Sistem Kepemimpinan dan Sarana Prasarana Sekolah terhadap Kinerja Guru Oleh: Joshua H. L. Tobing, Ph.D Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Advent Indonesia, Bandung. Indonesia
Pendahuluan Organisasi adalah merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Organisasi terbagi pada dua kelompok besar berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) Organisasi Sosial yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya; (2) Organisasi Bisnis yaitu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai/memperoleh keuntungan. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan; komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan; komitmen organisasi secara positif dan signifikan memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan; dan komitmen organisasi secara positif dan signifikan juga memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan (Baihaqi, 2010). Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, jaminan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas pemimpin (Wahyuddin dan Djumino, 2010). Departemen Pendidikan Nasional (2000) menjelaskan bahwa unsur-unsur kepemimpinan kepala sekolah adalah: 1. Memiliki kepribadian yang kuat; 2. Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa dengan baik; 3. Memiliki visi dan memahami misi sekolah 4. Kemampuan mengambil keputusan; dan 5. Kemampuan untuk berkomunikasi. Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasiorganisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja dan kinerja. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan dan memberikan umpan balik kepada para pekerja tentang pelaksanaan kerja mereka (Handoko, 1997). Kinerja guru tidak lepas dari pengaruh sistem kepemimpinan di sekolah. Pengertian kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. (Terry dalam Kartono, 2005). Bagaimanapun hebatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan tekonologi guru, tanpa dukungan sarana prasarana yang memadai maka hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai secara maksimum. Pemimpin perlu mengatur sumber belajar tersebut dengan suatu kepemimpinan yang efektif, sehingga sumber belajar yang ada dapat berfungsi menunjang guru dalam melaksanakan tugasnya. Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi (rewards) dapat memberikan pengaruh dorongan untuk meningkatkan kinerja dan ini adalah merupakan suatu potensi untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam survei ini diuraikan persepsi guru terhadap sistem kepemimpinan dan sarana prasarana sekolah. Landasan Teori dan Hipotesis
Sistem Kepemimpinan dan Sarana Prasarana Sekolah terhadap Kinerja Guru Oleh: Joshua H. L. Tobing, Ph.D Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Advent Indonesia, Bandung. Indonesia
Pendahuluan Organisasi adalah merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Organisasi terbagi pada dua kelompok besar berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) Organisasi Sosial yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya; (2) Organisasi Bisnis yaitu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai/memperoleh keuntungan. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan; komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan; komitmen organisasi secara positif dan signifikan memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan; dan komitmen organisasi secara positif dan signifikan juga memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan (Baihaqi, 2010). Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, jaminan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas pemimpin (Wahyuddin dan Djumino, 2010). Departemen Pendidikan Nasional (2000) menjelaskan bahwa unsur-unsur kepemimpinan kepala sekolah adalah: 6. Memiliki kepribadian yang kuat; 7. Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa dengan baik; 8. Memiliki visi dan memahami misi sekolah 9. Kemampuan mengambil keputusan; dan 10. Kemampuan untuk berkomunikasi. Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasiorganisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja dan kinerja. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan dan memberikan umpan balik kepada para pekerja tentang pelaksanaan kerja mereka (Handoko, 1997). Kinerja guru tidak lepas dari pengaruh sistem kepemimpinan di sekolah. Pengertian kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. (Terry dalam Kartono, 2005). Bagaimanapun hebatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan tekonologi guru, tanpa dukungan sarana prasarana yang memadai maka hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai secara maksimum. Pemimpin perlu mengatur sumber belajar tersebut dengan suatu kepemimpinan yang efektif, sehingga sumber belajar yang ada dapat berfungsi menunjang guru dalam melaksanakan tugasnya. Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi (rewards) dapat memberikan pengaruh dorongan untuk meningkatkan kinerja dan ini adalah merupakan suatu potensi untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam survei ini diuraikan persepsi guru terhadap sistem kepemimpinan dan sarana prasarana sekolah. Landasan Teori dan Hipotesis Kepemimpinan Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar dapat bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada suatu
tujuan. Organisasi adalah struktur atau kerangka atau susunan unit atau satuan kerja atau fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau kegiatan pokok suatu organisasi, dalam usaha mencapai tujuannya. Setiap unit memiliki posisi masing-masing, sehingga ada unit yang berbeda jenjang atau tingkatannya dan ada pula yang sama jenjang atau tingkatannya antara yang satu dengan yang lainnya. (Hill dan Caroll, 1997). Kepemimpinan: Fungsi dan Jenis Gaya dan tipe kepemimpinan tidaklah selamanya sama, kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya, meskipun dalam kenyataannya tidak semua tipe kepemimpinan memberikan peluang yang sama untuk mewujudkannya. Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisis situasi sosial kelompok atau organisasinya yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerjasama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya Fungsi kepemimpinan menurut Hill dan Caroll (1997) memiliki dua dimensi sebagai berikut: 1. dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya; 2. dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin. Berdasarkan kedua dimensi kepemimpinan tersebut secara operasional dapat dibedakan Lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu: 1). Fungsi instruktif 2). Fungsi konsulatif 3). Fungsi partisipasi 4). Fungsi delegasi 5). Fungsi pengendalian Pengertian Gaya Kepemimpinan menurut Harris dan Jeff (1987) dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1). The Autocratic Leader 2). The Participative Leader 3). The Free Rein Leader Motivasi Hasibuan (2000) mengatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak atau pendukung perilaku yang menciptakan kegairahan atau antusias sesorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan atau hasil yang optimal. Jadi motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Prestasi Kerja Menurut Purwadarminta (1990) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, sedangkan menurut Saidi (1992) prestasi adalah kemampuan, kesanggupan dan kecakapan seorang atau suatu bangsa. Prestasi kerja atau kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Secara teoritis penilaian atau pengukuran prestasi kerja atau kinerja memberikan kesempatan kepada pimpinan dan orang yang dinilai untu secara bersama membahas perilaku kerja dari yang dinilai. Pada umumnya setiap orang menginginkan dan mengharapkan umpan balik mengenai prestasi kerjanya. Penilaian memungkinkan bagu penilai dan yang dinilai untuk secara bersama-sama menemukan dan membahas kekurangan-kekurangan yang terjadi dan mengambil langkah perbaikannya. Menurut steers (1985) prestasi kerja (performance) seseorang merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu:
1). Kemampuan, perangai, minat; 2). Kejelasan, dan penerimaan atas penjelasan seorang pekerja; dan 3). Tingkat motivasi. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam kinerja para pegawainya dan keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya (Siagian, 1999). TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan, masa kerja dan pendidikan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dalam penelitiannya Bantilan (2000) mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa adanya koefesien korelasi berganda sebesar 0,857. Hasil ini menunjukan hubungan yang kuat dari ketiga variable yang secara bersama-sama terhadap kinerja kerja. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam kegiatan-kegitan yang terarah pada tujuan bersama. (Hill dan Caroll, 1997). Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai suatu tujuan (Northouse, 2003). Pengertian ini dipertajam oleh Dubrin bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Dubrin, 2001). Kepemimpinan itu ada pada diri pemimpin/manajer. Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin (leader) dengan karkateristik manajer. Luthans (2002) menegaskan bahwa karakteristik pemimpin di Abad XXI adalah: 1. Innovates (menciptakan sesuatu yang baru); 2. An original (asli dari pemimpin); 3. Develops (mengembangkan); 4. Focuses on people (terkonsentrasi pada manusia); 5. Inspires trust (menghidupkan rasa percaya); 6. Longrange perspective (memiliki prespektif jangka panjang); 7. Asks what and why (ia menanyakan apa dan mengapa); 8. Eye on the horizon (berpandangan sama pada sesamanya); 9. Originates (memiliki keaslian); 10. Challenges the Status quo (menentang kemapanan); 11. Own person (mengakui tanggung jawab ada pada pemimpin); dan 12. Does the right thing (mengerjakan yang benar). Pemimpin yang memiliki karakteristik selalu memiliki upaya untuk menciptakan hal yang baru (selalu berinovasi) dan berupaya untuk mengembangkan apa yang ia lakukan. Ia percaya pada bawahan, dan selalu menyalakan api kepercayaan pada anggota organisasi. Gagasannya memiliki prespektif jangka panjang. Ia bertanya pada bawahannya dengan pertanyaan apa dan mengapa? Ia menentang status quo, ia tidak puas dengan apa yang ada. Ia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh bawahannya, dan ia mengerjakan yang benar. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan, ada kalanya pemimpin tidak memberi kesempatan pada bawahannya untuk bertanya ataupun minta penjelasan (Authoritarian), ada kalanya pemimpin memberi kesempatan bawahan untuk berdiskusi, bertanya (Democratic), dan ada kalanya pemimpin itu membiarkan kondisi yang ada terserah pada bawahan (Laissez -fair) (Luthans, 2002).
Studi yang dilakukan oleh The Ohio State Leadership Study, pada akhir Perang Dunia ke 2, menunjukkan bahwa kepemimpinan ditujukan pada penyelesaian tugas atau orientasi pada sasaran (Initiating Structure), dan pengakuan terhadap kebutuhan individu dan hubungan (Consideration). Selanjutnya penelitian oleh The Early Michigan Leadership Study menunjukkan bahwa kepemimpinan itu adalah perhatian terhadap karyawan (employee-centered) dan juga perhatiannya terhadap proses produksi (production-centered). Kajian terhadap teori kepemimpinan terus berkembang pada teori Sifat (Trait Theories), teori Kelompok dan Tukar Menukar (Group and Exchanges Theories), teori Contingency, teori Jalur dan Tujuan (Path-Goal Leadership Theory), teori Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership Theories), teori Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership Theory) (Luthans, 2002). Pembahasan kepemimpinan juga dikaji tentang gaya kepemimpinan (Leadership Style). Studi klasik tentang teori kepemimpinan telah mengembangkan gaya kepemimpinan yang kontinum BossCentered dan Employee Centered. Komponen dari Boss-Centered (meliputi: Theory X, Autocratic, Production Centered, Close, Initiating Structure, Task-directed, Directive). Sedangkan Employee Centered memiliki komponen: Theory Y, Democratic, Employee-Centered, General, Consideration, Human relations, Supportive, Participative. Sebagai pemimpin, manajer ataupun pimpinan memiliki peran (role), kegiatan, dan skill. Pimpinan memiliki peran Interpersonal Roles, Informational Roles, Decisional Roles. Sedangkan kegiatan mereka adalah: Routine Communication, Traditional Management, Networking, dan Human Resource Management. Pemimpin yang berhasil harus memiliki ketrampilan dalam: (1) komunikasi verbal, (2) memanage waktu dan stress, (3) memanage pengambilan keputusan, (4) mengakui, menjelaskan, dan memecahkan permasalahan, (5) memotivasi dan mempengaruhi orang lain, (6) mendelegasikan wewenang, (7) menetapkan tujuan dan menjelaskan visi, (8) memiliki kesadaran diri, (9) membangun kerja tim, dan (10) memanage konflik (Luthans, 2002). Budaya Organisasi Budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar (Basic Assumption), kemudian Tingkatan Nilai (Value), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Nilai, Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, nilai bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahanperubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang bisa didengar (Schein, 1991) Budaya organisasi itu merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa dipelajari untuk mengatasi dan hidup dalam organisasi, budaya organisasi itu cenderung untuk diwujudkan oleh anggota organisasi (Brown, 1998). Robbins (2003) menjelaskan bahwa budaya organisasi itu merupakan suatu sistem nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga hal yang sedemikian tersebut bisa membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem nilai tersebut dibangun oleh 7 karakteristik sebagai sari (essence) dari budaya organisasi, 7 karakteristik adalah: 1. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan dimana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil risiko. 2. Perhatian yang rinci (Attention to detail). Suatu tingkatan dimana para karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision), analisis dan perhatian kepada rincian.
3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil. 4. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil – hasil pada orang–orang anggota organisasi itu. 5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja diorganisir di sekitar tim – tim, bukannya individu – individu. 6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu tingkatan dimana orang – orang (anggota organisasi) itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan bukannya santai – santai. 7. Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan di pertahankannya status quo daripada pertumbuhan. Dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, serta dalam melakukan intergrasi internal. Budaya melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir, terhadap misi dan strategi, tujuan, cara, ukuran, dan evaluasi. Budaya juga berfungsi untuk mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa, berkomunikasi, kesepakatan atau konsensus internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan karyawan, serta imbalan dan sangsi (Schein,1991) Kaitan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Budaya diciptakan oleh Pemimpin-pemimpinnya; Pemimpin-pemimpin diciptakan oleh Budaya. Berdasar pada prespektif teori, budaya itu muncul melalui 3 proses, yaitu: (1) Socio Dynamic Theory; (2) Leadership theory; dan (3) Organizational Learning (Schein, 1991). Seorang pemimpin memiliki peran menentukan program kegiatan yang didasarkan pada asumsi dasar organisasi, atau konsep manajemen. Bila perilaku bawahan sesuai dengan program yang telah digariskan oleh pimpinan maka nilai yang diperolehnya adalah tinggi, dan sebaliknya bila perilaku individu dalam organisasi jauh dari kebenaran sebagaimana yang dituangkan dalam program kerja oleh pemimpin, maka disitu nilainya rendah. Dengan demikian Budaya diciptakan atau atas dasar petunjuk (direction) Pemimpinnya yang telah disepakati (Schein,1991). Namun, konsep manajemen bisa juga terbalik, artinya bisa jadi pemimpin diciptakan oleh Budaya Organisasi manakala pemimpin tersebut lahir sebagai penerus (succession) sedangkan budaya organisasi telah mengakar dan telah menjadi bagian dari kehidupan organisasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ritchie (2000), telah menemukan bahwa reward berpengaruh nyata terhadap internalisasi (budaya organisasi). Dan ia menemukan dalam penelitiannya bahwa budaya organisasi berhubungan nyata dengan kepuasan kerja dan komitmen pekerjaan. Kepemimpinan Menentukan Strategi Pemimpin dengan gaya kepemimpinannya menentukan Strategi Perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Corporate Strategy atau Business Startegy merupakan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang,untuk itu yang menentukan strategi ini adalah pimpinan puncak, dan pemilik perusahaan. Sedangkan strategi fungsi yaitu strategi yang setiap tahunnya dirubah oleh Departemen dikatakan strategi jangka pendek yang ditentukan oleh pimpinan menengah (Pearce and Robinson, 2000; David, 2003). Formulasi strategi (Strategic Formulation) merupakan suatu proses untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan strategi korporasi/strategi total/strategi bisnis dan menetapkan tujuan tahunan dengan strategi fungsi. Penerapan strategi (Strategic Implementation), hanya orang dalam (manajemen dan karyawan) perusahaan yang memiliki wewenang untuk melaksanakannya. Pada penerapan strategi inilah
peran pemimpin sangat besar, dan disinilah McKinsey 7-S Framework juga mengingatkan bahwa Style (gaya kepemimpinan) menentukan strategi. (Pearce and Robinson, 2000) Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi Fenomena yang nampak dalam organisasi, ketenangan, kesejukan, keindahan, kepercayaan, keharmonisan, yang kesemuanya menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut dan juga menggambarkan budaya yang ada dalam organisasi. Sehingga dikatakan bahwa melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada dalam organisasi tersebut, perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang yang memiliki nilai yang sama (Schein, 1991). Anggota organisasi (karyawan suatu perusahaan), mereka bekerja berdasar pada diskripsi pekerjaan yang telah ditugaskan pada diri mereka. Deskripsi pekerjaan yang ada pada karyawan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi dan akhirnya penciptaan misi organisasi. Misi organisasi telah ditetapkan oleh pimpinan puncak ataupun pemilik berdasar pada asumsi dasar yang telah mereka miliki dalam membangun organisasi/perusahaan, disinilah budaya diciptakan oleh pemimpin (culture is created by leader) (Schein, 1991). McKinsey 7-S Framework (Pearce and Robinson, 2000) mengemukakan suatu model yang dikenal dengan model 7s dari McKinsey, model ini menggambarkan adanya hubungan antara pemimpin, budaya organisasi, dan strategi. McKinsey menjelaskan bahwa strategi (Strategy) yang telah disepakati oleh para pemimpin harus didukung oleh struktur organisasi (Structure) dan sistem (System) yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Organisasi dan sistem tersebut ditentukan oleh pemimpin (Style). Pemimpin menentukan siapa orang yang membantunya (Staff), dan Skill yang dimiliki oleh staff. Structure, system, style, staff, dan skill memiliki kontribusi terhadap keberhasilan strategy. Kontribusi dari dari 5s tersebut (structure, system, style, staff, dan skill) menyatu dalam satu variabel yang disebut Shared value atau yang dikenal dengan Culture (budaya organisasi). Kinerja Kinerja sering disebut dengan performance juga disebut result (Cash and Fischer, 1987) yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan. Istilah yang lain adalah human output yang dapat diukur dari productivity, absence, turnover, citizenship, dan satisfaction (Robbins, 2003). Kinerja pada individu juga disebut dengan job performance, work outcome, dan task performance (Baron and Greenberg, 1990). Result dipengaruhi oleh kinerja organisasi (organizational performance) yang komponennya terdiri Organizational Development, Compensation Plan, Communication System, Managerial Style, Organization Structure, Policies and Procedures (Cash and Fischer, 1987). Kaitan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja Organizational performance merupakan strategi (program) dari setiap organisasi dan sumberdaya manusia (Galpin dan Murray, 1997). Ini menunjukan bahwa kinerja (performance atau result) dipengaruhi oleh strategi organisasi. Sehubungan dengan strategy ditentukan oleh pemimpin organisasi (7-S McKinsey pada Pearce and Robinson, 2003) dan strategi dipengaruhi oleh budaya organisasi maka kinerja organisasi dipengaruhi pula oleh pemimpin dan budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1992) dalam penelitian mereka menemukan bahwa terdapat 4 (empat) faktor yang menentukan perilaku kerja manajemen, yaitu (1) budaya organisasi; (2) struktur, sistem, rencana dan kebijakan formal; (3) kepemimpinan (leadership); dan (4) lingkungan yang teratur dan bersaing. Keunggulan organisasi ditentukan oleh unggul tidaknya budaya organisasi yang dimiliki (Moelyono, 2003) KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
Berdasarkan telaah landasan teori dan studi empiris dapat dikemukakan suatu hubungan antara variabel Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja dalam suatu diagram kerangka kerja konseptual berikut ini:
Kepemimpinan Kinerja
Strategi Budaya
Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual yang menunjukkan Kaitan Variabelvariabel Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi saling berhubungan dan berpengaruh (Schein, 1991; Pearce and Robinson, 2000). Kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin berpengaruh terhadap penentuan strategi dan kinerja karyawan. Begitu pula Budaya Organisasi yang diciptakan oleh pemimpin akan berpengaruh terhadap penerapan strategi dan keberhasilannya serta terhadap kinerja karyawan (Kotter dan Heskett, 1992; Yaqin, 2003; Moelyono, 2003). Hasil, Analisis, dan Pembahasan Profil Responden Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel keseluruhan guru Sekolah-sekolah Advent di UIKB sebanyak 362 orang, dengan profil responden sebagai berikut: Kriteria Jenis Kelamin Status Level Pendidikan Sekolah
Status Kerja Tahap Pendidikan Guru
Latar Belakang Pendidikan
Sub Kriteria Laki-laki Perempuan Nikah Tiak Menikah TK SD SMP SMA Pegawai Tetap Pegawai Tidak tetap SD SMP SMA Diploma (D3) Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2) Doktor (S3) Kejuruan Keguruan Non-Keguruan Lainnya
Jumlah 98 264 281 81 9 127 73 153 257 105 2 2 30 26 228 14 13 243 69 37
Persentase 27.1 72.9 77.6 22.4 2.5 35.1 20.2 42.3 71.0 29.0 0.6 0.6 8.3 7.2 79.6 3.9 3.6 67.1 19.1 10.2
Kesesuaian Pendidikan dan Pekerjaan
Sesuai 283 78.2 Tidak Sesuai 79 21.8 Tabel 1. Profil Responden pada Survei Persepsi Guru terhadap Sistem Kepemimpinan, Sarana dan Prasarana Sekolah
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran persepsi guru terhadapa sistem kepemimpinan, sarana prasarana pada sekolah-sekolah Advent di Uni Indonesia Kawasan Barat, berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden dan tanggapan atas pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Item-item pernyataan dalam variabel sistem kepemimpinan dan variabel kinerja tersebut secara keseluruhan digambarkan dalam bentuk tabel deskripsi frekuensi. Dalam hal ini penulis melakukan dengan analisis deskriptif frekuensi, sehingga diketahui frekuensi, persen, dan nilai serta kategori lain. Untuk memberikan gambaran hasil penelitian setiap variabel yang diteliti, maka ditentukan kategori penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh dari hasil kuesioner. Adapun cara menentukan kategori penilaian dimaksudkan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan bobot penilaian untuk setiap pilihan yaitu tabel bobot nilai, dalam hal ini ditentukan berdasarkan skala penilaian yaitu skala likert. 2. Menghitung skor nilai untuk setiap item pernyataan, yaitu dengan cara mengalikan bobot nilai dengan jumlah frekuensi (jumlah jawaban responden setiap alternatif jawaban tiap item pernyataan) 3. Nilai terendah dan nilai tertinggi, dalam hal ini nilai terendah = jumlah responden (jumlah responden 362, maka nilai terendah adalah 362). Sedangkan nilai tertinggi, nilai terendah dikalikan dengan bobot nilai tertinggi yaitu 362 x 5 = 1810. Dengan demikian nilai terendah adalah 326 dan nilai tertinggi adalah 1810. 4. Dikarenakan alternatif jawaban ada lima pilihan (sesuai dengan skala likert), maka kategori penilaian juga harus ada lima, untuk itu langkah selanjutnya adalah menentukan jarak interval dari nilai terendah sampai nilai tertinggi hingga didapat lima kategori penilaian. Jarak interval dapat dilakukan dengan perhitungan JI = (1810 – 362) : 5 = 290 Dengan demikian maka kategori penilaian untuk setiap item pernyataan dan penilaian terhadap variabel yang diteliti adalah berdasarkan tabel kategori skor nilai adalah sebagai berikut: No: 1. 2. 3. 4. 5.
Interval Persentase Kategori 362 – 651 0 – 20% Sangat Tidak Setuju (STS) 652 – 941 21 – 40% Tidak Setuju (TS) 942 – 1231 41 – 60% Netral (N) 1232 – 1521 61 – 80% Setuju (S) 1522 – 1810 81 - 100% Sangat Setuju (SS) Tabel 2. Tabel Kategori Skor Nilai
Hasil dan Analisis Kuesioner dalam penelitian ini dirancang dan dilakukan pilot-test untuk uji validitas. Uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha menunjukan angka 7.878. Rekapitulasi distribusi frekuensi tanggapan responden atau para guru sebagai data persepsi guru terhadap sistem kepemimpinan dan sarana prasarana pada kinerja guru melalui variabel-variabel pernyataan dalam kuesioner yang dibagikan dan diisi, maka dideskripsikan tanggapan responden menurut pengelompokan yang telah dibuat dalam kuesioner tersebut. Ada tujuh (7) pengelompokan yang dibuat.
Adapun hasil dan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Peran Anda di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) SS (5) S (4) N (3) TS (2) F % F % f % F % 1 item 1.1 202 55.8 121 33.4 18 5.0 18 5.0 2 item 1.2 113 31.2 166 45.9 55 15.2 23 6.4 3 item 1.3 83 22.9 203 56.1 62 17.1 11 3.0 4 item 1.4 141 39.0 181 50.0 33 9.1 4 1.1 5 item 1.5 127 35.1 198 54.7 29 8.0 4 1.1 6 item 1.6 126 34.8 197 54.4 27 7.5 7 1.9 7 item 1.7 126 34.8 190 52.5 34 9.4 9 2.5 8 item 1.8 97 26.8 176 48.6 73 20.2 14 3.9 9 item 1.9 127 35.1 188 51.9 33 9.1 12 3.3 10 item 1.10 79 21.8 209 57.7 55 15.2 15 4.1 Skor nilai variabel Peran sebagai guru Skor nilai rata-rata variabel Peran sebagai guru No
Item Pernyataan
STS (1) f % 3 0.8 5 1.4 5 1.4 3 0.8 4 1.1 5 1.4 3 0.8 2 0.6 2 0.6 4 1.1
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362 362 362 362 362 362
1747 1694 1721 1760 1761 1754 1749 1703 1747 1713 17349 1735
sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju
Tabel 3. Deskripsi Persepsi para Guru dalam Peran Mereka di Sekolah 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.1) “Saya menyenangi pekerjaan saya” dimana sebagian besar responden (55.8%) menyatakan sangat setuju dengan skor nilai 1747. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru sangat menyenangi pekerjaan yang mereka sedang laksanakan/ditugaskan. 2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.2) “Saya percaya pekerjaan saya terjamin” dimana cukup banyak responden (45.9%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1694. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru setuju bahwa pekerjaan yang sedang mereka laksanakan/ditugaskan memberikan jaminan. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.3) “Saya merasa dihargai di sekolah ini” dimana sebagian besar responden (56.1%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1721. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasa dihargai dalam menjalankan pekerjaan yang mereka sedang laksanakan/ditugaskan. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.4) “Saya merasa menjadi bagian dari sekolah ini” dimana banyak responden (50.0%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1760. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru dalam menjalani pekerjaan yang sedang laksanakan/ditugaskan merasakan menjadi bagian daripada sekolah itu. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.5) “Pekerjaan saya mendukung keterampilan dan kemampuan saya” dimana sebagian besar responden (54.7%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1761. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru merasakan pekerjaan yang sedang laksanakan/ditugaskan sangat mendukung keterampilan dan kemampuan mereka. 6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.6) “Saya memiliki pengertian yang jelas akan peran saya dalam pekerjaan ini” dimana sebagian besar responden (54.4%) menyatakan setuju
dengan skor nilai 1754. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru dalam bekerja sangat mengerti akan setiap peran mereka di sekolah. 7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.7) “Saya mengerti akan pentingnya peran saya bagi kemajuan sekolah ini” dimana sebagian besar responden (52.5%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1749. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru sangat mengerti bahwa mereka memiliki peran yang penting demi kemajuan sekolah. 8. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.8) “Tuntutan kerja sekolah ini sangat realitas” dimana banyak responden (48.6%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1703. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru dalam menjalankan pekerjaan yang mereka laksanakan/ditugaskan merasakan bahwa tuntutan kerja yang diberikan dapat diterima atau realistis. 9. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.9) “Saya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi” dimana sebagian besar responden (51.7%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1747. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru menjalani pekerjaan mereka secara profesional antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. 10. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1.10) “Saya siap memberikan usaha tambahan bagi kemajuan sekolah ini” dimana sebagian besar responden (57.7%) menyatakan setuju dengan skor nilai 1713. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru setuju untuk memberikan usaha tambahan dalam bekerjaan demi kemajuan sekolah. Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1735 dan kondisi termasuk dalam kategori Sangat Setuju, hal ini menunjukkan bahwa para guru merasakan peran mereka dalam bekerja dan memajukan sekolah sangat penting dan memiliki andil yang penting B. Kebudayaan dan Komunikasi di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) SS (5) S (4) N (3) TS (2) F % F % f % F % 1 item 2.1 65 18.0 182 50.3 81 22.4 33 9.1 2 item 2.2 67 18.5 196 54.1 67 18.5 29 8.0 3 item 2.3 42 11.6 171 47.2 114 31.5 29 8.0 4 item 2.4 70 19.3 182 50.3 92 25.4 14 3.9 5 item 2.5 87 24.0 202 55.8 58 16.0 10 2.8 6 item 2.6 61 16.9 213 58.8 62 17.1 20 5.5 7 item 2.7 69 19.1 189 52.2 78 21.5 20 5.5 8 item 2.8 108 29.8 181 50.0 54 14.9 15 4.1 9 item 2.9 104 28.7 191 52.8 51 14.9 15 4.1 10 item 2.10 97 26.8 201 55.0 50 13.8 10 2.8 11 item 2.11 86 23.8 187 51.7 66 18.2 20 5.5 12 item 2.12 74 20.4 188 51.9 72 19.9 22 6.1 Skor nilai variabel Budaya sekolah dan Komunikasi Skor nilai rata-rata variabel Budaya sekolah dan Komunikasi No
Item Pernyataan
STS (1) f % 1 0.3 3 0.8 6 1.7 4 1.1 5 1.4 6 1.7 6 1.7 4 1.1 4 1.1 4 1.1 3 0.8 6 1.7
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362 362 362 362 362 362 362 362
1660 1676 1620 1678 1717 1690 1674 1714 1732 1728 1695 1676 20260 1688
sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju
Tabel 4. Deskripsi Persepsi Guru terhadap Kebudayaan dan Komunikasi di Sekolah 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.1) “Perubahan yang terkait dengan saya selalu dikomunikasikan” dimana sebagian besar responden (50.3%) menyatakan setuju dengan skor nilai
1660. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru merasakan budaya komunikasi yang baik akan hal-hal yang menyangkut dirinya ketika bekerja. 2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.2) “Komunikasi dalam sekolah ini cukup sering” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (54.1%) dengan skor nilai 1676. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan suatu budaya komunikasi yang baik dalam pekerjaan. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.3) “Komunikasi di sekolah ini cukup mendalam” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (47.2%) dengan skor nilai 1620. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan budaya komunikasi yang mendalam atau bermakna ketika bekerja. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.4) “Saya dapat mempercayai apa yang dikatakan oleh sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (50.3%) dengan skor nilai 1678. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru percaya setiap pernyataan sekolah kepada mereka ketika bekerja. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.5) “Sekolah ini memperlakukan saya secara manusiawi” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (55.8%) dengan skor nilai 1717. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan suatu budaya perlakuan yang manusiawi dari pihak sekolah ketika mereka bekerja. 6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.6) “Sekolah ini mengakui setiap pekerjaan baik yang saya lakukan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (58.8%) dengan skor nilai 1690. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan suatu budaya perhatian dan apresiasi atas setiap tindakan baik ketika mereka bekerja. 7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.7) “Status kepegawaian di sekolah ini mendukung kualitas pelayanan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (52.2%) dengan skor nilai 1674. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru menyatakan bahwa status kepegawaian mereka mendukung kualitas pelayanan mereka. 8. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.8) “Kualitas adalah prioritas sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (50.0%) dengan skor nilai 1714. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya banyak guru melihat budaya yang mengutamakan atau memprioritaskan kualitas dari pihak sekolah ketika melaksanakan pekerjaan mereka. 9. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.9) “Keamanan adalah prioritas sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (52.8%) dengan skor nilai 1732. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasa aman ketika mereka bekerja. 10. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.10) “Saya senang dengan rekan-rekan sekerja saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (55.5%) dengan skor nilai 1728. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan suatu sukacita bekerja dengan rekan-rekan mereka di sekolah. 11. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.11) “Saya senang dengan kinerja pimpinan saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (51.7%) dengan skor nilai 1695. Kondisi ini
termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasa senang dengan cara dan hasil kerja pimpinan mereka di sekolah. 12. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2.12) “Para guru diperlakukan dengan adil” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (51.9%) dengan skor nilai 1676. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan budaya perlakuan yang adil ketika bekerja. Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1688 dan kondisi termasuk dalam kategori Sangat Setuju, hal ini menunjukkan bahwa para guru merasakan bahwa budaya sekolah dan sistem komunikasi dan berkomunikasi yang dilaksanakan di sekolah sangat baik dan sangat dipahami C. Ruang Lingkup Kerja di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) SS (5) S (4) N (3) TS (2) F % F % f % F % 1 item 3.1 60 16.6 204 56.4 57 15.7 34 9.4 2 item 3.2 54 14.9 214 59.1 70 19.3 18 5.0 3 item 3.3 70 19.3 185 51.1 73 20.2 24 6.6 4 item 3.4 70 19.3 207 57.2 51 14.1 20 5.5 5 item 3.5 82 22.7 200 55.2 53 14.6 16 4.4 Skor nilai variabel Ruang lingkup kerja Skor nilai rata-rata variabel Ruang lingkup kerja No
Item Pernyataan
STS (1) f % 7 1.9 6 1.7 10 2.8 14 3.9 11 3.0
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362
1664 1686 1659 1677 1692 8378 1676
sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju
Tabel 5. Deskripsi Persepsi Guru terhadap hal Ruang Lingkup Kerja di Sekolah 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 3.1) “Keadaan fisik lingkungan kerja saya baik” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (56.4%) dengan skor nilai 1664. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan keadaan fisik ruang tempat mereka bekerja baik untuk mereka bekerja. 2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 3.2) “Ruang kelas dimana saya mengajar bersih” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (59.1%) dengan skor nilai 1686. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru melihat dan merasakan ruang tempat mereka mengajar bersih ketika mereka mengajar. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 3.3) “Ruang kelas dimana saya mengajar nyaman” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (51.1%) dengan skor nilai 1659. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasa nyaman dengan ruang mereka mengajar. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 3.4) “Saya dapat berkonsentrasi di ruang kelas tempat saya mengajar” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (57.2%) dengan skor nilai 1677. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan dapat berkonsentrasi di dalam ruang kelas tempat mereka mengajar. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 3.5) “Saya merasa aman di ruang saya mengajar” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (55.2%) dengan skor nilai 1692. Kondisi ini termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Artinya kebanyakan guru merasa aman di dalam ruang kelas tempat mereka mengajar/bekerja.
Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1676 dan kondisi termasuk dalam kategori Sangat Setuju, hal ini menunjukkan bahwa para guru merasakan ruang tempat mereka bekerja/mengajar sangat kondusif untuk dan ketika mereka melakukan kerja mereka D. Penggajian dan Tunjangan di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) No SS (5) S (4) N (3) TS (2) F % F % F % F % 1 item 4.1 40 11.0 111 30.7 94 26.0 97 26.8 2 item 4.2 27 7.5 86 23.8 112 30.9 68 18.8 3 item 4.3 21 5.8 80 22.1 126 34.8 84 23.2 4 item 4.4 30 9.4 116 32.0 118 32.6 57 15.7 5 item 4.5 26 7.2 100 27.6 112 30.9 86 23.8 Skor nilai variabel Penggajian dan Tunjangan Skor nilai rata-rata variabel Penggajian dan Tunjangan Item Pernyataan
STS (1) f % 20 5.5 69 19.1 51 14.1 37 10.2 38 10.5
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362
1462 1355 1363 1447 1412 7039 1408
setuju setuju setuju setuju setuju setuju
Tabel 6. Deskripsi Persepsi Guru terhadap Penggajian dan Tunjangan di Sekolah 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4.1) “Gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (30.7%) dengan skor nilai 1462. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya tidak cukup banyak guru merasakan bahwa gaji yang diterima sudah sesuai dengan pekerjaan yang mereka jalankan. 2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4.2) “Saya puas dengan tunjangan sakit yang diberikan” dimana sebagian besar responden menyatakan netral (30.9%) dengan skor nilai 1355. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru tidak menunjukkan sikap mereka perihal pemberian tunjangan sakit dari sekolah. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4.3) “Saya puas dengan tunjangan pendidikan yang diberikan” dimana sebagian besar responden menyatakan netral (34.8%) dengan skor nilai 1363. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru tidak menunjukkan sikap terhadap pemberian tunjangan pendidikan dari pihal sekolah. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4.4) “Saya puas dengan peraturan cuti yang diberikan” dimana sebagian besar responden menyatakan netral (32.6%) dengan skor nilai 1447. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru tidak menunjukkan sikap terhadap peraturan cuti yang diberikan kepada mereka oleh pihak sekolah. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4.5) “Secara umum saya puas dengan tunjangan yang diberikan” dimana sebagian besar responden menyatakan netral (30.9%) dengan skor nilai 1412. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru tidak menunjukkan sikap terhadap tunjangan-tunjangan yang mereka terima dari pihak sekolah. Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1408 dan kondisi termasuk dalam kategori Setuju. Walaupun skor nilai rata-rata menunjukkan kategori setuju, namun respon para guru akan setiap pernyataan yang dibuat dalam kolompok ini adalah mereka tidak menentukan sikap mereka.
E. Pelatihan dan Pengembangan di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) SS (5) S (4) N (3) TS (2) F % F % f % F % 1 item 5.1 35 9.7 151 41.7 116 32.0 48 13.3 2 item 5.2 26 7.2 148 40.9 111 30.7 61 16.9 3 item 5.3 40 11.0 183 50.6 94 26.0 33 9.1 4 item 5.4 48 13.3 171 47.2 105 29.0 29 8.0 5 item 5.5 35 9.7 160 44.2 123 34.0 34 9.4 6 item 5.6 35 9.7 110 30.4 128 35.4 70 19.3 7 item 5.7 33 9.1 128 35.4 138 38.1 49 13.5 Skor nilai variabel Pelatihan dan Pengembangan Guru Skor nilai rata-rata variabel Pelatihan dan Pengembangan Guru No
Item Pernyataan
STS (1) f % 12 3.3 16 4.4 12 3.3 9 2.5 10 2.8 19 5.2 14 3.9
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362 362 362
1562 1529 1614 1620 1589 1485 1532 10931 1562
sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju setuju sangat setuju sangat setuju
Tabel 7. Deskripsi Persepsi Guru terhadap Pelatihan dan Pengembangan Guru 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.1) “Sekolah ini menyediakan pelatihan yang saya perlukan sebagai guru” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (41.7%) dengan skor nilai 1562. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan bahwa sekolah menyediakan sarana pelatihan yang diperlukan dalam menjalankan profesi mereka. 2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.2) “Sekolah ini menyediakan peralatan yang cukup untuk tugas saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (40.9%) dengan skor nilai 1529. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan bahwa sekolah menyediakan sarana prasarana yang cukup untuk mereka bekerja. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.3) “Sekolah ini memberitahukan apa pencapaian yang diharapkan dari saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (50.6%) dengan skor nilai 1614. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru mengetahui apa pencapaian yang diharapkan oleh sekolah dari mereka. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.4) “Saya percaya sekolah ini akan mengembangkan karir saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (47.2%) dengan skor nilai 1620. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru yang menaruh percaya bahwa sekolah akan mengembangkan perjalanan karir mereka. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.5) “Ada ruang kesempatan pengembangan bagi saya di sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (44.2%) dengan skor nilai 1589. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru yang mengharapkan adanya kesempatan untuk pengembangan keprofesionalismean mereka. 6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.6) “Jika pekerjaan saya baik, saya akan mendapat tambahan gaji” dimana sebagian besar responden menyatakan netral (35.4%) dengan skor nilai 1485. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru yang menunjukan sikap dalam kaitan Antara bekerja baik dan penambahan gaji.
7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5.7) “Jika pekerjaan saya baik, saya akan dipromosikan” dimana sebagian besar responden menyatakan netral (38.1%) dengan skor nilai 1532. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru tidak menunjukan sikap perihal kaitan jika bekerja baik akan mendapatkan promosi. Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1562 dan kondisi termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Dalam kelompok pernyataan ini para guru merasakan bahwa sarana prasarana sekolah baik dalam menunjang pekerjaan mereka. Untuk apresiasi bekerja dalam bentuk penambahan gaji dan promosi para guru tidak menunjukan sikap. F. Hubungan Anda dengan Pimpinan di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) SS (5) S (4) N (3) TS (2) F % F % f % F % 1 item 6.1 72 19.9 188 51.9 70 19.3 28 7.7 2 item 6.2 82 22.7 191 52.8 64 17.7 20 5.5 3 item 6.3 60 16.6 175 48.5 106 29.3 14 3.9 4 item 6.4 48 13.3 161 44.5 116 32.0 26 7.2 5 item 6.5 63 17.4 176 48.6 100 27.6 14 3.9 6 item 6.6 75 20.7 189 52.2 76 21.0 12 3.3 7 item 6.7 73 20.9 186 51.4 77 21.3 17 4.7 8 item 6.8 75 20.7 173 47.8 90 24.9 17 4.7 9 item 6.9 83 22.9 179 49.4 79 21.8 17 4.7 Skor nilai variabel Hubungan Guru dan Pimpinan Skor nilai rata-rata variabel Hubungan Guru dan Pimpinan No
Item Pernyataan
STS (1) f % 4 1.1 5 1.4 7 1.9 11 3.0 9 2.5 10 2.8 9 2.5 7 1.9 4 1.1
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362 362 362 362 362
1672 1691 1655 1609 1655 1680 1672 1665 1685 14984 1665
sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju
Tabel 8. Deskripsi Persepsi Guru terhadap Hubungan dengan Pimpinan Sekolah 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.1) “Pimpinan saya memperlakukan saya dengan adil” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (51.9%) dengan skor nilai 1672. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru merasakan suatu sikap perlakuan yang adil dari pimpinan dalam pekerjaan mereka. 2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.2) “Pimpinan saya memperlakukan saya dengan rasa hormat” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (52.8%) dengan skor nilai 1691. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan suatu sikap menghormati dari pimpinan dalam memperlakukan mereka. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.3) “Pimpinan saya memperlakukan kinerja saya dengan memuaskan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (48.3%) dengan skor nilai 1655. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan kepuasan ketika pimpinan memperlakukan kinerja mereka. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.4) “Pimpinan saya memperlakukan isu pribadi saya dengan memuaskan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (44.5%) dengan skor nilai 1609. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasa puas ketika pimpinan memperlakukan isu pribadi mereka. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.5) “Pimpinan saya mengapresiasi kinerja baik yang saya lakukan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (48.6%) dengan skor nilai
1655. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan tindakan apresiasi pimpinan terhadap kinarja baik mereka. 6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.6) “Pimpinan saya memberitahu jika kinerja saya perlu ditingkatkan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (52.2%) dengan skor nilai 1680. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan perhatian pimpinan terhadap pengembangan kinerja mereka. 7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.7) “Pimpinan saya mau mendengar pendapat atau umpan balik saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (51.4%) dengan skor nilai 1672. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru merasakan bahwa pimpinan terbuka atas masukan-masukan yang mereka sampaikan. 8. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.8) “Pimpinan saya membantu saya sepenuhnya peningkatan potensi saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (47.8%) dengan skor nilai 1665. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan dukungan pimpinan dalam peningkatan potensi kerja mereka. 9. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6.9) “Saya bisa mempercayai apa yang dikatakan oleh pimpinan saya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (49.4%) dengan skor nilai 1685. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru yang menyatakan bahwa mereka menaruh percaya kata-kata pimpinan kepada mereka. Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1665 dan kondisi termasuk dalam kategori Sangat Setuju. Namun nilai persentase pada masing-masing pernyataan dalam kelompok ini menunjukkan suatu hubungan pada level baik (setuju) dalam merasakan hubungan para guru dengan pimpinan mereka. G. Kepemimpinan dan Perencanaan di Sekolah ini Tanggapan Responden (Guru) Item Pernyataa SS (5) S (4) N (3) TS (2) n F % F % f % F % 1. item 7.1 47 13.0 181 50.0 91 25.1 39 10.8 2. item 7.2 58 16.0 181 50.0 97 26.8 21 5.8 3. item 7.3 61 16.9 188 51.9 89 24.6 16 4.4 4. item 7.4 62 17.1 191 52.8 87 24.0 13 3.6 5. item 7.5 57 15.7 177 48.9 100 27.6 18 5.0 6. item 7.6 54 14.9 189 52.2 97 26.8 17 4.7 7. item 7.7 50 13.8 183 50.6 103 28.5 21 5.8 8. item 7.8 67 24.0 175 48.3 72 19.9 24 6.6 Skor nilai variabel Kepemimpinan dan Perencanaan Skor nilai rata-rata variabel Kepemimpinan dan Perencanaan N o
STS (1) f % 4 1.1 5 1.4 8 2.2 9 2.5 10 2.8 5 1.4 5 1.4 4 1.1
N
Skor
Kategori
362 362 362 362 362 362 362 3625
1629 1656 1665 1670 1644 1664 1650 1578 13156 1644
sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju sangat setuju
Tabel 9. Deskripsi Persepsi Guru dalam Sistem Kepemimpinan dan Perencanaan Sekolah 1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.1) “Saya memahami strategi jangka panjang sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (50.0%) dengan skor nilai 1629. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru memiliki pemahaman akan strategi jangka panjang dari sekolah tempat mereka bekerja.
2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.2) “Saya menaruh keyakinan dalam kepemimpinan sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (50.0%) dengan skor nilai 1659. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru yang menaruh keyakinan mereka kepada sistem kepemimpinan di sekolah. 3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.3) “Pimpinan di sekolah ini memperhatikan pegawainya” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (51.9%) dengan skor nilai 1665. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru merasakan pimpinan mereka memberikan perhatian kepada mereka sebagai pegawai. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.4) “Ada cukup perencanaan dalam tujuan sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (52.8%) dengan skor nilai 1670. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya kebanyakan guru merasakan bahwa pimpinan memiliki perencanaan yang cukup terhadap tujuan sekolah. 5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.5) “Ada cukup pemantauan dalam tujuan sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (48.9%) dengan skor nilai 1644. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan bahwa pimpinan dengan seksama memantau pelaksanaan tujuan sekolah. 6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.6) “Ada cukup perencanaan dalam tujuan setiap bidang ilmu di sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (52.2%) dengan skor nilai 1664. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya kebanyakan guru melihat bahwa pimpinan memiliki perencanaan yang baik kepada pengembangan bidang-bidang ilmu di sekolah. 7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.7) “Ada cukup pemantauan dalam tujuan setiap bidang ilmu di sekolah ini” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (50.6%) dengan skor nilai 1650. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya banyak guru merasakan bahwa pimpinan memantau setiap langkah dalam mencapai tujuan setiap bidang ilmu di sekolah. 8. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7.8) “Pimpinan di sekolah ini terbuka akan setiap masukan” dimana sebagian besar responden menyatakan setuju (48.3%) dengan skor nilai 1578. Kondisi ini termasuk dalam kategori Setuju. Artinya cukup banyak guru merasakan bahwa pimpinan memiliki sikap terbuka pada setiap masukan yang disampaikan. Kesimpulan: Dengan skor nilai rata-rata 1644 dan kondisi termasuk dalam kategori Sangat Setuju, hal ini menunjukkan bahwa para guru merasakan bahwa pimpinan di sekolah memiliki suatu perencanaan pengembangan dan pencapaian sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini yang memerlukan suatu jawaban konseptual maka disimpulkan bahwa variable Sistem Kepemimpinan, Budaya Sekolah, dan Strategi Pimpinan memiliki pengaruh terhadap Kinerja para guru. Berdasarkan pada telaah teori dan studi empiris maka kesimpulan penelitian ini secara lebih rinci bahwa (1) Kepemimpinan dan Budaya Sekolah saling mempengaruhi; (2) Kepemimpinan berpengaruh terhadap Strategi Sekolah; (3) Sistem Kepemimpinan dan Budaya Sekolah berpengaruh terhadap Strategi Sekolah; (4) Kepemimpinan dan Budaya Sekolah berpengaruh terhadap Strategi Sekolah; dan (5) Sistem Kepemimpinan, Budaya Sekolah, dan Strategi Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja para guru.
Peran guru di sekolah, budaya komunikasi, ruang lingkup kerja, hubungan dengan pimpinan, serta perencanaan pimpinan kepada sekolah merupakan hal yang dinilai sangat baik oleh para guru dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Penggajian, pemberian tunjangan, pelatihan, dan pengembangan guru adalah merupakan hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka. Sistem kepemimpinan di sekolah dinilai sangat baik bagi para guru dalam mereka melaksanakan tugas-tugas mengajar mereka. Disarankan bahwa suatu tujuan penelitian untuk mengetest kerangka konseptual di sekolah sangat dianjurkan untuk meningkatkan sumbangan ilmu khususnya pada kinerja guru. Daftar Pustaka: Baihaqi, F, 2010. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening (Skripsi). Semarang: Fakultas Ekonomi Undip Bantilan, A., 2000. Analysis Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai di Lingkungan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Toli-toli (tesis). Yogyakarta: UII Program magister manajemen. Baron, R. A., dan Greenberg, J., 1990. Behavior in Organization: Understanding and Managing the Human Side of Work, Third Edition. Toronto: Allyn and Bacon. Brown, A., 1998. Organizational Culture. Singapore: Prentice Hall. Cash, W. H. dan Fischer, F. E., 1987. Human Resource Planning. Dalam Famularo, J.J., Hand Book of Human Resources Administration. Singapore: Fong and Sons Printers Pte Ltd. David, F. R., 2003. Strategic Management: Concepts and Cases, Ninth Edition. Singapore: Prentice Hall. Depdiknas, 2000. Rambu-rambu Penilaian Kinerja Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Dubrin, A. J. 2001. Leadership: Research Findings, Practices, and Skills, Third Edition. Boston: Houghton Mifflin Company. Galpin, T. J., dan Murray, P., 1997. Connect Human Resource Strategy to the Business Plan. Human Resource Magazine, March, 1997. Handoko, T Tani 1997 Manajemen BPFE, Yogyakarta) Harris, O., dan Jeff, J.R., 1987. Managing People at Work, Concepts and Cases in Interpersonal Behavior. New York: John Wiley and Sons Inc. Hasibuan, M. S. P., 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gunung Agung Hill, Tosi dan Caroll S. J, 1997 Oranizational Theory and Management: A macro Approach, Joh Wiley and Son Inc., New York Kartono, K., 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kotter, J. P. dan Heskett, J. L., 1992. Corporate Culture and Performance. New York: The Free Press. Luthans, F. 2002. Organizational Behavior, Ninth Edition. Singapore: McGraw-Hill International Editions Moelyono, T. P., 1999. Analisis Laporan Keuangan untuk Perbankan, (Edisi Ke-4). Jakarta: Jambatan Northouse, P.G. 2003. Leadership: Theory and Practice, Third Edition. New Delhi: Response Book. Pearce, J.A., dan Robinson, R. B., 2000. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, Seventh Edition. Malaysia: McGraw-Hill International Editions. Purwadarminta, W. J. S., 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ritchie, M., 2000. Organizational Culture: An Examination of Its Effect on the Internalization Process and Member Performance, Southern Business Rivew, Spring, 2000. Robbins, S. P. 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice Hall. Robbins, S. P., 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice Hall. Saidi, H. M., 1992. Prestasi dan Kemampuan. Jakarta: Rajawali Press Schein, E. H., 1991. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass Publisher. Siagian, S., 1989. Teori dan Praktek Kepemimpinan (Cetakan ke-3). Jakarta: Rineka Cipta Steers, R. M., 1985. Organisasi Seri Manajemen. Jakarta: Erlangga
Wahyuddin, M. dan Djumino A., 2010. Analisis Kepemimpinan dan Motivasi terhadap kinerja pegawai pada kantor Kesbanglitmas di kabupaten wonogiri, Yaqin, N., 2003. Pengaruh Beberapa Variabel Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Petrokimia Gresik, Tesis: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Tidak dipublikasikan.