LAMPIRAN
46 Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS KOLAKA Posisi waktu
4°3'6.65" 121°34'54.5" GMT + 08.00
Gerakan pasut diramalkan terhadap suatu Muka Surutan yang letaknya 9 dm di bawah DT (prediction are reffered to chart datum 9 dms below MSL). Tetapan yang digunakan
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
Zo
Amplitudo dalam cm (amplitude in cm)
55
14
10
4
34
22
11
1
1
140
360°-g
355
292
38
292
59
83
59
85
26
(Tidal constants)
Tanjung Mangkasa Posisi
2°44'17.59" 121°04'06.22"
waktu
GMT + 08.00
Gerakan pasut diramalkan terhadap suatu Muka Surutan yang letaknya 9 dm di bawah DT (prediction are reffered to chart datum 9 dms below MSL). Tetapan yang digunakan
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
Zo
60
18
10
5
33
19
11
1
1
150
355
287
18
287
57
76
57
235
89
(Tidal constants) Amplitudo dalam cm (amplitude in cm) 360°-g
47 Lampiran 2. Perhitungan nilai bilangan formzahl
Untuk nilai di Stasiun Pasut Kolaka
Untuk nilai di Stasiun Pasut Tanjung Mangkasa
48 Lampiran 3. Diagram alir penelitian secara singkat
Data Batimetri dan Garis Pantai, DISHIDROS
Elevasi muka air laut, pada batas terbuka, NAO Tide, Sepanjang januari 2010, setiap jam
ARMS Lite, CWR – ELCOM
WORLD Tide, MATLAB
Komponen M2, K1: Co-phase Co-amplitude
Pola arus residu M2
Bandingan Komponen M2 dan K1 di titik stasiun DISHIDROS
53
Lampiran 4. Diagram alir penelitian secara lengkap Peta Batimetri Daerah Penelitian DISHIDROS
Elevasi pasut di batas terbuka, 1 jam selama januari 2010, NAO Tide (*.dat)
Data Pasang Surut, DISHIDROS, 2010 Elevasi Komponen M2 di batas terbuka perairan
Batas terbuka perairan (*.dat)
Batimetri Perairan (*.dat)
Garis Pantai, batas tertutup (*.dat)
Garis Pantai, Batimetri, Batas Terbuka ELCOM (*.unf) Model ELCOM (*.nc)
Ekstrak data, MATLAB
Elevasi U, 1 siklus pasut M2
V, 1 siklus pasut M2
Worldtide, MATLAB
Penjalaran gelombang pasut M2 K1 Surfer 9
Pola Penyebaran Arus Residu M2 Pengolahan dasar dalam ELCOM
Fase dan amplitudo
Verifikasi Komponen M2 dan K1, di 2 stasiun pasut DISHIDROS
Komponen pasut M2: Co-fase Co-amplitudo
Komponen pasut K1: Co-fase Co-amplitudo
Pola Arus Residu komponen pasut M2
49
50
Lampiran 5. Penjelasan Mengenai Simulasi Pasang Surut M2 pada 4 kondisi muka air laut
Pola arus pasut komponen M2 di Perairan Teluk Bone disimulasikan pada kondisi air pasang (flood time) dan kondisi air surut (ebb tide). Pada saat kondisi pasang terdapat dua tinjauan terhadap muka air, yaitu saat air pasang (posisi mean sea level, Gambar i) dan saat pasang tertinggi (Gambar ii). Saat kondisi air surut terdapat dua tinjauan pula: yakni pada saat air surut (posisi mean sea level, Gambar iii) dan saat surut terendah (Gambar iv). Data kecepatan arus residu merupakan kecepatan rata-rata untuk seluruh kolom perairan yang diintegrasikan terhadap kedalaman, yaitu integrasi arus dari dasar perairan hingga ke muka air laut. Pada kondisi muka air rata-rata (Gambar i), terlihat arus keluar dari bagian barat di mulut Teluk Bone. Arus yang keluar dari teluk, bergerak sepanjang bagian barat teluk sampai di bagian mulut teluk. Bagian pertengahan teluk menunjukkan arus yang bergerak dari bagian sebelah timur menuju ke arah barat dan dekat dengan stasiun Kolaka arus bergerak ke arah selatan teluk. Di bagian kepala teluk, arus bergerak ke arah barat. Pada bagian tengah kepala teluk terbentuk semacam pusaran, pergerakan air yang berputar di daerah yang cukup kecil dibandingkan dengan arus yang terbentuk disekitarnya (Spring, 2000). Bagian kepala teluk yang terbentuk pusaran, terbentuk di daerah dengan batimetri yang cukup dalam mencapai 2000 m. Di daerah disekitar pusaran, nilai kecepatan arus mencapai nilai maksimum sekitar 0,025 m/s. Daerah tengah perairan, arus bergerak dari timur ke arah barat dan barat laut dengan nilai kecepatan arus sebesar antara 0,01-0,015 m/s. Rata-rata kecepatan arus yang dihasilkan sebesar 0,01 m/s.
51 Pada kondisi pasang tertinggi (Gambar ii), terlihat bahwa arus berbalik arah. Pada posisi sebelumnya (pasang-MSL) bergerak dari arah timur menuju arah barat, namun di pada kondisi ini arus bergerak dari arah barat menuju ke arah timur. Pergerakan yang berbalik arah ini diikuti juga dengan masuknya massa air dari mulut teluk di daerah yang sama dengan keluarnya massa air pada kondisi pasang-MSL. Pada kondisi pasang tertinggi arus masuk dari sebelah barat dan bergerak ke bagian timur perairan. Di bagian kepala teluk tidak terbentuk pusaran seperti pada kondisi sebelumnya. Arus bergerak dari sebelah barat menuju timur dengan kecepatan yang maksimum di daerah pertengahan kepala teluk. Pada bagian pertengahan teluk, arus bergerak dengan kecepatan yang tetap, sebesar 0,03 m/s. Kecepatan arus paling cepat pada kondisi ini terletak di daerah kepala teluk sekitar 0,1 m/s dan yang lambat berada di bagian pesisir dekat dengan daratan sekitar 0,01 m/s. Daerah dekat dengan darat memiliki nilai kecepatan arus yang cukkup lambat disebabkan nilai gaya gesekan dasar dan perubahan nilai kedalaman yang semakin dangkal secara bertahap. Pola arus pada kondisi air surut (pada posisi MSL, Gambar iii), menunjukkan pola yang mirip dengan pada saat kondisi pasang teritinggi. Nilai kecepatan arus di bagian mulut sampai dengan pertengahan teluk sebesar 0,01 m/s. Arus yang bergerak di bagian pertengahan mengalami pelemahan akibat perubahan kondisi dari pasang tertinggi menuju ke posisi surut (MSL). Kecepatan arus di bagian kepala teluk juga mengalami pelemahan, dengan nilai kecepatan sebesar 0,05 m/s. Di daerah dekat dengan daratan pada kondisi ini memiliki kecepatan arus yang terlemah dan sama seperti pada pola sebelumnya.
52 Pola arus residu yang dibentuk pada saat surut terendah (Gambar iv), menunjukkan pola yang hampir mirip dengan kondisi saat muka air rata-rata (Gambar i). Perbedaan utamanya adalah nilai kecepatan arus pada kondisi surut terendah lebih besar dibandingkan pada saat MSL (gambar i). Pada kondisi surut terendah ini, arus bergerak keluar teluk dari bagian barat mulut Teluk Bone. Daerah pertengahan teluk, arus bergerak dari bagian sebelah timur teluk menuju ke bagian sebelah barat dan barat daya Teluk Bone. Bagian kepala teluk, menunjukkan bahwa arus bergerak paling cepat di daerah dekat dengan tengah kepala teluk dan arus cukup lambat di perairan dekat dengan darat. Pada kondisi ini, di bagian kepala teluk tidak terbentuk pusaran seperti pada gambar i. Hal ini mungkin disebabkan akibat nilai kecepatan arus yang lebih kuat pada kondisi ini dibandingkan pada kondisi muka air laut rata-rata (Gambar i). Meski demikian, bagian yang paling dalam dekat di kepala teluk memiliki kcepatan yang lebih lemah dibandingkan dengan sekelilingnya, yakni sebesar 0,05 m/s. Kecepatan arus paling besar berada di daerah pertengahan kepala teluk dengan nilai sebesar 0,09 m/s. Di daerah pertengahan teluk, kecepatan arus berkisar antara 0,02-0,05 m/s.
53
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
Cuplikan perambatan arus residu komponen pasut M2 di Teluk Bone pada: (i) saat air pasang (MSL), (ii) saat pasang tertinggi, (iii) saat air surut (MSL), dan (iv) saat surut terendah
54
Lampiran 6. Penjelasan Mengenai Simulasi Pasang Surut K1 pada 4 kondisi muka air laut
Pola arus pasut komponen K1 di Perairan Teluk Bone disimulasikan pada kondisi air pasang (flood time) dan kondisi air surut (ebb tide). Pada saat kondisi pasang terdapat dua tinjauan terhadap muka air, yaitu saat air pasang (posisi mean sea level, Gambar v) dan saat pasang tertinggi (Gambar vi). Saat kondisi air surut terdapat dua tinjauan pula: yakni pada saat air surut (posisi mean sea level, Gambar vii) dan saat surut terendah (Gambar viii). Data kecepatan arus residu merupakan kecepatan rata-rata untuk seluruh kolom perairan yang diintegrasikan terhadap kedalaman, yaitu integrasi arus dari dasar perairan hingga ke muka air laut. Pada kondisi muka air rata-rata (Gambar v), terlihat arus keluar dari bagian barat di mulut Teluk Bone. Arus yang keluar dari teluk, bergerak sepanjang bagian barat teluk sampai di bagian mulut teluk. Bagian pertengahan teluk menunjukkan arus yang bergerak dari bagian sebelah timur menuju ke arah barat dan dekat dengan stasiun Kolaka arus bergerak ke arah utara teluk. Di bagian kepala teluk, arus bergerak ke arah barat. Daerah tengah perairan, arus bergerak dari timur ke arah barat dan barat laut dengan nilai kecepatan arus sebesar antara 0,001-0,007 m/s. Rata-rata kecepatan arus yang dihasilkan sebesar 0,004 m/s. Pada kondisi pasang tertinggi (Gambar vi), terlihat bahwa arus tetap menuju arah yang sama. Pergerakan yang sama arah ini diikuti juga dengan tetap keluarnya massa air dari mulut teluk di daerah yang sama dengan kondisi sebelumnya. Arus bergerak dari sebelah timur menuju barat dengan kecepatan yang maksimum di daerah pertengahan kepala teluk. Pada bagian pertengahan teluk, arus bergerak dengan kecepatan yang tetap, sebesar 0,007 m/s. Kecepatan arus paling cepat pada kondisi ini terletak di daerah kepala teluk sekitar 0,007 m/s dan yang lambat berada di bagian pesisir dekat dengan daratan sekitar 0,001 m/s. Daerah dekat dengan darat memiliki nilai kecepatan arus yang cukkup lambat disebabkan nilai
55 gaya gesekan dasar dan perubahan nilai kedalaman yang semakin dangkal secara bertahap. Pola arus pada kondisi air surut (pada posisi MSL, Gambar vii), menunjukkan pola yang berubah terhadap kondisi sebelumnya. Nilai kecepatan arus di bagian mulut sampai dengan pertengahan teluk sebesar 0,004 m/s. Arus yang bergerak di bagian pertengahan mengalami pelemahan akibat perubahan kondisi dari pasang tertinggi menuju ke posisi surut (MSL). Kecepatan arus di bagian kepala teluk juga mengalami penguatan, dengan nilai kecepatan sebesar 0,014 m/s. Di daerah dekat dengan daratan pada kondisi ini memiliki kecepatan arus yang terlemah dan sama seperti pada pola sebelumnya. Pola arus residu yang dibentuk pada saat surut terendah (Gambar viii), menunjukkan pola yang hampir mirip dengan kondisi saat muka air rata-rata (Gambar vii). Perbedaan utamanya adalah nilai kecepatan arus pada kondisi surut terendah lebih besar dibandingkan pada kondisi sebelumnya. Pada kondisi surut terendah ini, arus bergerak masuk teluk dari bagian barat mulut Teluk Bone. Daerah pertengahan teluk, arus bergerak dari bagian sebelah barat teluk menuju ke bagian sebelah timur dan timur laut Teluk Bone. Bagian kepala teluk, menunjukkan bahwa arus bergerak paling cepat di daerah dekat dengan tengah kepala teluk dan arus cukup lambat di perairan dekat dengan darat. Meski demikian, bagian yang paling dalam dekat di kepala teluk memiliki kcepatan yang lebih lemah dibandingkan dengan sekelilingnya, yakni sebesar 0,002 m/s. Kecepatan arus paling besar berada di daerah dekat pertengahan kepala teluk dengan nilai sebesar 0,014 m/s. Di daerah pertengahan teluk, kecepatan arus berkisar antara 0,002-0,02 m/s.
56
(v)
(vi)
(vii) (viii) Cuplikan perambatan arus residu komponen pasut K1 di Teluk Bone pada: (v) saat air pasang (MSL), (vi) saat pasang tertinggi, (vii) saat air surut (MSL), dan (viii) saat surut terendah
57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 8 September 1988 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Capt. MakahekungPetrus Yohanes dan Ny. Maria Onna Da Santo. Pada tahun 2003-2006 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri 13 (SMUN 13) Jakarta. Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), dan di tahun berikutnya penulis memilih mayor Depertemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten beberapa mata kuliah, seperti Asisten mata kuliah Oseanografi Umum periode 2008/2010, Biologi Laut periode 2009-2010, Selam Ilmiah periode 2009, Oseanografi Kimia periode 2009/2010, Ekologi Laut Tropis periode 2010/2011 dan Oseanografi Terapan periode 2011 bagian pemodelan. Selain itu penulis juga aktif terlibat dalam berbagai kepengurusan organisasi seperti KEMAKI (Keluarga Mahasiswa Katolik IPB) sebagai staff Departemen Hubungan Luar Organisasi periode 2006/2007 dan HIMPRO HIMITEKA ( Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan) sebagai staff Departemen Hubungan Luar dan Komunikasi periode 2009/2010. Penulis juga turut aktif dalam beberapa kegiatan lainnya seperti sebagai peserta dalam Seminar World Ocean Conference di Manado, dan sebagai junior scientist dalam Kegiatan Sail Banda 2010 di atas kapal Baruna Jaya III. Penulis juga mengikuti Marine Science Technology Training Course tahun 2010, kerjasama antara Departemen ITK, FPIK, IPB dengan DAAD, Jerman. Untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Pemodelan Pasang Surut di Teluk Bone”.