LAPORAN AKHIR PROGRAM PPM BERBASIS PENELITIAN
Judul:
Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa Tahun 1 dari rencana 1 tahun Diusulkan oleh: Asri Widowati, M.Pd /NIP 19830816 200604 2 002 Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd /NIP 19860225 201212 2 001 Laila Katriani, M.Si /NIP 19850415 201212 2 001
Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2014 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Berbasis Penelitian Nomor:51 a/PM-RT/UN34.21/2014, Tanggal 28 Mei 2014 Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER 2014
i
LEMBAR PENGESAHAN Judul
:
Pelaksana Nama Lengkap NIDN Jabatan Fungsional Program Studi Nomor HP Alamat surel (email) Anggota (1) Nama Lengkap NIDN Perguruan Tinggi Anggota (2) Nama Lengkap NIDN Perguruan Tinggi Institusi Mitra Alamat Penanggung Jawab Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa Asri Widowati, M.Pd 0016088301 Lektor Pendidikan IPA 081804758907
[email protected] Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Universitas Negeri Yogyakarta Laila Katriani, M.Si Universitas Negeri Yogyakarta SMP dan MTs Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang Evi Hikmah dan Taufik P. 2014 Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Rp 15.000.000; Rp 15.000.000;
Mengetahui, Dekan FMIPA UNY
Yogyakarta, 11 November 2014 Ketua Tim Peneliti,
Dr. Hartono NIP19620329 198702 1 002
Asri Widowati, M.Pd. NIP 19830816 200604 2 002 Menyetujui, Ketua LPPM UNY
Prof.Dr.Anik Ghufron NIP19621111 198803 1 01
ii
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kegiatan PPM yang berjudul “Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan GuidedInquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa ” dapat diselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada tim pengabdi untuk melaksanakan kegiatan ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ketua MGMP IPA SMP dan Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Magelang yang telah bekerjasama dengan tim pengabdi, dan anggota MGMP IPA SMP & MTs Kabupaten Magelang yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan PPM ini. Semoga hasil PPM ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam PPM ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi keberlanjutan kegiatan ini.
Yogyakarta, November 2014 Tim Pengabdi
iii
DAFTAR ISI
Halaman i ii iii iv v vi vii viii 1 5 11 12 16 24 25 21
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN BAB I. PENDAHULUAN BAB II.KAJIAN PUSTAKA BAB III.TUJUAN DAN MANFAAT BAB IV. METODE KEGIATAN PPM BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Six Principles of Guided Inquiry Tabel 2. Kualifikasi, Skill dan Tugas tiap Personel Tim Pelaksana Tabel 3. Metode Kegiatan PPM Tabel 4. Tujuan, Indikator dan Luaran Kegiatan PPM Tabel 5. Hasil Penilaian Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar dalam Kurikulum 2013 (N=18) Tabel 6. Penilaian Kualitas LKS (N=34) Tabel 7. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya Tabel 8.Hasil Evaluasi Kegiatan PPM “Pengembangan LKS Berbasis Guided Inquiry”
v
Halaman 8 13 13 15 16 18 20 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah
12
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Kegiatan Lampiran 2. Biodata Tim Pelaksana Lampiran 3. Contoh Produk-produk Kegiatan Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan
vii
RINGKASAN Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa Oleh: Asri Widowati, Putri Anjarsari, Laila Katriani Tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan thinking skill dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013; (2) meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA Terpadu; (3) meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS; (4) meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS. Khalayak sasaran kegiatan ini adalah 34 guru anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Kegiatan ini dilakukan dengan tiga tahap, meliputi tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi. Metode yang digunakan yakni: pemodelan (simulasi), ceramah, diskusi, dan workshop. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara umum kegiatan PPM ini sudah berhasil dalam mencapai semua target kegiatan. Sebagian besar peserta sudah terampil dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA. Sebagian besar peserta juga sudah mampu menerapkan pendekatan guided inquiry dalam LKS. Selain itu, produk LKS final juga menunjukkan sebagian besar peserta sudah kreatif dalam mengembangkan LKS dengan mengembangkan LKS sendiri (tidak copy paste) dan memuat pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam produk LKS final. Kata kunci: IPA, LKS, guided inquiry, keterampilan berpikir, sikap ilmiah
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kurikulum 2013 merupakan antisipasi adanya pergeseran paradigma belajar abad 21, bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Kerangka kompetensi abad 21 yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang membekali pengetahuan saja tidak cukup, sehingga harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, berkarakter, serta didukung dengan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki arti penting dalam membangun bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam pergaulan internasional ditentukan oleh beberapa paramater, tiga diantaranya adalah science literacy, mathematic literacy, serta language literacy. Program-program seperti Programme for International Student Assessment (PISA), Trends in Mathematics and science Study (TIMS) dirancang untuk menilai literasi sains dan kemampuan berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di Indonesia selalu berada pada rangking rendah dalam perolehan sains di dunia. Berdasarkan hasil PISA, hampir 25% dari siswa di Indonesia belum mampu menggunakan keterampilan sains, sedangkan berdasarkan hasil TIMS, kemampuan berpikir siswa Indonesia belum mencapai level tertinggi (kemampuan reasoning with incomplete information), hanya 3% yang memiliki kemampuan reasoning, 10% kemampuan appliying, 23% kemampuan low (knowing), dan sisanya memiliki kemampuan very low. Kebutuhan akan pembelajaran yang berorientasi life skills, khususnya thinking skill sangat nyata. Hal tersebut karena pada kenyataannya, pendidikan seringkali masih menciptakan penganggur terpelajar. Data Badan Pusat Statistik, menunjukan hingga Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi lulusan diploma III yang belum mendapatkan pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta diploma I dan diploma II yang menganggur berjumlah 151.085 orang. Total penganggur
1
keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang (Kompas - Rabu, 6 Februari 2008 dalam Erwin 2008). Darmaningtyas melakukan studi kasus pada iklan lowongan kerja di harian Kompas Minggu, 6 Januari 2008. Ada 405 lowongan pekerjaan, 4,19% mensyaratkan indeks prestasi minimum, yang lainnya menekankan pada kemampuan kerja individu dan tim, kemampuan berbahasa asing, terutama Inggris, kemampuan mengoperasikan program komputer, kemampuan berkomunikasi, dan pengalaman kerja. Persyaratan tersebut justru tidak diperoleh secara formal di bangku sekolah, sebaliknya didapat dari inisiatif dan kreativitas individu. Individu kreatif cenderung memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Karakter Bangsa Indonesia semakin lama semakin terpuruk. Hal ini ditunjukan dengan berbagai permasalahan moral yang ada mulai dari level pemerintahan pusat hingga ke pemerintahan desa. Selain itu, permasalahan juga sangat luas dari permasalahan non formal hingga bidang akademik. Mencontek, kekerasan, tawuran antar pelajar, hingga narkoba, prostitusi dan plagiasi karya ilmiah merupakan contoh permasalahan yang ada dibidang pendidikan. Berita-berita di media massa menginformasikan banyak terjadi tawuran antar pelajar dan perjokian dalam seleksi masuk ke perguruan tinggi dan ujian nasional terjadi dalam dunia pendidikan. Sementara itu, Kompas (2012) menyatakan bahwa plagiasi terjadi pada karya ilmiah mahasiswa maupun dosen. Hal ini menunjukkan rendahnya karakter bangsa Indonesia. Rendahnya karakter bangsa itu merupakan tanggungjawab bersama, termasuk dalam dunia pendidikan. Untuk itu, perlu dikembangkan pendidikan yang dapat meningkatkan karakter bangsa Indonesia. Oleh karena persoalan dan latar belakang tersebut maka penting untuk mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 yakni salah satunya dengan mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS IPA SMP dengan pendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skills dan sikap ilmiah dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Sebagaimana hasil penelitian Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta scientific attitude siswa SMP. Guided inquiry merupakan salah satu tipe inquiry yang sebaiknya dikembangkan terhadap siswa yang belum terbiasa berinkuiri. Sebagian besar pembelajaran IPA yang 2
berlangsung di sekolah ternyata masih kurang membelajarkan siswa dengan inkuiri. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara dengan guru IPA Kabupaten Magelang yang mengakui bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung berorientasi terhadap produk IPA yang berupa konsep-konsep ataupun bersifat membuktikan suatu teori (verifikatif) dan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan konsep. Pembelajaran yang demikian menyebabkan kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto, 2005). Selain itu, hal tersebut juga berakibat siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Iwan Sugiarto, 2004: 14). Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA tidak bermakna dan terkesan ‘kering’. Guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif belajar. Salah satu cara untuk membelajarkan siswa secara aktif yaitu melalui pendekatan inkuiri, namun apabila siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran menggunakan inkuiri, maka dapat digunakan pendekatan guided inquiry yaitu suatu pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang lebih terbimbing. Pembelajaran inkuiri berusaha membantu siswa belajar dan memperoleh pengetahuan serta membangun konsep-konsep mereka sendiri. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri siswa belajar cara mengorganisasikan dan mengadakan penelitian secara mandiri sehingga konsep yang didapatkan mudah diingat. Oleh karena itu, penting untuk membelajarkan IPA menggunakan pendekatan inkuiri. Pemerintah pada tahun ini sedang mempersiapkan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. Namun, ketersediaan buku saja dalam kegiatan pembelajaran belum cukup untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan eksplorasi yang berupa penyelidikan, diperlukan adanya Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS yang saat ini beredar di lapangan belum sesuai dengan kurikulum 2013 yang akan diterapkan. Selain karena materi yang disajikan masih dalam satu disiplin ilmu saja, kegiatan dalam LKS juga masih belum menekankan kegiatan inkuiri ilmiah. Untuk itu, dirasa sangat perlu diadakan workshop untuk mengembangkan LKS IPA terpadu (worksheet of integrated science) menggunakan pendekatan guided inquiry guna mengembangkan
3
keterampilan berpikir (kritis, kreatif dan pemecahan masalah) serta sikap ilmiah (scientific attitude) untuk mendukung implementasi kurikulum 2013. Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan guru IPA SMP Magelang diperoleh informasi bahwa (1) guru masih belum siap melaksanakan kurikulum 2013; (2) pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah-sekolah belum terpadu; (3) 80% guru belum mampu mengembangkan LKS yang dapat membelajarkan siswa secara aktif untuk berinkuiri; (4) 85% LKS IPA SMP masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan; (5) 80% LKS yang beredar di SMP masih terdapat lompatan-lompatan rantai kognitif dalam pembentukan konsep (concept formation); (6) LKS yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. Hal tersebut masih diperparah dengan kenyataan buku-buku dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) saat ini sangat kaku dan menjenuhkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik terhadap IPA (Asa, 2011). Tentunya gambaran tersebut menunjukkan secara real adanya masalah ketersediaan LKS IPA terpadu yang berpendekatan guided inquiry agar siswa dapat aktif, baik hands on maupun
minds
on.
Guru
harus
dibekali
kemampuan
mengembangkan
dan
mengimplementasikan LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry agar dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific, termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri. Mengingat masalah tersebut penting untuk segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP berpendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skill dan sikap ilmiah siswa untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pembelajaran IPA Pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada diri seseorang ketika berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Rezba (2006 :4) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA dalam era baru menekankan pada “science as a ways of thinking and investigating, as well as a body knowledge”. Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran sains (IPA) merupakan sesuatu yang harus “dilakukan” oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science Educational Standart (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on. Pembelajaran sains semestinya memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif. Guru hendaknya dapat mengembangkan proses pembelajaran aktif sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat. Hal tersebut dikarenakan kegiatan aktif siswa merupakan titik awal dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada diri seseorang ketika berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Dengan adanya partisipasi yang optimal maka pengalaman belajar yang diperoleh akan semakin mantap dan pencapaian tujuan belajar lebih efektif dan efisien. Pembelajaran yang berpusat pada guru sudah saatnya beralih menjadi berpusat pada siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa memandang siswa sebagai komponen terpenting dalam sistem dan proses pengajaran sehingga siswa dapat mengembangkan dan menentukan cara-cara belajarnya. Proses keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan memungkinkan terjadinya asimilasi dan akomodasi kognitif dalam
pencapaian
pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan nilai dan sikap. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar yang lebih
5
bermakna. Pembelajaran yang lebih bermakna tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pengertian terpadu dalam penelitian ini lebih merujuk pada makna yang dianjurkan Depdiknas (2011: 3) yaitu pembelajaran IPA terpadu dilaksanakan sebagai upaya agar peserta didik dapat memahami obyek secara utuh (holistik) dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Materi diajarkan dengan memadukan beberapa bidang kajian dalam IPA agar peserta didik dapat berpikir holistik. Pembelajaran IPA terpadu untuk mengoptimalkan keterampilan dan sikap dalam IPA lebih ditekankan dalam kurikulum 2013 yang sebentar lagi akan diterapkan., kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar (KD) dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang biasanya berupa petunjuk atau langkah-langah untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS termasuk dalam bahan ajar. Iif Khoiru Ahmadi,dkk. (2011: 208) menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Azhar Arsyad (2009: 87) menyatakan bahwa LKS termasuk media pembelajaran berbasis cetakan. Teks berbasis cetakan menuntut perhatian saat perancangan yaitu: (1) konsistensi, (2) format, (3) organisasi, (4) daya tarik, (5) ukuran huruf, serta (6) penggunaan spasi kosong. Poppy Kamalia Devi, dkk. (2009: 36), menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKS dari segi penyajian dan segi tampilan. Dari segi penyajian terdiri dari: (1) judul LKS harus sesuai degan materinya, (2) materi sesuai dengan perkembangan anak, (3) materi disajikan secara sistematis dan logis, (4) materi disajikan secara sederhana dan jelas, seta (5) menunjang keterlibatan dan kemauan peserta didik untuk ikut aktif. Selanjutnya, dari segi tampilan LKS harus memperhatikan, yaitu: (1) 6
penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami, (2) gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya, (3) tata letak gambar, tabel dan pertanyaan harus tepat, (4) judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas, serta (5) mengembangkan minat dan mengajak peserta didik untuk berpikir. Langkah-langkah menyiapkan LKS menurut Depdiknas (2005:5) adalah sebagai berikut: (1) analisis kurikulum; (2) menyusun kebutuhan LKS; (c) menentukan juduljudul LKS; (4) penulisan LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, penyusunan materi, dan menentukan struktur LKS. 3. Pendekatan Guided Inquiry Pendekatan
inkuiri
merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
berusaha
meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut Martin et al (2005: 184-185), inkuiri adalah penggunaan proses-proses sains, pengetahuan ilmiah, dan sikapsikap ilmiah untuk menganalisa suatu permasalahan dan berpikir kritis. Sedangkan menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K (2007:2), Inquiry is an approach to learning whereby students find and use a variety sources of information and ideas to increase their understanding of a problem, topic, or issue. Jadi, pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk pemahaman konsepkonsep sains, belajar bagaimana mempelajari sesuatu, menjadi seseorang pembelajar yang mandiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir secara ilmiah. Hasil dari pembelajaran inkuiri, siswa dapat memahami cara menemukan sendiri konsep-konsep dan melakukan eksperimennya sendiri atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh pada lingkungannya. Trowbridge dan Bybee (1986: 185-186) menyatakan bahwa apabila peserta didik tidak memiliki cukup pengalaman dalam pembelajaran menggunakan inkuiri, maka pembelajaran dilakukan secara tersusun terlebih dahulu. Setelah mereka memiliki pengalaman dalam penyelidikan, penyusunan tersebut harus dikurangi. Guided Inquiry merupakan istilah dengan kondisi pembelajaran pada awalnya dilakukan dengan sangat tersusun. Prinsip-prinsip dalam guided inquiry menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K (2007:25) disajikan pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Six Principles of Guided Inquiry The Six Principles of Guided Inquiry Children learn by being actively engaged in and reflecting on an experience Children learn by building on what they already know Children develop higher-order thingking through guidance at critical points in the learning process Children have different ways and modes of learning Children learn through social interaction with others Children learn through social interaction and experience in accord with their cognitive Berdasarkan prinsip-prinsip dari pendekatan guided inquiry seperti pada Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa melalui guided inquiry siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi selama proses pembelajaran. Berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah termasuk dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi. 4. Keterampilan Berpikir Keterampilan berpikir merupakan keterampilan dalam menggabungkan sikapsikap, pngetahuan-pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk dapat membentuk lingkungannya agar lebih efektif. Keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis situasi yang kompleks dengan menggunakan objektifitas dan konsistensi sebagai standar. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir “unreflective”, yaitu mengambil keputusan, menerima suatu pernyataan, membuat keputusan tanpa pertimbangan lebih matang. Berpikir kritis membutuhkan intepretasi dan evaluasi dari suatu pengamatan, komunikasi dan sumber informasi lainnya. Berpikir kritis juga membutuhkan kemampuan dalam membuat asumsi, membuat suatu hubungan, dan dalam mengambil kesimpulan (Fisher, 13-14). Berdasarkan beberapa definisi dan karakteristik berpikir kritis dapat diamati bahwa terdapat kemiripan sifat pengembangan berpikir kritis dengan karakteristik inkuiri. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri. Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, situasi belajar yang dibentuk harus
8
memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan. Carin & Sund (1975: 307) mengemukakan untuk menimbulkan kreativitas dalam pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: (1) mengembangkan kepercayaan yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2) mendorong
terjadinya
komunikasi secara bebas; (3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian secara individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak terlalu ketat 5. Sikap Ilmiah Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA di sekolah adalah aspek sikap. Martin (2005: 12) mengemukakan bahwa “attitudes are mental predispositions towards people, objects, subjects, events, and so on”, yang berarti bahwa sikap merupakan kecenderungan mental terhadap orang, objek, subjek, kejadian, dan sebagainya. Sikap yang dikembangkan dalam IPA merupakan sikap ilmiah yang biasa disebut dengan scientific attitude. Harlen (2000:73) menyatakan bahwa sikap ilmiah merupakan komponen dalam kegiatan inkuiri. Sikap ilmiah menurut Carin dan Sund (1970: 2) adalah “certain beliefs, values, opinions, for example, suspending judgement until enough data has been collected relative to the problem. Constantly endeavoring to be objective.” Sikap ilmiah berkaitan dengan kepercayaan tertentu, nilai-nilai, opini-opini, misalnya, melakukan penilaian setelah semua data terkumpul, berusaha untuk bersikap objektif. Pengelompokan/dimensi sikap ilmiah yang dikembangkan oleh Harlen (2000: 150) meliputi : (1) sikap ingin tahu, (2) sikap respek terhadap fakta, (3) sikap fleksibel dalam cara berpikir, (4) sikap berpikir kritis, dan (5) sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kualitas pembelajaran IPA ditentukan salah satunya oleh kualitas guru yang membelajarkan IPA. Sebagaimana kita tahu, guru merupakan sebuah profesi. Hal ini berarti bahwa ada keterampilan unik yang hanya dimiliki oleh seorang guru. Pengetahuan tentang bagaimana membelajarkan IPA dengan menggunakan LKS yang menuntun siswa melakukan penyelidikan (inquiry) merupakan hal yang harus guru pahami dan penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang berorientasikan pendekatan ilmiah (scientific approach), yang mengedepankan pembelajaran
9
siswa aktif (student centered) dan berorientasikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Dari kenyataan tersebut maka permasalahan yang kemudian diidentifikasi
di
sebagian besar SMP/MTs Kabupaten Magelang antara lain: a. Pembelajaran yang ada di lapangan masih kurang sesuai dengan arahan dari kurikulum 2013 yang mengamanatkan pembelajaran IPA secara terpadu. b. LKS yang dipergunakan oleh guru masih tipe cook book (resep) sehingga siswa hanya melakukan apa yang ada di LKS, dan ada juga yang hanya sekedar menyampaikan tugas apa yang dikerjakan secara lisan. c. Guru masih mengalami kebingungan dalaam mengimplementasikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran IPA. d. Sebagian besar Lembar Kegiatan Siswa (LKS) masih berupa latihan soal, bukan penuntun penemuan konsep melalui kegiatan penyelidikan atau inkuiri. e. Sebagian besar guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang belum terampil dalam mengembangkan
LKS
sebagai
pendukung
pembelajaran
dengan
penuntun
pembentukan konsep dengan berproses ilmiah. f. Kreativitas sebagian besar guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang masih belum dikembangkan dalam hal pengembangan ataupun pembuatan LKS penggunaannya dalam pembelajaran IPA. g. Sebagian besar guru merasa kesulitan dalam mengembangkan LKS IPA Terpadu. Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana upaya peningkatan kemampuan guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang melalui workshop pengembangan dan pengimplementasian LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry agar dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific, termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri. Mengingat masalah tersebut penting untuk segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP berpendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skill dan sikap ilmiah siswa untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.
10
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat berbasis penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan thinking skill dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013. 2. Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA Terpadu, dengan target ketercapaian 75%. 3. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS, dengan target ketercapaian 75%. 4. Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS, dengan target ketercapaian 25%. B. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah berlangsungnya kegiatan pelatihan ini adalah: 1. Bagi peserta pelatihan a. Membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan menyelenggarakan pembelajaran IPA yang berpendekatan ilmiah sebagai implementasi kurikulum 2013. b. Memotivasi peserta untuk mengembangkan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry. c. Memotivasi peserta untuk mengembangkan kreativitas dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA terpadu. 2. Bagi sekolah Kegiatan ini dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan sumber daya insani. 3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta a. Kegiatan ini dapat menjadi sarana UNY untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang potensi dan layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat. b. Kegiatan ini dapat menunjukkan bahwa UNY dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA. 4. Bagi sekolah dan UNY Kegiatan ini dapat menjadi sarana mengembangkan jalinan kerja sama antara kedua pihak yang terlibat.
11
BAB IV METODE KEGIATAN A. Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil survey pra-kegiatan PPM diperoleh informasi bahwa: (1) Sebagian besar (85%) LKS IPA SMP/MTs masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan; (2) jikapun ada penuntun pembentukan konsep, masih terdapat lompatan-lompatan rantai kognitif sehingga siswa bingung atau kurang paham dalam belajar konsep IPA; (3) Guruguru IPA belum banyak berkarya untuk mengembangkan LKS IPA Terpadu ; (4) Guru masih banyak menggunakan sumber belajar maupun LKS yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. . Pemecahan masalah untuk menjawab masalah adalah dengan menyelenggarakan workshop secara intensif yang mencakup bagaimana cara mengembangkan LKS berpendekatan guided inquiry dan sekaligus pengimplementasiannya. Hal tersebut ditujukan agar dapat mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan ilmiah sehingga dapat mewujudkan pembelajaran IPA yang meaningful, yang dapat melibatkan siswa secara aktif, baik hands-on maupun minds-on.Adapun diagram air kegiatan PPM dapat digambarkan pada Gambar 1. Survei di lapangan Perumusan Masalah Merencanakan kegiatan
Memilih sasaran
Memilih Peserta workshop
Membuat juklak dan juknis workshop
Pemilihan Tempat workshop Menentukan jadwal workshop
Merumuskan materi workshop
Menentukan sarana workshop
Melaksanakan rencana kegiatan workshop
Evaluasi
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah
12
B. Khalayak Sasaran Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi yang merupakan dosen Prodi Pendidikan IPA. Ketua tim pengabdi pernah mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 selaku asesor PLPG. Tim pengabdi sudah melakukan penelitian tentang ” Pengembangan Worksheet of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning
Guna Mengembangkan Keterampilan
Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP Dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” yang didanai DIPA UNY dan menghasilkan 3 LKS yang berhasil dikembangkan bersama mahasiswa. Selain itu, tim pengabdi juga melakukan penelitian tentang pendekatan inquiry sebagai karya tesis. Tabel 2. Kualifikasi, Skill dan Tugas tiap Personel Tim Pelaksana No Nama
Kualifikasi
Skill
Tugas dalam kegiatan Pendidikan IPA -Pendekatan Strategi Pembelajaran Ilmiah dalam Bahan Ajar implementasi Pelatih guru kurikulum 2013 Pemateri IPA aspek biologi -Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry Pendidikan IPA Orientasi Bahan Ajar Pembelajaran sains Pelatih guru berorientasikan Pemateri IPA aspek kimia pada proses dan sikap ilmiah(pendekatan guided inquiry) Pemateri IPA aspek fisika Pembelajaran sains SMP dan potensi keterpaduannya
1.
Asri Widowati, M.Pd.
Magister Pendidikan Sains
-
2.
Putri Anjarsari, M.Pd
Magister Pendidikan Sains
-
3.
Laila Katriani, M.Sc
Magister Fisika
-
Kegiatan ini direncanakan diikuti oleh minimal 35 (tiga puluh lima) orang guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Peserta pelatihan ditargetkan berjumlah maksimal 40 (empat puluh) orang, di mana masing-masing sekolah diharapkan mengirimkan satu atau dua wakilnya yang merupakan perwakilan guru IPA dari sekolah masing-masing. C. Metode Kegiatan Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan intensif dengan rincian materi sebagaimana Tabel 3.
13
Tabel 3. Metode Kegiatan PPM Hari keI
II
Tatap muka ke1
Materi
Media dan Alat
Metode
Inventarisasi kendala-kendala yang dialami guru terkait dengan implementasi kurikulum 20013 dan pengembangan LKS IPA Terpadu berbasis guided inquiry.
Kertas, Pin Up, White board, Spidol
Brainstorming (curah gagasan)
2
(a) Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry;
LCD,Laptop, slide Power Point materi
Ceramah Interaktif
6 JP
3
Simulasi Pembelajaran dengan LKS berbasis Guided inquiry Menginventarisasi Kebutuhan LKS (Kompetensi Inti & Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013) Workshop dan pendampingan Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry
Kurikulum 2013 mata pelajaran IPA untuk jenjang SMP/MTs Alat & Bahan untuk mengembangkan LKS
Pemodelan (simulasi), Ceramah, Diskusi
4 JP
Workshop
16 JP
4
III
5
TOTAL JUMLAH JAM PERTEMUAN (JP)
Jam Pertemuan (JP) 2 JP
4 JP
32 JP
D. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan PPM ini secara garis besar dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut. 1. Tahap Pelatihan Teori Tahap pelatihan teori ditujukan agar peserta memperoleh pemahaman tentang: (a) Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry. Untuk mendukung tahap ini, narasumber memberikan makalah dan menggunakan slide power point serta contoh lembar kerja siswa berbasis guided inquiry yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. 2. Kegiatan Pelatihan Praktik Tahap pelatihan praktik meliputi: a. Praktik simulasi pembelajaran yang diperuntukkan agar peserta memperoleh gambaran dan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry. Dalam tahap ini 14
narasumber berperan sebagai guru dan memodelkan pembelajaran IPA berbasis guided inquiry dengan materi “Pencemaran Lingkungan Perairan”. Peserta diminta berperan sebagai siswa. b. Praktik analisis kebutuhan bahan ajar untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan analisis bahan ajar. c. Praktik pengembangan LKS berbasis guided inquiry dengan orientasi mengembangkan keterampilan berpikir siswa. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini diberi penilaian terhadap: portfolio terhadap hasil karya berupa LKS yang dihasilkan oleh peserta, dan kaidah keberterapan guided inquiry untuk menuntun siswa belajar IPA dengan kegiatan penyelidikan (inkuiri) dalam LKS. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil kegiatan yakni dengan menggunakan lembar penilaian karya portofolio LKS ditinjau dari aspek kreativitas, kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian Adapun rincian indikator evaluasi masing-masing tujuan adalah sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Tujuan, Indikator dan Luaran Kegiatan PPM NO
TUJUAN Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA
INDIKATOR LKS memuat langkah-langkah kegiatan ilmiah.
INSTRUMEN Lembar penilaian LKS
LKS mengembangkan keterampilan berpikir
Lembar penilaian LKS
2.
Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS
Menggunakan pendekatan inquiry secara efektif dan efisien dalam LKS
Lembar penilaian LKS
3
Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS
Variasi hasil pengembangan LKS yang dikembangkan peserta
Lembar observasi
1
15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada tanggal 23, 31 Agustus 2014
dan 6, 13
September 2014 di PC NU Kabupaten Magelang. Kegiatan diikuti oleh 34 anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Berdasar metode yang telah direncanakan untuk memecahkan persoalan meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan workshop . Secara garis besar, kegiatan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi. 1. Hasil Evaluasi Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Analisis kebutuhan bahan ajar dilakukan secara berkelompok dengan pembagian KD dalam kurikulum 2013 dikerjakan satu kelompok (2-3 peserta) untuk mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII dan IX dalam kurikulum 2013. Hasil workshop analisis kebutuhan bahan ajar berupa data kebutuhan bahan ajar, yang dikumpulkan sebanyak 18 buah. Analisis kebutuhan bahan ajar tersebut memuat beberapa komponen, yaitu identitas (mata pelajaran, kelas, semester), kompetensi (Kompetensi inti/KI dan Kompetensi Dasar/KD), materi pokok, indikator, kegiatan, macam sumber belajar dan bahan ajar yang diperlukan . Adapun hasil penilaian terhadap 18 produk hasil analisis kebutuhan bahan ajar yang terkumpul sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Hasil Penilaian Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar dalam Kurikulum 2013 (N=18) Nilai
Jumlah
Persentase (%)
Kurang Baik (<60)
2
11,11
Baik (60-80)
6
33,33
Sangat Baik (>80)
10
55,55
Kriteria: Sangat baik = jika lengkap komponen analisis kebutuhan bahan ajar (identitas, kompetensi, materi pokok, indikator, kegiatan, kebutuhan sumber belaar dan bahan ajar) ,kesesuaian antara KD-indikator-kegiatan-bahan ajar. Baik =jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik =jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian peserta (55%) sudah sangat baik dan 33,33% sudah baik dalam melakukan analisis kebutuhan bahan ajar. Sebagian kecil (11,11%) peserta
16
melakukan analisis kebutuhan bahan ajar secara kurang baik. 2. Hasil Evaluasi Produk LKS IPA Berdasarkan hasil analisis kebutuhan bahan ajar tersebut, peserta mendapatkan data pemetaan kompetensi dasar IPA dalam kurikulum 2013 yang membutuhkan bahan ajar berupa LKS beserta macam kegiatan pembelajaran. Hasil pemetaan tersebut kemudian didistribusikan kepada tiap-tiap peserta untuk dapat ditindaklanjuti dengan mengembangkan LKS yang dibutuhkan. Adapun LKS yang dikembangkan diharapkan dapat berbasis guided inquiry dengan berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap ilmiah. Peserta mengembangkan LKS secara individu, dan dilakukan dengan workshop. Workshop pengembangan LKS tahap 1 dihasilkan draf awal LKS. Produk draf awal LKS yang terkumpul sebanyak 34 buah. Narasumber melayani konsultasi atau bimbingan secara langsung dan online. Ada beberapa
catatan dari fasilitator untuk draf awal LKS yang
dikonsultasikan, antara lain: 1)Sebagian besar draf awal LKS masih mencantumkan tujuan yang kurang operasional dan kurang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Contohnya: LKS “Alat Ukur” dengan kegiatan berupa eksperimen tetapi tujuan yang dicantumkan adalah memahami/mengetahui bagian alat ukur..... 2)Alat dan bahan yang dicantumkan belum lengkap atau belum tepat. Contohnya: LKS “Gerak pada Tumbuhan” mencantumkan alat dan bahan berupa macam-macam tumbuhan di alam. 3)Langkah kerja belum sistematis dan masih menggunakan kalimat aktif. Contoh LKS “Ciri-ciri Makhluk Hidup” memuat langkah siswa diminta mengelompokkan benda yang diamati ke dalam makhluk hidup dan tak hidup padahal sebelumnya belum ada pengantar tentang ciri-ciri makhluk hidup. 4)Tabel hasil belum komunikatif. Contohnya LKS Uji Vitamin C Pada tabel LKS draf awal tertulis di bagian bawah tabel Ket : Kandungan vitamin C + : jika mengandung vitamin C - : jika tidak mengandung vitamin C
17
Keterangan pada tabel tersebut kurang komunikatif karena pada langkah kerja yang dituliskan dalam LKS adalah sebagai berikut: 6. .........berilah tanda silang (X) pada buah yang tidak mengandung Vitamin C .
5) Pertanyaan diskusi masih terlalu mudah dan kurang sinkron dengan kegiatan. Conthnya “LKS Alat Gerak pada Manusia” hanya bertanya “Sebutkan macam tulang berdasarkan penyusunnya! 6) Sebagian kecil LKS masih belum menerapkan pendekatan guided inquiry. Contohnya: LKS Reproduksi Organisme yang masih hanya berupa latihan soal yang bersifat hafalan semata, dan belum memancing rasa ingin tahu siswa. Selain umpan balik dari fasilitator, antar peserta diharapkan dapat saling sharing jika mengalami kesulitan dalam pengembangan LKS. Berdasarkan hasil umpan balik dari narasumber, peserta melakukan revisi draf awal untuk ditindaklanjuti menjadi draf final LKS. Adapun penilaian LKS final berdasarkan kriteria sebagaimana
aspek
menilai bahan ajar text dengan
memperhatikan aspek materi (kesesuaian kompetensi: berbasis guided inquiry, mengembangkan keterampilan berpikir, kejelasan langkah atau prosedur kerja, keruntutan langkah).
Untuk
penilaian kualitas LKS dengan menggunakan lembar penilaian kualitas LKS secara umum sebagaimana Tabel 6. Tabel 6. Penilaian Kualitas LKS (N=34) Kategori Kualitas LKS
Jumlah
Persentase (%)
Kurang Baik
1
2,94
Baik
14
41,18
Sangat Baik
19
55,88
Kriteria: Sangat baik = jika komponen materi, penyajjian, tampilan, dan bahasa sudah sesuai dengan kriteria. Baik =jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik =jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi
3. Evaluasi Kreativitas Guru dalam Mengembangkan LKS Kreativitas guru berdasarkan hasil observasi selama kegiatan workshop pengembangan
18
LKS tahap awal dan akhir, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang dikembangkan antar peserta bervariasi dalam hal macam kegiatan pembelajaran IPA (observasi, eksperimen, project, diskusi), tampilan atau lay out LKS juga bervariasi. Hampir keseluruhan peserta berusaha mengembangkan produk LKS berbasis guided inquiry. Hasil produk akhir berupa draf final LKS yang dikumpulkan ada 34 produk. Sebanyak 33 produk (97,06%) merupakan hasil karya peserta (bukan copy paste) dan 1 produk ( 2,94%) merupakan Lembar Kerja yang ada di buku pegangan siswa SMP. Jika ditilik dari muatan LKS untuk pengembangan berpikir tingkat tinggi maka terdapat 24 buah (70,59%) LKS yang sudah melatih siswa untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi, sedangkan 10 buah (29,41%) LKS yang masih mengembangkan tingkat berpikir rendah. B. Pembahasan Kegiatan PPM ini berbasis pada penelitian “Pengembangan Worksheet of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan Keterampilan Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” oleh Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta scientific attitude siswa SMP. Untuk membangun kompetensi pada aspek kerja ilmiah itu dipandang perlu adanya bimbingan dan pancingan guru. Penggunaan guided inquiry dirasa tepat untuk maksud ini. Latihan berpikir kritis dan kreatif, latihan mengembangkan keingintahuan (curiosity), berpikir analitis dan juga latihan menggunakan indera dan alat bantu indera serta alat-alat lain, sangat diperlukan untuk keterampilan melakukan kerja ilmiah tersebut. Dalam posisi yang sedemikian, Kuhlthau & Todd (2007), melihat penggunaan guided inquiry dalam pembelajaran IPA sangat tepat. Guided inquiry melatih siswa dengan bimbingan guru dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai objek dan persoalan IPA dan secara perlahan guru membekali mereka untuk mampu melakukan investigasi secara mandiri. Tentunya kegiatan pembelajaran yang demikian sangat sesuai dengan amanat kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini yakni kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengamanatkan agar pembelajaran, termasuk pembelajaran IPA diorientasikan ke berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dan sikap. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan mitra serta hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka tim pelaksana melaksanakan kegiatan PPM “Optimalisasi Implementasi
Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry 19
untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa”. Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada tanggal 23, 31 Agustus 2014 dan 6, 13 September 2014 di PC NU Kabupaten Magelang. Kegiatan diikuti oleh 34 anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Berdasar metode yang telah direncanakan untuk memecahkan persoalan meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan workshop. Secara garis besar, kegiatan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi. Peserta berpartisipasi aktif dalam keseluruhan tahapan. Adapun tiap tahapan mencerminkan bahwa peserta terlibat secara aktif. Sebagimana dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
peserta (55%) sudah sangat baik dan 33,33% sudah baik dalam melakukan analisis kebutuhan bahan ajar. Sebagian kecil (11,11%) peserta melakukan analisis kebutuhan bahan ajar secara kurang baik karena belum mencantumkan kompetensi dan indikator pencapaian serta ketidaksesuaian antara penentuan kegiatan pembelajaran dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal tersebut mencerminkan bahwa sebagian kecil peserta masih mengalami kesulitan dalam memahami kompetensi dalam kurikulum 2013. Kegiatan workshop analisis kebutuhan ajar menghasilkan produk berupa peta kebutuhan bahan ajar dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII, dan IX. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan bahan ajar tersebut, peserta mendapatkan data pemetaan kompetensi dasar IPA dalam kurikulum 2013 yang membutuhkan bahan ajar berupa LKS beserta macam kegiatan pembelajaran. Hasil pemetaan tersebut kemudian didistribusikan kepada tiap-tiap peserta untuk dapat ditindaklanjuti dengan mengembangkan LKS yang dibutuhkan. Adapun LKS yang dikembangkan diharapkan dapat berbasis guided inquiry dengan berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap ilmiah. Peserta mengembangkan LKS secara individu, dan dilakukan dengan workshop. Workshop pengembangan LKS tahap 1 dihasilkan draf awal LKS. Produk draf awal LKS yang terkumpul sebanyak 34 buah. Narasumber memberikan pembimbingan saat pengembangan desain dan finalisasi produk, baik secara langsung maupun via on line. Ada beberapa umpan balik yang diberikan oleh fasilitator sebagai terhadap catatan kekurangan pada LKS draf awal sebagaiman Tabel 7. Tabel 7. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya Catatan pada Draf Awal Tujuan yang kurang operasional dan kurang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Contohnya:
Saran Perbaikan Kata mengetahui ataupun memahami bukanlah kata kerja operasional, sebagiknya diganti dengan kata kerja yang operasional 20
Keterangan Saran ditindaklanjuti peserta
Catatan pada Draf Awal tujuan mengetahui/memahami....
Sebagian kecil LKS memuat alat dan bahan kegiatan belum lengkap
Langkah kerja yang belum sistematis, ada sebagian kecil yang menggunakan kalimat aktif.
Bahasa yang digunakan di langkah kerja ada yang masih ambigu, sebaiknya langkah dibuat sistematis dan bahasa yang lugas dan tidak bermakna ganda. Sebagian kecil tabel hasil kegiatan masih belum tepat karena kurang komunikatif (belum menampakkan variabel yang diamati). Pertanyaan diskusi masih terlalu mudah dan kurang sinkron dengan kegiatan
Saran Perbaikan dan sesuai dengan bentuk kegiatan. Jika kegiatan berupa eksperimen maka contoh tujuan LKS adalah “menyelidiki pengaruh..”, jika pengamatan maka tujuan LKSnya adalah “mengidentifikasi...” Alat dan bahan dapat ditentukan dan disesuikan dengan kebutuhan dalam melakukan kegiatan ilmiah menggunakan LKS tersebut. Langkah kerja dibuat sistematis dan dalam bentuk kalimat instruksi (tanpa tanda seru). Agar langkah dapat sistematis maka fasilitator menyarankan agar peserta guru ketika menuliskan langkah kerja LKS sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya. Bahasa dibuat lugas dan tidak ambigu. Sebaiknya peserta guru sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya. Tabel dibuat lebih komunikatif dengan konsisten dengan apa yang tertera dalam langkah kerja, mencantumkan variabel yang diamati beserta satuannya. Pertanyaan tidak hanya sekedar pertanyaan hafalan yang dapat dijawab dengan melihat buku, namun pertanyaan bersifat analisis data kegiatan dan berdasarkan data kegiatan.
Keterangan
Saran peserta
ditindaklanjuti
Saran peserta
ditindaklanjuti
Saran peserta
ditindaklanjuti
Saran peserta
ditindaklanjuti
Saran peserta
ditindaklanjuti
Sebagian besar peserta menindaklanjuti umpan balik yang diberikan fasilitator pada draf awal mereka. Hal tersebut menjadikan produk LKS hasil revisi (LKS final) lebih baik dibandingkan draf awal. Penilaian produk LKS final sebagai produk kegiatan PPM ini maka dapat diperoleh gambaran bahwa produk LKS yang dihasilkan peserta dapat membelajarkan siswa secara aktif karena sebagian besar (lebih dari 70%) sudah berbasis guided inquiry. LKS tersebut mendukung berlangsungnya pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa, yang berpotensi melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah melalui kegiatan ilmiah baik ekperimen maupun observasi. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa juga memungkinkan terjadinya
diskusi yang merupakan cara efektif untuk melatih dan 21
mengembangkan keterampilan berpikir. Hal ini disebabkan karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir perspektif, dan mendapatkan pengalaman. Melalui diskusi, siswa juga dapat belajar mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapat sendiri atau orang lain. Pembelajaran yang menggunakan LKS demikian akan membelajarkan siswa dengan orientasi proses (process-oriented) bukan hanya produk pengetahuan (konsep, teori, prinsip, hukum) semata. Langkah kerja dalam LKS yang disajikan secara sistematis dan menerapkan pendekatan guided inquiry melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, atas bantuan dan bimbingan guru. Hal tersebut menuntun siswa dalam membentuk konsep (concept formation) yang akan ditemukan melalui kegiatan ilmiah, dan bukan sekedar mendengarkan penjelasan guru. Kreativitas guru berdasarkan hasil observasi selama kegiatan workshop pengembangan LKS tahap awal dan akhir, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang dikembangkan antar peserta bervariasi dalam hal macam kegiatan pembelajaran IPA (observasi, eksperimen, project, diskusi), tampilan atau lay out LKS juga bervariasi. Hampir keseluruhan peserta berusaha mengembangkan produk LKS berbasis guided inquiry. Hasil produk akhir berupa draf final LKS yang dikumpulkan ada 34 produk. Sebanyak 33 produk (97,06%) merupakan hasil karya peserta (bukan copy paste). Sebagian besar produk LKS final (70,59%) sudah melatih siswa untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut tercermin dari pemberian kesempatan kepada siswa untuk memiliki kebebasan berpikir dan bertindak dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Siswa diminta melakukan penurunan ide-ide dimunculkan dengan melibatkan peserta didik pada pertanyaan-pertanyaan terbuka serta kesempatan berdiskusi. Keterampilan relasi dimunculkan dengan memberikan kesempatan peserta didik menganalisis keterhubungan suatu kejadian baik alat maupun proses dengan konsep IPA. Sintesis dimunculkan dengan penugasan yang menjadikan peserta didik membuat kombinasi unsur-unsur materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk laporan tertulis atau gambar. Inferensi dimunculkan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan dari materi-materi dan kegiatan yang telah mereka pelajari dan lakukan. Secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan semua target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Kegiatan PPM ini dapat terlaksana dengan baik untuk ketiga tahapan, yang meliputi tahap pelatihan teori , pelatihan praktik dan workshop. Secara 22
umum, hasil evaluasi kegiatan PPM sebagaimana dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil Evaluasi Kegiatan PPM “Pengembangan LKS Berbasis Guided Inquiry” Tujuan Menyebarluaskan hasil penelitian terkait pembelajaran IPA berbasis guided inquiry Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS
Ketercapaian (%) 100
Target( %) 100
75
75
80
75
25
25
Ket. Target tercapai Target tercapai Target tercapai Target tercapai
Tabel 8 menunjukkan bahwa secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan semua target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Adapun hal tersebut dikarenakan adanya faktor pendukung kegiatan dan pemberian solusi tepat terhadap hambatan yang dialami tim pelaksana. Adapun rincian masing-masing faktor sebagaimana berikut. a. Faktor Pendukung Kegiatan 1) Kegiatan sesuai dengan kebutuhan peserta. 2) Dukungan pengurus MGMP IPA MTs maupun SMP Kabupaten Magelang. 3) Adanya sumbangsih mitra dalam hal penyediaan tempat, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan. b. Faktor Penghambat Kegiatan dan Solusi 4) Lokasi kegiatan bukan di kampus sehingga perlu adanya koordinasi yang matang dengan pengurus MGMP IPA Kab.Magelang untuk sarana dan prasarana yang dibuthkan selama kegiatan PPM. 5) Alokasi waktu yang cukup sulit untuk mempertemukan semua guru dari banyak SMP/MTs, maka alokasi waktu disesuaikan dengan jam pertemuan MGMP (waktu luang guru IPA). 6) Tagihan final berupa LKS jadi masih dirasa sulit oleh peserta dan sebagian peserta masih berkeinginan untuk menggunakan bahan ajar yang ‘tinggal pakai’ tanpa perlu membuat. sehingga selama penyusunan draft dan finalisasi produk LKS dilakukan berkelompok, dan dapat konsultasi secara online agar efektif dan efisien dalam mengatur waktu, dan target PPM berupa draft awal LKS yang berpendekatan Guided Inquiry dengan orientasi thinking skill dan sikap ilmiah dapat terwujud. 7) Perubahan paradigma LKS berupa latihan soal IPA ke LKS yang berpendekatan Guided Inquiry dan berorientasikan thinking skill & sikap bukanlah hal yang mudah sehingga dilakukan pemberian contoh pembelajaran dan LKS sesuai dengan hasil penelitian tim pelaksana agar peserta memperoleh gambaran LKS dan pembelajaran real di kelas serta termotivasi untuk mengimplementasikannya. 23
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA.
2.
Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan guided inquiry dalam LKS
3.
Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS.
B. Saran Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, maka ada beberapa saran sebagai berikut: 1.
Perlunya pengimplementasian LKS final kegiatan PPM ini secara real dalam pembelajaran di kelas agar dampak LKS berbasis guided inquiry dapat secara nyata terbukti dalam jangkauan yang lebih luas.
2.
Perlunya pemantapan keterampilan penggunaan alam sekitar dalam kegiatan pembelajaran IPA, sehingga guru tidak mengalami kesulitan yang berarti membelajarkan IPA kepada siswa dengan objek berupa alam.
24
DAFTAR PUSTAKA Asa. (2011). Sains dan Matematika Kurang Diminati. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat. Iwan Sugiarto. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir Holistik & Kreatif. Jakarta: Gramedia Utama. Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP. Yogyakarta:Prodi IPA UNY Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching anf The Development of Thinking. Califronia: Wadsworth Publishing Company. Ratno Harsanto. (2005). Melatih Anak Berpikir Analisis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: Gramedia.
25
Lampiran 1. Instrumen Penilaian LKS Instrumen Penilaian Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Hasil Analisis KD: Penyusun: Petunjuk: Berilah tanda checklist jika aspek yang diamati dimuat dalam hasil analisis kebutuhan bahan ajar yang dinilai. Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan Saran Kelengkapan komponen analisis kebutuhan bahan ajar (identitas, kompetensi, materi pokok, indikator, kegiatan, kebutuhan sumber belaar dan bahan ajar) Kesesuaian antara KD-indikatorkegiatan-bahan ajar.
Instrumen Penilaian Kualitas LKS Judul LKS: Penyusun: Petunjuk: Beri tanda pada skor yang sesuai, dengan kriteria 3: jika aspek yang dinilai sudah jelas dan tepat 2: jika aspek yang dinilai kurang jelas dan tepat, atau jelas namun kurang tepat 1: jika aspek yang dinilai kurang jelas dan kurang tepat atau tidak mencantumkan. Aspek
3
Kesesuaian dengan indikator dan KD dalam kurikulum 2013 Kesesuaian dengan materi pokok pelajaran Kesesuaian dengan guided inquiry Mengembangkan Keterampilan berpikir Kejelasan langkah atau prosedur kerja dalam LKS Keruntutan langkah atau prosedur kerja dalam LKS Kecukupan waktu untuk setiap langkah Kejelasan alat, bahan, dan sumber belajar Kecukupan alat, bahan, dan sumber belajar Kebakuan dan kejelasan bahasa
26
2
1
Lampiran 2. Biodata Tim Pelaksana
BIODATA KETUA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) 2 Jenis Kelamin 3 Jabatan Fungsional 4 NIP/NIK/Identitas lainnya 5 NIDN 6 Tempat dan Tanggal Lahir 7 E-mail 8 Nomor telepon/HP 9 Alamat Kantor 10 Nomor telepon/Faks 11 Lulusan yang telah dihasilkan 12 Mata Kuliah yang diampu
:Asri Widowati, M.Pd : Perempuan : Lektor : 19830816 200604 2 001 : 0016088301 : Cilacap, 16 Agustus 1983 :
[email protected] : 081804758907 : Jl.Colombo No 1 Karangmalang Yogyakarta : (0274) 5548203 : S 1 = 280 orang 1. Pendidikan Sains 2. Biologi dasar 3. Management and Technique Science Labotatory 4. IPA 1 5. IPA 2 6. IPA 3 7. IPA 4 8. Praktikum IPA 1 9. Praktikum IPA 2 10.Praktikum TPB 11.Praktikum Pendidikan Biologi 12.Praktikum Management and Technique Science Laboratory
B. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
S-1 Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Biologi 2001-2005 Peningkatan Pemahaman Konsep dengan Menerapkan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Biologi pada Siswa kelas VII A SMP Muh 3 Depok Suhardi, M.Pd Dr.drh.Heru Nurcahyo, M.Kes
27
S-2 Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan IPA 2005-2008 Peningkatan Divergen thinking dengan menerapkan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Ekosistem Dr.Jumadi
S-3
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No
Tahun
1 2008 2 2008 3 2007 4 2007 5
2010
6 2010 7 2011 8 2011 9 2011
10 2012 11 2012 12
2012
13 2012
Judul Penelitian Upaya Pengoptimalisasian Pembelajaran Pendidikan Sains dan Identifikasi Aspek Divergent Thinking dengan Pendekatan Inquiry Pengembangan Critikal Thinking Mahasiswa melalui Penerapan Pendekatan Inquiry pada Mata Kuliah Pendidikan Sains Pengembangan Kreativitas Mahasiswa dalam Pembuatan Media pada Mata Kuliah TPB dengan Pendekatan Project-Based Learning Pemanfaatan AgrowisataSalak Pondoh sebagai Sumber Belajar IPA Biologi di SLTP dan SMA Pengaruh Mind Map terhadap kemampuan kognitif dan kreativitas siswa Pengaruh Round house terhadap kemampuan metakognitif dan afektif siswa berbasis kontruktivisme Peningkatan Critical thinking dengan Menerapkan Model PBL dalam Pembelajaran Mata Kuliah IPA 3 Pengaruh Penerapan PBL terhadap Ketereampilan Critical Thinking dan Kerja sama Mahasiswa dalam Pembelajaran Mata Kuliah IPA 3 Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum IPA 1 berbasis IPA Terintegrasi sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Mahasiswa Lesson study: Peningkatan critical thinking dan kerjasama mahasiswa dalam mata kuliah pendidikan sains Peningkatan Kreatifitas dan Kognitif Siswa dengan Outdoor Learning SMP Banguntapan Pengaruh Pembelajaran Diagram Roundhouse terhadap Kemampuan Kognitif dan Metakognitif Siswa SMAN 1 Ngaglik YK Pemanfaatan Potensi Lokal Sekolah dalam Pembelajaran Biologi Penerapan Strategi In-Field Study Praktikum Pendidikan Biologi dalam Rangka Meningkatkan Persepsi dan Pemahaman Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Kelas Internasional sebagai Calon Guru Biologi Profesional 28
Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp) DIPA UNY 4 juta
PHK A2
4 juta
PHK A2
4 juta
PHK A2
4 juta
DIPA UNY
4 juta
DIPA UNY
4 juta
DIPA UNY
4 juta
UNY
10 juta
DIPA UNY
4 juta
BOPTN
10 juta
BOPTN
10 juta
14 2013
Pengembangan worksheet of integrated science berbasis guided inquiry learning guna mengembangkan keterampilan berpikir dan sikap ilmiah siswa SMP dalam rangka menyongsng kurikulum 2013
DIPA UNY
10 juta
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat 5 Tahun Terakhir No 1
Tahun 2007
2 2007
3
2008
4 2008 5 6
2008 2009
7
2009
8
2009
9 2009 10 11
2009 2009
12 2010 13
2010
14 2010 15 2010 16
2012
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp)
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pelatihan Uji Golongan Darah Sistem ABO Pembuatan dan Penerapan Media Sains SD bagi Guru-Guru Kec.Gondokusuman Yogyakarta Pelatihan Penyusunan RPP Sains Guru-guru SD di Kec. Danurejan Pelatihan Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Guru-guru SMP di Kota Yogyakarta Diklat Mapel UAN SMP bagi Guruguru IPA SMP Kabupaten Cilacap Pelatihan Penggunaan Alat-alat Laboratorium bagi Guru SMP Pelatihan Penggunaan Alat Laboratorium IPA Pelatihan Pembuatan dan penggunaan Alat peraga bagi Guru sains SD kec. Danurejan Pelatihan implementasi diagram Roundhouse pada pembelajaran sains bagi guru SMP Kabupaten Bantul Pelatihan Administrasi Laboratorium bagi Guru MAN Pelatihan Pembelajaran Berbasis Laboratorium bagi Guru Mu’alimin Pelatihan Metodologi Pembelajaran bagi Tutor PKBM berbasis Pondok Pesantren Seminar dan Workshop Silabus & RPP bagi Guru MtsN 1 Yk Pelatihan metode Outbond sebagai upaya mewujudkan pembelajaran sains meaningful Pelatihan Management Outdoor Classroom Activity sebagai upaya mewujudkan pembelajaran sains meaningful Pengembangan paket science 29
DIPA UNY
3 juta
DIPA UNY
3 juta
DIPA UNY
3 juta
Dep Diklat Cilacap CV
10 juta 10 juta
CV
10 juta
DIPA UNY
3 juta
DIPA UNY
3 juta
Depag
10 juta
Depag
10 juta
LSM Kantata
10 juta
DIPA UNY
3 juta 10 juta
DIPA DIPA UNY
equipment sebagai upaya mewujudkan pembelajaran sains yang meaningful Penggalian potensi lokal sekolah sebagai bahan ajar untuk mewudkan pembelajaran berbasis kontruktivisme Pesona herbal sebagai Upaya Mengembangkan Eco-Education dan Kewirausahaan Produk Olahan Herbal
DIPA UNY
2012
Pelatihan Jurnalistik “menjadi Penulis yang Kreatif”
SMA N 9 YK
2012
Pelatihan PTK
SMP N 2 Ngaglik
17 2012 18 2012 19 20
10 juta
DIPA UNY
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal 1 Penerapan Pendekatan Inquiry Majalah Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Pembelajaran Sebagai Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen 2
3
4
Pengembangan Critical Thinking melalui Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) dalam Pembelajaran Sains Optimalisasi Pemanfaatan Lingkungan melalui Outdoor Classroom Activity dalam Pembelajaran Sains Peningkatan Kreatifitas dan Kemampuan Kognitif Siswa melalui Outdoor Learning Activity
15 juta
10 juta
Volume/Nomor/Tahun 2007
Majalah Ilmiah Pembelajaran
2010
Majalah Ilmiah Pembelajaran
2012
Majalah Ilmiah Pembelajaran
2012
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir Nama Pertemuan No Judul Artikel ilmiah Waktu dan tempat Ilmiah/Seminar 1 Seminar Internasional Inovasi dalam CAI:Creative Thinking 2009 ICT 2009 melalui Software Mind Mapping 2 Seminar Nasional Upaya Pengoptimalisasian 2009 Penelitian, Pendidikan Pembelajaran Pendidikan Sains dan dan Penerapan MIPA Identifikasi Aspek Divergent Thinking 2009 dengan Pendekatan Inquiry 3 Seminar Nasional Brainstorming sebagai alternatif 2009 Biologi 2009 pengembangan berpikir kreatif dalam pembelajaran sains biologi 4 Seminar Nasional Pembelajaran sains HOT dengan 2010 30
5
6
7
8
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA 2010 Seminar Nasional Pendidikan IPA UNNES 2011 Seminar Nasional Biologi 2011
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA 2011 Seminar Nasional MIPA UNY 2011
9
Seminar Nasional MIPA UNY 2012
10
Seminar Pend.IPA 2012
11
Seminar Pend.IPA 2012
menerapkan Inquiry Laboratory
Membentuk Generasi Berliterasi Lingkungan
16 April 2011 UNNES Semarang
Perbedaan kemampuan kognitif dan kreativitas siswa dengan menggunakan mind map dalam pembelajaran sains meaningful
2 Juli 2011
2 Juli 2011
Pengaruh Strategi Diagram Roundhouse terhadap kemampuan kognitif dan kreativitas siswa SMP Pemanfaatan AgrowisataSalak Pondoh sebagai Sumber Belajar IPA Biologi di SLTP dan SMA six hats thinking berbasis formasi kelompok sebagai strategi creative and collaborative problem solving dalam pembelajaran sains Inovasi CAI dalam Pembelajaran Sains: Creative Thinking dengan Menggunakan E-brainstroming Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Mahasiswa melalui Pendekatan Inquiry pada Mata Kuliah Pendidikan Sains
2 Juli 2011
2 Juni 2012 UNY Yogyakarta
6 Oktober 2012 UNY Yogyakarta 6 Oktober 2012 UNY Yogyakarta
Yogyakarta, 10 November 2014
Asri Widowati, M.Pd
31
6 7 8 9 10 11
BIODATA ANGGOTA PENELITI Nama Lengkap (dengan gelar) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Jabatan Fungsional, Tenaga Pengajar Pangkat, Golongan Penata Muda Tk. 1, IIIb NIP 19870720 201212 2 001 Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 20 Juli 1987 Alamat Domisili Ngancar, Wojo, rt.002, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, 55187 Nomor Telepon/Fax (0274)380160 Nomor HP 085643793136 Alamat Kantor FMIPA UNY Karangmalang, Yogyakarta Nomor Telepon/Fax (0274) 548207 Alamat email
[email protected] Lulusan yang telah dihasilkan -
12
Mata Kuliah yang diampu
1 2 3 4 5
RIWAYAT PENDIDIKAN Program Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
-
S1 UGM Kimia 2005 2010 Sintesis Flavanon Turunan 3,4Dimetoksibenzaldehid
S2 UNY Pendidikan sains 2010 2012 Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA terpadu untuk meningkatkan ketrampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik menggunakan pendekatan inkuiri
Prof. Dr. Sabirin Matsjeh
Dr.rer.nat.Senam
PENGALAMAN PENELITIAN Pendanaan Sumber
No Tahun
Judul Penelitian
1.
2010
Sintesis Flavanon Turunan 3,4Dimetoksibenzaldehid
2.
2012
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA terpadu untuk meningkatkan ketrampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik menggunakan pendekatan inkuiri
32
Nominal
3
2013
Pengembangan worksheet of integrated science berbasis guided inquiry learning guna mengembangkan keterampilan berpikir dan sikap ilmiah siswa SMP dalam rangka menyongsng kurikulum 2013
PENGALAMAN PUBLIKASI No. Tahun Judul Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 1.
2013
Kajian Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Guided Inquiry
Keterangan Dipublikasikan dalam prosiding seminar nasional IPA IVFMIPA UNNES
Yogyakarta, 10 November 2014
Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NIP 19860225 201212 1 001
33
4. Laila Katriani, S.Si., M.Si I. Identitas Diri 1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) 1.2 Jabatan Fungsional, Pangkat, Golongan 1.3 NIP 1.4 Tempat dan Tanggal Lahir 1.5 Alamat Domisili 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11
Nomor Telepon/Fax Nomor HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Fax Alamat email Lulusan yang telah dihasilkan
Laila Katriani, S.Si., M.Si. Tenaga Pengajar Penata Muda Tk. 1, IIIb 19850415 201212 2 001 Air Tenang Kerinci, 15-04-1985 Perum Griya Avia Ceria Jl. Nuri No.9 RT 009 RW 039 Tirtomartani Sleman 081363122315 FMIPA UNY Karangmalang, Yogyakarta (0274) 548207
[email protected] -
1.12
Mata Kuliah yang diampu
-
II. RIWAYAT PENDIDIKAN Program S1 Nama Perguruan Tinggi Universitas Andalas, FMIPA Bidang Ilmu Fisika Tahun Masuk 2003 Tahun Lulus 2007 Judul Skripsi/ Rancang Bangun Alat Tesis/Disertasi Ukur Intensitas Cahaya Berbasis Mikrokontroler AT89S51 Dengan Menggunakan Sensor Phototransistor PT380
Nama Pembimbing/Promotor
Drs. Wildian, M.Si.
34
S2 Universitas Andalas Fisika 2009 2012 Rancang Bangun Prototipe Sistem Kontrol Temperatur dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Benih Padi Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Dengan Menggunakan Sensor HS 1101 Dr. Dian Fitriyani, M.Si.
III. Pengalaman Penelitian Pendanaan Sumber
No
Tahun
Judul Penelitian
1.
2012
2.
2007
Rancang Bangun Prototipe Sistem Kontrol Temperatur dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Benih Padi Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Dengan Menggunakan Sensor HS 1101 Rancang Bangun Alat Ukur Intensitas Cahaya Berbasis Mikrokontroler AT89S51 Dengan Menggunakan Sensor Phototransistor PT380
Nominal
IV. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL No. Tahun Judul Penulisan Artikel Ilmiah dalam Volume/ Nomor Nama Jurnal Jurnal 1.
Yogyakarta, 10 November 2014
Laila Katriani, S.Si., M.Si. NIP 19850415 201212 2 001
35
Lampiran 3. Contoh Produk-produk Kegiatan Produk 1: Analisis Kebutuhan bahan Ajar
36
Produk 2: LKS
37
38
39
Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan
Gambar 2. Pemateri menyampaiakan tentang LKS
Gambar 3. Peserta melakukan simulasi pembelajaran dengan LKS Guided Inquiry
40
Gambar 4. Kelompok Peserta Melakukan Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Gambar 5. Peserta Mengembangkan LKS
41