LAPORAN PENELlTlAN HlBAH BERSAING PERGURUAN TlNGGl TAHUN ANGGARAN 2009-2010
PENGEMBANGAN MESIN PEMBUATAN SANTAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN PRlNSlP SPRAY DRYING SEBAGAI BAGIAN PENGOLAHAN SANTAN TERPADU
Nama Tim Pengusul 1. Arwizet K., ST.MT 2. Drs. Muhakir, MP 3. brs. Refdinal, MT
Diabiayai oleh Dana DlPA UNP Tahun Anggaran 2009 Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor: 1271/H35/KU/DlPAl2009 Tanggal 11 Mei 2009
JURUSAN TEKNIK MESlN FAKULTAS TEKNIK UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
2009
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 1. Judul
: Pengembangan Mesin Pembuatan Santan Kering
Dengan Menggunakan Sistem Spray Diying Sebagai Bagian Dari Pengolahan Santan Terpadu
2- Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Jabatan Fungsional e. Jabatan Struktural f. Bidang Keahlian g. FakultasIJurusan h. Perguruan Tinggi i. Tim Peneliti
3.
: Arwizet K., ST. MT : Laki-laki : 196909201998021001 : Lektor : Kepala Lab. Konversi Energi, Teknik Mesin, U N P
: Konversi Energi : Teknimeknik Mesin : Universitas Negeri Padang
No
Narna
Bidang Keahlian
Fakultas/Jurusan
1.
Arwizet K, ST. MT
Konversi Energi
2.
Drs. Muhakir, MP
3.
Drs. Refdinal, MT
Konstruksi Mesin Pertanian Perpindahan Panas
Teknik/Teknik Mesin TekniMTeknik Mesin TeknildTeknik Mesin
Pendanaan dan jangka waktu penelitian a Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 2 tahun b. Biaya yang diajukan tahun pertama
: Rp. 50.000.000,-
c. Biaya yang disetujui tahun 2009
: Rp. 42.500.000,-
Padang, 3 1 Desember Ketua Tim Penhliti
Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik, Univerfiitas-NegeriPadang
/-z?.
NIP. 196312171
Arwizet K., ST. MT NIP. 19690920199802 Negeri Padang
Perguruan Tinggi UNP UNP UNP
.
IUNGKASAN DAN SUMMARY Penelitian Tahun Pertama PENGEMBANGAN MESIN PEMBUATAN SANTAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SPRAY D R m G SEBAGAI BAGLAN PENGOLAHAN SANTAN TERPADU
Arwizet K, Muhakir, Refdinal Staf Pengajar Fakultas Teknik UNP Penelitian ini me~pzikan penelitian eksperimen dengan tujuan untuk membuat dan meneliti Mesin Pembuatan Santan Kering Dengan Menggunakan Prinsip Spray Drying Sebagai Bagian Dari Pengolahan Santan Terpadu. Kegiatan penelitian ini akan dilakukan dalarn jangka waktu dua (2) tahun. Tujuan penelitian
tahun pertama adalah meneliti tentang karakteristik fisikokimia santan kelapa basah yang akan dijadikan santan kering, perancangan dan pembuatan mesin pembuatan santan kering dan pengujian terhadap unjuk kerjanya. Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Teknik Mesin FT.UNP dan di Laboratorium Penelitian Kirnia Jurusan Kimia Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang, Surnatera Barat. Dengan didapatkannya karakteristik santan basah dan mesin pembuatan santan kering ini dan pengujian unjuk kerjanya, maka pada tahun kedua dilakukan pengujian mesin pembuatan santan kering menggunakan santan basah dengan beberapa variasi percobaan, hingga didapatkannya hasil santan kering yang betulbetul dapat dikonsurnsi oleh masyarakat; enak dan gurih. Selanjutnya agar terwujudnya pengolahan santan secara terpadu maka pada tahun kedua juga direncanakan dan dibuat mesin kukur kelapa dan mesin pemeras santan sistem ekstrusi. Hal ini dimaksudkan agar diperolehnya santan yang benar-benar murni dan tidak tercampur dengan air dan sisa kelapa lain yang sudah basi menempel pada mesin kukur atau mesin peras punya masyarakat yang ada di pasaran. Mesin pembuatan santan kering sistem spray drying yang dirancang bangun pada tahun pertarna ini udara panasnya dihembuskan dengan menggunakan blower dengan sumber panas dari heater listrik. Temperatur udara yang dihembuskan ke dalam ruang pengering dikontrol sedemikian rupa agar tidak merusak produk yang dihasilkan.
..
11
Dari hasil pengujian terhadap unjuk kerja mesin pengering santan didapat bahwa distribusi temperatur cukup merata sepanjang proses pengeringan berkisar antara 90°C hingga 104OC dengan daya heater 900-1500W untuk kedua variasi bukaan jendela blower 213 dan penuh serta bukaan katup untuk pompa 4 ! dan penuh. Laju pengeringan berkisar antara 0,010 kg/detik hingga 0,080 kgldetik dan efisiensi thermal mesin pengering sekitar 20 hingga 40%. Pengujian unjuk kerja mesin pengering santan ini, baru hanya pengujian awal dengan fluida kerja yang digunakan adalah air. Jika usulan penelitian Tahun I1 disetujui, maka akan dilakukan pengujian lanjut terhadap mesin pembuatan santan kering ini dengan fluida kerja adalah santan basah, tentu dengan terlebih dahulu memperbaiki beberapa parameter yang dianggap bisa lebih meningkatkan unjuk kerja mesin secara keseluruhan.
RINGKASAN DAN SUMMARY Penelitian Tahun Pertama PENGEMBANGAN MESIN PEMBUATAN SANTAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SPRAYDRYING SEBAGAI BAGIAN PENGOLAHAN SANTAN TERPADU Arwizet K, Muhakir, Refdinal Staf Pengajar Fakultas Teknik UNP
This research is an experimental study with the aim to build and examine the Machine Dry Coconut Milk Using Principles of Dry Spray Drying As Part of the Integrated Coconut Processing. This research activities will be conducted within two (2) years. The research objective the fust year is to examine of the characteristics of wet physicochemical coconut milk that will be dry, the design and manufacture of dry milk production machinery and testing of the performance works. This activity is camed out in the Energy Conversion Laboratory, Mechanical Engineering Department, Engineqring Pgculty, yqdang State University and Chemistry Research Laboratory, Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences (FMCPA) Padang State University, West Sumatra. With the acquisition of the characteristics of wet coconut milk and dried milk production machinery and testing the performance of this machinery, the second year in manufacturing testing machines using coconut milk wet with a few variations of the experiment, until be obtained of a dry coconut that really can be consumed by the public; nice and tasty. Next to the realization of an integrated coconut processing in the second year is also planned and built machines coconut grater and coconut milk squeezer machine extrusion system. This is intended to obtain coconut milk really pure and not mixed with coconut water and other remaining stale rasp attached to the machine or the machine has the juice on the market. Machinery manufacturing dry milk spray drying system is designed to get up at this first year the heat of exhaled air using a blower with a heat source from electric heater. Exhaled air temperature in the drying room is controlled in such a way as to not damage the product. From the results of performance testing of milk dryer temperature is obtained that a uniform
distribution throughout the drying process ranged from 90°C to 104OC with heater power input 900-1 500W for the variation of the blower window opening is 213 and full and the valve opening for pump and !4 and full. The rate of drying ranged from 0.010 kg/s to 0.080 kg/s and dryer thermal efficiency o f about 20 to 40%. The performance testing of this coconut
Ger IS a he CfjlnnQ t a t with wing of the working fluid used was water. If the
Second Year of a research proposal is approved, then further testing will be performed on dry milk manufacturing machine with a working fluid milk wet, certainly by first fix some parameters that are considered to further improve engine performance as a whole
PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat clan karunia-Nya, sehingga penulis mendapat kesernpatan untuk melaksanakan penelitian Hibah Bersaing angkatan ke XVII tahun ke-1 dengan judul Pengembangan Mesin Pembuatan Santan Kering Dengan Menggunakan Prinsip Spray Drying Sebagai Bagian Pengolahan Santan Terpadu. Penelitian ini merupakan salah satu irnplemantasi dari Tri-Dharma Perguruan Tinggi dengan tujuan untuk mengembangkan kelompok penelitian yang laitis dan berkesinambungan dimasa yang akan datang pada Jurusan Teknik Mesin, FT. UNP Padang. Demi terlaksananya tujuan tersebut diperlukan sumber dana dan kerjasama dengan berbagai pihak. Terlaksananya kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus peneliti sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dana Hibah Bersaing Angkatan XVII tahun ke-1 Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Selanjutnya peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapalc Kepala Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang, yang telah banyak
membantu demi terselenggaranya penelitian ini.. 2. Dekan Fakultas Teknik UNP beserta staf yang telah banyak memberikan dukungan derni kelancaran penelitian ini. 3. Rekan-rekan tim peneliti dan bapak-bapak staf dosen Jurusan Teknik Mesin, FT. UNP atas sumbang sarannya derni kelancaran penelitian ini. 4. Para mahasiswa yang terlibat dalarn penelitian ini, dan semua pihak terlibat langsung maupun tak langsung, yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu pada kesempatan ini. Akhirnya semoga semua amal ibadah yang telah kita lakukan bersama mendapat pahala dan ridho dari Allah SWT dan dapat bennanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa mendatang. Tak ada gading yang talc retak, peneliti juga sangat menyadari bahwa laporan ini masih belum sempuma, untuk itu peneliti mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaannya dimasa datang. Terima kasih.
Padang, Desember 2009 Peneliti
PENGANTAR Kegiatan penelitian dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari surnber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait. Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas RI melalui Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Universitas Negeri Padang dengan surat perjanjian kerja Nomor: 1721/H35/KU/DIPA/2009 Tanggal 11 Mei 2009 telah membiayai pelaksanaan penelitian dengan judul Pengembangan Mesin Pembuatan Santan Kering dengan Menggunakan Prinsip Spray Drying sebagai Bagian Pengolahan Santan Terpadu. Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang telah dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan. Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian, serta telah diseminarkan ditingkat nasional. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada umumnya, dan peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terirna kasih kepada berbagai pihak yang membantu pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian tahun 2009. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang baik dari DP2M, penelitian ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Semoga ha1 yang demikian akan lebih baik lagi di masa yang akan datang. Terima kasih.
f
I
M.Pd., M.Sc.
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .............................. . . . . ................... RINGKASAN DAN SUMMARY ................................................... PRAKATA .............................................................................. PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR IS1 ............................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................... . .......... ............................
.111. vi vii
...
Vlll
X
xii
...
Xlll
.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1.1. Latar Belakang Masalah ................................................. 1.2. Keutamaan Rencana Penelitian .........................................
BAB I1.TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 2.1. Jenis-Jenis Kelapa ......................................................... 2.2. Sifat-Sifat Fisikokirnia Daging Buah Kelapa dan Produk yang Dihasilkannya ............................................................... 2.3. Konsep Dasar Pengeringan ............................................... 2.3.1. Beberapa Definsi Mengenai Kadar Air Dalam Bahan ........ 2.3 .2 . Proses Pengeringan ................................................ 2.4. Pengeringan Sembur (spray dryin& ......................................... 2.4.1. Proses Pembutiran Fluida (Atomisasi) .......................... 2.4.2. Ukuran Butir Tetesan dan Distribusinya ....................... 2.4.3. Rotary Whell Atomizer (Roda Pembutir) ..................... 2.4.4. Nosel Bertekanan (Pressure N d e s )
..........................
2.5. Komponen-Komponen Mesin Pengering Sembur (Spray Drying) Pembuat Santan Kering .................................................. 2.6. Konsep Potensial Ethalpi ................................................. 2.7. Perpindahan Massa ........................................................ 2.7.1. Konsep Dasar Perpindahan Massa .............................. 2.7.2. Koefisien Perpindahan Massa ...................................
.
BAB I11 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................... 3.1. Tujuan Penelitian .......................................................... 3.2. Manfaat Penelitian ........................................................
.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................... ..................... 4.2. Jenis dan Objek Penelitian ............................. ................. 4.3. Rencana Penelitian ........................................................ 4.4. Indikator Keberhasilan .................................................... 4.5. Data Penelitian .............................................................. 4.5.1. Santan Basah ........................................................ 4.5.2. Dasar Idealisasi dan Data Perencanaan Mesin Pengering
...
Vlll
Sistem Sembur (Spray Drying) ................................... 4.6. Laju Pengeringan ........................................................... 4.7. Pemyataan Proses Pengeringan dalam Ruang Pengering ............ 4.8. Keseirnbangan Massa dan Energi Dalam Ruang Pengering ......... 4.9. Perhitungan Laju Pengeringan pada Ruang Pengering ............... 4.9 1.Menghitung Ukuran Butu Santan clan Penentuan Dimensi Ruang Pengering ................................................... 4.92. Kondisi Pengeringan ................................................ 4.10.Perencmm Bahan dan Proses Pembuatan Komponen Sistem Pengering .................................................................. 4.10.1. Bahan dan Pembuatan Ruang Pengering ...................... 4.10.2. Bahan dan Pembuatan Siklon I dan S i o n I1 ................. 4.10.3. Bahan dan Pembuatan Saluran Udara Masuk Ruang Pengering .......................... . .............................. 4.10.4. Bahan dan Pembuatan Sistem Pernipaan Santan ............ 4.10.5. Bahan dan Pembuatan Penyemprot (Sprayer) ................ 4.10.6. Bahan dan Pembuatan Saluran Udara Mawk ke Siklon I dan I1 ................................................................ 4.10.7. Bahan dan Pembuatan Rangka Penyangga Mesin Pengering Santan .................................................. 4.1 1.Langkah-1angkah Pengujian .............................................. 4.12.Pengolahan dan Analisis Data ............................................ ...
BAB V .HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 5.1. Uji Karakteristik Santan Basah ............................................. 5.2. Uji Unjuk Kerja Mesin Pembuat Santan Kering ......................... 5.2.1. Laju Kenaikan Temperatur dalarn Ruang Pengering ............. 5.2.2. Laju Pengeringan dalarn Ruang Pengering ........................ 5.2.3. Efisiensi Mesin Pembuatan Santan Kering ........................
.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 . Kesimpulan .................................................................. 6.2. Saran-Saran .................................................................. Daftar Pustaka .............................................................................. Lampiran
DAFTAR GAMBAR Hal
.
I
16 Garnbar 2.1. Tipe kadar Air Dalarn Bahan ............................................. 17 Gambar 2.2. Laju Pengeringan Terhadap Waktu ...................................... 25 Gambar 2.3. Roda Putar (Rotary Wheeel) Untuk Membutirkan Fluida ............ 28 Gambar 2.4. Nose1 Bertekanan Untuk Membutirkan Fluida ......................... 31 Gambar 2.5. Sketsa Sistem Pengeringan Sembur Pembuatan Santan Kering ...... Gambar 2.6. Permukaan Benda Basah Dialiri Udara Panas ........................... 32 Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian Pengembangan Mesin Pembuatan Santan Kering Dengan Menggunakan Spray Drying .................................... 42 43 Gambar 4.2. Santan Kelapa Murni dari Tiga Jenis Kelapa ........................... 46 Gambar 4.3. Blower Sentrifigal ..................................................... 48 Gambar 4.4. Pernyataan Proses Pengeringan Dalam Diagram Psikrometrik ..... 51 Gambar 4.5. Sketsa Kontrol Volume Pada Ruang Pengering ....................... Gambar 4.6. Pelat Stainlesstee1Yang Dijadikan Untuk Pembuatan Ruang Pengering .................................................................. 57 58 G a m k 4.7.Mesin Pernotong Pelat .................................................... Gambar 4.8. Proses Kerja Las .......................................................... 59 Gambar 4.9. Sketsa Saluran Udara Pensuplai Udara Panas ke Dalarn Ruang Pengering ................................................................... 62 63 Gambar 4.10. Sketsa Sistem Pemipaan Untuk Santan Basah ....................... Gambar 4.1 1 . Susunan Sprayer ........................................................... 65 66 Gambar 4.12. Pipa Saluran Udara Masuk ke Siklon I dan I1 ....................... Garnbar 4.13. Ekshaust Fm ................................................................ 66 Gambar 4.14. Rangka Penyangga Mesin Pembuat Santan Kering .................. 68 Gambar 4.15. Mesin Pembuatan Santan Kering yang Sudah Selesai Dirakit ....... 68 Gambar 5.1. Grafik Hubungan Kenaikan Temperatur Dalam Ruang Pengeringan Terhadap Waktu Pengeringan (I 500W. blower 213 dan stop kran %) ................................................................. 75 Gambar 5.2. Grafrk Hubungan Kenaikan Temperatur Dalam Ruang Pengeringan Terhadap Waktu Pengeringan (1 500W7blower 2/3 dan stop kran 1) ................................................................. 75 Garnbar 5.3. Grafik Hubungan Kenaikan Temperatur Dalam Ruang Pengeringan Terhadap Waktu Pengeringan (1 500W, blower 1 dan stop kran 112) ........................................................... 76 Gambar 5.4. Grafik Hubungan Kenaikan Temperatur Dalam Ruang Pengeringan Terhadap Waktu Pengeringan (1500W, blower 1 dan 77 stop kran 1) ................................................................. Gambar 5.5. Grafik Hubungan Laju Pengeringan Terhadap Kelernbabab Udara Masuk dan Keluar Ruang Pengering (1500W, blower 213 dan stop kran 112) ................................................................. 78 Gambar 5.6. Grafik Hubungan Laju Pengeringan Terhadap Kelembabab Udara Masuk dan Keluar Ruang Pengering (1 500W, blower 213 dan stop kran 1) ................................................................. 79 Gambar 5.7. Grafik Hubungan Laju Pengeringan Terhadap Kelembabab Udara Masuk dan Keluar Ruang Pengering (1500W7blower 1 dan stop kran 112) ................................................................. 79
Garnbar 5.8. Grafik Hubungan Laju Pengeringan Terhadap Kelembabab Udara Masuk dan Keluar Ruang Pengering (1 500W. blower 1 dan stop kran 1) ..... 79 Gambar 5.9. Grafik Hubungan Waktu Pengeringan Terhadap Efisiensi Thermal Mesin Pengering (1 500W. blower 213 dan stop kran 112) ....................... 81 Gambar 5.1 O . W & Hubungan Waktu Pengeringan Terhadap Efisiensi Thermal Mesin Pengering (1500W. blower 213 dan stop kran 1) .......................... 81 Gambar 5.1 1.Grafik Hubungan Waktu Pengeringan Terhadap Efisiensi Thermal Mesin Pengering (1500W. blower 1 dan stop kran 112) .......................... 82 Gambar 5.12.Grafik Hubungan Waktu Pengeringatt Terhadap Efisiensi Thermal Mesin Pengering (1500W. blower 1 dan stop kran 1) ............................. 82
Tabel 2.1. Karakteristik kelapa Dalarn, Genyah dan Hybrida ........................ Tabel 2.2. Sifat fiskokirnia Daging Buah kelapa ...................................... Tabel 2.3. Kadar Air, Karbohidrat clan Gula Reduksi Daging Buah Berbagai Jenis Kelapa Umur 9 Bulan .................................................. Tabel 2.4. Sifat Fisikokimia Daging Buah Kelapa yang Mempengaruhi Pengolahan Kopra, Minyak, Kelapa Parut dan Santan .................. Tabel 2.5. Parameter Operasi Untuk beberapa Jenis Bahan Pada Pengeringan Sembur ........................................................................ Tabel 2.6. Luas Penndcaan Butir Tetesan Fluida T e r m Ukuran Lubang Tetesan ........................................................................ Tabel 5.1. Hasil Analisa Kimia Terhadap Karakteristik Santan Basah Dari Tiga Jenis Kelapa
Hal 6 7
......................................................
xii
Lampiran A. Gambar Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Lampiran B. Gambar Jenis-Jenis Kelapa, Buah Kelapa dan Santan Basah Lampiran C . Hasil Analisis Karakteristik Fisikokimia Santan Basah
Lampiran D. Sifat-Sifat Termodinamika Udara dan Diagram Psikrometrik Lampiran F. Data Hasil Pengujian dan Data Hasil Pengolahan
Lampiran E. D a k Hadir Seminar Penenlitian Hibah Bersaing
...
Xlll
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelapa merupakan tanaman perkebunan terluas di Indonesia dibandingkan tanaman perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit. Kelapa menempati 3.7 juta hektar dari 14.2 juta hektar areal perkebunan atau 26% dari total areal dan sekitar 97% merupakan perkebunan rakyat. Namun demikian sampai saat ini pemenuhan kebutuhan minyak goreng masih didominasi oleh minyak sawit yang diperkimkan mencapai 9 kgkapitaltahun (Budianto dan Allorerung, 2003), dibandingkan minyak kelapa hanya 2.89 kgkapitaltahun (Andries et al, 1997). Luas areal kelapa 3.7 juta hektar, yang terdiri atas kelapa Dalam dan Hybrida, dengan pemeliharaan intensif dapat mencapai produksi masing-masing 2.5 ton kopra/halthn dan 4.0 ton kopraiha/thn (Allolerung dan Mahrnud, 2003). Apabila produksi ini dicapai tentu akan tersedia bahan baku daging buah kelapa yang cukup banyak. Oleh karena itu potensi bahan baku ini harus didayagunakan secara optimal, sehingga kelapa dapat terangkat menjadi komoditas primadona dalam peningkatan nilai tambah bagi sekitar 16.32% penduduk Indonesia yang masih tergantung pada komoditas kelapa (Brotosunaryo, 2003). Sumatera Bamt merupakan salah satu propinsi yang berada di wilayah pesisir barat pulau Sumatera. Daerah ini banyak diturnbuhi oleh pohon kelapa, terutama diwilayah pesisir pantainya seperti di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupeten Pesisir Selatan dan beberapa Daerah Tingkat I1 lainnya. Potensi kelapa di Sumatera Barat cukup besar, luas areal tanaman 90.663 Ha dengan produksi 79.046 Tonltahun (Data Badan Statistik, 2005).
Kelapa merupakan tanaman serba guna, dapat dimanfaatkan dari akar sampai daunnya. Daging buah kelapa adalah bagian yang paling banyak digunakan untuk produk-produk pangan. Daging buah kelapa merupakan salah satu sumber minyak dan protein yang penting, dan dapat diolah menjadi kopra dan minyak. Pemanfaatan utama kelapa selain dijadikan kopra (bahan dasar minyak goreng), juga dapat diambil santannya untuk berbagai keperluan membuat masakan. Bagi masyarakat Minangkabau baik yang berdomosili di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat, santan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap jenis masakannya. Pengolahan kelapa menjadi santan sebagian besar masih dilakuiian secara sederhana pada skala rumah tangga. Cara tersebut dianggap kurang praktis karena memakan banyak waktu dan tenaga, terutama jika diperlukan dalam jumlah besar. Demikian juga santan segar (basah) yang biasa kita kenal selain cepat rusak (basi), juga kurang praktis dan tidak efisien. Santan segar merupakan bahan rnakanan yang bergizi tinggi karena rnengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan santan merupakan medium yang sangat disukai oleh mikrooragnisrne untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat santan basah menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditanganni secara benar. Untuk mempertinggi umur simpannya, atau untuk keperluan yang lebih luas (misalnya untuk ekspor) dan agar lebih praktis diperlukan cara pengolahan santan yang tepat. Untuk mengatasi ha1 demikian, maka diperlukan suatu usaha merubah santan basah menjadi santan kering. Pembuatan santan kering merupakan salah satu usaha alternatif yang mungkin untuk mengatasi kebutuhan santan bagi masyarakat Indonesia umurnnya
dan masyarakat Minangkabau pada khususnya. Santan kering lebih tahan terhadap pembusukan atau tidak cepat basi, penggunaannya lebih praktis dan efisien. Untuk merubah santan kering menjadi basah, cukup dengan memberinya dengan air panas takaran tertentu sesuai kebutuhan. Santan mempunyai sifat fisik dan komposisi yang mirip susu sapi, sehingga dapat ditangani dengan cam yang sama. Salah satu pengolahan susu yang banyak dijumpai adalah dalam bentuk bubuk atau tepung susu. Oleh karena adanya kemiripan antara santan dan susu, maka dengan demikian santanpun dapat diolah menjadi bentuk bubuk atau tepung. Maka dari uraian di atas, pada penelitian ini di kembangkan sebuah mesin pembuat santan kering dengan prinsip spray drying sebagai bagian dari pengolahan santan terpadu. Diharapkan dengan adanya mesin ini, dapat menjadi lahan mata pencaharian baru bagi masyarakat yang daerahnya banyak ditumbuhi pohon kelapa. Pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat, harga kelapa terangkat dan perekonomian masyarakat juga akan menjadi lebih baik. 1.2. Keutamaan Rencana Penelitian
Ada beberapa ha1 penting yang mendasari peneliti melakukan penelitian ini yaitu: 1) banyaknya potensi kelapa di wilayah pesisir barat pulau Sumatara, khususnya di Sumatera Barat, 2) keberadaan minyak goreng yang berasal dari kelapa (coconut) telah digeser oleh minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit, sehingga
harga minyak kelapa jatuh, 3) kebutuhan masyarakat Indonesia (khusus Sumatera Barat) akan santan kelapa, 4) Santan basah yang diproduksi dari kelapa cepat menjadi basi dan perlu teknologi pengolahannya menjadi santan kering, 5) Santan
kering lebih tahan terhadap pembusukan dan penggunaannya lebih praktis dan efisien dibanding santan basah yang diperoleh dari perasan daging buah kelapa. Pada penelitian ini peneliti akan mencoba memanfaatkan prinsip spray drying (pengeringan sembur) untuk menghasilkan bubuk santan dari santan basah.
Proses pengeringan sembur ini, memakai prinsip dimana santan basah yang akan dikeringkan dibutirkan atau disemburkan melalui alat penyembur (atomizer), kemudian semburan santan ini dikontakkan dengan udara panas yang dialirkan ke dalam ruang pengering (chamber drying). Kandungan air dalam butiran santan basah tiba-tiba menguap (evaporative) sehingga tinggal lagi butiran santan kering. Selanjutnya butiran santan kering ini akan dihembuskan ke dalam siklon pertama. Dalam siklon pertama udara yang mengandung butiran tepung santan akan berputar-putar dalam siklon. Akibat gaya berat tepung santan, maka sebagian mereka akan jatuh ke bagian bawah siklon yang dilengkapi dengan bak penampung. Sebagian y'ang lain terbawa oleh udara yang dihembuskan oleh blower akan masuk lagi ke siklon kedua, melalui proses yang sama dengan siklon kedua maka sisa tepung santan juga akan jatuh ke bagian bawah siklon kedua yang juga diberi bak penampung. Sebelum santan basah disemprotkan ke dalam ruang pengering, pada santan basah hams terlebih dahulu dilakukan proses awal yaitu pemisahan krim (lemak jenuh) dari larutan santan (skim), agar dalam proses penyemprotan tidak mudah terjadi penyumbatan di dalam sprayer. Proses ini bisa dilakukan secara mekanik yaitu dengan cara memutar larutan santan secara cepat lalu didiamkan beberapa saat sampai terbentuknya gurnpalan-gumpalan krim diatas larutan santan basah.
Kemudian krim ini dipisahkan, sehingga didapat larutan santan basah yang siap disemprotkan ke dalam ruang pengering. Pembuatan santan kering, mempunyai nuansa untuk membuka usaha baru bagi masyarakat pengolah kelapa, yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian masyarakat yang wilayahnya banyak ditumbuhi pohon kelapa. Santan kering selain cepat dan praktis dalam pemakaiannya, juga mudah dibawa. Santan kering diyakini akan sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Pembuatan santan kering tentu juga diharapkan tidak merubah cita rasa jika dibandingkan dengan cita rasa santan segar (basah).
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jenis-Jenis Kelapa Di Sumatera Barat terdapat 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik seperti tercantum pada tabel 2.1. Kelapa dalarn terdiri dari berbagai jenis, seperti kelapa dalam Afiika Barat, Tengah dan Bali. Demikian juga dengan kelapa genyah, diantaranya jenis Malaya Kuning, Malaya Merah dan Nias Kuning. Kelapa Hibrida adalah hasil kawin silang antara kelapa dalam dengan genyah sehingga dihasilkan sifat-sifat yang baik dari kedua jenis kelapa asal. Tabel 2.1. Karakteristik kelapa Dalam, Genyah dan Hibrida Karakteristik Produksi kopra pada umur tahun (ton/ha/tahun) Produksi buah (butir/~ohon/tahun) Daging buah
Dalam
I
Jenis Kelapa Genyah
I
Hibrida
:-.
6,0-7,0
I I
~ e b adl a n keras
1
140
140
Tebal dan keras
I
Tebal dan keras
Peka
I
Kurang peka
Kadar minyak daging buah Ketahanan terhadap penyakit Umur berbuah (tahun) Habitus pohon I I
1 ~ u r a peka n~ 1 I
--
"
Sumber: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dun Industri Sumatera Barat (2009)
Untuk menunjang pendayagunaan daging buah kelapa secara optimal, sebagai bahan baku makanan, maka penelusuran lebih terinci mengenai sifat fisikokirnia daging buah patut dilakukan. Sebab sifat fisikokimia baku sangat menentukan mutu produk yang dihasilkan. Dengan demikian upaya pengembangan pengolahan produk
I
akan lebih terarah sesuai dengan sifat fisikokimia bahan baku kelapa. Penggunaan kelapa untuk pengolahan berbagai produk akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kematangannya. Oleh karena itu, faktor umur panen dari masing-masing jenis kelapa sesuai dengan produk yang akan dihasilkan perlu jadi perhatian. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan, bahwa jenis kelapa dan tingkat umur panen akan mempengaruhi sifat fisikokimia daging buah. Oleh karena itu, setiap kultivar kelapa yang akan dikembangkan hams dilengkapi dengan sifat fisikokimia pada setiap umur panen, sebab tiap jenis produk menghendaki tingkat urnur panen yang berbeda. Jika sifat fisikokimia suatu buah kelapa diketahui, maka tentu akan membantu para pengguna buah kelapa untuk spa buah kelapa tersebut digunakan. Apakah digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, santan dan lain sebagainya. 2.2. Sifat-Sifat Fisikokimia Daging Buah Kelapa dan Produk Yang Dihasilkan a. Daging Kelapa Muda Konsumsi terbesar daging kelapa muda urnumnya hanya terbatas sebagai bahan untuk minuman es kelapa muda. Jika memperhatikan sifat fisikokimia daging kelapa muda pada umur 8 bulan (Tabel 2.2), maka daging kelapa muda tersebut cocok apabila digunakan untuk makanan semi padat (selai, koktil, tart kelapa) dan suplemen makanan bayi. Tabel 2.2. Sifat fisikokimia daging buah kelapa hibrida umur 8 bulan untuk bahan baku makanan semi padat dan suplemen makanan bayi Kelapa Hibrida
Kadar air 85.26
Kadar abu (Yo bk) 3.81
Kadar protein (% bk) 10.88
KHINA-1 PB-121
83.37
2.92
9.73
(%)
Kadar Kadar Kadar karbohidrat galaktomanan fosfolipida (% bk) (% bk) (% bk) 0.18 4.40 43.5 1 40.08
4.87
0.16
GKNxDTE
86.06
3.07
9.57
42.93
4.20
0.19
GKBxDTE
86.31
3.95
10.34
44.87
3-94
0.17
GKBxDMT
87.24
4.30
9.58
34.68
4.06
0.17
GRAxDMT
84.24
4.33
10.94
34.03
4.1 1
0.18
Sumber :Rindengan B., dkk, (1 996)
Keterangan :bk = berat kering
Beberapa jenis makanan yang dapat diolah dari daging kelapa muda: 1. Makanan Semi Padat
Daging buah kelapa dengan kadar air tinggi, menunjukkan sifat fisiknya lunak sehingga sesuai untuk produk pangan yang menghendaki sifat lunak, seperti koktil dan tart kelapa. Ciri khas lain yang diperlukan adalah sifat kenyal. Sifat ini ternyata ditunjang oleh kadar galaktomanan tinggi yang terkandung dalarn daging buah umur 8 bulan. Galaktomanan tergolong polisakarida yang hampir seluruhnya larut dalam air membentuk larutan kental dan dapat membentuk gel (Ketaren, 1975). Pada produk makanan, seperti koktil dan tart kelapa, sifat lunak dan kenyal
.
.
berperan penting terhadap penerimaan konsumen. Oleh karena itu, kandungan galaktomanan tinggi sangat diperlukan agar diperoleh sifat organoleptik yang disenangi konsumen, nilai gizinya cukup tinggi sebab pada umur buah 8 bulan, daging buah kelapa memiliki kadar protein dan karbohidrat tinggi. Untuk pengolahan selai dibutuhkan bahan yang dapat memberikan tingkat homogenitas tinggi. Kadar protein, galaktomanan dan fosfolipida tinggi, menunjang sifat yang dibutuhkan produk ini. Di samping sebagai sumber gizi, ternyata protein dapat juga berfungsi sebagai emulsifier. Galaktomanan berperan mengatur tingkat kekentalan produk, dan fosfolipida berfimgsi sebagai emulsifier. Kadar fosfolipida tinggi sangat cocok untuk
bahan baku pengolahan selai kelapa. Karbohidrat (terutama gula sederhana) dapat berperan dalam mempercepat proses karamelisasi (pembentukan warna coklat). 2. Suplemen Makanan Bayi Berdasarkan hasil analisis fisikokimia, daging buah kelapa muda sangat berpeluang untuk digunakan sebagai salah satu sumber bahan baku dalam proses pembuatan makanan bayi. Kadar protein buah umur 8 bulan dari keenam jenis kelapa berkisar 9.57-10.94% (Tabel 2.2) merupakan sumber protein potensial. Hal ini disebabkan protein kelapa tidak mengikat senyawa antinutrisi (Banzon dan Velasco, 1982), seperti bahan baku makanan bayi lainnya yang berasal dari jenis kacang'
kacangan. Kadar abu berkisar 2.92
- 4.33% merupakan sumber mineral yang cukup
baik dalam daging buah kelapa (terdapat 8 mineral, yakni K, Ca, P, Mg, Fe, Zn, Mn, dan Ca (Kemala dan Velayutham, 1978). Komposisi asam lemak .esensial linoleat (omega 6) pada daging buah kelapa . muda juga tergolong tinggi sekitar 2.35% (Rindengan, 1999), dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sampai saat ini belum ada industri pengolahan makanan bayi yang memanfaatkan potensi nutrisi yang terkandung pada daging buah kelapa muda. Pengolahan makanan bayi biasanya menggunakan peralatan seperti Drum Dryer dan Ekstruder,yang proses pemasakannya berlangsung beberapa menit saja. Produk yang diperoleh bersifat instan sehingga hanya dengan penambahan air panas langsung dapat diperoleh bentuk pasta dan siap dikonsumsi. Adanya kandungan galaktomanan, fosfolipida dan karbohidrat, menunjang diperolehnya bentuk pasta yang merupakan salah satu sifat organoleptik penting pada makanan bayi.
3. Makanan Ringan
Pada umurnnya makanan ringan memiliki sifat-sifat fisik, antara lain renyahlgaring dan kering (kadar air rendah). Untuk menghasilkan makanan ringan dengan sifat-sifat tersebut di atas, dibutuhkan bahan baku yang memiliki sifat fisikokimia yang dapat menunjang mutu yang diharapkan. Umumnya golongan umbi-urnbian, misalnya kentang banyak digunakan. Kentang memiliki kadar a u 77.80% (Anonim., 1981) hampu sama dengan kadar air daging kelapa yang berumur 9 bulan yaitu, berkisar 71.31
- 75.35% (Tabel 2.3),
tetapi kadar karbohidrat agak
berbeda, kentang 84.04%, sedangkan daging kelapa sekitar 34.60 - 45.60%. Daging buah berumur 8 bulan rata-rata memiliki kadar karbohidrat tinggi 34.03
- 43.51%
dan kadar air sangat tinggi (Tabel 2.2) sehingga kalau dibuat makanan ringan, permukaan berkeriput karena ruang-ruang antar sel belum berisi penuh dengan bahan padatan. Karbohidrat sebagai sumber pati (terdiri dari amilosa dan &ilopektin) sangat berperan pada sifat fisik produk, misalnya renyawgaring. Kadar amilosa turut berperan pada sifat fisik tersebut. Keseimbangan kadar air dan karbohidrat sangat penting untuk menghasilkan makanan ringan yang sesuai selera konsumen. Protein dan gula reduksi, selain sebagai sumber kalori juga berperan sebagai komponen yang menghasilkan warna agak coklat setelah mengalami proses karamelisasi. Salah satu jenis makanan ringan yang dapat diolah dari daging buah kelapa muda umur 9 bulan adalah coconut chip (keripik kelapa). Tabel 2.3. Kadar air, karbohidrat, protein dan gula reduksi daging buah berbagai jenis kelapa umur 9 bulan Kelapa Hibrida KHINA- I
Kadar air Kadar karbohidrat (%I bk) (YO) 73.60 45.60
Kadar protein (% bk) 1 9.55
Kadar gula reduksi (% bk) 1.13
PB-121 74.42 36.19 GKNxDTE 72.56 41.21 GKBxDTE 75.35 39.47 GKBxDMT 73.62 38.92 GRAxDMT 71.31 34.60 Sumber :Rindengan B., dkk, (1996)
0.5 1 8.59 9.64 1.18 9.30 0.82 8.68 1.35 8.09 11.34 Keterangan :bk = berat Kering
b. Daging Kelapa Matang 1. Kopra dan Minyak
Kopra dan minyak kelapa merupakan produk tradisional yang diolah dari buah kelapa matang, rata-rata berumur 10-12 bulan. Pada umur tersebut terjadi peningkatan bahan padatan dan kadar minyak, sebaliknya kadar air menurun. Kadar air daging buah umur 10 bulan berkisar 62.26
- 66.24%, karbohidrat 33.61 - 43.335
dan galaktomanan 1.85-3.89% (Tabel 2.4). Untuk diolah menjadi kopra, kadar air masih cukup tinggi, sehingga proses pengeringan akan lebih lama. Oleh karena itu sering dijumpai kopra yang diolah dari campuran buah berumur 10, 11, dan 12 bulan, sebagian ada yang hampir benvarna coklat kehitaman tetapi ada juga yang masih berwarna coklat muda (belum kering). Daging buah dengan kadar galaktomanan tinggi, jika diolah menjadi kopra akan menghasilkan kopra kenyal karena sifat galaktomanan yang larut dalam air membentuk larutan kental dan juga dapat membentuk gel (Ketaren, 1975). Selanjutnya jika dilakukan pengepresan minyak, akan mengakibatkan mesin pengepres macet. Dengan mempertimbangkan sifat-sifat tersebut diatas, maka buah yang dipanen 10 bulan sebaiknya diolah dengan cara basah, melalui proses pembuatan santan. Sedangkan apabila melalui proses penggorengan, kadar air telah banyak yang menguap sehingga pembentukan larutan kental antara air dan galaktomanan
dapat ditekan. Pada umur buah 11-12 bulan, kadar galaktomanan pada kelapa hibrida GRAxDMT, PB-12 1, dan GKBxDTE relatif tinggi, sehingga kurang sesuai dijadikan kopra. Bila akan diolah menjadi minyak sebaiknya dengan cara basah. Sedangkan kelapa Dalam DMT, DTA dan DTE serta kelapa Genjah GKB, GKN dan GRA pada umur buah 12 bulan kandungan galaktomanan umumnya rendah. 2. Kelapa Parut Kering (Desiccated Coconuf) Proses pengolahan kelapa parut kering sebenamya tidak jauh berbeda dengan kopra, yaitu prinsipnya mengeringkan daging buah kelapa. Tetapi kelapa parut kering diproses pada kondisi higienis, tanpa testa dan bentuknya bermacam-macam dan berwama putih. Kelapa parut kering adalah bahan baku yang banyak digunakan dalam pengolahan berbagai macam biskuit, roti atau jenis kue tertentu sehingga berfungsi sebagai substitusi penggunaan tepung. Dengan demikian, maka kelapa parut kering hams memiliki sebagian dari sifat-sifat tepung, antara lain tidak lengket (bergumpal) dan benvarna putih. Pada umumnya kelapa parut kering yang diolah dari buah kelapa hibrida menghasilkan sifat-sifat yang kurang sesuai, sehingga kelapa hibrida jarang digunakan. Hal ini disebabkan kadar galaktomanan dan fosfolipida yang tinggi, terutama pada umur buah 10 bulan (Tabel 2.4). Jadi yang diolah untuk kelapa parut kering adalah kelapa Dalam karena kadar galaktomanan dan fosfolipid yang rendah, yaitu kelapa Dalam DMT, DTA, DTE pada umur 12 bulan, umumnya kadar galaktomanan dan fosfolipida rendah, masing-masing berkisar 0.18 0.1 1- 0.13%.
- 0.20%
dan
Tabel 2.4. Sifat sifat fisikokimia daging buah kelapa yang mempengamhi pengolahan kopra, minyak, kelapa parut kering, santan dan tepung. Jenis Kelapa
KHPNA-1 PB-121
GKNxDTE
GKBxDTE GKBkDMT
GRAxDMT
Kadar Kadar Kadar Kadar Umur Kadar Kadar lemak karbohidrat galaktomanan sent fosfolipida air Bush (Yobk) kasar (%bk) (% bk) @In) (%) (% k) (%bk) 10 66.24 44.69 2.33 18.85 0.14 43.33 11 59.49 48.94 0.08 19.26 40.69 1.09 12 56.38 53.11 20.77 0.12 1.19 35.94 10 62.26 54.51 0.10 19.59 33.61 2.28 11 59.25 52.97 0.09 33.03 2.24 22.69 1.91 17.71 12 50.31 51.52 0.09 38.64 10 63.82 53.26 1.85 19.70 0.15 34.37 11 56.30 56.01 22.47 0.10 34.86 0.96 12 50.51 56.82 21.91 0.13 33.42 1.11 10 65.22 54.37 0.15 37.03 2.88 20.43 11 59.67 56.14 0.12 33.50 1.92 23.13 12 56,13 47.81 1.24 22.65 0.12 42.54 10 65.14 51.31 3.89 21.51 0.15 37.70 11 56.19 52.36 0.05 2.07 23.16 37.60 12 55.88 43.88 0.11 1.03 23.19 42.07 10 63.75 50.08 0.17 35.33 35.33 20.43 11 57.47 55.40 0.14 21.22 33.66 33.66 12 55.09 50.15 0.14 40.60 40.60 20.13
.
.
3. Santan kelapa
Santan kelapa berupa cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Eagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah. Santan merupakan cairan yang berbentuk susu (coconut milk) yang berasal dari daging buah kelapa. Proses mendapatkan santan kelapa dilakukan dengan langkah-langkah berikut (Tanviyah Kemal, 2001); (1) Pengupasan kulit buah kelapa,
(2) Pengupasan tempurung kelapa, (3) Pemarutan daging buah kelapa, (4) Pemerasan daging buah yang sudah diparut sampai keluar santannya. Di Sumatara Barat umumnya yang dikenal hanya santan basah. Menurut Dewan Ilmu Pengatahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat (2006), santan basah sangat rentan terhadap proses pembusukan (cepat hsi), agar bisa bertahan dalarn waktu tertentu santan perlu dipanaskan. Akan tetapi apabila terlalu sering dipanaskan, selain tidak praktis dan efisien juga hasil akhir dari santan basah yang sudah dipanaskan tersebut sudah berubah rasa. Santan apabila sudah membusuk, sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai pembuat masakan. Balasubramaniam (1976) menyatakan bahwa galaktomanan, fosfolipida dan .
.
protein dapat befingsi sebagai emulsifier (pemantap emulsi) pada santan. Selain itu fosfolipida dapat menyebabkan perubahan wama menjadi kecoklatan akibat oksidasi lemak tak jenuh. Pada keenam jenis kelapa hibrida dengan umur buah 10 bulan, kadar galaktomanan dan fosfolipida cukup tinggi, &eikipun kadar protein bervariasi. Oleh karena itu, untuk bahan baku santan segar dapat digunakan keenam jenis kelapa hibrida tersebut, sebab santan segar biasanya langsung dikonsumsi. 2.3. Konsep Dasar Pengeringan
Pengeringan pada suatu benda atau bahan pada dasarnya adalah suatu proses pengurangan kadar air dari bahan tersebut. Dalam proses pengeringan benda basah ada dua proses yang berlangsung secara simultan. Pada proses pengeringan terjadinya proses perpindahan panas dan uap air secara bersamaan antara permukaan bahan basah dengan udara panas yang mengalir di atas permukaan bahan tersebut. Proses pengeringan akan akan terus berlangsung selama adanya perbedaan kandungan air antara permukaan benda basah dengan udara panas disekitamya.
.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengeringan diantaranya adalah pertama faktor kondisi udara pengeringan yang meliputi; temperatur udara, massa aliran udara, dan kelembaban udara. Kedua adalah faktor bahan yang akan dikeringkan meliputi; ukuran bahan, tekanan parsial uap air dalam bahan, kadar air awal bahan dan kadar air akhir bahan yang diharapkan serta temperatur pengeringan yang diijinkan agar substansi bahan yang dikeringkan tidak berubah. Kadar air bahan merupakan perbandingan antara massa air yang dikandung oleh bahan dengan massa bahan. Kadar ini dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu kadar air basis bawah, yang menunjukan perbandingan massa air yang dikandung bahan dengan massa bahan dalam keadaan basah. Secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan:
Dan kadar air basis kering menunjukan perbandingan massa air yang dikandung bahan dengan massa bahan dalam keadaan kering, secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan:
Dimana: KA = kadar air basis bawah (YO) W,
= Massa
uap air yang dikandung bahan (kg)
Wb
= Massa
bahan basah (kg)
Wk
= Massa
bahan kering (kg)
2.3.1. Beberapa Definisi Mengenai Kadar Air Dalam Bahan Pengeringan suatu bahan meliputi banyak faktor yang mempengaruhi, oleh sebab itu adala beberapa definisi yang hams diketahui mengenai kadar air bahan. EquibIibirum Moisture adalah kadar air dalam bahan diamana tekanan parsial uap air
daiarn bahan sama dengan tekanan parsial uap air udara lingkungan pada temperatur yang sama. Bound Moisture adalah kadar air bahan pada kondisi dimana tekanan uap air bahan lebih kecil dari tekanan air mumi pada temperatur yang sama. Sedangkan Unbound Moisturei adalah kadar air bahan ~jadakondisi dimana tekanan uap air bahan sama dengan tekanan mumi pada temperature yang sama. Free Moisture adalah kadar air yang menunjukan keseimbagan dalam bahan yang dapat
menguap tergantung pada kondisi udara lingkungan. Gambar 2.1. memperlihatkan beberapa type dari kadar air bahan, yang memperlihatkan hubungan kadar air bahan terhadap kelembaban relatif udara lingkungan. L
Bound moisture
Unbound moisture
4
b
Equilibrium moisture
Free moisture
*
XI
Kadar air bahan (%)
Gambar 2.1. Tipe kadar air dalam bahan
x2
2.3.2. Proses Pengeringan Bahan basah yang akan dikeringkan akan mengalami beberapa tahapan pengeringan. Tahapan proses pengeringan tersebut dapat ditunjukan dalam sebuah grafik yang menunjukan hubungan antara laju pengeringan terhadap waktu, seperti pada gambar 2.2.
Waktu Idt)
Gambar 2.2. Laju pengeringan terhadap waktu Proses pengeringan tahap pertama yang akan dialami bahan adalah proses pengeringan waktu terjadi penyerapan panas oleh bahan dari udara disekitarnya (proses A-B). Proses pengeringan selanjutnya adalah pengeringan konstan, dimana terjadinya penguapan kadar air bahan pada kondisi permukaan bahan dalam kondisi jenuh (proses B-C) dan kemudian proses pengeringan dengan laju pengeringan yang semakin berkurang. Dimana terjadinya pengecilan luas perrnukaan bahan akibat penyusutan selama proses pengeringan dan kandungan air bahan yang dikeringkan merupakan kandungan air bahan yang terikat pada jaringan matrik bahan. 1)Laju Pengeringan
Laju pengeringan suatu bahan padat yang basah tergantung pada kondisi
pengeringan yaitu, kondisi udara pengeringan seperti; temperatur, kelembaban, laju aliran massa udara dan kondisi bahan yang akan dikeringan (luas permukaan bahan, volume bahan, massa bahan, densitas bahan, kadar air awal bahan dan kadar air akhir bahan yang diharapkan setelah proses pengeringan). Untuk proses pengeringan adiabatik dengan kondisi udara pengeringan tertentu, laju pengeringan maksimum terjadi dapat ditentukan dengan persamaan,
Dengan mernpertimbangkan pengaruh laju aliran udara (Re), koefisien perpindahan massa (hD) dan sifat fisik dari bahan yang dikeringkan, laju pengringannya dapat ditentukan dengan persamaan,
Dimana:
- .
N,,
=
laju pengeringan maksimum (kgldt)
G,
=
laju aliran massa udara (kgldt)
NtG = Bilangan perpindahan gas y,
=
kelembaban mutlak udara jenuh adiabtik (kgkg)
yl
=
kelembaban mutlak udara (kgkg)
2) Waktu Pengeringan Waktu yang dibutuhkan selama proses pengeringan tergantung pada kecepatan laju pengeringan, kadar air awal bahan, kadar air akhir bahan, massa bahan persatuan luas permukaan bahan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan,
Atau,
3) Kalor Pengeringan Panas yang diperlukan untuk proses pengeringan suatu bahan dalam pengeringan sembur ini berasal dari panas yang dihasilkan oleh heater listrik yang dihembuskan udara yang berasal dari blower. Proses pengeringan pada penelitian ini diasumsikan sebagai proses adiabatik, dimana panas yang digunakan selarna proses pengeringan hanya berasal dari udara panas dialirkan udara berasal dari heater listrik. Besarnya panas yang dibutuhkan selama proses pengeringan akan sebanding dengan perubahan entahlpi yang terjadi dalam ruang pengering. Secara matematis dituliskan dengan,
Dimana:
Qp= panas yang diperlukan oleh produk, kJ/dt
m
= laju
hz
= entahlpi
aliran massa produk ,kgldt akhir produk, kJ/kg
hl = entahlpi udara masuk, kJ/kg 4) Efisiensi Pengeringan
Efisiensi pengeringan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara panas yang dibutuhkan selama proses pengeringan dengan panas yang masuk ke dalam ruang pengering yang berasal dari panas keluaran heater listrik. Efisiensi pengeringan dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan,
Diketahuinya efisiensi pengeringan maka dapat menunjukan unjuk kerja dari alat pengeringan yang dirancanakan.
2.4. Pengeringan Sembur (Spray Drying) Pengeringan sembur (spray drying) adalah proses pengeringan dengan merubah cairan yang akan dikeringkan menjadi butiran kecil fluida dengan menggunakan alat pembutiran (atomizer) dan mengeringkannya dengan udara panas yang dialirkan ke dalam sebuah ruang pengering (drying chamber) (Filkova, Iva,
1995). Alat pembutiran fluida yang umum digunakan adalah jenis roda berputar (rotary wheel atomizers) dan nosel bertekanan (pressure nozzle atomizers). Ruang pengering dari sistem ini behngsi untuk menguapkan air yang ada bersama dengan butiran fluida. Setelah air dalam butiran fluida menguap maka tinggallah butiran produk kering yang jatuh ke dalam bak penampungan yang terletak di bagian bawah ruang pengering. Keseimbangan antara banyaknya semburan butiran fluida yang keluar dari atomizer dengan temperatur udara pengering dijaga sedemikian rupa sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik. Karena temperatur udara pengering yang disemburkan ke dalam ruang pengering dan waktu pengeringan yang tersedia sangat singkat menjadi faktor penentu dari kualitas produk kering yang dihasilkan. Prinsip pengeringan pada sistem ini,membutuhkan temperatur udara pengeringan yang cukup tinggi yaitu sekitar 100 hingga 180°C. Prinsip pengeringan sembur (spray drying) banyak digunakan untuk pengeringan bahan-bahan kimia, obat-obatan, makanan, produk sehari-hari, beberapa
jenis bahan kimia organik dan anorganik, karet, tepung keramik, deterjen, susu dan berbagai produk lainnya. Beberapa jenis produk yang dikeringkan dengan menggunakan prinsip pengeringan sembur (spray drying) dapat dilihat pada tabel 2.5. Beberapa keuntungan dari prinsip pengeringan sembur (spray drying) adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik dan kualitas produk terkontrol secara baik dan efektif.
2. Produk dapat dikeringkan pada tekanan atrnosfir dan temperatur rendah.
3. Dapat mengeringkan produk dalam jumlah banyak dan prosesnya relatif sederhana. 4. Material ruang pengering dapat terbuat dari bahan pelat aluminium atau baja
stainless atau bahan lain yang terpenting hams tahan korosi. Alasannya adalah karena produk yang dikeringkan berkontak langsung dengan dinding ruang pengering, sehingga j ika bahan ruang pengering mudah korosi tentu akan merusak kualitas produk dan merusak kesehatan konsumen.
5. Produk yang dihasilkan relatif seragam (uniform). Tabel 2.5. Parameter operasi untuk beberapa jenis bahan pada pengeringan sembur Kelembaban udara Bahan
Masuk
Keluar
(%)
(%)
45-55
4
Dadih
50
Susu Coffe
Susu encer
Alat pernbutir
Ternperatur udara
Arah aliran "darn
Masuk
Keluar
ec)
(OC)
Wheel rotary
<250
95-100
Searah
4
Nose1 bertekanan
100-180
70-80
Searah
50-60
2'5
Nose1 bertekanan
170-200
90-1 00
Searah
75-85
3-395
Nosel bertekanan
270
110
Searah
(domizer)
Deterjen
35-50
*-'
bertekanan
Cream
53-60
4
Wheel rotary
200-275
65-75
Berlawan arah
500-600
> I 10
Searah
Sumber: Handbook of Industrial Drying, 1995
Beberapa kerugian pengeringan dengan prinsip pengeringan sembur (spray drying) adalah sebagai berikut:
1. Spray drying hanya dapat digunakan untuk beberapa jenis material tertentu. 2. Satu unit spray drying yang dirancang hanya dapat digunakan untuk satu jenis
produk tertentu.
3. Untuk mendapatkan laju penguapan yang lebih besar, maka diperlukan mang pengeringan yang lebih besar. 4. Memerlukan investasi awal yang relatif lebih besar dibanding dengan pengering
tipe lain. Pengeringan dengan mengunakan prinsip pengeringan sembur (spray drying;)terdiri atas beberapa tingkatan proses:
1. Proses atomisasi (pembutiran) yaitu proses menjadikan fluida yang akan dikeringkan menjadi butir-butiran kecil atau halus. 2. Proses pencampuran butiran fluida dengan udara pengering, sehingga tejadi
penguapan air dalam butiran fluida. 3. Pemisahan produk kering dari udara keluaran. 2.4.1. Proses Pembutiran Pluida (Atomisasi) Pembutiran fluida (atomisasi) adalah proses yang sangat penting dari proses pengeringan sembur (spray drying). Jenis alat penyembur yang banyak dipakai dalam pengeringan sembur adalah jenis roda berputar (rotary wheel atomizers) dan
jenis nose1 bertekanan (pressure nozzle atomizers). Dasar pemilihan jenis alat pembutir dipengaruhi oleh daya yang dibutuhkan untuk membentuk butir, lebar dan luas distribusi jatuh butiran fluida, kecepatan dan lintasan jatuh fluida, besar butiran produk serta bentuk dari rancangan ruang pengering. Besarnya butiran fluida keluar dari atomizer semestinya sebanding dengan permukaan perpindahan panas yang tersedia. Perbandingan permukaan butir terhadap ukuran lubang alat pembutir dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6. Luas permukaan butir tetesan fluida terhadap ukuran lubang tetesan Total volume (m3)
Diameter butir (m)
Jumlah butiran
Luas permukaan perbutir
Total permukaan butir (mq
1
1,234 m
1
3,14 m2
3,14
1
I ern
1 , 9 8 61~o6
3,14 cm2
623,6
1
1m
1,986x109
3,14 mm2
6.236
I
100 pm
31.40b pm2
62.360
2
1 Pm
3,14 pm2
6.236.000
1,986~10'~ 1,986~1 018
Sumber: Handbook of Industrial Drying, 1995
Atomizer yang biasa digunakan dalam spray drying adalah tipe roda berputar (rotary wheel atomizers), nosel bertekanan @ressure nozzle single-fluid atomizers). Jenis lain yang juga dapat digunakan pada sprcry drying untuk keperluan pengeringan produk tertentu adalah pneumatic two-fluid nozzeles.
2.4.2. Ukuran Butir Tetesan dan Distribusinya Kualitas produk kering (santan kering) yang dihasilkan adalah salah satu faktor yang sangat penting yang sangat mempengaruhi kondisi proses pengoperasian alat pengeringan sembur (spray drying). Karakter produk dan kualitasnya merupakan
pertimbangan dalam proses pengeringan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan selera konsumen. Untuk mengetahui karakteristik produk santan kering, biasanya diketahui dengan melihat ukuran partikel dan ukuran distribusinya. Ukuran partikel santan kering dan distribusinya adalah dikaitkan dengan ukuran lubang tetesan dan distribusi lubang tersebut. Ukuran lubang tetesan pada alat pembutir, cukup untuk mengontrol kualitas produk yang akan dikeringkan. Rata-rata ukuran lubang tetesan ditampilkan oleh sebuah nilai. Nilai ini bersama-sama dengan distribusinya didefinisikan sebagai karakteristik semburan. Didefmisikan sebagai perbandingan antara total volume tetesan terhadap total luas tetesan.
Dimana, fi adalah jumlah kerapatan butir, dan Di adalah diameter butir. Ukuran distribusi butiran dapat digambarkan sebagai suatu kerapatan butir yang diberikan dengan jumlah distribusi yang dihasilkan. Kerapatan sangat sulit dianalisis secara makroskopis, hanya dapat dianalisis dengan analisis mikroskopis. Untuk menghitung proses spray diying secara umum digunakan bilangan distribusi Rasio-Rammler (1995),
Dimana:
DGM= Rata-rata diameter geometri butir tetesan, m SG
=
Standar deviasi geometri butir tetesan
N
= Jumlah
D
= Diameter
dari tetesan butir butir tetesan, m
2.43. Rotary WheelAtomizers (Roda Pembutir)
Roda pembutir (rotary wheel atomizer) berfungsi untuk mengubah fluida yang akan dikeringkan menjadi butiran-butiran kecil. Hal ini dimaksudkan agar proses penguapan air dalam butiran fluida cepat menguap apabila dikenai oleh udara panas dalam ruangan pengering. Sketsa roda pembutir (rotary wheel atomizer) dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Roda putar (rotary wheel) untuk membutirkan fluida yang akan dikeringkan Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwa fluida (santan basah) diumpankan ke dalam pusat perputaran. Putaran yang tinggi pada rotary wheel mengakibatkan fluida (santan basah) tertarik masuk kedalam lubang-lubang roda putar dan keluar melalui lubang-lubang tetesan tersebut. Karena posisi lubang tetesan posisinya horizontal, mengakibatkan jarak jatuh semburannya jauh, sehingga diperlukan ruang pengering yang lebih besar. Kecepatan luncuran semburan fluida yang akan dikeringkan keluar dari lubang tetesan berkisar antara 100-200 m/dt dengan putaran roda sekitar 10.000 hingga 30.000 rpm.
Energi listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan rotary wheel untuk pengeringan sembur ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana, m adalah laju aliran massa fluida masuk ke roda putar (rotary wheel
atomizers)(kg/dt),2 kecepatan aliran fluida (mldt),
E
efisiensi roda putar.
Ukuran butir tetesan (Diameter Sauter rata-rata dalam satuan meter), dapat dicari dengan persamaan berikut:
Dimana m, laju aliran massa fluida (kgldt); N kecepatan putaran rotary wheel (rpm); r diameter,roda putar (m); p viskositas dinamik fluida (Pa-dt); b ketebalan lubang tetesan (m); Nv jumlah lubang tetesan; p massa jenis fluida &g/m3); a tegangan permukaan fluida, (Nlm).
2.4.4. Nose1 Bertekanan (Pressure Nozzles) Nosel bertekanan (pressure nozzle atomizers) mempunyai prinsip kej a yang berbeda dengan rotary wheel atomizers. Pada sistem ini komponen alat pembutir
(atomizers) digunakan nosel yang diberi tekanan, berkisar antara 5 hingga 7 MPa. Akibat tekanan yang diberikan, maka fluida akan memasuki nosel dan cairan ini akan meninggalkan orifis nosel yang berbentuk lubang kecil dengan diameter berkisar antara 0,4 hingga 4 mm dengan kapasitas 100 literljam. Energi yang
dibutuhkan untuk memberikan tekanan pada nosel adalah cukup rendah dibanding energi untuk memutar rotary wheel. Ukuran butir tetesan untuk pembutir jenis nosel ini, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Master K., 1980):
Dimana D diameter orifis (m), v, kecepatan aksial fluida masuk nosel, dengan
Di adalah diameter saluran masuk nosel (m), Dl diameter dalam saluran masuk fluida, A, luas penampang saluran masuk nose1 (m2), v,' debit aliran (m3/dt), b tebal lapisan film fluida dalam orifis. Sebagai prkdiksi kasarnya diameter rata-rata butiran fluida keluar dari nosel bertekanan dapat digunakan persamaan,
Dimana, DAadalah rata-rata diameter tetesan (p) dan AP adalah tekanan pada nosel (Pa). Gambar nosel, untuk pengeringan sembur (spray dryingl dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Nose1 bertekanan untuk membutirkan fluida yang akan dikeringkan
2.5. Komponen-Komponen Mesin Pengering Sembur (Spray Drying) Pembuat Santan Kering Spray Komponen pengering sembur (sp*
drying) pembuat santan kering ini
terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: 1. Ruang Pengering (Drying Chamber) Ruang pengering (drying chamber) merupakan komponen utama dari m
.
system pengering sembur (spray drying), dimana ruangan ini berfungsi untuk pengeringan santan yang disemprotkan oleh sprayer (atomizer). Dalam ruangan ini bertemunya antara santan yang disemprotkan dengan udara panas yang dihembuskan oleh blower. Pertemuan antara butiran-butiran santan dengan udara panas akan terjadi penguapan (evaporative) secara cepat. Kandungan air dalam santan akan menguap ke udara dan dibawa keluar ruangan, sehingga yang tinggal lagi adalah butiran-butiran santan kering. Ruang pengering sembur ini berbentuk bangunan silinder ukuran diameter 0,76 m dan panjang 1,20 m, pada bagian atas dilengkapai dengan sprayer. Saluran udara untuk masuk ke siklon dibuat pada bagian bawah ruang pengering. Ruang pengering juga dilengkapi dengan dua buah jendela yang tertutup dan kaca intip.
Hal ini dimaksudkan memudahkan dalam perawatan dan pembersihan ruang pengering dari kotoran-kotoran sisa santan. Kaca intip untuk mengintip proses kerja spayer, apakah bisa burhngsi atau tidak. Dalam ruang pengering juga diberi lampu dan alat sensor temperatur. 2. SiMon (Syclone) Pertama Butiran santan yang yang telah mengering di dalam ruang pengering (drying chumber) akan terhembus ke dalam siklon pertama. Udara yang membawa butiran-butiran santan memasuki siklon pada bagian sisi kiri siklon. Udara akan memasuki siklon dalam bentuk putaran. Akibat gravitasi bumi maka butiranbutiran santan kering akan jatuh ke bawah dan sebagian kecil akan terbawa oreh udara memasuki siklon kedua. Santan kering yang'jatuh pada siklon pertarna itulah yang menjadi produk dari mesin pembuat santan kering ini. Antara siklon pertama dan siklon kedua dilengkapi dengan exhaustfan untuk menarik udara dari siklon pertama ke siklon kedua. 3. Siklon (Syclone) Kedua
Udara memasuki siklon kedua juga dalam bentuk putaran. Sehingga pada siklon kedua udara yang tertarik bersamaan dengan butiran santan masih tersisa akan terjatuh ke bawah siklon kedua, yang juga sebagai produk dari mesin pembuatn santan kering. 4. Pompa dan Sistem Saluran Santan
Pompa disini befingsi untuk memompakan santan basah ke dalam ruang pengering melalui sprayer. Pompa yang digunakan adalah pompa yang dapat memberikan tekanan sesuai kondisi rancangan, sehingga diharapkan butiran yang
terjadi pada sprayer dapat seoptimal mungkin. Saluran santan pada alat ini juga dilengkapi dengan pengukur tekanan @ressure gauge) dan katup serta alat penyaring santan. Katup dan alat penyering befingsi untuk menutup dan membuka saluran serta alat penyaring untuk menghindari adanya penyumbatan di sprayer. 5. Blower dan Saluran Udara
Blower befingsi untuk menghembuskan udara panas ke dalam ruang pengering. Blower yang digunakan adalah blower yang bisa diatur-atur debit udaranya (blower sentrifugal). Udara memasuki ruang pengering searah dengan arah tetesan butiran santan yang keluar dari sprayer. Saluran udara adalah wadah untuk menyalurkan udara yang dihembuskan oleh blower ke dalam ruang pengering. Saluran udara ini selain befingsi untuk saluran udara juga befingsi sebagai dudukan heater untuk memanaskan udara. ?.
.
6. Heater Listrik
Heater listrik berhngsi untuk memanaskan udara yang akan dihembuskan oleh blower. Heater listrik yang digunakan pada alat pengering santan ini adalah heater listrik jenis plat dengan daya per-unitnya adalah 300 Watt. Jumlah heater yang dipakai adalah sebanyak 6 buah, ha1 ini dimaksudkan untuk mendapatkan variasi temperatur yang lebih luas. 7. Alat pembutir (Sprayer)
Sprayer berfungsi untuk membutirkan santan basah sebelum disemprotkan ke dalam ruang pengering. Sprayer yang dipakai disini adalah sprayer yang bisa diatur-atur keluaran (output) santannya. Jumlah sprayer yang digunakan adalah sebanyak 8 buah. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan pengkabutan yang lebih
baik. Sprayer dipasangkan ke kepala saluran (header) yang terbuat dari pipa tembaga ukuran 1 inchi. Pada gambar 2.5 terlihat sketsa dari system pengering sembur (spray diying;) untuk pembuatan santan kering. Dari gambar terlihat bahwa banyaknya
butiran yang disemprotkan hams sebanding dengan temperatur dan laju aliran udara ke dalam ruang pengering, agar didapatkan hasil pengeringan yang baik. Produk santan kering sangat sensitif terhadap temperatur pengeringan, oleh sebab itu temperatur pengeringan juga tidak boleh terlalu tinggi. Jika terlalu tinggi maka santan kering yang dihasilkan akan menjadi hangus dan berbau tak sedap.
Pompa santan
Sprayer
Exhaust fan Tanki santan
Siklon I
\
RuangPengering
\ I /
Y
Produk
Gambar 2.5. Sketsa system pengeringan sembur pembuatan santan kering 2.6. Konsep Potensial Enthalpi
Jika udara panas melewati suatu benda basah, maka akan terjadi perpindahan kalor sensibel dan laten secara bersamaan. Perpindahan sensibel terjadi bila terdapat perbedaan suhu antara udara dengan permukaan benda basah. Sedangkan perpindahan kalor laten terjadi bila terdapat perbedaan tekanan parsial uap air di
udara dengan tekanan parsial uap air pada permukaan benda basah yang diserta dengan perpindahan massa.
Gambar 2.6. Permukain benda basah dialiri udara panas Besarnya laju perpindahan panas yang terjadi dapat ditentukan dari persamaan berikut: Laju Perpindahan Kalor Sensibel
ag, = h,.a.s. (t, -ti) Laju Perpindahan Kalor Laten aq, = h,. 3 k (a,- o*).hf,
Laju Perpindahan Kalor Total
a% = a% + ag1
(2.19)
Dengan menyederhanakan persamaan sebelumnya, laju perpindahan kalor total selama proses pengeringan dapat ditentukan dengan persamaan,
Perbedaan enthalpy antara aliran udara bebas ( h a dengan enthalpy udara jenuh pada
suhu permukaan basah (hi) dikenal dengan konsep potensial entahlpi. Dengan konsep ini dapat ditentukan arah aliran kalor total yang terjadi pada suatu system yang mengalami perpindahan panas yang disertai perpindahan massa.
2.7. Perpindahan Massa 2.7.1. Konsep Dasar Perpindahan Massa
Dalam proses pengeringan terjadi dua proses secara bersamaan yaitu proses perpindahan panas dari udara lingkungan ke benda yang dikeringkan dan perpindahan massa dari benda yang dikeringkan ke udara lingkungan. Perpindahan massa terjadi karena beberapa macam fenomena yang berlainan. Perpindahhan massa yang berlangsung secara konveksi, dimana massa berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dalam sistem aliran yang terjadi pada tingkat makroskopis. Jika pada suatu sistem terdapat gradien konsentrasi pada salah satu konstituen dalarn sistem, maka akan terjadi perpindahan massa dalam tingkat mikroskopis akibat pembauran dari daerah konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Diffusi massa tidak hanya terjadi atas dasar molekul, tetapi juga dalam sistem aliran turbulen, dimana terjadi laju difhsi yang dipercepat akibat proses pencampuran pusaran cepat. Laju difusi diberikan oleh Hukurn Fick tentang difusi, yang meyatakan bahwa fluks massa dari suatu konstituen persatuan luas berbanding lurus dengan gradien suhu.
Dari penurunan persamaan gas ideal, densitas menunjukan konsentrasi massa sehingga,
Jadi Hukum Fick untuk difusi komponen A ke dalam komponen B dapat ditulis sebagai,
Dengan mengintegrasikan persamaan (2.12) maka akan didapatkan fluks massa
komponen A sebagai,
2.7.2. Koefisien Perpindahan Massa
Koefisien perpindahan massa dapat didefmisikan seperti halnya dengan koefisien perpindahan kalor dengan persamaan berikut: fiA= bA. A. (Cm
- Ca)
(2.25)
Dengan menggunakan prinsip keserupaan pada perpindahan kalor, jika lapisan batas laminar di atas plat rata terjadi difusi sebagai akibat suatu kondisi perpindahan massa pada permukaan, maka dapat diturunkan suatu persamaan untuk konsentrasi komponen tertentu di dalam lapisan batas,
Beberapa hubungan emperis untuk koefisien perpindahan massa
diberikan oleh
Gilliand untuk penguapan zat cair ke udara di dalam sebuah kolom bundar. Dimana zat cair membasahi permukaan dan udara didorong melalui kolom.
h,. d
(p:d)O"
-= 0,023 D
jv)O*
-
.D
Dengan mengemukakan suatu konstanta baru untuk mas kiri pada persamaan (2.16) yang disebut dengan angka Shenvood (Sh) dan angka Schimidt (Sc)
untuk
perbanidngan tak berdirnensi v/D, maka persamaan (2.16) dapat ditulis kembali menjadi,
Sh = 0 , 0 2 3 ~ e ~ .S' ~C.
~ . ~
Persamaan (2.1 7) berlaku untuk, 2000 < Red< 35.000 dan 0,6 < Sc < 2,5
(2.29)
Jika perpindahan kalor,dan perpindahan massa berlangsung secara bersamaan,maka koefisien perpindahan kalor,dan koefisien perpindahan massa dapat dihubungkan secara bersamaan,dan didapat persamaan,
Koefisien perpindahan massa tergantung pada bilangan Reynolds yang menunjukkan kondisi aliran fluidqbilangan prandt yang menunjukkan perbandingan dihsivitas momentum terhadap dihsivitas termal,dan bilangan Schmidt menunjukkan perbandingan dihsivitas termal terhadap dihsivitas massa.
BAB I11 TUJUAN DAN MANFAAT PENELTIAN 3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan tujuan membuat dart meneliti Mesin Pembuatan Santan Kering Dengan Menggunakan Prinsip Spruy
Dlying Sebagai Bagian Pengolahan Santan Terpadu. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 2 tahun. Tujuan penelitian tahun pertama adalah meneliti karakteristik santan basah (kadar lemak, protein, karbohidrat dan kadar air) dari beberapa jenis buah kelapa (kelapa hybrida, kelapa dalam clan kelapa genyah) dengan usia buah kelapa 10 hingga 1 1 bulan. Usia buah kelapa 10 hingga 1 1 bulan merupakan usia buah kelapa yang paling cocok bagi untuk dijadikan santan segar. Untuk meneliti uji karakteristik santan basah dilakukan oleh Tenaga Analis di Laboratorium Penelitian Kimia Jurusan Kimia FMlPA Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat. Selanjutnya pada tahun pertama ini juga dilakukan perancangan dan pembuatan mesin pembuatan santan kering dengan menggunakan prinsip Spray
Drying serta dilakukan proses pengujian unjuk kerja dari mesin pembuatan santan kering ini. Proses perancangan mesin pembuat santan kering dilakukan di Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, FT. Universitas Negeri Padang dan proses pembuatan dilakukan di CV. Citra Dragon, Sei. Sarik Kabupaten Padang Pariaman, sebuah perusahan yang bergerak membuat alat-alat pertanian di Sumatera Barat. Dengan selesainya alat ini, maka pada tahun kedua akan dilakukan pengujian terhadap
mesin
pembuatan santan
kering
yang
telah
dirancang
bangun 36
menggunakan santan basah dengan pencampuran air persentase lo%, 20% dan 30 %. Pengujian ini dilakukan dengan beberapa variasi temperatur pengeringan dan kecepatan aliran udara panas dan laju aliran massa santan yang disemburkan ke dalam ruang pengering. Pengujian ini dilakukan sampai diperoleh variasi penelitian yang dapat menghasilkan santan kering yang betul-betul segar dan enak dikonsumsi oleh masyarakat. Pada tahun kedua juga akan dilakukan uji karakteristik terhadap santan kering yang dihasilkan, terutama sifat fisikokimianya dan uji hygienitasnya. Apakah santan ini layak dikonsumsi oleh masyarakat atau tidak. Seharusnya karakteristik fisikokimianya teruatama kadar protein, lemak dan karbohidratnya tidak berubah setelah santan ini dikeringkan. Jika karakteristik fisikokima terutama protein, lemak dan karbohidratini tidak berubah secara signifikan antara basah dan kering, maka cukup hanya hanya menambahkan air ke dalam santan kering, ia sudah kembali lagi ke kondisi semula seperti santan basah. Harapan dari penelitian ini akan diperole6 sebuah mesin pembuat santan kering yang betul-betul bisa menghasilkan santan sesuai dengan standar yang diharapkan, baik bentuk (warna) maupun rasa. 3.2. Manfaat Penelitian
Karena masih belum adanya mesin pembuat santan kering ditengah-tengah masyarakat, sementara potensi kelapa di Sumatera Barat sangat banyak. Pada penelitian ini penulis akan mencoba membuat mesin pembuat santan kering dengan menggunakan prinsip spray drying. Santan bagi masyarakat Sumatera Barat adalah suatu kebutuhan harian, akan tetapi seperti diketahui bahwa santan yang barn diproduksi sekarang masih berbentuk santan basah. Santan basah lebih cepat basi dan sulit dibawa kemana-mana.
.
Dengan selesainya Mesin Pembuatan Santan Kering dengan Menggunakan Prinsip Spray Drying Sebagai Bagian Pengolahan Santan Terpadu ini diharapkan akan menjadi sebuah terobosan baru pembuatan santan kering yang penggunaannya lebih mudah, praktis dan efisien. Santan kering juga relatifjauh lebih tahan lama jika dibanding dengan santan basah.
BAB N METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan di Laboratorium Penelitian K i i a Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Padang. Sedangkan waktu penelitian tahun pertama ini, dari Juni hingga Desember
2009. 4.2. Jenis dan Objek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian ekperimen, pada tahun pertama difokuskan kepada uji karakteristik fisiko kimia daging buah kelapa; kadar lemak, protein, karbohidrat dan kadar air dilakukan terhadap beberapa jenis kelapa dengan usia buah
-10 ataull bulan. Dari literatur diketahui bahwa usia buah kelapa yang paling bagus untuk diambil santannya adalah usia 10 atau 11 bulan, karena buah kelapa pada usia ini masih banyak mengandung kadar lemak, protein, karbohidrat dan galaktomanan yang berfungsi sebagai emulsifier (pemantap emulsi) pada santan basah. Selanjutnya penelitian ini juga dilanjutkan dengan merancang bangun mesin pembuatan santan kering dengan beberapa komponen utamanya; ruang pengering
(drying chamber), siklon I dan siklon 11, sistem saluran udara, pemilihan blower dan heater pemanas udara, pembuatan alat penyembur (atomizer)
dan system
pemipaannya, pemilihan pompa dan alat pengukur tekanan. Terakhir dilakukan uji unjuk kerja pada mesin pembuatan santan kering dengan beberapa variasi kecepatan hembusan blower dan temperatur pengeringan serta variasi laju aliran fluida yang
disem~jrotkanoleh sprayer. Penelitian unjuk kerja @er$onnance) mesin pembuat santan kering ini perlu terlebih dahulu dilakukan, agar diketahui kemampuan alat ini dalam mengeringkan fluida yang disemburkan ke dalam ruang pengeringnya. Penelitian pada tahun pertama ini belum dilakukan pengujian dengan menggunakan santan basah, ha1 ini dikarenakan selain belum diketahuinya unjuk kej a mesin pengering ini, pengujian dengan santan membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk satu kali pengujian diperkirakan biaya yang dibutuhkan adalah Rp 600.000 guna pembelian santan basah murni. 4.3. Rencana Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen,
dengan
tujuan
mengembangkan, mengimplementasikan dan menghasilkan mesin pembuat santan kering dengan menggunakan sistem spray drying sebagai bagian dari pengolahan santan terpadu dengan langkah penelitian sebagai berikut: - .
1) Penelitian tentang karakteristik santan kelapa yang akan dijadikan santan kering 2) Perancangan dan pembuatan ruang pengering untuk sistem pengering sembur (spray drying).
3) Perancangan dan pembuatan siklon I dan I1 sebagai pengumpul tepung santan yang berasal dari ruang pengering. 4) Pembuatan sistem injeksi untuk alat pembutir nosel bertekanan bressure nozzle atomizers).
5) Pembuatan sistem pengalir udara panas yang digunakan untuk mengeringkan cairan santan yang dibutirkan melalui nosel bertekanan.
5) Melakukan pengujian pada alat pengering; mengukur, mengamati dan mengumpulkan data hasil pengujian pada alat pengering menggunakan prinsip pengeringan sembur (spray drying) tanpa menggunakan santan basah.
6) Menganalisa hasil pengujian dan pengamatan serta membuat laporan hasil penelitian pada tahun pertama. 4.4. Indikator Keberhasilan
Target atau indikator keberhasilan yang dicapai dari penelitian pada tahun pertama adalah: 1. Diperolehnya karakteristik fisikokimia (kadar lemak, karbohidrat, protein dan
kadar air) santan basah yang akan dijadikan santan kering, terutama untuk 3 jenis kelapa yang ada di Sumatera Barat (kelapa hybrida, kelapa genyah dan kelapa dalam). 2. Tenvujudnya mesin pembuatan santan kering menggunakan prinsip spray drying. -
.
3. Diketahuinya unjuk kerja @e$ormace) mesin pembuat santan kering.
2. Publikasi ilmiah dalam jurnal nasional. Langkah kerja penelitian untuk tahun I, dapat dilihat pada diagram alir gambar 4.1.
santan dari beberapa sumber; pustaka, puslibangda, internet clan berbagai sumber lainnya
+
Penelitian tentang karakteristik santan kelapa yang akan dijadikan santan kering
Perancangan clan pembuatan ruang pengering untuk sistem pengering sernbur (sproy & i d . Pembuatan sistem injeksi untuk alat pembutir nosel bertekanan @resswe
noale atomizers). 1
I
Pembuatan sistem pengalir udara panas yang digunakan untuk rnengeringkan cairan santan yang dibutirkan melalui nosel bertekanan
I
Melakukan pengujian pada alat pengering tanpa menggunakan santan basah; mengarnati dan rnengurnpulkan data hasil pengujian .
7
-
Menganalisa hasil pengujian dan pengamatan serta rnernbuat laporan hasil penelltian tahun pertarna
Gambar 4.1. Bagan alir penelitian pengembangan mesin pembuatan santan kering dengan menggunakan prinsip spray drying sebagai bagian pengolahan santan terpadu.
4.5. Data Penelitian Sesuai dengan tahap penelitian maka Penelitian Tahun I yang menjadi data penelitian adalah:
4.5.1. Santan Basah Untuk mengetahui karakteristik fisikokimia santan basah, maka hams terlebih dahulu diketahui jenis kelapa. Pada penelitian ini jenis kelapa yang diuji adalah: Kelapa Hybrida usia antara 10-11 bulan, santan basah murni = 150 ml Kelapa Dalam usia antara 10-1 1 bulan, santan basah murni = 150 ml Kelapa Genyah usia antara 10-1 1 bulan, santan basah murni = 150 ml Santan basah murni diperoleh dari hasil pengukuran dan pemerasan dengan mesin kukur dan mesin peras yang ada di pasar. Peneliti mengusahakan seteliti mungkin saat dilakukan proses pengukuran dan pemerasan kelapa, tidak tercampur antara satu jenis kelapa dengan jenis lain.
Gambar 4.2. Santan kelapa murni dari 3 jenis kelapa; hybrid, genyah dan dalam Langkah selanjutnya adalah melakukan uji karakteristik fisikokimia santan basah. Pengerjaan ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Jurusan Kimia, FMIPA UNP Padang dengan meminta bantuan tenaga laboran (analis kimia) di labor tersebut. Karakteristik yang diuji adalah; persentase kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat dan air santan basah untuk ketiga jenis kelapa tersebut.
4.5.2. Dasar Idealisasi dan Data Perencanaan Mesin Pengering Santan Sistem Sembur (Spray Drying) Proses pengeringan pada mesin ini berlangsung dalam ruang pengering
(drying chamber). Distribusi udara dan panas dalam ruang pengering diasumsikan merata dan diberlakukan sebagai gas ideal. Proses pengeringan diasumsikan sebagai proses adiabatik, dirnana panas yang dibutuhkan untuk selama proses pengeringan hanya berasal dari panas fluida dan tidak ada panas yang masuk atau keluar melalui dinding ruang pengering. Data dan parameter yang dibutuhkan dalam perencanaan meliputi data kondisi fluida kerja, sifat-sifat fisik santan basah yang akan dikeringkan dan kondisi pengeringan. 1.Ruang Pengering (Drying Chamber) Ruang pengering merupakan tempat berlangsungnya proses pengeringan. Beberapa data dan parameter yang hams diketahui dalam ruang pengering adalah: ..
a). Kondisi Udara Sebagai Fluida Kerja
- Temperatur udara masuk ke heater (TI); Tdbl= 30°C, Twbl= 2S°C - Kelembaban relatif udara lingkungan,
$1
- Kelembaban mutlak udara lingkungan, y 1
- Temperatur udara keluar heater Tdb2= 120°C,
-
Laju aliran massa udara, ma = 0,12 kgldt
b). Kondisi Udara Pengeringan
- Temperatur pengeringan (T3) = 1 1O°C - Kelembaban mutlak udara pengeringan y3 (kgkg) - Kelembaban relatif udara pengeringan 43 (%)
-
Kerapatan udara, p, (kg/m3)
- Viskositas kinernatik, u (m2/s) - Panas spesifik, cp(kJkg.OC) c). Kondisi Santan Yang Akan Dikeringkan
- Kerapatan santan (diasumsikan) p, (kg/m3) - Kadar air awal, XI = 55% ; Kadar air akhir, X2 = 4% - Jumlah nosel 8 buah - Diameter orifis @) = 5 . 1 0 ~m~
-
Diameter saluran ke nosel (Di) = 6,3s5 . 10"m
- Laju aliran volume santan (V,) = 1,5 . 10-4 m3/dt
-
Tekanan udara dalam ruang (diasumsikan) = 1 atm
- Kelembaban mutlak udara lingkungan (yl) = 0.018 kgkg - Temperatur udara luar = 30°C - Perbandingan luas permukaan butir dengan volume butir (a = m2/m3) .. 2. Siklon I dan Siklon I1 Udara kering yang membawa debu santan dari ruang pengering memasuki siklon dalam kondisi berpusar. Selarna proses pusaran udara dalam siklon debu santan yang telah dikeringkan diharapkan akan terjatuh ke bagian bawah siklon akibat dari pengaruh berat debu dan pengaruh gravitasi bumi. Sesuai dengan fungsinya siklon I dan I1 adalah untuk mengumpulkan debu santan kering, maka data perencanaan pada siklon I dan I1 adalah sebagai berikut:
- Diameter siklon I dan I1 (Dsk)= 0,57 m
-
Tinggi siklon I dan I1 (Hsk) = 1 m
- Temperatur udara masukan ke siklon I (T4) = 90°C - Temperatur udara keluar siklon I (Ts) = 70°C
- Temperatur udara masukan ke siklon I1 (Ta)= 60°C - Temperatur udara keluar siklon 11 (T7)= 50°C Antara siklon I dan siklon I1 juga dilengkapi dengan exhaust fan yang berfungsi untuk menarik udara dari siklon I ke dalam siklon 11. Pada siklon I1 debu santan yang masih tersisa diharapkan akan terkumpul pada siklon 11. 3. Blower dan Heater Listrik
Blower berfungsi untuk menghembuskan udara yang telah dipanaskan oleh heater listrik. Blower yang dipakai pada penelitian ini jenis blower sentrifugal yang diharapkan bisa menghembuskan udara dengan kecepatan 1-1,5 d d t saat memasuki ruang pengering. Hal ini dimaksudkan agar.proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat dan kualitas santan kering yang dihasilkan dapat terwujud dengan baik. Sebagai sumber panas pada system pengering sembur ini digunakan heater listrik jenis plat. Jumlah heater yang direncanakan adalah 6 buah, dengan daya perunitnya adalah 300 W. Kedua alat ini dibeli di pasar dengan spesifikasi sesuai dengan disain yang telah ditetapkan.
Gambar 4.3. Blower sentrifugal yang digunakan untuk mensuplai udara ke ruang pengering
- .
4. Pompa dan Sprayer Pompa berfungsi untuk mensuplai santan basah ke dalam ruang pengering melalui nosel (sprayer). Jenis pompa yang dipakai dalam penelitian ini adalah pompa air biasa dengan total head 40 m. Pompa ini digunakan setelah dilakukan uji coba dengan menggunakan sprayer berlubang tunggal dapat menghasilkan pengabutan yang cukup memadai. Sprayer berlubang tunggal digunakan sebayak 8 buah dan disusun secara paralel pada sebuah header yang terbuat dari pipa tembaga 314 inchi dan saluran masuk % inchi. Sprayer yang digunakan bisa distel pengabutannya, sesuai dengan kondisi pengabutan yang diinginkan. Sprayer dibuat sebanyak 8 buah dengan diameter lubang 5.10'~m dimaksudkan untuk mendapatkan pengabutan yang lebih baik dan banyak. Akan tetapi sprayer ini juga bisa dimatikan dalam jumlah tertentu apabila dibutuhkan dalam proses penguj ian. 4.6. Laju Pengeringan
Untuk menghitung laju pengeringan yang terjadi selama proses pengeringan santan, ada beberapa parameter yang hams diketahui terlebih dahulu antara lain, laju aliran massa udara masuk (m,), bilangan Reynolds untuk aliran udara dalam ruang pengering, konstan perpindahan massa dan koefisien perpindahan massa dari santan basah ke udara kering. Laju aliran udara memasuki ruang pengeringan yang dihembuskan oleh blower dapat dihitung dengan persamaan,
Dimana pa adalah densitas udara kering (kg/m3) dan V, laju aliran volume udara persatuan waktu (m3/dt).
Bilangan Reynolds dalam ruang pengering dapat ditentukan dengan persamaan.
Untuk bilangan Reynolds (Re) < 80.000, maka konstanta perpindahan massa tanpa dimensi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan,
JD = 0 , 6 6 4 . ~ e ~ > ~
(4-3)
Dan koefisien perpindahan massa dinyatakan dengan,
Dimana untuk difisi udara kering - uap air, nilai Sc = 0,6. 4.7. Pernyataan Proses Pengeringan Dalam Ruang Pengering
Proses pengeringan santan dalam ruang pengering dapat dinyatakan .
.
dalam gambar 4.4.
Gambar 4.4. Pernyataan proses pengeringan dalam diagram psikrometrik
Pertarnakali udara pada kondisi lingkungan (TI) masuk ke saluran udara yang ada heater listriknya, terjadi kenaikan temperatur udara dari TI ke Tz. Udara keluar dari heater listrik memasuki ruang pengering tempat santan basah dikeringkan. Proses pengeringan berlangsung pada temperatur T3. Selama proses pengeringan akan terjadi perubahan kelembaban mutlak udara ( ~ 3 )menjadi kelembaban mutlak udara yang keluar ruang pengering (y4). Proses pengeringan diasumsikan berlangsung adiabatik. 4.8. Keseimbangan Massa dan Energi Dalam Ruang Pengering
Proses pengeringan santan berlangsung dalam ruang pengering dengan mengalirkan udara panas dari heater listrik (mh3 dan proses pengeringan berlangsung secara adiabatik dengan laju aliran massa uap air dari bahan yang dikeringkan (m,), serta laju aliran massa udara yang keluar dari ruang pengering (m,,\,).
Kerja blower tidak masuk dalam batas system (W) dan tidak terjadi
perubahan energi kinetik dan energi potensial dalarn sistem (AE). Persarnaan keseimbangan energy dan massa dapat diturunkan sebagai berikut, a. Persamaan keseirnbangan energi,
Karena persamaan mas kiri dan persamaan kedua dari ruas kanan adalah sama dengan nol, maka persamaan (4.5) dapat ditulis kembali menjadi,
Persamaan keseimbangan massa,
Dari gambar 4.4 dapat ditentukan massa yang masuk system, dan massa yang keluar system, sehingga persamaan (4.7) dapat ditulis kembali dengan,
dengan,
mal = n g 2 = ma3
dan mw2= mwl+ mw
(4-9)
dengan mensubsitusikan persamaan (4.9) ke dalam persamaan (4.6), persamaan keseimbangan energi menjadi,
atau,
Laju aliran massa uap air yang menguap selama proses pengeringan (m,) dapat - . di tentukan dengan persamaan,
Panas yang dibutuhkan selama proses pengeringan bahan dapat ditentukan dengan persamaan,
Atau,
Keseimbangan energi di atas dapat dilukiskan dalam bentuk gambar 4.5 di bawah. Temperatur udara masuk, kelembaban mutlaknya dan laju aliran masuk
sangat menentukan besarnya uap air yang dapat dibawanya dari benda basah dalam ruang pengering.
Gambar 4.5. Sketsa kontrol volume pada ruang pengering. 4.9. Perhitungan Laju Pengeringan Pada Ruang Pengering
4.9.1. Menghitung Ukuran Butir Santan dan Penentuan Dimensi Ruang Pengering
Menghitung ukuran diameter butir santan keluar dari sprayer dapat digunakan persamaan (2.13) pada tinjauan pustaka.
Dimana nilai, 0 1 2 7Jax = -
20.b. w 1
dan
VI v1 --
A1
dari data perencanaan diketahui bahwa; diameter orifis (D) adalah 5.10"m dan diameter saluran (Di), 6,35.104m, luas penampang saluran (A), 3 1,65.1 o-~.Laju aliran volume (V,), 1,5.104 m3/dt, massa jenis pair = 1000 kg/m3 dan p,,d kg/m3. Jika nilai-nilai di atas dimasukan ke dalam persamaan, maka;
=
950
Dan,
Lalu nilai ul dan u ~ disubsitusi x ke dalam persamaan (2.13), sehingga,
Dari hasil perhitungan diameter butir di atas dan dengan pertimbangan teknis agar didapatkannya kondisi pengeringan yang luas dan pencampuran udara dengan butiran fluida lebih merata (Tabel 2.6 Tinjauan Pustaka) serta pertimbangan bahan di
.
.
pasaran maka dimensi ruang pengering dengan ukuran diameter 0,76 m dan tinggi 1,2 m. Bahan yang digunakan adalah pelat stailessteel dengan tebal2 mm. 4.9.2. Kondisi Pengeringan
Kondisi pengeringan dalam ruang pengering (drying chamber) perlu diketahui untuk merencanakan dan memilih bahan yang akan digunakan serta untuk mengetahui kapasitas dan efisiensi mesin pengeringan secara umum. a. Laju Aliran Udara Dalam Ruang Pengering Laju aliran udara dalam ruang pengering sangat menentukan cepat atau larnbatnya proses pengeringan dalam ruang pengering. Laju aliran udara pada penelitian ini dapat dihitung dengan persamaan,
b. Laju Aliran Massa Udara Persatuan Luas Laju aliran massa udara persatuan luas dihitung dengan persamaan,
c. Laju Aliran Massa Udara Kering Persatuan Luas
Laju aliran massa udara kering persatuan luas dihitung dengan persamaan,
d. Bilangan Reynolds untuk aliran udara dalam ruang pengering Bilangan Reynolds, dihitung dengan asumsi bahwa aliran dalam ruang pengering masih laminar, sehingga;
e. Bilangan Koefisien Perpindahan Massa Tanpa Dimensi untuk Re < 80.000 Koefisien perpindahan massa dihitung dengan persamaan,
f. Koefisien Perpindahan Massa Koefisien massa digunakan untuk menghitung besarnya uap yang dapat dipindahkan dari bahan yang akan dikeringkan, secara matematis dirumuskan dengan;
g. Bilangan Perpindahan Gas Bilangan perpindahan gas dihitung dengan persamaan,
h. Laju Pengeringan Maksimum Laju pengeringan maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut,
i. Laju Pengeringan Aktual Laju pengeringan yang sebenarnya merupakan nilai yang sangat menentukan
kondisi pengeringan yang terjadi dalam ruang pengering, nilainya dirumuskan dengan,
j. Laju Pengeringan Laju pengeringan dapat dirumuskan dengan,
= 0,090 k g air/dt.kg produk k. Waktu Pengeringan
Waktu pengeringan santan dalam ruang pengering dapat dihitung dengan persamaan,
0,55 t=
=
- 0,04
.
0,090 kg. air/dt. kg produk
5,66 detik
Waktu pengeringan yang singkat, menunjukan bahwa proses pengeringan pada pengeringan system spray drying berlangsung dengan cepat. Hal ini dapat dipahami karena fluida kerja (santan basah) yang masuk ke dalam ruang pengering
dalam kondisi dibutirkan dengan menggunakan sprayer. Jika butiran ini bertemu dengan udara panas yang dihembuskan oleh blower, maka secara cepat uap air dalarn santan akan menguap maka yang tinggal hanyalalah butiran santan kering.
1. Efisiensi Pengeringan Efisiensi pengeringan pada hakekatnya adalah perbandingan antara jumlah panas yang digunakan untuk penguapkan dengan total panas disuplai ke dalam ruang pengering. Untuk pengeringan system spray drying berlangsung adiabatik dan panas yang hilang ke lingkungan diabaikan, maka efisiensi thermal ruang pengering dapat dirumuskan dengan (Fikova, Iva, 1995 dalam Handbook Of Industrial Drying hal:290),
Dimana, TAi adalah temperatur udara panas masuk ruang pengering (OC), T A ~ temperatur udara panas keluar ruang pengering (OC) dan TAmb,temperatur udara lingkungan. Dari data perencanaan, maka:
4.10. Perencanaan Bahan dan Proses Pembuatan Komponen Sistem Pengering 4.10.1. Bahan dan Pembuatan Ruang Pengering a. Bahan Ruang Pengering Bahan yang digunakan untuk ruang pengering terbuat dari pelat stainlessteel tebal2 mrn dengan ukuran 240 x 120 cm. Pelat stainlessteel dibeli di pasaran dengan ukuran yang telah tersedia. Gambar 4.6 merupakan pelat stainlessteel yang digunakan untuk pembuatan ruang pengering.
Gambar 4.6. Pelat stainlessteel yang dijadikan untuk pembuatan ruang pengering
b. Proses Pembuatan 1) Peralatan yang digunakan
- Mistar atau alat pengukur - Penggores - Mesin pemotong pelat - Mesin pengerol untuk merolling pelat menjadi silinder - Jepitadragum, Mesin gerinda dan ampelas - Mesin las TIG/Las listrik menggunakan elektroda stainlessteel
-
Cat, untuk pengecatan pada bagian tertentu dari ruang pengering
2) Langkah Pengerjaan Langkah-langkah dalam pembuatan ruang pengering adalah:
-
Tentukan ukuran pelat yang akan dijadikan ruang pengering yang tingginya 120 cm dan diameter 76 cm.
- Setelah diukur lalu beri tanda dengan penggores dan selanjutnya lakukan pemotongan terhadap pelat dengan menggunakan mesin pemotong pelat.
-
Setelah pelat dipotong maka dilakukan proses pengerolan pelat sehingga menjadi bentuk silinder dengan menggunakan mesin rolling.
-
Setelah berbetuk silinder hasil pengerolan, maka selanjutnya baru dilakukan proses pengelasan dengan menggunakan las TIG (Tungstein Inert Gas).
-
Selanjutnya dibuat kerucut pada bagian bawah ruang pengering guna mempersempit penampang ruang agar santan yang telah dikering mudah terbawa oleh udara ke ruang siklon. Gambar 4.7 memperlihatkan mesinFpemotong pelat dan mesin las yang
sedang dikerjakan oleh pekerja di CV. Citra Dragon, Sei. Sarik Kabupaten Padang Pariaman.
Gambar 4.7. Mesin pemotong pelat di CV. C .Dragon
58
Gambar 4.8. Proses kerja las
- Pada bagian atas ruang pengering diberi pintu untuk saluran masuk pipa header sprayer.
- Setelah body ruang pengering terbentuk sedemikian rupa maka selanjutnya baru dibuat posisi peletakan sprayer, saluran udara masuk ke ruang pemanas
dan saluran udara ke luar dari ruang pengering untuk masuk ke siklon.
.
.
4.10.2. Bahan dan Pembuatan Siklon I dan Siklon II a. Bahan Siklon I dan Siklon II
Bahan untuk siklon I clan I1 digunakan pelat stainlessteel tebal lmm dengan ukuran 180 x 100 cm yang dibeli di pasaran. b. Proses pembuatan
1) Peralatan yang digunakan Karena proses pengerjaan siklon I dan siklon I1 hampir sama dengan proses pengerjaan untuk ruang pengering maka peralatan yang digunakan juga sama;
-
Mistar atau alat ukur
- Penggores - Mesin pemotong pelat - Mesin pengerol untuk merolling pelat menjadi silinder - Jepitanlragum - Mesin las TIGILas listrik menggunakan elektroda stainlessteel - Mesin gerinda, ampelas dan polis untuk mengkilatkan pelat stainlessteel 2) Langkah Pengerjaan Langkah-langkah dalam pembuatan siklon I dan siklon I1 juga hampir sarna dengan langkah pengerjaan ruang pengering yaitu:
- Tentukan ukuran pelat yang akan dijadikan siklon I dan siklon
11, yang
tingginya 100 cm dan diameter 57 cm.
- Setelah diukur lalu beri tanda dengan penggores dan selanjutnya lakukan pemotongan terhadap pelat dengan menggunakan mesin pemotong pelat.
-
Setelahpelat dipotong maka dilakukan proses pembengkokan pelat sehingga berbentuk silinder dengan menggunakan mesin rolling.
- Setelah berbetuk silinder hasil pengerolan, maka selanjutnya baru dilakukan proses pengelasan dengan menggunakan las TIG (Tungstein Inert Gas) atau las listrik dengan elektroda stainlessteel sehingga terbentuklah siklon.
-
Setelah body siklon terbentuk selanjutnya dibuat saluran udara ke laur siklon yang terbuat dari pipa stainlessteel diameter 4 inchi. Udara masuk ke siklon mengarah ke sisi dinding siklon, sehingga diharapkan akan membentuk pusaran udara dalam ruang siklon. Pada bagian tengah siklon juga dilengkapi dengan saluran udara ke siklon 11.
: ""Ctu"!{
F:?p[JsTJ."',?':\i!
1
r;, '"7 _ . . Antara siklon I dan I1 ditambahkan'exhiuit fan yang befingsi untuk menarik !Irfg.,r tlr,-TC.:
? . .
-
!
7 . #
udara dari siklon I ke siklon 11. Kedua siklon mempunyai dimensi yang sama yaitu tinggi 1 m dan diameter 57 cm. 4.10.3. Bahan dan Pembuatan Saluran Udara Masuk Ruang Pengering a. Bahan saluran udara masuk ke ruang pengering Bahan yang digunakan untuk saluran udara besi pelat biasa tebal lmm. Saluran udara berbentuk empat persegi ukuran 30 x 30 cm. Pada ujung saluran berbetuk kerucut untuk menepatkan posisi saluran keluar udara dari blower sentrifbgal. Pada saluran udara juga ditempatkan heater listrik sebagai sumber panas. b. Proses Pembuatan 1) Alat yang digunakan
- Penggores - Mesin pemotong pelat - Peralatan kerja bangku - Mesin las listrik menggunakan elektroda baja biasa diameter 5 mm. - Mesin gerinda atau ampelas
- Dempul dan Cat untuk untuk proses finishing saluran udara. 2) Langkah pengerjaan
- Tentukan ukuran pelat yang akan dijadikan saluran udara masuk ke ruang pengering, tinggi 30 cm dan lebar 30 cm.
- Setelah diukur lalu beri tanda dengan penggores dan selanjutnya lakukan pemotongan terhadap pelat dengan menggunakan mesin pemotong pelat.
-
Setelah pelat dipotong maka dilakukan proses pembengkokan pelat sehingga berbentuk empat persegi dengan menggunakan mesin pembengkok.
- Setelah terbetuk body empat persegi panjang, maka selanjutnya baru dilakukan proses pengelasan dengan menggunakan las las listrik. Gambar 4.9 adalah sketsa saluran udara pensuplai udara panas ke ruang pengering.
Gambar 4.9. Sketsa saluran udara pensuplai udara panas ke dalam ruang pengering -
.
4.10.4. Bahan dan Pembuatan Sistem Pemipaan Santan
a. Bahan saluran santan basah
Sistem pemipaan santan dibuat dari bahan PVC yang tahan terhadap tekanan tinggi. Ukuran pipa santan dibuat 314 inchi dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan penyaring dan klep penahan tekanan. Sistem pemipaan juga dilengkapi dengan katup (stop kran) dan alat pengukur tekanan bressure gauge). Pressure gauge berfbngsi untuk mengetahui tekanan fluida (santan) yang masuk ke sprayer, sedangkan katup (stop kran) digunakan untuk mengatur tekanan yang diinginkan masuk ke sprayer sebelum disemprotkan ke dalam ruang pengering.
b. Proses Pembuatan 1) Alat yang digunakan
- Mistar atau alat ukur dan Penggores - Mesin pemotong pipa - Elbow, Socket pipa drag dalam dan drag luar - Double nepel - TBA, Lem PVC - Stop kran, Water mur drag dalam untuk pipa
- Water mur drag luar untuk pompa 2) Langkah pengerjaan
- Tentukan ukuran panjang pipa yang akan dijadikan saluran santan.
-
Pasangkan penyaring santan pada bagian ujung pipa tempat masukan awal santan basah.
-
Sambungkan pipa ke saluran suction dan discharge pompa.
.. .
Pasang katup (stop kran) dan alat pengukur tekanan sebelum sprayer, agar tekanan masuk ke sprayer dapat diketahui dan stel system otomatik pompa.
-
Pasangkan pipa PVC dengan pipa tembaga yang menjadi header dari sprayer.
T
Pressure gauge
Tanki santan
Gambar 4.1 0. Sketsa sistem pemipaan untuk santan basah
-
Pasangkan water mur drag dalam ke pipa dekat pompa dan drag dalarn antara pipa PVC dan pipa tembaga. Hal ini dimaksudkan agar sprayer dan pompa mudah dibuka-buka jika ada kerusakan.
4.10.5. Bahan dan Pembuatan Penyemprot (Sprayer) a. Bahan Sprayer
Sprayer disini berfungsi untuk membutirkan santan basah yang masuk ke ruang pengering. Butiran yang keluar dari sprayer harus secepat mungkin dapat dikeringkan oleh udara panas yang disuplai oleh blower. Sprayer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sprayer berlubang tunggal dengan saluran masuk (nepel) 114 inchi. Pipa header digunakan pipa tembaga diameter 314 -inchi. b. Proses Pembuatan 1) Alat yang digunakan
- Mistar atau alat ukur - Penggores
- Pernotong pipa tembaga - Seperangkat las oxy-asetilen untuk mengelas tembaga - TBA - Nepel kuningan 2) Langkah pengerjaan
- Tentukan panjang pipa yang akan dijadikan saluran masuk atau header sprayer - Sambungkan nepel ke header spayer dengan proses pengelasan
- Pasangkan sprayer berlubang tunggal ke dalam nepel - Stel sprayer sedemikian rupa hingga pengkabutan terjadi sempuma
Jumlah sprayer yang dipakai sebayak 8 buah yang dilaskan ke pipa 114 inchi sebagai saluran masuk ke sprayer. Pipa header dibuat berbentuk segi empat, dan sprayer disusun sedemikian rupa sehingga seakan-akan mernbent.uk sebuah lingkaran. Susunan seperti ini dibuat, diharapkan dapat menghasilkan butiran yang tersebar merata dalam ruang pengering. Gambar 4.1 1 memperlihatkan susunan sprayer yang dibuat untuk penelitian ini.
Gambar 4.1 1. Susunan sprayer yang dibuat untuk penelitian. 4.10.6. Bahan dan Pembuatan Saluran Udara Masuk ke Siklon I dan I1 a. Bahan saluran udara masuk ke siklon I dan I1
Bahan untuk pipa ini adalah stainlessteel diameter 4 inchi. Pipa ini menghubungkan antara ruang pengring dengan siklon I dan menghubungkan siklon I dengan siklon 11. Antar siklon I dan 11, ditambahkan sebuah ekshaust fan guna menarik udara dari siklon I ke siklon 11. b. Proses Pembuatan
1) Alat yang digunakan
- Mistar atau alat ukur dan Penggores - Mesin pemotong pipa stanlessteel, Gerindakikir atau ampelas
- Seperangkat las IistriMas Tungstein Inert Gas (TIG) 2) Langkah pengerjaan
-
Tentukan panjang pipa yang akan dijadikan saluran udara keluar ruang pengering dan masuk ke siklon., lalu lakukan penyambungan pada belokan pipa.
- Buat flens untuk penyambungan pipa ke ruang pengering dan ke siklon - Pasang ekhaust fan antara pada saluran antara siklon I dan I1 - Setelah semua selesai, lakukan pekerjaan finishing pegerindaan dan pemolesan Gambar 4.12 dan 4.13 terlihat pipa saluran udara masuk ke siklon yang telah selesai dibuat dan ekhaust fan.
Gambar 4.12. Pipa saluran udara masuk ke siklon I dan I1
Gambar 4.13. Ekshaust fan untuk menghisap udara dari siklon I ke siklon II 66
4.10.7. Bahan dan Pembuatan Rangka Penyangga Mesin Pengering Santan
a. Bahan Rangka Penyangga Rangka penyangga terbuat dari besi siku ukuran 3 cm x 3 cm. Sesuai dengan hngsinya rangka h i dibuat sedemikian rupa agar dapat mendukung kerja alat secara keseluruhan. b. Proses Pembuatan
1) Alat yang digunakan
- Mistar atau alat ukur - Penggores - Pemotong besi sikulmesin gergaji - Mesin las listrik
- Gerinda dan ampelas - Dempul dan cat 2) Proses pengerjaan
- Tentukan ukuran besi siku yang akan dijadikan penyangga sesuai dengan gambar kerja.
- Setelah ditentukan ukuran dan digores, lalu dipotong dengan mesin pemotong. - Bentuk rangka sedemikian rupa dan lakukan proses penyambungan dengan las. - Selesai penyambungan, maka di gerinda atau ampelas. - Selanjutnya didempul dan dicat. - Terakhir adalah pemasangan roda penyangga, agar mudah digerakan ke lokasi yang diinginkan. Gambar 4.14. memperlihatkan rangka penyangga mesin pengering santan yang telah selesai dibuat.
Gambar 4.14. ~ a n g k penyangga a mesin pembuat santan kering Hasil akhir dari mesin pembuatan santan kering hasil rancang bangun dapat dilihat pada gambar 4.1 5.
Gambar 4.15. Mesin pembuatan santan kering yang sudah selesai dirakit Gambar 4.15 mesin pembuatan santan kering setelah dirakit dari beberapa komponen utama dan komponen pendukung; ruang pengering (drying chamber), siklon I dan II, saluran udara panas, blower, exhaust fan, pompa dan system pemipaan santan basah.
4.11. Langkah-Langkah Pengujian Adapun yang dilakukan sebelum melaksanakan pengujian terhadap mesin pengering santan adalah: 1. Persiapan Bahan dan Alat Pengujian Pada penelitian tahun I ini, mesin pengering belum lagi diuji dengan menggunakan santan basah. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian pendahuluan terhadap unjuk kej a sistem pengeringan santan secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan selain belum diketahuinya unjuk kerja mesin pengering ini, pengujian dengan santan basah membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk satu kali pengujian dibutuhkan santan basah murni 20 hingga 25 liter santan murni. Dari pengamatan yang telah dilakukan untuk mendapatkan 1 liter santan murni diperlukan kelapa kurang lebih 10 buah. Dengan harga kelapa di Kota Padang Rp 2.500-3.500/buah, artinya untuk satu kali pengujian dibutuhkan dana sekitar Rp 600.000. Maka untuk itu, pengujian mesin pengering dengan santan basah dari beberapa jenis kelapa direncanakan akan dilakukan pada Penelitian Hibah Bersaing Tahun I1 setelah diketahuinya unjuk kerja mesin pembuat santan kering ini. Pada tahun 11, setelah santan kering didapatkan dari hasil pengujian, maka langkah selanjutnya nanti juga akan dilakukan uji karakteristik santan kering di Laboratorium Penelitian Kimia Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang atau di Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian, Komplek LIK Ulu Gadut Padang Sumatera Barat.
Jika karakteristik santan kering tidak banyak berubah terutarna kandungan lemak, protein dan kandungan karbohidratnya dibandingkan dengan karakteristik santan basah, maka alat yang dirancang bangun ini dianggap berhasil. Maka penggunaan santan kering untuk keperluan sehari-hari, cukup hanya dengan menarnbah air dalarn jumlah tertentu, santan kering sudah berubah kembali seperti santan basah semula. Untuk pengujian pendahuluan guna mengetahui unjuk kej a mesin pengering diperlukan bahan dan alat pengujian sebagai berikut: a. Temometer bola basah dan bola kering untuk mengukur temperatur udara masuk ke dalam ruangan pengering. b. Termometer digital skala temperatur tinggi (sampai 3009 untuk mengukur temperatur dalam ruang pengering. c. Botol kecil sebagai wadah air untuk termometer bola basah. d. Kain kasa dan benang pengikat. e. Pisaulcutter, Isolasi dan Senter
f. Alat pencatat data hasil pengujian 2. Langkah Kerja
a. Membuat alat ukur temperatur (temperatur bola kering dan bola basah) lalu meletakan pada posisi udara masuk sebelum heater listrik, setelah heater listrik (sebelum masuk ke ruang pengering) dan keluar dari ruang pengering. b. Menentukan laju aliran massa udara dengan mengatur bukaan pada blower. c. Menentukan temperatur udara keluar dari heater (masuk ke ruang pengering) dan dalam ruang pengering dengan cara mengatur setingan themostate pada heater listrik.
d. Menghidupkan pompa untuk memompakan air dari tangki air, mengatur tekanan dan bukaan sprayer. e. Mencatat temperatur bola kering (Tdb)dan temperatur bola basah (Td) udara keluar dari ruang pengering. f. Mencatat total massa air yang masuk ke ruang pengering dan massa air yang
tersisa keluar dari saluran keluar dari ruang pengering. g. Melakukan pengujian dengan beberapa tekanan pompa, variasi temperatur udara masuk ke ruang pengering (80°C , 1OO°C, 120°C dan 150°C) dan variasi bukaan blower 112 dan bukaan penuh. h. Lakukan pencatatan data setiap 10 menit dari setiap variasi pengujian pada mesin pembuatan santan kering. 4.12. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah didapat 'dari hasil pengujian mesin pengering santan - . selanjutnya dilakukan pengolahan data. Datadata yang tidak terukur oleh alat uji dicari dari hubungannya pada diagram psikrometrik (kelembaban relatif dan kelembaban mutlak). Hasil pengolahan data untuk seterusnya dimasukan ke dalam beberapa persamaan pada tinjauan pustaka dan metodelogi penelitian untuk mendapatkan laju pengeringan, waktu pengeringan dan kapasitas serta efisiensi thermal dari mesin pengering. Dari hasil pengolahan di atas dapat dilakukan analisis secara keseluruhan terhadap unjuk kerja mesin pengering. Hasil pengolahan data juga ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik agar memudahkan membaca dan menganalisisnya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian dan pembahasan Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I ini dibedakan atas hasil uji karakteristik santan basah dan pengujian terhadap unjuk kerja mesin pembuatan santan kering. 5.1. Uji Karakteristik Santan Basah
Uji karakteristik fisikokima santan basah dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia, Jurusan Kimia FMLPA, Universitas Negeri Padang dengan bantuan tim analis kirnia di laboratorium tersebut. Prosedur dan tata cara uji karakteristik telah sesuai dengan standar pengujian- yang telah ditentukan oleh Laboratorium Penelitian Kirnia. Hasil pengujian terhadap karakteristik fisikokimia santan basah dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Analisa kimia terhadap karakteristik santan basah tiga jenis kelapa >
NO
Jenis Kelapa Kelapa Dalam Kelapa Hybrida Kelapa Genyah
Umur buah kelapa
Parameter Uj i Kadar Air ("A>
Protein ("/.I
Lemak ("/.I
Karbohidrat ("A>
10-11
46,26
1,78
36,05
143
10-11
47,59
2,35
42,84
6,54
10-11
54,15
3,05
38,84
2,50
Surnber: Hasil analisa kirnia sampel santan basah an. Arwizet K, MT (Lampiran C) Dari tabel 5.1 terlihat bahwa kandungan lemak untuk usia buah kelapa 10-11 bulan untuk ketiga jenis kelapa yang diuji cukup tinggi berkisar antara 36 hingga
43%. Seperti diketahui bahwa lemak dan protein adalah unsur penting dari santan, bersamaan dengan galaktomannan befingsi sebagai pemantap emulsi (emulsifier)
bagi santan (Balasubramaniarn, 1976). Kandungan air dari santan basah ketiga jenis kelapa terlihat hampir sama antara jenis kelapa Dalam dan kelapa Hybrida yaitu sekitar 46-54%, ternyata jenis kelapa genyah mengandung kadar air lebih tinggi dari jenis kelapa Dalarn dan kelapa Hybrida yaitu sekitar 54%. Uji karakteristik fisikokimia santan basah ini peneliti maksudkan selain ingin mengetahui presentase kandungan parameter lemak, karbohidrat, air dan protein pada santan basah dari ketiga jenis kelapa, juga penulis ingin mengetahui sejauhmana perubahan karakteristik fisikokimia santan setelah dikeringkan nantinya dalam mesin pembuat santan kering. Apabila kandungan lemak, karbohidrat dan protein tidak berubah secara signifikan dan hanya kandungan airnya saja yang berkurang, maka mesin ini sudah sesuai dengan rancangan yang diharapkan. 5.2. Uji Unjuk Kerja Mesin Pembuat Santan Kering
Pengujian unjuk k e j a mesin pengering dilakukan dengan beberapa variasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencari variasi pengujian mana yang lebih baik karakteristik dan distribusi pemanasannya dalam ruang pengering (drying chamber). Waktu yang dibutuhkan satu kali pengujian adalah 100 menit untuk setiap variasi. Variasi pengujian dibedakan atas bukaan jendela blower 213 dan full. Tiap bukaan jendela blower ini dibedakan lagi atas daya heater 900 W, 1200 W dan 1500 W. Terakhir pada tiap-tiap kondisi di atas dibedakan lagi dengan bukaan katup pompa (stop kran) ?4dan penuh. Dari variasi yang demikian diperoleh 12 tabel data hasil pengujian. Lalu data ini dilengkapi dan diolah sedemikian rupa, sehingga diperoleh juga tabel hasil pengolahan data sebanyak 12 tabel. Hasil penelitian pada laporan ini secara lengkap dapat dilihat pada Tabel E. 1 hingga E.24 (Lampiran E).
5.2.1. Laju Kenaikan Temperatur Dalam Rnang Pengering Laju kenaikan temperatur dalam ruang pengering dipengaruhi oleh banyak faktor; diantaranya adalah faktor daya heater yang digunakan 900 W, 1200 W atau 1500 W. Semakin besar daya heater yang digunakan maka akan semakin cepat dan
tinggi pencapaian temperatur dalam ruang pengering. Selain itu besar kecilnya laju aliran massa udara yang dihembuskan oleh blower juga sangat mempengaruhi laju kenaikan temperatur dalam ruang pengering. Bukaan jendela blower sentrifhgal mempengaruhi laju aliran yang dihembuskan oleh blower ke dalam ruang pengering. Udara yang mempunyai kecepatan tinggi pada dasarnya juga tak bagus untuk mentranfer panas dari heater ke udara yang dihembuskan oleh blower. Kecepatan udara yang tinggi, lama panas untuk tinggal dalam ruang pengering jadi berkurang, sehingga jumlah transfer panas dari udara yang dibawa dari blower ke udara dalam ruang pengering menjadi kecil. Akan tetapi total panas yang diambil dari heater oleh udara tetap sama. Pada hasil dan pembahasan untuk laju kenaikan temperatur ruang pengering pada laporan ini yang ditampilkan hanya variasi dengan daya heater 1500 W dengan beberapa variasi bukaan jendela blower 213 dan 1 serta dan bukaan stop kran % dan 1. Hal ini dimaksudkan selain terbatasnya tempat, daya heater 1500 W dapat dijadikan patokan terhadap unjuk kerja @erformance) mesin pengering secara umum. Gambar 5.1 memperlihatkan hubungan waktu pemanasan dengan peningkatan temperatur dalam ruang pengering untuk kondisi daya heater 1500 W, bukaan jendela blower 213 dan stop kran %. Dari data dan grafik terlihat bahwa laju kenaikan temperatur dalam ruang pengering berlangsung secara liner selama waktu pemanasan dan berbanding secara proposional dengan laju kenaikan temperatur rnasuk ke dalam
ruang pengering (Tout heater). Kenaikan temperatur pada awalnya cepat diawal pengujian terus semakin lama cenderung menurun. Rata-rata kenaikan temperatur ruang pengering naik sekitar 6-9OC dalam waktu sepuluh menit.
--tTow hrrtuTwb2
0
J
L
0
1
0
20
:
r
40
,
.
t
3
80
60
,
,,p,,,&,
100
Waktu (mnt]
Gambar 5.1. Grafik hubungan kenaikan temperatur dalam ruang pengering terhadap waktu pengeringan (kondisi bukaan blower 213, daya heater 1500W, bukaan stop kran %) Fenomena lain terlihat dari temperatur bola basah (Twb)keluar dari heater tidak naik secara propor&onal dengan naiknya temperatur bola kering (Tdb)nya. Hal ini dapat dipahami bahwa selama pemanasan di heater udara tidak mengalami penambahan kandungan air di dalamnya.
I
I
Hubungan waktu &wan kenalkan temperatur ddam
~engeringan
Waktu (mnt) --
.
.
. ..~. -.. .
.
... ... . ..
Gambar 5.2. Grafik hubungan kenaikan temperatur dalam ruang pengering terhadap waktu pengeringan (kondisi bukaan blower 213, daya heater 1500W, bukaan stop kran 1)
Hubungan yang sama juga terlihat untuk variasi daya heater 1500W, bukaan jendela blower 2/3 dan stop kran 1. Kenaikan temperatur dalam ruangan pengering untuk pengujian pada variasi ini mempunyai kencenderungan yang hampir sarna. Temperatur ruang pengering terlihat juga seiring waktu pengering sekita 6-S°C. Gambar 5.3 dan 5.4 memperlihatkan laju kenaikan temperatur ruang pengering variasi daya heataer 1500 W dengan kondisi bukaan jendela blower 1 dan bukaan stop kran % dan 1.
I
Hubungan wJrtu dengan knallun temperatur dabm
--TrmpmhrRW Pm&ngT1 Tempnamr Rumg Prngs(ngT2 Tmprrahu fnmg Pcngrr)ng73 -8Trrnpoarur Uwng PmgrmgT4 Tout RPcngTdh4
-
-
Gambar 5.3. Grafik hubungan kenaikan temperatur dalam ruang pengering terhadap waktu pengeringan (kondisi bukaan blower 1, daya heater 1500W, bukaan stop kran 1/2) Laju kenaikan temperatur dalam ruang pengering juga berbanding secara proporsional dengan waktu pengeringan. Setiap 10 menit pengujian temperatur naik sekitar 6-8'C untuk kedua variasi pengujian di atas. Untuk bukaan jendela blower 1 dan stop kran 112 maksimum temperatur yang dapat dicapai selama 100 menit pengujian berkisar 100-101' sedangkan untuk bukaan jendela blower 1 dan stop kran 1 capaian temperatur sekitar 100-102OC.
Secara umum untuk semua variasi pengujian yang dilakukan distribusi pemanasan dalam ruang pengering cukup merata, ini terlihat dari 4 titik pengujian yang dilakukan temperatur yang didapat mempunyai distribusi yang hampir sama.
Waktu (mnt)
Gambar 5.4. Grafik hubungan kenaikan temperatur dalam ruang pengering terhadap waktu pengeringan (kondisi bukaan blower I, daya heater 1500W, bukaan stop kran 1) 5.2.2. Laju Pengeringan dalam Ruang Pengering
Laju pengeringan hakekatnya merupakan parameter yang sangat menentukan unjuk kerja dari mesin pengering. Semakin besar laju pengering yang dihasilkan oleh sebuah mesin pengering, maka dianggap mesin pengering mempunyai unjuk kerja (peflomance) yang baik. Pada laporan ini laju pengeringan yang ditampilkan dalam bentuk grafik adalah laju pengeringan pengujian variasi daya heater 1500 W, dengan bukaan jendela blower 213 dan 1 serta'bukaan stop kran ?4 dan 1. Empat variasi pengujian ini dianggap dapat mewakili kedua belas variasi pengujian yang dilakukan selama pengujian mesin pengering. Gambar 5.5 dan 5.6 memperlihatkan laju pengeringan dalam mesin pengering dengan variasi pengujian; daya heater 1500 W, bukaan jendela blower 213 serta bukaan stop kran pompa ?4dan 1.
Hubungan taju pengeringandengan kelembaban udara mawk dan kehrar ruang pengerhg 0.12 7 w +Kd.udna
Y
mawk
-\ -m-Kdudaa
L
Y
Waktu (mnt)
Gambar 5.5. Grafik hubungan laju pengeringan terhadap kelembaban udara masuk dan keluar ruang pengering (kondisi bukaan blower 213, daya heater 1500W, bukaan stop kran %) Hubungan laju pengeringandengan kelernbaban udara masuk dan keluar ruang pengering
--c K d u d u a k&ar
Waktu (mnt) -
.
- -
Gambar 5.6. Grafik hubungan laju pengeringan terhadap kelembaban udara masuk dan keluar ruang pengering (kondisi bukaan blower 213, daya heater 1500W, bukaan stop kran 1) Dari grafik hasil pengujian untuk kedua variasi pengujian di atas terlihat bahwa besar kecilnya laju pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban mutlak udara masuk dan keluar dari ruang pengering. Pengujian dengan daya heater 1500 W, bukaan jendela blower 213 dan bukaan stop kran pompa 1 mempunyai laju pengeringan sedikit lebih besar dibanding dengan bukaan stop kran pompa %. Hal ini dapat dipahami bahwa bukaan stop kran pompa penuh tentu akan menghasilkan 78
jumlah butiran fluida masuk ke dalam ruang pengering yang banyak pula, sehingga secara teori tentu akan menghasilkan kandungan uap air yang lebih besar pada udara keluar dari ruang pengering. Laju pengeringan untuk kedua variasi pengujian di atas berkisar antara 0.010 kgldetik hingga 0.080 kg/detik. Gambar 5.7 dan 5.8 adalah grafik laju pengeringan untuk variasi pengujian dengan daya heater 1500 W, bukaan jendela blower 1 serta bukaan stop kran pompa '/Z dan 1. Hubungan laju pengerinpn &man kekmhaban udara masuk dan keluar ruang pengering
Waktu (mnt) ...- --
.
Garnbar 5.7. Grafik hubungan laju pengeringan terhadap kelembaban udara masuk dan keluar ruang pengering (kondisi bukaan blower 1, daya heater 1 500W, bukaan stop kran 112)
I
I
Hubungan laju pengeringan&ngan kelembaban udara masuk dan keluar ruang pengering
Ii
Waktu (mnt)
Gambar 5.8. Grafik hubungan laju pengeringan terhadap kelembaban udara masuk dan keluar ruang pengering (kondisi bukaan blower 1, daya heater 1500W, bukaan stop kran 1)
Sarna halnya dengan garnbar 5.5 dan 5.6, grafik hasil pengujian untuk variasi daya heater 1500 W, bukaan jendela blower 1 serta bukaan stop kran % dan 1, bahwa laju pengeringan juga sangat dipengaruhi oleh kelembaban mutlak udara masuk dan keluar dari ruang pengering. Bukaan jendela blower 1 dan bukaan stop kran pompa 1 mempunyai laju pengeringan sedikit lebih besar dibanding dengan bukaan stop kran pompa %. Fenomena ini sama halnya dengan fenomena di atas, bahwa untuk bukaan stop kran penuh tentu akan menghasilkan jumlah butiran fluida yang lebih banyak persatuan waktunya dibanding dengan bukaan stop kran %. Dapat dikatakan bahwa laju pengeringan dipengaruhi oleh laju aliran udara panas dan jumlah butiran fluida yang disemprotkan ke dalam ruang pengering
(drying chamber). Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa laju pengeringan yang dapat dicapai oleh mesin pengering adalah sekitar 0,012 hingga 0,084 kg/dt. Secara umum laju pengeringan untuk mesin pengering hasil rancang bangun ini cukup baik, akan tetapi saat pengujian-nanti dengan menggunakan santan basah yang telah dipisahkan krimnya, akan dilakukan beberapa modifikasi terhadap alat ini agar unjuk kerjanya (pei$ormance) menjadi lebih tinggi lagi. Seperti pengaturan bukaan sprayer, stop kran atau mempertinggi tekanan fluida masuk ke dalam ruang pengering sehingga butiran santan yang dihasilkan lebih halus. Hal ini tentu akan mempercepat proses pengeringan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produk santan kering yang dihasilkan.
5.2.3. Efisiensi Mesin Pembuatan Santan Kering Efisiensi mesin pembuat santan kering tentu sangat ditentukan oleh laju pengeringan yang dihasilkan dibandingkan dengan panas yang diberikan ke dalam ruang pengering. Efisiensi mesin pengering yang menggunakan prinsip spray drying 80
adiabatik dapat menggunakan persamaan (19) buku Handbook Of Industrial Drying hal:290. Pada laporan ini efisiensi thermal mesin pengering yang ditampilkan dalam hasil dan pembahasan adalah efisiensi thermal variasi pengujian dengan daya heater 1500 W, bukaan jendela blower 213 dan 1 serta bukaan stop kran pompa % dan 1. Gambar 5.9 dan 5.10 memperlihatkan grafik hubungan waktu pengeringan dengan laju pengeringan bukaan blower 213 serta bukaan stop kran '/z dan 1.
I
Hubunganwaktu pengerlngan &wan efkknsi thermal mesin pengering
120
--
loo -m-
80
E
lout heater (TdbZ)
60
I
Waktu (mnt) ~
.
Gambar 5.9 Grafik hubungan waktu pengeringan terhadap efisiensi therrrial mesin pengering (kondisi bukaan blower 213, daya heater 1500W, bukaan stop kran %) Hubungan waktu pengermman dengan efisiensi the1 mesln pengering -Temp.
m
fTfil) -c-Tout htrta fTdhZ)
I
0
1 0
. 20
! 40
7 60
Waktu (mnt) ~
t 80
~
, 100
I *
Gambar 5.1 0. Grafik hubungan waktu pengeringan terhadap efisiensi thermal mesin pengering (kondisi bukaan blower 213, daya heater 1500W, bukaan stop kran 1)
Efisiensi thermal mesin pengeringan untuk kedua variasi pengujian di atas berkisar antara 20 hingga 40%. Angka ini merupakan efisiensi thermal mesin pengeringan dalam kondisi temperatur telah stabil dalam ruang pengering. Efisiensi thermal mesin pengering 20 hingga 40% menunjukan bahwa alat yang dirancang bangun ini bekerja cukup baik.
I
I
Hubungan waktu pengerlngandengan e f i i n s i tbermal mesh pengering
I
-. . . .
.........
--
. . . . . . . . . .
Waktu (mnt) -
. . . . .
-.
..
- --
-
..
I
- .--- -
Gambar 5.1 1. Grafik hubungan waktu pengeringan terhadap efisiensi thermal mesin pengering (kondisi bukaan blower 1, daya heater 1500W, bukaan stop kran 112)
I
Hubungan waktu pengeringan dengan efisiemi thermal medn pengerlng
1 I
-g loo
Waktu (mnt)
-
Gambar 5.12. Grafik hubungan waktu pengeringan terhadap efisiensi thermal mesin pengering (kondisi bukaan blower 1, daya heater 1500W, bukaan stop b a n 1) Efisiensi thermal mesin pengering untuk variasi pengujian daya heater 1500 W, bukaan blower 1, bukaan stop kran % dan 1 terlihat pada gambar 5.1 1 dan 5.12. 82
Sama seperti gambar 5.9 dan 5.10, efisiensi pengeringan untuk variasi pengujian ini berkisar antara 22 hingga 45%. Dari grafik terlihat bahwa mesin pengering ini malah bisa menghasilkan efisiensi di atas 50%, jika merujuk kepada temperatur masuk dan keluar ruang pengering serta temperatuiudara lingkungan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian unjuk kerja, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada mesin pembuat santan kering maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Usia buah kelapa 10-1 1 bulan sangat baik untuk dijadikan santan basah segar, karena masih mempunyai banyak kandungan lemak, yang berfungsi sebagai emulsifier (pemantap lemak).
2. Mesin pengering hasil rancang bangun pada penelitian ini secara teknis memenuhi kriteria rancangan yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari capaian temperatur bola kering yang terukur dalam ruang pengering sekitar 90-104°C untuk
daya heater 1500 W dan kelembaban mutlak udara kelaur ruangan
.
.
pengering bisa mencapai 0.0 14 kglkg.
3. Pembuatan heater 6 buah pada pemanas mesin pengering dapat memperbesar rentang temperatur yang dapat dicapai dalam ruang pengering. 4. Tekanan masuk fluida ke nosel dapat diatur-atur dengan dengan menggunakan stop kran dan total butiran yang keluar dari sistem nosel bertekanan dapat distel dengan mengatur bentuk butiran keluar dari nosel atau mematikan sebagain sprayer.
5. Jumlah sprayer 8 buah dapat pula memperbesar rentangan jumlah butiran santan yang akan dikering persatuan waktu. Jumlah sprayer yang bisa beroperasi setiap variasi pengujian bisa diatur dengan mematikan atau menghidupkan beberap sprayer yang dinginkan.
6. Laju pengeringan yang didapat dari mesin pengering berkisar antara 0.010 kgldetik hinngga 0.080 kgldetik dengan efisienisi berkisar 20 hingga 40%.
6.2. Saran-Saran 1. Gunakan bahan untuk pembuatan mesin pengering yang mempunyai sifat-sifat
teknis dan kimia yang baik; kuat, ringan, tidak mudah korosi dan secara estitika terlihat indah dan rapi.
2. Untuk mendapatkan suhu optimal sesuai dengan rancangan, maka pembuatan dan pemasangan penyaluran udara panas masuk ke ruang pengering ( e i n g cahmber) haruslah betul-betul rapat agar tidak terjadi kebocoran panas. 3. Sebelum mesin pengering hasil rancang bangun ini digunakan untuk pengeringan
santan basah disarankan terlebih dahulu dilakukan beberapa inovasi terutama pada sistem nosel bertekanan dan sistem pemipaan santan, saluran udara keluar dari ruang pengering dan masuk ke siklon.
- .
4. Lakukan uji klinis pada santan kering sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.
5. Adanya penelitian lanjut tentang mesin pengering santan basah ini, terutama tentang pemakaian pompa fluida, nosel dan heater sebagai sumber panas.
DAFTAR PUSTAKA
Abuat, N. and Staub, F.W., (1986). Drying of liquid-solid sluriy droplets. McGrawHill, New York Andries, (1997). Potensi minyak kelapa di Indonesia, PB-Press, Bogor, Indonesia Brotosunaryo, (2003). Ketergantungan rakyat Indonesia pada komoditas kelapa. www. Komoditas kelapa nusantara. 29 Juni 2009 Budianto dan Allerung, (2003). Minyak Kelapa Sawit. www.potensi kelapa sawit, 29 Juni 2009. Crowe, C.T., (1980). Modeling spray-air contact in spary drying systems, Advances in Drying, Vol. I, McGraw-Hill, New York ,(2OOj).Potensi kelapa di Sumatera Barat. Badan Statistik Sumatera Barat. Dittman, F.W. and Cook, E.M., (1977). Analysing a spray dryer.Jurnal Chemical Engineering Edisi Januari 1977 Elika, P.,(1984). Safety aspects of spray drying. McGraw-Hill, New York Filkova, I., (1984). Nozzel atomization in spray drying. Hemispherelspringer-Verlag, New York Filkova, I., (1991). Spray drying of non Newtonian liquids. Elsivier Sci. Publisher, Amsterdam Gauvin, W.H. and Katta, S., (1 976). Basic concepts of spray dryer design. Chemical Engineering Journal. Vol. 22 No.4 1976 pp: 713-724 Incropera, Frank P., 1996, "Introduction Of Heat Transfer, John Willey & Sons, New York. King, C.J., Kieckbusch, T.G. and Greenwald, C.G,(1984 ). Food-quality factors in spray drying. Andvances in Drying, Hemisphere, New York Masters, K., (1979). Recent developments in spray drying. Journal Chemical Age of India, Vol. 30 No. 11, 1979. New Delhi Masters, K., (1980). Spray drying. Advances in Drying. HemisphereMcGraw-Hill, New York. Masters, K., (1991). Impact of s p r q dryer design on powder properties. Elsevier Sci.Publisher. Amsterdam
Matsumoto, S., Belcher, D.W. and Crosby, E.J., (1985). Rotary tomizers: Pe$ormance understanding and prediction. Proceeding of ICLASS- 1985. London Mujumdar, Arun S., (1995). Handbook of industrial dying. Marcel Dekker,New York Rindengan, B. (1996). Sifat-Sifat Fisikokimia Daging Buah Kelapa. IPB-Press.Bogor
Lampiran A. 1. Gambar Mesin Pembuatan Santan Kering Dengan Menggunakan Prinsip Spruy Drying Sebagai Bagian Pengolahan Santan Terpadu
Blower
Larnpiran A.2. Susunan Mesin Pengering santan yang sedang dirakit terdiri ruang pengering (drying chamber), siMon I, exhaust fan dan siklon 11.
Pandangan depan
Pandangan samping kiri
Pandangan samping kanan
Ketua tim peneliti berfoto dekat mesin pembuatan santan kering yang sedang dirakit
-----
..
Lampiran A. 3. Komponen-komponen utama dan pendukung mesin pembuatan santan k e h g
Blower sentrufugal untuk mengalirkan udara panas ke dalarn ruang pengering
Pompa untuk pensuplai santan ke ruang pengering
Sprayer untuk membutirkan (atomizer) santan basah dalam ruang pengering
Sprayer sedang diuji coba dengan membutirkan air tawar
Saluran udara keluar dari ruang pengring terbuat dari pipa stainlessteel diameter 4 inchi
Rangka penyangga mesin pembuatan santan kering
Siklon untuk pengumpul santan kering yang telah dikeringkan oleh ruang pengering
Ruang pengering (drying chamber) baru selesai dilas
i
Heater listrik jenis plat dipasang dalam saluran udara
Nose1 yang telah dirangkai dengan penutup ruang pengering
Peneliti dan beberapa orang mahasiswa yang terlibat dalam penelitian Hibah Bersaing ini sedang memasang perangkat listrik mesin pengering
Rangkain mesin pengering santan dan beberapa komponen utarnanya
Alat temperatur yang digunakan dalam pengujian; thermometer glass (Tdbdan Twb), sensor temperatur Merk Yokogawa, alat sensor temperatur digital untuk temperatur tinggi
Lampiran B. Jenis-Jenis Kelapa, buah kelapa dm santan basah dari beberapajenis kelapa
Jenis kelapa dalam, buah agak jaiang dan pohonnya tinggi
Jenis kelapa genyah, buah lebat dan pohonnya rendah
Buah kelapa jenis dalam
Buah kelapa jenis hybrida
Santan kelapa basah yang didapat dari hasil perasan di pasar
Santan murni kelapa jenis dalam, hybrid clan genyah yang akan dijadikan sarnpel uji karakteristik santan basah
LABORATORIUM PENELITIAN KIMZA JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI PADANG P
HASIL ANALISA SAMPEL SANTAN KELAPA BASAH aln Bpk Ir. Arwizet KMT. Teknik Mesin Fakultas Teknik UNP Para meter No
Kode sampel
K.dar air (%)
Protein
Lemak
v-4
Karbo Hydrat
(%I
1
Kelapa Dalam
46,26
1,78
36,05
14,5
2
Kelapa Hybrida
47,59
2,35
42,84
6,54
3
Kelapa Genyah
54,15
3,05
38,84
2,50
-
Padang, 3 1 Desember 2009 Analis
Zaitul Hamid NIP. 131 607 582
Lampiran D.1. Sifat-Sifat Udara pada T e h Atmosfir
.
Nilai p, k, c,, d a n Pr lidak tcrl;lltc berganlung pada Irkallan d a n d a p a t digunakan unluk r c n t a n g t c k a n a n ynng c u k u p luas.
- .-. -.. .
-T
. kJ:hg .
P
' ,
--..--,
K
IWI IS0 2(!U ?SO 300 35d 400 450 SO0 550 600 650
700 750 800 850 900 950 loo0 1100 12W) l3W
!4W
!
I
- .
1500 1600 1700 1800 1900 2m 2100 2200 2300 2400 25M
c,
kdm' 3.6010 2.3675 1.7684 1.4128 1.1774 ' 0.9986 0.8826 0.7H33 0.7048 0 6423 0.5879 0.5430 0.5030 0.4709 0.4405 0,4149 0.3925 0.3716 0.3525 0.3204 0.2947 0.2707 0.2SI5 0.2355 0.2211 0.2082 0.1970 0.I858
.
0.1682 0.1602 0.1538 0.1458 0.1394
t Darl Nnrl. Bur.
Srand
1.0266 I .W)Y ,I.W~I 1.0053 1.W57
I .Mi%l 1.0140 1.0!07 1 .[I295 I 0392 I 0551 1.0635 1.0752 1 .MS6 I .W78 I.lWJ5 1.1212 1.1321 1.1417 I . 1179 1.197 1.214 1.230 1.248 1.267 1.287
ii 1.482 1.574 1.648
I‘.
1'.
k~'l11' S x lUZ
111:,5
0.6924 1.0283 1.3289 1.5990 1.8462 2.075 2.286 2 484 ? 671 1846 3 018 3.177 3.332 3.481 3.625 3.765 3.899 4.023 4.152 14.44 i 4.69
1
4.93
5.17
1 1
5.85 607
7.35 7.57
(U.S . ) Circ. 5 6 4 ,
1965
#I.
A.
111:
.Y .
x IIr
\\
1.923 5.343 7.41~) 11.31 15.69 ?0:76 25.W 31 71 37 IN 44.34 51.34 58.51 66.25 73.91 82.29 90.75 99.3 108.2 117.8 138.6 159.1 181.1 205.5 229.1 254.5 280.5 308.1 338.5 369.0 63. 432 6 464.0 504.0 543.5
U.IXW246 0.013735 oolnw 0 02227 0 02624 0.03003 U.03365 0.037I17 0 (~013 O.M3(4) 0.04653 0 04Y53 0.05230 0.055W 0.05779 O.W!LI 006279 O.O(rS25 0.06752 0.0712 0.0782 0.I)L1)7 0.089 I 0.0946 0.100 0. I05 0.111 0.117 0.124 0.131 0.139 0.14') 0.161 0.175
1111
1
\
x 10'
Yr
0.0250 I 0.05745 0.11)lbs 0.15075 0.22 160 0.2083 0.37hO 0.4122 0.55114 0.0522 0.7512 0 8578 0.9672 1.0774 l.l95l I .30')7 1.4271 1.5510 1.6779 1.969 2.251 2.581
0.770 0.753 11.739 0.722 0.708 0,697 0 689 0.M3 0 6x0 0.680 0.6110 0.682 0.684 0.686 0.689 0.692 0.696 0.6W 0.702
3.262 3.977 4.379 4.81 I 5.715 6.120 6.540 7.020 7.441
0.707 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705
0.700 0.707 0.7 10 0.7 18 0.730
w
,
Lampiran D.2. Sifat-SifatAir Jenuh
-
-.. -. -- -.-
---
d
.-2
'-
,+.
P i C . C - % rl r ,
=
v::
-. J -
v.
-
~
~
Y
:
.
~
.,
;I
,
-
I
i
-
-
-
-
~
'
7
p'
'.I
1%
*' -'
&
w. P.
~
p '
; x 2 " I-
L
c
IF.
w.
P,
..,
r
Z
- +.-. -
I
-I
r~ 7
2 2 c .:
L
.
Z
C l
l
1-
P-
:
- -5 - - <:
5
%
.-I .C
5 -r.:r..
c.=c.-~. ~ X ' Z . >
A
~
'
A
~
.
~
~
~
C
-
; z . s." z.-.::
~ r ~ .: . v- . .x - ~ = L - _ C - Z - L C ; w- : P V . I Z
_ I ~ P ~ v~. -, . =r t, r .~ 7 : v , . a . z P c < v . : - : e - . , - . r l - - - - -
+,
'I.
2.
'
2
2.
-
.
-.z.--.-- ->--,-., -
~
-- .. w. 2 - - x .- ~, ~ -. - .= .- .,.. -2 ' . ,. -,: r-' --
2 jF
.'.z
z,-g
s.F,ly 2
- : Y - . - . ~ # ~ I - I - - - - , -
P
& >'
-
*.
P.
P.
.
+
l
P .
<. . f
.
: - ~ , ~ . , ~ . c . c , v : v ~ - :
= .= ;=. =
<'
7.
-
-
-> -2 ..Z.- .--.-. -
--
-.
~
= o , , ~ , s . , 2 7., ~- ~ ~ ~ " = ~ ~ - - ? - -- ,r- , P5=r.C
~
~
~
L
~
-L r. r~ 3 -r.
W
.
re.
- - - - - - - - -- - - -
'. 5
;
-. - -..---
.; ;
-
-
-
-
~
.
~
-
3
~
G
~
l
C.
----
V.
~
~
--
-
-
-
-
-
-
-
-
-
I
-
-
-
-
-
~
~
J
P
l
3-
-
-
-
-
-
-
c , f - : ~ v ~ - ~ . ~. ~. ~. : ~ . - : = v . - , ~ ~ - ~ ~ - c - r . ~ - . ~ , r ! c , = ~ ra s C- 2 f -. w , x rt C 3 r i k " F: c F. r-. v.rc c % % % 2 3 3 2 2 ' - r 1 r I r-I c-. -7 -:-:
-7 r . V. 6r.
7.
= -. -. =
,-.
i
~
i
~
~
~
~
i
~
~
~
~
.-
-. - ------
--=
~
-
i.
/. ---.-1. 7 .z
~
I - : - : , Y , - : ~ Z : * A : ~ : ^ ~ :^~ ~ ~ , P , ' ~-~ -~ : P. .,-Y .~.Y -. ~ . ~ .~ ,. =
-
'J ...
-z.. 2 ,$. 2.5
*.;
,= ..2 -. il: 2
... .-
LL
l
.*
v.
.
,
.
-. - - r., --
. rC. -v . ~ ..~ .rP .P- 7, ;--, 7, ;r, ,;= I.., ,
-
= \ r . = - r . r-. r-. <-. r 8 ;.t
r:l
I;
; I )
r I
~
~
~
-
'
, ,,
Ci
,
C I
;
~ ~
6 'c ;-;
m
C
:
-
r
' - r. 7 r
v
.C-. l
r. c-. C I
~
X
,-I
.-. -.r l
v.
~
:
rl C I
~
%
~
r-. ?I
'-. rI
- : PI
r-.
r l
~
c
.
&
~
--.
rl r t
C
r
- -.:
~
re. r l
!-I
~
r
~
-
~
,
~
Y
.
~
~
~
-
: .
~
Z
~
~
'X
->-
- - - -- - . .
- .. -
- ---. . .--.-
~
C\.
J
_--
-=-
--
1 :-: .--. .. --.. .-
--
-
.
~
v
,
~
<
-
~
-
r ! r : = r .o c. -.
cZ --- -r, c-., 7-U -=: s t - - -, - I-
'&
.J
~
. P, - -
.
tr,
~ 2
"-: -L
7 ra
=
7- I .
-
- =: ~
-.
c t~I -
v
=.
,
-
~
,
-
F
~
.
.
--. :. .
=
<
.
~
7.. r !
;ii;'is
-
;
$I
~
r
.
-.
>,-,r..
~.-.--.,-. ~-
,-I
~
.,...
-
.
-
>
=. = ~ ,: - ~
--
~
~
c.r e . rs
- .~ - .. c~ =x y r r ~- r - - ~r . - c ~- -r ~ ~- ~- ,~ = -. .. ~- y. =- ; r
. ; . ~ ~ - v . r = < v . ; = G . r r ~ ,,
;
r
.
r s
-
=. -. . ; : . i t;l -
7-,c
t
~
,
~
r
~
~
-
r
- ~ . c ~ . - : > T c ~ L P I ~ L . . T -
2;~83~r.-C~.--f , ~ , P I = - ~ % ~ r - ~ w . ~ . ~ . - : - : . -. - . ~ . 7
; i
".
r . r , r t P I r1
-
- - - - -.
-
- .- I , -1
- .-.
..-.
--
-
-.
> =
z
-sL I.
:-
-..
- - -- .-
-z~.r,r.,-.-,x---. r .- - = r-- - 2 &- ~ , z = . 7 - . " . = = T : - r # x ?-z -. - .- - . . -. -. - -. -. -. -. -. -. -. -. . . ', . . .-: -. , =-=- =- .=. = . . -. . -. -. . = = = = = = = = = = = 2 = = = t = = = 5 t = = = = = z = = = .*
-.
-
;
:
.
-.
)
- # < = ~ P r # - - , . - - ~ . . r , = . , . - - .
r~
C I
P-
-
.
-
-
.
; r , f ~ - . r
-*
s
.
.
l
~
~
.
. r_ . - = ~
r %
~
~
~
' l
L
~
-
=
r
C
t
'I_.
"
3
.-,
> - - --. - -.-
=
4,
z "
-,
-----
'Y-r -7 < . , , , , - . , - , ~ * - . + , -
,-,
-,
-,
-x.= ,
4,
r t
.
-:
.
"
-,,-
C
c z ,
'
r
-,
.
=
.-,.-, ,
.
,
r
,
-
+,
'r.
--.
.
.-,*., r
-
.
-
. ,-.
.
-
--,
.
-
. 4 ,
~
,. -
rnc % z r l -r ;x r , ~ r . " - . ~ r . ~ r . =~. = E
- .- ~ i
I-.
v.
".
,r.
.I
'
-
,
I ". I =.- ./;. "=.. '2 '5 'L. :'-. " ..'_ 'T- " "_. 'L. ".- - . - ". ".. 'L. " . . --. -. .-.. . ,'. = - - ,. =.. -. . .,. . .- . >. -. .-, ., 'L. 'L. = #-I
.,.
: - a ., . - =
rl
:
-
~
,-
Y.
-a,
,.-
sf.
>.
r.. :
w
.
J
.r - i-
-: r .
.r
-. --
,... = .-,
.-
z
r
, ..
+ FL' - 7 ( c g " ' l
7
~
-
-
~
z
Lampiran D.4. Sifat-Sifat Bukan Logam
Da1ro11i w ~ l o r i Asbes: Ditctnl l o w a r
- 45 0 I (lo
Papan asbcs semen Lcrnbnran Lakn11. 4 3 Lllri~~asi/in ? O b~~linasi/in
Gclombang, 4 plailin
20
51 38 I50 260 3H I50 2 rAl 38 93 1 SO
-
Asbcs scnlen
\Val balsam, 2.2 Ib/ilJ1
32
-
K u t o n , gclombang Cclotcx Papan gabu!, 10 Ib/ftJ Gabur butiran uhng Ciling llalus Tanah d i a r o ~ l ~ c (Sil-o-ccl) I ~ k a nrambut , Wol Serat, papan isolasi Wol gelas, 1.S Ib/ft' Insulex, kering
32 3(1 12 32
0 (K)Y
-
0.087
0.100 0.119 2.08 0.04 0.W 0.048 0.04) 0.045, 0.043
0.059
0.021 0.059
t ~ d o p t o s ki d ra-lunn SI Jar1 A.I. ~ i r o ' \ Jan r ~ ~ S. hi. hfcCraw-till1 Book Company, N e w York..lYSM.
Doftar ini rnenggunakan Satuan SI.
.
0 078 0 095 0.1 I!
32 23
Scrbuk gergaji Silika aerogel Semtan kayu
3.3.--I
0.0X3
U
204 32 I 50
0.1(10
0. I t 6
260
30 38 93 I SO
4711-570
O 057
0.061 0.036 O.OS2 0.040 0.038 0.0t1.i 0. I44 0.035 0.067 0.071 0.074 0.080 0.040 0.067 0.087
0
30 30 20 23 32
Kapuk hlagnesia , 85%
Wol batuan, 1 0 lblft' Ditetal longgar
0. I4Y 0.151 0. 101 0 74
hlarco.
JS
:.
.
I MI 45-120 I50
1.81
2-5.3
320
130-200 330 210 24
0.7
21.6
? 70
160 61
I40
"Introduction
la
Ileal T r ~ n r f c r . "JJ
cd..
Lampiran D.5. Diagram Psikrometrik
,
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
': Kamis, 24 Desember 2009 : 213 : 900 Watt
Ket: Tdb Twb
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
4
: Kelembaban relatif (%)
Y
: Kelembabab mutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pornpa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Mendung : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Kamis, 24 Desember 2009 : 213 : 1200 Watt
: Temperatur bola kering (oC)
: Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 1/2 : Mendung : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying HariITgl Bukaan Blower Daya Heater
: Karnis, 24 Desernber 2009 : 213 : 1500 Watt
Ket: Tdb Twb
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
4
: Kelernbaban relatif (%)
Y
: Kelernbabab mutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pornpa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Mendung : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
@ Y
:Jum'at, 25 Desember 2009 : 2/3 : 900 Watt
: Ternperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) ; Kelembabab rnutlak (kglkg)
Bukaat~Katup Pornpa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Mendung : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Jum'at, 25 Desember 2009 : 2/3 : 1200 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%)
: Kelembabab mutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Mendung : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying 1'
Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Jum'at, 25 Desember 2009 : 213 : 1500 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Mendung : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
: Sabtu, 26 Desember 2009 :1 : 900 Watt
Ket: Tdb Twb
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
4)
: Kelembaban relatif (%)
Y
: Kelembabab mutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Cerah : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
: Sabtu, 26 Desember 2009 :1 : 1200 Watt
Ket: Tdb Twb
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
4
: Kelembaban relatif (%)
Y
: Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 1/2 : Cerah :Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
$
Y
: Sabtu, 26 Desernber 2009 :1 : 1500 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Ternperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Cerah : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Minggu, 27 Desember 2009 :1 : 900 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Cerah : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan,Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Minggu, 27 Desernber 2009
:1 : 1200 Watt
: Ternperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelernbabab rnutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pornpa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Cera h : Air
Data Hasil Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4) Y
: Minggu, 27 Desember 2009 :1 : 1500 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelernbaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Cerah : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
: Kamis, 24 Desember 2009 : 213 : 1200 Watt
Ket: Tdb Twb
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
4
: Kelembaban relatif (%)
Y
: Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisl Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Mendung : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4) Y
: Kamis, 24 Desember 2009 : 2/3 : 1500 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelernbaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1/2 : Mendung :Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Jum'at, 25 Desember 2009 : 2/3 : 900 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Mendung : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
@ Y
: Jum'at, 25 Desember 2009 : 213 : 1200 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelernbabab rnutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Mendung : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
:Jum'at, 25 Desember 2009 : 2/3 : 1500 Watt
Ket: Tdb Twb
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
4
: Kelembaban relatif (%)
Y
: Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Mendung :Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4 Y
: Sabtu, 26 Desember 2009 :1 : 900 Watt
: Temperatur bola kering (oC)
: Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 1/2
: Cerah :Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4) Y
: Sabtu, 26 Desember 2009 :1 : 1200 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (Om) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Cerah : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Haring1 Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
4) Y
: Sabtu, 26 Desember 2009 :1 : 1500 Watt
: Temperatur bola kering (oC)
: Ternperatur bola basah (oC) : Kelernbaban relatif (%) : Kelernbabab rnutlak (kglkg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
: 112 : Cerah : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
$
Y
: Minggu, 27 Desember 2009 :1 : 900 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC)
: Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Cerah : Air
Hasil Pengolahan Data Pengujian Mesin Pembuatan Santan Kering Sistem Spray Drying Hari/Tgl Bukaan Blower Daya Heater
Ket: Tdb Twb
cb Y
: Minggu, 27 Desember 2009 :1 : 1200 Watt
: Temperatur bola kering (oC) : Temperatur bola basah (oC) : Kelembaban relatif (%) : Kelembabab mutlak (kg/kg)
Bukaan Katup Pompa Kondisi Cuaca Lingkungan Fluida kerja
:1 : Cerah :Air
W
Gj
G
S s
\
" .-F r - Y 5L
Y 32% m z 4 4 5 , 88 2 E c a zrzri2 m m m m L
L
n a E E E € 2 2 w
a
w
I - I - Y Y
w
DAFTAR HADIR PESERTA SEMINAR PENELITIAN "PENGEMBANGANMESIN PEMBUATAN SANTAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN PFUNSIP SPRAY DRYING SEBAGAI BAGIAN PENGOLAHN SANTAN TERPADU" Oleh : Arwizet K, ST.MT; Drs. Muhakir, MP; Drs. Refdinal, MT Hari : Karnis Tanggal : 3 1 Desember 2009 Tempat : Ruang EA2 Jurusan Teknik Mesin, :FT. UNP Padang Instansi Asal
Tanda Tangan
Padang, Desember 2009 Ketua Peneliti Arwizet K., ST. MT