam e) Tari-tarian yang berkaitan dengan kekebalan tubuh f) Tari-tarian yang fungsi utamanya sebagai hiburan.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan klasifikasi diatas maka tarian Persembahan Melayu merupakan tari yang berfungsi dan sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara untuk acara penyambutan yaitu sebagai hiburan. Tari Persembahan yang sering dibawakan oleh lembaga ini selalu menggunakan sekelompok penari Perempuan, di dalam tarian ini satu orang atau dua orang biasanya membawakan tepak yang berisi lembaran sirih, pinang dan kapur yang akan diberikan kepada para tamu yang diundang, khusunya tamu yang paling dihormati. Sedangkan penari yang lain akan terus menari. Pemegang tepak tersebutlah yang akan berjalan menghampiri penonton untuk memberikan isi tepak kepada tamu-tamu yang diundang terkhusus tamu yang paling dihormati.
4.2.1.1.1 Kostum Tari Persembahan Melayu Kostum merupakan bagian dari lingkup penari yang sangat penting, kostum bisa menonjolkan atau menyembunyikan bentuk tubuh. Kostum tari bukan hanya sekedar penutup badan. Diperlukan proses dan kepekaan untuk menentukan hubungan-hubungan antara gerakan tari dan kostumnya. Tari persembahan melayu umumnya berpakaian kebaya panjang, kuning dan selendang hijau sebagai warna khas melayu. Begitu juga dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, disetiap penampilan mereka dalam membawakan tari Pesembahan ini mereka selalu memakai kostum yang sama, seperti tari Persembahan Melayu pada umunya, biasanya memakai pakaian yaitu: - Baju kebaya panjang berwarna kuning atau hijau - Selendang berwarna hijau - Songket berwarna Kuning
Universitas Sumatera Utara
- Seperangkat aksessoris untuk kalung, anting dan hiasan untuk kepala - Serta sebuah kotak yang disebut tepak yang berisi beberapa daun sirih, kapur dan pinang.
Aksesoris Kepala
Kebaya berwarna Hijau
Selendang berwana Hijau
Songket berwana Kuning Gambar 4.1 Kostum Penari Persembahan Melayu Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, Tarian Persembahan ini hanya ditarikan oleh Perempuan saja dalam jumlah tertentu, bisa berjumlah antara 5-6 Orang, hal ini tergantung kemampuan masing-masing dan selera masing-masing pengelola.
4.2.1.2 Tari Tortor Cawan Tari Tortor Cawan merupakan tarian yang berasal Batak Toba (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisautujuhsarung).
Universitas Sumatera Utara
Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lainya. Namun dalam pertunjukanya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, Tortor Cawan dibawakan untuk mengiringi suatu acara yang sifatnya hiburan saja. Dalam hal ini lembaga yang penulis teliti membawakan tarian ini dengan menggunakan iringan musik Gondang Sabangunan dengan reportoar Sitampar Api, Partahuak Ni Manuk dan HaroHaro.
4.2.1.2.1 Kostum Tari Tortor Cawan Kostum atau pakaian adat pada waktu menari Cawan sangat berbeda dengan pakaian yang dikenakan pada waktu menarikan tarian yang lain. Seperti halnya jika membawakan tarian yang berasal dari Melayu maka warna yang nampak adalah unsur warna kuning atau ketika membawakan tradisi dari Batak Toba unsur yang paling dominan adalah merah atau hitam Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang budaya masing-masing suku. Tari Tortor Cawan pada Lembaga Kesenian Ria Aguna Nusantara merupakan tarian yang menggabungkan antara Laki-Laki dan Perempuan, sehingga perbedaan pakaian pada waktu menari akan sedikit berbeda, baik dalam bentuk dan warna namun masih memiliki hubungan karena didasarkan pada tema tarian yang dibawakan. Adapun perlengkapan kostum yang digunakan oleh penari Cawan Perempuan yang umum pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah: -
Baju yang terbuat dari Ulos (atau kadang baju berwarna hitam)
-
Ulos Ragi Otang atau Ragi Idup
-
Sor Tali
Universitas Sumatera Utara
-
Seperangkat Aksesoris untuk hiasan kepala, tali pinggang
-
Beberapa buah Cawan (Namum khusus yang membawa 7 Cawan sebagai leader kostum yang dugunakan berbeda) Aksesoris sanggul
Sor tali Baju dari ulos Bawahan dari ulos
Gambar 4.2 Kostum Penari Perempuan untuk Tortor Cawan Sumber: Ria Agung Nusantara Medan Sedangkan perlengkapan kostum yang digunakan oleh penari Laki-Laki secara umum adalah: -
Baju Hitam
-
Ulos Ragi Otang atau Ragi Hidup
-
Ikat kepala dari Ulos
Universitas Sumatera Utara
Sor tali
baju atau jas hitam
ulos Gambar 4.3 Pakaian Penari laki-laki Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Masing- masing penari Cawan membawakan jumlah Cawan yang berbeda-beda, jika penari berjumlah 5 Orang maka 1 Orang akan membawakan 7 Cawan, biasanya di tengah sebagai leader. Sedangkan 2 Orang masing-masing akan membawakan 5 Cawan, dan 2 Orang berikutnya akan membawakan masing-masing 3 Cawan. Peletakan Cawan tersebut tentu saja berbeda, penari yang membawa 7 Cawan akan meletakkan Cawanya 1 dikepala, masing-masing 1 di pundak kiri dan kanan, 1 disiku tangan kiri dan kanan dan 2 Cawan di buat di atas telapak tangan kiri dan kanan. Sedangkan penari yang membawakan 5 Cawan biasa akan meletakkan 1 Cawan di kepala, masing-masing 1 dipundak kiri dan kanan dan 1 Cawan diletakkan di siku tangan kiri dan 1 disiku tangan kanan. Sedangkan untuk panari yang membawakan 3 Cawan akan meletakkan Cawan, 1 dikepala dan masing-masing 1 Cawan di siku tangan kiri dan kanan.
Universitas Sumatera Utara
Sementara untuk tata rias yang biasanya digunakan tidak berbeda dengan tata rias penari pada umumnya
Cawan di kepala
Cawan di siku
Cawan Dipegang Oleh jari
Cawan Dipundak Gambar 4.4 Penari Cawan dengan 7 Cawan serta kostum Sumber: Ria Agung Nusantara
Cawan di kepala Cawan di pundak Cawan di siku
Gambar 4.5 Penari Cawan dengan 5 cawan Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.3. Kostum Pemain Musik Kostum yang biasanya dipakai oleh Pemusik pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara didalam memainkan musik baik khususnya jika membawakan kesenian dari Sumatera Utara ialah: - Baju hitam lengan panjang (Jas) (atau Baju yang bermotif Gorga Batak) - Celana hitam panjang - Sor Tali yang terbuat dari Ulos - Ulos
Sor tali dari ulos
ulos Baju atau Jas berwarna hitam Gambar 4.6 : Kostum Pemain Musik Sumber: Ria Agung Nusantar Medan
Untuk kostum yang dipakai ketika membawakan kesenian yang bukan dari Sumatera Utara biasa hanya menambahkan warna yang menjadi ciri khas dari asal kesenian tersebut misalnya warna Kuning dari Melayu.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Musik Musik didefenisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah. Dalam Masyarakat Kesenian Di Indonesia (2008) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera orang. Defenisi sejati tentang musik juga bermacam-macam, misalnya bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya, segala bunyi yang dihasilkan secara seseorang tau kumpulan dan disajikan sebagai musik. Musik juga merupakan salah satu media ungkap kesenian diman kesenian merupakan salah satu unsur dari pada kebudayaan. Dalam hal ini musik yang dipertunjukan oleh lembaga ini ialah musik tradisional yang berasal dari Sumatera Utara khususnya. Musik yang mereka bawakan adalah jenis musik yang sudah dikemas dalam konsep seni pertunjukan. Karena lembaga ini membawakan musik dan tari dalam konsep seni pertunjukan maka musik yang mereka bawakan berfungsi sebagai hiburan dan bukan untuk sarana pengobatan atau sejenisnya. Musik yang mereka sajikan juga merupakan musik tradisional yang tidak dicampurkan dengan alat musik moderen.
4.3.1 Deskripsi Musik yang sering Dibawakan Di antara kesenian Karo, Pak-pak Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir dan Nias, Kesenian batak toba adalah kesenian yang sering mereka bawakan di dalam pertunjukan ketika diundang untuk mengisi acara, hanya saja jika mereka mengisi acara di suatu pesta perkawinan, beberapa musiknya tergantung dari pihak pengundang. Namum dari sekian banyak tradisi di Sumatera Utara mereka lebih sering membawakan Ensambel Musik Gondang
Universitas Sumatera Utara
Sabagunan untuk mengiringi Tortor Cawan dan Ensambel Gondang Hasapi (uning-uningan) dengan reportoar seperti Sitappar Api, Partahuak Ni Manuk serta Horo-Horo. ”Walau semua etnis di Sumatera Utara memang kami bawakan tetapi jika dibandingkan dengan kesenian yang lain kami lebih sering membawakan Gondang Sabangunan untuk mengiringi Tortor Cawan serta Ensambel Gondang Hasapi (uning-uningan), karena hal itu merupakan cerminan dari masayarakat Batak, apa lagi klo kami diundang ke luar negeri yang pastinya musik live nya kami bawakan adalah musik Gondang Sabangunan dan Ensambel Gondang Hasapi (wawancara Senin, 13 Desember, 2010). Musik yang mereka bawakan tidak terlepas dari unsur yang bertemakan mengenai pandangan hidup, pergaulan, percintaan maupun kegiatan sehari-hari.
4.4. Instrumen Instrumen atau seperangkat alat musik merupakan bagian dari sebuah pertunjukan seni. Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara selama ini dalam melakukan pertunjukan seni ketika diundang dalam mengisi acara tidak jarang mengikut sertakan instrumen musik jika membawa pertunjukan secara langsung atau live. Seperti halnya mereka membawakan musik Gondang Sabangunan dalam mengiringi Tortor Cawan serta Ensambel Gondang Hasapi (uning-uningan). Namun lembaga ini jarang membawakan solo instrumen. Untuk mendeskripsikan musik dan ensambel musik, baik yang solo instrumen, pendekatan yang dilakukan adalah bersifat organologi dengan sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan Horn von Bostel dan Curt Sach yang membagi alat musik berdasarkan lima kategori besar, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
(1) Idiofon, yaitu alat musik dengan karakter dimana badannya sendiri yang menghasilkan bunyi utama. (2) Kordofon, yaitu alat musik yang suaranya dihasilkan akibat getaran senar atau dawai. (3) Membranofon, yaitu alat musik yang menghasilkan bunyi dari getaran membran atau kulit. (4)
Aerofon,
yaitu
(5)
Elektrofon,
alat
yaitu
musik
alat
yang
musik
menghasilkan
yang
bunyinya
bunyi
akibat
berdasarkan
getaran
udara.
kekuatan
listrik.
Meskipun pendekatan organologi tersebut, untuk memudahkan masyarakat pendukung instrumen musik tersebut, maka alat-alat musik tersebut juga dikelompokkan ke dalam masing-masing etnis dengan membagi lebih rinci lagi ke dalam sistem klasifikasi Curt Sach tersebut. Khusus tentang solo instrumen, pendekatan yang dilakukan juga adalah lebih bersifat khusus. Ada beberapa instrumen yang sebenarnya bukan merupakan alat musik yang digunakan secara umum, bahkan masyarakatnya sendiri sebenarnya tidak mengkategorikan alat tersebut sebagai instrumen musik, karena istilah musik sendiri tidak terdapat dalam budaya masyarakatnya. Namun apabila kita melihat alatnya sendiri, maka sebenarnya alat itu sendiri dapat dikelompokkan ke dalam instrumen musik. (www.wikipedia.com). Namum pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara tidak menggabungkan kategori yang ke lima yaitu kategori Elektrofon dimana yaitu alat musik yang bunyinya berdasarkan kekuatan listrik hal ini dikarenakan karena sebagai cirri khas lembaga ini untuk tidak mencampurkan alat musik modern didalam setiap pertunjukanya.
Universitas Sumatera Utara
4.4.1 Ensambel Gondang Hasapi (Uning-uningan) Ensambel Gondang Hasapi lazim disebut dengan uning-uningan. Merupakan ensambel yang juga terdapat pada masyarakat Batak Toba selain Ensambel Gondang Sabangunan. Pada Ensambel Gondang Hasapi dalam suatu pelaksanaan ritual lama pada umumnya hanya melibatkan orangtua meskipun ada diberi kesempatan muda-mudi berpartisipasi dengan acara Gondang Naposo. Pelaksanaan upacara bisa berhari-hari, mungkin tujuh hari. Ditengah-tengah waktu senggangnya para pemuda juga berlatih semacam ensembel disebut ‘uning-uningan’. Uning-uningan bukan termasuk ensembel untuk ritual tetapi lebih bersifat hiburan. Meskipun demikian dalam perkembangan selanjutnya disebut juga gondang yaitu Gondang Hasapi. Hasapi adalah kecapi yang memainkan melodi dalam uning-uningan. Ada juga penyanyi yang membawakan lagu-lagu kisah cinta, penderitaan, cita-cita dsb. Namun Ensambel Gondang Hasapi yang dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara berbeda, yaitu lembaga ini tidak mengikutsertakan penyanyi, serta alat musik yang digunakan berbeda dari yang umumnya. Alat Musik Ensembel Gondang Hasapi (uning-uningan) yang dimainkan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a).Hasapi (kecapi)
Gambar 4.7 Hasapi Sumber: www. Wikipedia.com adalah kecapi yang memainkan melodi dalam uning-uningan (long neck lute) terbuat dari kayu serta kaca untuk tempat senar ditekan dan memiliki 2 buah senar. Hasapi biasanya digunakan dua buah, satu hasapi ende, yaitu hasapi sebagai pembawa melodi dan satu lagi hasapi doal, yaitu hasapi sebagai pembawa tempo. b). Sarune etek (shawm)
Gambar 4.8 Sarune Etek Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Universitas Sumatera Utara
Sarune Etek merupakan alat musik tiup dari kayu, lebih pendek dari sarune. c).Sulim (suling )(side blown flute)
Gambar 4.9 Suling (Seruling) sumber: Ria Agung Nusantara Medan Sulim (aerophone side blown flute) adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu seperti seruling atau suling. Sulim ini panjangnya berbeda-beda tergantung nada dasar yang mau dihasilkan. Sulim ini mempunyai 6 lobang nada dengan jarak antara satu lobang nada dengan lobang nada lainnya dilakukan berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional. Namun secara melodi yang dihasilkan suling ini meskipun dapat juga memainkan lagu-lagu minor, tetapi lebih cenderung memainkan tangga nada mayor (major scale) dengan nada diatonis. Perbedaan sulim ini dengan suling-suling lainnya adalah, suara yang dihasilkan adalah selalu bervibrasi. Hal ini dikarenakan adanya satu lobang yang dibuat khusus untuk menghasilkan vibrasi ini, yaitu satu lobang yang dibuat antara lobang nada dengan lobang tiupan dengan diameter lebih kurang 1 cm, dan lobang tersebut ditutupi dengan membran dari bahan plastik, sehingga suara yang dihasilkan adalah bervibrasi.
Universitas Sumatera Utara
d).Garantung (alat musik pukul dari beberapa kayu berbentuk pipih) (xylophone)
Gambar 4.10 Garantung Sumber: Ria Agung Nusantara Medan Garantung (baca : garattung) adalah jenis pukul yang terbuat dari wilahan kayu (xylophone) yang terbuat dari kayu ingol (Latin:…) dan dosi. Garantung terdiri dari 7 wilahan yang digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus sebagai resonatornya. Masing-masing wilahan mempunyai nada masing-masing, yaitu 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (so), 6 (la), dan 7 (si). Antara wilahan yang satu dengan wilahan yang lainnya dihubungkan dan digantungkan dengan tali. Kotak resonator sendiri juga mempunyai tangkai, yang juga sekaligus merupakan bagian yang turut dipukul sebagai ritem dasar, dan wilahan sebagai melodi. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai pembawa melodi dan pembawa ritem, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai garantung dan wilahan sekaligus dalam memainkan sebuah lagu. Alat musik ini dapat dimainkan secara solo (tunggal), namun dapat juga dimainkan dalam satu ensambel.
Universitas Sumatera Utara
e).Hesek
Gambar 4.11 Hesek Sumber: Ria Agung Nusantara Medan Hesek adalah instrumen musik pembawa tempo utama dalam ensambel musik gondang sabangunan. Hesek ini merupakan alat musik perkusi konkusi. Hesek ini terbuat dari bahan metal yang terdiri dari dua buah dengan bentuk sama, yaitu seperti cymbal, namun ukurannya relatif jauh lebih kecil dengan diameter lebih kurang 10-15 cm, dan dua buah alat tersebut dihubungkan dengan tali. Namun sekarang ini alat musik ini terkadang digunakan sebuah besi saja, bahkan kadang-kadang dari botol saja. dalam hal ini Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara menggunakan botol sebagai Hesek.
4.5 Alat Musik Pengiring Tari Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, didalam melakukan pertunjukannya jika tidak menggunakan musik secara live atau langsung maka mereka akan memakai musik yang sudah ada dalam bentuk rekaman. Jika mereka
Universitas Sumatera Utara
memainkan musik secara langsung maka mereka akan membawa seperangkat alat musik untuk mendukung pertunjukan seni yang akan mereka bawakan.
4.5.1 Alat Pengiring Tari Persembahan Melayu Adapun alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Persembahan Melayu ialah: a) Akordion (aerofon) sebagai melodi utama Akordion merupakan sebuah alat musik yang penggetar utamanya adalah kolom udara (wind instrument). Tuts-tuts untuk tangan kanan menghasilkan suara treble (melodi), sedangkan tuts-tuts untuk tangan kiri menghasilkan akord-akord dan ditambah bas.
Gambar 4.11 Akordion Sumber: www. Wikipedia.com
Universitas Sumatera Utara
b) Biola (kordofon) Biola atau dalam bahas inggris Violin adalah alat musik dalam keluarga alat musik bersenar (string instrument) , mempunyai empat senar, memainkan melodi atau unsure harmonik.
Gambar 4.12 Biola Sumber: www.Wikipedia.com c) Gendang ronggeng (membranofon) Gendang ronggeng melayu dalam sistem klasifikasi tradisionalnya dikelompokkan ke dalam alat musik yang dipalu dan fungsinya membawa rentak (irama), badanya terbuat dari pohon kelapa atau mahoni dimana bentuk badan seperti mangkuk dan kulit gendang terbuat dari kulit kambing betina.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.13 Gendang Ronggeng Sumber: Ria Agung Nusantara Medan Berhubung karena lembaga yang penulis teliti tidak menggunakan musik langsung atau live maka penulis mendapatkan informasi mengenai alat musik yang digunakan dari hasil wawancara bersama Fadlin, senin 6 Juni 2011 tentang alat musik yang umum digunakan pada saat pertunjukan Tari Persembahan Melayu, atau baca juga Muhammad Takari dalam tesisnya yang berjudul “Ronggeng Melayu Sumatera Utara : sejarah, fungsi dan strukturnya 1998”
4.5.2 Alat Pengiring Tari Tor-Tor Cawan Tortor Cawan yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara selalu diiringi oleh Ensambel Musik Gondang Sabangunan. Musik tradisi Batak Toba ini biasanya berkaitan dengan upacara adat dan religi. Kegiatan dalam menggunakan gondang sabangunan ini disebut margondang (Masyarakat Kesenian Di Indonesia 2008: 84). Didalam tradisi Batak Toba musik Gondang Sabangunan selalu berfungsi untuk mengiringi suatu upacara adat atau religi namun Gondang Sabangunan yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara berfungsi untuk menghibur serta mengiringi Tortor Cawan karena konsep
Universitas Sumatera Utara
yang dipakai adalah konsep seni pertunjukan dan bukan untuk ritual keagamaan atau pengobatan seperti pada zaman dahulu kala. Musik Gondang Sabangunan ini sudah sering dibawakan pada acara-acara yang melibatkan lembaga ini, baik di kota medan ataupun di luar negeri. Adapun alat musik
Ensambel musik Gondang Sabangunan yang sering dibawakan untuk
mengiringi Tortor Cawan ialah: 1. Instrumen leader adalah Sarune Bolon yang berfungsi sebagai pembawa melodi utama sesuai dengan gaya dan ciri khas alat musik tersebut. 2. Taganing dan gordang sebagai pembawa melodi yang sifatnya lebih ritmis meningkahi (menjahit) permainan dari Sarune (Melodi utama). 3. Ogung yang terdiri atas(Oloan-Ihutan-Panggora-Doal) yang berfungsi sebagai pembawa tempo dan pengatur gerakan kaki pada tor-tor. 4. Hesek, sebagai ketukan dasar yang harus didengar oleh seluruh pemusik (pargonsi) sehingga ensambel Gondang Sabanguna menjadi harmonis
a) Sarune Bolon
Gambar 4.14Sarune Bolon Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Universitas Sumatera Utara
Sarune merupakan instrument tiup dari kayu berlidah ganda (double reed aerophone) yang memainkan melodi suatu lagu
Sarune Bolon Batak Toba adalah alat musik yg dipakai dalam
Gondang Sabangunan, Sarune Bolon adalah pembawa melody dan sebagai pembawa lagu dalam Gondang Batak. Sarune Bolon terbuat dari kayu + tanduk kerbau +vkayu arung sebagai "ipit ipit" (double reed) sebagai sumber suara. Cara meniup sarune Bolon adalah dengan cara "marulak hosa" (circular breathing) dimana nafas ditarik tetapi tanpa menghentikan suara sarune tersebut.
b) Tagading
Gambar 4.15 Tagading Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Taganing, adalah sebuah alat musik pukul yang terbuat daru kulit dan kayu. Terdiri dari satu buah gendang besar sebagai bass, lima buah taganing, dan satu buah adap-adap yang berupa rak. Taganing adalah seperangkat (lima buah) gendang berbentuk silinder (membranophone) yang dipukul dengan kayu.
Universitas Sumatera Utara
Pemain taganing memiliki peran dan tanggung jawab istimewa karena disamping memberi ritme (aba-aba) juga memainkan melodi suatu lagu bersama dengan sarune. Dialah dirigen dan pemberi semangat semua musisi, disamping harus menguasai seluruh repertoar gondang. Gordang juga gendang yang bentuknya lebih besar yang berfungsi sebagai pelengkap taganing dalam variasi ritme. Temponya selalu cepat sehingga tidak dapat diikuti penari. Penari mengikuti ritme ogung. d) Ogung yang terdiri dari (Oloan-Ihutan-Panggora-Doal)
Gambar 4.16 Ogung Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Alat musik oloan, ihutan, panggora dan doal adalah gong dalam berbagai ukuran. Perannya juga bersifat ritmis. Begitu juga halnya odap. Ogung oloan yang bernada rendah menyajikan bunyi dengan ritme tetap agar dituruti oleh ogung yang lain. Karena itu disebut ‘oloan’ yang artinya diikuti. Ia memimpin semua ritme ogung. Oloan disambut oleh Ogung Ihutan (yang mengikuti) atau disebut juga ‘pangalusi’ (jawaban). Peranan ihutan hampir sama dengan oloan tetapi dengan nada lebih tinggi Disambut lagi dengan Ogung Panggora (yang berseru, memberi efek kejut) dan Doal yang memberi variasi ritme tambahan
Universitas Sumatera Utara
e) Hesek
Gambar 4.16 Hesek Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrumen akan terasa kurang lengkap. Walaupun alat dan suaranya sederhana saja, namun peranannya penting dan menentukan.
Universitas Sumatera Utara
4.6 Tempat Pelaksanaan Pertunjukan Tempat pelaksanaan pertunjukan yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara biasanya diatas pentas, didalam ruang atau diluar yang terbuka atau lapangan tergantung pihak pengundang, di dalam acara apa mereka di undang dan seberapa besar acara yang melibatkan mereka. Karena lembaga ini bukan untuk mengikuti perlombaan maka tata lampu panggung atau lighting masih dalam tingkat yang kecil artinya tata lampu tidak terlalu sering menjadi bagian dari pertunjukan mereka apa
bila mereka hanya tampil di pesta
perkawinan atau ulang tahun suatu instansi tentun saja, hal ini juga disebabkan karena fungsi utama dari pertunjukan tersebut adalah untuk menghibur para penonton dan bukan untuk ajang penilaian, namun jika mereka diundang ke luar negeri, biasanya untuk mengikuti festival seperti halnya tahun sebelumnya di festival Tong-tong Fair yang dilaksanakan sebagai acara tahunan di Den Haag (Belanda) maka tata lampu sudah di atur sedemikian rupa dengan panggung yang besar yang disediakan oleh panitia festival yang ada di Belanda yang diikuti oleh beberapa negara. Pengaturan tempat pertunjukan tersebut sudah dilaksanakan digedung yang khusus untuk pertunjukan bukan lagi di lapangan yang tidak menggunakan tata lampu seperti biasanya jika tampil di dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.17 Penari yang sedang Menari di Panggung
Gambar 4.18 Penari yang sedang menari Di lapangan terbuka
4.7 Deskripsi Struktur Musik 4.7.1 Proses Transkripsi Dalam proses transkripsi musik terdapat dua jenis cara penotasian, yaitu notasi balok dan notasi angka. Dalam hal ini penulis akan menggunakan notasi balok untuk mentranskripsinya musik yang menjadi sampel penelitian. Pemilihan notasi balok ini dikarenakan karena sifatnya yang sangat umum dipergunakan dalam penulisan musik dikalangan disiplin etnomusikologi dan juga oleh masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian untuk mendeskripsikan melodi dari musik pengiring dan tari yang disajikan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, penulis menggunakan Malm (1977:15) dengan menganalisis musik yang dilihat dari tangga nada, wilayah nada, jumlah nada, nada dasar, kadensa, interval, kantur, dan bentuk (form). Namun dalam hal ini penulis hanya akan menstransikpsikan alat musik pembawa melodinya saja. Proses transkripsi ini dilakukan dari hasil pengamatan musik yang sering dibawakan dalam pertunjukan lembaga ini melalui kaset atau CD hasil menonton video dan mengamati you tube yang merupakan hasil dokumentasi lembaga ini, mendegarkan musik dan pendukung lain seperti CD yang sudah ada dipasaran karena sebahagian musik yang sering dibawakan sama dengan musik-musik yang sudah ada sebelumnya dan juga dibawakan oleh lembaga kesenian lainnya yang terdapat di kota Medan
4.7.2 Melodi dan Analisis Sitappar Api G = do Transkrip oleh: Rebecca
Universitas Sumatera Utara
Analisis Melodi Sitappar Api 1.Tangga Nada
Netll (1964 : 145) mengemukankan cara-cara mendeskripsikan tangga nada dengan menuliskan nada yang dipakai tampa melihat fungsi masing-masing dalam lagu. Tangga nada
Universitas Sumatera Utara
tersebut lalu digolongkan menurut beberapa klasifikasi menurut jumlah nada yang dipakai, yaitu : diatonic (dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima nada), hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada). Yang dimaksu dengan tangga nada dalam tulisan ini adalah nada-nada yang terdapat pada lagu Sitappar Api. Adapun tangga nada untuk lagu Sitappar Api adalah:
yaitu: D, G, A, B.’, C’, D’. Maka dilihat dari jenis nada yang dipakai maka lagu tersebut tergolong nada Hexatonic (enam nada).
2 Nada Dasar Menurut Nettl (1964 : 147) mengemukakan metode/pendekatan dalam mengemukakan nada dasar. Salah satu yang diusulkan menjadi perhatian penting yaitu: Melihat nada yang sering dipakai
Nada
Jumlah Nada
D
4
G
54
Universitas Sumatera Utara
A
119
B
106
C’
48
D’
24
Nada Dasar
Berdasarkan tabel diatas, maka: Nada yang sering dipakai adalah A dengan jumlah nada 119. Maka nada dasar pada lagu Sitappar Api adalah: A
3.
Jumlah Nada
Jumlah nada yang dipakai dalam lagu Sitappar Api adalah sebagai berikut:
Nada D sebanyak 4, E tidak ada, F tidak ada, G sebanyak 54, A sebanyak 119, B sebanyak 106, C’ sebanyak 48, D’ sebanyak 24.
4 .Wilayah Nada (Range) Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar secara alami ditentukan oleh suara penghasil bunyi itu sendiri, ialah dengan memperhatiakan nada yang paling rendah hngga nada yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat nada-nada yang ditranskripsikan maka lagu Sitappar Api yang diiringi oleh gondang hasapai mempunyai wilayah nada seperti berikut:
5.Interval Interval adalah jarak antara satu nada kenada berikutnya, naik maupun turun.pada komposisi lagu interval penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat secara baik, turun maupun mendatar. Manoff (1991 : 84) membuat pengukuran yang lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan: 1 .interval berkualitas mayor dinaikkan setengah langkah , maka interval tersebut berkualitas augmented, dan jika diturunkan setengah langkah maka intervalnya minor 2. interval berkualitas minor dinaikkan setengah langkah, maka interval itu akan menjadi mayor. Sebaliknya bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished. 3. interval berkualitas perfect dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi augmented, bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished.
Dari hasil transkripsi lagu Sitappar Api maka interval yang digunakan adalah sebagai berikut: No
Nama interval
Posisi
Jumlah nada
1
Prime
-
58
2
2m
Naik
25
Universitas Sumatera Utara
2M
3
3m
3M
4
5
6
4P
5P
6M
Turun
35
Naik
60
Turun
60
Naik
-
Turun
3
Naik
4
Turun
5
Naik
4
Turun
7
Naik
1
Turun
1
Naik
-
Turun
1
6. Formula Melodi (Bentuk) Bentuk (form) yang disebut Malm (1976 : 8) dalam sebuah lagu adalah: a. Repatitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang b. Steratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam seluruh nyanyian c. Reverting yaitu bentuk nyanyian ynag terjadi pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi d. Strofik yaitubentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama tetapi teks nyanyianya berbeda
Universitas Sumatera Utara
e. Progresif yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Berdasarkan analaisis pada setiap bar maka: a. bar 1-2 sama dengan bar 3-4 bentuk b. bar 5-7 sama dengan bar 12-14 c. bar 8-11 sama dengan bar 15-18 d. bar 19-20 sama dengan bar 21-22 e. bar 23-25 sama dengan bar 26-28 f. bar 29-34 adalah akhir Berdasarkan penjelasan diatas maka bentuk melodi lagu Sitappar Api adalah Repatitif.
7. Pola Kadensa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas,
maka lagu Sitappar Api memiliki pola kadensa Repatitif
yaitu:bentuk nyanyian yang diulang-ulang
8. Kontur
Universitas Sumatera Utara
Kontur adalah garis atau melodi sebuah lagu. Seperti yang dikemukakan oleh Malm (1964 : 8) kontur dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Ascending yaitu garis melodi yang sifatnya menaik dari nada yang rendah menuju nada yang lebih tinggi 2. Descending yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang lebih tinggi menuju nada yang lebih rendah 3. Pendulous yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau sebaliknya 4. Terraced yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang (seperti anak tangga) dari nada rendah ke nada yang tinggi, kemudian bergerak sejajar, kemudian bergerak lagi ke nada yang lebih tinggi dan seterusnya 5. Statis yaiitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang lingkup yang terbatas atau datar. Berdasarkan penjelasan antara no 7 dan no 8, maka lagu Sitappar Api memiliki kontur: a. A = Ascending - Descending b. B = Ascending -Descending- Ascending c. B = Ascending -Descending- Ascending- Descending d. C = Ascending- Ascending e. D = Ascending - Descending. f. E = statis
Partahuak Ni Manuk
Universitas Sumatera Utara
G = do Transkrip oleh: Rebecca
Analisis melodi Partahuak Ni manuk
Universitas Sumatera Utara
1.Tangga Nada
2.Nada Dasar
Nada
Jumlah nada
D
3
E
4
F
4
G
25
A
63
B
114
C’
35
D’
59
E’
3
Nada dasar
Berdasarkan tabel diatas, maka: Nada yang sering dipakai adalah B dengan jumlah nada 114. Maka nada dasar pada lagu Sitappar Api adalah: B
Universitas Sumatera Utara
3. Jumlah Nada Jumlah nada yang dipakai dalam lagu Sitappar Api adalah sebagai berikut:
Nada D sebanyak 3, E sebanyak 4, F sebanyak 4, G sebanyak 25, A sebanyak 63, B sebanyak 114, C’ sebanyak 35, D’ sebanyak 59, E’ sebanyak 3. 4. Wilayah Nada (Range) Dengan melihat nada-nada yang ditranskripsikan maka lagu Partahuak Ni Manuk yang diiringi oleh gondang hasapai mempunyai wilayah nada seperti berikut:
5.Interval Dari hasil transkripsi lagu Partahuak Ni Manuk maka interval yang digunakan adalah sebagai berikut:
No
Nama interval
Posisi
Jumlah nada
1
Prime
-
113
2
2m
Naik
26
Turun
20
Universitas Sumatera Utara
2M
3
3m
3M
4
4P
5
5P
6
6M
Naik
54
Turun
46
Naik
-
Turun
8
Naik
4
Turun
11
Naik
3
Turun
1
Naik
6
Turun
5
Naik
1
Turun
1
6.Formula Melodi (Bentuk) Berdasarkan analisis pada setiap bar maka: a Bar 1-4 saba dengan bar 5-9 bentuk 1 b Bar 9-12 sama dengan bar 13-16 bentuk 2 c
Bar 17-20 sama dengan bar 21-24 bentuk 3
d
Bar 25-26 sama bentuk 2 repetitif bridge
e Bar 27-31 bentuk 3 akhir Berdasarkan penjelasan diatas maka bentuk melodi lagu Sitappar Api adalah Repatitif
7.Pola Kadensa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, maka lagu Sitappar Api memiliki pola kadensa Repatitif yaitu:bentuk nyanyian yang diulang-ulang
8.Kontur Berdasarkan penjelasan antara no 6 dan 7, maka lagu Sitappar Api memiliki kontur:
Universitas Sumatera Utara
a. A = Ascending - Descending b. B = Ascending - Descending c. C = Rest (diam ) d. D = Repetitif e. E = Ascending – Descending (akhir)
Melodi Horo-Horo G = do Transkrip oleh: Rebecca
Universitas Sumatera Utara
Analisis Melodi Horo-Horo 1.Tangga Nada
Universitas Sumatera Utara
Tangga nada G mayor ( 1 #) 2.Nada Dasar Nada
Jumlah nada D
4
E
0
F
0
G
11
A
24
B
53
C’
20
D’
12
E’
10
F’
4
G’
10
Nada dasar
Berdasarkan tabel diatas, maka: Nada yang sering dipakai adalah B dengan jumlah nada 53. Maka nada dasar pada lagu HoroHoro adalah: B
3 .Jumlah Nada Jumlah nada yang dipakai dalam lagu Horo-Horo adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Nada D sebanyak 4, E sebanyak 0, F sebanyak 0, G sebanyak 11, A sebanyak 24, B sebanyak 53, C’ sebanyak 20, D’ sebanyak 12, E’ sebanyak 10, F’ sebanyak 4, G’ sebanyak 10.
4. Wilayah Nada (Range) Dengan melihat nada-nada yang ditranskripsikan maka lagu Horo-Horo yang diiringi oleh gondang hasapai mempunyai wilayah nada seperti berikut:
5.Interval Dari hasil transkripsi lagu Horo-Horo, maka interval yang digunakan adalah sebagai berikut: No Nama interval
Posisi
Jumlah
Universitas Sumatera Utara
Nada 1
Prime
-
62
2
2m
Naik
12
Turun
10
Naik
14
Turun
15
Naik
4
Turun
4
Naik
8
Turun
4
Naik
2
Turun
4
Naik
-
Turun
3
Naik
1
Turun
-
Naik
1
2M
3
3m
3M
4
5
6
7
4P
5P
6M
7M
Universitas Sumatera Utara
Turun
-
6.Formula Melodi (Bentuk) Berdasarkan analisis pada setiap bar maka: a. Bar 1-2 sama dengan bar 9 -10 b. Bar 3-4 sama dengan bar 11-12 c. Bar 5 sama dengan bar 13 diam ( rest) d. Bar 6-7 sama dengan bar 14 -15 e. Bar 8 sama dengan bar 16 f. Bar 17 – 18 sama dengan bar 26 – 27 g. Bar 19 – 21 sama dengan bar 28 – 30 h. Bar 22 – 25 sama dengan bar 31 – 34
7.Pola Kadensa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, maka lagu Horo – Horo memiliki pola kadensa Repatitif yaitu:bentuk nyanyian yang diulang-ulang 8.Kontur Berdasarkan penjelasan antara no 6 , maka lagu Horo – Horo memiliki kontur: a . Bar 1-2 sama dengan Bar 9 -10 garis melodinya Ascending b. Bar 3-4 sama dengan Bar 11-12 garis melodinya Ascending - Descending c. Bar 5 sama dengan Bar 13 diam ( REST) d. Bar 6-7 sama dengan Bar 14 -15 garis melodinya Ascending - Descending e. Bar 8 sama dengan Bar 16 garis melodinya Ascending - Descending f. Bar 17 – 18 sama dengan Bar 26 – 27 garis melodinya Descending
Universitas Sumatera Utara
g. Bar 19 – 21 sama dengan Bar 28 – 30 garis melodinya Ascending - Descending h. Bar 22 – 25 sama dengan Bar 31 – 34 garis melodinya Ascending - Descending
BAB V
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis akan membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Pengelolaan atau manajemen adalah bagian dari kehidupan manusia baik disadari ataupun tidak, pengelolaan itu sangat berkaitan dengan kehidupan manusia itu didalam melakukan kegiatanya baik pengelolaan waktu atupun pengelolaan didalam hal lainya sehari-hari. Pengelolaan yang diterapkan oleh setiap usaha, organisasi ataupun lembaga
baik
kecil atau pun besar sangat berpengaruhi
kelangsungan usaha tersebut kemasa yang akan datang. Pengelolaan yang diterapakan oleh setiap usaha-usaha tersebut tergantung dari pihak pengelola sebagai mana ia mengelola dengan baik, mulai dari ide-ide yang dihasilkan, sistem pelatihan anggota, pemilihan anggota atau karyawan, sampai ide-ide tersebut dikemas sebagai suatu karya namun yang tidak kalah penting ialah bagaimana ia mengelola sistem marketing atau sistem pemasaranya sehingga karya-karya yang dihasilkan oleh suatu usaha, lembaga dapat sampai kepada masyarakat dinikmati dan menguntungkan secar financial bagi pihak pelaku usaha atau lembaga. Demikian halnya dengan bidang seni yang dikelola oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, lembaga kesenian ini sudah cukup lama bertahan sebagai salah satu lembaga kesenian di kota medan, sejak tahun 1988 sampai saat ini sudah bertahan kurang lebih dari 22 tahun. Bertahanya lembaga ini sebagai lembaga kesenian milik perorangan dimana ketua lembaga ini mulai dari tahun 1988 sampai saat ini masing tetap Monang Butar-Butar tidak terlepas dari sistem pengelolaan yang digunakan, mulai dari pemilihan anggota, pelatihan, penguasaan materi sampai pada sistem pemasaranya, sampai pada Struktur yang dibuat, hanya
Universitas Sumatera Utara
sebagai syarat terpenuhinya sekumpulan orang untuk disebut sebagai organisasi, yang pada kenyataan di dalamnya tidak dikenal namanya jalur perintah dan laporan, saling tumpang tindih pekerjaan karena seluruh bagian dalam organisasi dituntut untuk menjadi serba bisa. Walaupun pembagian tugas tersebut hanya bersifat diatas kertas saja khususnya para bagian penanggung jawab, hal ini terjadi karena semua anggota dituntut juga untuk saling menjaga dan tidak hanya mengurusi bagianya saja. Hal ini juga terlihat dimana setiap penari atau pemusik juga kadang mengurusi bagian lain misalnya penanggung jawab make-up kadang mengangkat atau mengurusi pakaian juga atau sebaliknya namun keberadaan lembaga ini tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan atau manajemen walaupun yang mengelola serta mengambil keputusan berasal dari 1 Orang saja. Banyak petualangan pertunjukan yang sudah dijalani oleh lembaga ini mulai dari tahun 1991 Lembaga Kesenian ini sudah sering ke luar negeri dimulai pada tahun 1991 kunjungan pertama mereka ialah Hongkong baru tahun-tahun berikutnya berlanjut ke Korea, Jepang, Australia, Malaysia, Singapura, Belgia, Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugal, Thailand dan Inggris serta saat ini sudah tanda tangan kontrak bulan 2, 2012 ke Qatar. Melihat secara kualitas lembaga ini sama dengan lembaga kesenian lainya yang terdapat di kota medan mulai dari sistem pertunjukanya dipanggung, pertunjukan yang mereka lakukan dipanggung tidak berbeda dengan yang lainya hal ini disebabkan karena materi-materi yang mereka bawakan juga sama dengan lembaga yang lainya yakni musik dan tarian yang sudah ada dibawakan kembali namun tanpa menggunakan alat musik modern di setiap penampilanya. Pertunjukan seni yang mereka lakukan jika diundang pada suatu acara membawakan tradisi khususnya Sumatera Utara tapi juga tidak jarang dari Aceh dan Sumatera Barat yang dikemas dalam konsep seni pertunjukan baik musik dan tari serta kadang vokal grup yang
Universitas Sumatera Utara
dibawakan, seperti halnya Ensambel Gondang Sabangunan, tarian Persembahan, tari Gandang, Saman, Serampang Dua Belas, tari Tor-Tor Tunggal Panatuan, Tot-Tor Cawan serta lagu-lagu seperti Soleram, Dekke Jahir, Opio atau lagu-lagu opera batak yang dibawakan secara medley lembaga ini juga tidak memproduksi musik dan tarian dalam bentuk kaset, CD dan DVD. Pemberian bonus di dalam setiap pertunjukan merupakan hal yang selalu mereka lakukan, jika pihak pengundang meminta 2 tarian maka mereka juga akan memberikan 1 penampilan sebagai bonus dengan harapan kelak jasa mereka dipakai kembali serta akses dan sistem pemasaran yang mereka lakukan tergolong unik yakni, lembaga ini hanya membuat pamplet depan tempat latihan, dari teman keteman yang dikenal oleh lembaga ini sampai tetap melakukan kontak dengan pihak pengundang terdahulu.
5.2 Saran Pengelolaan atau manajemen merupakan kunci utama dapat berkembang serta bertahannya suatu usaha atau lembaga, baik lembaga besar ataupun lembaga kecil. Setiap lembaga yang dikelola itu hendaknya menerapakan pengelolaan yang baik sehingga tujuan dari usaha atau lembaga tersebut dapat tercapai ditengah banyak usaha atau lembaga yang bergerak dibidangnya masing-masing, seperti halnya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara sebagai salah satu lembaga yang bergerak dibidang kesenian. Setiap lembaga yang bergerak dibidang kesenian haruslah memperhatian pengelolaan pada lembaganya baik dari segi pengelolaan struktur kepengurusanya sampai pada pengelolaan materi atau produk yang dihasilkan serta kualitas sehingga dapat bertahan ditengah banyaknya lembaga kesenian yang terdapat di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran
Gambar l.1 : Tempat latihan tampak luar
Gambar l.2 : Tempat latihan setiap hari Tampak dari dalam
Universitas Sumatera Utara
Gambar l.3 : Pamplet Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Gambar l.4: Monang Butar-butar
Gambar l.5 : Bermain musik di lapangan
Gambar l.6: Latihan sebelum Pertunjukan
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Kontruksi, Jakarta: PT Pradnya Paramita. Achmad, sobirin. 2007. Budaya Organisasi. Yokyakarta, Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Abdurrahmat, Fathoni. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta Arief, Furchan. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional Irfan, 2004. Makna Atau Arti Yang Terdapat Pada Sistem Peralatan Gondang Dan Fase-Fase Dalam Upacara Kematian Pada Batak Toba. Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara. Jurnal Panggung, STSI Bandung No. xxx Tahun 2005 Kumaruddin .1991. Asas-Asas Menejemen Produksi Lexy J. Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Roksadakarya. Lowrimer, Lowrence T. et. Al. 1991. Grolier Encyclopedia Of Knowledge,Volume 1-20, Grolier, Incorporated, Danburry, Connecticut. Muhammad Takari, Heristina Dewi. 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara. Medan. USU Press. Muhammad, Takari. 2008. Manajemen Seni, Medan : Studi Kultura. Muhammad Takari, Fadllin, Heristina Dewi, Frida Deliana, Torang Naimborhu, Arifni Netriroza. 2008. Masyarakat Kesenian Di Indonesia. Medan, Studi Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Malayu S.P. H. Hasibuan, S.P..1996. Organisasi dan Motivasi, Jakarta : Bumi Aksara. Poerwadarminta, W.J.S., 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahayu, Supanggah. 2008. Etnomusikologi, Yokyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Sal, Murgyanto. 1996. Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas-Batas Dan Arti Pertunjukan. Yokyakarta, Jurnal MSPI. Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia Dan Pariwisata.Bandung : Arti.Line.
Universitas Sumatera Utara
Sunarto. 2006. Manajemen Pemasaran. Yokyakarta : UST Press. Supardi, Syaiful Anwar. 2002. Prinsip Dasar Organisasi. Yokyakarta, UII Press. Tri Rahayu, lin, Ardi Ardani,Tristiadi. 2004. Observasi dan Wawancara, Malang,Jawa Timur : Bayumedia Publishing. Sumber dari internet: www.Wikipedia/google.com
DAFTAR INFORMAN
Universitas Sumatera Utara