PENDAHULUAN
Latar belakang Iles-iles (Amorphophallus muellen' Blume sin. A. b l u ~(Scott.) ' Engler sin. A. oncopAylIus Prain) merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai patemi
dan prospek untuk dikembanglcan di Indonesia. Selain mudah didapatkan juga mampu menghasilkan karbohidrat dan indek panen tinggi. Dewasa ini kebutuhan
makanan pokok utama brupa karbohidrat masih dipenuhi dari kras, diikuti jagung dan s e d i a yang lain. Sumber karbohidrat dari jenis umbi-umbian, seperti ubi kayu, ubi jalat, Was, kimpul, uwi-uwian, ganyong, garut, suweg dan iks-iles pemanfaatannya belum optma1 sehingga mssih tehahs sebagai bahan makan anernatif di saat oaceldik (Kriswidarti, 1960 ; Rijono, 1989).
Amorphophallus spp. termasuk famili Araceae, awalnya ditemukan di daerah tmpik dari Afrika sampai ke pulau-pulau Pasifik, kemudian menyebar ke daerah hnklirn sedang seperti Cina dan Jepang. Jenis A. mueII8n Btume, awak nya ditemukan di Kepulauan Andaman India, menyebar ke arah timur melalui
Myanmar m u k ke Thailand dm ke Indonesia (Jansen et 81. 1996). Tanaman Ini merupakan tanaman tema hidup panjang, daunnya mirip s e u i dengan daun
Tacca (Heyne. 1987). Tumbuhnya mdiar (terdapat di alam bebas) di rnana
saja seperti di pinggir hutan jali, di bawah mmpun bambu, di iepttepi sungai, di semak belukar dan di ternm-tempat di bawah naungan y a y betbavariasi. Untuk mencapai; produksi umbi yang tinggi diperlukan naungan -0
% ( J a m et ai.
1996). Tanaman ini tumbuh dari dataran rendah sarnpai 1000 m di atas
permuban laut, dengan suhu antara 25-35" C, sedangkan curah hujannya antara 30&500 mm per bulan selama penode pertumbuhan. Pada suhu di afas 35'C
daun tanaman akan terbakar, sedangkan pada suhu rendah menyebabkan
iles-les doman (ldris, 1972 ; Perum Perhutmi. 1995).
Menurut Emriati dan Laksmanahardja (1996); Hetterscheid dan lttenbach (1 996), i b i l e s tumbuh baik pada tanah bertekstur ringan yaitu pada kondisi liat
k-r,
stnrldurnya gembur, dan kaya unsur hara. Di mmping itu jugs
hrdrainase baik, dengan kandungan humus tinggi, pH tanah 6 - 7,5 (Jansen et
al. 1996). Lebih lanjut dinyatakan bahwa, untuk mencapai bobot umbi optimal diperlukan waMu pertumbuhan sampai dengan tiga tahun (Rijono, 1999).
lies-iles memiliki umbi dalam tanah, bunga dan daunnya tidak muncul pada
saat yang sama. Tangkai daun dan bunga tunggal, berbentuk tongkol dan bersifat majemuk, dilindungi obh seludang {spatha)(Lahj a , 1993). Tanaman ini merupakan tanaman tahunan penghasit karbohidrat yang penting yaitu glukomanan (Heyne, 1987; Lahiya, 1993 ; Jansen et al.,199$ ). Sampai sekarang dari
beberapa jenis Amorphophallus di Indonesia ilesiles mempunyai kadar glukomanan paling tinggi (Ohtsuki, 1988; Rosman dan Rusli, 5991; Jansen et ai.,f996) dan juga mentpakan
satu-satunya sumber glukomanan bukan
pohon yang cukup tinggi (Plucknett, 1978; Suyatno, 1982). Glukomanan rnerupakan polisakarida
yang mempunyai sifat antara
selulosa dan galaktomanan (Frei dan Peston, t967), terdiri atas satuan-satuan
D-mannosa dan D- glukosa dengan perbandingan molar 3 : 2, memiliki rantai tinier f3 (1-4) satuan gula pembentuknya, dan ukuran BM lebifi besar dari 300 kD
(Tye,1991; Manullang, 19991, juga
1997). Penggunaannya setain untuk makanan (Ariel,
untuk krtiagai mamm industri, laboratoriurn kimia, dan obat-obatan.
Menurut catatan Buku Ekspor BPS Statistik Luar Negeri Indonesia dan tahun 1985-2003, Indonesia telah mampu mengekspor ileiles dalam bentuk
gaplek atau tepung ke berbagai negara seperti Jepang, Australia, Sri Lanka,
Malaysia, Republik Korea, New Zealand, Pakistan, United Kigdom dan ltali (Tabel 1). Narnun temyata pada sepuluh tahun terakhir Indonesia juga mengimpor
les-iles dad Taiwan 10050 kg = US$41422 (# 19931, Jepang 3005 kg m US$ 4245 (# 1999) dan tahun 2002 sebanyak 5864 kg FPI US$ 15731 (BPS, 19932003). Menurut Cokro*) (kamunikasi pribadi, 2003) menyatakan, bahwa hingga
saat ini Jepang masih membutuhkan tepung atau gaplek iles-iles tebih 1000 ton per tahun. Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi, karena di Indonesia iles-3es belurn dibud'idayakan secam intensif dan masih sangat tergantung pada potensi alam, luas penanaman yang rnasih relatif terbatas, juga pedoman budidayanya
belum ada (Hartanto, 1994). Tabd 1. Vdume dan nilai ekspor iles-iles Indonesia tahun 1985-2003
I
Tahun
I Volume (kg) I
I
Nilai (US$)
I
1
I
Tahun
I
Volume (kg)
(
Nilai (US$)
I
I
Sumber : BPS, (19852003) '1 : data mrnpai bulan Agustus Sriwidodo et d.(1994) mengemukakan, bahwa ketidak stabilan produksi iles-iles
ini disebabkan kama usaha taninya bersifat sampingan, terjadi pengembang-
an tanaman lain yang tebih kompetrtif dan belum banyak dilakukan peneliian
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia iles-iles menrpakan tanaman yang dipaksakan untuk ditanam di setiap pekarangan rumah, uq5qF kepeduan
*)
Cokro Dirftktqr PT IWCQ Jakarta
menaruh perhatian ke komoditi ini (Lahiya, 1993). Setelah pendudubn Jepang berakhir tanaman ini rnenjadi langk dan tidak populer lagi di kalangan petani di Indonesia. Kelangkaan ini disebabkan karena tumbuhnya yang meliar (wild Wpe)
dan bemifat sporadis di hutan-hutan, serb belum banyak dibudidayakan ptani sehingw hanya sedikit saja orang yang mengenal tanaman ini (Haftanto, 1994).
Tepung Des-iles sering disebut black konjaku, jika diekspor harganya sangst rendah US$ 1.2
- 4,s kg",
dibanding konjaku yang dapat rnencapai nilai jual
US$ 55 kg" (Purwadaria, 2001). Lebih lanjut disebutkan jika berupa keripik
(gaplek) cara tradiiional pada umumnya hanya mampu menghasilkan kualitas dengan kadar air
la%, warna coklai dengan kadar glukomanan
19,741,8%,
sedangkan pasar menghendaki Luahs dengan k d a r air 1296, warna kuning dan kadar glukomanan 3047%. Menurut Ermiati dan Laksmanahardja (1996), untuk
meningkatkan nilai ekspor dan nilai tambah pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan &visa negara, diperlukan teknik budidaya dan tekndogi pengdahan yang berdaya guna.
Perkembangan budidaya it#-iles lebih lambat, selain disebabkan belum banyak rnasyarakat mengenal khususnya di luar Jawa, juga umur tanaman yang mlatif lama dibanding umur jenis umbi dan palawija lain. Di samping itu juga karena adanya faktor-faktor fain yang sampai sekarang belum terpecahkan,
seperb' aspek agmnomi, pemasaran, dan pengolahan hasil (Ermiati dan Laksmanahardja, 19961, serta pemanfaatan bhan hutan yang belum optimal
*perti
pada Agrolbtt?stry (Rijono, 1999). Untuk itu diperlukan usaha-usaha
peningkatan tebik budidaya Amorphophallus spp. melalui penelitian dan
penyuluhan khususnya di bidang agmnomi dan biologi (Kriswidarti, 1980). Sampai saat ini secara umum teknik budidaya ites-ites b l u m diketahui dengan benar, termasuk di datarnnya tentang perlunya pemupukan, pengapuran di tanah
asam, pedu tidaknya pembalikan umM, dan tidak ada pedoman yang
baku. Hal ini dlperkuat pendapat Lingga et al. (1989) yang menyatakan bahwa tielurn banyak ahli agronomi yang tertarik untuk meneli aspek-aspek WEdaya
tanaman in!, sehingga
pustakanyapun tidak mudah didapatkan. Mengingat
besamya potensi tanaman ini, maka penelin tentang budidaya iles-iles pedu dilakukan dan dikembangkan.
Tujuan Penelfflan Secara umum penelitin bertujuan untuk mempeiajari aspek-aspk morfologi dan agronomi serta fenologi ilesiles, sehingga diharapkan nanti dam
mernperoleh cara budidaya yang lebih baik dan berproduksi tinggi, lebih singkat waktunya dan menghemat biaya.
Secara khusus diujukan untuk : I. Mernperokh informasi dri-ciri morfologi dan agronomi yang lebih rind dan
lengkap daripada informasi yang tehh ada. 2,
Mernpemleh informasi tentang komposisi media tumbuh yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman, sehingga diperoleh hasil umbi yang lebih besar. 3.
Penentuan waMu panen yang tepat, yaitu mampu mewhasilkan hbot umbi paling berat dati pertakuan yang diuji, dengan kadar glukomanan kbih bear 41,8%.
4.
Memperoleh informasi tentang cam tanam umbi yang mampu memberikan
produksi paling besar,dianiam cara tanam yang dicobakan. 5.
Menguji tanggap tanaman temadap tanah masam dm Al tinggi bila hendak
diusahakan di luar daerah penyebaran alamiahnya, dengan menggunakan berbagai macam ukuran bulbil.
Kegunaan PenelMan 1. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam
perbailcan budidaya dan pengembangan iles-iles, sehingga diperdeh hasil yang lebih tinggi, dengan bahan tanaman yang Msien. 2. Hasil pendiian diharapkan dapat rnemhrikan informasi mengenai berbagai
aspek agronomi iles-iles dan mernacu dalam kemajuan s e e pengembangan penelitian yang akan datang.
Hlpotesis PenelMan 1. Budidaya iles-ilea menggunakan pupuk kandang, pupuk P dan K dosis tinggi
membrikan hbot umbi lebih berat. 2. Cam tanam umbi tanpa dibalik, diikuti pembngkaran tanah dan penambahan
pupuk memberikan hasil umbi lebih bsar.
3. Respon tanaman terhadap kenaikan pH tanah akibat pemberian kapur a h n menjadi tebih baik. 4. Pemanenan yang tepat adalah pada saat umur tanaman semakin panjang
(tiga periods pertumbuhan veg-,
pada kondisi bagian tanaman di atas
permukaan tanah teiah mengering. Untuk rnenguji hipotesis yang dimmuskan, dilakukan berbagai percobaan seperti disajikan pada Gambar 1.
Masalah : Bebefapa aspek agrwKxni ile&l%s
* Percobam Pendahuluan : Uji pertumbuhan iles-iks pada berbagai macam media perexrbaan
+
-
t Penenturn waktu Wmn Yaw tw
L
Deskripsi
(ciriciri) iles-iles Uji dosis kapur dan PuPuk bndang
li- : Uji dosis plpuk P dan K
Ujji bulbil dan kapur pada ternah bet -A1 tinggi -
-
Gambar 1. Bagan alur tahapan penelitian
v