LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KAPAS (Gossypium sp)
Oleh: -
Dilla Pramitasari
( 125040101111011 )
-
Dian Ardi
( 125040101111121 )
-
Ria Lestari Baso
( 125040101111086 )
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
LAPORAN PENGESAHAN TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KAPAS (Gossypium sp) BAB I – BAB III
Disetujui oleh:
Asisten Lapang,
Asisten Kelas,
Mokhtar Effendi
Mokhtar Effendi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kapas adalah tanaman atau tumbuh tumbuhan yang berbentuk semak semak , dalam keadaan dapat tumbuh sampai beberapa meter tingginya, tetapi kesemuanya tergantung dari jenis, kesuburan tanah dan iklimnya. Kapas merupakan bahan penting yang dipergunakan untuk bahan pakaian,selain itu serabut kapas mempunyai ketahanan terhadap kebasahan maupun kekeringan.Kapas dalam hal pembudidayaan juga diperlukan ketelatenan dalam hal budidaya. Dalam penyusunan laporan ini akan dipaparkan tentang hal tentang tanaman kapas seperti klasifikasi,morfologi, syarat tumbuh, dsb serta akan dijelaskan pula teknik budidaya tanaman kapas yang telah dipraktekkan dalam praktikum mata kuliah Tekonologi produksi Tanaman. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum budidaya tanaman serat yaitu kapas sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman serat, khususnya kapas). b. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman serat, khususnya tanaman kapas 1.3 Manfaat Dari hasil praktikum budidaya kapas ini dapat memberikan pengetahuan pada mahasiswa tentang cara budidaya kapas. Disamping itu mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan mengenai teknik budidaya yang tepat dan pengalaman dalam bidang usaha budidaya tanaman serat, sehingga nantinya dapat melakukan budidaya serat kapas secara mandiri dan mampu meningkatkan produksi serat kapas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kapas
Klasifikasi : Kerajaan
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas
: Dicotylledoneae
Ordo
: Malvaceae
Genus
: Gossypium
Spesies
: Gossypium hirsutum. Sp (Anonymous, 2012)
Morfologi Kapas a) Akar tanaman kapas berupa akar tunggang, panjangn akar dapat mencapai 0,75-1 meter. Batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiaknya. Memiliki 3 macam tunas, yaitu tunas serap, cabang vegetatif dan cabang generatif. Cabang generatif ditandai dengan diakhiri yaitu tumbuhnya square.Tinggi tanaman mencapai 100-150 cm. b) Daun berbentuk normal (palmatus), permukaan daun berbulu jarang, tulang daun menjari. Bunga tanaman kapas termasuk bunga sempurna. Bunga tumbuh pada cabang generatif, tiap cabang ada 6-8 kuncup. Bagian-bagian bunganya yaitu terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, daun kelopak, mahkota bunga, bakal buah, tangkai kepala putik, kepala putik, dan tepung sari. c) Buah berbentuk dari persarian sampai buah masak 40-70 hari. Bentuk buah bulat telur, dengan warna hijau muda atau hijau gelap berbintik-bintik. Setiap buah memiliki 3-5 ruang, sehingga buah tanaman kapas termasuk buah kotak. (Subiyakto dan Indrayani, 2008)
Gambar Literatur Kapas (Subiyakto dan Indrayani, 2008)
2.2 Syarat Tumbuh Pada musim-musim tertentu tanaman kapas sangat tidak menyukai keadaan yang terlalu basah atau terlalu kering. Selama pertumbuhan vegetatif memerlukan hujan sedikit. Lebih baik jika hujan itu terjadi pada malam hari dan pada siang hari mendapat sinar matahari sepenuhnya. Pada waktu buah masak (merekah), perlu keadaan lebih kering. Perubahan dari musim kering mendadak ke hujan lebat dapat menyebabkan rebahnya pohon. Kapas yang umurnya kurang dari 1 (satu) tahun menghendaki curah hujan rata-rata 15001800 mm/tahun. Sebaiknya tanaman kapas ditanam di tanah datar, dan cocok pada ketinggian 10-150 mdpl. Selama masa pertumbuhan hendaknya suhunya sama. Pada suhu dibawah 15oC tumbuhnya lambat. Pertumbuhan yang optimal menghendaki suhu rata – rata 25 – 28oC dengan kelembaban 70%. Penyinaran matahari juga merupakan aspek penting untuk pertumbuhan/perkembangan tanaman kapas, dari tanaman muda hingga berbunga penuh. Kurangnya penyinaran sinar matahari akan memperlambat masaknya buah dan tuanya buah tidak serempak. Pada musim yang tepat dimana sinar matahari memenuhi syarat tumbuh kapas, kemasakan buah bisa
mencapai 70-90%. Kekeringan tanah dengan angin yang sedang, agak merugikan tanaman kapas. Tetapi angin yang membawa uap air, bagus untuk pertumbuhan kapas. (Rinny riyanti, 2011) 2.3 Fase Pertumbuhan Kapas Tanaman kapas dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan umur, yaitu kapas dalam (umur sekitar 170-180 hari), kapas tengahan/medium (umur sekitar 140-150 hari), dan kapas genjah (<130 hari).Kapas yang ditanam di Indonesia umumnya termasuk kapas berumur medium/tengahan. Pertumbuhan tanaman setiap kelompok berbeda, sebagai gambaran pertumbuhan tanaman kapas berumur dalam, mulai benih sampai panen (Hadad dan Sitepu, 1973).
Untuk kapas berumur tengahan kapas dipanen antara 140-150 hari, sedangkan kapas berumur genjah sekitar 130 hari. Umur panen kapas dipengaruhi pula pembahan iklim, makin kering panenan makin cepat. Dari pengamatan di lapang, kapas tengahan dalam keadaan udara yang sangat kering bisa lebih cepat (130-140 hari selesai dipanen) (Rusim-Mardjono et al., 2000).
2.4 Teknik budidaya 2.4.1 Pembibitan Persyaratan Benih
benih kapas dapat diperoleh dari biji atau dari plantlet,
benih berasal dari tanaman yang sehat atau varietas unggul
memilih buah kapas yang sudah tua, sehat, dan tidak cacat,
warna kulit buah kecoklatan dan kering
2.4.2 Pengolahan Media Tanam
Persiapan dan Pembukaan lahan Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya,
serta
untuk
memudahkan
perakaran
tanaman
berkembang
dan
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.
Pengolahan Tanah Di Lahan Sawah Irigasi 1. Membuat saluran irigasi dan drainase untuk dapat mengalirkan air di sekitar persawahan. 2. Pembajakan lahan sedalam 30-40 cm, dapat dilakukan dengan menggunakan traktor, lalu dihaluskan dengan cangkul. Lahan dibiarkan selama 1 minggu. 3. Penggemburan tanah, dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang baik, selanjutkan diratakan dan dibiarkan lagi selama 1 minggu. 4. Bila pH tanah kuang dari 5,5 maka perlu pengapuran, pengapuran ilakukan dengan menebar langsung di atas permukaan tanah, lalu ditutupi dengan tanah dan dibiarkan selama 15 hari.
Pengolahan tanah di lahan tegalan atau sawah tadah hujan 1. Pembajakan dengan traktor, sebelumnya dialiri air terlebih dahulu dan didiamkan selama 1 hari. 2. Pembersihan lahan dari gulma di lahan tersebut.
3. pembuatan bedengan atau pada lahan miring dibuat terastering. 4. selajutnya sama seperti kegiatan pada lahan sawah
2.4.3 Teknik Penanaman
Penentuan pola tanam Pola tanam dapat dilakukan dengan cara monokultur maupun tumpang sari dengan tanaman jenis kacang-kacangan.Tumpang sari dilakukan bila diinginkan lebih dari satu jenis tanaman yang dipanen.
Pembuatan Lubang dan Jarak Tanam Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu menggali sedalam kurang lebih 10-20 cm dan luas lubang kira-kira 10 x 10 cm. Selanjutnya penentuan jarak taman, jarak tanam disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang kurang subur, jarak tanam yang dianjurkan yaitu sekitar 80 x 30 cm, dimaksudkan agar menekan pertumbuhan gulma dan tidak terjadi persaingan antar tanaman. Sedangkan pada tanah yang subur, jarak tanam dianjurkan tidak terlalu rapat yaitu sekitar 100 x30 cm, karena pada tanah yang subur ini tanaman akan cepat tumbuh besar.
Cara dan Waktu Penanaman Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari pada saat cuaca sejuk dan tidak panas, ini bertujuan agar bibit mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Penaman dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. mengumpulkan bibit pada suatu tempat, yang teduh. b. mengambil bibit satu persatu untuk ditanam. c. cara penanaman yaitu merobek dan membuang polybag dengan hati-hati, jangan sampai merusak perakaran bibit. d. memasukkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah disediakan. e. kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian lubang. f. penyiraman perdana bibit di lapangan, semuanya dilakukan denagn hati-hati.
2.4.4 Pemeliharaan Tanaman Kapas
Pemupukan Tanaman kapas dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, tetapi harus diperhatikan bahwa tanah tersebut cukup mengandung unsur hara. Dengan alasan itu, tanah – tanah marginal yang luas dengan iklim yang menguntungkan masih dapat diusahakan pertanaman kapas dengan menambah unsur hara tanaman dengan cara pemupukan. Kapas yang dipupuk dengan baik akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.Sebagai pedoman, pemakaian pupuk dasar tiap Ha adalah ; o ZA = 200 – 400 kg o SP = 350 – 500 kg o KCl = 100 – 150 kg
Penyiraman Bibit di persemaian disiram setiap pagi hari, mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul ke permukaan tanah. Untuk penyiraman, dapat menggunakan tangki semprot atau bisa dengan menggunakan timba air. Penyiraman dilakukan dengan hatihati agar tidak mengikis tanah dalam media semai. Apabila daun sejati telah keluar, penyiraman bibit dilakukan setiap pagi dan sore hari agar bibit tidak mengalami kekeringan.
Penyulaman Penyulaman diperlukan apabila tanaman tumbuh kurang dari 80%, diganti dengn tanaman kapas yang baru,sehingga jumlah pohon sesuai yang diinginkan. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih darI 10 hari. Hal ini untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman serempak dan mudah dalam pemeliharaan. Bibit tanaman yang akan disulam dapat diambil dari lubang lain yang jumlahnya berlebihan, dengan mencabut secara hati-hati agar akar tunggang tidak putus.
Penyiangan dan pembumbunan Penyiangan dilakukan dengan membuang rumput rumput sekitar tanaman kapas agar pertumbuhannya tidak terhambat. Rumput-rumput yang tidak dicabut dapat menjadi sarang hama dan penyakit serta dapat mengurangi hasil maupun mutu kapas sampai 50%. Penyianagn dilakukan sebaiknya tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 2 sampai dengan 3 minggu (penyiangan pertama), berumur 5 minggu (penyiangan kedua) dan ketika berumur 7 minggu (penyiangan ketiga). Bersamaan dengan penyiangan, perlu dilakukan pembubunan, yaitu menguruk atau membumbun tanah di
sekitar pohon
sedemikian rupa untuk memberi kesempatan pada tanaman kapas tumbuh subur.Khusus untuk daerah datar, pembumbunan pertama dilakukan mengikuti barisan, pembumbunan kedua menyilang barisan. Sedang untuk daerah miring, pembumbunan dilakukan sesuai dengan tingkat kemiringan tanah
Pemotongan dan pemangkasan pohon Pemangkasan tanaman kapas bertujuan untuk menjaga pertumbuhan kapas tidak terlalu tinggi, untuk mempermudah melakukan penyemprotan dan pemanenan. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 110 sampai dengan 120 hari. Pemangkasan dilakukan dengan pisau atau gunting maupun dengan tangan pada bagian yang lunak.
Penjarangan Penjarangan bertujuan untuk mengurangi tanaman yang tumbuh terlalu padat dalam satu lubang, sehingga diberi kesempatan kepada tanaman yang tinggal untuk tumbuh subur dan menghasilakn sesuai dengan tingkat produksi yang diharapkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan penjarangan antara lain : a. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 sampai dengn 3 minggu. b. Tanaman yang tumbuh cacat dicabut. c. Tiap lubang sebaiknya dipelihara 1 atau 2 pohon, atau tergantung keadaan tanah. d. Bagi tanah yang subur sebaiknya cukup 1 pohon saja, agar tidak terlalu rimbun.
2.4.5 Hama dan penyakit tanaman pada kapas Hama Hama dan penyakit pada tanaman kapas merupakan penyebab turunnya produktivitas hasil tanaman. a. Macam-macam hama 1. Hama perusakbuah(Heliothissp) Hama ini masuk ke dalam buah kapas, dengan terlebih dahulu merusak daun dan kuncup bunga.Tanda-tanda serangan terdapat lubang pada buah dan kuncup bunga atau bagian yang lain, di luar lubang terdapat kotoran larva. Pemberantasannya dengan pestisida 2. Hama perusak batang, pucuk dan kuncup buah (Friasfabis S.) Ulat dari jenis hama ini memekan pucuk muda, melubangi batang dan menggerek buah. Tanda-tanda serangan, kuncup dan buah terdapat lubang dan sisa kotoran, pucuk batang layu, terkulai, busuk dan akhirnya mati. Bila pucuk batang dibelah, sering dijumpai ulat. Pemberantasannya dengan pestisida 3.Hama perusak daun Hama perusak daun ini terdiri dari Empoasca sp dan Prodenia litura F. hama tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: -Empoasca sp : - Merusak dengan cara mengisap cairan daun - Larva dewasa tinggal di bawah permukaan daun -Bergerak dan terbang cepat sekali -Terdapat bintik-bintik hitam pada daun - Warna berubah coelat keerahan, tetapi daun mengkerut ke bawah dan gugur. Bila tanaman digoyangkan, banyak hama berterbangan. Penyakit -
Macam-macam penyakit
Penyakit tanaman kapas terdiri dari penyakit karena bakteri dan cendawan yaitu: 1. Penyakit karena bakteri (Xanthomonas malvacearum,SM)
Tanda-tanda serangan, daun terdapat bercak persegi mirip bintik air, bila dipijit keluar cairan dan kemudian berubah menjadi coklat akhirnya mati. Kulit buah yang terserang berwarna hijau tua dan lembab. Pemberantasan dilakukan dengan menanam bibit unggul yang tahan terhadap serangan Xanthomonas sp. Pembersihan sampah-sampah atau sisa tanaman sehabis panen 2. Penyakit karena cendawan Penyakit busuk buah/bercak daun (Antheacnose) Penyakit ini merusak tanaman muda, dewasa,menyerang daun, batang dan buah.Tandatanda serangan, terdapat bercak warna coklat kemerahan ditepi daun, pada keeping biji tanaman muda dan padi batang kecambah.Terdapat noda-noda kecil berwarna kusam pada kulit buah. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan pergiliran jenis tanaman yang tepat. 3. Penyakit layu (Fusarium vasinpectrum, Atk) Penyakit ini menyerang seluruh bagian tanaman(daun, buah dan biji),pertumbuhan tanaman tidak sempurna, serangan yang parah menyebabkan tanaman menjadi layu.Daun-daun yang terserang mengkerut layu lalu gugur atau menyebabkan tanaman menjadi kerdil.Kulit batang dan akar kayunya berwarna coklat atau hitam.Pemberantasan dilakukan dengan pergiliran tanaman yang tepat sreta pemanenan varietas yang tahan terhadap serangan Fusarium.
2.5 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas Perlakuan yang diberikan pada penanaman kapas kelompok kelas G Agribisnis 2012 adalah menggunakan kapas dengan varietas Kanesia 10. Untuk kelas lain terdapat perlakuan menggunakan varietas Kanesia 15. Menurut Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (2012), Kapas Kanesia 10 mulai berbunga pada umur tanaman 55-60 hari, berat kapas mencapai 556 g/ 100 buah. Kapas varietas ini menghasilkan mutu serat yang baik, diantaranya adalah persen serat sebesar 44,8 - 47,15 %, panjang + 29 mm, kekuatan 27,13 g/tex, elastisitas 6,27 %, kehalusan serat 4,38 mic, dan memiliki tingkat keseragaman serat 83,70 %. Potensi produksi kapas ini mecapai 3 ton/ha. Keunggulan kapas Kanesia 10 yakni dalam hal tingkat produktivitas artinya bahwa varietas tersebut mampu beradaptasi secara luas di berbagai areal pengembangan.Varietas kapas ini potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri perseratan.
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapang Teknologi Produksi Tanaman komoditas kapas adalah setiap hari kamis pukul 14.00 yang bertempat di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. 3.2 Alat dan Bahan Alat : -
Rafia : sebagai pembatas per lubang tanam
-
Spidol : untuk menandai panjang raffia
-
Tugal : untuk membuat lubang tanam
-
Gembor : untuk menyirami tanaman, guna memenuhi kebutuhan air tanaman.
-
Cangkul tangan : untuk membalik tanah
-
Penggaris : untuk mengukur tinggi tanaman.
-
Kamera : untuk mendokumentasikan tanaman penagamatan.
-
Alat tulis : untuk mencatat data-data penting saat pengamatan dilapang.
-
Benih : kapas varietas Kanesia 10 sebagai bahan tanam.
-
Pupuk : untuk memupuk tanaman kapas dan penambah nutrisi bagi tanaman.
-
Air : sebagai sumber nutrisi bagi tanaman
Bahan :
3.3 Cara Kerja Pengolahan lahan
Membuat lubang tanam dengan tugal dan memasukkan bibit ke lubang
Penyiraman
penyulaman
Pemupukan
Pembubulan dan Pemupukan kedua
Pengamatan aspek hama penyakit dan menghitung intensitas penyakit
Pengamatan menghitung jumlah daun dan tinggi tanaman
Penjelasan : Awal dari penanaman kapas adalah pengolahan lahan yang sudah dilakukan oleh pihak asisten. Praktikan hanya perlu melakukan pengukuran tali rafia yang ditandai spidol berbentuk persegi dengan luas 50x25 cm dan memateknya disekitar lahan yang akan ditanami kapas. Selanjutnya melubangi tanah menggunakan tugal dimana per petaknya terdapat 2 lubang tanam dan kemudian memasukkan benih kapas sebanyak 4 butir perlubang dan melakukan penyiraman. 1 minggu kemudian melakukan penyulaman terhadap tanaman kapas untuk menanggulangi tanaman yang mati. Selanjutnya melakukan pemupukan dengan konsentrasi Urea 17,5 gram , Sp36 30 gram dan KCl 17,5 gram. Pemupukan dilakukan dengan jarak 5cm dari tanaman. Tidak lupa dilakukan penyiraman agar tanaman tidak kekurangan air. Minggu selanjutnya melakukan pembubulan yaitu merupakan pembalikan tanah agar unsur hara yang diserap tanaman berganti yang baru. Setelah pembubulan dilakukan cabut gulma dan pemupukan kedua yang seharusnya menggunakan urea 2 sendok diganti menjadi ZA 3 sendok. Minggu selanjutnya melakukan pengamatan aspek hama penyakit yaitu mengamati hama dan penyakit pada tanaman kapas serta dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun pada kapas. Selain itu juga dilakukan penghitungan intensitas penyakit pada tanaman kapas. Minggu selanjutnya hanya mengamati tanaman kapas yaitu denga cara mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun.
3.4 Parameter Pengamatan Parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris ataupun meteran, pengukuran dipilih salah satu tanaman yang paling tinggi kemudian mencatat data tersebut pada tabel tinggi tanaman. Pada jumlah daun dilakukan penghitungan jumlah daun keseluruhan yang terdapat pada satu lubang dan kemudian memcatat hasil perhitungan pada tabel jumlah daun.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Data Pengamatan Tinggi Tanaman Tabel 1. Tinggi Tanaman Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Kapas Kanesia 10 Tanaman sampel
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pertama
kedua
ketiga
keempat
kelima
keenam
(21 hst)
(28 hst)
(35 hst)
(42 hst)
(49 hst)
(56 hst)
1
9 cm
9 cm
10 cm
11,5 cm
13 cm
15 cm
3
7 cm
8 cm
9,5 cm
11 cm
13 cm
14 cm
5
15 cm
16 cm
17 cm
18,5 cm
20 cm
22 cm
7
12 cm
13,5 cm
15,5 cm
17 cm
19 cm
21,5 cm
12
13 cm
14,5 cm
16 cm
17,5 cm
19 cm
20 cm
14
10 cm
12 cm
13,5 cm
15,5 cm
17 cm
18,5 cm
17
15 cm
16,5 cm
18 cm
19,5 cm
21 cm
22,5 cm
19
14 cm
16 cm
17,5 cm
19 cm
20 cm
21,5 cm
23
8 cm
9,5 cm
11 cm
12 cm
14 cm
16 cm
25
13 cm
15 cm
16,5 cm
18 cm
19,5 cm
21 cm
Rata-rata
11,5 cm
12 cm
14,5 cm
16 cm
17,5 cm
19 cm
V
VI
Tabel 2. Tinggi Tanaman Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Kapas Kanesia 15 Pengamatan keTanaman
I
II
III
IV
Sampel
(3 MST)
(4 MST)
(5 MST)
(6 MST)
(7 MST)
(8 MST)
1
10,5 cm
16 cm
23 cm
31 cm
33,5 cm
41 cm
2
13,5 cm
22 cm
36 cm
35 cm
41 cm
50 cm
3
12,5 cm
16 cm
26 cm
32 cm
38,5 cm
46 cm
4
9,5 cm
18 cm
28 cm
32 cm
39 cm
48 cm
5
11 cm
20 cm
32 cm
37 cm
47 cm
51 cm
6
7,5 cm
13 cm
25 cm
32 cm
37,5 cm
46 cm
7
13,5 cm
22 cm
28 cm
32 cm
39,5 cm
48 cm
8
9 cm
14 cm
22 cm
25 cm
34,5 cm
45 cm
9
12 cm
18 cm
24 cm
33 cm
35,5 cm
49,5 cm
10
8,5 cm
18 cm
26 cm
34 cm
27,5 cm
46 cm
Rata-rata
10,5 cm
17,5 cm
27 cm
32 cm
37 cm
47 cm
Grafik 1. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman 50 45 40 35 30 25
Kanesia 10
20
Kanesia 15
15 10 5 0 (14 hst) (21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun Tabel. 3 Jumlah Daun Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Kapas Kanesia 10 Tanaman sampel
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pertama
kedua
ketiga
keempat
kelima
keenam
(14 hst)
(21 hst)
(28 hst)
(35 hst)
(42 hst)
(49 hst)
1
3
3
3
4
5
7
3
7
5
6
7
7
8
5
16
14
14
15
17
19
7
9
7
7
8
8
10
12
16
15
13
12
14
15
14
8
8
6
6
5
6
17
13
11
10
11
12
14
19
13
13
13
11
12
12
23
3
5
4
4
6
8
25
11
12
12
12
10
12
Rata-rata
10
9
8
9
10
11
Tabel. 4 Jumlah Daun Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman (cm) Kelompok Kapas Kanesia 15 Pengamatan keTanaman
I
II
III
IV
V
VI
Sampel
(3 MST)
(4 MST)
(5 MST)
(6 MST)
(7 MST)
(8 MST)
1
13
17
21
20
35
40
2
13
21
30
30
43
51
3
9
13
15
18
35
43
4
11
15
20
28
46
51
5
7
10
20
26
32
50
6
4
6
13
14
21
39
7
11
15
22
30
40
47
8
8
9
11
22
28
38
9
12
15
24
30
51
59
10
9
10
19
35
30
49
Rata-rata
10
13
17
25
36
46
Grafik 2. Grafik Rata-rata Jumlah Daun 60 50 40 Kanesia 15
30
Kanesia 10 20 10 0 14 hst
21 hst
28 hst
35 hst
42 hst
49 hst
4.1.3 Data Pengamatan Umur Awal Berbunga Tabel.5 Tabel Umur Awal Berbunga Data Hasil Pengamatan Umur Awal Berbunga (hst) Tanaman sampel 1 2 3 4
Kelompok Kanesia 10
Kelompok Kanesia 15 63 Hst
5
63 Hst
6 7
63 Hst
8 9
63 Hst
63 Hst
10
63 Hst
Grafik.3 Histogram Rata-rata Umur Awal Berbunga
umur awal berbunga 80
Keterangan :
60
P1 : Perlakuan 1
40
umur awal berbunga
20 0
p1
p2
P2 : Perlakukan 2
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pembahasan Parameter Panjang Tanaman Untuk mengukur produktivitas tanaman kapas salah satu parameter yang dijadikan acuan adalah tinggi tanaman. Pada Praktikum Teknologi Produksi Tamanan dengan penggunaan varietas Kanesia 10 dan Kanesia 15 didapatkan bahwa Kapas Kanesia 15 memiliki pertumbuhan kapas yang jauh lebih signifikan dibandingkan Kanesia10. Pada pengataman minggu pertama, tinggi tanaman maksimal pada Kanesia 10 mencapai 15 cm sementara Kanesia 15 hanya sekitar 13,5 cm dengan rata—rata tinggi 10,5. Keunggulan tinggi varietas Kanesia 10 hanya terjadi pada minggu pertama pengamatan, pada minggu kedua hingga minggu keenam, Varietas Kanesia15 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman jauh lebih baik dibandingkan Kanesia10. Akhirnya, Pada minggu keenam (49 hst) dapat dilihat bahwa pada varietas Kapas Kanesia 10, tinggi tanaman yang paling tinggi hanya mencapai 22,5 cm dengan rata-rata 19cm sementara pada Kanesia 15 dapat mencapai 51 cm dengan rata-rata 47cm. Berdasarkan hasil referensi jurnal didapatkan pula bahwa sistem tanam rapat meningkatkan tinggi tanaman galur okra mulai umur 60 hingga 120 hari setelah tanam (HST) dibanding pada populasi normal. Demikian juga pada varietas pembanding yaitu Kanesia 8 dan Kanesia 13 tumbuh lebih tinggi pada populasi rapat. Hal ini terjadi karena pada populasi yang lebih rapat (100 cm x 10 cm) tanaman terangsang untuk tumbuh lebih tinggi sebagai upaya mendapatkan sinar matahari. Tinggi tanaman mencapai 117,18-163,55 cm pada populasi rapat dan 91,80-136,90 cm pada populasi normal pada umur 120 HST. Tanaman tertinggi diperoleh dari galur 3 (98031/1/7) mulai umur 60 HST hingga 120 HST dan mencapai 163,55 cm pada umur 120 HST. Galur tersebut juga mempunyai kanopi paling lebar (Tabel 2). Sedangkan galur 12 (91001/29/2) dan galur 9 (98043/9/2/ 13) lebih pendek dibanding galur okra lainnya pada populasi rapat dan normal yaitu masing-masing 117,18 cm dan 91,80 cm pada 120 HST. Laju pertumbuhan tanaman tertinggi terjadi mulai umur 60 sampai 90 HST pada semua galur/varietas yang ditandai dengan meningkatnya tinggi tanaman (Tabel 1) dan lebar kanopi (Tabel 2), baik pada populasi rapat maupun populasi normal, kemudian pertumbuhan relative berhenti sampai 120 HST dimana tanaman memasuki fase pemasakan buah. Akibat sistem tanam rapat, selain tanaman tumbuh lebih tinggi, perkembangan kanopi
tanaman lebih tertekan yang ditandai menurunnya lebar kanopi tanaman disbanding pada populasi normal karena berkurangnya ruang di sekitar tanaman. Selain faktor varietas, untuk mendapatkan tinggi tanaman maksimal pada tanaman Kapas juga diperlukan faktor sistem yang digunakan seperti pada uraian jurnal diatas bahwa dengan penggunaan sistem tanam rapat akan meningkatkan tinggi tanaman karena terangsang untuk mendapatkan sinar matahari. Selain itu, Komponen pertumbuhan merupakan pendukung produksi suatu tanaman. Perkembangan tanaman dari hari ke hari sebagai perubahan pertumbuhan yang terukur dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yaitu kemampuan tanaman itu sendiri untuk mengekspresikan sifat fenotipik di lingkungan tumbuhnya. Faktor lingkungan seperti pemberian zat stimulan pada suatu tanaman perannya dapat memacu pertumbuhan. Menurut Anonim (2008) varietas Kanesia 14 dan Kanesia 15 agak tahan terhadap kekurangan air dan pada saat itu air cukup tersedia. Oleh karena itu, kedua varietas tersebut tetap mampu memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Zakaria et al. (2010) menyatakan bahwa tinggi tanaman kapas dipengaruhi oleh varietas yang ditanam atau dengan kata lain faktor genetik sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Karena itulah, Kapas Kanesia 15 secara pertumbuhan melalui parameter tinggi tanaman memiliki tinggi yang jauh lebih baik dibandingkan varietas Kanesia10. 4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah Daun Sama halnya dengan tinggi tanaman, Zakaria et al. (2010) menyatakan bahwa tinggi tanaman kapas dipengaruhi oleh varietas yang ditanam atau dengan kata lain faktor genetik sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Begitu pula yang terjadi parameter Jumlah Daun. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa sejak minggu pertama pengamatan hingga minggu keenam Kanesia 15 memiliki pertumbuhan yang lebih baik, dengan bertambahnya ratarata jumlah daun pada tiap minggu pengamatan sementara pada Kanesia 10 mengalami penurunan jumlah daun yaitu pada minggu kedua, ketiga dan keempat. Pada minggu pengamatan terakhir, rata-rata jumlah daun pada Kanesia 10 hanya berkisar 11. Sementara padaKanesia 15 rata-rata jumlah daun dapat mencapai 46, sangat jauh bila dibandingkan dengan varietas Kanesia 10. Kapas Kanesia 10 dan Kanesia 15 yang ditanam pada lahan praktikum memilikibentuk daun normal, sementara berdasarkan hasil jurnal penelitian bahwan kapas dengan bentuk daun
Okra akan dapat tumbuh lebih lebat. Selain varietas, bentuk daun dari Tanaman Kapas juga memperngaruhi perkembangan dari pertumbuhan parameter Kapas.
4.2.3 Pembahasan Parameter Umur Awal Berbunga Untuk awal tanaman berbunga dari kedua varietas yaitu kapas Kanesia 10 dan kapas Kanesia 15 mempunyai umur awal berbunga yang tidak jauh berbeda, bahkan di dalam hasil pengamatan praktikum TPT menunjukkan hasil yang sama yaitu 63 hari setelah tanam. Namun pada kapas Kanesia 15 dari 10 sampel yang diambil muncul 4 sampel yang sudah berbunga pada umur 63 hari setelah tanam, yaitu pada sampel ke 1, 7, 9, dan sampel 10, kemudian pada Kanesia 10 muncul bunga pada sampel nomer 5 dan nomer 9 yaitu 63 hari setelah tanam. Perbedaan jumlah bunga yang muncul pada umur tanam yang sama ini disebabkan oleh perbedaan varietas dan perlakuan tanaman, kemudian kondisi lingkungan juga mempengaruhi. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan, yaitu Tanaman kapas mulai berbunga sekitar 3045 hari dan mulai mekar sekitar 45-60 hari tergantung jenis dan varietas kapas. Bunga mulai mekar pada pagi hari (jam 6-7) dan layu pada siang harinya. Bunga pertama mulai tumbuh pada batang di atas cabang vegetatif, berbentuk spiral dengan filotaksi 3/8 (Mauney, 1984). Tiap cabang generatif dapat tumbuh 6-8 bunga. Kuncup bunga berbentuk piramid kecil ada pula yang melintir (frego) dan berwama hijau.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kapas pada parameter pertambahan tinggi yang paling baik adalah kapas dengan varietas kanesia 15. Sedangkan pada parameter yang lainnya perkembangan kapas dengan varietas kanesia 15 lebih baik daripada kanesia 10 Hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kapas varietas 15 dan varietas 10 adalah factor cahaya, factor tempat budidaya, factor adanya penyakit, dan factor pengairan pada tanaman kapas
5.2 Saran Untuk proses pengumpulan laporan diharap jangan terlalu cepat.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2012. Klasifikasi Tanaman Kapas. Dapat diakses ilmubiologi.com/search/klasifikasi tanaman-
. (25 November 2013, pukul 13:05
WIB) Riajaya , Prima Diarini, dkk. 2009. KESESUAIAN BEBERAPA GALUR KAPAS BERDAUN OKRA PADA SISTEM TANAM RAPAT. JURNAL LITTRI VOL. 15 NO. 3, SEPTEMBER 2009 : 124 – 130. Riyanti,
Rinny.
2011.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
www.academia.edu/4607367/syarat_tumbuh_
Kapas.
Dapat
diakses
. (25 November 2013, pukul 13.30
WIB) Santoso, Budi dan Fitriningdyah Tri Kadarwati. 2011. Respon Pemberian Paclobutrazol pada Beberapa Varietas Kapas (Gossypium hirsutum L.) di Lahan Sawah Sesudah Padi. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 3(1), April 2011:30−37 Subiyakto dan Indrayani. 2008. Jurnal : Pengendalian Hama Kapas Menggunakan Mulsa Jerami Padi. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Sulistyowati,
e,
dkk.
2012.
Kanesia
10.
Diakses
di
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id =78:kanesia-10&catid=59:kapas&Itemid=110 pada tanggal 7 Desember 2013 pukul 8.20 WIB Sumartini,
S,
dkk.
2012.
Kanesia
15.
Diakes
di
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id =83:kanesia-15&catid=59:kapas&Itemid=110 pada tanggal 7 Desember 2013 pukul 8.14 WIB
LAMPIRAN Dokumentasi Kanesia 10
Kanesia 15
Penjelasan Perhitungan Pupuk Komoditi Kapas Pemupukan pertama komoditi kapas dilakukan satu minggu setelah penyulaman menggunakan tiga jenis pupuk yaitu Sp36,KCl dan Urea dengan dosis pemupukan 2,5gr,0,625gr dan 2,5gr. Pupuk Sp36 mampu memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit serta Memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji. Pupuk KCl berfungsi memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Pupuk Urea diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Nitrogen (N). Adapun manfaat dari unsur N adalah menjadikan bagian daun menjadi hijau segar sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses fotosintesa dan mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, jumlah anakan, tunas dan lain-lain) sehingga memperbanyak produksi serta menambah kandungan protein dari hasil tanaman. Selanjutnya pemupukan kedua dilakukan 4 minggu setelah tanam menggunakan pupuk Urea sekitar 2 sendok namun waktu praktikum pupuk Urea tersebut habis sehingga diganti mengunakan pupuk ZA 3 sendok dimana pupuk ZA digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsure hara pada tanaman.
Deskripsi Kapas Kanesia 10 dan Kanesia 15
Kapas varietas Kanesia 10 Kanesia 10 menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi, memiliki potensi produksi lebih
dari 3 ton kapas berbiji, juga beberapa keunggulan lain. Varietas Kanesia 10 menunjukkan indeks stabilitas ± 1, yang artinya bahwa varietas ini mampu beradaptasi secara luas di berbagai areal pengembangan. Kemajuan yang cukup berarti dicapai pada kandungan serat pada varietas Kanesia 10. Kandungan seratnya 27,2% dan 8,11% lebih tinggi dibandingkan Kanesia 8.
Karakteristik mutu serat Kanesia 10 sesuai dengan kebutuhan industri tekstil nasional yaitu panjang serat 26,92 - 29,34 mm, kekuatan 27,13 - 29,50 g/tex, dan keseragaman serat 83,3–84,6%. W l u u de i i , eh lu
er
ih belu
e e uh y
e e uhi ri eri
yang diharapkan oleh industri tekstil, yaitu 3,5-4,5 mic, walaupun beberapa pabrik masih menggunakan serat dengan kehalusan > 4,5 mic. Varietas Kanesia 10 sesuai untuk daerah Jatim, Jateng, NTB, Sulsel, DIY, Bali, dan NTT. Tahun Pelepasan 2007 Potensi Produksi: - 1.969-3.025 kg/ha kapas berbiji dengan proteksi minimal (10g imidachloprit/kg benih dan pestisida ekstrak biji mimba) - 1.002-2.287 kg/ha kapas berbiji pada kondisi tanpa perlakuan insektisida Kandungan Serat : 45.98% Mutu Serat : - panjang 28.96 mm - kehalusan 4.38 mic - kekuatan 27.13 g/tex - Elastisitas 6.45% - keseragaman 83.7 %. Ketahanan : - Toleran terhadap A.biguttula, dan P. gossypiella
Kapas varietas Kanesia 15 Kanesia 15 berasal dari hasil persilangan antara ISA 205 A dengan ALA 73-2M. Kanesia 15 yang dilepas pada tahun 2007 merupakan varietas kapas yang mempunyai keunggulan berupa toleransi terhadap keterbatasan keterse-diaan air atau tahan terhadap kekeringan, sehingga varietas Kanesia 15 lebih sesuai untuk dikembangkan pada daerah-daerah tadah hujan, varietas ini juga mempunyai ketahanan moderat terhadap wereng kapas Amrasca biguttulla. Dengan mempertimbangkan adanya korelasi antara kekeringan dan tingkat
serangan hama A. biguttula pada daerah-daerah pengembangan kapas yang masih didominasi oleh lahan kering, maka disarankan untuk melakukan perlakuan benih menggunakan imidachloprit dengan dosis 10 mg/kg benih sebelum tanam. Kanesia 15 yang toleran terhadap kekeringan memberikan sumbangan yang sangat berarti, yaitu meningkatnya perolehan serat serta kenaikan efisiensi pemintalan akibat bertambahnya kekuatan dan panjang serat. Kanesia 15 sesuai untuk daerah pengembangan di Jatim, NTB, dan Sulsel. Tahun Pelepasan
2007 Umur panen : 115-120 hari. Produktivitas : - 962-2237 kg/ha kapas berbiji pada kondisi keterbatasan air, - 1617-3617 kg/ha kapas berbiji pada kondisi ketersediaan air optimal. Kandungan Serat : 44.16% Mutu Serat : - panjang 29.97 mm, - kehalusan 4.9 mikroner - kekuatan 32.16 gr/tex - mulur 5.63 % - keseragaman 86.46 %. Ketahanan : - Tahan terhadap kondisi keterbatasan air. - Tahan hama pengisap daun, Amrasca biguttula
Status
Sosialisasi kepada petani
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KAPAS (Gossypium sp)
Oleh: -
Dilla Pramitasari
( 125040101111011 )
-
Ria Lestari Baso
( 125040101111086 )
-
Dian Ardi
( 125040101111121 )
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Intensitas Penyakit dan 2 Metode Perhitungan Intensitas Penyakit a)
Definisi Intensitas Penyakit Intensitas Penyakit merupakan jumlah tumbuhan atau bagian tumbuhan sakit (jumlah tanaman, daun, batang, dan buah yang sakit) membandingkannya dengan jumlah total tumbuhan atau bagian tumbuhan. (Sulayakto, 2000)
b)
Metode Perhitungan Intensitas Penyakit Pada dasarnya, jenis serangan penyakit dibedakan menjadi dua metode yaitu metode non sistemik dan metode sistemik, sehingga rumus penghitungan intensitas serangan adalah sebagai berikut: a.
Non Sistemik ( Tidak Menyeluruh)
Keterangan : I = Intensitas serangan ( % ) n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori skala kerusakan yang sama v = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan Z = Nilai skala kerusakan tertinggi N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati
b.
Sistemik (menyeluruh)
I = Tingkat serangan (%), a = jumlah tanaman yang terserang, b = jumlah tanaman yang diamati (Sastrahidayat, 2011)
2. Definisi Musuh Alami Musuh alami merupakan faktor pengendali organisme pengganggu tanaman penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimal dalam pengaturan populasi organism pengganggu tanaman dilahan. (Latief, 2003) Macam-macam Musuh Alami diantaranya: a. Predator Predator adalah suatu binatang yang memakan binatang lain baiktubuhnya lebih kecil atau lebih lemah dari dirinya sendiri. (Anonyumous, 2011) b. Parasitoid Parasitoid adalah mikroorganisme yang hidup dalam habitat inangnya, tumbuh dan tinggal pada inangnya, sehinggaukuran tubuhnya kecil dari siklus hidupnya pendek. (Sulayakto, 2000) c. Entomopatogen Entomopatogen adalah organisme heterotrof yang hidup sebagai parasit pada serangga. Entomopatogen adalah salah satu jenis bio insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. (Anonymous b, 2011) d. Patogen Patogen adalah organisme penyebab penyakit tanaman. Pathogen dapat berupa tumbuhan parasitik, jamur parasit, bakteri parasit, virus, mikoplasma, dan nematode parasit. (Anonymous c, 2011) e. Mikroorganisme Antagonis Mikroorganisme Antagonis adalah mikroorganisme yang menyebabkan
mati,
rusak atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit tanaman. (Sulayakto, 2000)
3. Mekanisme Peranan Musuh Alami dalam menjaga stabilitas Produksi Tanaman Dalam konsep HPT, pengendalian Hayati mempunyai pengaruh yang sangat penting dan peranan yang sangat besar. Karena semua usaha teknik pengendalian ditunjukkan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap terkontrol. Hal ini erat kaitannya dengan kelangsungan ekologi maupun habitat tanaman itu berada, karena selain mengurangi bahkan tanpa bahan kimia, metode biologis ini lebih diarahkan pada pengendalian secara alami dengan membiarkan musuh-musuh alami agar tetap hidup. Meskipun dampaknya akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun hal tersebut akan menciptakan terjaganya keseimbangan ekosistem yang ada. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunak anmusuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilator belakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. K e t e r s e d i a a n lingkungan yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasarat akan keberhasilan pengendalian hayati. Perbaikan teknologi introduksi, mass rearing dan pelepasan di lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami. Secara umum dapat dikatakan bahwa musuh alami sebagai pembatas dan pengatur populasi hama yang efektif karena sifat pengaturannya bergantung pada kepadatan. Keberadaan musuh alami juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati, sehingga tercipta keseimbangan ekosistem. Peran musuh alami lokal juga akan lebih efisien dan efektif dalam mengendalikan hama karena sudah b eradaptasi dengan lingkungan. (Ishak, 2011)
METODOLOGI
1. Metode Pengamatan yang Dilakukan di Lahan Untuk Intensitas Penyakit
Menghitung jumlah daun
Menghitung daun yang terserang penyakit perlubang tanam
Memasukkan data ke dalam tabel
Menghitung intensitas penyakit
Dokumentasi
Menyusun laporan
2. Metode Pengambilan Sampel Arthropoda
Siapkan alat dan bahan
mencari arthropoda yang ada pada tanaman
Masukkan ke dalam kantong plastik
Dokumentasikan
Mengidentifikasi serangga
Amati jenis dan karakteristik serangga
Catat hasil identifikasi
PEMBAHASAN
1. Penyakit yang Ditemukan No 1.
Nama Penyakit
Keterangan
Gambar Penyakit
Penyakit busuk
Penyakit
ini
merusak
buah/bercak daun
tanaman
muda,
dewasa,
(Xanthomonas
menyerang daun, batang
malvacearum)
dan
buah.
Tanda-tanda
serangan, terdapat bercak warna coklat kemerahan ditepi daun, pada keeping biji tanaman muda dan pada
batang
kecambah.
Terdapat noda-noda kecil berwarna kusam pada kulit buah.
2.
Penyakit layu
Penyakit
ini
(Fusarium
seluruh
bagian
vasinpectrum)
(daun,
buah
pertumbuhan
menyerang tanaman
dan
biji),
tanaman
tidak sempurna, serangan yang parah menyebabkan tanaman
menjadi
layu.
Daun-daun yang terserang mengkerut layu lalu gugur, atau
menyebabkan
tanaman menjadi kerdil.
2. Data Intensitas Penyakit Pengamatan tanggal 24 Oktober 2013 Σ Daun terserang (Sesuai kategori)
Kategori/skala kerusakan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
TC 6
0
2
2
5
2
3
1
4
2
0
2
1
1
2
4
1
5
3
2
6
1
2
2
0
3
2
3
3
2
3
3
1
4
3
0
0
3
1
4
2
3
2
1
1
4
0
0
2
2
1
0
1
0
0
1
Total daun
3
7
16
9
16
8
13
13
3
11
TC 7 TC 8 TC 9
TC 10
Pengamatan tanggal 30 Oktober 2013
Σ Daun terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/skala kerusakan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
TC 6
TC 7
TC 8
0
0
2
3
3
2
2
1
3
2
3
1
1
2
6
1
6
1
5
2
1
3
2
1
0
4
3
2
2
2
6
0
4
3
1
1
2
0
3
3
3
1
2
1
4
0
0
0
0
2
0
0
1
0
1
Total daun
3
5
14
7
15
8
11
13
5
12
TC 9 TC 10
Pengamatan tanggal 7 November 2013 Σ Daun terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/skala kerusakan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
0
1
0
5
3
2
3
2
5
2
6
1
1
4
2
1
6
3
6
3
2
3
2
1
1
3
1
2
0
2
4
0
1
3
0
0
2
0
3
0
0
1
0
1
4
1
1
2
2
0
0
0
0
0
1
Total daun
4
6
14
7
13
6
10
13
4
12
TC 6 TC 7 TC 8 TC 9
TC 10
Pengamatan tanggal 14 November 2013 Σ Daun terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/skala kerusakan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
0
3
2
8
3
6
4
4
6
2
7
1
1
4
4
5
3
1
5
3
1
4
2
0
2
3
0
3
1
2
1
1
1
3
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total daun
4
7
15
8
12
6
11
11
4
12
TC 6 TC 7 TC 8 TC 9
TC 10
Pengamatan tanggal 21 November 2013
Σ Daun terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/skala kerusakan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
TC 6
0
4
4
9
5
8
3
7
1
1
1
5
4
4
2
2
0
1
2
0
1
3
0
0
0
0
4
0
0
1
Total daun
5
7
17
TC 7 TC 8
TC 9
TC 10
7
4
3
3
5
1
4
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
1
0
8
14
5
12
12
6
10
TC 9
TC 10
Pengamatan tanggal 28 November 2013 Σ Daun terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/skala kerusakan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
TC 6
0
4
4
12
7
10
4
8
4
5
2
1
3
2
5
2
4
0
4
6
2
6
2
0
2
2
1
1
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
4
0
0
0
0
0
1
2
1
0
1
Total daun
7
8
19
10
15
6
14
12
8
12
TC 7 TC 8
3. Perhitungan Intensitas Penyakit Setiap Minggu Penghitungan intensitas penyakit tanggal 24 Oktober 2013 : IP TC1 :
X 100 % = 8,3 %
IP TC2 :
X 100 % = 42,8 %
IP TC3 :
X 100 % = 39 %
IP TC4 :
X 100 % = 50 %
IP TC5 :
X 100 % = 26,5 %
IP TC6 :
X 100 % = 40,6 %
IP TC7 :
X 100 % = 40,4 %
IP TC8 :
X 100 % = 34,6 %
IP TC9 :
X 100 % = 50 %
IP TC10 :
X 100 % = 38,6 %
Penghitungan intensitas penyakit tanggal 30 Oktober 2013 : IP TC1 :
X 100 % = 25 %
IP TC2 :
X 100 % = 25 %
IP TC3 :
X 100 % = 35,7 %
IP TC4 :
X 100 % = 25 %
IP TC5 :
X 100 % = 45 %
IP TC6 :
X 100 % = 43,7 %
IP TC7 :
X 100 % = 40,9 %
IP TC8 :
IP TC9 :
IP TC10 :
X 100 % = 40,3 %
X 100 % = 35 %
X 100 % = 37,5 %
Penghitungan intensitas penyakit tanggal 7 November 2013 : IP TC1 :
X 100 % = 43,7 %
IP TC2 :
X 100 % = 41,6 %
IP TC3 :
X 100 % = 39,2 %
IP TC4 :
X 100 % = 39,2 %
IP TC5 :
X 100 % = 36,5 %
IP TC6 :
X 100 % = 12,5 %
IP TC7 :
X 100 % = 25 %
IP TC8 :
X 100 % = 26,9 %
IP TC9 :
IP TC10 :
X 100 % = 12,5 %
X 100 % = 25 %
Perhitungan intensitas penyakit tanggal 14 November 2013 IP TC1 :
X 100 % = 6,2 %
IP TC2 :
X 100 % = 16,6 %
IP TC3 :
X 100 % = 16,6 %
IP TC4 :
X 100 % = 15,6 %
IP TC5 :
X 100 % = 18,7 %
IP TC6 :
X 100 % = 12,5 %
IP TC7 :
X 100 % = 20,4 %
IP TC8 :
X 100 % = 18,1 %
IP TC9 :
IP TC10 :
X 100 % = 16,6 %
X 100 % = 12,5 %
Perhitungan intensitas penyakit tanggal 21 November 2013 IP TC1 :
X 100 % = %
IP TC2 :
X 100 % = %
IP TC3 :
X 100 % = %
IP TC4 :
X 100 % = %
IP TC5 :
X 100 % = %
IP TC6 :
X 100 % = %
IP TC7 :
X 100 % = %
IP TC8 :
X 100 % = %
IP TC9 :
X 100 % = %
IP TC10 :
X 100 % = %
Perhitungan intensitas penyakit tanggal 28 November 2013 IP TC1 :
X 100 % = 10,7 %
IP TC2 :
X 100 % = 18,7 %
IP TC3 :
X 100 % = 11,8 %
IP TC4 :
X 100 % = 10 %
IP TC5 :
X 100 % = 10 %
IP TC6 :
X 100 % = 25 %
IP TC7 :
X 100 % = 21,4 %
IP TC8 :
X 100 % = 27 %
IP TC9 :
X 100 % = 15,6 %
IP TC10 :
X 100 % = 35,4 %
4. Grafik Presentase Penyakit a. Kerusakan tiap Tanaman Sampel
Tanaman Contoh 1 8 7
3 0
6
4
5
1 0
4
1
1 0 3
3
1 0
1 0
1 0
2
2
1
1
1
1
1 0
4
3 4
2 1 0
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Tanaman Contoh 2 9 8 7
2 0 3 0
6
1
5 4
2 0
2
4
1 0
1 0
1 0
1
2 0
4
4
2
3 4
3 2
2 1
2
2
2
1 0
4
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
0
Tanaman Contoh 3 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
2 3 2 4
0 2 4 6
2 2 3 2 5
5
3 0
1 2 0 5
4 8
2 0 5 4 12
3 2
9
1 0
3 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Tanaman Contoh 4 12 10 2
4 0
8 6
5 0 1 3
4 2
1 0 2
1 2
3 0
2
1 3
0 1 1 3
7 5
4 3 2 1
3
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
0
Tanaman Contoh 5 18 16 14 12 10 8
1 4 3 5
2 3
3 0
2
2
6
6
6 4 2
3 0 3
0 1 1 4
1 0 4 4 10
2
8
1
6 3
3
0 2
2
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Tanaman Contoh 6 9 8
2 0
3 0
7 6
2
5 4
3 0 2
1
3
2 0
4
3
1
2
2
1
1 0
3
1
4
1
3
4 0
2
3
1
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
1 0
Tanaman Contoh 7 16 14 12 10 8
1 3 3
6
2
4
4
2
2 3 0 2
6
5
0 1 1 3 7
5
4 0
4 3
8
2 1
4 1
0
2 0
2 0
0
2
Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Tanaman Contoh 8 14 2 0 12 3
1 1 6
0 1 4
10 8
6
5 0 0 1 1 3
1 1 6 0
3
3 7
6
2
6 2
4
5 4
3 2
4
2
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
1 0
Tanaman Contoh 9 9 8
1 0
7
2 0
6
4
1
5
2 0
4
1 0 2 0
3
1 0
1 0
2
1
2
1
1
0
2
1 0
5
3 2
4
1
1
2
0
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Tanaman Contoh 10 14 12 10 8
1 1 4
1 1 4
1 1 1 3
1 0 4 2 0 7
6
3
4
2
2
2
1 4
1 1 2
4
6
3 2
6
1 3
3
0 2
0 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
b. Kerusakan Pada Total Tanaman Selama Pengamatan
Total Tanaman 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
19 17 16 15 14
7 5 4 3
8 7 6 5
16 15 14 13 12 10 9 8 7
14 13 12 11 10
Minggu 3 13 12 11
8 6 5
12 11 10 8 6 5 4 3
Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10
5. Pembahasan Intensitas Penyakit Pada komoditi kapas kanesia 10 terdapat penyakit yang kami temui yaitu penyakit busuk buah/bercak daun (Xanthomonas malvacearum).Penyakit ini merusak tanaman muda, dewasa, menyerang daun, batang dan buah namun pada kapas kami penyakit ini dominan menyerang daun. Daun terlihat pada ujung-ujungnya berwarna coklat kemerahan namun tidak terlalu banyak. Dari semua daun yang kami amati hanya beberapa yang terserang penyakit ini sehingga langkah pencegahan penyakit ini kami memupuknya menggunakan pupuk KCl yang mampu meningkatkan pembentukan hijau daun tanaman. Selanjutnya juga terdapat penyakit layu (Fusarium vasinpectrum) yaitu penyakit yang menyerang seluruh bagian tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak sempurna, daun menjadi layu dan mengkerut serta mengakibatkan tanaman menjadi kerdil begitupun pada tanaman kapas kami. Sehingga kami dianjurkan oleh kakak asisten untuk memupuk menggunakan pupuk urea dan sp36 dimana fungsi masing-masing pupuk bagi tanaman dapat menambah tinggi tanaman dan menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan.
6. Identifikasi Arthropoda yang Ditemukan Semut Api Ciri-ciri semut ini tubuhnya terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Warnanya merah hampir sama dengan semut angkrang namun memiliki ukuran lebih kecil. Perannya menjaga lahan dari serangan hama dan penyakit, karena semut api dapat memangsa hama yang secara langsung merusak tanaman ataupun yang menyebarkan penyakit pada tanaman. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semut api dapat memangsa berbagai jenis hama tanaman seperti: hama kepik hijau, ulat pemakan daun, ulat pemakan buah dan berbagai jenis kutu-kutuan pada tanaman coklat, mete dan jeruk. Jumlah spesies ada sekitar lebih dari 10.000 jenis spesies semut di bumi ini. Sebagian besar diantaranya hidup di hutan tropis seperti Asia dan Amerika Selatan. Klasifikasi Semut Api Kingdom
:
Animalia
Sub kingdom :
Invertebrata
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Insecta
Ordo
:
Hymenoptera
Familia
:
Formicidae
Genus
:
Dorylus
Spesies
:
Dorylus laevigatus
Laba-Laba Ciri laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa
membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Jumlah spesies Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah ditemukan, dan digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum terdeskripsi dengan baik, bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies. Peran kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase. Klasifikasi Laba-Laba Kerajaan
:
Animalia
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Arachnida
Ordo
:
Araneae
7. Pembahasan Arthropoda
Semut Api
- Peranan dalam agroekosistem menjaga lahan dari serangan hama dan penyakit, karena semut dapat memangsa hama yang secara langsung merusak tanaman - Mekanisme dalam menjalankan peran Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semut jenis Rangrang dapat memangsa berbagai jenis hama tanaman seperti: hama kepik hijau, ulat pemakan daun, ulat pemakan buah dan berbagai jenis kutu-kutuan pada tanaman coklat, mete dan jeruk.
- Dampak kehadiran Dampak kehadiran semut ini berpengaruh terhadap tanaman karena semut dapat memangsa hama yang secara langsung merusak tanaman sehingga tanaman terhindar dari hama dan penyakit tanaman.
Laba-Laba
- Peranan dalam agroekosistem Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, -
Mekanisme dalam menjalankan peran Laba laba sebagai predator penyergap mangsa atau serangga karena laba laba memiliki
jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara
dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya. -
Dampak kehadiran Dampak kehadiran laba laba di lahan berpengaruh terhadap tanaman karena laba laba sebagai predator penyergap mangsa atau serangga sebagai musuh alami terhadap serangga yang disergap
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2013. Predator. http://wikipedia.org/wiki/Predator diakses pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 21.05 WIB Anonymous b. 2013. Entomopatogen. http://wikipedia.org/Cendawan_Entomopatogen diakses pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 21.10 WIB Anonymous c. 2013. Patogen. http://id.wikipedia.org/wiki/Patogen diakses pada tanggal 2 Desember 2013 pukul 21.15 WIB Ishak. 2012. Mekanisme Peranan Musuh alami. http://www.scribd.com/doc/190054032/3Mekanisme-Peranan-Musuh-Alami diakses pada tanggal 3 Desember pukul 10.45 WIB Latief, abadi. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing: Malang. Sastrahidayat, R. I. 2011. Epidemiologi teoritis penyakit tumbuhan. UB Press Universitas Brawijaya. Malang. Sulayakto. 2000. Organisme Pengganggu Tanaman dan Musuh Alami Serangga Hama. Ballttas: Malang.